13.07.2015 Views

LAPORAN HASIL PENELITIAN - KM Ristek

LAPORAN HASIL PENELITIAN - KM Ristek

LAPORAN HASIL PENELITIAN - KM Ristek

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>LAPORAN</strong> <strong>HASIL</strong> <strong>PENELITIAN</strong>PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN TA. 2010KAJIAN KESESUAIAN JENIS-JENIS HHBKPENG<strong>HASIL</strong> ENERGI NABATI UNTUK REHABILITASILAHAN KRITIS 01 BALl DAN NTBFokus Bidang Prioritas : Sumber energi baru dan terbarukanKode Produk TargetKode KegiatanPeneliti Utama3.01 Teknologi proses produksi biodieselkapasitas 40 ribu ton/tahun dan bioetanolkapasitas 20 ton/tahun3.01.01 Perbaikan data tata guna tanah danldentifikasi potensi bahan baku Bahan BakarNabatiBudi Hadi Narendra, S.Hut, M.Si, M.Sc.(i)KEMENTERIAN KEHUTANANBADAN <strong>PENELITIAN</strong> DAN PENGEMBANGAN KEHUTANANBALAI <strong>PENELITIAN</strong> KEHUTANAN MATARAMJl. Dharma Bhakti No. 7 Desa Langko, Kec. Lingsar- Lombok BaratTelp. (0370) 6573874 , Fax (0370) 6573841, email : bpkmataram@yahoo.co .idNO PEMBER 2010


Lembar PengesahanJudul PenelitianFokus Bidang PrioritasKode Produk TargetKode KegiatanLokasi PenelitianPenel it ian Tahun KeKajian kesesuaian jenis-jenis HHBK penghasil energi nabatiuntuk rehabilitasi lahan kritis di Bali dan NTBSumber energi baru dan terbarukan3.0 I Teknologi proses produksi biodiesel kapasitas 40 ributon/tahun dan bioetanol kapasitas 20 ton/tahun3.0 1.0 I Perbaikan data tata guna tanah dan ldentifikasi potensibahan baku Bahan Bakar NabatiBali dan Nusa Tenggara BaratIKeterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola PenelitianA. Lembaga Pelal


RI'IGK.\SA:\Nyamplung (Calophyllwn inophyllum L. ). mimba (rl ::adirachta indica) dan malapari(Pongamia pinnata Merr) merupakan jenis tanaman penghasil biofuel yang potensialuntuk ditanam di laban kritis. Penelitian ini bertujuan menentukan kesesuaian jenistanaman baban baku baban bakar nabati di Propinsi Bali dan NTB ditinjau dari aspeklaban dan sosial, ekonomi. Penelitian dilaksanakan dengan membandingkan datapersyaratan tumbub tanaman terbadap kondisi tanah dan iklim setempat, selanjutnyajenis terpilib dianalisa berdasar faktor sosial ekonomi serta persepsi masyarakatterbadap penerimaan suatu jenis tanaman yang akan ditanam seca~·a luas. Hasilpenelitian menunjukkan kondisi laban kritis secara dominan bertopografi perbukitandengan kemiringan lereng agak miring bingga curam. Permukaan laban didominasibatuan singkapan dan batuan pennukaan ya ng menandakan tingginya tingkat erosi.Pengamatan kondisi tempat tumbub mimba dan nyamplung menunjukkan babwakedua jenis tersebut dapat diremui pada laban kritis meskipun dengan tingkatkekritisan ya ng berbeda. Unruk jenis malapari. hanya ditemui di repi pantai. Anal isi skesesuaian laban menunjukkan jenis mimba memiliki luas kesesuai terbesar yaitu35040,8 ba di Bali dan 15014,3 ba di NTB. Lahan kritis di Bali maupun NTB lebibbanyak memiliki kesesuaian ma1jinal untuk ketiga jenis ini. Hal ini menunjukkanperlu adanya perbaikan/perlakuan terbadap laban bila akan dilakukan penanaman.Hasil analisis sosial ekonomi menunjukkan jenis mimba lebib dikenal olehmasyarakat dibandingkan nyamplung dan malapari, sedangkan secara ekonomiketiga jenis tanaman tersebut belum dimanfaatkan secara komersial. Hal inimenyebabkan total n i lai prioritas menjad i rendab seb ingga secara teori ketiga jen isini tidak layak untuk dikembangkan. Jika akan dilakukan pengembangan, disarankanuntuk melakukan sosialisasi dan dibentuk unit-unit usaha yang secara nyata bergerakdi usaba pengembangan bahan bakar nabati.ii


PRAKATALahan kritis yang makin meluas perlu segera direhabilitasi. Upaya rehabilitasi1111 dapat dipadukan dengan program peningkatan produksi bahan bakar nabati,melalui penanaman jenis-jenis penghasil bahan bakar nabati yang potensial sepertiNyamplung (Calophyllum inophyllum L.), mimba (Azadirachta indica) dan malapari(Pongamia pinnata Merr). Untuk pelaksanaannya, perlu dilakukan penilaiankesesuaian terlebih dahulu mengingat kondisi lahan kritis tidak selalu sama untuktiap lokasi.Balai Penelitian Kehutanan Mataram dengan wilayah kerja meliputi PropinsiBali dan NTB pada tahun 20 I 0 telah melakukan penelitian " Kaj ian kesesuaian jenisjenisHHBK penghasil energi nabati untuk rehabilitasi lahan kritis di Bali dan NTB"Laporan ini berisi uraian tentang kegiatan yang telah dilaksanakan serta hasil yangdiperoleh.Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu terlaksananya penelitian ini. Semoga laporan hasil penelitian ini dapatmemberi manfaat terutama dalam upaya peningkatan produksi BBN dan rehabilitasilahan-lahan kritis di Bali dan NTB.iii


