20.01.2013 Views

2 " as. - Acehbooks.org

2 " as. - Acehbooks.org

2 " as. - Acehbooks.org

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

, aa<br />

1<br />

591<br />

EB9HM


BIOGRAFI<br />

PROF. TENGKU HAJI<br />

ALI HASJMY<br />

oleh :<br />

DRS. H.A.GHAZALY<br />

Penerbit SOCIALIA<br />

Jakarta<br />

1978


HAK CIPTA © DILINDUNGl OLEH UNDANG—UNDANG<br />

ADA PADA DRS. H.A. GHAZALY -1976<br />

diterbitkan untuk pertama kali oleh :<br />

S O C I A L I A<br />

Jln. Gedong No. 16, Cijantung, Jakarta Timur<br />

( 1978)<br />

dicetak oleh SOCIALIA Jakarta - 1978<br />

ii


PENGANTAR KATA<br />

Biografi Professor Tengku Haji Ali H<strong>as</strong>jmy (A.H<strong>as</strong>jmy) bukanlah sematamata<br />

sebuah data statistik yang beku tentang riwayat hidup dan perjuangannya,<br />

tetapi merupakan suatu penghayatan yang mendalam, serius dan ilmiah<br />

yang did<strong>as</strong>ari pada sumber <strong>as</strong>li dengan pengolahan yang cermat, dan telah<br />

pula diteliti sendiri oleh yang bersangkutan dengan seksama dan memberi persetujuannya.<br />

Diluar dugaan sama sekali pada mulanya, kalau akan mengh<strong>as</strong>ilkan sebuah<br />

biografi yang benar-benar menarik, hidup dan berpola.<br />

Seperti telah disebut, biografi ini bukan sekedar fakta, ia telah menyusup<br />

kedalam hati sanubari, melukiskan belahan jiwa dalam mendambakan peran<br />

sebagai Cucu Nabi Adam yang oleh Tuhan diutuskan kebumi ini menjadi<br />

Khalifah.<br />

Justru itulah approach kitapun dalam menjajaki biografi A.H<strong>as</strong>jmy bertitik<br />

tolak dari Leadership dan Human Relation.<br />

Sebuah sumbangan yang bernüai tinggi buat gener<strong>as</strong>i penerus dalam mempelajari<br />

<strong>as</strong>pek kepemimpinan dalam segala segi, dan terutama dalam segi praktis<br />

dan populair.<br />

Semoga banyak manfaatnya, bagi kita sekalian dan terutama bagi kami<br />

sendiri.<br />

iii<br />

Banda Aceh, September 1976..<br />

Penyusun,<br />

DRS. H.A. GHAZALI


iv<br />

I -5 § 13 o<br />

><br />

"O 5 P -°<br />

rP o, p<br />

CD r; Cd crt<br />

CD CD t T3 3)<br />

< S 2 P P<br />

5 -P g, « 3<br />

>- .co ^ _ CD<br />

CD -3 P >P a<br />

•° J>i ,3 — (o<br />

0 5 Tl - o<br />

co ., .H i-c<br />

•5 " 3 w g<br />

ü ca o u<br />

O -O P P P3<br />

cd ca GO<br />

S ca -P P 2<br />

B 3 S 13 °<br />

a -2 2 o -g -°<br />

C CD — w P ^<br />

B p, M- ca 1g<br />

=<br />

.B<br />

—<br />

2<br />

o 3<br />

a 2<br />

cc M >,<br />

rt<br />

« c<br />

=S "'-3 =<br />

- I' B' §<br />

5. * = | 2<br />

" P<br />

* «<br />

8 S<br />

^<br />

O?<br />

^<br />

-i-l " -S r- <<br />

!2 .o 2 E '.7 u S CJ M<br />

*"<br />

.o<br />

ca<br />

S 3 - - S ^ p<br />


DAFTAR ISI<br />

Halaman<br />

PENGANTAR KATA iii<br />

PENDAHULUAN 1<br />

BAGIAN I. GERAK PENDAHULUAN 3<br />

1. Berkenalan dengan Keluarga Muhammad Ali H<strong>as</strong>yim . 3<br />

2. M<strong>as</strong>a Pendidikan 7<br />

3. Sebagai Seorang Guru 11<br />

4. Apa yang terjadi di Kantor Aceh Simbun 15<br />

BAGIAN II. PUSAT GERAKAN PEMUDA ACEH 19<br />

1. Pesindo Aceh 19<br />

2. Barisan-barisan Kel<strong>as</strong>ykaran 25<br />

BAGIAN III. DALAM BIDANG KARANG MENGARANG 29<br />

1. Kewartawanan 29<br />

2. S<strong>as</strong>trawan 29<br />

3. Pandangan Hidup 31<br />

4. Buku-buku Pengetahuan Umum, Agama dan Politik. . 37<br />

5. Judul buku yang telah dikarang 39<br />

BAGIAN IV. SEBAGAI KARYAWAN DEPARTEMEN SOSIAL ... 43<br />

1. Pembentukan Jawatan Sosial di Aceh 43<br />

2. Jawatan Sosial Sumatera Utara di Medan 44<br />

3. Pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial 45<br />

4. Kegiatan-kegjatan lain-lain 46<br />

BAGIAN V. PROPINSI ACEH KEDUA 53<br />

1. Gubernur Aceh Pertama 53<br />

2. Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh 59<br />

3. Pembangunan Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam . . 59<br />

4. Pahlawan Pendidikan Daerah Istimewa Aceh 83<br />

5. Berhenti sebagai Gubernur Kepala Daerah Aceh .... 87<br />

v


BAGIAN VI. GURU BESAR LUAR BIASA 91<br />

1. Bidang Dakwah 91<br />

2. Dekan Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisiteit 91<br />

3. Proffessor Ilmu Dakwah 93<br />

4. Pengukuhan sebagai Guru Besar 94<br />

BAGIAN VII. DASAR-DASAR KEPEMIMP1NAN 103<br />

1. Sebagai Leader 103<br />

2. Dalam menghadapi kesulitan 103<br />

3. Sebagai Pemimpin Rumah Tangga 105<br />

4. Sebagai Administrator 105<br />

5. Sebagai Ulama 107<br />

6. Sebagai seorang Idealis 109<br />

7. Sebagai pejuang 112<br />

8. Saran-saran dan pandangan 118<br />

SUMBER DATA 120<br />

RIWAYAT HIDUP PENULIS 121<br />

vi


Khuthbah Idilfithri taliun 1976<br />

A. H<strong>as</strong>jmy jadi Khathib bagi sebahyang Idilfithri tahun 1976<br />

di Lapangan Blang Padang Banda Aceh. A.H<strong>as</strong>jmy sedang membaca<br />

Khuthbah.<br />


viii<br />

s è S è<br />

^ 53 Tl C<br />

M có Tl<br />

Cd "O -C^ C<br />

5 5 2 §<br />

JrJ ' 1<br />

CJ<br />

O* "73<br />

P 2 2 a<br />

c X S xi<br />

CD cd 3<br />

Ë ^ 'SJ<<br />

3 g J3 cd<br />

1 «al<br />

-3 o- cd M<br />

_= u<br />

cd j=l ïl<br />

co - 3 E S c<br />

% 1 e<br />

-S 5 2<br />

3 E 5 3 » 3<br />

« - * « =•> SB<br />

T3 3 x « e c<br />

•^5 ^ CD rt cd cd<br />

•3? 1 £ £ cl *<br />

cu S E < cd ^<br />

5 S, >> .2,<br />

ES* 3 5c? c r?<br />

Cd CQ CD P ~<br />

ES — s<br />


PENDAHULUAN<br />

Dalam rangka usaha untuk memantapkan mata kuliah Leadership pada<br />

tingkat terakhir Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Iskandar Muda Banda<br />

Aceh, kepada Mah<strong>as</strong>iswa ditug<strong>as</strong>kan untuk menyusun sebuah biografi salah<br />

seorang tokoh Aceh yang berh<strong>as</strong>il dalam kepemimpinannya.<br />

Kepada Mah<strong>as</strong>iswa diberi kesempatan untuk memilih salah seorang tokoh<br />

yang sekiranya bisa mengadakan pendekatan dan persetujuan dari pihaknya.<br />

Berbeda dengan Mah<strong>as</strong>iswa lainnya kami oleh Dosen mata kuliah tersebut<br />

secara tak boleh ditawar-tawar lagi ditetapkan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Dan dengan surat keputusan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik tertanggal<br />

27 Pebruari 1975 Nomor 028/PTISL/1975 menghubungi yang bersangkutan<br />

mohon persetujuannya.<br />

Beliau menerima dengan baik akan maksud tersebut dan kedatangan kami<br />

diterima dengan penuh kekeluargaan dan ramah tamah, dan beliau selalu<br />

menyediakan waktu kapan saja, <strong>as</strong>al terlebih dahulu diberi kabar lewat telpon<br />

nomor 414 SO Banda Aceh; demikian juga Perpustakaan dalam kamarnya selalu<br />

terbuka pintu untuk keperluan tersebut.<br />

Dalam wawancara dengan kami beliau juga menceriterakan tentang datangnya<br />

Dr. Alfian dengan maksud yang sama yaitu menyusun biografi beliau<br />

dan telah dibuat rekaman yang terdiri dari 18 buah k<strong>as</strong>et. Kepada Dr. Alfian<br />

A.H<strong>as</strong>jmy menjanjikan bahwa dalam tenggang waktu 3 tahun belum boleh<br />

diterbitkan, karena beliau sendiri berniat untuk membuat sendiri biografinya.<br />

Kami sangat beruntung dan berterimak<strong>as</strong>ih karena syarat seperti itu tidak<br />

dikenakan kepada kami, namun demikian akan lebih ter<strong>as</strong>a berat tanggung<br />

jawab moril dalam menyusun biografi ini.<br />

Secara blak-blakan telah kami kemukakan bahwa tidaklah mungkin<br />

membuat biografi Prof. H.Aly H<strong>as</strong>jmy (A.H<strong>as</strong>jmy) yang serba lengkap, karena<br />

disamping punya ruang lingkup yang lu<strong>as</strong> hampir meliputi segala <strong>as</strong>pek hidup<br />

dan penghidupan manusia, meliputi bidang pendidikan agama dan umum,<br />

bidang s<strong>as</strong>tra dan pengarang, dan selaku pemimpin formil dan informil, baik<br />

dikalangan Pemerintah maupun dikalangan <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i sw<strong>as</strong>ta yang bersifat<br />

Politik dan Sosial, akhirnya juga sebagai pünpinan Rohani ummat Islam.<br />

Disebelah itu kekurangan pengetahuan kami untuk menyelami dan menghayati<br />

bidang yang demikian lu<strong>as</strong> itu, namun demikian kami akan berusaha<br />

sekuat mungkin untuk berbuat semaksimal mungkin.<br />

1


Sesuai dengan tug<strong>as</strong> yang diberikan kepada kami, maka penyusunan biografi<br />

ini akan lebih banyak menitik beratkan pada segi-segi kepemimpinan<br />

(leadership).<br />

Mengingat waktu yang serba terbat<strong>as</strong> dan lu<strong>as</strong>nya ruang lingkup yang harus<br />

digarap, maka tidaklah mungkin menyusun biografi dalam serba lengkap, tetapi<br />

kami berkeyakinan bahwa tidak akan mengurangi nilai-nilai dan pokok<br />

perm<strong>as</strong>alahan yang menjadi s<strong>as</strong>aran pokok.<br />

Dan kami menyadari dengan sedalam-dalamnya bahwa biografi ini m<strong>as</strong>ih<br />

belum memadai dan disana sini m<strong>as</strong>ih banyak harus dilengkapkan dan disempurnakan,<br />

at<strong>as</strong> kekurangan, kealfaan dan sebagainya kami mohon maaf dengan<br />

sebesar-besarnya.<br />

Akhirnya tiada lain harapan kami semoga biografi singkat ini ada manfaatnya<br />

bagi kita bersama dan terutama bagi gener<strong>as</strong>i penerus menjadi suri teladan<br />

dan sebagai bahan perbandingan untuk m<strong>as</strong>a kini dan m<strong>as</strong>a mendatang.<br />

2<br />

Sekian dan terima K<strong>as</strong>m.


BAGIAN I<br />

GERAK PERMULAAN<br />

1. Berkenalan dengan Keluarga Moehammad Ali H<strong>as</strong>yim<br />

Dengan ditawannya Panglima Polem (Sagi 22 Mukim) praktis Perang Aceh<br />

secara total/frontal melawan Belanda berakhir yang telah memakan waktu<br />

selama 40 tahun (1873-1914).<br />

Panglima Polem sebagai panglima sagi (panglima besar) mempunyai beberapa<br />

orang panglima kecil (Pang) dibawah pimpinannya antara lain disebut<br />

Pang Abb<strong>as</strong> dan Pang Husin.<br />

Pang Abb<strong>as</strong> menurunkan Tgk H<strong>as</strong>yim (anak laki-laki) dan Pang Husin yang<br />

mati syahid dalam pertempuran di hadapan kota Cut Gli (Lampisang kecamatan<br />

Seulimeum) menurunkan Nyak Buleum (anak perempuan). Dari perkawinan<br />

dua putra pahlawan Aceh itulah lahir seorang anak dalam tahun di hentikannya<br />

perang Aceh-Belanda.<br />

Putra tersebut oleh orang tuanya dipanggil Moehammad Ali (nama kecil)<br />

lahir pada tanggal 28 Maret 1914 di Mont<strong>as</strong>ik Kabupaten Aceh Besar. nama<br />

lengkapnya Moehammad Ali H<strong>as</strong>yim, kemudian berobah menjadi Ali H<strong>as</strong>jmy<br />

(nama dew<strong>as</strong>a) dan dalam bidang s<strong>as</strong>tra terkenal dengan nama samaran Aria<br />

Hadiningsun, Al Hariry dan Asmara Hakiki.<br />

Dia yang membawakan peranan penting dan menentukan dalam merobah<br />

wajah Aceh dari Darui Harb menjadi Darussalam dan sekaligus sebagai ketua<br />

Pencipta dan Pembina Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam "jantung hatinya<br />

rakyat Aceh", dia juga telah diberi julukan Bapak Pendidikan Daerah Istimewa<br />

Aceh.<br />

Tgk H<strong>as</strong>yim mempunyai 8 orang putra (5 laki-laki dan 3 perempuan), dan<br />

sebagai anak tertua adalah Moehammad Ah.<br />

Tgk H<strong>as</strong>yim sangat mementingkan pendidikan terhadap putra-putrinya,<br />

sehingga anak-anaknya memperoieh pendidikan (rata-rata pendidikan menengah,<br />

Islam). Tgk H<strong>as</strong>yim disamping sebagai seorang ulama dan juga sebagai<br />

saudagar (pedagang) hal mana telah membuat dia sebagai seorang yang punya<br />

pengalaman yang lu<strong>as</strong>. Putra-putra beliau lengkapnya sebagai berikut :<br />

