07.12.2012 Views

ProsedingGambutBarambai 2007Final - Pusat Sumber Daya Geologi

ProsedingGambutBarambai 2007Final - Pusat Sumber Daya Geologi

ProsedingGambutBarambai 2007Final - Pusat Sumber Daya Geologi

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

INVENTARISASI ENDAPAN GAMBUT DAERAH BARAMBAI DAN SEKITARNYA<br />

KAB. BARITO KUALA, PROV. KALIMANTAN SELATAN<br />

J.A. Eko Tjahjono<br />

Kelompok Program Penelitian Energi Fosil<br />

SARI<br />

Daerah penyelidikan endapan gambut terletak di Daerah Barambai dan sekitarnya, yang berjarak<br />

50 Km sebelah Baratlaut Kota Banjarmasin. Secara Administratip masuk dalam wilayah Kecamatan<br />

Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Secara Geografis daerah penyelidikan<br />

dibatasi dengan koordinat 2 0 50’00” sampai 3 0 05’00” LS dan 114 0 30’00” sampai 114 0 45’00” BT. Luas<br />

daerah penyelidikan sekitar 756 Km 2 .<br />

<strong>Geologi</strong> regional daerah penyelidikan terletak dalam Cekungan Barito yaitu pada posisi “Back<br />

Arch Basin”. Batuan tertua yang terdapat disekitar daerah tersebut yaitu batuan yang berumur Pra-<br />

Tersier, yang tersingkap disekitar lereng barat Pegunungan Meratus, terletak disebelah Timur daerah<br />

penyelidikan, antara lain terdiri dari batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dari Formasi Tanjung,<br />

Berai, dan Formasi warukin. Terakhir yaitu endapan batuan Kuarter yang berumur Plistosen dari Formasi<br />

Dahor dan batuan Holosen yang berupa endapan Aluvium, tediri dari endapan pasir, lempung, sisa-sisa<br />

tumbuhan dan endapan gambut yang diendapkan dalam lingkungan paralic sampai fluviatil. Daerah<br />

inventarisasi umumnya didominasi oleh endapan gambut yaitu sekitar 50%, sedangkan sisanya berupa<br />

endapan aluvial sungai.<br />

Data fisik gambut di daerah ini berwarna cokelat tua hingga kehitaman, dengan derajat<br />

pembusukan sedang sampai tinggi, yaitu H5 – H7 (hemic - safric) dalam skala Van Post, kandungan serat<br />

umumnya sekitar 10% sampai 15%, sedikit terdapat serat kayu dan akar, kandungan air cukup tinggi.<br />

Ketebalan endapan gambut mencapai lebih dari 5 meter.<br />

Hasil rata-rata analisis kimia contoh gambut, menunjukkan bahwa Lembab Nisbi sekitar 89,32%;<br />

Lembab Jumlah 90,34%; Moisture 9,57%; Zat Terbang 53,79%; Karbon tertambat 31,29%; Abu 5,35%;<br />

Total Sulphur 0,97%; keasaman 3,2; Bulk Density 0,127 dan Nilai Kalori rata-rata sekitar 4828 Cal/gr.<br />

<strong>Sumber</strong>daya Tereka endapan gambut yang tebalnya lebih besar dari 1 meter di daerah<br />

penyelidikan yaitu sekitar 9.582.683 Ton gambut kering, dengan luas lahan gambut yang tebalnya lebih<br />