DAFT-\R lSILembar identitas dan pengesahan .......................................................................Ringkasan ......................... ....... .......................................................................... 11Prakata............ .................. ......... ................................ .. ........................ .............. 111Daftar isi........................ ..... ...... ............ ............................................................. 1vDaftar tabel........... ............ ...... ... ............. ..... ........... ..... ........... ................... .. ...... vDaftar ga1nbar.................................................................................................... v1BAB I. PENDAHULUA . ..................................................................................BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................ 4BAB Ill. METODE ........................................................................................... 5BAB IV. <strong>HASIL</strong> DAN PEMBAHASAN ........................................................... IIBAB Y. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 32DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... .... 33iv


DAFTAR GA.\IBARI. Sebaran lahan kriti s di Bali............... .. ............... .... ................. ........ .. .......... 132. Sebaran lahan kritis di ~ T B ...................... ... ... ........ ....... ....................... .. .... 143. Lokasi pengamatan lahan kritis dan sebaran alami tanaman di Bal i........... .. 164. Lokasi pengamatan lahan kriti s dan sebaran alami tanaman di NTB ........ .. .. 175. Tegakan alami mimba di Bali..... ..... ........ ... .. .. ......... ..... .. .. ........................... 186. Tegakan alami nyamplung di Nusa Penida .... .... ..................... .................... 197. Pohon malapari di tepi pantai Gili lampu .................................................. .. 198. Pengisian kuisioner ... .......................... .. .. .. .................... .. .... ......... .. ..... ........ 219. Peta kesesuaian nyamplung di Bali .. ................... .. ............. ....... .................. 24I 0. Peta kesesuaian mimba di Bali .......... .. .. .. .. ................................................. . 25II . Peta keses uaian malapari di Bali .. .. ................ .. .............. ............................. 2612. Peta kesesuaian nya mplun g di NTB ........ .. ... ........................... .. ... .. ............. 2713 . Peta kesesuaian mimba di NTB ................................................................... 2814. Peta kesesuaian malapari di NTB ...................... .. ................ .... .. .. ... .... ... ...... 29vi


DAITAR TABELI. Jenis data, cara pengumpulan dan sumber data .......................... ...... ............ 52. Kriteria dan indikator untul--. mengukur tingkat kelayakan pengembanganHHBK penghasil bahan bakar nabati ........................................................... 83. Karakteristik tempat tumbuh ketigajenis tanaman .............. .. ...................... 204. Luas lahan kritis dengan kriteri sesuai untuk tiap jenis tanaman .................. 305. Total nilai prioritas tiap jenis tanarnan ......................................................... 3 1v


BABI.PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangBerdasarkan Sk. Menhut No. 52 /K:::r3-:I 2001 tentang pedoman penyelenggaraanPengelolaan DAS dan Peraturan rv,ennut No. P 26/Menhut-II/2006 tentang PedomanPenyusunan Rencana Pengelolaan Daerat-t Adran Sungai terpadu, lahan kritis merupakanlahan yang keadaan fisiknya sedem ikian rupa seh ingga lahan tersebut tidak dapat berfungsidengan baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai mediatata air. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa lahan kritis adalah lahan yang tidakmampu lagi berperan sebagai unsur produksi pertanian, baik sebagai media pengatur tata airmaupun sebagai pelindungan alam lingkungan. Sumber lain mendefinisikan lahan kritissebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurangfungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan.Sampai dengan tahun 2007, luas lahan kritis di Indonesia baik di dalam kawasanhutan maupun luar kawasan hutan mencapai 77.806.880 ha. Untuk Propinsi Bali, luas lahankritis baik di dalam maupun di luar kawasan hutan mencapai 170.151,82 ha (Dephut, 2009).Peningkatan jumlah lahan kritis antara lain disebabkan oleh semakin maraknya konversilahan untuk berbagai keperluan. Kerusakan hutan berpengaruh terhadap banyak hal antaralain kekhawatiran akan bertambah parahnya bencana alam kekeringan dan tanah longsor.Demikian pula di NTB, luas lahan kritis di luar maupun di dalam kawasan hutan telahmencapai 529.972 ha atau 26,9% dari luas daratan NTB (Bappeda NTB, 2009). Denganbegitu besarnya luas lahan kr)tis di Bali dan Nusa Tenggara Barat dan Indonesia padaumumnya, maka Lahan-lahan kritis yang telah ada perlu dikembalikan kondisinya sehinggadapat menjalankan fungsinya baik sebagai fungsi produksi atau ekologi dan lingkunganmelalui upaya rehabilitasi.Di lain pihak Indonesia sedang mengalami krisis energi yang memberikan dampakyang cukup signifikan pada peningkatan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Konsumsi BBMyang tidak pernah kunjung berkurang dan terus merosotnya cadangan BBM mengharuskanita bertindak cepat dalam mencari bahan bakar alternatif. Propinsi NTB sebagai salah satucluster produksi tembakau yang sangat tergantung akan BBM dalam proses produksinya juga11emerlukan energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif adalah Bahan Bakar Nabati' BBN). Keunggulan dari BBN ini adalah dapat diperbaharui, ramah lingkungan dan diperoleh:Jroduk sampingan lainnya. Pemerintah memproyeksikan kebutuhan bahan bakar nabati dan