1) Moehammad Ah H<strong>as</strong>yim (A. H<strong>as</strong>ymy)<br />

2) Ainal Mardhiah (pr) berpendidikan S.M.I.<br />

3


3) Rohana (pr) pendidikan S.M.I.<br />

4) Syahbuddin pendidikan S.M.E.A.<br />

5) Asnawi SH. Kepala Biro Umuni/Asisten I Sekretariat Daerah Istimewa<br />

Aceh.<br />

6) Fachri pendidikan S.T.<br />

7) Nurwani (pr) pendidikan S.R.I.<br />

8) Fachmy, mah<strong>as</strong>iswa Fakult<strong>as</strong> Hukum di Yogyakarta.<br />

Berkat pendidikan dan bimbingan yang ditanam tumbuh dengan mekar,<br />

sehingga A.H<strong>as</strong>ymy selagi m<strong>as</strong>ih muda telah banyak membantu pendidikan<br />

saudara-saudaranya.<br />

Pada 21 hari bulan Rajab 1360 H, bertepatan dengan tanggal 14 Agustus<br />

1941 beliau melangsungkan perkawinan dengan Zuriah yang lahir tanggal 14<br />

Agustus 1926, pendidikan SMI, gadis sekampung at<strong>as</strong> pilihan orang tuanya.<br />

Dalam perkawinan tersebut mendapat 7 orang anak, satu diantaranya<br />

telah mendahului beliau (A.H.Gunawan, lahir di Mont<strong>as</strong>ik 5-9-1949). Enam<br />

putranya yang m<strong>as</strong>ih hidup :<br />

1) A.H.Mahdie, laki-laki lahir di Mont<strong>as</strong>ik 15-12-1942,alumni Fakult<strong>as</strong><br />

Ekonomi di Tokyo Jepang (Sarjana Ekonomi), sekarang bekerja pada<br />

Pertamina di Pontianak<br />

2) A.H.Surya, laki-laki lahir di Mont<strong>as</strong>ik 11-2-1945alumniFakult<strong>as</strong> Tehnik<br />

jurusan sipil UGM di Yogyakarta, dengan gelar Insinyur (Ir).<br />

3) A.H.Dharma, laki-laki lahir di Mont<strong>as</strong>ik 9-6-1947 abituren UGM jurusan<br />

arsitektur di Yogyakarta, dengan gelar Insinyur.<br />

4) A.H.Mulya, laki-laki lahir di Kutaraja 23-3-1951, Mah<strong>as</strong>iswa Fakult<strong>as</strong><br />

Kedokteran USU Medan Tingkat VI (telah Drs. Med)<br />

5) A.H.Dahlia, perempuan lahir di Medan 14-5-1953, pendidikan Tingkat<br />

II F.K., jurusan Bah<strong>as</strong>a Inggris Universit<strong>as</strong> Syiahkuala Darusalam,<br />

sudah berkeluarga ikut suami ke Irian Jaya.<br />

6) A.H.Kamal, laki-laki lahir di Jakarta 21-6-1955, sudah lulus SMA di<br />

Banda Aceh dan telah m<strong>as</strong>uk Fakult<strong>as</strong> Ekonomi di Jakarta.<br />

Seperti telah diterangkan bahwa putra-putri A.H<strong>as</strong>ymy berada di Yogya,<br />

Medan, Irian Jaya dan Pontianak, ada pula yang sudah berkeluarga dan bekerja,<br />

namun beliau m<strong>as</strong>ih saja memberi bimbingan kepada anak-anaknya<br />

melalui "surat ayah kepada anak". Dalam surat tersebut selalu diberi bimbingan,<br />

n<strong>as</strong>ehat dan petunjuk-petunjuk bersyukur dan taqwa kepada Tuhan YME.<br />

Surat ini dikirimkan secara routin dan temporer, menurut perkembangan<br />

yang terjadi dalam keluarga, seperti adajnusibah, berita gembira dan lain-lain.<br />

Surat itu juga berfungsi sebagai penghubung silaturrahmi di antara keluarga<br />

yang satu dengan lainnya yang disentralisir oleh beliau, sehingga putra-putri-<br />

4


nya benar-benar mer<strong>as</strong>akan sebagai satu keluarga yang kompak dalam segala<br />

hal. Kumpulan dari surat-suratnya itu telah diterbitkan jadi buku oleh Bulan<br />

Bintang dibawah judul : Risalah Akhlak (surat-surat dari Syah kepada anaknya).<br />

Satu hal lagi yang menarik adalah dalam pemberian nama kepada putraputrinya.<br />

Nama putra-putri didahului oleh nama orang tua lebih dahulu, baru<br />

nama bersangkutan. A.H. adalah singkatan dari Ali H<strong>as</strong>jmy.suatu perombak-<br />

Nek Putih<br />

Dalam usia A.H<strong>as</strong>jmy m<strong>as</strong>ih kecil, ibundanya meninggal. Setelah<br />

meninggal ibunya, Nek Putih (ibu dari ibunya) menjadi Ibu Peng<strong>as</strong>uhnya.<br />

Suami Nek Putih, yaitu Pang Husin yang syahid dalam<br />

Perang Aceh, sehingga tinggal menjanda Nek Putih yang m<strong>as</strong>ih<br />

berusia 19 tahun dengan seorang puterinya (ibu A.H<strong>as</strong>jmy)<br />

sampai meninggal dalam tahun 1953 di Medan. Nek Putih yang<br />

pandai tulis-baca huruf Arab adalah guru pertama bagi A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Gambar diat<strong>as</strong> Nek Putih bersama cicit-cicitnya (putera-putcra<br />

A.H<strong>as</strong>jmy). Dari kiri kekanan : A.H.Darma, A.H.Mahdi, Nek<br />

Putih dan A.H.Surya.<br />

5


an total pada tradisi yang lapuk. Di Aceh khususnya atau di Indonesia umumnya<br />

orang menaruh nama orang tua dibelakang namanya, tetapi pada putraputri<br />

A.H<strong>as</strong>ymy telah terjadi sebaliknya.<br />

Dan apabila ditinjau secara mendalam atau cara ilmiah (sistematis) seharusnya<br />

memang demikianlah adanya, yang dulu didahulukan dan yang kemudian<br />

dikemudiankan. Juga tidak lep<strong>as</strong> dari kebi<strong>as</strong>aan kita sering memanggil nama<br />

akhir saja dalam pergaulan sehari-hari, dan bila demikian keadaannya, kita<br />

tidak melukai dan menyinggung per<strong>as</strong>aan siapapun. Itu adalah wajar dan logis.<br />

Keluarga A.H<strong>as</strong>jmy tahun 1954<br />

Gambar dibuat di Medan tahun 1954 waktu A.H<strong>as</strong>jmy baru keluar dari penjara dan akan<br />

ke Jakarta. Kamal belum lahir. Dari kiri kekanan : A.H. Mahdi, A.H. Darma, Ny. Zuriah<br />

A.H<strong>as</strong>jmy, A.H.Dahlia (dalam pangkuan), A.H<strong>as</strong>jmy, A.H.Mulya, A.H. Surya.<br />

6


Pendidikan terhadap putranya beliau aw<strong>as</strong>i secara ketat, sehingga disiplin<br />

belajar bisa terujud dengan baik. Berkat usaha yang tekun dan cermat itu semua<br />

putranya berh<strong>as</strong>il dalam pendidikan, walaupun ada diantara mereka menempuh<br />

proses yang agak lama.<br />

Menurut informatie yang kami peroleh dari sementara guru dari anak-anaknya<br />

dan terutama pada tingkat Sekolah D<strong>as</strong>ar sampai dengan SLTA, putraputra<br />

beliau tidaklah term<strong>as</strong>uk kedalam golongan anak-anak yang punya I.Q.<br />

yang tinggi, tetapi adalah bi<strong>as</strong>a saja atau sama dengan tingkatan anak orang<br />

awam, malah ada yang kurang atau lambat dalam menerima pelajaran.<br />

Hal seperti itu beliau sadari dari awalnya maka oleh karena itu tidak meiep<strong>as</strong>kan<br />

tanggung jawab terhadapnya semata-mata pada guru pendidik, tetapi<br />

beliau secara ketat mengaw<strong>as</strong>i sendiri secara langsung dan membina secara<br />

sungguh-sungguh.<br />

2. M<strong>as</strong>a Pendidikan<br />

Sama dengan putra Aceh lainnya Muhammad Ali H<strong>as</strong>yim, sejak kecil telah<br />

belajar membacat huruf Al Qur'an, rukun Islam dan belajar mendirikan sembahyang<br />

pada orang tuanya, kemudian dilanjutkan pengajian pada Meun<strong>as</strong>ah<br />

(Madr<strong>as</strong>ah) dalam kampung sendiri. Kemudian mem<strong>as</strong>uki Gouvernement Inlandsche<br />

School (Sekolah Rendah Negeri di Mont<strong>as</strong>ik). Dan dalam 1931 melanjutkan<br />

pelajaran pada Perguruan Thwalib Bagian Tsanawiah di Padang Panjang<br />

(Sekolah Menengah Islam Pertama) dan lulus tahun 1935. Berangkat ke<br />

Minangkabau bukanlah beliau sendirian, tetapi penuh satu bus dan m<strong>as</strong>ih bisa<br />

di ingat antara lain :TengkuSyeh Ibrahim Lam Nga, sebagai pengantar Teuku<br />

Ali B<strong>as</strong>yah, Teuku Sulaiman danTengkuAli Samalanga. Rombongan ke Sumatera<br />

Barat (Padang) adalah merupakan ekpedisi kedua putra-putra Aceh<br />

keluar daerah, sedangkan ekpedisi pertama adalah daerah Langkat (Sumatera<br />

Utara) disekitar tahun duapuluhan dan selanjutnya pendidikan tingkat menengah<br />

di Aceh mulai mekar seperti Gelompang dua, Al Muslim Blang P<strong>as</strong>ih<br />

(Pidie).<br />

Selama dalam Sekolah Beliau aktif :<br />

1. Dalam HPII (Himpunan Pemuda Islam Indonesia) Cabang Padang<br />

Panjang (1932-1935) menjabat sebagai sekretaris, sedangkan ketua<br />

adalah Abdul Gani, dan pembantu T.Banta Syam.<br />

2. Anggota Partai Politik Permi (Persatuan Muslim Indonesia) Cabang<br />

Padang Panjang (1932-1935).<br />

3. Dalam tahun 1936 bersama dengan beberapa orang pemuda mendirikan<br />

Sepia (Serikat Pemuda Islam Aceh) yang dalam kongresnya dirobah<br />

menjadi Peramindo (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia).<br />

7


Dalam pucuk pimpinan Sepia menjadi Sekretaris Umum dan dalam<br />

Peramindo menjadi anggota pengurus besarnya.<br />

Dalam tahun 1935 dimana akan menghadapi ujian terakhir di tangkap<br />

dan ditahan selama 3 bulan, dengan tuduhan melanggar Undang-undang<br />

(Larangan Berapat), 7 hari lagi akan ujian baru di lep<strong>as</strong>kan. Selama dalam<br />

tahanan yang ada bersama beliau sebuah kitab suci Al Qur'an, sedangkan<br />

buku-buku pelajaran dan bacaan lain tidak diperkenankan membawa dalam<br />

tahanan.<br />

8<br />

A.H. Dahlia dan A.H.Mahdi<br />

Dua bersaudara dalam pakaian adat Aceh


Dapatlah diperkirakan bagaimana kesulitan yang di hadapi untuk menempuh<br />

ujian, sedangkan persiapan tidak ada sama sekali. Dalam keadaan seperti<br />

itu beliau selalu berdoa dan beristikharah. Doa beliau bukan minta lulus atau<br />

di luluskan, tetapi meminta agar apa-apa yang telah di pelajari dapat teringat,<br />

dan terutama dalam m<strong>as</strong>a ujian. Kiranya bisa juga lulus malah dengan h<strong>as</strong>il<br />

yang baik. Pelajar yang mendapat nilai baik, selain dia ialah Dahlan ïbrahim,<br />

dan N<strong>as</strong>arudin Lathief (almarhum) jabatan terakhir Direktur Jendral Bimbingan<br />

M<strong>as</strong>yarakat Islam Departemen Agama. Kegiatan lain bersama dengan yang<br />

tersebut terakhir menerbitkan Majallah Kewajiban, N<strong>as</strong>arudin Lathief sebagai<br />

Pimpinan dan beliau anggota staf Redaksi.<br />

Setelah menamatkan pelajaran di Thawalib melanjutkan pendidikan pada<br />

Jamiah Islamiah di Padang (Akademi Islam). Di sana dengan beberapa orang<br />

Pemuda Aceh, mendirikan Ikatan Pelajar Pemuda Aceh dan beliau sebagai<br />

ketuanya dan sekretaris dijabat oleh Mahjudin Y<strong>as</strong>in.<br />

Sekitar tahun 1938 pelajar Aceh di bumi Minangkabau diperkirakan mencapai<br />

jumlah 1.000 orang, sedangkan di Kota Padang tercatat 100 orang,<br />

mereka mem<strong>as</strong>uki berbagai-bagai perguruan dan terutama yang bernaf<strong>as</strong>kan<br />

Islam. Diantara nama-nama yang m<strong>as</strong>ih bisa di ingat antara lain Tengkulbrahim<br />

Amin, Juned Effendi, Tengku Amin, TengkuSulaiman Jalil, Mohammad<br />

Ali Peyeung, Tengku Sulaiman Ahmad dan T.R.lskandar dari Meulaboh.<br />

Dalam m<strong>as</strong>a belajar di Padang tidak sedikit rintangan dan kesulitan yang<br />

di derita dan sebagai puncaknya, yaitu sewaktu beliau duduk di kl<strong>as</strong> dua,<br />

menerima surat dari orang tua di kampung beserta uang f.40,- yang isinya<br />

bahwa orang tua mengalami kesulitan ekonomi dan tak mampu lagi membiayai<br />

sekolah anak, dan dengan ongkos tersebut supaya kembali saja ke<br />

kampung, ini berarti tidak melanjutkan pelajaran.<br />

Dalam keadaan gawat seperti itu beliau berdoa dan beristikharah semoga Tuhan<br />

akan memberi pertolonganNya. Apa yang akan terjadi beliau bertekad<br />

bulat dan bercita-cita agar bisa meneruskan pelajaran, walaupun secara berdikari.<br />

Kiranya telah datang pertolongan Tuhan melalui tibanya T.M. Usman<br />

Muhammad El Muhammady di Padang, yang meminta kesediaan untuk menjadi<br />

Agen tunggal obat Ibnu Sina Tunikum, A.H<strong>as</strong>ymy berkata bahwa dia<br />

tak pandai dagang, tetapi oleh T.M. dijel<strong>as</strong>kan <strong>as</strong>al terima semua hal akan di<br />

bereskan. Dengan di terbitkan iklan dalam surat kabar mulailah obat-obat<br />

itu laku dan makin lama makin laris, sehingga rata-rata bisa mengh<strong>as</strong>ilkan<br />

komisi setiap bulan f.7,-. Dengan h<strong>as</strong>il usaha itulah kiranya dapat melanjutkan<br />

study, ditambah dengan honorarium dari karangan-karangannya dalam<br />

majallah-majallah dan cerpen-cerpen serta novel-novel.<br />

Karya beliau yang pertama diterbitkan "Kisah Seorang Pengembara"<br />

(sajak) di terbitkan oleh Pustaka Islam Medan tahun 1935, dengan menerima<br />

honor f. 100,-. Demikianlah tiap kesulitan diat<strong>as</strong>i, berusaha sambil berdoa,


