koran_sulindo_edisi_1
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
JEJAK-SEJARAH<br />
18<br />
PNI di Zaman Bergerak<br />
Pendirian PNI oleh Bung Karno dan kawan-kawan telah memanaskan mesin pergerakan<br />
nasional. Setelah Bung Karno ditahan, PNI dibubarkan dan berubah menjadi Partindo.<br />
Bung Karno dan para aktivis PNI di masa awal pendiriannya.<br />
telah tiba<br />
bagiku untuk<br />
“Waktu<br />
mendirikan<br />
partai sendiri,“ kata Soekarno,<br />
seperti ditulis dalam buku Bung<br />
Karno: Penyambung Lidah<br />
Rakyat Indonesia. “...Pada 4<br />
Juli 1927, dengan dukungan<br />
enam kawan dari Algemeene<br />
Studieclub, aku mendirikan<br />
PNI. Rakyat sudah siap, Bung<br />
Karno sudah siap. Sekarang<br />
tidak ada yang menahan kami,<br />
kecuali Belanda.“<br />
PNI adalah anak kandung<br />
pergerakan nasional, yang hadir<br />
ditengah kekosongan gerakan<br />
radikal masa itu. Beberapa<br />
bulan sebelumya, akhir tahun<br />
1926, pemberontakan PKI<br />
terhadap pemerintah jajahan<br />
meletus di Banten. Di awal<br />
tahun 1927 pemberontakan<br />
merebak pula di Silungkang,<br />
Sumatra Barat. Namun, karena<br />
ketidaksiapan para pemimpin<br />
partai, pemberontakan itu<br />
dengan cepat ditumpas. Sekitar<br />
13.000 orang ditangkap, kirakira<br />
4.500 dijebloskan ke<br />
penjara, dan 1.308 dikirim ke<br />
Boven Digul, Irian, yang khusus<br />
dibangun untuk mengasingkan<br />
para pemberontak PKI.<br />
Goncangan yang ditimbulkan<br />
pemberontakan PKI tersebut<br />
sangat besar bagi gerakan<br />
kebangsaan masa itu. Sejak<br />
itu hingga Perang Dunia II,<br />
rakyat pedesaan tak pernah<br />
lagi memainkan peranan aktif<br />
dalam pergolakan politik. Dan<br />
pemerintah jajahan Belanda<br />
pun tidak pernah lagi bersikap<br />
toleran terhadap gerakangerakan<br />
anti penjajahan yang<br />
radikal.<br />
Asas PNI adalah sosio-nasional<br />
isme dan sosio-demokrasi<br />
yang didasarkan pada<br />
Marhaenisme. Program PNI<br />
disusun sederhana. Dalam<br />
anggaran dasarnya dicantumkan<br />
tujuan perserikatan, yaitu:<br />
meng usahakan kemerdekaan<br />
Indonesia. Untuk mencapai<br />
tujuan itu perserikatan akan<br />
bekerjasama dengan semua<br />
or ganisasi di Indonesia yang<br />
mengejar tujuan yang sama.<br />
PNI memilih non-kooperasi<br />
dan hidup dengan swadaya<br />
sebagai prinsip perjuangannya.<br />
Dalam rangka itu, PNI<br />
menyebutkan dalam tiga hal<br />
pokok rancangan usahanya.<br />
Pertama, usaha politik: memperkuat<br />
rasa kebangsaan<br />
umum nya dan kesadaran atas<br />
persatuan bangsa Indonesia<br />
khususnya, memajukan pengetahuan<br />
sejarah kebangsaan<br />
dan memperkokoh hubungan<br />
dengan bangsa-bangsa Asia lainlain,<br />
menumpas segala rintangan<br />
bagi kemerdekaan diri (hak-hak<br />
luar biasa daripada Gubernur<br />
Jenderal untuk membuang dan<br />
mengasingkan, pembatasan<br />
per jalanan) dan tantangan bagi<br />
kehidupan politik (berserikat,<br />
berkumpul, penyiaran bercetak,<br />
mengeluarkan pikiran).<br />
Kedua, usaha ekonomi:<br />
mema jukan penghidupan<br />
yang merdeka, memajukan<br />
perda gangan kebangsaan,<br />
kerajinan, bank-bank, koperasikoperasi.Ketiga,<br />
usaha sosial:<br />
memajukan pengajaran bersifat<br />
kebangsaan, memperbaiki kedudukan<br />
kaum wanita (membasmi<br />
poligami, perkawinan paksaan<br />
dan perkawinan anak-anak),<br />
memerangi pengangguran,<br />
mema jukan pemindahan lain ke<br />
pulau di Indonesia, mendirikan<br />
dan menyokong perkumpulanperkumpulan<br />
sekerja, memajukan<br />
kesehatan rakyat, dan<br />
membasmi penghisapan mad at<br />
dan peminum alkohol.<br />
Seperti ditulis Ali Sastroamidjojo,<br />
salah satu tokoh<br />
penting PNI dari masa awal,<br />
“Pada pokoknya tujuan politik PNI<br />
pada waktu itu adalah ‘men capai<br />
Indonesia Merdeka‘. Cara mencapai<br />
tujuan itu ialah dengan suatu ‘massa<br />
aksi yang sadar berdasarkan kekuatan<br />
dan kemampuan diri sendiri‘.<br />
dalam memoarnya, Tonggaktonggak<br />
di Perjalananku:<br />
Tentang struktur kenegaraan<br />
Indonesia Merdeka, PNI<br />
menyatakan bahwa partai hanya<br />
akan mengakui suatu susunan<br />
pemerintahan yang dibentuk<br />
dari rakyat dan oleh rakyat.“<br />
Di bawah kepemimpinan<br />