dari 1 meter yaitu sekitar 4.010 Hektar.<br />

PENDAHULUAN<br />

Maksud dan Tujuan.<br />

Dalam rangka merealisasikan kebijakan<br />

pemerintah, tentang diversifikasi penggunaan<br />

energi lain selain minyak bumi, yang harus terus<br />

digalakkan, guna menunjang tersedianya<br />

kebutuhan energi yang berkelanjutan, agar laju<br />

pertumbuhan perekonomian di Indonesia dapat<br />

berjalan secarara progresif, oleh karena itu perlu<br />

adanya gagasan baru yang menyangkut<br />

mengenai antisipasi kondisi tersebut, yaitu<br />

dengan melakukan penyelidikan mengenai<br />

endapan gambut yang diperkirakan banyak<br />

terdapat di seluruh wilayah Indonesia,<br />

khususnya di Kabupaten Barito Kuala yang<br />

terkenal sebagai bagian dari lahan gambut sejuta<br />

hektar.<br />

Tujuan penyelidikan ini yaitu untuk<br />

mengetahui sebaran, ketebalan, sumber daya,<br />

mutu, bentuk endapan dan kondisi geologi<br />

endapan gambut di daerah penyelidikan. Selain<br />

hal tersebut juga untuk mengetahui data umum<br />

wilayah seperti infra struktur, kondisi sosial<br />

masyarakat, iklim, curah hujan, demografi dan<br />

hal-hal lain yang erat kaitannya dengan kegiatan<br />

selanjutnya. Seluruh data yang didapat<br />

diharapkan merupakan data inventarisasi yang<br />

akan menunjang dalam menentukan prospek<br />

pemanfaatan dan pengembangan penggunaannya<br />

dikemudian hari.<br />

Tujuan lain penyelidikan endapan gambut di<br />

wilayah Kabupaten Barito Kuala, yaitu selain


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

inventarisasi untuk penyusunan data base dan<br />

penambahan informasi mengenai<br />

keanekaragaman bahan galian yang terdapat di<br />

daerah tersebut, juga bertujuan untuk menggali<br />

potensi bahan energi yang mungkin dapat<br />

dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan<br />

perekonomian maupun perolehan devisa daerah<br />

setempat.<br />

Lokasi Daerah Penyelidikan.<br />

Daerah penyelidikan terletak di bagian hilir<br />

antara Sungai Barito dengan Sungai Kapuas<br />

Murung, yaitu sekitar 50 Km Baratlaut Kota<br />

Banjarmasin dan dapat ditempuh dengan<br />

kendaraan bermotor. Secara administratip, lokasi<br />

daerah penyelidikan termasuk dalam wilayah<br />

Kecamatan Barambai dan sekitarnya, Kab.<br />

Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan (<br />

Gambar 1 ). Secara Geografis daerah<br />

penyelidikan dibatasi oleh koordinat 2 0 50’00”<br />

sampai 3 0 05’00” Lintang Selatan dan<br />

114 0 30’00” sampai 114 0 45’00” Bujur Timur.<br />

Peta dasar yang dipergunakan yaitu Peta<br />

Rupabumi Indonesia dari Bakosurtanal Kedar 1 :<br />

50.000 ( lembar Peta Palingkau Baru 1713-21 )<br />

dan ( lembar Peta Belawang 1712-53 ) serta<br />

Peta <strong>Geologi</strong> Lembar Amuntai dan Banjarmasin<br />

Kedar 1 : 250.000. Luas daerah penyelidikan<br />

sekitar 756 Km 2 (27,5 Km Panjang x 27,5 Km<br />

Lebar).<br />

GEOLOGI REGIONAL.<br />

Stratigrafi Regional.<br />

Daerah penyelidikan terdapat dalam cekungan<br />

Barito, yaitu pada posisi “Back Arch Basin”.<br />

Batuan tertua yang dijumpai disekitar daerah<br />

tersebut yaitu batuan yang berumur Pra-Tersier,<br />

yang tersingkap disekitar lereng barat<br />

Pegunungan Meratus, yaitu terletak disebelah<br />

Timur daerah penyelidikan, antara lain terdiri<br />

dari batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen<br />

Tersier dari Formasi Tanjung, Berai, dan<br />

Formasi warukin. Terakhir yaitu endapan batuan<br />

Kuarter yang berumur Plistosen yang terdapat<br />

Formasi Dahor dan pada Holosen terdapat<br />

endapan Aluvium, yang mana pada endapan<br />

aluvium tersebut terdapat endapan pasir,<br />

lempung, sisa-sisa tumbuhan dan endapan<br />

gambut yang diendapkan dalam lingkungan<br />

paralic sampai fluviatil ( Gambar 2 )<br />

Formasi batuan Tersier tertua yang tersingkap<br />

disekitar Kabupaten Barito Kuala yaitu Formasi<br />

Tanjung, tersingkap pada bagian timur daerah<br />

kabupaten tersebut, sedangkan formasi-formasi<br />

batuan lainnya yang tersingkap yaitu Formasi<br />

Berai, Warukin dan Formasi Dahor serta Satuan<br />

Endapan Permukaan yang berupa aluvial dan<br />

gambut ( Tabel 1 ). Stratigrafi satuan batuan<br />

yang terdapat di daerah penyelidikan hanyalah<br />

berupa Satuan endapan alluvium dan gambut<br />

yang berumur Holosen, yang hampir seluruhnya<br />

di dominasi oleh endapan gambut dan sedikit<br />

endapan aluvial.<br />

Struktur <strong>Geologi</strong><br />

Secara umum daerah penyelidikan tersebut<br />

berupa pedataran, sedangkan struktur geologi<br />

yang berhubungan dengan kegiatan tektonik,<br />

tidak dijumpai di lokasi daerah penyelidikan,<br />

akan tetapi disebelah timur wilayah Kabupaten<br />

Barito Kuala terdapat beberapa struktur sinklin<br />

dan antiklin, yang dikenal dengan nama<br />

antiklinorium Meratus, yang terdapat di bagian<br />

timurlaut Kota Banjarmasin dan sekitarnya,<br />

yang sumbu sumbu utama umumnya berarah<br />

timurlaut - baratdaya. Sedangkan patahan naik<br />

umumnya juga berarah timurlaut - baratdaya.<br />

Indikasi Endapan Gambut.<br />

Potensi lahan gambut di Indonesia merupakan<br />

peringkat nomer empat terbesar dunia, dan<br />

berdasarkan kajian pustaka diambil dari tulisan<br />

penyelidikan terdahulu, yaitu mengenai dataran<br />

rendah dan rawa-rawa sepanjang pantai timur<br />

Sumatra dan pantai barat sampai selatan<br />

Kalimantan yang terbentuk kira-kira 5000 tahun<br />

yang lalu, menyebutkan bahwa Wilayah Pesisir<br />

barat sampai selatan Pulau Kalimantan<br />

umumnya terdiri dari endapan gambut yang<br />

sangat luas, seperti halnya di daerah Inventarisi<br />

disekitar lokasi daerah penyelidikan, yaitu di<br />

daerah Barambai dan sekitarnya, Kabupaten<br />

Barito Kuala, dari 50% wilayahnya didominasi<br />

oleh endapan gambut, sisanya berupa endapan<br />

aluvial<br />

Indikasi endapan gambut di lapangan, yaitu<br />

ditandai dengan adanya morfologi bentang alam<br />

pedataran. Terdapat rawa-rawa yang airnya<br />

berwarna cokelat tua sampai kehitaman, dengan<br />

pola aliran air yang bermeander dan mempunyai<br />

ketinggian permukaan yang hampir sama dengan<br />

permukaan air laut. Tanah di daerah ini


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

umumnya berwarna cokelat tua sampai<br />

kehitaman, sangat lunak dan mudah ditusuktusuk,<br />

tanah di daerah tersebut umumnya kurang<br />

subur, meranggas serta kering, asam dan mudah<br />

terbakar pada musim kemarau, yang disebabkan<br />

oleh turunnya permukaan air tanah pada<br />

endapan gambut, sehingga endapan gambut<br />

menjadi sangat kering. Pada endapan gambut<br />

yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 meter,<br />

umumnya dijumpai pemukiman penduduk,<br />

perkebunan tanaman keras seperti kelapa sawit,<br />

tetapi pada endapan gambut yang mempunyai<br />

ketebalan lebih dari 1 meter umumnya<br />

ditumbuhi oleh tanaman semak seperti<br />

rerumputan liar serta hutan kayu galam yang<br />

khas terdapat di daerah Kalimantan Selatan.<br />

KEGIATAN PENYELIDIKAN<br />

Penyelidikan Lapangan.<br />

Penyelidikan tersebut yaitu untuk melakukan<br />

evaluasi mengenai sumberdaya dan kualitas<br />

endapan gambut pada lokasi daerah<br />

penyelidikan, dengan melakukan kegiatan<br />

pengukuran koordinat memakai alat GPS, serta<br />

ketinggian permukaan lokasi titik bor gambut<br />

memakai alat Altimeter, dan melakukan<br />

kegiatan bor tangan untuk uji kedalaman serta<br />

pengukuran ketebalan endapan gambut dengan<br />

melakukan diskripsi hasil bor, disertai<br />

pengambilan contoh gambut untuk dianalisis di<br />

laboratorium kimia dan fisika mineral. Dari<br />

perolehan data lapangan tersebut akan dibuat<br />

tabel lokasi titik-titik bor gambut, yang berisi<br />

koordinat titik bor, ketinggian topografi gambut<br />

pada lubang bor dan ketebalan endapan gambut.<br />

Dari perolehan data endapan gambut pada<br />

daerah penyelidikan, akan dibuat isopach<br />

endapan gambut dengan interval 1 meter dan<br />

penampangan, dengan sekala 1 : 50.000. Hal ini<br />

dilakukan untuk menghitung cakupan<br />

sumberdaya endapan gambut disekitar daerah<br />

tersebut, demikian pula mengenai evaluasi<br />

kualitasnya.<br />

Metoda Pengumpulan Data, meliputi<br />

pengumpulan data sekunder dan data primer.<br />

Pengumpulan data sekunder merupakan<br />

pengumpulan data sebaran endapan gambut<br />

yang diperkirakan tersebar di daerah<br />

penyelidikan, yang dapat diperoleh dari kantor<br />

PEMDA dan kantor terkait lainnya serta dari<br />

usaha pertambangan, yang digabungkan dengan<br />

data yang ada di <strong>Pusat</strong> <strong>Sumber</strong> <strong>Daya</strong> <strong>Geologi</strong>,<br />