10<br />

Keluarga A.H<strong>as</strong>jmy dalam tahun 1957<br />

Gambar diat<strong>as</strong> ini diambil dalam Maret 1957 waktu A.H<strong>as</strong>jmy akan berangkat<br />

ke Aceh bersama keluarganya setelah dia diangkat menjadi Gubernur<br />

Aceh pertama dari Propinsi Aceh kedua. Putera-putera dan puterinya m<strong>as</strong>ih<br />

kccü-kecil. Baris belakang dari kiri kekanan : A.H.Surya, A.H.Mahdi, A.H.<br />

Darma. Baris depan dari kiri kekanan : A.H.Mulya, A.H.Dahlia, A.H. Kamal.


sehingga bisa menyelesaikan pelajaran sampai berh<strong>as</strong>il. Kegiatan belajar tidak<br />

pernah dihentikan, walaupun sudah bekerja m<strong>as</strong>ih saja diteruskan dengan<br />

self study, mengikuti dan, memperdalam ilmu karang mengarang dengan<br />

mem<strong>as</strong>uki Kursus Jurnalistik, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti kuliah<br />

pada Fakult<strong>as</strong> Hukum UISU Medan tahun 1951-1953.<br />

3. Sebagai Seorang Guru<br />

Sekembalinya dari Padang Panjang A.H<strong>as</strong>ymy buat pertama kali menjadi<br />

Guru pada Perguruan Islam di Seliineum dibawah pimpinan TengkuAbd.Wahab,<br />

diangkat oleh pimpinan tersebut terhitung mulai tanggal 31 1 — 1935 s/d<br />

31—2—1936, dan selanjutnya beliau datang lagi ke Padang melanjutkan pelajaran<br />

pada Al Jami'ah Al Islamiyah (Akademi Islam).<br />

Setelah menyelesaikan pelajaran pada perguruan tersebut kembali lagi ke<br />

Selimeum dan oleh pejabat yang sama diangkat menjadi guru Kepala mulai<br />

tanggal 1-1-1939 s/d 31-3-1942. Karena surat keputusan tidak ada, maka<br />

t S U r a t k e t 6 r a n g a n o l e h<br />

1950<br />

P<br />

i m<br />

P<br />

i n a n<br />

Perguruan tersebut bertanggal 4 Juli<br />

Perguruan Islam Selimeum pada m<strong>as</strong>a itu mempunyai pelajaran setingkat<br />

dengan SMA. Yang pernah belajar di perguruan tersebut antara lain, Akta<br />

(almarhum, M.A) Abdul Majid (Prof.Drs),Ibrahim Husin M.A. (Kepala Perwakilan<br />

Dep.Agama Daerah Istimewa Aceh), H<strong>as</strong>an Saleh, Abdullah Arif (M.A.<br />

almarhum) dan Abdullah Syam (kolonel pensiun TNI).<br />

Selain sebagai guru juga aktif dalam Pengurus PUSA,Pemuda Pusa cabang<br />

Aceh Besar dan Kepanduan Pemuda Pusa yang bernama Kepanduan Islam<br />

(K.I.) yang berkedudukan di Selimeum. Cabang Pusa dalam satu Kabupaten,<br />

boleh lebih dari satu dan kedudukan (domisili) boleh dimana saja <strong>as</strong>al cukup<br />

anggota boleh dirikan Cabang Pusa sebagai suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i sosial bergerak dalam<br />

bidang Pendidikan, kemudian disusul oleh Muhammadiah dan PSII. Pusa<br />

amat besar j<strong>as</strong>anya dalam pendidikan Islam di Aceh, dan dalam salah satu<br />

kongresnya telah dapat menyatukan kurikulum pelajaran Agama seluruh<br />

Aceh.<br />

Kegiatan lain yang menonjol ialah karena PUSA anti penjajahan Belanda,<br />

mengadakan hubungan dengan Jepang di Malaya. Said Abubakar yang di drop<br />

Jepang diperairan Sumatera di tangkap oleh Jepang dan di tahan di Medan.<br />

Berita itu sampai pada Pengurus PUSA di Seulimeum. Dan untuk menyelidiki<br />

dan mengadakan hubungan dengan yang bersangkutan, di utuslah Ahmad<br />

Abdullah (Kwartir KJ.).<br />

Ahmad Abdullah tidak dengan mudah dapat mcnjalankan tug<strong>as</strong> tersebut,<br />

dia hanya bisa mundar-mandir di Kesawan di depan Kantor Polisi dimana<br />

S.Abubakar di tahan. Dengan takdir Tuhan pada suatu hari tengah beliau<br />

11


erada disana bunyi alarm tanda bahaya, maka m<strong>as</strong>uklah dalam lobang perlindungan<br />

bersama dengan orang-orang tahanan. Pada kesempatan itu Ahmad<br />

Abdullah berbicara secara langsung dengan S. Abubakar, yang antara lain berpokok<br />

acara berperang melawan Belanda dan membantu pendaratan Jepang<br />

ke Aceh, dengan selogan saudara tua, dan Asia Timur Raya sama-samaka,<br />

dan kepada Indonesia dijanjikan akan di berikan kemerdekaan apa bila Jepang<br />

menang perang. Untuk usaha itu perlu dibentuk barisan F (Fujiwaratikan),<br />

pembesar Jepang sebagai pimpinan p<strong>as</strong>ukan sabot<strong>as</strong>e dan memutuskan/<br />

menghancurkan komunik<strong>as</strong>i dan lain-lain. Sekembalinya Ahmad Abdullah<br />

ke Selimeum dibentukrah barisan F disana dengan pimpinan pengurus PUSA,<br />

sehingga pernah terjadi pemberontakan pada zaman Belanda m<strong>as</strong>ih berku<strong>as</strong>a.<br />

Pendaratan Tentara Jepang (1942) tidak ada perlawanan sama sekali dari<br />

pihak Belanda, jauh sebelum Jepang datang mereka telah lari ke gunung dalam<br />

wilayah Aceh Tengah di Takengon. Pegawai sipil orang bumi putra telah<br />

menanggalkan pakaian din<strong>as</strong> (maksudnya Polisi dan Keamanan Kota tidak<br />

ada) sehingga terjadilah peramp<strong>as</strong>an oleh rakyat barang dalam toko Cina dan<br />

Belanda ini terkenal dengan ramp<strong>as</strong>an-tanggal 12 (12-3-1942).<br />

Sementara itu dari pihak Kepanduan Islam (K.I.) dibawah pimpinan langsung<br />

A.H<strong>as</strong>jmy telah bertindak membantu menjaga keamanan kota Kutaraja<br />

(Banda Aceh sekarang), dengan bermark<strong>as</strong> di kantor Polisi Belanda yang telah<br />

di kosongkan. K.I. mempergunakan pakaian seragamnya, sedangkan pimpinannya<br />

(A.H<strong>as</strong>jmy) disamping pakaian seragam melekatkan pada lengan tanda<br />

pengenal "F".<br />

Setelah Pemerintahan Militer Jepang mengangkat Teuku Nyak Arief sebagai<br />

Pemerintahan Sipil untuk Daerah Aceh, maka pada suatu hari dengan<br />

didampingi oleh pembesar-pembesar Jepang diadakan suatu pertemuan guna<br />

menyusun suatu aparatur Pemerintahan Sipil yang lengkap, bertempat di<br />

kantor Residen Aceh (kini rutnah tersebut ditempati/milik T.M.Amin).<br />

Pemerintah Jepang sangat memerlukan bantuan tenaga dari pimpinan rakyat<br />

Aceh, dan terutama sekali yang berhubungan dengan kelancaran komunik<strong>as</strong>i,<br />

seperti kereta api yang merupakan satu-satunya alat hubungan pada<br />

waktu itu, hubungan telepon dan lain-lain disamping pengamanan dan keamanan<br />

penduduk.<br />

Selain dari T.Thaib, yang kemudian diserahi/diangkat menjadi Kepala<br />

Kereta Api Aceh, juga turut diundang A.H<strong>as</strong>jmy , oleh Pembesar Jepang dilihatnya<br />

pakaian A.H<strong>as</strong>jmy sama dengan penjaga keamanan kota, maka beliau<br />

ditunjuk menjadi kepala Polisi. Pada mulanya beliau menolak, tetapi karena<br />

desakan Jepang, dan saran dari Teuku Nyak Arief, maka jabatan tersebut<br />

diterimanya.<br />

12


Pemimpin Kepanduan<br />

Disamping mengajar sebagai guru dan memimpin berbagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i,<br />

A.H<strong>as</strong>jmy juga menjadi Pemimpin Kepanduan (Pramuka). Garnbar diat<strong>as</strong><br />

yang diambil tahun 1941 inemperlihatkan A.H<strong>as</strong>jmy sebagai Wakil Kwartier<br />

Kepanduan Islam Aceh Besar. Dari kiri kekanan : T.Bant<strong>as</strong>yam, Ahmad<br />

Abdullah dan A.H<strong>as</strong>jmy'.<br />

Dan dengan diberikan sebuah kendaraan. yang dibubuhi cap bah<strong>as</strong>a Jepang,<br />

bertindaklah beliau sebagai Kepala Polisi, kemana-mana saja pergi ditabek<br />

oleh perajurit-perajurit Jepang. Seperti telah diterangkan bahwa semua anggota<br />

Polisi golongan bumi putra telah meletakkan/menanggalkan pakaian<br />

seragam, dan sebagai usaha pertama yang dirintis oleh beliau menghubungi<br />

13


14<br />

«•Sri èM<br />

H ^ C s»<br />

S o. ,J •§ rr<br />

J-1 « -3 §<br />

•a « a Q c<br />

^5 ra ra * Q><br />

2 •§ C° -1<br />

2 " S<br />

0<br />

S<br />

3 =3 C/3 Cd ^<br />

•S J< - CU u<br />

Cd CU -P<br />

C Ai -3 p 2<br />

3 [ij « ^ cü<br />

B - "43 Ü<br />

3 ** T) .£ co tv,<br />

M c<br />

S « ^<br />

£ £ w<br />

1 3 s<br />

a s s >» § e<br />

* ra c "<br />

c * S 3 " *


ek<strong>as</strong> anggota Polisi dari Kerajaan Belanda. Beliau memang kenal seorang<br />

pejabat kepolisian pada waktu itu, yaitu Pak H<strong>as</strong>yim, tetapi tidak tahu dimana<br />

alamatnya. Kebetulan sekali berjumpa dengan salah seorang bek<strong>as</strong> anggota Polisi<br />

Yacob namanya, beliau langsung meminta agar dapat dipertemukan beliau<br />

dengan Pak H<strong>as</strong>yim. Dan oleh Yacob diantar kekampung Penyerat dan disana<br />

A.H<strong>as</strong>jmy membicarakan dengan Pak H<strong>as</strong>yim tentang pembentukan anggota<br />

kepolisian. Setelah diperoleh kata sepakat keduanya bermaksud menemui T.R<br />

Pidie sebagai salah seorang tokoh Polisi juga. Setibanya dirumah orang tersebut<br />

terakhir, beliau telah sembunyi dan isterinya menyembah-nyembah minta<br />

supaya jangan dibunuh. Oleh A.H<strong>as</strong>jmy dijel<strong>as</strong>kan dengan tenang, bahwa beliau<br />

bermaksud baik, karena oleh Jepang di suruh membentuk polisi keamanan<br />

kota. Maka keluarlah T.RPidie dengan pakaian polisi dan bersama orang<br />

tiga itulah membentuk anggota kepolisian yang lengkap dan memanggil seluruh<br />

anggota Polisi yang ada, sehingga keamanan kota jadi tanggung jawab kepolisian<br />

seluruhnya.<br />

At<strong>as</strong> keberh<strong>as</strong>ilan itu Jepang sangat senang, sebab Kepolisian sebagai aparatur<br />

sipil yang dapat tersusun dalam waktu yang singkat, sedangkan administr<strong>as</strong>i<br />

pemerintahan sipil lainnya belum berjalan dengan baik, oleh karena hal<br />

demikian dan selanjutnya beliau diperintahkan untuk membentuk badan kepolisian<br />

ke Daerah Aceh Barat/Selatan dan sampai ke Bakongan, yang seluruhnya<br />

memakan waktu lebih kurang 3 bulan. Caranya seperti yang ditempuh<br />

di Kutaraja yaitu menghubungi Kepala dan anggota Polisi lama, sehingga tug<strong>as</strong><br />

itu berh<strong>as</strong>il dengan baik.<br />

Setiba di Kutaraja dilihatnya pemerintah sipil telah terbentuk dibawah<br />

pimpinan Teuku Nyak Arif dan dilengkapi dengan Gontyo-gontyo (Wedana)<br />

dan (Satyo) (kemungkinan ?) dari golongan Ulebalang (feodal Aceh), kecuali<br />

satu-satunya Gontyo dari golongan ulama yaitu S.Abubakar.<br />

Kepada janji Jepang dia mer<strong>as</strong>a tertipu, hal ihwal mana membuat beliau<br />

mer<strong>as</strong>a tidak pu<strong>as</strong>, oleh karena itu bersama kendaraan dan jabatan Kepala<br />

Polisi di kembalikan kepada Teuku Nyak Arif, dan peletakan jabatan tersebut<br />

diterima oleh bersangkutan. Oleh Teuku Nyak Arif kendaraan diberikan/disuruh<br />

ambil untuk A.H<strong>as</strong>jmy tetapi beliau menolaknya. Dan selanjutnya beliau<br />

kembali menjadi guru di Selimeum.<br />

4. Apa yang terjadi di Kantor Aceh Sinbun<br />

A.H<strong>as</strong>jmy sedang mengajar sebagai guru di Selimeum pada suatu hari datang<br />

Tuan Misibuti Kepala Pemerintah Umum Jepang meminta agar beliau<br />

bersedia membantu penerbitan surat kabar Aceh Sinbun, permintaan mana<br />

terpaksa diterimanya.<br />

Dengan demikian diangkatlah menjadi Redaktur Aceh Sinbun dan ketua<br />

pengarang dengan beslit Gunseikanbu Aceh Sju Seityoterakku tanggal 30-<br />

15


->6<br />

1<br />

ra XI c<br />

C D ra;<br />

I-I*<br />

;=3 -SS C3<br />

° O O<br />

, .4 ^ oo<br />

' -3 a<br />

. u =3 o 2<br />

o ca o. ca<br />

- J s «<br />

C ^ M 8<br />

• sa •»? x -°<br />

O ra ra JZ<br />

' § 3 « s<br />

< ffl


12-1943 No. 279/Sumobotyo, selanjutnya diangkat sebagai Pimpinan Umum<br />

Aceh Simbun, dengan beslit tanggal 18 Oktober 1944 No. 629/Sumobutyo.<br />

Pertelaan tug<strong>as</strong> sebagai berikut :<br />

Dari tanggal 1-1-1943 s/d 30-11-1943 sebagai Redaktur<br />

Dari tanggal 1-12-43 s/d 3-12-1944 sebagai Ketua Pengarang dan<br />

Dari tanggal 1-10-1944 s/d 31-12-1944 sebagai Pemimpin Umum.<br />

Teman sejawat yang bekerja sama dengan beliau antara lain : T.A.Talsya,<br />

Abdullah Arief (almarhum), Amelz dan A.G. Mutiara sebagai staf. Sedangkan<br />

tenaga pembantu urusan cetak mencetak adalah Sdr.Ridwan. A.G.Mutiara<br />

kemudian mengundurkan diri, karena tak tahan oleh h<strong>as</strong>utan golongan feodal<br />

yang mengatakan Aceh Simbun dijadikan pusat kegiatan golongan ulama, disamping<br />

itu sukar pula untuk menyesuaikan diri dengan kemauan Pemerintahan<br />

Jepang.<br />

Sebagai diketahui Aceh Simbun adalah satu-satunya surat kabar berbah<strong>as</strong>a<br />