penggunaan bahan bakar nabati- bioetano dan biodiesel-sekitar 2% dari jumlah konsumsibahan bakar nasional pada tahun 2010. Selanjutnya, meningkat menjadi 5% pada 2025(Bustomi eta/., 2008).Untuk pengembangan BBN ini pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakanyang mendukung program tersebut yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 5tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasiona l, Instru ksi Presiden No . 1 tahun 2006 tentangpenyediaan dan pemanfaatan BBN (Biofuel ) sebagai bahan bakar lain, yang kemudiandiintruksikan kepada 13 Menteri, Gubernur dan Kepala daerah untuk mempercepatpenyediaan dan pemanfaatan Biofuel sebagai energy alternatif. Departemen Kehutanansendiri ditugaskan untuk menyediakan lahan tidak produktif dalam pengembangan biofuel ini.Salah satu lahan potensia l untuk pengembangan BBN adalah lahan kritis melaluikerangka rehabilitasi lahan. Dalam melakukan rehabilitasi lahan kritis ini, jenis tanamanyang dipilih selain bermanfaat secara ekologis juga dapat bermanfaat secara ekonomis bagimasyarakat, antara lain dengan memilih jenis tanaman penghasil energi alternatif.Nyamplung ( Calophy/lum inophyllum L.), mimba (Azadirachta indica) dan mala pari (Pongamiapinnata) merupakan jenis-jenis yang potensial dikembangkan sebagai sumber bahan bakubahan bakar nabati. Sebagai ilustrasi, bila seluruh kebutuhan biodiesel disuplai darinyamplung akan dibutuhkan biodiesel sebanyak 720.000 kilo liter atau setara dengan 5.1 jutaton biji nyamplung (dengan asumsi bahwa 2.5 kg biji nyamplung akan menghasilkan 1 literminyak nyamplung)(Bustomi eta/., 2008).Mimba dikenal sebagai tanaman daerah kering dan sedikit lembab di Asia dan Afrikadan akhir-akhir ini ditemukan juga di Australia, Amerika Latin dan Amerika Selatan. Tumbuhpada rentang suhu dan curah hujan yang cukup Iebar. Tanaman ini tahan hidup pada daerahdengan curah hujan 450- 2250 mm. Tanaman ini dijumpai pada daerah dengan ketinggian 0- 700 m dpl, namun dapat juga hidup pada ketinggian 1500 m dpl (dengan suhu yang tidakterlalu tinggi). Dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, teapi tidak pada tanah bergaram,tergenang atau tanah liat. Buah berbentuk elips, berdaging tebal dengan panjang 1,2- 2 em.Pada saat masak buah berwarna hijau/kuning dengan lapisan kutikula yang keras dan dagingbuahnya bera ir. Pohon yang berukuran sedang (kira-kira berumur 10 - 12 tahun)menghasilkan benih 37 - 55 kg buah segar per tahun atau sekitar 25 kg benih. Buah berisi 1- 2 butir biji. Jumlah benih per kg 1700 butir, namun di India dalam 1 kg jumlah benih dapatmencapa i 3500- 9000 butir (Rostiwati, 2009).2


Malapari (Pongamia pinnara; leii.:!i~j oersebaran geografis di India dan dinaturalisasidari Pakistan, India dan Sri Lanka, se .... -!J'h ~a -enggara ke barat laut Australia, Fiji danJepang. Dan telah diperkenalkan d i t-'.es r ca1 Amerika Serikat (Florida, Hawaii). Di habitatalaminya Pongamia pinnata dapat mere-'"la rentang temperatur yang luas. Pohon dewasamampu bertahan pada kondisi beku seaang dan dapat bertahan pula pada temperatur di atas50°C. Rentang ketinggian mulai dar· 0-1200 m. Tumbuhan ini tahan terhadap naungan,terutama ketika muda. Curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 500-2500 mm, denganlama musim kemarau sekitar 2-6 bulan. Tumbuh secara alami di hutan dataran rendah padabatu gamping dan karang berbatu-batu di pantai, sepanjang tepi hutan bakau dan sepanjangsungai dan arus pasang surut. Pertumbuhan terbaik ditemukan pada tanah liat berpasirdalam, tetapi juga dapat tumbuh pada lahan berpasir dan tanah liat berat. Tumbuhan inisangat toleran pada kadar garam dan dapat tahan pada kondisi alkali. Bijinya mengandungminyak dan sering digunakan untuk obat penyakit kulit dan minyak tersebut merupakanbahan mentah yang baik untuk pembuatan biodiesel (Prosea, 2009).Untuk mencapai target pemenuhan sumber bahan baku BBN melalui rehabilitasi lahankritis, maka penanaman jenis-jenis penghasil BBN haruslah dapat tumbuh dan mencapai hasilyang optimal. Salah satu strategi yang dapat ditempuh antara lain melalui pemilihan jenissumber bahan baku BBN yang sesuai dengan kondisi lahan kritis tempat penanaman, danperlakuan yang diperlukan untuk mencapai tingkat kemampuan hidup dan produksi yangtinggi.Dengan demikian data dan informasi kesesuian karakteristik lahan kritis untukpengembangan tanaman bahan baku BBN secara spesifik serta arahan pengelolaan sangatdiperlukan.Namun demikian terdapat faktor-faktor pendukung lainnya dalam upayapengembangan sumber bahan baku BBN di lahan kritis dalam skala yang cukup luas.Adapun faktor-faktor tersebut adalah permasalahan sosial, ekonomi dan kelembagaan sertakebijakan pemerintah baik daerah maupun pusat. Oleh sebab itu diperlukan analisis sosialdan ekonomi dalam rangka mendukung pengembangan sumber bahan baku BBN di lahankritis.3