sedangkan data primer yaitu data endapan<br />

gambut yang diperoleh dari pelaksanaan<br />

pekerjaan lapangan di daerah penyelidikan dan<br />

sekitarnya, yang meliputi pekerjaan Pemetaan,<br />

Pemboran, Pengukuran, Pencatatan,<br />

Pengambilan contoh endapan gambut dan<br />

sebagainya, dengan menggunakan peralatan<br />

lapangan.<br />

Pengumpulan Data Lapangan<br />

Meliputi pengumpulan data primer, yaitu<br />

melakukan penyelidikan dan evaluasi mengenai<br />

sebaran, bentuk endapan dan sumberdaya serta<br />

kualitas endapan gambut pada lokasi daerah<br />

sasaran, dengan melakukan kegiatan<br />

penyelidikan lapangan sebagai berikut :<br />

-Pemetaan <strong>Geologi</strong>, yaitu untuk menentukan<br />

batas-batas sebaran satuan batuan yang ada<br />

disekitar daerah inventarisasi, terutama batas<br />

antara endapan alluvial dengan endapan gambut<br />

di daerah penyelidikan dan sekitarnya.<br />

-Pemboran, dengan menggunakan bor tangan,<br />

yaitu sebagai bor uji kedalaman serta ketebalan<br />

endapan gambut dari Top sampai Bottomnya,<br />

yang dilakukan secara acak dan semi sistematis<br />

dengan interval jarak tertentu, yang nantinya<br />

untuk pembuatan Peta sebaran dan Isopach<br />

endapan gambut.<br />

-Pengukuran Koordinat dengan GPS serta<br />

Ketinggian Permukaan Lokasi Titik Bor gambut<br />

dengan menggunakan alat altimeter, yang<br />

selanjutnya untuk di plot pada peta kerja, guna<br />

pembuatan penampangan endapan gambut.<br />

-Mendiskripsi dan mencatat hasil pemboran<br />

gambut mengenai ciri-ciri dan perubahan sifat<br />

fisik endapan gambut, seperti warna, tingkat<br />

pembusukan, kandungan serat dan akar, serta<br />

klasifikasi lainnya sampai ke dasar endapan<br />

gambut.<br />

-Pengambilan contoh endapan gambut pada<br />

posisi kedalaman tertentu secara komposit,<br />

dengan kode tertentu, yang nantinya akan<br />

dianalisis di Laboratorium.<br />

Data Pemboran Gambut.<br />

Data pemboran endapan gambut di daerah<br />

penyelidikan tersebut, dibuat dari hasil kegiatan<br />

pemboran tangan gambut dan pengukuran<br />

koordinat serta ketinggian dari setiap lokasi<br />

titik-titik bor di lapangan. Penempatan lokasi


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

titik-titik bor di lapangan tersebut direncanakan<br />

dan ditentukan secara acak dan semi sistematis<br />

yang disesuaikan dengan sarana dan prasarana<br />

yang ada di lapangan, yaitu dengan cara<br />

menyusuri sungai, jalan setapak kanal dan<br />

paritan.<br />

Jarak titik-titik bor terdekat yaitu berkisar dari<br />

250 meter hingga 1500 meter dalam setiap jarak<br />

penyusuran lintasan pemboran. Setiap titik<br />

lokasi bor telah diukur koordinatnya dengan<br />

menggunakan GPS 12CX merek Garmen dan<br />

diukur ketinggiannya dari permukaan air laut<br />

dengan menggunakan alat ukur altimer SILVA<br />

merek Alba, yang mana mengambil datum yang<br />

ada dari Desa Antar Jaya dengan ketinggian<br />

sekitar 12 meter dari permukaan air laut.<br />

Daerah penyelidikan dialiri sungai besar<br />

utama yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas<br />

Murung yang terdapat pada bagian timur dan<br />

barat daerah penyelidikan, mengalir dari arah<br />

timurlaut kearah baratdaya yang dihubungkan<br />

dengan tiga buah kanal utama dan puluhan<br />

Kanal Sekunder, maka dari beberapa Kanal<br />

Sekunder dihubungkan dengan paritan tersier<br />

dan jalan setapak. Kegiatan pemboran gambut di<br />

sekeliling daerah penyelidikan tersebut telah<br />

dilakukan pemboran sebanyak 70 lokasi titik<br />

bor, yaitu dari kode nomor bor BR-01 sampai<br />

BR-70, yang letaknya kira kira terdapat pada<br />

bagian tengah sebelah utara daerah<br />

penyelidikan, yang mana diperkirakan masih<br />

banyak terdapat adanya sebaran endapan<br />

gambut. Oleh karena itu, data titik-titik bor<br />

endapan gambut yang menyangkut data<br />

ketebalan, koordinat dan elevasi titik bor, telah<br />

dirangkum dan ditabulasikan.<br />

Sifat Fisik Endapan Gambut.<br />

Warna, warna endapan gambut yang terdapat<br />

dekat permukaan, setempat dijumpai berwarna<br />

cokelat tua sampai kehitaman. Warna hitam<br />

diperkirakan karena pengaruh dari terbakarnya<br />

material pembentuk gambut di permukaan, serta<br />

pengaruh dari derajat pembusukan dan<br />

kandungan zat organik. Selanjutnya di bagian<br />

tengah, umumnya endapan gambut berwarna<br />

cokelat tua, warna ini bergradasi menjadi cokelat<br />

kehitaman bila semakin dekat dengan dasar<br />

sedimentasi. Dasar sedimentasi umumnya<br />

berupa endapan lempung dan lanau, berwarna<br />

abu-abu gelap, dengan sisipan tipis berupa<br />

laminasi dari karbonan sisa tumbuh-tumbuhan.<br />

Derajat Pembusukan (H), derajat<br />

pembusukan endapan gambut di daerah tersebut,<br />

teutama yang dekat permukaan, mempunyai<br />

tingkat pembusukan relatip sedang, adapun<br />

untuk daerah yang mendekati dasar cekungan,<br />

derajat pembusukannya tinggi. Namun secara<br />

umum sebaran ke arah horisontal tidak<br />

memperlihatkan perubahan perbedaan yang<br />

mencolok, terutama pada bagian tengah yang<br />

mempunyai tingkat pembusukan sedang, yang<br />

menurut sekala Van Post yaitu berkisar dari H5<br />

sampai H7, atau dalam kelompok Hemic - Safric<br />

sampai Safric dengan kandungan serat berkisar<br />

dari 10% - 15%.<br />

Kandungan kayu (W), kandungan kayu<br />

dalam satu sekuen dari atas sampai ke bawah<br />

dalam suatu endapan gambut yaitu tidak<br />

homogen, kandungan kayu dijumpai pada<br />

bagian bawah dalam jumlah yang relatip rendah<br />

dibandingkan pada bagian atas, hal ini<br />

dipengaruhi oleh faktor derajat pembusukan<br />

serta kecepatan pembentukan gambut, biasanya<br />

kayu yang terdapat dibawah muka air tanah,<br />

lebih cepat mengalami proses penggambutan,<br />