Soekarno, PNI berkembang<br />
pesat. Hal itu terutama karena<br />
kemampuan Soekarno berpidato<br />
dalam rapat-rapat umum<br />
di depan khalayak rakyat.<br />
“Pandai benar Bung Karno<br />
menjelaskan teori-teorinya yang<br />
muluk-muluk kepada rakyat<br />
secara sederhana.... langsung<br />
mengena hati rakyat. Dan<br />
tercapailah maksudnya, supaya<br />
rakyat mengerti akan asas<br />
dan tujuan PNI. Ini, menurut<br />
keyakinan Bung Karno, adalah<br />
penting sekali. Kalau rakyat<br />
sudah mengerti, maka tumbuhlah<br />
kemauan mereka<br />
untuk mencapai apa yang dicita-citakan.<br />
Dan kemauan<br />
ini akan membangunkan kesang<br />
gupan rakyat untuk bertindak.<br />
Pengertian kemauan<br />
dan tindakan inilah pokok<br />
daripada teori Bung Karno<br />
yang dinamakan teori ‘nationale<br />
geest, nationale wil, nationale<br />
daad‘,“ jelas Ali Sastroamidjojo.<br />
Selain itu, para aktivis PNI<br />
lainnya—baik di tingkat pusat<br />
maupun di daerah—bekerja<br />
de ngan semangat luar biasa.<br />
Untuk mengatasi kesukaran<br />
berkomunikasi dengan rakyat<br />
banyak, misalnya, diadakan<br />
pembinaan kader-kader yang<br />
bertugas menghubungi rakyat<br />
jelata secara langsung. Untuk<br />
itu diadakan kursus-kur sus<br />
kader secara teratur di kotakota<br />
kabupaten. Dan sedapat<br />
mungkin, calon-calon<br />
kader diambil dari pemudapemudi<br />
dari kampung dan<br />
desa, terutama mereka yang<br />
pernah mendapat pendidikan di<br />
sekolah.<br />
Rapat-rapat umum dan<br />
kursus-kursus kader dengan<br />
segera menarik perhatian rakyat<br />
untuk bergabung dengan PNI.<br />
Pada Kongres II, 18-20 Mei<br />
1929, di Jakarta, PNI mengambil<br />
keputusan akan mengadakan<br />
kursus-kursus istimewa untuk<br />
mengajarkan sosialisme, anarkhisme,<br />
komunisme, dan<br />
sebagainya, supaya orangorang<br />
dapat menjunjung “nasionalisme“<br />
nya sendiri dengan<br />
sadar dan supaya orang dapat<br />
memisahkan diri dari salah-satu<br />
isme-isme (aliran-aliran) yang<br />
lain itu. Berkat kursus-kursus<br />
para kader PNI cakap dalam<br />
menyebarkan cita-cita partai<br />
kepada masyarakat luas.<br />
Bahasa Melayu yang<br />
dijunjung PNI sebagai “bahasa<br />
Indonesia“ sesungguhnya diakui<br />
pula oleh golongan lain.<br />
Merah Putih (warna dari<br />
PNI dan Perhimpunan Indonesia)<br />
dijunjung jadi warna<br />
kebangsaan Indonesia. Dan<br />
lagu “Indonesia Raya“ yang<br />
oleh PNI ditunjuk sebagai lagu<br />
kebangsaan, dianggap demikian<br />
pula oleh orang-orang.<br />
Pertengahan Desember<br />
1929, Soekarno berhasil memprakarsai<br />
pendirian Permufakatan<br />
Perhimpunan-Perhimpunan<br />
Politik Kebang saan<br />
Indo nesia (PPPKI). Badan<br />
ini merupakan federasi dari<br />
sejumlah partai politik dan<br />
organisasi massa, yaitu: PNI,<br />
Partai Syarikat Islam (yang pada<br />
tahun 1929 berubah namanya<br />
menjadi Partai Syarikat Islam<br />
Indonesia, disingkat PSII),<br />
Budi Utomo, Pasundan, Kaum<br />
Betawi, Sumatranen-bond, dan<br />
studiclub-studiclub. Federasi<br />
yang memberi harapan untuk<br />
aksi bersama, serta memberi<br />
pula kesempatan kepada PNI<br />
mem propagandakan asasnya<br />
sendiri di lapangan yang lebih<br />
luas. Federasi ini terutama<br />
memberi pengaruh kepada PNI,<br />
karena timbulnya pergaulan<br />
yang erat antara pemimpinpemimpin<br />
pergerakan.<br />
Kesuksesan PNI itu ternyata<br />
membuat gerah pemerintah<br />
kolonial Hindia Belanda. Maka,<br />
akhir Desember 1929, aparat<br />
pemerintah jajahan melakukan<br />
penggeledahan semua kantor<br />
dan rumah para pemimpin PNI.<br />
Sukarno dan tiga tokoh PNI<br />
lainnya (Maskun, Supriadinata,<br />
Gatot Mangkupraja) ditangkap<br />
dan diajukan ke pengadilan,<br />
dengan tuduhan melakukan<br />
peng hasutan. Oleh Landraad di<br />
Bandung, Soekarno dihukum<br />
empat tahun penjara, dan tiga<br />
tokoh PNI lainnya masingmasing<br />
dua tahun.<br />
Setelah Soekarno masuk<br />
penjara, kegiatan PNI pun<br />
praktis berhenti. Pada 25<br />
April 1931 digelar Kongres<br />
Luar Biasa, yang memutuskan<br />
pembubaran PNI. Pemrakarsa<br />
Koran Suluh Indonesia 8 - 17 April 2016<br />
<strong>sulindo</strong>.com<br />
Sulindo 1.indd 18<br />
4/1/2016 1:03:00 pM