BAB II. TUJUAN DAN MANFAATTujuan penelitian ini adalah rre~e-: ......... a..., -


BAB Ill. IMETODE3.1. Tempat dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan ci :J;o:::>:..,s' Ba li dan Nusa Tenggara barat. Analisis tempattumbuh jenis nyamplung, mimba, ca1 ;-nc: aoar dil akukan di lokasi-lokasi habitat alaminya.3.2. Data, Sumber Data dan Cara Pe ngumpulan DataData ya ng dikumpulkan pada pene'itian ini meliputi data primer dan sekunder.Adapun jenis data, ca ra perolehan data dan sumber data yang diperlukan dala m penelitiandapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1. Jenis Data, Cara Pengumpulan dan Sumber DataNo. Jenis Data I Cara Pengumpulan Sumber/Instansi1 Peta -Peta : Survei instansional BP DAS Dodokan- RBI/Topog rafi Moyosari, BPDAS Unda- Lahan Kritis Anyar,Bakosurtanal, BPS- Geomorfologi (PODES 2006)- Administrasi2 Karakteristik lahan Pengukuran lapangan Lapangankritis3 Data iklim Survei instansional BP DAS DodokanMoyosari, BPDAS UndaAnyar,BMG, BalaiHidrologi4 Karakteristik tempat Survei Instansional, Hasil Penelitiantumbuh nyamplung, Pengukuran Lapangan terdahulu, Lapanganmimba dan malapari5 Kondisi Sasek wawancara Masyarakat sekitar lahanmasyarakatkritisPeta dasar yang dikumpulkan adalah Rupa Bumi Indonesia untuk propinsi Bali danNTB dan peta geomorfologi atau Landsystem. Sedangkan peta tematik yang diperlukanadalah peta lahan kritis di Bali dan NTB dan peta administrasi. Pengumpulan dilakukan dariinstansi terkait seperti BP DAS, Bakosurtanal dan BPS.3.3. Pengumpulan data karakteristik lahanBerdasarkan sebaran unit lahan yang telah diperoleh dilakukan pemilihan unit lahanseba gai lokasi sampel pengukuran dan pengambilan sempel tanah. Unit lahan yang dipilih5


3.6. Analisis Data3.6.1. Pengelolaan dataPengelolaan data dilaku,.;:c: :-:. t =:-i-.::·:i::::; cc::c: hasil pengukuran di lapangan, analisislaboratorium untuk karkteristik anc ;i k.-~:i s . ~:onc' s i tempat tumbuh atau persyaratan tempattumbuh jenis nyamplung, mimJc cc:- -c: c:Jari, serta data kondisi sosial, ekonomi,kelembagaan dan kebija kan hasf Wc\.'rc :-:.cc:-c .Pengelolaan data terdiri de:~ ·C.;c ::a1ap yaitu manipulasi data dan tabulasi data.Manipulasi data ada lah ca ra penyaj a.., cc:ta sedemikian rupa sehingga data tersebut dapatdikomunikasikan dan mudah d im en~e--:: :. Penggunaan kode baik angka maupun hurufmerupakan bagian proses manipulasi data. Tabul asi data merupakan proses pemasukandata dalam sebuah tabel. Setel ah data dimani pulasi dan ditabulasi, maka dilakukan anal isissecara deskriptif kualitatif da n kuantitatif.3.6.2. Analisis Kesesuaian LahanKlasifikasi kesesuaian lahan pada pnns1pnya dilakukan dengan memadukan antarakebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan yangdikenal dengan metode Species Matching.Kelas klasifikasi dibagi menjadi dua kelas yaitusesuai dan tidak sesuai. Kelas klasifikasi dibagi menjadi tiga kelas yaitu sesuai, sesuaimarginal dan tidak sesuai. Suatu lahan kritis disebut sesuai untuk jenis tanaman pertaniantertentu jika karakteristik lahan untuk semua parameter sesuai dengan persyaratan tumbuh.Apabila terdapat satu atau lebih parameter yang dapat diperbaiki maka termasuk kelas sesuaimarginal, sedangkan bila faktor pembatas merupakan faktor yang tidak dapat diperbaharuimaka termasuk kelas tidak sesuai.Hasil analisis kesesuaian lahan dinalisis penyebarannyasecara spasial menjadi peta kesesuaian lahan kritis untuk jenis nyamplung, mimba, danmala pari.3.6.3. Analisis Potensi PengembanganPenentuan potensi pengembangan didasarkan pada hasil klasifikasi kesesuaian lahandan pertimbangan faktor sosial ekonomi masyarakat.Untuk menentukan berpotensi atautidaknya jenis nyamplung, mimba dan malapari dalam rangka rehabilitasi lahan kritisdilakukan dengan metode skoring.seperti pada Tabel 2.Adapun kriteria dan indikator yang digunakan adalah7


Tabel 2. Kriteria dan Indikator .... i1h!k "'-~'· ;3 ~


AspekKriterialndi katorNilaie'1Jalankan semua:::_~:;~ aan kegiatan:~:::- sas1 'kelomook::: S::::ang- · :.: aa 1am kelompok/organisasi:::- '1arnun pernah tidak-e:--,a ankan aturan dan kegiatan· e o'Tlook/oraanisasi:::: Rendah·- dak terlibat dalam3. Tingkat penew-aauntukpengemba.,ga"32Pengolahan dan ana li sa data yang bersifat kuantitatif dari lapangan dilakukan denganmenggunakan metoda Statistik Non Parametrik (description scoring). Pengolahan datadilakukan dengan tahapan sebagai berikut:1. Kuantifikasi data pengukuran tiap indikator untuk tiap kriteria dalam data katagorik dandinyatakan dalam 3 (tiga) selang nilai. Nilai 3 mencerminkan nilai katagori tinggi, 2sedang dan 1 rendah dalam menentukan tingkat keunggulan.2. Skoring yakni pemberian nilai tiap indikator dengan nilai 3, 2 dan 1 sesuai denganukuran standar yang ditetapkan.3. Penghtiungan Nilai Indikator Tertimbang (NIT) :NIT suatu kriteria (NITk) adalah hasil bagi antara bobot suatu kriteria (Bk) denganjumlah indikator pada kriteria tersebut (Jik) dikali dengan jumlah hasil pembagian antara nilaiindikator dengan nilai indikator maksimal (dalam hal ini 3) yang ada dalam kriteriabersangkutan. Secara matematis, perhitungan dilakukan dengan rumusan berikut :Dimana :B nk '"'NNIT= - ~ - IkJlk i=1 N imaxNIT= Nilai Indikator Tertimbang; k= Kriteria penentuan unggulan ( 1 ... 5); n=Jumlahindikator dalam tiap kriteria; Ni= Nilai indikator tiap kriteria; Bk= Besarnya nilai Bobot dari9


kriteria ke k; Nimax= Nilai inc· . .:::· .: ::::~.;:.::·untuk kriteria ke k.r.a1 ini 3; dan Jik= Jumlah indikatorPerhitungan Total a ::: suatu jenis BBN dilakukan denganmenjumlahkan semua nilai ind'ka-Berdasarkan Total Nila· uilggu ~ c: r. (kelayakan sebagai berikut :1jenis BBN dikelompokkan ke dalam tiga kelas1. Sangat layak, apabi la jenis i