sedangkan kayu yang terdapat diatas muka air<br />

tanah mengalami pembusukan. Kandungan kayu<br />

di daerah tersebut hanya sekitar 5% sampai<br />

10%.<br />

Kandungan Akar (R), umumnya dijumpai<br />

pada bagian atas dalam endapan gambut, tetapi<br />

jumlahnya tidak banyak, yaitu berkisar dari 5%<br />

sampai 10%. Akar ini diperkirakan berasal dari<br />

tumbuhan baru yang baru tumbuh diatas<br />

tanaman lama yang sudah hancur.<br />

Kandungan Air (M), kandungan air atau<br />

kelembaban berkaitan erat dengan kondisi muka<br />

air tanah. Gambut yang terdapat diatas muka air<br />

tanah biasanya mempunyai kelembaban sekitar<br />

80% sampai 90%, sedangkan yang terdapat<br />

dibawah muka air tanah biasanya mempunyai<br />

kelembaban lebih besar dari 90%. Kondisi<br />

kandungan air tersebut juga dipengaruhi oleh<br />

keadaan cuaca pada saat pengambilan contoh di<br />

lapangan.<br />

Analisis Laboratorium.<br />

Secara megaskopis, endapan gambut berwarna<br />

cokelat tua kehitaman, dengan derajat<br />

pembusukan di daerah tersebut relatip sedang<br />

sampai tinggi. Kandungan kayu dan akar dalam<br />

satu sekuen dari atas sampai ke bawah yaitu<br />

tidak homogen dan relatip sedikit. Kandungan


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

air atau kelembaban cukup besar. Analisa kimia<br />

dan fisika contoh endapan gambut dilakukan<br />

secara komposit, adapun jenis pengerjaan<br />

analisis kimia dan fisika contoh gambut di<br />

laboratorium dengan parameternya yang akan<br />

diuji yaitu: Lembab Nisbi (LN), Lembab Jumlah<br />

(LJ), Persentasi Air Tertambat (M), Zat Terbang<br />

(VM), Karbon Tertambat (FC), Kandungan Abu<br />

(Ash), Sulfur Total (S), Bulk Density (BD),<br />

Nilai Kalori (CV) dan Keasaman (pH). Adapun<br />

contoh endapan gambut yang telah diuji di<br />

laboratorium yaitu berjumlah sebanyak 12 buah<br />

contoh, yang mana diperkirakan dapat mewakili<br />

daerah penyelidikan tersebut secara<br />

proporsional, yaitu yang diambil pada setiap<br />

perubahan interval ketebalan dari endapan<br />

gambut di lapangan, yang mana contoh gambut<br />

tersebut dicampur dari bagian atas sampai<br />

bawah secara komposit. Contoh gambut yang<br />

telah dianalisis di laboratorium adalah sesuai<br />

dengan daftar kode contoh dari lapangan sebagai<br />

berikut : BR-04, BR-08, BR-20, BR-28, BR-32,<br />

BR-40, BR-43, BR-45, BR-50, BR-55, BR-60,<br />

BR-68.<br />

HASIL PENYELIDIKAN<br />

<strong>Geologi</strong> Endapan Gambut.<br />

Pada Awal Kuarter adalah merupakan Zaman<br />

Es (Diluvium), sehingga terjadi penurunan muka<br />

air laut (regresi) yang menyebabkan erosi kuat di<br />

hulu-hulu sungai dan menghasilkan endapan<br />

batuan kasar seperti gravel dan kerikil yang<br />

disebut “Old alluvium” yang diendapkan di atas<br />

sedimen Tersier yang menjadi dasar cekungan<br />

gambut.<br />

Setelah akhir dari fase regresi, yang<br />

berlangsung pada perioda “Wurm”, yaitu pada<br />

Akhir Plistosen sampai Awal Holosen, dengan<br />

mencairnya Zaman Es, maka permukaan air laut<br />

naik (transgresi) perlahan sampai sekarang.<br />

Peningkatan air laut tersebut dibarengi dengan<br />

Peningkatan suhu dan curah hujan di<br />

daerahKalimantan dan Sumatera, yang<br />

menyebabkan batuan di sepanjang Perbukitan<br />

Scwaner dan Meratus mengalami pelapukan<br />

kimia yang kuat dan menghasilkan endapan<br />

lempung halus pada garis pantai di Pesisir pantai<br />

barat dan selatan Kalimantan, sehingga garis<br />

pantai semakin maju kearah laut, selanjutnya<br />

terbentuklah tanggul-tanggul sungai, meander<br />

dan rawa-rawa yang segera ditumbuhi oleh<br />

tanaman rawa seperti nipah dan bakau yang<br />

kemudian disusul oleh tumbuhan hutan rawa.<br />

Lingkungan pengendapan yang tadinya Fluvial<br />

berubah menjadi Paralik, yang mana tumbuhan<br />

dan binatang air tawar mulai berkembang.<br />

Tumbuhan yang telah mati, roboh dan<br />

sebagian besar terendam terawetkan dalam<br />

rawa-rawa, yang jenuh air dan tidak teroksidasi,<br />

selanjutnya dengan bantuan bakteri aerobic dan<br />

baketi anaerobic, tumbuhan tersebut terurai<br />

menjadi sisa-sisa tumbuhan yang lebih stabil,<br />

yang selanjutnya terproses menjadi endapan<br />

organic yang disebut gambut (peatification).<br />

Sifat dari endapan gambut ini adalah selalu<br />

jenuh air hingga 90% walaupun letaknya diatas<br />

permukaan laut, seperti yang terdapat pada<br />

daerah lokasi inventarisasi. Adapun endapan<br />

gambut yang terdapat di daerah ini disebut<br />

gambut naik (rise mire) atau disebut juga<br />

gambut Ombrothrop, yang berbentuk seperti<br />

kubah (dome). Berdasarkan data pengukuran<br />

dasar (bottom) endapan gambut di daerah<br />

tersebut, pada umumnya diatas permukaan laut,<br />

yang menunjukkan bahwa permukaan air laut di<br />

daerah tersebut turun kembali setelah terjadinya<br />

endapan gambut.<br />

Potensi Endapan Gambut.<br />

Potensi endapan gambut di daerah<br />

penyelidikan yaitu relatif tidak banyak bila<br />

dibandingkan dengan lahan gambut yang ada di<br />

pesisir barat dan selatan Kalimantan lainnya,<br />

karena selain sebarannya sedikit dan tipis tipis,<br />

serta sering dibakar oleh penduduk, luas gambut<br />

hanya tinggal ribuan Hektar saja, adapun model<br />

dan bentuk geometri endapan gambut tersebut<br />

seperti kubah atau dome yang umumnya<br />

cembung kebawah. Gambut di daerah ini<br />

berwarna cokelat tua sampai kehitaman, tidak<br />

banyak mengandung serat kayu dan akar, tingkat<br />

pembusukannya relatip sedang sampai tinggi,<br />

oleh karena itu gambut di daerah ini dapat<br />

digunakan sebagai briket bahan bakar, maupun<br />

sebagai bahan baku media tanaman.<br />

Berdasarkan hasil olah data di lapangan,<br />

