13.07.2015 Views

ARAB, NOT MUSLIM, EXCEPTIONALISM - Democracy Project

ARAB, NOT MUSLIM, EXCEPTIONALISM - Democracy Project

ARAB, NOT MUSLIM, EXCEPTIONALISM - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lEdisi 023, Oktober 2011Review paper<strong>ARAB</strong>, <strong>NOT</strong> <strong>MUSLIM</strong>,<strong>EXCEPTIONALISM</strong>P r o j e c ti t ai gk a a nDAlfred Stepan dan Graeme B. Robertson“Dari “Islam Eksepsionalisme” menuju “Arab Eksepsionalisme””Review Paper oleh Zuhairi Misrawi1


lEdisi 023, Oktober 2011Review paperP r o j e c tAbdurrahman Wahid merupakanmantan Presiden dan tokoh Muslimyang konsisten mengetengahkanpemikiran sekular, yaitu pemisahanantara agama dan negara, antiformalisasiSyariat, menentangpemahaman al-Quran menjawabsegala persoalan dalam dunia modernserta menentang mereka yangmenolak hak eksistensi Israel.k a a nDi t ai gKeempat, negara-negara Arablebih menonjolkan identitaskearaban daripada keislaman.Pada bulan Maret 1945, 6 negaraArab menandatangi pembentukanorganisasi Liga Arab dan sekarangkeaggotaannya mencapai 22 negaraArab. Di pentas internasional, LigaArab lebih konsern terhadap isu-isuyang muncul di dunia Arab daripadadunia Islam non-Arab. Hal inimembuktikan, bahwa identitas politiknegara-negara Arab berbeda dengannegara-negara Muslim non-Arab.Ironisnya, Liga Arab tidak secaraeksplisit mendorong anggotanyauntuk membangun demokrasi.7


Edisi 023, Oktober 2011Review paperKelima, kehadiran para pemantauasing dalam pemilu merupakan faktayang menarik, yang juga membedakanantara negara-negara Muslim Arabdan negara-negara Muslim non-Arab. Dari 6 negara non-Arab yangmelakukan pemilu secara kompetitifpada umumnya menerima kehadiranpemantau asing. Berbeda dengandengan negara-negara Arab yangtidak mau menerima kehadiranpemantau asing, sehingga kualitaspemilu mereka relatif tidak bersih.Dari 22 negara Arab hanya 5 negarayang menerima kehadiran pemantaupemilu dari asing. Sedangkan dari25 negara-negara Muslim non-Arab,sekitar 20 negara yang menerimapemantau asing.D e m o c r a c yP e r p u s t aBeberapa hal tersebut membuktikan,kualitas demokrasi di negara-negaraMuslim non-Arab jauh lebih baikdaripada negara-negara Muslim Arab.Sebab itu, tesis tentang “Islamicexceptionalism” harus diganti dengan“Arabic exceptionalism”. Problemdemokrasi bukanlah Islam, melainkanrealitas politik negara-negara Arab8


lEdisi 023, Oktober 2011Review paperyang mengabaikan pemilu kompetitifdalam 30 tahun terakhir.P r o j e c ti t aArtikel ini mengetengahkanpandangan yang menarik dalammemetakan kualitas demokrasi didunia Islam dengan membedakanantara negara-negara Muslim Arabdan negara-negara Muslim non-Arab. Persoalan demokrasi tidak adakaitannya dengan agama tertentu,melainkan berkaitan dengan budayadan konteks sosial negara. Faktanya,negara-negara Muslim non-Arabdalam melaksanakan pemilu secarakompetitif.k a a nDi gKritik atas artikel ini mengabaikansatu hal penting dalam demokrasi,yaitu konstitusi yang menjamin hakhakkewarganegaraan. Pemilu yangkompetitif merupakan ukuran yangpenting dalam mengukur sejauhmanaperbedaan antara negara-negaraMuslim Arab dan negara-negaraMuslim non-Arab. Tetapi, konstitusijuga merupakan salah satu elemenyang membedakan di antara negaranegaratersebut.9


Edisi 023, Oktober 2011Review paper© 2011Review Paper ini diterbitkan oleh<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>,Yayasan Abad Demokrasi.Jika Anda berminat mendapatkan artikel yangdireview, silakan isi form permintaan.Kode artikel: AST002D e m o c r a c yP e r p u s t a10

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!