BAB IV.PEMBAHASAN4.1. Analisis kondisi lahan kritisKegiatan pegumpulan data larc::-: · - ,:;_:: J.;'..!::cr• berdasarkan peta sebaran lahan kritisterbaru yang dikeluarkan 01eBali tahun 2008 dan BPDAS DodokanMoyosari tahun 2009. Lahan kr i ~i s ~=:s='j!.!: :=·:Jc:g dalam tiga tingkat kekritisan yaitu sangatkritis, kritis, dan agak kritis. o: Jcr ito!.!. l::hc: n dikelompokkan dalam kategori potensial kritisdan tidak kritis. Untuk wilayah Bc:li, 1 ::-c:~ ,..;:-;t;s sebagian besar terdapat di bagian utara dantimur Pulau Bali, serta di hampi;-Gambar 1.


elatif lebih tinggi dengan harl\.at ~ ~- :::-;; i"tingga sang at tinggi, sedangkan di lokasi lainberkisar dari rendah hingga seda r.g _ N:~ :: :'J.ii S!..!r "'laKro N, P, dan K memiliki keragaman antarkelompok lokasi. Unsur N dijurr::>a. :Ja·j:: tcrc: sedang di Nusa Penida, sedangkan di lokasilainnya termasuk rendah . Seba ik,-. 2 Jnsur P dijumpai lebih rendah di Nusa Pen idadibandingkan lokasi lain. Untuk uJl s ~; K 'lcn'lpir merata untuk semua lokasi dengan kisaranrendah hingga sedang .12


';1111.11)~0000260000280000 300000320000 340000PETA PENYEBARAN LAHAN KRITISPROVINSI BALl+~08Sukasada' Kirtamani~~AWa 1 !!00.000+SelatBetanden•ilbul\011 Kebupale!VKoctya• lbul\011 KICIIllatanJilinD Bites ke~atenKategorl Llhan krlh :~kKri t lsKritlaPotenalal KritlsSangatKritlsSumber :1. Pate RBI Skala 1:25.0002. Pete Iehan Krils Prop. Ball Skala 1:250.000Pro)'tkll :UTM Zone 50S, Datum WGS84+++wi8KEMENTERIAN KEHUTANANBAD AN LITBANG KEHUTANANBALAJ PENELillAN KEHUTANAN MATARAM2010++ ++~~========~====~~~------~--------~--------~--------~--------~220000 240000 260000 280000 300000 320000 340000Gambar 1. Sebaran lahan kritis di Bali+w~~13


400poO 450poO SOOpoO 550poO 600poO 650poO 700poO 750poO~~ I IIi+ + + + + PET A PENYEBARAN LAHAN KRITISa; Dl PRO VI NSI NTB f 8uASkala 1 : 1.500.000~~ + + + -+~~· + + n + ~~I~+.~CD~~~ ~ + + ~~ I KETERANGAN :~~+ + + +• Kola kecamatan'II Kola kab~aten__ JalanD Balas Kabupaten!KotaKategori Lahan Kritis :-:JA9ak Kritis. KritisSangat Krlis400000 450000 500000 550000 600000ISumber :1. Peta RBI Skala 1:25.0002. Peta Lahan Kritis NTB Skala 1:250.000Proyeksi :UTM Zona 50S, Datum WGS84KEMENTERIAN KEHUTANAN- BADAN LITBANG KEHUTANANBALAI <strong>PENELITIAN</strong> KEHUTANAN MATARAM2010I650000 700000 750000I~~~CX>!)l8Gambar 2. Sebaran lahan kritis di NTB14


4.1.2. Lahan Kritis di NTBDi Pulau Lombok, pengarc::::- :::- ;}e- r;arnbil an sampel tanah dilakukan di 10 titikyang terdapat di Kabupaten Lor.. 'jc ~~Ti.mu r ,·a tu di Kecamatan Sambelia . Titik sampeltersebut berada pada ketingg·a1 : -ss. i11C:::> , dengan topografi pantai hingga perbukitan.Kondisi yang berat dapat dijur102i se:Je~idl titik sampel 5 (Lampiran 2) Desa Obel-obel.Lahan ini memiliki kelerenga n 33% ce~r;c:n ::>atuan di permukaan tanah mencapai 60%.Hasil analisis tanah menunjt..


i!iiiJUIIPETA LOKASI PENGAMATANLAHAN KRITIS DAN TEGAKAN ALAMDl PROVINSI BALl++JembranaKarang Xsem


4 oopoo 45opoo 5oopoo 55opoo 60oooo 650000 100000 750000~~ + I PETA LOKASI PENGAMATAN LAHAN KRITIS I'~!: . + + + DAN TEGAKAN ALAMI (MIMBA, NYAMPLUNG, MALAPARI) r~Dl PROVINSI NTBuASkala 1 : 1.500.000i~ + + + ..P+ ~~· + + [\ + ~~8~~+,{)-