maka data ketebalan endapan gambut dari 70<br />

buah lokasi titik-titik bor, yang telah<br />

menghasilkan bentuk sebaran dan gambaran<br />

mengenai isopach endapan gambut yang<br />

berinterval 1 meter, dapat diketahui bahwa<br />

endapan gambut di daerah tersebut mempunyai


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

model endapan yang berbentuk kubah ( dome )<br />

yang mempunyai ketinggian bottom kubah<br />

sekitar 7 meter dan top kubah sampai 12 meter<br />

diatas muka air laut serta mempunyai ketebalan<br />

hingga lebih dari 5 meter ( Gambar 3 ), maka<br />

<strong>Sumber</strong>daya Tereka endapan gambut yang<br />

tebalnya lebih besar dari 1 meter di daerah<br />

penyelidikan tersebut dapat dihitung.<br />

Perhitungan tonase sumberdaya endapan<br />

gambut kering tersebut yaitu dalam bentuk<br />

perkalian Volume Gambut basah dengan besaran<br />

Bulk Density, sedangkan Volume Gambut basah<br />

diperoleh dari perkalian antara Luas antar<br />

Isopach sebaran gambut dikalikan dengan<br />

ketebalan rata-rata antar isopach tersebut. Luas<br />

daerah sebaran endapan gambut di Blok Barat<br />

yaitu sekitar 24.438.043m 2 dan di Blok Timur<br />

sekitar 15.662.957m 2 Sehingga luas sebaran<br />

endapan gambut seluruhnya yaitu sekitar<br />

40.100.998m 2 atau sekitar 4.010 Hektar. Maka<br />

hasil perhitungan <strong>Sumber</strong>daya Tereka endapan<br />

gambut kering yaitu sekitar 9.582.683 Ton,<br />

dengan ketentuan bahwa besaran dari Bulk<br />

Density yaitu berkisar sekitar 0,12 sampai 0,14.<br />

Keterangan lain mengenai hasil perhitungan<br />

<strong>Sumber</strong>daya Tereka endapan gambut di daerah<br />

penyelidikan tersebut dirangkum dan<br />

ditabulasikan seperti dalam tabel ( Tabel 3 )<br />

Maka total sumberdaya Tereka endapan<br />

gambut di daerah penyelidikan yang mempunyai<br />

ketebalan antara 1 meter sampai lebih dari 5m<br />

yaitu sekitar 9.582.683 Ton gambut kering, dan<br />

mempunyai luas sebaran endapan gambut yang<br />

mempunyai ketebalan lebih dari 1 meter yaitu<br />

sekitar 4.010 Hektar.<br />

Dari hasil analisis laboratorium telah<br />

diperoleh kesimpulan bahwa nilai kisaran<br />

analisis kimia dan fisika endapan gambut di<br />

daerah penyelidikan adalah sebagai berikut : 1.<br />

Lembab Nisbi berkisar dari 84,13 % sampai<br />

99,36 %; 2. Lembab Jenuh berkisar dari 85,50 %<br />

sampai 99,42 %; 3. Moisture berkisar dari 8,64<br />

% sampai 10,39 %; 4. Volatile Matter berkisar<br />

dari 48,26 % sampai 56,30 %; 5. Fixed Carbon<br />

berkisar dari 28,03 % sampai 32,31 %; 6. Ash<br />

(abu) berkisar dari 3,25 % sampai 15,07 %; 7.<br />

Total Sulphur berkisaran dari 0,85 % sampai<br />

1,27 %; 8. Bulk Density berkisar dari 0,11<br />

sampai 0,14; 9. Ph (keasaman) berkisar dari 3,0<br />

sampai 3,5; 10. Calorific Value, berkisar 4254<br />

sampai 5051 Cal/gr. ( Tabel 2 )<br />

Prospek Pemanfaatan Gambut.<br />

Prospek pemanfaatan dan pengembangan<br />

endapan gambut, mengingat sebaran lahan<br />

gambut yang relatif tidak luas di daerah ini,<br />

maka pemanfaatan lahan gambut tersebut dapat<br />

dibagi menjadi 3 kelompok zona daerah<br />

berdasarkan ketebalannya, yaitu :<br />

Kelompok pertama, daerah lahan gambut<br />

yang mempunjai ketebalan gambut kurang dari 1<br />

meter, disarankan dapat digunakan sebagai lahan<br />

pemukiman penduduk dan persawahan, karena<br />

daerah ini sebagian besar terdiri dari endapan<br />

alluvial dan gambut tipis. Pembuatan bangunan<br />

di daerah ini akan lebih stabil bila dibandingkan<br />

dengan daerah lainnya, dan persawahan akan<br />

lebih baik karena mengandung nutrisi yang<br />

cukup.<br />

Kelompok kedua, daerah lahan gambut yang<br />

mempunyai ketebalan gambut berkisar dari 1<br />

meter hingga 2 meter, disarankan dapat<br />

digunakan sebagai lahan perkebunan, terutama<br />

tanaman keras seperti kelapa sawit, karet dan<br />

kayu-kayuan lainnya, karena akar tanaman keras<br />

tersebut masih bisa mencapai pada lapisan<br />

sedimen yang berada dibawah lapisan gambut<br />

bila sistem pengairannya baik.<br />

Kelompok ketiga, daerah lahan gambut yang<br />

mempunyai ketebalan gambut lebih dari 2 meter<br />

dan posisinya berada diatas muka air laut,<br />

disarankan dapat dimanfaatkan untuk bahan<br />

baku industri, sebagai bahan baku energi industri<br />

yang berupa briket dan sebagainya, karena<br />

menurut hasil analisis megaskopis gambut di<br />

daerah ini adalah baik untuk bahan baku energi<br />

dan media tanaman, disarankan pula bila<br />

ketinggian gambut dibawah atau sama dengan<br />

permukaan air tanah, sebaiknya lahan gambut ini<br />

baik untuk konservasi alam guna menjaga<br />

ekosistem lingkungan air tanah dan sebagainya.<br />

Kegunaan gambut yaitu dapat dimanfaatkan<br />

pada berbagai keperluan seperti bahan bakar dan<br />

bahan dasar industri. Sebagai bahan bakar bisa<br />

berupa sod peat dan milled peat, yang kemudian<br />

dapat dikembangkan lagi menjadi briquettes,<br />

pellets, gas dan lainnya. Bahan bakar ini dapat<br />

digunakan untuk industri seperti industri<br />

pembangkit tenaga listrik, semen, keramik, gelas<br />

atau dipakai untuk keperluan rumah tangga.<br />

Sebagai bahan dasar industri, gambut dapat<br />

menghasilkan bahan-bahan tertentu setelah<br />

mengalami proses tertentu pula, seperti untuk<br />

lumpur pemboran, pelarut plastik, karbon aktip<br />

yang berporosity tinggi, macam-macam gas,


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

lilin, bahan penyerap (air, protein, sulfat dan<br />

pewarna), bila ditambah sodium sulfat dapat<br />

menyerap logam berat (Air raksa, Pb, Cd),<br />

dengan menambah unsur tertentu gambut dapat<br />

dipakai sebagai pupuk, dan serat-serat gambut<br />

dapat dipakai sebagai boart.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Kesimpulan<br />

