11.07.2015 Views

laporan akhir penelitian program insentif riset terapan ... - KM Ristek

laporan akhir penelitian program insentif riset terapan ... - KM Ristek

laporan akhir penelitian program insentif riset terapan ... - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

LAPORAN AKHIR PENELITIANPROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN KNRTTAHUN ANGGARAN 2010JUDUL:PENDUGAAN POTENSI KARBON TERSIMPAN PADATEGAKAN MERANTI PENGHASIL TENGKA WANGDALAM RANGKA EKSPLORASI MANFAAT BAGIMASYARAKAT LOKAL ATAS JASA LINGKUNGANRPI:PENGEMBANGANPERillTUNGANEMISIGRKKEHUTANANOleh:Asef Kurniyawan H., M.ScS. Yuni lndriyanti, S.HutRobianto Felani, S.HutAhmad RojikinKEMENTERIAN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANANBALAI BESAR PENELITIAN DIPTEROKARP ASAMARINDA, 2010


PRAKATAPuji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmatdan bimbingan-Nya kami dapat melaksanakan tahapan dari kegiatan <strong>penelitian</strong>"Pendugaan Potensi Karbon Tersimpan Pada Tegakan Meranti Penghasil TengkawangDalam Rangka Eksplorasi Manfaat Bagi Masyarakat Lokal Atas Jasa Lingkungan" sertadapat menyelesaikan penyusunan <strong>laporan</strong> <strong>akhir</strong> dari kegiatan <strong>penelitian</strong> ini. Laporan inimerupakan <strong>laporan</strong> hasil keseluruhan kegiatan <strong>penelitian</strong> yang telah dilaksanakanselama sepuluh bulan di tahun 2010 dengan penyerapan anggaran sudah sesuai dengankebutuhan dari <strong>penelitian</strong> ini.Secara garis besar kegiatan <strong>penelitian</strong> ini dilakukan dalam tiga tahap kegiatanyaitu : (1) Observasi lapangan, pengumpulan data dan informasi citra digital untukwilayah Kab. Sanggau, Prop. Kalimantan Barat, serta pengumpulan informasi darikegiatan RUPES (Rewarding Upland Poor for Environment Services) maupun PES(Payment for Environmental Services) yang telah dilakukan oleh NGO di beberapawilayah di Indonesia; (2) Pembangunan plot sampel dan pengumpulan data lapanganlainnya serta wawancara dengan masyarakat sekitar hutan dan lembaga terkait lainnyadi wilayah Kab. Sanggau, Prop. Kalimantan Barat; (3) Koordinasi kegiatan ke pusat daninstansi/lembaga terkait lainnya, pengolahan data lapangan, analisa citra digital danpenyusunan <strong>laporan</strong> <strong>akhir</strong> kegiatan.Harapan kami semoga <strong>laporan</strong> ini dapat memberi gambaran tentang tahapankegiatan <strong>penelitian</strong> daR hasil yang telah dicapai beserta kendala dan peluang terkaitdengan kegiatan <strong>penelitian</strong> ini. Diharapkan kedepannya hasil kegiatan <strong>penelitian</strong> inidapat berguna untuk penerapan dan penyempumaan kegiatan <strong>penelitian</strong> yang temanyasejenis.Akhir kata kami dari tim peneliti menghaturkan terima kasih yang sebesarbesamyakepada semua pihak yang telah membantu untuk kelancaran pelaksanaantahapan kegiatan <strong>penelitian</strong> ini. Semoga hasil dari kegiatan <strong>penelitian</strong> ini dapatmendukung <strong>program</strong> REDD di Indonesia dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.Samarinda,Penyusun,Nopember 2010iv


DAFTARISIHalHALAMAN JUDUL ...................................................................................LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iiRINGKASAN ....................................................,........................................iiiPRAKATA .................................................................................................. ivDAFTAR lSI............................................................................................... vDAFT AR T ABEL .......................................................................................DAFT AR GAMBAR ..................................................................................DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................VllviiiixBAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 11.1. Latar Belakang .. ................................................................ 11.2. Perumusan Masalah .......................................................... 21.3. Hasil Yang Diharapkan ..................................................... 3BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 42.1. Pohon Tengkawang ........................................................... 42.2. Karbon Tersimpan ............................................................. 42.3. Pengelolaan Jasa Lingkungan ............................................ 5BAB Ill. TUJUAN DAN MANF AA T ..................................................... 63.1. Tujuan Penelitian ............................................................... 63.2. Manfaat·Penelitian ............................................................. 6BAB IV. METODOLOGI ......................................................................... 74.1. Lokasi Penelitian ................................................................ 74.2. Alat Penelitian .................................................................... 74.3. Bahan Penelitian ................................................................ 74.4. Data Penelitian ................................................................... 74.5. Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 84.6. Analisis Data ...................................................................... 114. 7. Rancangan Riset ................................................................. 13BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 155.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian ...................................... 16v


5.2. Potensi Tegakan Tengkawang dan Vegetasi Lainnya ....... 185.3. Cadangan Biomassa Tegakan Tengkawang dan VegetasiLainnya .............................................................................. 225.4. Cadangan Karbon Tegakan Tengkawang dan VegetasiLainnya .............................................................................. 245.5. Potensi Tegakan Tengkawang dan Vegetasi Lainnyadalam Menyerap C0 2 ......................................................... 265.6. Eksplorasi Manfaat Terhadap Jasa Lingkungan ................ 27BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 306.1. Kesimpulan ........................................................................ 306.2. Saran .................................................................................. 30DAFTARPUSTAKA .................................................................................. 31LAMPIRAN ................................................................................................. 33vi


DAFTAR TABELNo Judul HalTabel 1. Komponen penilaian ekonomi masyarakat sekitar hutan ...... 11Tabel2. Jumlah pohon berdasarkan kelas diameter pada lokasi<strong>penelitian</strong> .............................................................. 22Vll


NoDAFTAR GAMBARJudulHalGambar 1.Gambar2.Gambar 3.Gambar4.Gambar 5.Gambar6.Gambar7.Peta lokasi <strong>penelitian</strong> secara urn urn .............................. 17Kerapatan pohon jenis tengkawang dan jenis lain pada lokasi<strong>penelitian</strong> .................................................................................. 19Peta sebaran plot dan posisi pohon pada plot <strong>penelitian</strong> ........... 20Volume tegakan jenis tengkawang dan jenis lain di lokasi<strong>penelitian</strong> ................................................................................... 21Cadangan biomassa tegakan jenis tengkawang, tegakan jenislain, serasah dan tumbuhan bawah pada lokasi <strong>penelitian</strong> ....... 23Cadangan karbon tegakan jenis tengkawang, tegakan jenislain, serasah dan tumbuhan bawah pada lokasi <strong>penelitian</strong> ....... 25Kemampuan tegakan jenis tengkawang, tegakan jenis lain,serasah dan tumbuhan bawah dalam menyerap C0 2 dariatmosfer ..................................................................................... 27viii


DAFTAR LAMPIRANNo. Judul HalLampiran 1. Peta basil analisa citra digital dan peta lokasi <strong>penelitian</strong> .... 33Lampiran 2. Peta basil analisa tutupan laban dan potensi volumetegakan ............................................................. 34Lampiran 3. Peta basil analisa biomassa vegetasi tutupan laban .......... 35Lamp iran 4. Dokumentasi kegiatan <strong>penelitian</strong> .. .. ...... ...... .. .. .. ........ 36ix


I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPerubahan iklim global yang terjadi <strong>akhir</strong>-<strong>akhir</strong> ini menjadi suatu pekerjaanglobal yang wajib untuk dicari sisi positifnya, terutama kegiatan dalam rangkamengurangi konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer atau mitigasi dan prosesadaptasi dari perubahan iklim tersebut. Saat ini konsentrasi GRK sudah mencapaitingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem (Hairiah danRahayu, 2007), yang dampaknya juga sangat mempengaruhi aktivitas man usia.Sektor Kehutanan yang dalam konteks perubahan iklim termasuk kedalamsektor LULUCF (Land use, land use change and forestry) adalah salah satu sektor yangmemainkan peranan penting dalam siklus karbon. Laporan Stem (2007) menyebutkankontribusi sektor LULUCF sebesar 18 %, sedangkan di Indonesia First NationalCommunication melaporkan LULUCF sebesar 74 %. Sebagian besar penguranganemisi di atmosfer dilakukan oleh ekosistem daratan yaitu hutan. Status dan pengelolaanhutan akan sangat menetukan apakah suatu wilayah daratan sebagai penyerap karbon(net sink) atau pengemisi karbon (source of emission).Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdayayang bersifat multi fungsi, multi guna dan memuat multi kepentingan sertapemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besamya kemakmuran rakyat.Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK)merupakan salah satu sumber daya hutan yang memiliki keunggulan komparatif danpaling bersinggungan dengan masyarakat sekitar hutan dan memberikan kontribusi yangberarti bagi penambahan devisa negara. Salah satu HHBK yang bermanfaat adalah bijitengkawang yang digunakan sebagai bahan baku lemak nabati dan bahan obat-obatan.Biji tengkawang dipungut dari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan alam sebagaihasil tambahan.Sejalan perkembangan paradigma baru dalam kebijakan pembangunan kehutananyang berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan pemulihan lingkungan dengan kondisikeberpihakan terhadap pemenuhan kebutuhan kayu dari hutan tanaman yang belumoptimal, maka dilakukanlah suatu upaya pengelolaan hutan yang memberikan manfaatdiluar dari kayu. Salah satunya adalah melakukan <strong>penelitian</strong> pendugaan potensi karbon1