Indonesia dibawah Dai Nippon di Aceh, yang selalu harus menampilkan berita<br />

yang sesuai dengan selera Pemerintah Jepang. Dalan kondisi dan situ<strong>as</strong>i seperti<br />

itu A.H<strong>as</strong>jmy, Talsya dan Abdullah Arief, m<strong>as</strong>ih bisa menyesuaikan diri dengan<br />

berbagai pihak dan terutama dengan Pemerintah Jepang.<br />

Pada awal tahun 1945 setelah melihat tanda-tanda kekalahan Jepang sudah<br />

semakin dekat, maka beberapa orang pemuda menyusun suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i bawah<br />

tanah dengan diam-diam untuk menghadapi saat kekalahan Jepang. Inti<br />

<strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i itu terdiri dari pemuda-pemuda yang bekerja di Kantor Aceh Simbun<br />

dan Kantor Domei (Kantor Berita Jepang). Dari pemuda-pemuda yang<br />

bekerja di Kantor Domei selalu mendapat berita yang sebenarnya tentang jalannya<br />

peperangan (Perang Dunia Kedua) yang mereka ambil secara rah<strong>as</strong>ia<br />

dari station radio Sekutu. Dan dari mereka itu pula diperoleh berita tentang<br />

Proklam<strong>as</strong>i Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah berita<br />

Proklam<strong>as</strong>i itu diterima, maka pada suatu hari tanggal 21 Agustus 1945, 1<br />

diruangan Kantor Redaksi "Aceh Simbun" di Kutaraja berlangsung suatu rapat<br />

sangat ralï<strong>as</strong>ia yang dipimpin oleh A.H<strong>as</strong>jmy Ketua Sidang Pengarang<br />

"Aceh Simbun" dengan dihadiri oleh Pemuda Indonesia terkemuka sejumlah<br />

10 orang.<br />

Sungguhpun perkembangan dan sikap pemimpin Indonesia di Jakarta belum<br />

diketahui sama sekali, rapat tersebut mengambil suatu keputusan akan<br />

menentang kembalinya Pemerintah Belanda ke Aceh.<br />

Diputuskan juga bila seandainya dari daerah-daerah lain, terutama Jakarta<br />

sebagai Pusat Gerakan kearah Indonesia Merdeka tidak mengambil suatu sikap<br />

teg<strong>as</strong> menghadapi keadaan ini, maka perjuangan dilakukan dengan initiatif<br />

dan resiko sendiri untuk menentang kedatangan Belanda di "Aceh Merdeka".<br />

lr<br />

rusb<strong>as</strong>ya,Harian Duta, no. 103 tahun II, Jum'at 22 Agustus 1975.<br />

.17


Untuk mengkoordinir dan merealisir tenaga serta cita-cita tersebut pada<br />

waktu itu dibentuklah sebuah <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i bernama 'Tkatan Pemuda Indonesia"<br />

(I.P.I) dipimpin oleh A.H<strong>as</strong>jmy, dan Kantor Aceh Simbun dijadikan mark<strong>as</strong><br />

besar 1PI dan merupakan pusat kegiatan Gerakan Pemuda Aceh dalam mempertahankan<br />

Republik Indonesia.<br />

Pada awal September 1945 dengan menghadapi ancaman Jepang yang m<strong>as</strong>ih<br />

berku<strong>as</strong>a dalam suatu upacara yang penuh hikmat dikibarkanlah Sang<br />

Saka Merah Putih didepan Kantor Mark<strong>as</strong> IPI, yang disaksikan oleh ribuan<br />

Pemuda dan m<strong>as</strong>yarakat umum. Menurut A.H<strong>as</strong>jmy inilah bendera Indonesia<br />

yang pertama kali dikibarkan diangk<strong>as</strong>a Kutaraja (Banda Aceh) dan beberapa<br />

hari kemudian diiringi pada tempat-tempat yang lain.<br />

Organis<strong>as</strong>i IPÏ mengalami beberapa perobahan nama seperti Barisan Pemuda<br />

Indonesia (BPI) kemudian jadi Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan akhirnya<br />

jadi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo); sejak dari IPI sampai dengan<br />

Pesindo A.H<strong>as</strong>jmy secara terus menerus sebagai Ketua Umumnya. Mengenai<br />

sepak terjang Organis<strong>as</strong>i Pemuda tersebut ditinjau pula secara khusus pada<br />

bab lain.<br />

Setelah Jepang bertekuk lutut pada Sekutu dan Indonesia telah merdeka,<br />

bek<strong>as</strong>-bek<strong>as</strong> Pimpinan Aceh Simbun menerbitkan kembali surat kabar dengan<br />

nama SEMANGAT MERDEKA dan sebagai pimpinan diangkat pula A.H<strong>as</strong>jmy<br />

dengan beslit Komisaris Pemerintah Pusat untuk Sumatera, tanggal 20<br />

Juni 1946 No. 20/KPPSU.<br />

Semangat Merdeka sebagai satu-satu surat kabar di Aceh telah berj<strong>as</strong>a besar<br />

dalam menegakkan dan mempertahankan R.I. karena ia telah memuat<br />

penerangan/berita-berita tentang Pemerintah Pusat di Yogyakarta, juga tidak<br />

ketinggalan dengan berita spesifik Aceh seperti cerita tentang keperk<strong>as</strong>aan/<br />

kepaÜawaan pejuang-pejuang Aceh melawan kafïr (baca Belanda).<br />

Sesuai dengan namanya benar-benar Semangat Merdeka telah berh<strong>as</strong>il<br />

membakar semangat juang putra-putra Tanah Rencong dalam membela dan<br />

mempertahankan Ibu Peritiwi.<br />

Dan dalam tahun 1946 tepatnya pada tanggal 1-7—1946 karena A.H<strong>as</strong>jmy<br />

diangkat sebagai Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh, maka pimpinan<br />

Semangat Merdeka diserah terimakan kepada Amelz.<br />

18


1. Pesindo Aceh<br />

BAGIAN II<br />

PUSAT GERAKAN PEMUDA ACEH<br />

Ikatan Pemuda Indonesia (I.P.I) sesuai dengan perkembangan berobah<br />

menjadi Bansan Pemuda Indonesia, kemudian Pemuda Republik Indonesia<br />

dan akhirnya jadi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia).<br />

Apabila IPI sebagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i lokal, maka Pesindo merupakan suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i<br />

N<strong>as</strong>ional yang punya pimpinan pusat, IPI dirobah menjadi Pesindo<br />

Aceh merupakan salah satu cabang dari sekian banyak cabang yang tersebar<br />

seluruh Indonesia. Pertimbangan Politik Idiologi pada waktu itu belum begitu<br />

diperhatikan yang penting Barisan Pemuda dapat digembleng diarahkan guna<br />

mempertahankan NRI. Pesindo Aceh bukan saja hanya sebagai suatu Barisan<br />

Perjuangan Pemuda, tetapi lebih dari itu ia telah menyerupai suatu susunan<br />

Pemerintahan yang lengkap. Hal mana dapat dilihat dalam struktur <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i.<br />

Pimpinan Umum merangkap Panglima Tertinggi dijabat oleh A.H<strong>as</strong>jmy dengan<br />

dibantu oleh aparat perlengkapan lainnya sebagai berikut.<br />

Dalam bidang pertahanan dan keamanan, dibentuk Divisi Rencong, sebagai<br />

Panglima dijabat oleh Nyak Neh dan kepala Staf M.Saleh Rahmany, dengan<br />

Mark<strong>as</strong> Besarnya berkedudukan diLho'nga. Dalam Divisi Rencong ada Resimen<br />

Pocut Baren, yang terdiri dari Perajurit-perajurit Wanita, dengan Komandannya<br />

Muhammad ZZ dan Kepala Staf Zahara Tambunan. Mark<strong>as</strong> besarnya<br />

berkedudukan di Peuniti Kutaraja (Mark<strong>as</strong> P.M. sekarang), karena pentingnya<br />

kedudukan tambang minyak, maka dibentuk pula Resimen Tambang Minyak<br />

dibawah pimpinan Abdul Rahman.<br />

Struktur Organis<strong>as</strong>i Pesindo dilengkapi sampai ke kampung-kampung.<br />

Ditingkat Kabupaten dibentuk Wakil Mark<strong>as</strong> Daerah, ditingkat Kewedanaan<br />

dibentuk Cabang-Cabang, Ranting-Ranting dan pada tiap-tiap kampung ada<br />

Pesindo, dengan Kesatria Pesindonya.<br />

Dalam bidang ekonomi, dibentuk Dewan Kemakmuran, dengan mendirikan<br />

Bank Pesindo, P.T. Pelayaran Pesindo Samudra, N.V. Petraco, N.V. Sakti<br />

dan lain-lain. Dalam bidang Sosial dibentuk Dewan-dewan Kebudayaan dengan<br />

aneka cabang kesenian, juga bergerak dalam bidang pendidikan dalam<br />

19


erbagai tingkat. Taman Kanak-kanak yang pertama didirikan di Aceh adalah<br />

kepunyaan Pesindo (Taman Indra) dibawah pimpinan Nyonya Amelz.<br />

Pesindo punya bengkel senjata dengan induk perbengkelan berada di Lho'<br />

nga, disana dipekerjakan lebih kurang 100 orang tenaga tentara Jepang dibawah<br />

pimpinan Korewa, ali<strong>as</strong> Muhammad Ali.<br />

Mark<strong>as</strong> Besar Pesindo berkantor di bek<strong>as</strong> toko Boursumij , (yang sekarang<br />

Aduma Niaga) dan Kantor Komuvet sekarang.<br />

Kegiatan Pesindo yang pertama ialah merebut senjata Jepang, sehingga terjadi<br />

pertempuran di Lho'nga dan lain-lain dan setelah merdeka ia berfungsi<br />

mempertahankan kemerdekaan dan menjalankan urusan Pemerintah dalam<br />

bidang keamanan dalam negeri dan sebagainya. Memang pada waktu itu telah<br />

ada Badan Kepolisian, tetapi surat-surat jalan, dan p<strong>as</strong> keluar negeri (Penang)<br />

tidak berlaku sebelum diberi cap Pesindo, karena seluruh pantai, darat dan<br />

laut dijaga oleh p<strong>as</strong>ukan Kesatria Pesindo.<br />

Pihak Jepang yang sudah berkapitul<strong>as</strong>i kepada sekutu itu, lalu mengundang<br />

tokoh-tokoh yang mereka anggap pemimpin, didalam sebuah pertemuan<br />

yang diadakan dipendopo Tyookan antara lain dihadiri:<br />

1. Teuku Nyak Arief,Residen R.I. Daerah Aceh.<br />

2. Tuanku Mahmud, Ketua Komite N<strong>as</strong>ional Daerah Aceh.<br />

3. Tengku M.Daud Beureueh, Ketua PUSA dan anggota KNI Daerah Aceh.<br />

4. Said Abubakar, Pelopor F (Fujiwara Kikikan).<br />

5. A.H<strong>as</strong>jmy, Ketua Barisan Pemuda Indonesia.<br />

6. Sjamaun Gaharu, Ketua Mark<strong>as</strong> Daerah API.<br />

Adapun dari pihak Jepang yang hadir dalam pertemuan tersebut ialah :<br />

1. Aceh Syu Tyookan (S.Jino)<br />

2. Aceh Syu Seito (Matubushi)<br />

3. Koimubu Tyo<br />

4. Busitai Tyo<br />

5. Kenpeitai Tyo<br />

6. Juru Bah<strong>as</strong>a (Eiri)<br />

Dalam pembicaraan itu Aceh Syu Tyookan menekankan bahwa meskipun<br />

Jepang telah kalah dalam peperangan Asia Timur Raya, akan tetapi Pemerintah<br />

Meliter Jepang m<strong>as</strong>ih bertanggung jawab dan segala sesuatu yang akan dilakukan<br />

disini harus minta izin atau memberi tahukan lebih dahulu kepada<br />

Pemerintah Jepang.<br />

Kejadian akhir-akhir ini ternyata rakyat telah berani berbuat hal-hal yang<br />

tidak dapat diizinkan oleh Pemerintah Jepang, seperti mendirikan perkumpulan-perkumpulan,<br />

menyiarkan panflet-panflet Proklam<strong>as</strong>i dan lain-lain. Maka<br />

oleh karena itu diminta Jepang supaya hal seperti itu jangan terjadi lagi dan<br />

segera dibubarkan, lebih-lebih API yang telah membuat <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i yang meni-<br />

20


u <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i ketenteraan, adalah merupakan perbuatan yang sangat melanggar<br />

katanya.<br />

Oleh karena pembicaraan Tyookan itu lebih ditekankan kepada API, sedangkan<br />

pemimpin-pemimpin yang pada waktu itu tidak ada yang mengeluarkan<br />

pendapatnya karena keadaan, maka Ketua Mark<strong>as</strong> Daerah API menyatakan<br />

bahwa :<br />

"Indonesia telah merdeka, telah mempunyai Presiden, mempunyai Gubernur,<br />

dan mempunyai Residen sendiri. Rakyat Indonesia patuh kepada Presidennya<br />

sama dengan rakyat Jepang patuh Tenno Heikanya.<br />

Kemudian setelah mengemukakan tekad-tekad perjuangan yang diajarkan<br />

oleh Jepang kepada rakyat Indonesia dalam peperangan Asia Timur Raya,<br />

diteg<strong>as</strong>kan lagi bahwa Tyookan tidak berhak memerintahkan untuk membubarkan<br />

API, akan tetapi kalau Residen RI memerintahkan untuk membubarkan<br />

API, sekarang juga API itu akan dibubarkan.<br />

Pada waktu itu juga dengan tangan yang gemetar dan suara yang membentak-bentak<br />

T.Nyak Arief menyatakan keheranannya kepada Tyookan : Pemerintah<br />

Jepang betul-betul satu pemerintahan yang tidak mengetahui bahwa :<br />

Apa-apa yang telah tuan-tuan kerjakan selama berku<strong>as</strong>a disini, apakah akan<br />

dilakukan juga ketika tuan telah kalah ? Oleh karena itu saya berpendapat<br />

bahwa pertemuan yang diadakan dengan maksud seperti ini adalah pertemuan<br />

yang sia-sia belaka.<br />

Oleh karena su<strong>as</strong>ana pertemuan sudah memuncak menjadi hangat, pertemuan<br />

itu terpaksa bubar dengan tidak memperoleh h<strong>as</strong>il apa-apa.<br />

Untuk memperkuat keyakinan dan tekad serta cita-cta mempertahankan<br />

Proklam<strong>as</strong>i itu pula, maka para Alim Ulama Aceh pada tanggal 15 Oktober<br />