1. Kenampakan megaskopis, endapan gambut<br />

di daerah ini berwarna cokelat tua kehitaman,<br />

dengan tingkat pembusukan sedang, H5 – H7<br />

(hemic - safric), kandungan serat umumnya<br />

sekitar 10% sampai 15%, sedikit terdapat serat<br />

kayu dan akar, kadar kandungan air umumnya<br />

cukup tinggi. Ketebalan endapan gambut<br />

mencapai lebih dari 5 meter. Posisi dasar<br />

endapan gambut mencapai 7 meter diatas<br />

permukaan air laut, sedangkan posisi puncak<br />

kubah endapan gambut bisa mencapai 12 meter<br />

diatas muka air laut, dengan bentang alam<br />

umumnya pedataran dan di beberapa tempat<br />

bermorfologi sedikit berundulasi lemah.<br />

2. Hasil analisis laboratorium digunakan<br />

untuk mengetahui mutu endapan gambut, yang<br />

secara tidak langsung akan berpengaruh pula<br />

dengan penentuan pemanfaatan dan penggunaan<br />

endapan gambut tersebut, yang antara lain<br />

mempunyai kadar abu rata – rata sekitar 5,35 %,<br />

total sulhpur rata – rata sekitar 0,97 % dan<br />

Calorific value rata - rata sekitar 4828 Cal/gr.<br />

3. <strong>Sumber</strong>daya Tereka endapan gambut yang<br />

mempunyai ketebalan lebih besar dari 1 meter di<br />

daerah penyelidikan tersebut yaitu sekitar<br />

9.582.683 Ton gambut kering dengan Bulk<br />

Density sekitar 0,11 sampai 0,14. Luas sebaran<br />

lahan gambut yang ketebalannya lebih besar dari<br />

1 meter yaitu sekitar 4.010 Hektar.<br />

4. Potensi utama bahan galian yang terdapat<br />

di daerah, Kab Barito Kuala adalah endapan<br />

gambut, sebab selain ketebalan gambut hingga<br />

mencapai lebih besar dari 5 meter, yang<br />

penyebarannya menebal pada bagian tengah<br />

utara daerah penyelidikan, mempunyai bentuk<br />

geometri serta model endapan gambut yang<br />

menyerupai kubah atau dome, yang posisi<br />

umumnya terletak di atas permukaan air laut,<br />

sehingga sangat memungkinkan lahan gambut<br />

tersebut untuk dimanfaatkan / dikembangkan<br />

lebih lanjut.<br />

Saran.<br />

Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu,<br />

bahwasanya eksploitasi endapan gambut<br />

disarankan hanya pada daerah-daerah lahan<br />

gambut yang ketebalannya di atas 2 meter dan<br />

yang posisinya diatas permukaan air laut,<br />

dengan mempertimbangkan ekosistem air tanah<br />

dan hidrologi yang harus tetap terjaga.<br />

Lahan yang telah rusak karena tebal gambut<br />

yang umumnya kurang dari 1 meter habis<br />

dibakar, maka harus direvitalisasi agar dapat<br />

difungsikan kembali.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Anderson, J.A.R., 1964. The Structure And<br />

Development Of The Peat Swamps Of Serawak<br />

And Brunei. Journal of Tropical Geography. vol.<br />

18, 1964.<br />

2. Diemont, W.H., and Supardi, 1986:<br />

Genesis of Indonesia Lowland Peats and<br />

Possibilities for Development. Symposium<br />

and exhibition lowland development in<br />

Indonesia, Jakarta. University of Illinois.<br />

3. Euroconsult, (1984) : Preliminary<br />

Assestment of Peat Development Potential.<br />

Final Report., Euroconsult, Ahrnem, The<br />

Netherland.<br />

4. Geyh, H.R., Kudras Streif, H., (1974):<br />

Global changes in post Glacial Sea Level.<br />

A Memorial Calculation Quartenary Research<br />

P.264-287.<br />

5. James C. Cobb and C. Blaine Cecil.,<br />

1993, Modern and Ancient Coal Forming<br />

Environments; The <strong>Geologi</strong>cal Society of<br />

America, Special Paper 286.<br />

6. Keller G.H., Richards A Drian F.,1967;<br />

Sediments of the Malacca strait, Southeast<br />

Asia, Department of Geology, University of<br />

Illinois, Urbana, Illinois.<br />

7. N. Sikumbang dan R Heryanto., (1994),<br />

Peta <strong>Geologi</strong> Lembar Amuntai Kalimantan<br />

Selatan, P3G Bandung.<br />

8. Shell International, (1983) : Utilization of<br />

Indonesian Peat for Power Generation. Shell<br />

International Petroleum, London.<br />

9. Truman Wijaya, (2001), Penyelidikan<br />

Pendahuluan Endapan Gambut Daerah<br />

Muara Pulau dan Sekitarnya, Kalimantan<br />

Selatan, Dit Inventarisasi <strong>Sumber</strong>daya<br />

Mineral, Bandung.


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

Tabel 1. Stratigrafi Regional Formasi Batuan Sekitar Daerah Penyelidikan<br />

Zaman Kala Formasi Lithologi<br />

Holosen Aluvium<br />

Kuarter Plistosen Dahor<br />

Pliosen Warukin<br />

Atas<br />

Tersier Miosen Warukin<br />

Bawah<br />

Oligosen Berai<br />

Eosen Tanjung<br />

Gambut, sisa tumbuhan, lempung, pasir<br />

dan lanau.Berupa endapan sungai, rawa<br />

Batupasir tufaan dan konglomerat lepas<br />

lempung, oksida besi, lignitan abu-abu.<br />

Batupasir selingan batulempung dngan<br />

Sisipan batubara hingga 20 meter<br />

Batupasir kapuran berfosil, napal,<br />

batulempung dan batupasir kuarsa<br />

Napal, batugamping massif, tebal,<br />

berfosil Sisipan serpih abu-abu.<br />

Lingk.<br />

endapan<br />

Paralic<br />

Fluviatil<br />

Darat-laut<br />

Laut<br />

Laut<br />

Batupasir kuarsa, serpih dengan sisipan<br />

batubara,setempat sisipan batugamping Darat-laut<br />

Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Kimia Endapan Gambut Daerah Barambai, Kalsel<br />

ANALYSIS UNIT BASIS<br />

HASIL ANALYSIS<br />

Kisaran Rata-rata<br />

Lembab Nisbi % ar 84,13 99,36 89,32<br />

Lembab Jumlah % ar 85,50 99,42 90,34<br />

PROXIMATE<br />

Moisture % adb 8,64 10,39 9,57<br />

Volatile Matter % adb 48,26 56,30 53,79<br />

Fixed Carbon % adb 28,03 32,23 31,29<br />

Ash % adb 3,25 15,07 5,35<br />

Total Sulphur % adb 0,85 1,27 0,97<br />

Bulk Density adb 0,11 0,14 0.127<br />

Ph adb 3,0 3,5 3,2<br />

Calorific value Cal / gr adb 4254 5051 4828


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

Tabel 3. Hasil Perhitungan <strong>Sumber</strong>daya Endapan Gambut Daerah Penyelidikan<br />