tersimpan pada tegakan meranti penghasil tengkawang dalam rangka mengeksplorasimanfaat bagi masyarakat lokal, yaitu berupa reward atas jasa lingkungan dalammenyerap C0 2 dan menyimpannya dalam bentuk karbon (C) sehingga dapatmengurangi laju pemanasan global. Untuk mengetahui seberapa potensi karbon yangtersimpan, maka dilakukan pendekatan pendugaan dalam menghitungnya berdasarkankelas penutupan laban dan perubahannya melalui pemanfaatan data penginderaan jauhdan pengukuran di lapangan (ground check).Secara tidak langsung hutan berfungsi mengabsorpsi C0 2 selama prosesphotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman yangmerupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi C0 2 di atmosfermelalui aktivitas physiologinya. Dilandasi oleh teori tersebut, maka berkembanglahinisiatif dari negara-negara maju untuk memberikan penghargaan bagi masyarakat disekitar hutan atas jasa lingkungan dengan sejumlah mekanisme untukmengimplementasikan transfer lingkungan tersebut. Salah satu rancangan mekanismetersebut adalah Rewarding Upland Poor for Environment Services (RUPES), untukmenyediakan imbalan kepada masyarakat sekitar hutan dalam rangka jasa lingkungan,dan prioritas diberikan kepada masyarakat miskin di dataran tinggi.1.2. Perumusan MasalahHutan alam merupakan penyimpan karbon tertinggi hila dibandingkan dengansistem penggunaan laban pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi,dengan tumbuhan bawah dan serasah dipermukaan tanah yang banyak. Hal tersebutdapat diimbangi dengan tanaman atau pohon berkayu berumur panjang yang tumbuhmaupun ditanam di hutan milik dengan pola agroforestry yang dapat menyimpan karbonjauh lebih besar dari pada tanaman semusim.Dalam pembuktiannya adalah memanfaatkan kemajuan teknologi dan ilmupengetahuan tentang perhitungan karbon tersebut, namun masih ada kendala-kendalayang harus dihadapi seperti kesulitan mengukur karbon dan menentukan kompensasibagi masyarakat yang menjaga hutan sebagai media untuk menyerap karbon, masihharus perlu dilakukan <strong>riset</strong> yang efektif dalam menjawab tantangan tersebut. Analisaperubahan penutupan laban terhadap pendugaan potensi cadangan karbon denganpenginderaanjauh yang dipadukan basil dari studi skala plot, melalui studi <strong>penelitian</strong>.2


Hutan pada saat ini rnerupakan penghasil kayu dan komiditi pertaniansampingan yang manfaatnya telah dirasakan oleh masyarakat petani hutan untukperbaikan kondisi ekonomi mereka. Namun hal itu tidak selamanya menjadi jaminanbahwa usaha tersebut dapat meningkatkan perekonomian dengan kondisi hutan danlaban yang konservatif terutama dalam menghadapi perubahan iklim yang disebabkanpemananasan global, suatu metode pendekatan dalam memperbaiki taraf kehidupanmereka dengan mengurangi akses terhadap perubahan tutupan laban. Survei sosialekonomi masyarakat lokal dalam skala rumah tangga untuk mengetahui sistempertanian yang dikelola beserta data produktivitas dan profitabilitasnya sebagai aksesuntuk eksplorasi penghargaan bagi masyarakat sekitar hutan atas jasanya bagilingkungan dalam mempertahankan kondisi hutan.Dalam mewujudkan mekanisme untuk mendapatkan basil yang maksimal danjelas dari penghargaan atas jasa lingkungan dengan mempertahankan kondisi hutansebagai salah satu usaha memelihara persediaan karbon dan meningkatkan pengikatkarbon, dengan upaya membangun suatu pendekatan manajemen kolaboratif perluuntuk diwujudkan. Dengan terlebih dahulu melakukan simulasi alur pemikiranmasyarakat yang masih tradisional dalam hal pengambilan keputusan untuk penggunaanlaban dan menanggapi peluang yang telah ada.1.3. Basil Yang DiharapkanHasil yang diharapkan dari kegiatan <strong>penelitian</strong> ini adalah :1. Mengetahui potensi karbon tersimpan maupun informasi kondisi tutupan laban ataukerapatan vegetasi berdasarkan metode pengukuran penginderaan jauh yangdipadukan dengan pengukuran di lapangan (ground check).2. Menginformasikan manfaat jasa lingkungan keberadaan tegakan meranti penghasiltengkawang kepada masyarakat lokal.3


ll. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pohon TengkawangPohon tengkawang merupakan jenis tumbuhan yang tidak setiap tahun berbuah,melainkan hanya berbuah sekali dalam periode antara 3 - 7 tahun, yang terjadi sekitarbulan Juni - Agustus. Oleh karena masa berbuahnya tidak setiap tahun, maka jarangyang membudidayakan jenis tumbuhan ini. Hampir seluruhnya hidup liar di hutanhutan,bahkan jenis ini mulai terancam kepunahan (Alamendah, 2009). Di Indonesia,pohon tengkawang hanya terdapat di pulau Kalimantan dan sebagian kecil di pulauSumatera.Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, tengkawang merupakan kelompok jenistumbuhan yang dilindungi dari kepunahan. Terdapat sekitar 13 (tiga belas) jenistengkawang yang masuk dalam kategori dilindungi diantaranya adalah Shoreastenopten, S. stenoptera (tengkawang tungkul), S. gysberstiana, S. pinanga (tengkawangrambai), S. compressa, S. seminis (tengkawang terendak), S. martiana, S. mexistopteryx(tengkawang layar), S. beccariana (tengkawang tengkal), S. micrantha (tengkawangbungkus), S. palembanica (tengkawang majau), S. lepidota (tengkawang gunung), S.singkawang.Biji tengkawang (Borneo Illipe nut) merupakan salah satu jenis HHBK yangpenting sebagai bahan baku lemak nabati. Karena sifatnya yang khas, lemaktengkawang berharga lebih tinggi dibanding minyak nabati lain seperti minyak kelapa,serta digunakan sebagai· bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makandan bahan obat-obatan. Seperti diketahui, sampai sekarang biji tengkawang dipungutdari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan alam dan bermanfaat bagi masyarakat diKalimantan Barat yang masih bergantung dengan hutan alam (Sumadiwangsa, 2001).Jika produksi biji telah menurun, kayunya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu jeniskayu bemilai tinggi yang banyak diminati baik untuk penghara industri kayu lapismaupun industri kayu gergajian (Sumadiwangsa, 2001).2.2. Karbon TersimpanPeran tegakan meranti penghasil tengkawang sebagai media penyerap danpenyimpan emisi karbon (C0 2 ) dirasakan penting <strong>akhir</strong>-<strong>akhir</strong> ini dalam4


menyeimbangkan kondisi pemanasan bumi. Diinfonnasikan pula bahwa kemampuanhutan tanaman dalam menyerap dan menyimpan karbon tidak sebesar kemampuan padahutan alam.Melalui proses fotosintesis, C~ di udara diserap oleh tanaman atau pohon dandiubah menjadi karbohidrat, kemudian disebar ke seluruh tubuh tanaman dan <strong>akhir</strong>nyaditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Prosespenimbunan C dalam organ tanaman dinamakan proses sekuestrasi (C- sequestration).Dengan demikian mengukur jumlah C yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup(biomassa) pada suatu laban dapat menggambarkan banyaknya C0 2 di atmosfer yangdiserap oleh tanaman. Tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutanmaupun di kebun campuran merupakan tempat penimbunan atau penyimpanan C yangjauh lebih besar dari pada tanaman semusim (Hairiah dan Rahayu, 2007).2.3. Peogelolaao Jasa LiogkuogaoAsumsi bahwa pengelolaan hutan secara tradisional bersifat primitif, tidakefisien, dan destruktifterhadap lingkungan tidak terbukti sama sekali (Awang SA, dkk.2001). Bagi masyarakat asli (bersahaja), hutan dengan segala isinya bukanlah sekedarkomuditi, tetapi sebagai bagian dari sistem kehidupan mereka, karena tidak didasarioleh keinginan dan pemikiran yang bersifat eksploitatif, tetapi didasarkan pada usahausahauntuk memelihara keseimbangan sumberdaya hutannya.Pendekatan berbasis pasar dalam pembayaran dan imbal jasa lingkungan makinmenarik perhatian banyak kalangan. Secara umum, pasar jasa lingkungan dapatdiartikan sebagai kesempatan bagi masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitarkawasan konservasi untuk meningkatkan taraf hidup mereka tidak hanya dari sisiekonomi (economic rewards) tetapi juga dari sisi lain yaitu dengan adanya peningkatanmodal sosial dan pengakuan atas hak masyarakat dalam mengelola dan mengaksessumber daya alam (recognition) (Anonim, 2005).5


ffi TUJUANDANMANFAAT3.1. Tujuan PenelitianTujuan <strong>penelitian</strong> ini adalah untuk :1. Mengestimasi potensi karbon tersimpan pada tegakan meranti penghasiltengkawang berdasarkan data penginderaan jauh dan pengukuran di lapangan(ground check).2. Mengeksplorasi manfaat bagi masyarakat lokal atas jasa lingkungan terhadapaktivitasnya untuk tetap menjaga cadangan karbon pada tegakan meranti penghasiltengkawang.3.2. Manfaat PenelitianManfaat <strong>penelitian</strong> ini adalah:1. Sebagai informasi bagi para pengguna baik dikalangan masyarakat, akademisi,peneliti dan birokrat mengenai nilai estimasi potensi karbon tersimpan pada tegakanmeranti penghasil tengkawang dan vegetasi disekitarnya berdasarkan datapenginderaan jauh dan pengukuran di lapangan (ground check).2. Sebagai referensi dalam pelaksanaan dan pengembangan <strong>program</strong> REDD (ReducingEmission from Deforestation and Degradation) di Indonesia.3. Sebagai rekomendasi dan referensi untuk pelaksanaan dan pengembangan <strong>program</strong>PES (Payment for Environmental Services) di Kabupaten Sanggau, KalimantanBarat..6