Hasil pengamatan kondisi tempat tumbuh mimba, malapari, dan nyamplung dapatdilihat pada Tabel 3. Pengamatan kondisi tempat tumbuh mimba dilakukan di Pemuteran(Bali Barat), Tulamben (Bali timur), Gunung Malang (Lombok Timur), dan Plampang(Sumbawa). Di Tulamben terdapat banyak tegakan mimba yang merupakan sumber bahanbaku PT.Intaran. Pengambilan ta nah dan pengamatan penutupan lahan menunjukkan padalokasi ini tanah didominasi pasir vulkanik berasal dari Gunung Agung.Gambar 5. Tegakan alami mimba di BaliDi Lombok, pengamatan tempat tumbuh mimba dilakukan di Desa Gunung Malang.Pengamatan kondisi lahan menunjukkan lokasi ini berada pada ketinggian 31 mdpl dengankelerengan landai, sedikit batuan, dan drainasenya sedang.Tempat tumbuh nyamplung diamati di daerah Tanglad (Nusa Penida) dan di DesaSugian Lombok Timur. Di Nusa Penida meskipun tidak berada dekat pantai (ketinggian 400mdpl), nyamplung dapat menyebar secara alami. Pengambilan sampel tanah danpengamatan kondisi permukaan lahan juga dilakukan pada sebaran nyamplung ini. Sampeltanah selanjutnya dianalisis untuk menentukan kondisi tapak yang dapat menunjangpertumbuhan jenis mimba dan nyamplung. Di Lombok tempat tumbuhnya berada tidak jauhdari tepi alur sungai, dengan kemiringan relatif datar dan kedalaman tanah efektif lebih dari100 em.18


Gambar 6. Tegakan alami nyamplung di Nusa PenidaJenis malapari dijumpai tegakannya di sepanjang pantai Sambelia, dengankonsentrasi tertinggi berada pada pantai Gili Lampu. Malapari ditemukan tumbuh di pasirpantai kurang lebih 5 meter dari garis pantai. Kondisi tanah yang didominasi pasir pantaimenghasilkan kondisi drainase dan permeabilitas yang cepat. Lokasi Malapari kedua beradadi pantai utara Pulau Sumbawa tepatnya di Kecamatan Torano dan di sekitar perbatasanDompu-Sumbawa. Di lokasi ini, malapari tumbuh pada pasir berbatu.Gambar 7. Pohon malapari di tepi pantai Gili lampu19


Tabel 3. Karakteristik tempat tum bu n~: ::::~= ::::~ i s ::ana ma nKRITERIA MH·i3A NYAMPLUNG MALAPARIIAltitude (m dpl) 0 - 1500 0 -500 0- 1200 'Kemiringan Lereng % 5- 40 3 -55 1- 10CH (mm/tahun) 400- 2500 1000- 3000 500- 2500Suhu Udara Rata-rata ( oC) 0 - 50 18 - 33 0-50Bulan kering 8 5 6Batuan Permukaan % I 30 40 30Batuan Singkapan % 40 40 30Kedalaman Efektif (em) 30 10 10Permeabilitas em/jam 3.9 - 84.9 162.6 - 325.2 223 .7 - 2774.2Drainase tanah Sedang - sangat agak terhambat- Cepat - sangateepat sangat eepat eepatTingkat bahaya erosi Sa ngat rendah - Rendah - berat Sangatrendahbe rat- rendahBahaya banjir FO- F2 FO- F3 FO- F1pH H20 5.32 - 9.8 7.16- 8.09 6.8 - 8.13C organik (%) 0.58- 2.49 1.91 - 5.32 0.93- 1.42N total(%) 0.03- 0.24 0.13- 0.45 0.04- 0.07P tersedia (ppm) 4.49- 47.81 0.86 - 29.9 20.08 - 34.38K tersedia (ppm) 188- 530 209- 406 56- 446KTK ( emol/kg) 5- 37.6 10 - 49.6 21.6 - 28.2Pasir (%) 55- 74 56- 91 81- 96Debu (%) 24- 42 7- 34 3 - 17Liat (%) 2- 14 1 - 10 1 - 2Tekstur Sedang - kasar agak halus- sedang - kasarkasar4.3. Kondisi Sosial Ekononii4.3.1. Karakteristik respondenUntuk wilayah Bali, pengumpulan data sosial ekonomi dengan eara wawaneara danpengisian kuisioner dilakukan pada 3 lokasi yaitu di Bali Timur wilayah Desa Seraya timurKeeamatan Karangasem,di Bali barat wilayah Desa Penyabangan Keeamatan Grokgak,sedangkan di Nusa Penida wilayah Desa Bunga Mekar Keeamatan Nusa Penida.20


Gambar 8. Pengisian kuisionerDi Lombok, pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan di dua desa yaitu Desa Belantingdan Desa Obel-obel, sedangkan di Sumbawa dilakukan di Plampang dan Lambu. Karakteristikresponden yang meliputi umur, kepemilikan lahan, dan hasil lahan (produksi tanaman) telahdigali melalui pengisian kuisioner. Umur berkaitan dengan usia produktif masyarakat dalammengolah lahannya. Kepemilikan lahan serta hasil lahan memberikan gambaran mengenaitingkat pemenuhan kebutuhan masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidup dari hasillahannya. Hal ini akan memberikan gambaran bagaimana jika tanaman penghasil BBN sepertimimba, nyamplung dan kranji diintroduksikan kepada masyarakat tersebut. Respondenberumur antara 20-50 tahu~, kisaran ini merupakan umur yang masih produktif sehinggadiasumsikan pengolahan lahannya dapat maksimal. Kepemilikan lahan responden sebagianbesar berupa tegalan, bahkan tidak ada yang memiliki sawah. Hal ini karena daerah tersebutmerupakan lahan kritis. Luas kepemilikan lahan responden berkisar 0,5 ha di Bali hingga 25ha di Sumbawa. Hasil lahan/produksi tanaman cukup beragam seperti padi, jagung, palawija,sayuran, dan umbi-umbian. Sebagian besar masyarakat sudah dapat memenuhi kebutuhandasarnya dari hasil pengolahan lahan yang mereka miliki. Dengan sudah terpenuhinyakebutuhan dasar, masyarakat dapat diarahkan untuk menanam tanaman penghasil BBNsebagai investasi masa depan sekaligus untuk merehabilitasi lahan.21


4.3.2. Pengetahuan Masyarakat tentang Mimba, Nyamplung dan MalapariHasil wawancara terstn..:


8s:m8smJembranaSesuai Marjinal lklim~Sesuai Marjinal;lklim dan tanahm ::.esua1 MarjmaanaOIJIIII ·1\11