Isopach<br />

No<br />

(m)<br />

Blok Barat<br />

Tebal<br />

(m)<br />

Luas<br />

(m 2 )<br />

Volume<br />

(m 3 )<br />

Bulk<br />

Density<br />

<strong>Sumber</strong>daya<br />

(ton)<br />

1 1 - 2 1,5 16.520.172 24.780.258 0,14 3.469.236<br />

2 2 - 3 2,5 4.200.013 10.500.033 0,12 1.260.004<br />

3 3 - 4 3,5 2.433.736 8.518.076 0,12 1.022.169<br />

4 4 - 5 4,5 1.002.572 4.511.574 0,12 541.389<br />

5 > 5 5 281.550 1.407.750 0,12 168.930<br />

Blok Timur<br />

1 1 - 2 1,5 14.181.202 21.271.803 0,13 2.765.334<br />

2 >2 2 1.481.753 2.963.506 0,12 355.621<br />

Jumlah 40.100.998 73.953.000 9.582.683<br />

DAERAH PENYELIDIKAN<br />

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan Endapan Gambut di Daerah Barambai<br />

Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

DAERAH PENYELIDIKAN<br />

Gambar 2. Peta <strong>Geologi</strong> Regional disekitar Daerah Penyelidikan


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

51'<br />

52'<br />

53'<br />

54'<br />

2°55'00" LS<br />

56'<br />

57'<br />

58'<br />

59'<br />

3°00'00" LS<br />

01'<br />

02'<br />

03'<br />

04'<br />

3°05'00" LS<br />

H. Lasar<br />

Palingkau Baru<br />

KAPUAS<br />

kapuas Timur<br />

31' 32' 33' 34' 114°35'00" BT 36' 37' 38' 39' 114°40'00" BT<br />

41' 42' 43' 44'<br />

Palingkau Lama<br />

2°50'00" LS 114°30'00" BT 2°50'00" LS<br />

Palingkai<br />

H. Itik<br />

H. Simpangbungal<br />

H. Talasjaga<br />

Cangkingan<br />

Handilbaru<br />

H. Lunuk<br />

Handilbaru<br />

Pitran<br />

H. Sakalagun<br />

H. Anut<br />

H. Duman<br />

KAPUAS HILIR<br />

H. Habib<br />

PROVINSI<br />

KALIMANTAN TENGAH<br />

Simpang Jaya<br />

Tumih<br />

A<br />

BR-21<br />

1,7 m<br />

BR-23<br />

BR-22<br />

2,5 m<br />

3,5 m<br />

BR-20<br />

2,5 m<br />

BR-19<br />

1,8 m<br />

1<br />

BR-51<br />

1,1 m<br />

BR-52<br />

BR-34<br />

0,3 m<br />

BR-35 0,0 m<br />

BR-53<br />

0,9 m<br />

0,3 m<br />

BR-36<br />

1,5 m<br />

D<br />

BR-39<br />

0,5 m<br />

B<br />

BR-42<br />

BR-40<br />

5 4,4 m<br />

4<br />

1,5 m<br />

BR-41<br />

3 BR-44<br />

2 4,5 m<br />

3,2 m<br />

1<br />

BR-43<br />

5,4 m<br />

BR-46<br />

1,7 m BR-45<br />

BR-47<br />

3,0 m<br />

0,3 m<br />

A<br />

BR-48<br />

0,0 m<br />

BR-67<br />

0,0 m<br />

BR-66<br />

0,9 m<br />

BR-57<br />

1,8 m<br />

BR-58<br />

1,3 m<br />

Penampang A-B C-D<br />

Vertikal 1 : 500<br />

Skala = -------------------------------<br />

Horizontal 1 : 50.000<br />

B C<br />

BR-70<br />

0,5 m<br />

BR-68<br />

1,2 m<br />

BR-69<br />

1,3 m<br />

BR-65<br />

1,9 m<br />

BR-55<br />

3,1 m BR-54<br />

1,9 m<br />

BR-56<br />

3,0 m<br />

BR-63<br />

0,0 m<br />

BR-64<br />

0,9 m<br />

BR-61<br />

0,3 m<br />

BR-38<br />

0,0 m<br />

BR-24<br />

1,0 m<br />

BR-62<br />

1,1 m<br />

BR-60<br />

1,3 m<br />

2 BR-50<br />

2,1 m<br />

BR-37<br />

1,1 m<br />

BR-32 BR-31<br />

1,5 m 2,2 m<br />

C<br />

2<br />

BR-33<br />

0,3 m<br />

1<br />

BR-25<br />

0,0 m<br />

15 15<br />

BR-44 BR-43<br />

BR-42<br />

BR-32 BR-31<br />

BR-46 BR-45 4,5 m 5,4 m<br />

4,4 m BR-41<br />

BR-33 1,5 m 2,2 m<br />

BR-48 BR-47<br />

BR-40<br />

BR-30<br />

1,7 m 3,0 m<br />

3,2 m<br />

1,5 m<br />

0,3 m<br />

0,00m<br />

0,00m<br />

0,00m<br />

10<br />

10<br />

5<br />

0<br />

BR-06<br />

0,0 m<br />

BR-05<br />

0,3 m<br />

BR-04<br />

1,1m<br />

Roham Raya<br />

BR-03<br />

0,8 m<br />

BR-18<br />

1,5 m<br />

BR-02<br />

0,0m<br />

BR-17<br />

0,4 m<br />

BR-11<br />

0,0 m<br />

D<br />

5<br />

0<br />

BR-12<br />

0,3 m<br />

BR-59<br />

1,0 m<br />

BR-49<br />

1,1 m<br />

BR-28<br />

2,5 m<br />

BR-29<br />

1,2 m<br />

BR-10<br />

0,0 m<br />

BR-30<br />

0,3 m<br />

BR-27<br />

1,4 m<br />

BR-13<br />

1,2 m<br />

BR-09<br />

1,1 m<br />

S. Banarjingah<br />

BR-26<br />

0,3 m<br />

BR-16<br />

1,4 m<br />

BR-14<br />

1,3 m<br />

Barambai Kolam Kiri<br />

BR-08<br />

1,2 m<br />

BR-15<br />

1,0 m<br />

BR-01<br />

0,4 m<br />

BR-07<br />

0,3 m<br />

Barambai Kolam Kanan<br />

KECAMATAN<br />

SUNGAI GAMPA<br />

Bambangin<br />

Danau Karya<br />

Manteren<br />

Sungaigampaasah Sungaisahurai<br />

Blok C<br />

114°30'00" BT 114°45'00" BT<br />

31' 32' 33' 34' 36' 37' 38' 39' 41'<br />

114°35'00" BT 114°40'00" BT<br />

42' 43' 44'<br />

H. Sinjung<br />

H. Palambang<br />

H. Malang 2<br />

H. Mesjid<br />

H. Malang 1<br />

Anjirpalambang<br />

Handiwung<br />

H. Bangkiran<br />

S. Kapuas Murung<br />

H. Bungasari<br />

Pulau Petak<br />

H. Palangkaibujur<br />

H. Badandan<br />

Pudak<br />

H. Cangkinganbaru<br />

H. Pitran<br />

H. Lewu<br />

H. Belahan Baru<br />

H. Riget<br />

H. Simpangpudak<br />

H. Baru<br />

H. Simpanggaya<br />