IV. METODOLOGI4.1. Lokasi PenelitianKegiatan <strong>penelitian</strong> ini dilaksanakan pada kawasan berhutan (tembawang ataulaban agroforestry) yang memiliki tegakan meranti penghasil tengkawang di KabupatenSanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu dilakukan pula kegiatan kaji bandingdan pengumpulan data yang berkaitan dengan <strong>penelitian</strong> ini di Bogor dan Pontianak.4.2. Alat Penelitian1) Kompas untuk membantu dalam pembuatan plot sampel.2) Pita ukur atau meteran untuk membantu dalam pembuatan plot sampel, terutamadalam mengukur luasannya, serta untuk mengukur panjang pohon rebah.3) Caliper dan phiband untuk mengukur diameter pohon.4) Vertec atau haga meter untuk mengukur tinggi pohon.5) GPS untuk mengetahui posisi lokasi <strong>penelitian</strong> di lapangan.6) Kamera digital untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan.7) Alat tulis menulis dan tally sheet untuk menulis dan menyimpan data.4.3. Bahan Penelitian1) Data dan informasi wilayah hutan (KBK maupun KBNK) di Kab. Sanggau,Kalbar.2) Peta wilayah dan data digital citra landsat.3) Tali plastikjangkar untuk membuat plot sampel.4) Pita tanda untuk menandai tegakan yang telah di inventarisasi.5) Patok untuk menandai batas plot sampel.4.4. Data PenelitianData primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan melaluipengukuran, pengamatan, perhitungan, pencatatan dan wawancara dengan pihak-pihakterkait yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Data primer yang diperolehmeliputi data tegakan Genis, jumlah, umur, diameter dan tinggi) dan luasan hutan sertaluasan plot sam pel yang dibuat, juga data dari basil wawancara dengan pihak terkait.7


Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan, diolab, dan disajikan olebpibak lain, tetapi digunakan oleb peneliti. Data sekunder diperoleb dari dokumendokumenyang terdapat di Instansi Pemerintahan maupun Perusahaan Perkayuan danPerkebunan serta dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di wilayab tersebut danpibak terkait lainnya.4.5. Pelaksanaan Penelitian1) Observasi LapanganObservasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleb data daninformasi mengenai keberadaan laban yang memiliki tegakan meranti penghasiltengkawang yang sering dimanfaatkan oleb masyarakat sekitarnya. Selain itujuga bertujuan untuk mengambil data GPS point dan mengetabui aksestransportasi untuk menuju lokasi pokok serta untuk mengetabui kondisi di lokasiterse but.2) Pembuatan Plot SampelPembuatan plot sampel adalab berupa petak ukur yang sebelumnya ditentukanterlebih dabulu berdasarkan basil pengambilan sampel secara acak (randomsampling) pada tiap lokasi dengan mempertimbangkan kondisi sebaran tegakan.Ukuran plot sampel adalab 30 m x 30 m (pendekatan terbadap ukuran per pikselcitra landsat TM) dengan tiga ulangan untuk tiap kondisi vegetasi danpengambilan data maupun informasi tegakan lainnya dan tumbuban bawab.3) Inventarisasi.Setelab menentukan dan membuat petak ukur sebagai plot sampel, kemudianmelakukan inventarisasi untuk mendapatkan data dan informasi yang cermatmengenai tegakan meranti pengbasil tengkawang sesuai dengan keadaan dilapangan.4) Pengukuran Diameter PobonPengukuran diameter pobon dilakukan pada seluruh pobon yang masuk dalamplot sampel dengan menggunakan pbiband atau caliper. Pengukuran dilakukansetinggi dada(± 1,3 m dari permukaan tanab). Pada pobon yang letaknya beradadi lereng bukit dilakukan pengukuran setinggi 1,3 m dari permukaan lerengbagian atas. Pada pobon bercabang sebelum ketinggian I ,3 m dilakukanpengukuran diameter pada semua cabang yang ada pada ketinggian 1,3 m dari8


pennukaan tanah. Dan pada pohon yang berbanir dilakukan pengukurandiameter dengan ketinggian 0,5 m setelah banir.5) Pengukuran Tinggi PohonPengukuran tinggi pohon dilakukan sebanyak dua kali yaitu mengukur tinggipohon bebas cabang dan tinggi total pohon pada tegakan yang masuk dalam plotsampel dengan menggunakan vertec atau hagameter. Pengukuran bebas cabangdilakukan pada pohon berdiri dari pennukaan tanah sampai dengan cabangpertama pohon tersebut. Sedangkan pengukuran tinggi pohon total dilakukandari pennukaan tanah sampai dengan tajuk tertinggi dari pohon tersebut.6) Interpretasi Citra Penginderaan JauhCitra Landsat digunakan sebagai bahan <strong>penelitian</strong>, citra ini dipilih karena cukupbagus untuk kajian vegetasi dan telah dipakai oleh banyak <strong>penelitian</strong> untukmemperoleh data sebaran kondisi butan. Tahapan kegiatan yang dilakukandalam interpretasi citra adalah sebagai berikut:a. Melakukan koreksi geometri dengan data Peta RBI skala 1 : 50.000,melakukan koreksi radiometrik dan melakukan perbaikan kualitas citrayang stripping dengan citra lain maupun sumber data lain.b. Cropping Citra Landsat dengan batas daerab <strong>penelitian</strong>c. Melakukan kegiatan interpretasi penutupan laban dengan kelas penutupanberdasarkan pedoman teknis penafsiran Citra Landsat dari DirjenPlanologi Kehutanan.d. Melakukan pengolaban digital dengan teknik transfonnasi NDVI untukmendapatkan data kerapatan vegetasi. Perbedaan kerapatan vegetasidilakukan dengan menggunakan analisis indeks vegetasi (NormalizeDifference Vegetation Index I NDVI), dimana akan diketahui : Penentuantingkat kerapatan vegetasi secara detil, yang dikelompokkan dalam 3tingkat, yaitu : rapat, sedang dan jarang.e. Analisa Citra Landsat dengan melakukan overlay data kerapatan vegetasidari NDVI dan peta tutupan laban basil penafsiran secara manual.f. Membuat peta sebaran potensi tutupan laban pada kawasan butan alamterse but.9


Hasil interpretasi citra kemudian di cross check dengan kondisi sebenamya dilapangan (ground check) dengan melakukan beberapa tabapan kegiatan sebagaiberikut:a. Mencari variasi landcover Genis tutupan atau kerapatan vegetasi) yangmerupakan basil analisa NDVI dalam kelas-kelas jenis tutupan ataukerapatan vegetasi di lapangan.b. Membangun plot-plot sampel pada masing-masing kelas tutupan dankerapatan vegetasi dengan ukuran plot 30 m x 30 m (pendekatan terbadapukuran per piksel Citra Landsat TM) sebanyak 3 ulangan untuk tiap kelas.c. Melakukan pemantauan dan pengukuran terbadap tegakan dan dimensipertumbubannya berupa diameter dan tinggi pobon yang ber-dbb >5 empada setiap plot sampel dan ulangannya.d. Potensi biomassa dan karbon pada plot sampel tersebut diketabui melaluipendekatan persamaan allometrik yang relevan terbadap jenis pobon dankondisi kawasan tersebut.Pendugaan stok karbon pada kawasan butan alam dapat diketabui denganmengkalibrasi dan mengelompokkan potensi karbon dari plot-plot sampeldalam kelas penutupan atau kerapatan vegetasi.Analisa perubaban penutupan laban dan dinamika karbon dilakukan denganmembandingkan perubaban luasan penutupan laban dalam periode analisisserta perubaban dinamika potensi karbon per penutupan laban yang diperolebdari basil penafsiran citra per periode analisis. Hal ini dilakukan dengan asumsibabwa nilai per ba karbon per penutupan laban adalab tetap, karena tidakadanya data pengukuran potensi karbon pada masa lampau yang dilakukandengan metode serupa.7) Penilaian Ekonomi Masyarakat Sekitar HutanTeknik dan metode yang digunakan dalam penilaian ekonomi adalah metodebarga pasar dengan menggunakan pendekatan produktivitas dan profitabilitas.Data produktivitas dan profitabilitas sebagai akses untuk eksplorasipengbargaan bagi masyarakat sekitar butan atas jasa lingkungan dalammempertabankan kondisi butan dan banya mengelola komiditi pertaniansampingan dengan sistem agroforestry, sebagai contob masyarakat yang10