1945 telah mengeluarkan suatu maklumat yang merupakan fatwa, yang<br />

antara lain isinya : Bahwa mempertahanakan Negara Republik Indonesia<br />

adalah wajib hukumnya bagi setiap kaum muslimin, gangguan dari pihak manapun<br />

datangnya harus dihadapi dengan perang sabil.<br />

Disamping itu Pimpinan Pusat PRI (Pemuda Republik Indonesia) Daerah<br />

Aceh mengeluarkan pula seruan panggilan umum bagi pemuda, antara lam<br />

berisikan agar para pemuda dapat bersatu dalam PRI dan senanti<strong>as</strong>a menjaga<br />

persatuan dan kesatuan dalam rangka menegakkan Republik Indonesia.<br />

Dengan adanya maklumat dan seruan tersebut, semangat pemuda semakin<br />

bergolak. Rakyat berbondong-bondong mem<strong>as</strong>uki Barisan Perjuangan, menyediakan<br />

jiwa raganya untuk membela Kemerdekaan. Aksi-aksi perjuangan bertambah<br />

meningkat disamping berkumandangnya pekik "merdeka" dengan<br />

tangan yang dikepalkan. Keluarlah. bermacam-macam semboyan perjuangan<br />

yang ditulis pada dinding-dinding, tembok, toko-toko, kereta api dan kendaraan<br />

umum, yang berbunyi antara lain : Sekali merdeka, tetap merdeka, kami<br />

cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, enyah penjajah, hidup merdeka<br />

21


atau mati syahid, dan beberapa semboyan lainnya yang ditulis dalam bah<strong>as</strong>a<br />

Inggeris dan Belanda". 2<br />

Pesindo Aceh dengan Kesatrianya telah berj<strong>as</strong>a dalam menump<strong>as</strong> perang<br />

saudara antara golongan feodal disatu pihak dan golongan Ulama dilain pihak.<br />

Golongan feodal di bawah pimpinan TJvlohd.Daoed Cumbok, menunggu kedatangan<br />

kembali Pemerintah Belanda, sedangkan golongan Ulama dan rakyat<br />

pada umumnya ingin merdeka.<br />

Gerakan cumbok, yang terdiri dari ulebalang-ulebalang yang feodal membentuk<br />

B.P.R. Lamelo (Kota Bakti Sigli).<br />

Perang cumbok baru dapat dipatahkan setelah datang bala bantuan dari<br />

Divisi Rencong, dengan membawa 2 buah meriam yang ditempatkan diat<strong>as</strong><br />

glegapu. Tembakan meriam yang dahsyat itu menurut tuan Korewa pertempuran<br />

itu sama sengitnya dengan pertempuran Jepang-Inggeris di Singapura,<br />

tetapi toh akhirnya dapat dipatahkan. Dan p<strong>as</strong>ukan Cumbok meninggalkan<br />

benteng pertahanan, dan T.M.Doed Cumbok, dapat ditangkap dalam pergunungan<br />

(hutan) di daerah Padang Tiji, beberapa bulan kemudian.<br />

Dalam agresi kedua dimana kota Medan dan sekitarnya diduduki Belanda,<br />

Pesindo Aceh mengirim p<strong>as</strong>ukan'ke Medan area terutama didaerah perbat<strong>as</strong>an<br />

Aceh dengan Sumatera Timur, sehingga dengan demikian Belanda tidak diberi<br />

peluang untuk merembes ke Aceh.<br />

Sewaktu Belanda berusaha mengu<strong>as</strong>ai Tambang minyak Pangkalan Berandan,<br />

Divisi Rencong Resimen Tambang Minyak bergerak cepat dan sebelum<br />

tambang itu dibumi hanguskan telah membongkar lebih dahulu instal<strong>as</strong>i.penting<br />

dan dibawa ke Lho'nga untuk melengkapi Bengkel Pesindo.<br />

A.H<strong>as</strong>jmy selain Pimpinan Pesindo dan Panglima Tertinggi K<strong>as</strong>atria Pesindo<br />

Divisi Rencong dikukuhkan jabatan sebagai Mayoor T.N.I. dengan ketetapan<br />

Jenderal Mayoor Harjowarjoyo tanggal 1 Mei 1946 No. 30 dan tetap<br />

memimpin Pesindo.<br />

Mengenai dengan Resimen Pocut Baren memang pada mulanya mendapat<br />

tantangan dan sebagian m<strong>as</strong>yarakat Aceh, terutama oleh ulama yang berpaham<br />

sempit. Persoalan itu diselesaikan oleh A.H<strong>as</strong>jmy dengan menghubungi<br />

tokoh-tokoh ulama seperti Tengku M. Daud Beureueh, Tengku Indrapuri<br />

TengkuLamjabat, Tengku Krueng Kale, dengan memberi penjel<strong>as</strong>an yang dihubungkan<br />

dengan perang sabil, dimana perajurit-perajurit wanita dapat<br />

ambil bagian, demikian juga dalam hal berpakaian dan lain-lain dapat diatur<br />

sesuai dengan ajaran Islam. P<strong>as</strong>ukan Pocut Baren itu mempunyai pakaian lakilaki<br />

maka setelah direstui oleh ulama-ulama tersebut persoalan menjadi beres<br />

2<br />

Dua Winclu Kodam Ihkandar Muda, Sejarah Militcr Kodam l Iskandar Muda 1972<br />

;ilm 84 - 86. '<br />

22


Resimen Pocut Baren<br />

Kompie Mark<strong>as</strong> Resimen Pocut Baren dari Kesatria Pesindo Dipisi Rencong dibawah<br />

pimpinan A.H<strong>as</strong>jmy. Bertanda X yaitu Mayoi Zahara Tambunan sebagai Kepala Staf<br />

Resimen.<br />

dan m<strong>as</strong>yarakat tenang kembali, dan Resimen Pocut Baren tersebut makin sehari<br />

makin meningkatkan kegiatan dalam latihan baik sendiri ataupun oper<strong>as</strong>i<br />

"gabungan dengan Divisi Rencong" dan kegiatan lain sebagai anggota Militer<br />

yang siap siaga untuk bertempur.<br />

Sebagai suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i Pesindo tiap-tiap tahun mengadakan kongresnya<br />

yang dihadiri oleh WMD danKomandan Divisi, dengan seluruh Dewan-Dewan<br />

untuk bermusyawarah menyusun program, pemilihan pengurus baru dan<br />

sebagainya.<br />

Pesindo Aceh sempat mengadakan kongresnya hanya empat kali, tiga kali<br />

di Kutaraja dan satu kali di Kota Langsa. Kegiatan Pesindo yang patut dicatat<br />

Kongres ke 3 di Kutaraja turut mempertahankan Propinsi Aceh pertama,<br />

dalam sebuah resolusinya dalam hubungan dengan terbetik berita bahwa Propinsi<br />

Aceh akan dilebur kedalam Propinsi Sumatera Utara ke Medan.<br />

Situ<strong>as</strong>i dan kondisi di Aceh sangat gawat, karena disamping pro tentu ada<br />

pula yang kontra. Pihak golongan feodal Aceh (ex hulubalang) berjuang dengan<br />

gigih di Pusat supaya Propinsi Aceh dilebur. Mereka sebenarnya bukan<br />

tidak suka Propinsi Aceh, tetapi mereka tidak senang karena semua jabatan<br />

23


penting dipegang oleh golongan ulama. Sebenarnya itu suatu kesalahan<br />

berpikir dari mereka, kalaulah makanan yang disajikan tidak sesuai dengan selera<br />

mereka janganlah wadah dipecahkan, tetapi isinya boleh diganti wadah<br />

sukar diperoleh. Dan karena golongan feodal punya jaringan dan dukungan<br />

yang kuat di Pusat, akhirnya jadi juga dilebur.<br />

Kalau golongan feodal mendapat dukungan dari pusat, maka Pesindoxian<br />

golongan ulama berakar pada hati sanubari rakyat, sehingga secara tidak disadari<br />

lebih memperuncing perbedaan paham antara dua golongan tersebut<br />

yang saling merebut pengaruh di Aceh.<br />

Konperensi Pesindo yang keempat bertempat di kota Langsa, adalah suatu<br />

konperensi yang amat meriah. Rombongan peserta kongres dan pimpinan Pesindo,<br />

berangkat dari Kutaraja menuju Langsa dengan kereta api istimewa<br />

pakai listrik dan pada tiap pos disambut dengan meriah oleh Pesindo cabang<br />

dengan kesatrianya,.dengan konsumsi yang cukup memu<strong>as</strong>kan.<br />

Diantara berbagai macam putusan yang menarik, dalam konperensi itu<br />

ialah : Merencanakan konperensi Pesindo yang kelima penyelenggaraannya<br />

diat<strong>as</strong> samudra (kapal laut). Dalam tahun 1948 dimana terjadi pemberontakan<br />

P.K.I. pertama di bawah pimpinan Muso cs yang berpusat di Madiun.<br />

Pesindo pusat yang berkedudukan di sana mendukung gerakan tersebut<br />

atau dengan lain kata terlibat dalam pemberontakan itu. Pesindo Pusat<br />

menyerukan kepada seluruh Pesindo supaya mendukung gerakan tersebut.<br />

Jawaban dan tindakan yang teg<strong>as</strong> dari Pesindo Aceh, bahwa Pesindo<br />

Aceh tak bisa mendukung gerakan komunis itu dan sekaligus memutuskan<br />

hubungan dengan Pusat dan berdiri sendiri dengan mengambil Islam menjadi<br />

d<strong>as</strong>arnya.<br />

Setelah terjadi pemberontakan P.K.I. itu Pesindo Aceh mengalami p<strong>as</strong>ang<br />

surut dan secara berangsur hilang kegiatannya dan dengan dikeluarkan maklumat<br />

Pemerintah mengharapkan didirikan partai politik maka pimpinan Pesindo<br />

mempelopori pembentukan Parpol-parpol di Aceh. Orang Pesindo ditug<strong>as</strong>kan<br />

untuk membentuk parpol di Aceh, atau sekurang-kurangnya tiap parpol<br />

ada orang Pesindo menjadi pengurus, dengan maksud untuk memonopoli<br />

semua kekuatan m<strong>as</strong>sa diseluruh Aceh.<br />

Usaha ini pada mulanya memang berh<strong>as</strong>il, tetapi lambat laun orang-orang<br />

Pesindo yang duduk dalam berbagai Parpol memutuskan hubungan dengan induknya<br />

(Pesindo) kecuali Partai Islam (M<strong>as</strong>yumi dan P.S.I.I.) walaupun telah<br />

dew<strong>as</strong>a dan mendirikan rumah tangga sendiri tetap mengakui orang tuanya.<br />

Hal ma: a menurut pengakuan A.H<strong>as</strong>jmy sendiri suatu ijtihat yang salah.<br />

\da.:, me"; ~ Q<br />

i kesatria Pesindo dengan diadakan integr<strong>as</strong>i barisan peg<br />

t"! ' T.N.I. sebagian besar mereka menggabungkan diri ke-


dalam T.N.I.dengan kedudukan (pangkat) secara umum diturunkan setingkat/<br />

disesuaikan dengan pangkat T.N.I. sampai mereka pensiun atau dibeb<strong>as</strong> tug<strong>as</strong>kan,<br />

sedangkan A.H<strong>as</strong>jmy sendiri tidak menggabungkan diri dalam TNI dan<br />

beliau kembali kepada m<strong>as</strong>yarakat, tindakan ini juga diikuti oleh beberapa<br />

teman pejuang yang lain, seperti Nyak Neh, Ayah Gani, Muhamad Z.Z, Saleh<br />

Rahmany, Umar Husny dan lain-lain. Dengan demikian jel<strong>as</strong>lah bahwa barisan<br />

Gerakan Pemuda, sekali lagitersebar lu<strong>as</strong> dalam m<strong>as</strong>yarakat, instansi Pemerintah,<br />

dan dalam Parpol. Maka dengan demikian dapatlah kita berkesimpulan<br />

bahwa angkatan 45 di Aceh pada hakekatnya berintikan mereka yang ber<strong>as</strong>al<br />

dalam <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i Pesindo ini.<br />

2. Barisan-Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran<br />

Disamping Divisi Rencong Kesatria Pesindo, ada juga barisan kel<strong>as</strong>ykaran<br />

lainnya seperti : Barisan Mujahidin Divisi Tengku Chik Ditiro dipimpin oleh<br />

Tengku Mohd. Daud Beureueh dan Chik Mat Rahmani. Divisi Tengku Chik<br />

Paya Bakong dipimpin oleh Tengku Amin Husin Al mujahid dan Ajad Musi.<br />

Resimen TRIP dipimpin oleh Jahja Zamzami dan T.P.I. dipimpin oleh A.K.<br />

Jakobi.<br />

Diantara badan Kel<strong>as</strong>ykaran ini Divisi Rencong merupakan suatu Barisan<br />

Kel<strong>as</strong>ykaran yang lengkap baik susunan dan peralatan/persenjataannya dengan<br />

memiliki dan membentuk 1 Resimen Artileri, suatu Perbengkelan/<br />

Persenjataan di Lho'nga, suatu Bahagian Perkapalan/Pelayaran di Ulee-Lheue,<br />

Bank Pesindo, dan 1 Resimen Wanita Pocut Baren.<br />

Peranan Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran didaerah Aceh mempunyai suatu ciri kh<strong>as</strong><br />

tersendiri apabila diperhatikan dengan badan-badan kel<strong>as</strong>ykaran di daerah<br />

lain. Setiap usaha dan gerak perjuangan senanti<strong>as</strong>a menyadari dan menempatkan<br />

dirinya sebagai alat pendukung Pemerintah, tampil diberbagai medan<br />

perjuangan baik digaris depan maupun digaris pertahanan belakang bahu<br />

membahu dibawah satu Komando TNI (Tentara N<strong>as</strong>ional Indonesia).<br />

Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran itu tidaklah<br />

dijadikan suatu alat tandingan bagi Pemerintah, akan tetapi senanti<strong>as</strong>a bersatu<br />

dalam satu tujuan yaitu : Berjuang menegakkan Kehormatan dan Kemerdekaan<br />

Tanah Air, bersama-sama dengan Pemerintah.<br />

Dengan demikian dalam rencana Pemerintah meleburkan Badan Kel<strong>as</strong>ykaran<br />

ini pada tahun 1947 menjadi suatu Tentara N<strong>as</strong>ional Indonesia di daerah<br />