H. Simpang Mendun<br />

Nyamuk<br />

Binjai<br />

Badandan<br />

Suryakanta<br />

Surkanta<br />

Waringin Kencana<br />

H. Waspada<br />

H. Jeranang<br />

H. Hanibuang<br />

H. Malangsari<br />

H. Benama 2<br />

H. Handiwung kanan<br />

<strong>Sumber</strong> Rahayu<br />

H. Gantung<br />

H. Binjai<br />

H. Handiwung kiri<br />

H. Malangpanglima<br />

H. Palangkai<br />

H. Dahlan<br />

H. Ilu<br />

H. Kaden<br />

H. Pampolo 1<br />

Pinangbahang<br />

H. Parampangan<br />

H. Nyamuk<br />

H. Lampihung<br />

H. Mahang<br />

H. Sukabalai<br />

Dwipasari<br />

H. Marhanang<br />

H. Pontik<br />

H. Baru<br />

KECAMATAN<br />

BELAWANG<br />

Kolam Makmur<br />

BELAWANG<br />

S. Tabukan<br />

S. Pantang<br />

Sidomulyo<br />

S. Karang Munting<br />

Belawang Kolam Kanan<br />

BARITOKUALA<br />

Barambai Kolam Kiri<br />

KECAMATAN<br />

BARAMBAI<br />

Belawang Kolam Kanan<br />

Belawang Kolam Kanan<br />

Babatraya<br />

KECAMATAN<br />

TABUKAN<br />

Karya Indah<br />

Barambai Karyatani<br />

S. Barabai<br />

S. Sakaturup<br />

S. Sakakanom<br />

Sukaramai<br />

H. Semangat 1<br />

H. Semangat 2<br />

Karya Baru<br />

BARAMBAI<br />

S. Kali<br />

H. Veteran 3<br />

H. Veteran 2<br />

Handilbarabai<br />

H. Veteran 1<br />

H. Hidup Baru<br />

S. Begagap<br />

H. Nilaiusaha<br />

Sungaikali<br />

Karya Jadi<br />

H. Pandansari<br />

H. Sinarcahaya<br />

Bagagap<br />

Antar Jaya<br />

H. Telaga<br />

Belawang Kolam Kiri<br />

S. Jayau<br />

S. Rungun<br />

H. Kodim<br />

S. B A R I T O<br />

H. Kabuau<br />

H. Swarga<br />

H. Penghulu<br />

H. Sinarbakti<br />

H. Mangkusip<br />

H. Durian<br />

H. Sinar Usaha<br />

H. Siaga<br />

Barambai Muara<br />

H. Kurnia<br />

KECAMATAN<br />

BAKUMPAI<br />

Belawang Kolam Kiri<br />

H. Bungapadi<br />

H. Taruna<br />

H. Gadabung<br />

H. Sinar Harapan<br />

H. Akri<br />

H. Pelita 1<br />

H. Pelita 2<br />

Pendalaman<br />

Antar Jaya<br />

H. Pelita 3<br />

Belawang Kolam Kanan<br />

Belawang Kolam Kanan<br />

H. Pindahan Baru<br />

H. hidup Baru<br />

H. Karyatani 2<br />

S. Sakasana<br />

H. Karyatani 1<br />

S. Tinggiran<br />

H. Simpati<br />

AREAL<br />

PT. ARGOJAYA MANDIRI<br />

(KODECO)<br />

H. Sekundertaruna<br />

H. Karyatani 3<br />

S. Serunai<br />

Pendalaman Baru<br />

H. Kastuci<br />

CERBON<br />

Sungaigampa<br />

Sungaibamban<br />

S. Bamban<br />

H. Puak<br />

H. Km 8 Lama<br />

H. Kodrat<br />

Antarbaru<br />

H. Sinar Sari<br />

KECAMATAN<br />

CERBON<br />

S. Gunung<br />

S. Kambai<br />

Sungai Kambat<br />

Kanal/Jalan Pemerintah<br />

Simpangarja<br />

H. Sinar Harapan<br />

S. Sahurai<br />

H. Romantik<br />

Anjir Talaran<br />

S. Arja<br />

S. Halayung<br />

Sungairaya<br />

S. B A R I T O<br />

Sinarbaru<br />

03'<br />

Sungairasau<br />

S. Pangsuk<br />

114°45'00" BT<br />

H. Baku<br />

Sungkai<br />

S. Habaya<br />

51'<br />

52'<br />

53'<br />

54'<br />

2°55'00" LS<br />

56'<br />

57'<br />

58'<br />

59'<br />

3°00'00" LS<br />

01'<br />

02'<br />

04'<br />

3°05'00" LS<br />

Lokasi<br />

Penyelidikan<br />

3° LS<br />

4° LS<br />

BANJARMASIN<br />

A<br />

MARTAPURA<br />

BANJARBARU<br />

PLEIHARI<br />

Jorong<br />

D<br />

B C<br />

BARABAI<br />

RANTAU<br />

Binuang<br />

Asam-Asam<br />

Tambarangan<br />

Jalan Setapak<br />

Penampang<br />

Pantai Hambawang<br />

KANDANGAN<br />

K A L I M A N T A N S E L A T A N<br />

Kintap<br />

Satui<br />

Sabamban<br />

L A U T J A W A<br />

Batu Licin<br />

KALIMANTAN<br />

Pagatan<br />

115° BT 116° BT<br />

Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah<br />

U<br />

SKALA 1 : 50.000<br />

P. LAUT<br />

0 3<br />

1 4 5 Km<br />

2<br />

0 6<br />

2 8 10 Cm<br />

4<br />

K E T E R A N G A N :<br />

BR 45<br />

3 m<br />

3 2<br />

1<br />

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL<br />

BADAN GEOLOGI<br />

PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI<br />

Gambar 3<br />

KOTABARU<br />

PETA SEBARAN ENDAPAN GAMBUT<br />

DAERAH BARAMBAI KABUPATEN BARITO KUALA<br />

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN<br />

Disusun : Ir. J.A. Eko Tjahjono, DEES.<br />

Digambar : Agus Maryono<br />

Lokasi Titik Bor Gambut<br />

BR-45 : Lokasi titik bor<br />

3 m : Kedalaman gambut<br />

Isopach Endapan Gambut<br />

Rumah/Gubuk<br />

Desa/Perkampungan<br />

Jalan Utama/Aspal<br />

Sungai<br />

Kanal<br />

Handil/Parit<br />

Batas Provinsi<br />

Batas Kecamatan<br />

Diperiksa : Ir. Asep Suryana.<br />

Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc.<br />

Gambar 3. Peta Sebaran Endapan Gambut Daerah Barambai Kab. Barito Kuala<br />

Peta : 1<br />

Tahun : 2007

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!