mempertahankan tegakan meranti untuk tidak ditebang dan hanyamengeksploitasi biji tengkawang sebagai komoditi penghasilan mereka.Adapun komponen yang akan menjadi dasar perhitungan adalah seperti dalamTabel 1 berikut :Tabel 1. Komponen penilaian ekonomi masyarakat sekitar hutan.ProdukyangDinilaiHasil HutanBukanKayu(HHBK):• TengkawangInformasi yangDikumpulkan• Hasil panen• Biaya pemeliharaan• Teknis penjualan• Hargajual• Lain-lainCara PengambilanData• Wawancara• Data SekunderPenilaianEkonomiPendekatan• Produktivitas• ProfitabilitasKategoridalamPenilaianEkonomiLangsung4.6. Analisis DataData-data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan terhadap objeksampel <strong>penelitian</strong> selanjutnya dianalisis dengan prosedur-prosedur perhitungan yangtepat dan pendekatan interpretasi citra.1) Volume Pohon pada Kondisi Tegakan BerdiriDalam menaksir volume pohon pada kondisi tegakan berdiri (standing stock)dengan terlebih dahulu menentukan bilangan bentuknya. Bilangan bentuk iniditentukan berdasarkan hasil <strong>penelitian</strong> yang telah ada sebelumnya. Metodeanalisa yang digunakan dalam mencari volume pohon pada kondisi tegakanberdiri adalah menggunakan formula-formula yang baku dan di input ke dalamtabel analisis tlata yang kemudian hasilnya dikonversi ke dalam luas, makapotensi tegakan tengkawang pada kondisi masih berdiri untuk seluruh kawasanhutan dapat diketahui. Berikut prosedur perhitungan volume pohon pada kondisitegakan berdiri, yaitu :V = lbds x t xI x n atau V = 1fi x n x tf x t xI x ndimana:V :Volume kayu pada kondisi tegakan berdirilbds : Luas bidang dasar setingga dada (1,3 m)t :Tinggipohonf : Bilangan bentuk atau faktor bentuk (0,7)d :Diameter setinggi dada (1,3 m)n : Kerapatan pohon (nlha)1C :Pi (3,14)11


2) Biomassa PohonBiomassa pohon diketahui dengan menggunakan pendekatan persamaanallometrik yang telah ada dari hasil <strong>penelitian</strong>. Kemudian melalui konversiluasan area~ potensi biomassa untuk areal hutan dapat diketahui.3) Kandungan Karbon PohonKandungan karbon pohon diketahui dengan menggunakan menggunakanpendekatan perhitungan karbon tersimpan per lahan menurut Hairiah danRahayu (2007), yaitu:KT=BKx0,46dimana:KT : Jumlah karbon tersimpan (kglha)BK : Berat kering biomassa (kglha)0, 46 : Konsentrasi C dalam biomassaKemudian melalui konversi luasan areal, potensi kandungan karbon untukpohon dapat diketahui.4) Potensi Rutan dalam Menyerap C0 2Potensi penyerapan C0 2 diperoleh melalui perhitungan konversi kandunganunsur karbon terhadap besamya serapan C0 2 , maka perhitungan dilakukanberdasarkan 1 juta metrik ton karbon ekivalen dengan 3,67 juta metrik ton C0 2(Makundi, et al. 1997; Murdiyarso, 1999), sehingga besamya serapan C02 padadimensi pertumbuhan pohon tiap hektamya dapat diketahui. Dengan demikianmelalui konversi luas area, maka potensi hutan dalam menyerap C0 2 dapatdihitung dan diketahui, berikut rumus yang digunakan, yaitu :W C02 = Wtc X 3,67dimana:W co2 : Banyaknya C02 yang diserap (ton)W tc : Berat total unsur karbon tegakan dan dimensinya (ton/Ha)3,67 : Angka ekivalenlkonversi unsur karbon (C) ke C0 2 [massa atomC=12 dan 0=16, C0 2 => (lx12)+(2x16)=44; konversinya => (44:12)=3,67]5) Interpretasi Citra Penginderaan JauhHasil <strong>penelitian</strong> di lapangan kemudian dicocokkan dengan citra penginderaanjauh, kemudian data dianalisa menggunakan indeks penutupan lahan ataukerapatan vegetasi yaitu NDVI (Normalize Difference Vegetation Index).12


6) Eksplorasi Jasa Lingkungan dalam Rancangan Mekanisme RUPESEksplorasi jasa lingkungan dirancang terlebih dahulu untuk kemudian dikajimelalui suatu analisa dengan mengeksplorasi parameter-parameter yangberhubungan dengan mekanisme RUPES, yaitu : identiftkasi jenis jasalingkungan; identiflkasi siapa yang mendapat manfaat dari jasa lingkungan; asalatau sumber pendanaan atau pemberi imbalan; dan penerima imbalan dari jasalingkungan. Kemudian dari parameter ini, berkaitan erat dengan kriteria darirancangan mekanisme RUPES yang terdiri dari : Kriteria Kelembagaan; KriteriaJenis Imbalan; Kriteria Pengawasan dan Evaluasi.Kriteria-kriteria tersebut digunakan untuk menganalisa sejumlah mekanismeRUPES yang telah teridentiflkasi dan mekanisme mana yang cocok untukditerapkan pada suatu wilayah tertentu, mekanisme-mekanisme RUPES(Gouyon A. 2004) tersebut adalah (1) Strategi konservasi yang berwawasanmasyarakat (people-friendly conservation strategies); (2) Imbalan pada kontrakuntuk kehutanan dan pertanian yang ramah lingkungan (Contractual rewards forenvironmentally-friendly agriculture and forestry); (3) Wisata yang ramahlingkungan dan berwawasan sosial (Ekowisata); (4) Pembagian manfaat darisumberdaya genetik (Share of benefit of genetic resources); (5) Perdagangandalam izin emisi (Trade in emissions permits).4.7. Rancangan RisetRancangan risei "Pendugaan Potensi Karbon Tersimpan Pada Tegakan MerantiPenghasil Tengkawang Dalam Rangka Eksplorasi Manfaat Bagi Masyarakat Lokal AtasJasa Lingkungan" dirangkum dalam alur pikir rancangan <strong>penelitian</strong> berikut ini :13


Tegakan Meranti Penghasil TengkawangCek Lapangan dan pengambilan dataprimer:Interpretasi Indraja & SIG 1 • Kondisi lapangan (sungai, jalan, dll)• Kondisi vegetasi (pengukurandiameter dengan tanpa menebangi• Nekromasa dan tumbuhan bawah• Wawancara• Sebelumnya data diperoleh dengan membangun plot sampel dan kegiatan inventarisasi• Pengumpulan responden dan wawancara dengan pihak:-pihak terkait• Pengolahan dan analisa data dengan menggunakan metoda :o NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), dan <strong>program</strong> pengolahan datavector (Arcview)o Menggunakan persamaan allometrik untuk mengetahui biomassa tegakan 2 ; serasahdan tumbuhan bawah -+ [BK = (BK spVBB spl)*BB spl ttl]o Kandungan karbon (C, dalam kg) diduga dengan mengalikan total berat biomassadengan konsentrasi C dalam biomassao Analisa data basil wawancara.BASILKeterangan :L Memanfaatkan data hasil interpretasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) untukmengetahui kondisi penggunaan lahan berdasarkan tipe tutupan lahan dan kerapatan vegetasi padaskala landskap dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi perubahan kondisi laban dannilai pendugaan kandungan karbon (C) pada kawasan tersebut.2· Maksudnya adalah melakukan pengukuran diameter untuk mendapatkan riapnya kemudian denganformat allometrik yang ada dilakukan perhitungan biomassanya. Berikut persamaan allometrikhubungan antara DBH dan biomassa yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam <strong>penelitian</strong>, yaitu :untuk pohon-pohon di kawasan tropis Indonesia oleh Ketterings (2001)-+ W = 0,11 p D 2 • 62Keterangan :W = biomassa kering pohon (kg/pohon)D =diameter pohon setinggi dada (em)0,11 dan 2,62 = konstanta dari analisa statistikp = kerapatan kayu (Mg.m- 3 ataukg.dm- 3 atau gr. cm' 3 )Shorea stenoptera (tengkawang) kerapatan kayu = 0,42 Mg.m·3 (Rahayu, et. al.,www.icraf.cgiar.org/sea, diakses : 07 Nopember 2007)14