-~220000 240000260000 280000 300000 320000 340000li~0_~+----~ - -VDielenSjSukasada-Sa wan Kubutambahan"PETA KESESUAIAN MIMBAPADA LAHAN KRITIS01 PRO VI NSI BALl+ ~~ +~~Suleleng~~~ ~I~+ Negaraf-ASkele 1 : 500.000KETERANGAN :y lbukota Kabupate n/Kodya. lbukota KecamatanJa lan0 Bata s kabupatenJembranaMende yoIIBusungbiu~ ) Pu;:c~. P,ang~ - ! ~Baturiit--t Karang tsemr ~su t '.)\t )Penebel ...Selat•/"7 .. n::oll~l::onn ~ ~ba nden1Tabanan+ + A;Fsetna~ •~~a nan Y bud 'l~ICIIIQUt::~J ......_ -q· ~.,?~··-·p-y·~ ~~~813enKesesuaian Mimba pada Lahan kritis ·KelasSesuaiSesuai MarjinalSesuai Mar'inalSesuai Mar'inalSesuai MarjinalTidak SesuaiPembatasiklimtanahta nah dan i klimlopografiSumber :1. Peta RBI Skala 1:25.0002. Peta lahan Kritis Prop . Bali Skala 1:250 .0003. Analisis dataProyeksi :UTM Zone 50S, Datum WGS84+ + +8 ~~~~~~l~rR:~~~~~0~~~~N ~8 ...,BALAI PENELinAN KEHUTANAN MATARAM + + + + + "8~ 2~0 8"' ~8220000 240000 260000 280000 300000 32000 0 340000Gambar 10. Peta kesesuaian mimba di Bali25


PETA KESESUAIAN MALAPARIPADA LAHAN KRITISDl PROVINSI BALl80;;;+


400000 450000 500000 550000 600000 650000 700000 750000~~ ~ ~ ~ ~ ~ I PETA ~ESESUAIAN NY~MPLUNG PADA' I~~c; LAHAN KRITIS 01 PROVINSI NTB 8ASkala 1 : 1.500.000~I + + + ..P+ ~ .. ~0 + + ""' + I~c; i r Sfb? r;.,~.o I ·---I { \ r 8~8~OlBatu rctokPunkSUMBA~•.AJ M.Jal' Roppang+~~8Ol8:£00+++++ +8~ ~ L ~ ~I Kelas Kesesualan : II 8KETE RANGAN :# Kcta kecamatanY Kcta ka bup ate nJalanDBalas Kabupaten.KotaSUmber :1. Pete RBI Skata1 :25.0002. Pete La han Kritis NTB Skala 1:250.000R'"fekSI .UTM Zona 505, Datum WGS84t


~~400000+450 00 500000+ +550 00 600000+ + I650000 700000 750000PETA KESESUAIAN MIMBA PADALAHAN KRITIS Dl PROVINSI NTBuASkala 1 : 1.500.000I i~~++ +.d?+;:::::t~o~ (1\a~i'o }L+ + n+ ~~~8"'~+""Caal . ikllm den tanah11dak sesual--8 Proyeks : I) KEMENTERIAN KEHUTANA.N ~8 + + + + UTM Zen a 50S, Darum WGS84 BADAN LITBANG KEHUTANAN tJ1:5l BALAI <strong>PENELITIAN</strong> KEHUTANAN MATARAM e~ ~1o E400000 450000 500000 550000 600000 650000 700000 750000


400000 450f>OOI500000I550000 600000 650000 700000 750000I I I I I~~~~+ ++ ++++ + I PETA KESESUAIAN MALAPARI PADA I~~LAHAN KRITIS Dl PROVINSI NTB~+ ~. 0~~,1+uASkala 1 : 1.500.000+n + ~i~8:g0>• PunkBaturdok+.rt-~8fsuMBA~A• AJ Mlal• Roppang• PI am pangKETERANGAN:8~0>8:5l00+ ++ ++•~+# Kd:a kece.matanY Kda kabupatenJalanDBalas Kabupaten/KotaSUmber :1. Pela RBI Skala1:25.0002. Pela La han Kritls NTB Skala 1: 250 .000PrC7y'eksl :UTM Zona 50S, Datum WGS84Kelas KesesuaianKelasSesuaiSesua~MarJ_hlllSesuai marjlnalsesua mar naSesual merjlnalSesuai marjlnlTtdak sesuaiPembatasklimtanahtaneh dan iklimtopogal dan tanahtopogafl .lklim dan tanahKEMENTERIAN KEHUTANANBADAN LITBANG KEHUTANANBALAI <strong>PENELITIAN</strong> KEHUTANAN M'ITARAM2010co8~"" ~8400000 450000500000550000 600000 650000700000 750000Gambar 14. Peta kesesuaian malapari di NTB29


dengan baik di lahan kritis bahkan :Janyak yang tumbuh alami. Hal ini merupakan salah satusegi positif bahwa mimba dapat airekomendasikan sebagai salah satu tanaman untukrehabilitasi lahan kritis. Nam un salah satu permasalahan jika masayarakat akanmembudidayakan mimba yaitu bibit mimba yang susah didapat. Masyarakat baik di Balimaupun Lombok bersedia mengembangkan mimba dengan program bantuan/pendampingan.Untuk jenis nyamplung, sebagian responden menyatakan nyamplung tidak tumbuhbaik di lahan kritis dan juga tidak tumbuh alam i di lahan-lahan masyarakat yang kritis. Hal inimerupakan suatu permasalaha n yang perlu dipertimbangkan jika akan menggunakannyamplung sebagai tanaman untuk rehabilitasi lahan kritis. Namun jika potensialmenghasilkan biodisel, masyarakat bersedia membudidayakannya melalui program bantuan.Sebagian besar responden khususnya di Lombok yang telah mengenal malapari,menyatakan bersedia membudidayakan malapari jika hasilnya menguntungkan. Denganbantuan awal dari pemerintah mereka mengharapkan juga ada perusahaan yang pasti akanmenampung hasilnya kelak.4.4. Analisis Kesesuaian LahanAnalisis kesesuaian lahan dilakukan dengan metode species matching denganbantuan program GIS. Hasil pembandingan kondisi lahan kritis dan persyaratan tempattumbuh ketiga jenis tanaman dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu sesuai, sesuai marjinal,dan tidak sesuai. Untuk kategori sesuai marjinal, dapat dipisahkan menurut faktorpembatasnya yaitu topografi, tanah, ikim, atau kombinasi diantara ketiga jenis pembatas ini.Hasil selengkapnya penilaian kesesuaian ketiga jenis tanaman ini dituangkan dalam peta-petauntuk tiap jenis, seperti pada Gam bar berikut.23