Aceh diterima dengan baik dan penuh loyalit<strong>as</strong>.<br />

Adapun pembentukan Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran di Aceh adalah sebagai berikut:<br />

a. Divisi Rencong •<br />

1. Pimpinan Divisi :<br />

Pimpinan Umum : A.H<strong>as</strong>jmy<br />

25


26<br />

Komandan Divisi<br />

Kepala Staf<br />

Kep. Bag. Oper<strong>as</strong>i<br />

Kep.Bag.Perencanaan<br />

Kep.Bag.Pertahanan<br />

Kep.Bag.Kerahan Tenaga Rakyat<br />

Kep.Bag. Perlengkapan<br />

Kepala Intelijen<br />

Kep.Genie/Perhubungan<br />

Kep.Bag.Keuangan<br />

Kep.Bag.Kewanitaan<br />

(Pocut Baren)<br />

2. Batalyon Istimewa Artileri<br />

Komandan<br />

Wakil<br />

b. Resimen I di Kutaraja<br />

Komandan<br />

Kepala Staf<br />

Batalyon-batalyon:<br />

Yon I<br />

Wakil<br />

Yon II<br />

Wakil<br />

Yon III<br />

Wakil<br />

c. Resimen II Sigli<br />

Komandan<br />

Kepala Staf<br />

Batalyon-batalyon :<br />

Yon I<br />

Yon II<br />

Yon III<br />

: Nyak Neh Lho'nga<br />

: M.Saleh Rahmani<br />

: M.Saleh Rahmani<br />

: S a u n i<br />

: A.JalilAmin<br />

M.Ali Korewa<br />

: Pawang Leman<br />

: M.Zainun<br />

Tengku Achmad Adam<br />

: M. Jusuf Scony.<br />

: Umar Husny<br />

: M.Razali Nyak Neh<br />

Muhammad<br />

: Muhammad Z.Z.<br />

Zahara Tambunan<br />

: Nyak Neh<br />

: Abdullah Syam<br />

3. Resimen-resimen<br />

a. Resimen Pocut Baren di Kutaraja<br />

Komandan<br />

: Zahara Tambunan<br />

A.Gani Adam<br />

: Jarimin<br />

Said Y<strong>as</strong>in, Ole Lheue<br />

: Tengku Nawawi<br />

: M. Nurdin<br />

Lam Baro Angan<br />

: T.M.Luthan<br />

: M.Ali B<strong>as</strong>yah,<br />

Blang Bintang<br />

: Ishak Ibrahim<br />

Putih Mauni, Sigli<br />

Zainuddin HS.<br />

: R.Radja Husen, Sigli<br />

: Inya B<strong>as</strong>jah, Meureudu<br />

; T.Muhammad, Sigli


d. Resimen III Lhok Seumawe<br />

Komandan<br />

Kepala Staf<br />

Wkl.Staf Umum<br />

Batalyon-batalyon :<br />

Yon I<br />

Yon II<br />

Yon III<br />

e. Resimen IV Aceh Tengah<br />

Komandan<br />

Wakil<br />

Kep.Staf<br />

Batalyon-batalyon :<br />

Yon I<br />

Yon II<br />

Yon III<br />

Yon IV<br />

Yon V<br />

f. Resimen V Aceh Timur Langsa<br />

Komandan<br />

Wakil<br />

Batalyon-batalyon :<br />

Yon I<br />

Yon II<br />

Yon III<br />

g. Resimen VI Aceh Barat<br />

Komandan<br />

Wakil<br />

Batalyon-batalyon<br />

h. Resimen VII Aceh Selatan<br />

Komandan<br />

Kep.Staf<br />

Batalyon-batalyon :<br />

Yon I<br />

Yon II<br />

Yon III<br />

Yon IV<br />

Yon V<br />

Yon VI<br />

: T.Syammaoen Latief<br />

: T.Banta Sulaiman<br />

: H.Abdullah Hs.<br />

: Nizan Harun, Lhok Seumawe<br />

: M.H<strong>as</strong>jmy, Lhok Seumawe<br />

: Abu Bakar, Bireuen<br />

: M.Zaharuddin, Takengon<br />

M.Sjukur<br />

: Asep Jalil<br />

: M.H<strong>as</strong>an Amin<br />

: Rafli<br />

: Sali Gabel<br />

: M.Arif Amiruddin<br />

: Baharudin,Blang Kejeren<br />

Samadun<br />

: Tengku Abdul Aziz<br />

: Ismail<br />

: A.Hanafiah, Idi<br />

: Razali, Langsa<br />

: Razali, Kuala Simpang<br />

: H.Daud Dariah<br />

: T.R.Iskandar<br />

: 3 Batalyon lain yang membawahinya.<br />

: M.Salim H<strong>as</strong>yimy<br />

: A.Gafur Akir<br />

: Zainuddin, Tapak Tuan<br />

: Said Sulaiman, Sawang<br />

: Tengku H<strong>as</strong>yim, Meuke<br />

: Djamidin Away, Lhb.Haji<br />

: Imam Nurdin, Manggeng<br />

: Ramli Saiadi, Blang Pidie<br />

27


28<br />

Yon VII : Tengku M.Jatim, Susuh.<br />

Yon VIII : T.Ramli Angk<strong>as</strong>ah, Bakongan<br />

Yon IX : Saajudin, Singkil. 3<br />

3<br />

Ibid, hl 103 - 105.


BAGIAN III<br />

DALAM BIDANG KARANG-MENGARANG<br />

Dalam bidang karang-mengarang A.HASJMY bergerak dalam ruang lingkup<br />

yang lu<strong>as</strong> meliputi bidang kewartawanan, s<strong>as</strong>trawan dan juga dalam penulisan<br />

buku ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum dan terutama yang<br />

bernaf<strong>as</strong>kan Islam.<br />

Untuk itu kita akan neninjau selayang pandang, sekedar untuk mengetahui<br />

arah dan s<strong>as</strong>aran-s<strong>as</strong>aran dari pada tulisan-tulisan beliau.<br />

1. Kewartawanan<br />

a. Sejak sebelum perang dunia kedua telah menulis dalam majalah dan<br />

surat kabar di Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Surabaya dan<br />

Malaya.<br />

Seperti dalam Berkala Pujangga Baru/Jakarta, Angkatan Baru/Surabaya,<br />

Pahlawan muda/Padang, Kewajiban/Padang Panjang, Panji Islam/<br />

Medan, Pajar Islam/Malaya, Pahlawan/Banda Aceh, Pedoman M<strong>as</strong>yarakat<br />

dan Suluh Islam/Medan.<br />

b. Ketua Pengarang Harian Aceh Simbun (1944)<br />

c. Pemimpin Umum Harian Semangat Merdeka (1946-1947), Banda<br />

Aceh.<br />

d. Pemimpin Umum Harian Nusa Putra (1964—1965), Jakarta.<br />

e. Pemimpin Umum Majalah Sinar Darussalam Banda Aceh (1968—sekarang).<br />

2. S<strong>as</strong>trawan<br />

a. Sejak umur 16 tahun telah menulis karya-s<strong>as</strong>tra dan dimuat dalam pelbagai<br />

majalah dan surat kabar.<br />

b. Buku-buku (buah tangannya)<br />

P r o s a :<br />

Roman:<br />

1) . SayapTerkulai(1936) ;<br />

2) .Bermandi Cahaya Bulan (1938);<br />

3) .Melalui Jalan Raya Dunia (1939);<br />

4) . Suara Azan dan Lonceng Gereja (1940);<br />

5) .Dewi Fajar(1943);<br />

29


30<br />

< i<br />

s<br />

r>. CD<br />

'~ H<br />

ra<br />

1 ë 1<br />

o g<br />

Q c<br />

u -2 -3 •=<br />

•S<br />

B ° Cd "E<br />

S<br />

s 2<br />

«<br />

c >> — c<br />

eo s5 A- S.<br />

B > 5 ;<br />

2 n r; ra<br />

S. §| £<br />

ra ra ^<br />

•3 JS E<br />

C OU ^<br />

CD C ra<br />

£ 3<br />

ra ¥ < •<br />

•Si-S S *<br />

?3 x, ra ra<br />

E E I S<br />

cd 'cjy P cj<br />

"3 ca 3 A:


6) .Nona Pressroom (1951);<br />

7) .Elly Gadis Nica(1951);<br />

8) .Nisar(1951);<br />

9) .MeurahJohan(1976);<br />

10) .Tanah Merah(1976);<br />

11) . Rubai Hamzah Fansury Karya S<strong>as</strong>tra Sufie, abad XVII<br />

c. E s s a y :<br />

1) . S<strong>as</strong>tra Arab(1948) ;<br />

2) .Kesus<strong>as</strong>traan Indonesia dari Zaman ke Zaman (1951);<br />

3) . Semangat Kemerdekaan dalam Sajak Indonesia Baru (1963);<br />

4) .Puisi Islam Indonesia (1940);<br />

d. P u i s i:<br />

1) . Kisah Seorang Pengembara (1937);<br />

2) .Dewan Sajak (1938);<br />

3) . Rindu Bahagia (1963 puisi dan cerpen;<br />

4) .JalanKembali(1963);<br />

Karangan-Karangan Ilmiah :<br />

1) .Kerajaan Saudi Arabia (1950);<br />

2) . D<strong>as</strong>ar Negara Islam (1968) ;<br />

3) . Sejarah Kebudayaan Islam (1969) ;<br />

4) .Publisistik dan Islam, - m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah (1972);<br />

5) . Yahudi Bangsa Terkutuk (1970);<br />

6) .Muhammad Sebagai Panglima Perang (1970) ;<br />

7) .Pahlawan Islam Yang Gugur (1956);<br />

(Disadur dari Syuhada ul Islam Karya : Dr. ALISAMY);<br />

8) .Dustur Dakwah Menurut Al Qur'an (1975) ;<br />

9) .Mengapa Ibadah Pu<strong>as</strong>a Diwajibkan (1976);<br />

10) . Apa sebab Al Qur'an tidak bertentangan dengan akal<br />

11) .Risalah Ahlaq(1976);<br />

12) . Surat-surat dari penjara (1976);<br />

3. Pandangan Hidup<br />

Semua gerak perjuangan did<strong>as</strong>arkan dan berpedoman kepada cita-cita dan<br />

kemauan beliau untuk menciptakan m<strong>as</strong>yarakat serta kebudayaan Indonesia<br />

Baru yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat kita perhatikan pada semua<br />

karya beliau dan dalam gerak perjuangannya.<br />

Seperti pada umumnya, Pcngarang-pengarang Pujangga Baru bercita-cita<br />

dan berbuat memajukan Pertiwi Indonesia, maka A.HASJMY pun demikian<br />

pula halnya. Pada zaman penjajahan Belanda, terkenal sebagai seorang Pejuang<br />

yang aktif dalam pelbagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i dan partai dan pernah dipenjarakan<br />

oleh Belanda. Kalau pada Amir Hamzah, daerah lingkup keislaman yang<br />

dipancarkan didalam sajak-sajaknya, hanya mengenai hubungan dirinya de-<br />

31


ngan Khaliknya, tetapi A.HASJMY bekerja dan berbuat untuk mengisi kehidupan<br />

dan penghidupan ini dengan konsepsi Islam.<br />

A.H<strong>as</strong>jmy telah berh<strong>as</strong>il mencetus pandangan hidupnya kedalam pandangan-pandangannya,<br />

sebagai contoh kita pada salah satu ceritera pendeknya,<br />

yang diterbitkan pada tahun 1936, oleh Majalah Pedoman M<strong>as</strong>yarakat Nomor<br />

37, yang berjudul : "Korban Kebeb<strong>as</strong>an". Ringk<strong>as</strong>an ceriteranya sebagai<br />

berikut :<br />

Seorang Gadis Cut Hafsah sejak kecil dia di<strong>as</strong>uh secara Islam, tetapi ketika<br />

belajar di Sekolah MULO Kutaraja, disebabkan oleh pergaulannya yang beb<strong>as</strong><br />

dia memutuskan pertunangannya dengan T.Aliuddin dan dia telah terjerumus<br />

kedalam lembah kehinaan.<br />

Dan untuk menghindari r<strong>as</strong>a malu akhirnya dia membunuh diri. "Hari<br />

Minggu" pukul 9 pagi Cut Hafsah <strong>as</strong>yik berhi<strong>as</strong> dan berdandan. Berulangulang<br />

dia melihat kecermin besar kalau-kalau m<strong>as</strong>ih ada yang belum menyenangkan<br />

atau belum cukup gaya dan manisnya.<br />

Diluar halaman internat sudah banyak pemuda-pemuda menanti. Mereka<br />

akan pergi, bersenang-senang melihat tam<strong>as</strong>ya, diluar kota, ke Mata I, tempat<br />

pemandian yang amat merdeka ditempat rimba raya, atau kepantai laut di<br />

Ulee Lheue. Cut Hafsah banyak benar perubahannya kini, berubah perangai,<br />

sifat dan kelakuannya, bertukar fikiran dan pendapatnya. Kesopanan Islam<br />

yang membat<strong>as</strong>i pergaulan beb<strong>as</strong> dan lelu<strong>as</strong>a, yang mulanya dipandang mulia<br />

dan murni, sekarang sudah berani dia memberikan nama "kuno" tidak laku<br />

lagi di abad ke XX, bahkan pemuda-pemuda yang tidak suka mengikuti<br />

aliran vrij omgang, dikatakannya kaum kolot, tidak mengerti aliran zaman<br />

dan putaran m<strong>as</strong>a.<br />

Segala ajaran Ayah-Bundanya, tidak dihiraukannya, sudah jauh dari hatinya.<br />

Dahulu Bundanya sedia membimbing dia kepantai selamat, membawa<br />

ketaman mulia. Tapi kini pergaulannya, dikota yang besar, seperti Kutaraja,<br />

menjuruskan dia kelembah pergaulan mereka. Teman-teman setempat<br />

mengajaknya buat meniru Nona-Nona Eropah dan adat kebi<strong>as</strong>aan Barat.<br />

Tiap-tiap hari Minggu atau waktu vakansi, kelihatan dia dipantai p<strong>as</strong>ir berjemur<br />

dengan pan<strong>as</strong> hari sesudah mandi dilaut. Kejar-mengejar bersuka-suka<br />

dengan tidak memperdulikan jantan betinanya, sedang pakaian mandinya<br />

baju kaus pendek, yang menggambarkan bentuk penyakit karena sempitnya.<br />

Jel<strong>as</strong>lah disini, bahwa penyakit yang menimpa m<strong>as</strong>yarakat kita terutama<br />

pada pemuda-pemudinya adalah memfu-niru cara-cara Barat yang oleh orang<br />

Barat yang sopan sendiri kurang disenanginya. Para pemuda-pemudi kita yang<br />

tidak mendalami hakikat ajaran Islam, dengan mudah terjerumus kedalam<br />

lembah pergaulan beb<strong>as</strong>. Benteng keimanannya rubuh oleh sifat meniru yang<br />

tak terkendalikan. Lalu membawa malu bagi kaum keluarga, bagi m<strong>as</strong>yarakat<br />

umumnya.<br />

32<br />

Sungguhpun pemuda ini sudah mempunyai pengalaman tinggi dalam dunia


pengetahuan, sudah pandai berbicara dengan dua bah<strong>as</strong>a (Inggeris dan Belanda),<br />

tetapi dia tetap menghormati peradaban Islam dan kesopanan Timur,<br />

sehingga budinya bertambah tinggi, tidak pernah jatuh ked<strong>as</strong>ar lumpur kerendahan.<br />