V. BASIL DAN PEMBAHASANDalam <strong>penelitian</strong> ini, areal yang dijadikan lokasi <strong>penelitian</strong> adalab kawasan yangberbutan, baik yang berada di laban milik masyarakat maupun laban milik pemerintah.Prioritas yang menjadi lokasi <strong>penelitian</strong> selain berbutan, pada kawasan tersebut jugamemiliki tegakan dari jenis meranti pengbasil tengkawang yang jelas riwayat asalusulnya dan juga mendapatkan ijin dari pemilik laban.Kegiatan <strong>penelitian</strong> ini dilakukan pada 12 plot yang tersebar di empat lokasi diKabupaten Sanggau Propinsi Kalimantan Barat, dari ke-empat lokasi tersebut ada tigalokasi yaitu : Sei Botub, Sei Gambir dan Sei Nrabang berada di laban milik masyarakatdan satu lokasi yaitu : Semboja berada di laban milik pemerintab. Riwayat lokasi<strong>penelitian</strong> di laban milik masyarakat diketahui dari basil wawancara babwa kawasanbutan mereka merupakan laban bekas ladang yang kemudian menjadi tembawang (suatumetode tradisonal dari kearifan lokal masyarakat dayak di Sanggau untukmenghutankan kembali laban bekas ladang, atau dapat juga dikatakan kebun butan).Sedangkan pada laban yang dikelola oleb pemerintah adalab sebelumnya merupakanlaban milik pemerintab daerab Kabupaten Sanggau yang kemudian dikelola secarabersama-sama dalam suatu ikatan kerjasama dengan pemerintah Jerman untukmembangun laban agroforestry yang ditanami dengan jenis-jenis komersil, yang salabsatunya adalab meranti pengbasil tengkawang (Shorea stenoptera dan Shorea sp).Biji tengkawang merupakan salab satu komoditi andalan di Sanggau sebelumadanya karet dan sawit. Dan saat ini biji tengkawang tidak menjadi sesuatu yang bisadiandalkan lagi untuk menambab pendapatan masyarakat di Sanggau, karena telabtergerus dengan komoditi lain yang lebib dapat menambab pendapatan masyarakatsetempat, seperti karet dan sawit. Sebingga sebagian besar tembawang-tembawangbanyak yang berubab status menjadi perkebunan karet ataupun sawit, dan banyaktegakan tengkawang yang tereksploitasi karenanya. Walaupun saat ini aturan laranganuntuk mengeksploitasi dan memperjualbelikan kayu tengkawang telab ada, tidakmenjadi bambatan bagi masyarakat untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan kayutengkawang tersebut digunakan untuk kebutuhan sendiri, sebingga tidak dapat diketahuioleb pihak pemeriksa atau petugas berwenang lainnya.15


Namun ada juga beberapa kelompok masyarakat yang masih mempertahankanareal tembawang mereka dikarenakan warisan keluarga (nenek moyang) dan kesadaranatau kebanggaan dari suatu adat istiadat. Secara tidak langsung hal ini menjadikan suatutradisi dari masyarakat tersebut untuk tetap memelihara lingkungan mereka dengankearifan lokal dan metode tradisional yang mereka miliki. Dan secara tidak langsungpula masyarakat tersebut telah memberikan peluang terhadap hutan mereka untukmemberikan jasa-jasa lingkungan yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnyasebagai media untuk menyerap C0 2 dan polutan-polutan lain yang berbahaya bagilingkungan dan sebagai penyedia air bagi mahluk hidup disekitamya. Hal inilah yangdicoba untuk dilakukan <strong>riset</strong>, terutama pada tegakan jenis tengkawang yang merupakanjenis tumbuhan yang mulai langka. Diharapkan kedepannya masih dapat dipertahankankeberadaan tegakannya selain biji dan kayunya yang dapat dimanfaatkan, diharapkanpula basil <strong>penelitian</strong> ini bisa memberikan informasi mengenai jasa lingkungan yangdapat diberikan tegakan tengkawang dan vegetasi sekitamya dalam hal menyimpan danmenyerap karbon dari atmosfer. Selain itu dilakukan pula <strong>riset</strong> berupa eksplorasi jasalingkungan lain yang dapat dihasilkan dari keberadaan tengkawang dalam suatukawasan berhutan (tembawang) yang berguna bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.5.1. Kondisi Umum Lokasi PenelitianKabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengahdan berada dibagian utara Propinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah 12.857,70km 2 dengan kepadatan penduduk per km 2 rata-rata 29 jiwa. Dilihat dari letakgeografisnya kabupaten sanggau terletak diantara 1 derajat l 0 menit LU dan 0 derajat35 menit LS. serta diantara 109 derajat 45 menit, Ill derajat ll menit Bujur Timur.Batas Wilayah Kabupaten Sanggau adalah :l. Sebelah Utara berbatasan dengan Malaysia Timur ( Serawak )2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Sintang, dan Sekadau4. Sebelah Barat berbatsan dengan Kab. LandakKabupaten Sanggau merupakan daerah terluas dan berada diurutan ke 4 dariKabupaten/Kodya di Propinsi Kalimantan Barat. Kecamatan di Kabupaten Sanggau16


erjumlah 15 Kecamatan, dan kecamatan yang menjadi sampling dalam <strong>penelitian</strong>adalah Kecamatan Kapuas dengan luas 1.382 km 2 dan Parindu dengan luas 593,90 km 2 •,.,.. -~eta.fll'op. Kalbar~~v'Jv--~ • ·.-.Peta Kab. SanggauGambar l. Peta lokasi <strong>penelitian</strong> secara umum.Kabupaten Sanggau beriklim tropis dengan rata-rata curah hujantertinggi mencapai 196 mm terjadi pada bulan januari dan terendah mencapai 54 mmterjadi pada bulanjuli. ·Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yangberbukit dan rawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas,Sungai Sekayam.Jenis tanah yang terdapat di Kabuapten Sanggau adalah jenis tanah podsolidmerah kuning batuan dan padat yg hampir seluruh Kecamatan dengan luas mencapaisekitar 576,910 ha. Formasi geologi antara lain adalah Formasi kwartir, Kapur, Trias,Pistosen, Instruksif dan Plutonik Basa menengah, IntruksifPlutonik Asam, Seksi Hablurlntruksif dan Plutonik Lapisan Batu dan Permo Karbon.Secara umum lokasi <strong>penelitian</strong> yang dibangun plot sampel sebanyak 12 (duabelas) plot tersebut terletak di dua kecamatan, yaitu 3 (tiga) plot berada di areal laban17


milik pemerintah yang terletak di Semboja, Kelurahan Bunut, Kecamatan Kapuas dan 9(sembilan) plot berada di areal laban milik masyarakat yang terletak di Desa PanduRaya, Kecamatan Parindu.Desa Pandu Raya berpenduduk 473 KK dengan jumlah laki-laki sebanyak 938jiwa dan perempuan sebanyak 885 jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Pandu Rayaadalah 0,250 jiwa per Km. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Pandu Rayabervariasi mulai dari yang belum bersekolah atau yang pemah bersekolah namun tidaktamat hingga yang berpendidikan setingkat Diploma. Mata pencaharian masyarakat diDesa Pandu Raya juga bervariasi, namun mayoritas mata pencaharian masyarakat DesaPandu Raya adalah berkebun (sawit dan karet).5.2. Potensi Tegakan Tengkawang dan Vegetasi LainnyaPotensi tegakan pada kawasan berhutan (tembawang dan agroforestri) dinilaidari keragaman dan kerapatan tegakan untuk spesies yang ditemukan pada berbagaisistem penggunaan laban di Kabupaten Sanggau. Biasanya klasifikasi potensi tegakanini dibagi menjadi tiga kelas yaitu : jarang, sedang dan rapat. Klasifikasi ini dapatdiketahui melalui rangkaian kegiatan <strong>riset</strong> yang biasanya dimulai dari pengamatan dananalisa spasial dengan citra digital yang kemudian dipadukandengan basil kegiatan dilapangan (ground check).Dari basil <strong>penelitian</strong> di empat lokasi plot <strong>penelitian</strong> dapat diketahui bahwakomposisi keragaman spesies di areal milik masyarakat dan pemerintah memilikiperbedaan yang cukup signifikan, hal ini juga dapat terlihat dari sajian pada Gambar 2.Menyebutkan bahwa jumlah pohon dan variasi jenisnya lebih banyak di laban milikmasyarakat, dengan jumlab tegakan tengkawang yang sedikit per hektamyadibandingkan dengan jenis tegakan lainnya. Kondisi ini berbanding terbalik denganhasil <strong>penelitian</strong> yang dilakukan di Semboja yang merupakan laban dibawah pengelolaanpihak pemerintah daerah.18


600 Tcngkawang Jcn1s Lain500-;;;.s::.£: 400cH-'0Ul..c.0Q,. 300c..


PETACffRA LANDSAT TM 5t2OE:CXING u-PANGAN SIHGGotrJJA-:...;...:,.r - ·--.-..-..-·---..........- '-.......~.._.. _,~. ......... ,• • n·n.•I. .......... ,.........1. ...... _,_,. , . . ... ....,..._,.. .t. • •,......_.. nrD"u.t._ .-v•.t• IM' UN.f1 • ..-... n:J:• nt'_."_.._ ••.r-11.1 IM'I.-••I. M ' ... G-' III'U' U.&• H'W