- - - - - -~Tabel 5. Total nilai prioritas tiap jen s :a1ar1anLokasi Wawancara Mimba I Nyamplung Mala pariNusa Penida 51 48 41Buleleng 50 48 42Belanting-Lotim 47 49 47Karangasem 47 43 38Lambu, Sima 44 46 41Plampang, Sumbawa 43 42 42Obei-Obei,Lotim 42 41 39Seluruh nilai TNP untuk semua lokasi dan semua jenis tanaman adalah lebih kecil dari53. Hal ini menunjukkan ketiga jenis tanaman tidak layak untuk dikembang. Rendahnya dilaiTNP dikarenakan masyarakat belum banyak memanfaatkan ketiga jenis tanaman ini sehinggadari sudut pandang kriteria ekonomi, belum banyak dijumpai adanya usaha perdagangan,investasi, pemasaran yang mengakibatkan rendahnya nilai indikator tertimbang (NIT) aspekekonomi.NIT aspek sosial juga memiliki andil dalam rendahnya TNP. Masyarakat umumnyahanya mengenal atau familiar dengan mimba dan sedikit yang mengenal nyamplung, bahkanjenis malapari hamper tidak dikenal pohon maupun pemanfaatannya kecuali masyarakat dipesisir Sambelia, Lombok Timur.Dengan rendahnya niiSJi TNP, untuk melakukan pengembangan ketiga jenis ini secaraluas diperlukan sosialisasi dan dibentuk unit-unit usaha yang secara nyata bergerak di usahapengembangan bahan bakar nabati.


~sAs ·v. tografi perbukitan dengan kemiringan lerengagak miring hingga wrcm. e~ --.:-:...;~•~=:-• [::hci1 didominasi batuan singkapan dan batuanpermukaan yang merJa nd c: ~: :: ;-~ ~:L ~; ~'":~Y = :r:(r. g ~: c:t e""osi.Pengamatan kond;sl ;:=r;1:12: >r·:!w ~:.!""' r1im ba dan nyamplung menunjukkan bahwakedua jenis tersebut caoc:: c::·eiii'!!J :::::c:: c:ran kritis meskipun dengan tingkat kekritisan yangberbeda. Untuk jenis ma:a::>c::- 12- .c: a temui di tepi pantai.Hasil ana lisis kesesuaian lahan menunjukkan jenis mimba memiliki luas kesesuaiterbesar ya itu 35040,8 ha di Ba li dan 15014,3 ha di NTB. Lahan kritis di Bali maupun NTBlebih banyak memiliki kesesuaian marjinal untuk ketiga jenis ini. Hal ini menunjukkan perluadanya perbaikan/ perlakuan terhadap lahan bila akan dilakukan penanaman.Hasil analisis sosial ekonomi menunjukkan jenis mimba lebih dikenal oleh masyarakatdibandingkan nyamplung dan malapari, sedangkan secara ekonomi ketiga jenis tanamantersebut belum dimanfaatkan secara komersial. Hal ini menyebabkan total nilai prioritasmenjadi rendah seh in gga secara teori ketiga jenis ini tidak layak untuk dikembangkan. Jikaakan dilakukan pengembangan, disarankan untuk melakukan sosialisasi dan dibentuk unitunitusaha yang secara nyata bergerak di usaha pengembangan bahan bakar nabati.32


AR PUSTAKABappeda NTB . 2009. f'.1e\'ll..!ju G'k:: ;-, ~::~ ;r; b:: r~ gJ'lan berkelanjutan melalui tata ruang wilayahNTB . Bahan presentcsi Lok :: ~: :: ;-;' c . Unpublished.Bustomi, S., T. Rostiwac .. Q .. S_c~c:c~a:. , B. Leksono., A. S. Kosasih ., D. Syamsuwida., Y.Lisnawati., Y. \f'e. D. Jjae'lud·n., Mahfudz. And E. Rahman. 2008. Nyamplung( Ca/ophyllum inopr:, .... ~ _. 1 : Sur1ber energi biofuel potensial. Badan Penelitian danPengembangan Ke h L~a'la" , Jakarta .Dephut. 2009. Lahan Kr'tls per Provinsi tahun 2007. URL http://www.dephut. go.id/ index.php?q=id/ node. 1227 diakses 1 November 2009Gintings, A.Ng ., Ch.A.Siregar, Masano, Hendromono, M.Y.Mile dan H.Ace. 1996. PedomanPemilihan Jenis Pohon Untuk Hutan Tanaman dan Kesesuaian Lahan. Badan LitbangKehuta nan. Jakarta. 25 pp .Prosea . 2009 . Detil data Pongamia pinnata Merr. Uri http://www.proseanet.org/prohati2/ browser.php?docsid=527. Diakses tanggal 29 Desember 2009.Rostiwati, T. 2009. Mim ba (Azadirachta indica A. Juss.). Pusat Penelitian dan PengembanganHutan Tanaman. uri: http://wwwforplan.or.id/images/Fi/e/ Apforgenjf/yerj mimba.pdf.Diakses tanggal 29 Desember 2009.33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!