Ini, karena berkat ajaran Islam yang ia minum sem<strong>as</strong>a kecilnya yang diajarkan<br />

oleh Ulama-ulama dan tokoh-tokoh/pemuka Islam dikampungnya, istimewa<br />

lagi ia sendiri suka benar bergaul dengan pemuda-pemuda Islam yang dalam<br />

fahamnya tentang ke Islaman.<br />

Sifat mulia inilah yang mengharumkan nama T.Aliuddin sampai keawan,<br />

yang menyebabkan ia dipuja dan dipuji, dihormati dan disayangi.<br />

Ditinjau dari kacamata ke-Islaman dan perjuangan bangsa, tema dan tendensi<br />

ceritera ini adalah sangat tepat.<br />

Dan berd<strong>as</strong>arkan ini beliau dapat kita golongkan, kita m<strong>as</strong>ukkan kedalam<br />

angkatan Pujangga Baru Aliran Baru.<br />

Ter<strong>as</strong>a kepada kita bahwa pelaku-pelakunya kurang hidup, kurang gerak<br />

sebagai kenyataan sehari-hari. Ini mungkin disebabkan karena beliau menceriterakannya<br />

kejadiannya itu, dengan tidak menyelipkan percakapan-percakapan<br />

antara pelaku (dialog) (Sesuai dengan waktu, pada m<strong>as</strong>a sekarang kurang<br />

disenangi).<br />

Beliau m<strong>as</strong>ih sangat memelihara keindahan bah<strong>as</strong>a dengan menyodorkan<br />

kalimat-kalimat yang panjang-panjang sehingga jalan cerita agak terganggu<br />

karenanya.<br />

Pandangan rendah Cut Hafsah kepada patriot muda ini, T.Aliuddin, yang<br />

mulanya berupa bunga api yang kecil sekecil-kecilnya, lama kelamaan karena<br />

taupan badai kenafsuan, menjadi unggun api yang besar bernyala-nyala membakar<br />

akar-akar nama pemuda Aliuddin dari taman hatinya, dan memusnahkan<br />

gedung pertunangannya dengan pemuda itu, yang sudah sekian lama diukir<br />

dan dihi<strong>as</strong>kannya, sehingga menjadi mahligai yang indah dan permai.<br />

Meskipun kalimat ini panjang, tapi gaya bah<strong>as</strong>anya adalah indah dengan<br />

adanya perumpamaan-perumpamaan metafora, misalnya bunga api, badai<br />

kenafsuan membakar akar-akar nama, taman hatinya, gedung pertunangan<br />

sekian lama diukir dan dihi<strong>as</strong>kannya. Bila kita tinjau dari segi tendensi itu,<br />

tujuan Pengarang dengan mengarang sesuatu ceritera sebagai bisikan jiwanya,<br />

maka pada ceritera ini ter<strong>as</strong>a kepada kita Pengarang langsung ingin mem-,<br />

beri n<strong>as</strong>ehat/pendidikan kepada pembacanya. Ini disebabkan gelora muda<br />

beliau (umur 22 tahun). Dan semangat juang yang bernyala-nyala sehingga<br />

unsur pengolahan lahiriah kurang terkendalikan, lalu mengarah" kejurusan<br />

33


n<strong>as</strong>ehat. Pada ceritera pendek yang dikarang dalam tahun 1939, yang berjudul<br />

: "Korban Gempa Besar" (Dalam Buku Rindu Bahagia), sudah berbeda.<br />

Gaya dramatis dalam bentuk dialog sudah kelihatan, misalnya : "Jus. . . ."<br />

katanya — Ifah sahut Jusuf dengan gementar bibirnya.<br />

Matanya menatap wajah sisakit dengan tenang, sedang tangannya membelai<br />

tangan sisakit yang sejuk laksana timah ("Di. . . . ma. ... na... . kah . . . .<br />

sa ya se ka rang Jus"?)<br />

Dibawah sinar mata abangmu yang mencintai engkau dengan segenap<br />

hati, kek<strong>as</strong>ihku — jawab Jusuf dengan sedih, sedang air matanya jatuh berderai.<br />

A.H<strong>as</strong>jmy, ikut berjuang dalam menegakkan kemerdekaan tanah air.<br />

Suka-duka perjuangan baik dalam agresi pertama dan kedua, beliau curahkan<br />

dalam h<strong>as</strong>il karangannya berupa kisah, yang mengesankan bayangan kehidupan<br />

dan pandangan hidup m<strong>as</strong>yarakat Bangsa Indonesia pada saat itu dalam<br />

bukunya bernama "Nona Pressrom". Dalam buku ini beliau mengungkapkan<br />

akan kesukaran Tanah Air yang m<strong>as</strong>ih amat memerlukan pengabdian<br />

dari putra-putri Indonesia dalam membentuk M<strong>as</strong>yarakat Indonesia sentosa<br />

dan aman. Untuk sekedar melihat bah<strong>as</strong>a dan situ<strong>as</strong>i yang dilukiskan inilah<br />

kutipan dari kisah tersebut.<br />

"Aku telah 7 bulan di Aceh, daerah yang tidak sanggup dim<strong>as</strong>uki tentara<br />

Belanda dalam kedua Agresinya. Baik sebelum atau sesudah berdirinya R.I.S.<br />

Aceh saya dapati adalah satu daerah yang seaman-amannya diseluruh Indonesia.<br />

Disini bek<strong>as</strong>-bek<strong>as</strong> l<strong>as</strong>ykar atau tentara yang-telah diseleksi, tidak pernah<br />

membikin kacau mengganggu ketertiban umum. Hal ini tersebut karena Pemimpin-pemimpin<br />

Rakyat di Aceh bertanggung jawab penuh at<strong>as</strong> anak-anaknya<br />

itu".<br />

P u i s i :<br />

Karya s<strong>as</strong>tra A.H<strong>as</strong>jmy lebih banyak dan lebih hebat (secara kwalit<strong>as</strong>) dalam<br />

bidang perpuisian. Pada usia 22 tahun telah menggubah puisi-puisi perjuangan<br />

Tanah Air yang bersendikan pondamen ke Islaman diselingi oleh romantika<br />

jiwa muda. Misalnya :<br />

34<br />

"PANGGILAN"<br />

Naik, naik mari kawan,<br />

Kegunung tinggi marüah kita.<br />

Percaya kita ayuhai, tolan,<br />

Disana terletak "Kesuma Raya".<br />

Berkem<strong>as</strong> wahai, teman sehati.<br />

Kaum Pencinta "Mahkota Mulia".<br />

Angkat kaki, mari kemari,<br />

Mencari mawar, penawar sukma.


Tapi Ingat !<br />

Supaya selama t,<br />

Teguhkan Iman!<br />

langan terkejut,<br />

Dek Udara k a b u t.<br />

Ia hanya c o b a a n.<br />

(Majalah Pedoman M<strong>as</strong>yarakat No. 9, 10 Juni 1936).<br />

"C I N T A"<br />

Jika dikaji perkara cinta,<br />

Berbagai cinta at<strong>as</strong> dunia,<br />

Ada yang cinta kepada harta.<br />

Ada pula yang cinta bangsa,<br />

Cinta Negeri, cinta Agama,<br />

Ingin supaya wathan mulia,<br />

Gemar agar agama berjaya.<br />

Semua cinta sudah kur<strong>as</strong>ai,<br />

Sudah bercecap madunya,<br />

Tiada nan dapat menghibur sukma.<br />

Selain cinta Agama dan Bangsa,<br />

Sekarang kita yakin percaya,<br />

Cinta dunia nihil belaka.<br />

(Pedoman M<strong>as</strong>yarakat No. 30, 9 September 1936).<br />

Dalam Simposium Bah<strong>as</strong>a dan Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, 25-28 Oktober<br />

1966, yang diselenggarakan oleh Lembaga Bah<strong>as</strong>a dan K<strong>as</strong>i Jaya, M.S.Hutagalung<br />

dalam judul pr<strong>as</strong>arannya Penelitian Puisi antara lain tentang A.H<strong>as</strong>jmy<br />

mengatakan:<br />

Marilah kita meninjau satu bait dari Sajak Ali H<strong>as</strong>jmy yang sederhana berikut<br />

yang menunjukkan bagaimana caranya unsur-unsur itu bekerja sama.<br />

Pagiku hilang sudah melayang,<br />

Hari mudaku 'sudah pergi.<br />

Sekarang petang datang membayang,<br />

Batang usiaku sudah tinggi.<br />

Apa yang hendak diceritakan^pefiyair sebenarnya hanyalah mengemukakan<br />

35


ahwa ia sudah tua. Tetapi dengan beberapa cara, dengan beberapa unsur penyair<br />

memberikan kesan kepada pembaca sajak itu. Hari tua digambarkan sedemikian<br />

rupa sehingga menimbulkan kesan emosionil kepada kita.<br />

Pertama-tama kita lihat baris sajak atau liriknya bersambung-sambung.<br />

Tiap lirik terjadi dari dua buah fr<strong>as</strong>e, atau kelompok kata, tiap fr<strong>as</strong>e itu terdiri<br />

dari unsur yang sama yakni m<strong>as</strong>ing-m<strong>as</strong>ing dua kata, tiap-tiap mengucapkan<br />

lirik diakhiri fr<strong>as</strong>e, pertama suara kita naik dan diikuti oleh sejenak perhatian<br />

atau jeda, begitu juga fr<strong>as</strong>e kedua diakhiri oleh jeda yang lebih panjang. Perhentian<br />

itu menunjukkan bahwa pembicaraan belum selesai, harus disambung.<br />

Pembicaraan lirik berikutnya, sama halnya lirik yang pertama, sehingga<br />

menimbulkan gelombang pengucapan yang menimbulkan irama yang tertentu<br />

yang berupa pengulangan itu.<br />

Kata pada akhir fr<strong>as</strong>e pertama berirama dengan kata akhir fr<strong>as</strong>e kedua.<br />

Kata pertama dari fr<strong>as</strong>e pertama pada lirik kedua, berirama dengan kata kedua<br />

pada fr<strong>as</strong>e kedua. Lirik ketiga mengalami hal yang sama, malah semua katanya<br />

berirama. Pada lirik keempat irama itu sangat ter<strong>as</strong>a juga, karena persamaan<br />

bunyi orang dan persamaan U. Akhir lirik secara berseling berirama<br />

juga.<br />

Dengan demikian timbullah bunyi yang ter<strong>as</strong>a merdu dan menimbulkan<br />

kesan indah ditelinga. Jadi unsur musikalit<strong>as</strong> dibangun dengan cara memilih<br />

bunyi.<br />

Bagaimana tanggapan S<strong>as</strong>trawan Malaysia tentang A.H<strong>as</strong>jmy, kita perhatikan<br />

kutipan berikut yang kami ambil dari buku "Pancharan Sajak" oleh :<br />

Mahmud Ahmad, kami sajikan dengan ejaan Malaysia sendiri.<br />

"Sajak ini jel<strong>as</strong> pengertiannya, dapat difahami sekali bacha sahaja, kechuali<br />

dua-tiga patah perkataan yang agak sukar, seperti dinyatakan diat<strong>as</strong>. Seluruh<br />

sajak itu kelihatan m<strong>as</strong>ih merupakan bentuk syaer bi<strong>as</strong>a, sarangkap empat baris<br />

dan berbentuk abad setiap rangkapnya.<br />

Rangkap yang akhir membandingkan nafsu manusia dengan gelora banjir<br />

itu. Kalau budi tak dapat mengawal nafsu (hawa-nafsu), maka bin<strong>as</strong>alah hidup<br />

seperti sesuatu daerah di bin<strong>as</strong>akan oleh peristiwa banjir itu.<br />

Peristiwa-peristiwa banjir atau sesuatu kejadian yang luar bi<strong>as</strong>a selalu menjadi<br />

perhatian para penyaeï, maka lahirlah kata hatinya itu diat<strong>as</strong> kert<strong>as</strong>.<br />

Ramai sekali penyaer-penyaertelah membayangkan r<strong>as</strong>a hatinya setelah melihat<br />

peristiwa banjir.<br />

Choba bandingkan sajak Banjir A.H<strong>as</strong>jmy ini dengan cheritera Banjir gubahan<br />

Tongkat Warraut."<br />

36


Utusan Zaman, Desember 1954, lihat buku Puisi Baru Melayu 1942-1960,<br />

muka 37,cetakan tahun 1961. 4<br />

4. Buku-buku Pengetahuan Umum, Agama dan Politik<br />

Dalam kesempatan yang terbat<strong>as</strong> sekali agaknya tidak mungkin untuk meninjau<br />

satu persatu isi dari tulisan-tulisan A.H<strong>as</strong>jmy, untuk itu kita membat<strong>as</strong>inya<br />

hanya melihat dari judul-judulnya saja.<br />

Disamping karya-karya beliau dalam bidang s<strong>as</strong>tra yang telah kita tinjau<br />

selayang pandang kita akan melihat pula karya dalam bidang pengetahuan,<br />

Agama, Politik yang dapat dicatat sebagai berikut :<br />

1) . Suara azan dan lonceng Gereja (roman Agama) penerbit Syarikat Tapanuli<br />

Medan 1940 ;<br />

2) . Cinta Mendaki (roman filsafat) akan diterbitkan oleh Balai Pustaka<br />

Jakarta (menurut suratnya 1941) tetapi sebelum siap dicetak pecah<br />

perang Asia Timur Raya, dan sampai sekarang tidak diketahui bagaimana<br />

akhirnya.<br />

3) .Dibawah naungan Pokok Kemuning (Roman Sejarah Perang Aceh) penerbit<br />

Pustaka Padang. Tetapi setelah siap dicetak dibeslag oleh Politische<br />

Inlichtigen Dienst, (P.I.D.) Belanda dan pengarang sendiri beberapa kali<br />

harus berumsan dengan P.I.D. tahun 1939;<br />

4) . Dewi Fajar (Roman Politik) penerbit Aceh Syu Setyo Hodoka Kutaraja<br />

tahun 1943 ;<br />

5) .Kerajaan Saudi Arabia, diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang Jakarta<br />

tahun 1950 ;<br />

6) .Pahlawan-pahlawan Islam yang gugur, terbit tahun 1956, oleh penerbit<br />

Bulan Bintang Jakarta, dan di Singapura diterbitkan oleh Pustaka N<strong>as</strong>ional<br />

tahun 1971 ;<br />

7) . Dimana letaknya Negara Islam, penerbit Pustaka N<strong>as</strong>ional Singapura<br />

tahun 1970 ;<br />

8) . Sejarah Kebudayaan Islam, penerbit Lembaga Penerbitan/terjemahan<br />

IAIN Jamiah Arraniry tahun 1969 ;<br />

9) .Yahudi Bangsa Terkutuk, Penerbit Pustaka Faraby, Banda Aceh 1970;<br />

10) . Sejarah Hukum Islam, penerbit Majelis Ulama Banda Aceh, tahun 1970;<br />

11) . Hikayat Perang Sabil Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda, penerbit<br />

Pustaka Faraby Banda Aceh tahun 1971 ;<br />

12) . Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (terjemahan, penerbit Pustaka<br />

N<strong>as</strong>ional Singapura tahun 1972) ;<br />

4<br />

Razaly Cut Rani & Budiman Sulaiman, Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, Fa. Pustaka I'aiaby<br />