450- 400Qs 35032-J.B.§. 300 l.7l..S9r::Q250.....Q: 2001-Gl 150E:I0100> 50• Tcngkaw.:mg • Jcni~ Lain~99 . 51 -10!.-1019!.9685.570Sci Botuh SciGambir Sci Nrabang ScmbojaLokasi PenelitianGambar 4. Volume tegakanjenis tengkawang danjenis lain di lokasi <strong>penelitian</strong>.Gambar 4 menyajikan basil perbitungan potensi tegakan yang diuraikan melaluivolume tegakan per bektamya pada lokasi <strong>penelitian</strong>. Dari basil ini juga dapatdijelaskan babwa dalam suatu kawasan berhutan yang rapat tidak selamanya memilikipotensi yang besar pula hila ditinjau dari volume per bektar. Hal ini bisa terlibat padalokasi <strong>penelitian</strong> di Semboja yang banya memiliki potensi tegakan untuk jenistengkawang sebesar 193,96 m 3 /ha dan jenis lainnya sebesar 85,57 m 3 /ha. Lokasi<strong>penelitian</strong> yang memiliki potensi tegakan tengkawang terbesar adalah Sei Gambirsebesar 399,51 m 3 /ha, sedangkan lokasi yang potensinya besar untuk tegakan jenis lainadalah Sei Nrabang sebesar 402,40 m 3 /ha. Besaran volume tegakan di tiap lokasi<strong>penelitian</strong> lebib kurangnya dipengarubi oleb sebaran kelas diameter pobon pada masingmasinglokasi. Seperti di Semboja, dari tiga klasifikasi diameter yang dibuat, sebagianbesar pohon masuk dalam kelas diameter 10 - 29,9 em dan setengahnya memilikidiameter < 20 em. Lain balnya dengan pobon-pobon pada ketiga lokasi yang berbedadengan sebaran kelas diameter sebagian besar > 30 em (Tabel2).Dari basil analisa citra digital (Landsat 7) tipe tutupan laban di KabupatenSanggau sebagian besar dikategorikan pada laban pertanian campur semak denganluasan sekitar 35.829 ba dengan estimasi potensi tegakannya sekitar 8.690.086 m 3(Lampiran 2).21


Tabel 2. Jumlah pohon berdasarkan kelas diameter pada lokasi <strong>penelitian</strong>Kelas Diameter (nlha)No. Lokasi10-29,9 em 30-49,9 em 50 em up1 Sei Botuh 292,59 88,89 51,852 Sei Gambir 333,33 85,19 51,853 Sei Nrabang 381,48 137,04 18,524 Semboja ____________ ---848,15 ___ 48,1_5 0,005.3. Cadangan Biomassa Tegakan Tengkawang dan Vegetasi LainnyaBiomassa pohon dalam <strong>penelitian</strong> ini diketahui dengan menggunakan persamaanallometrik (allometric equation) pohon-pohon bercabang yang umum di jumpai lahantropis. Allometrik ini juga sering digunakan oleh beberapa peneliti di Indonesia untukmengukur cadangan biomassa dan karbon pada lahan-lahan agroforestri dan kebuncampuran. Dalam allometrik ini komponen atau dimensi organ pertumbuhan pohonyang diperlukan adalab diameter, dan sebagai penunjang dari keakuratan dalamperhitungan biomassa diperlukan pula informasi mengenai kerapatan kayu dari setiapjenis pohon yang diukur. Menurut Rahayu et al. (2007) menyatakan hutan primermempunyai persentase spesies dengan kerapatan kayu berat bingga sangat berat sekitar42%, hutan bekas tebangan 32%, agroforestri 11% dan jakaw 19%. Jakaw danagroforestri didominasi oleb pohon dengan kerapatan kayu rendah bingga sedang(sekitar 80%).Untuk nilai kerapatan kayu dari jenis tengkawang (Shorea stenoptera) diketahuiberkisar antara 0,31- 0,57 Mg/m 3 dengan demikian nilai tengah kerapatan kayutengkawang adalah 0,42 Mg/m 3 (Rabayu et al. 2007). Sedangkan untuk jenis-jenislainnya menggunakan nilai kerapatan kayu pada pohon-pohon di laban agroforestri yangbemilai 0,60 (Rahayu et al. 2007), hal ini dilakukan karena lokasi <strong>penelitian</strong> inerupakanlahan tembawang (kebun campuran) atau bisa dikatakan teknik agroforestri yangtradisional dan sebagian lagi adalab laban agroforestri yang dibangun oleh pemerintah.Hasil <strong>penelitian</strong> menyebutkan bahwa potensi cadangan biomassa untuk tegakanjenis tengkawang dan jenis lain di ke-empat lokasi <strong>penelitian</strong> sangat bervariasi, Jainhalnya dengan cadangan biomassa pada serasah dan tumbuhan bawah yang tidakterdapat perbedaan yang signifikan dari ke-empat lokasi tersebut (Gambar 5). Untukpotensi cadangan biomassa jenis tengkawang yang terbesar adalah laban berhutan di SeiGambir sebesar 125,52 ton/ha, kemudian di Sei Botuh sebesar 98,39 ton/ha, Semboja22


sebesar 58,84 tonlha dan Sei Nrabang sebesar 55,67 tonlha. Untuk jenis-jenis lainpotensi cadangan biomassa terbesar di Sei Nrabang sebesar 168,12 tonlha, kemudian diSei Botuh sebesar 167,10 tonlha, Sei Gambir sebesar 95,35 ton/ha dan Semboja sebesar47,11 ton/ha (Gambar 5).Hasil pengukuran dan konversi ke luasan untuk cadangan biomassa pada serasahdi empat lokasi <strong>penelitian</strong> yang diurutkan mulai dari yang terbesar adalah Sei Gambirsebesar 17,84 tonlha, Sei Nrabang sebesar 14,37 ton!ha, Semboja sebesar 23,50 tonlhadan Sei Botuh sebesar 12,17 tonlha. Sedangkan untuk tumbuhan bawah memilikicadangan biomassa yang paling kecil dari ketiga komponen parameter yang diukur yaitu< 3 tonlha untuk ke-empat lokasi <strong>penelitian</strong> seperti yang disajikan pada Gambar 5.• Tcngkawang • Jenis Lain Scrasah • Tumbuhan Bawah180 167.10 168.lliii.c. 160-c0 140 I I 11.5.5l~fl) 12098 . :S~ I I 9535"' fl)100E0 80iii L I Ic 60Illc.o'c 40"'CC20 l'I55.61fl) 17.84p.17 ~ t.J.H B.50ttl l-59 Iu 1.01 .l.ll Il-090SciBotuh Sei Gambir Sei Nr


masyarakat riwayat pengelolaan lahannya dilakukan secara turun temurun sehinggaumur tanaman tiap laban tersebut sudah dapat dikatakan tua, sedangkan pada labanmilik pemerintah riwayat pengelolaan lahannya tergolong sangat muda sejak tahun1991 kegiatan penanamannya.Dari basil analisa citra digital (Landsat 7) potensi cadangan biomassa pada labanpertanian campur semak di Kabupaten Sanggau dengan luasan sekitar 35.829 ha adalahdiestimasikan berkisar 3.092.623 ton (Lampiran 3).5.4. Cadangan Karbon Tegakan Tengkawang dan Vegetasi LainnyaCadangan karbon pada suatu sistem penggunaan laban dipengaruhi oleh jenisvegetasinya. Suatu sistem penggunaan laban yang terdiri dari pohon dengan spesiesyang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi hiladibandingkan dengan laban yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayurendah. Biomassa pohon (dalam berat kering) dihitung menggunakan persamaanallometrik berdasarkan pada diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanab.Dari biomassa komponen penyimpan karbon dalam suatu luasan tertentu kemudiandikonversi ke nilai karbonnya.Estimasi cadangan karbon di atas permukaan tanah pada lokasi <strong>penelitian</strong> diKab. Sanggau untuk tegakan jenis tengkawang berkisar antara 27,07 - 57,74 ton C/ha,tegakan jenis lainnya berkisar antara 21,67 - 77,34 ton C/ha, sedangkan cadangankarbon untuk serasah dan tumbuhan bawah masing-masing berkisar antara 5,60 - 8,21ton C/ha dan 0,47 -1~19 ton C/ha seperti tercantum dalam Gambar 6. Cadangan karbondi atas permukaan tanah pada laban berhutan di Kecamatan Kapuas dan Parindu,Kabupaten Sanggau masih tergolong cukup, yaitu berkisar 55,91 - 128,19 ton C/ha.Studi dari proyek Alternatives to Slash-and-Bum (ASB) di Sumatera menemukanbahwa cadangan karbon pada hutan primer mencapai 300 Mg C ha- 1 (Hairiah andMurdiyarso, in press). Hutan di Indonesia diperkirakan mempunyai cadangan karbonberkisar antara 161-300 Mg C ha- 1 (Murdiyarso eta/., 1995).Sedangkan estimasi cadangan karbon yang dikonversi dari basil analisa citradigital (Landsat 7) potensi cadangan biomassa pada laban pertanian campur semak yangdiestimasikan berkisar 1.422.606,58 ton karbon yang masih tersimpan di KabupatenSanggau.24


-;;-.&:.........908070c:;0~ 60c:;...~Tcngkawang Jcnts Lain Scrasah Tumbuhan Bawah7687 7734II 577-l050-l51~ ! I 4U6.Q40:.cc:;n .61 17.07I~11030.-1167c:~20~~u ~1 1 661 '(>.ll10 ,s 61}o.n 1.19 ,l 01 0960Set Botuh SctGambtr SctNrabang ScrnbOJJLokasi PenelitianGam bar 6. Cadangan karbon tegakan jenis tengkawang, tegakan jenis lain, serasab dantumbuban bawah pada lokasi <strong>penelitian</strong>Pada sajian Gambar 6 dapat diketahui potensi cadangan karbon jenistengkawang yang terbesar adalab laban berbutan di Sei Gambir sebesar 57,74 ton C/ha,kemudian di Sei Botuh sebesar 45,26 ton C/ha, Semboja sebesar 27,07 ton C/ha dan SeiNrabang sebesar 25,61 ton C/ba. Untuk tegakan jenis lain potensi cadangan biomassaterbesar di Sei Nrabang sebesar 77,34 ton C/ha, kemudian di Sei Botuh sebesar 76,87ton C/ha, Sei Gambir sebesar 43,86 ton C/ha dan Semboja sebesar 21,67 ton C/ha.Hasil pengukuran dan konversi ke luasan untuk cadangan karbon pada serasab diempat lokasi <strong>penelitian</strong> yang diurutkan mulai dari yang terbesar adalab Sei Gambirsebesar 8,21 ton C/ha, Sei Nrabang sebesar 6,61 ton C/ha, Semboja sebesar 6,21 tonC/ha dan Sei Botub sebesar 5,60 ton C/ha. Sedangkan untuk tumbuhan bawab memilikicadangan karbon yang paling kecil dari ketiga komponen parameter yang diukur yaitu


5.5. Potensi Tegakan Tengkawang dan Vegetasi Lainnya Dalam Menyerap C0 2 •Peningkatan C02 di atmosfer merupakan peristiwa atau permasalahan yangmenjadi perhatian besar dalam dekade ini, banyak tanggapan atau pemecahan mengenaiancaman peningkatan C02 di atmosfer yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar,yaitu: (1) mengurangi emisi dari C02 ke atmosfer; (2) memindahkan C02 dari atmosferdan menyimpannya di daratan atau dalam lautan. Untuk di daratan, hutan merupakanpenyerap karbon terbesar dan memainkan peran penting dalam siklus karbon global,hutan tidak hanya menahan sejumlah besar karbon, tetapi juga mengubahnya secaraaktif dari atmosfer. Menurut Waring dan Schlesinger (1985) dalam Schroeder (1992)bahwa rata-rata setara dengan seluruh isi CO:z di atmosfer yang tersaring melaluivegetasi di daratan bumi setiap 7 tahun dan sekitar 70% perubahan terjadi melaluiekosistem hutan. Karena perubahan yang sedemikian kuat, maka perkembangan hutandunia dapat memberikan peluang pada peningkatan penyerapan karbon di daratan danmemperlambat peningkatan konsentrasi CO:z dalam atmosfer. Selain itu beberapa hasil<strong>penelitian</strong> yang telah dipublikasikan menyatakan bahwa penilaian potensi dankelayakan penanaman hutan sedikitnya telah memperlambat kenaikan C02 ke atmosfer.Dari hasil <strong>penelitian</strong> di Kabupaten Sanggau pada lahan milik masyarakatmaupun pemerintah diketahui bahwa tegakan jenis tengkawang dapat menyerap C02pada kisaran rata-rata 142,83 ton C02/ha, sedangkan untuk tegakan jenis lainnya rataratasebesar 201,61 ton C02/ha lebih besar dari tegakan jenis tengkawang. Untukserasah dan tumbuhan bawah memiliki kisaran rata-rata dalam menyerap C02 masingmasingadalah 24,43 ton C02/ha dan 3,34 ton C02/ha.Pada Gambar 7 memberikan informasi mengenai kemampuan tegakan danvegetasi lainnya dalam menyerap C02 dari atmosfer. Dari hasil <strong>penelitian</strong> dapatdiketahui potensi penyerapan C02 oleh tegakan jenis tengkawang yang terbesar di SeiGambir dengan kisaran 211,90 ton C02/ha dan potensi penyerapan terkecil di SeiNrabang dengan kisaran 93,98 ton C02/ha. Untuk tegakanjenis lain potensi penyerapanC02 terbesar di Sei Nrabang berkisar 283,82 ton C02/ha, kemudian yang terkecil diSemboja berkisar 79,53 ton C02/ha.26


Tcngkawang Lain-lain Scrasah Tumbuhan Bawah111.90300 1.81.10 1.83.81-270e..t:240c.2 210I0180 11161!1 I 160 97uc 150eQ. 120 99.H0I I I9~ 91....!79 53Qj 90>cQj 60p O.llQ. io H1HGl.U930I1 71 B 7 H _. 3.51.0Sei Botuh Sci Gam b•r Sci NrJbang ScmbojaLokasi PenelitianGambar 7. Kemampuan tegakan jenis tengkawang, tegakan jenis lain, serasah dantumbuhan bawah dalam menyarap C02 dari atmosfer.Hasil pengukuran dan konversi ke luasan untuk kemampuan serasah dantumbuhan bawah dalam menyerap C02 dari atmosfer, diurutkan dari yang terbesaruntuk parameter serasah di Sei Gambir berkisar 30, 11 ton C02/ha, sedangkan yangterkecil di Sei Botuh berkisar 20,54 ton CO~a. Pada tumbuhan bawah yang memilikikemampuan terbesar dalam menyerap C02 adalah di Sei Gambir berkisar 4,37 tonC02/ha dan lahan yang memiliki kemampuan terkecil dalam menyerap C02 adalah diSei Botuh dengan potensi berkisar 1, 71 ton C02/ha (Gambar 7).5.6. Eksplorasi Manfaat Terhadap Jasa Lingkungan.Eksplorasi manfaat terhadap jasa lingkungan merupakan upaya yang dilakukandalam kegiatan <strong>penelitian</strong> ini untuk mengidentifikasi bentuk maupun usaha konservasiyang memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat sekitamya.Dari basil <strong>penelitian</strong> dapat diketahui bahwa keberadaan lahan berhutan ataudisebut juga kebun campuran yang berada disekitar pemukiman masyarakat secaralangsung maupun tidak langsung memberikan manfaat atas jasa lingkungan yangbanyak bagi masyarakat sekitar dan tidak sadari keberlangsungan dari jasa lingkungantersebut. Misalnya pada saat musirn panenan biji ataupun buah dari tegakan jenistengkawang dan tegakan jenis buah-buahan, serta persediaan air dan udara bersih yangsaat kemarau akan dirasakan manfaatnya merupakan hasil dari jasa lingkungan yang tak27


temilai harganya. Leimona et al (2009) menyatakan bahwa terdapat empat kelompokbesar dari jasa lingkungan yang biasanya menjadi bahan diskusi dalam mekanismeimbalanjasa lingkungan (Payment for Environmental Services, PES), diantaranya:1. Penyerapan dan penyimpanan karbon2. Perlindungan keragamanhayati3. Perlindungan daerah aliran sungai4. Keindahan landskapSelama ini masyarakat sekitar hutan hanya memanfaatkan biji tengkawang untukdijual serta mengambil sebagian kayunya hila diperlukan untuk membangun rumahmereka. Masa panen tengkawang yang cukup lama serta harga jualnya yang rendahmembuat sebagian masyarakat tidak lagi mempertahankan kebun tengkawang yangmereka miliki. Sebagian masyarakat menjual kebun tengkawang yang mereka milikiatau mengubahnya menjadi kebun sawit atau karet dikarenakan untuk saat inipenghasilan yang bisa diperoleh secara langsung dari kebun sawit atau karet lebih besarhila dibandingkan hila tetap mempertahankan kebun tengkawang mereka. Daripengumpulan informasi diketahui bahwa meski selama ini masyarakat hanyamemanfaatkan atau mengambil biji tengkawang untuk dijual, namun secara tidaklangsung sebenamya masyarakat juga menyadari akan manfaat lain Gasa lingkungan)yang juga mereka rasakan dari keberadaan kebun tengkawang yang ada di daerahmereka selama ini. Namun karena manfaat lain tersebut tidak memberikan dampaklangsung secara ekonomis atau berupa materi menyebabkan masyarakat tidak dapatberbuat banyak untuk tetap mempertahankan kebun tengkawang tersebut.Kurangnya pendampingan dari instansi terkait terhadap masyarakat pemilikkebun tengkawang serta masyarakat yang tinggal di sekitar kebun tengkawang jugamenyebabkan semakin menurunnya kepedulian masyarakat untuk terusmempertahankan keberadaan kebun tengkawang di daerah mereka yang sesungguhnyadapat memberikan manfaat atas jasa lingkungan bagi kehidupan mereka selain manfaatberupa materi yang bisa mereka peroleh secara langsung dari menjual biji tengkawang.Manfaat atau jasa lingkungan yang dapat diperoleh masyarakat hila tetapmempertahankan kebun tengkawang yang ada di daerah mereka, diantaranya adalahjasa lingkungan berupa air. Masyarakat merasakan adanya perbedaan jumlah debit airsungai yang ada di daerah mereka pada masa lalu saat masih banyak kebun tengkawang28


dibandingkan saat ini dimana kebun tengkawang mulai banyak berubah menjadi kebunsawit dan lain sebagainya. Pada masa masih banyak kebun tengkawang, masyarakattidak pemah merasakan kekurangan air. Namun saat ini hila musim kemarau tiba,masyarakat merasakan terjadinya kekurangan air dikarenakan jumlah debit air sungaiyang berl...'llral1g. Selain itu masyarakat juga merasakan kesejukan di lingkungan desamereka berkurang seiring dengan perubahan kondisi tutupan laban yang ada di desamereka. Hal ini juga menunjukkan bahwa sesungguhnya masyarakat secara tidaklangsung memahami akan manfaat atas jasa lingkungan dari keberadaan kebuncampuran di daerah mereka. Hanya saja karena manfaat tersebut tidak langsungdirasakan hasilnya berupa materi, sehingga terkadang masyarakat mengabaikan akanmanfaat atas jasa lingkungan tersebut.29


VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1. KesimpUlaD1. Estimasi cadangan karbon di atas permukaan tanah untuk tegakan jenis tengkawangberkisar antara 27,07- 57,74 ton Clha, tegakan jenis lainnya berkisar antara 21,67- 77.34 ton Clha, sedangkan cadangan karbon untuk serasab dan tumbuban bawahmasing-masing berkisar antara 5,60- 8,21 ton C/ha dan 0,47- 1,19 ton Clha,secara luasan cadangan karbon di atas permukaan tanab pada laban berbutan diKecamatan Kapuas dan Parindu, Kabupaten Sanggau masih tergolong cukup, yaituberkisar 55.91-128,19 ton C/ba.2. Berdasarkan basil analisa citra digital tipe tutupan laban di Kabupaten Sanggausebagian besar masuk pada laban pertanian campur semak dengan luas areal sekitar35.829 ba dan nilai estimasi dari volume tegakan berkisar 8.690.086 m 3 , biomassaberkisar 3.092.623 ton dan cadangan karbon berkisar 1.422.606,58 ton.3. Keberadaan lahan berbutan atau disebut juga kebun campuran yang berada disekitarpemukiman masyarakat di Kecamatan Kapuas dan Parindu, Kabupaten Sanggausecara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat atas jasa lingkunganyang banyak bagi masyarakat sekitar dan tidak sadari keberlangsungan dari jasalingkungan tersebut. Misalnya pada saat musim panenan biji atau pun buab daritegakan jenis tengkawang dan tegakan jenis buab-buahan, serta persediaan air danudara bersib yang saat kemarau akan dirasakan manfaatnya merupakan basil darijasa lingkungan yang tak temilai barganya.6.2. SaranKurangnya pendampingan dari instansi terkait terbadap masyarakat pemilikkebun tengkawang serta masyarakat yang tinggal di sekitar kebun tengkawang jugamenyebabkan semakin menurunnya kepedulian masyarakat untuk terusmempertahankan keberadaan kebun tengkawang di daerab mereka yang sesungguhnyadapat memberikan manfaat atas jasa lingkungan bagi kebidupan mereka selain manfaatberupa materi yang bisa mereka peroleb secara langsung dari menjual biji tengkawang.30


DAFTAR PUSTAKAAlamendah. 2009. Pohon Tengkawang Berbuah 7 Tahun Sekali.Website:hnp: /alamendah. wordpress.com/2009/1 0/18/pohon-tengkawangberbuah-7-tahun-sekali.Diakses tanggal 18 Nopember 2009.Anonim. 2005. Strategi Pengembangan Pembayaran dan Imbalan Jasa Lingkungan diIndonesia Laporan Lokakarya Nasional. Jakarta. Tanggal 14-15 Februari 2005.Awang, S.A, Santosa, H., Widayanti, W.T., Nugroho, Y., Kustomo dan Sapardiono,2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan, Debut Press, Y ogyakarta.Brown, S. 1997. Estimating biomass and biomass change of tropical forests, a primer.FAO Forestry Paper 134. FAO, Rome.Gouyon A. 2004. Rewarding Upland Poor for Environmental Services. Imbalan bagiMasyarakat Miskin Dataran Tinggi terhadap Jasa Lingkungan: Sebuah Tinjauantentang Inisiatif dari Negara-negara Maju. RUPES Program. ICRAF. 2004.Hairiah K and Murdiyarso D. 2005. Alih guna lahan dan neraca karbon terestrial. BahanAjaran ASB 3, World Agroforestry Centre (ICRAF SEA) (in press)Hairiah K., dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai MacamPenggunaan Lahan. ICRAF Southeast Asia. Bogor.Leimona, B., Laxman Joshi, and Meine van Noordwijk. 2009. Can Rewards ForEnvironmental Services Benefit The Poor ? Lessons From Asia. InternationalJournal of the Commons Vol. 3 No. I May 2009, pp. 82-107.Makundi, B.W, W. Rozali,·D.J. Jones and C. Pinso. 1997. Tropical Forest in the KyotoProtocol. Prospects for Carbon Offset Projects After Buinos Aires. ITTO.Murdiyarso, D. 1999. Perlindungan Atmosfer Melalui Perdagangan Karbon: ParadigmaBaru dalam Sektor Kehutanan. Orasi Ilmiah Guru Besar tetap Ilmu Atmosfer.Fakultas MIPA IPB. Bogor.Murdiyarso, D., M. Widodo, dan D. Suyanto. 2002. Fire risks in forest carbon projectsin Indonesia. Science in China (Series C). Vol45 Supp: 65 -74.Rahayu S., B. Lusiana, dan M. van Noorwidjk. 2007. Pendugaan Cadangan Karbon diAtas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di KabupatenNunukan, Kalimantan Timur : Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan.Laporan Tim Proyek Pengelolaan Sumberdaya Alam Untuk Penyimpanan31


ORMACS). World Agroforestry Centre. 37-56.+.cgiar.org/sea, diakses : 07 Nopember 2007.Schroeder. P. 1992. Carbon Storage Potential of Short Rotation Tropical TreePlantations. Forest Ecology and Management, 50 (1992) 31-41. Elsevier SciencePublishers B.V., Amsterdam.Stern, N. 2007. 'The Stem Review: The Economics of Climate Change. CambridgeUniversity Press. Cambridge.Sumadiwangsa E. 2001. Nilai dan Daya Guna Penanaman Pohon Tengkawang (Shore aspp.) di Kalimantan. Buletin Vol. 2 No. 1 Th2001.Website:http://www.dephut.go.id/index.php? q=en/node/351.Van Noordwijk, M., Rahayu, S., Hairiah, K., Wulan, Y.C., Farida, Verbist B, 2002.Carbon stock assessment for a forest-tocoffee conversion landscape in Sumber­Jaya (Lampung, Indonesia): from allometric equations to land use changeanalysis. J. Sc. China (special issue on Impacts of land use change on theterrestrial carbon cycle in the Asia Pacific region). Vol 45 (C): 75-86.Widayati A., A. Ekadinata, dan R. Syam. 2007. Alih Guna Lahan di KabupatenNunukan: Pendugaan Cadangan Karbon Berdasarkan Tipe Tutupan Lahan danKerapatan Vegetasi pada Skala Landskap. Cadangan Karbon di KabupatenNunukan, Kalimantan Timur : Monitoring Secara Spasial dan Pemodelan.Laporan Tim Proyek Pengelolaan Sumberdaya Alam Untuk PenyimpananKarbon (FORMACS). World Agroforestry Centre. 37-56.www.icraf.cgiar.org/sea, diakses: 07 Nopember 2007.32


Lampiran 1. Peta Hasil Analisa Citra Digital dan Peta Lokasi Penelitian.PaAOT*l(III.JIIWtii!I!IMJ'I" ......OMiii.Pil1'81SANOOollJPRCPIM31~TANI3IUII'ITA-· ~~'-c=J c;;:] ----­ ....(:=::J --.. ----...._._.. ...____..9aWA-------·­----...-­-- ·-·-·--··-------33


Lampiran 2. Peta Hasil Analisa Tutupan Laban dan Potensi Volume Tegakan.Pn ... ~t.AIW


Lampiran 3. Peta Hasil Analisa Biomassa Vegetasi Tutupan Laban.//...,..,. ... /·'///////~~////i_,. .... ,/_.//!/,/(///(///III/y,//;,Iil..... """"'"""""'"'~~~:AS~A___'EfER"""""~~ ~-­c:::::J -.,..---_,..[2:] .....I:=J -.:......---c_..--~~·----..·~-1-- ...........___ ,.. ___________ _........................·--"--...·-~- - ,~--- ... ··-35


Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian.Gambar (1) Kondisi tegakan tengkawang yang dimiliki masyarakat dan berdekatan denganladanglk:ebun; (2) Tegakan tengkawang yang dikelola oleh pihak pemerintah daerah.Gam bar (3) Po bon tengkawang yangberdiamter 60 em di areal hutan milikmasyarakat; ( 4) Kondisi lantai hutannya; dan(5) Kondisi infrastruktur desa36


Gambar ( 6) Komposisi tegakan jenis tengkawang di laban masyarakat; (7) Kompisisi tegakan jenistengkawang di laban pemerintah daerah.Gambar (8) Pembuatan plot (Ian pendataan topografi lokasi <strong>penelitian</strong>; (9) Pengukuran diameterpohon dan penandaan pohon; (10) Pengukuran tinggi pohon.Gambar (11) Pembukaan ladang di sekitar hutan tengkawang; (12) Diskusi dengan aparat desadan wakil masyarakat; (13) Aliran sungai yang mulai keruh akibat aktivitas laban37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!