Banda Aceh, 1970, hlm 104 - 112.<br />

37


13) . Pemimpin dan akhlak, penerbit Majelis Ulama Banda Aceh, tahun 1973;<br />

14) . Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, m<strong>as</strong>ih N<strong>as</strong>kah tahun 1972 ;<br />

15) .Hikayat Pecut Muhammad dalam analisa, m<strong>as</strong>ih N<strong>as</strong>kah tahun 1972 ;<br />

16) . Publisistik dan Islam, m<strong>as</strong>ih N<strong>as</strong>kah tahun 1972.<br />

Dan m<strong>as</strong>ih ada buku beliau lain yang sedang disiapkan.<br />

Walaupun beliau sudah berusia agak lanjut (63 tahun), namun beliau<br />

m<strong>as</strong>ih punya potensi yang cukup menulis karya-karya yang bermutu.<br />

Dari buku-buku yang telah dicatat diat<strong>as</strong>, walaupun kita tidak menelaah<br />

isinya satu persatu, agaknya kita telah dapat membayangkan betapa lu<strong>as</strong><br />

pengetahuan yang dimilikinya mencakup dalam segala bidang Ilmu Pengetahuan,<br />

dan bagaimana pula cara-cara beliau mengungkap/mengup<strong>as</strong> persoalan<br />

dan pemecahannya yang dikemukakan itu dapat dilihat dari h<strong>as</strong>il karyakarya<br />

beliau.<br />

Di Makam Meureuhoom Daya<br />

Dalam rangka menyiapkan n<strong>as</strong>kahnya yang berjudul : Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah<br />

A.H<strong>as</strong>jmy berkunjung ke Lam No Jaya, didaerah mana terletak makam seorang sulthan<br />

dan pembina Aceh, yang terkenal dengan Meureuhoom Daya. Gambar diat<strong>as</strong> didepan<br />

makam Meureuhoom Daya. Duduk dari kiri kekanan : Said Suleiman, A.H<strong>as</strong>jmy dan<br />

Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

38


5. Judul buku yang telah dikarang<br />

Sampai dengan permulaan tahun 1977 A.H<strong>as</strong>jmy telah menulis buku tidak<br />

kurang dari 45 judul. Dan supaya kita tidak hilang pandangan dalam tumpukan<br />

buku-buku karya beliau, walaupun sebahagian telah disebut menurut pengelompokan<br />

yang terdiri dari Prosa, Roman, Essay, Puisi, Pengetahuan<br />

Umum, Agama dan Politik, namun demikian dibawah ini akan kami tulis<br />

kembali keseluruhannya, menurut urut tahun penulisan/penerbitan untuk memudahkan<br />

bagi para peminat yang memerlukannya :<br />

1. "Kisah seorang pengembara" (sajak) Penerbit Pustaka Islam Medan<br />

(1936).<br />

2. "Sayap Terkulai" (Roman) keluar tahun 1936.<br />

3. "Dewan Saja" (Sajak) Penerbit Central Courant Medan (1938).<br />

4. "Bermandi Cahaya Bulan" (Roman M<strong>as</strong>yarakat) penerbit Indische Drukkerij<br />

Medan (1939).<br />

5. "Melalui Jalan Raya Dunia" (Roman M<strong>as</strong>yarakat) penerbit Indische<br />

Drukkerij Medan (1940).<br />

6. "Suara Azan dan lonceng Gereja" (Roman Agama) penerbit Syarikat Tapanuli<br />

Medan (1940).<br />

7. "Cinta Mendaki" (Roman Filsafah) akan diterbitkan oleh Balai Pustaka<br />

Jakarta (menurut suratnya 1941) tetapi sebelum siap dicetak pecah perang<br />

Asia Timur Raya, dan sampai sekarang tidak diketahui bagaimana<br />

akhirnya.<br />

8. "Dibawah Naungan Pokok Kemuning" (Roman Sejarah Perang Aceh)<br />

penerbit Pustaka Padang. Tetapi akhirnya siap dicetak terus dibeslag<br />

oleh P.I.D. Belanda dan pengarang sendiri beberapa kali harus berurusan<br />

dengan P.I.D. (1939)<br />

9. "Dewi Fajar" (Roman Politik) penerbit Aceh Syu Seityo Hodoka Kutaraja<br />

(1943)<br />

10. "Puisi Islam Indonesia" (Pembah<strong>as</strong>an Kesus<strong>as</strong>teraan) Penerbit Usaha Medan<br />

Putri Bukit Tinggi (1940)<br />

11. "S<strong>as</strong>tra Arab" (kup<strong>as</strong>an Sejarah Kesus<strong>as</strong>teraan Arab dari zaman ke zaman)<br />

siap disusun akhir tahun 1948, belum diterbitkan.<br />

12. "Kerajaan Saudi Arabia" diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang Jakarta<br />

tahun 1950.<br />

13. "Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia dari zaman ke zaman (1951) belum terbit<br />

14. "Pahlawan-pahlawan Islam yang gugur" terbit tahun 1956 oleh penerbit<br />

Bulan Bintang Jakarta, dan di Singapura diterbitkan oleh Pustaka N<strong>as</strong>ional<br />

tahun 1971. Cetakan ketiga tahun 1974 oleh Bulan Bintang Jakarta.<br />

15. "Rindu Bahagia" (Kumpulan sajak dan cerpen) diterbitkan oleh Penerbit<br />

Pustaka Putro Candan Banda Aceh tahun 1963.<br />

16. "Semangat Kemerdekaan" dalam saja Indonesia Baru, Penerbit Pustaka<br />

Putro Candan Banda Aceh tahun 1963.<br />

39


Desa Teladan Kuprik<br />

Selama tinggal di Irian Jaya lebih tiga bulan, A.H<strong>as</strong>jmy selalu diundang untuk memberi<br />

dakwah kepada m<strong>as</strong>yarakat disana. Gambar at<strong>as</strong> A.H<strong>as</strong>jmy baru kembali dari Desa Teladan<br />

Kuprik yang letaknya 8 kilo meter dari Merauke, untuk membaca khuthbah Jum'at<br />

disana. Desa kuprik sangat beij<strong>as</strong>a, karena desa inilah yang banyak melindungi perajurit<br />

payung kita waktu terjun di Irian Jaya dalam rangka oper<strong>as</strong>i TRIKORA.<br />

A.H<strong>as</strong>jmy (pakai kain sarung) bersama tiga orang dokter Muslim/jurudakwah yang menemaninya,<br />

yaitu dokter gigi Iikham, dokter Santosa dan dokter Mulyono.<br />

17. "Jalan Kembali" (kumpulan sajak) penerbit Pustaka Putro Candan tahun<br />

1963<br />

18. "Dimana letaknya Negara Islam" penerbit Pustaka N<strong>as</strong>ional Singapura<br />

1970.<br />

19. "Sejarah Kebudayaan Islam" penerbit Lembaga Penerbit/Penterjemah<br />

IA1N Jami'ah Ar-Raniry, 1969<br />

20. "Yahudi Bangsa Terkutuk" penerbit Pustaka Faraby Banda Aceh 1970<br />

21. "Sejarah Hukum Islam" penerbit Majelis Ulama Banda Aceh 1970<br />

22. "Hikayat Perang Sabil Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda" penerbit<br />

Pustaka Faraby, Banda Aceh 1971.<br />

23. "Islam Dan Ilmu Pengetahuan Modern" (terjemahan) penerbit Pustaka<br />

N<strong>as</strong>ional Singapura 1972.<br />

40


24. "Pimpinan danAkhlak",penerbit Majelis Ulama Banda Aceh 1973<br />

25. "Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah", m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah 1972 (telah dijual<br />

N<strong>as</strong>kahnya kepada Pemerintah Daerah Istimewa (Aceh)<br />

26. "Raba 'i Hamzah Fansury Karya S<strong>as</strong>tra Sufi AbadXVII",penerbit Dewan<br />

Bah<strong>as</strong>a dan Pustakaan, Kuala Lumpur 1976.<br />

27. "Hikayat Pocut Muhamad Dalam Anaiisa", m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah 1972.<br />

28. "Publissistik Dan Islam", m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah 1972.<br />

29. Mulai tahun 1968 menjadi Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi Majalah<br />

Pengetahuan Kebudayaan Sinar Darussalam.<br />

30. "Dustur Dakwah menurut Al Quran", terbit tahun 1974 oleh penerbit<br />

Bulan Bintang Jakarta.<br />

31. "Sejarah Kebudayaan Islam", penerbit Bulan Bintang Jakarta 1974.<br />

32. "Cahaya Kebenaran" (terjemahan Al Quran juz Amraa dengan Bah<strong>as</strong>a<br />

Puisi.<br />

33. Sumbangan Kesus<strong>as</strong>traan Aceh dalam Pembinaan Kesus<strong>as</strong>traan Indonesia<br />

(kedua n<strong>as</strong>kah dari No. 31 dan 32 akan diterbitkan oleh penerbit Bulan<br />

Bintang Jakarta).<br />

34. "Risalah Akhlak", penerbit Bulan Bintang Jakarta 1975.<br />

35. "Iskandarmuda Meukuta Alam", penerbit Bulan Bintang Jakarta 1975.<br />

36. "Meurah Johan" (Roman Sejarah) penerbit Bulan Bintang Jakarta 1976.<br />

37. "Mengapa Ibadat Pu<strong>as</strong>a diwajibkan", penerbit Bulan Bintang Jakarta<br />

1976 (terjemahan)<br />

38. "APA SEBAB Al Quran tidak bertentangan dengan akal", penerbit Bulan<br />

Bintang Jakarta 1976 (terjemahan).<br />

39. "Tanah Merah" (Roman Pergerakan Kemerdekaan) penerbit Bulan Bintang<br />

Jakarta 1976.<br />

40. "Surat-surat dari penjara", penerbit Bulan Bintang, Jakarta 1976.<br />

41. "Langit dan penghuninya" (terjemahan) penerbit Bulan Bintang 1976<br />

42. "Peranan Agama Islam dalam perang Aceh dan perjuangan kemerdekaan<br />

Indonesia", penerbit Bulan Bmtarrg Jakarta 1977.<br />

43. "59 tahun Aceh merdeka dibawah pemerintahan Ratu", penerbit Bulan<br />

Bintang Jakarta 1977.<br />

44. "Islam agama dunia akhirat", akan diterbitkan Bulan Bintang.<br />

45. "Mengenang kembali perjuangan missi haji R.I. ke H", akan diterbitkan<br />

Bulan Bintang Jakarta.<br />

41


Tugu Pahlawan Perintis Kemerdekaan<br />

Waktu di Tanah Merah Ibukota Tanah Digul, A.H<strong>as</strong>jmy berkunjung ke Makam Pahlawan<br />

Perintis Kemerdekaan, kira-kira 4 kilo-meter diluar kota Tanah Merah. Gambar at<strong>as</strong> A.<br />

H<strong>as</strong>jmy bersama tokoh-tokoh di Tanah Merah sedang berada dekat Tugu Pahlawan Kemerdekaan.<br />

42


BAGIAN IV<br />

SEBAGAI KARYAWAN DEPARTEMEN SOSIAL<br />

1. Pembentukan Jawatan Sosial di Aceh<br />

Departemen Sosial Pusat dibentuk pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari<br />

setelah Proklam<strong>as</strong>i, terutama bertug<strong>as</strong> menanggulangi problem sosial akibat<br />

perang kemerdekaan. Dan selanjutnya secara berturut-turut dibentuklah Instansi<br />

Sosial di daerah-daerah seluruh Indonesia.<br />

Untuk Keresidenan Aceh, Jawatan Sosial dibentuk pada tanggal 1 Juli<br />

1946, dan dengan beslit Komisaris Pemerintah Pusat untuk Sumatera yang<br />

bertanggal 29 Juni 1946, No. 21/KPPSU, diangkat A.H<strong>as</strong>jmy sebagai Kepala<br />

Jawatan dan sekaligus sebagai pendiri atau orang pertama yang akan melengkapi<br />

peralatan dan pegawai-pegawai yang akan melaksanakan tug<strong>as</strong> dimaksud.<br />

Kemudian dengan beslit Gubernur Sumatera Utara N.R.I. tanggal 31 Maret<br />

1947, Nomor 262,diangkat menjadi Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh<br />

dengan pangkat Bupati.<br />

Sewaktu mula pertama kali beliau diangkat sebagai pejabat Sosial adalah<br />

satu-satunya petug<strong>as</strong> Sosial di Aceh, kemudian secara berangsur-angsur melengkapi<br />

petug<strong>as</strong>-petug<strong>as</strong> dan peralatannya baik bagi tingkat Keresidenan<br />

maupun tingkat Kabupaten.<br />

Dalam mengisi form<strong>as</strong>i pegawai, tidak ada kesulitan yang dihadapi, karena<br />

begitu beliau ditunjuk sebagai pimpinan, beliau angkatlah tokoh-tokoh<br />

m<strong>as</strong>yarakat yang tergabung dalam berbagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i dan terutama dari pimpinan<br />

Pesindo. Wakil Mark<strong>as</strong> Daerah (W.M.D.) Pesindo diangkat menjadi Kepala<br />

Kantor Sosial Kabupaten, seperti antara lain :<br />

1) .T.Sjamaun Lathief untuk Kabupaten Aceh Utara ;<br />

2) .Haji Burhan Jamil untuk Kabupaten Aceh Timur ;<br />

3) .Putih Mauny untuk Kabupaten Pidie ;<br />

4) . Ahmad Binuali untuk Kabupaten Aceh Selatan ;<br />

5) .Jahja H<strong>as</strong>yimy untuk Kabupaten Aceh Besar ;<br />

6) .Haji Baharuddin untuk Kabupaten Aceh Barat ;<br />

Demikian juga staf pada tingkat Keresidenan pada umumnya diambil dari<br />

orang-orang Pesindo, seperti antara lainTuankuH<strong>as</strong>jim disamping selaku sekretaris<br />

Pesindo ditunjuk menjabat Kepala Bagian Umum Jawatan Sosial,<br />

43


Oesman Ibrahim diangkat sebagai Pengaw<strong>as</strong> Kem<strong>as</strong>yarakatan dan lain-lain,<br />

sehingga pada waktu itu sukar untuk membedakan antara pegawai Sosial<br />

dengan pengurus Pesindo, apalagi kantornyapun satu atau bergabung, sebahagian<br />

Kantor Pesindo dipakai untuk Kantor Sosial, sehingga orang mengidentikkan<br />

Pesindo dengan instansi Sosial<br />

Kegiatan Sosial yang sangat menonjol ialah selama agressi Belanda ke II<br />

(tahun 1948) dalam menyelenggarakan penampungan pengungsi dari seluruh<br />

penjuru Tanah Air dan terutama dari Sumatera Timur dan Tapanuli, diperkirakan<br />

pengungsi yang mengalir ke Aceh mencapai jumlah lebih 100.000<br />

orang diseluruh Keresidenan Aceh.<br />

Keresidenan Aceh pada waktu itu term<strong>as</strong>uk di Daerah Propinsi Sumatera<br />

di Medan. Pada waktu Kota Medan diduduki Tentara Belanda, jawatan<br />

Sosial Propinsi Sumatera Utara tidak teratur lagi, maka untuk penertiban<br />

kembali Jawatan Sosial tersebut diangkatlah A.H<strong>as</strong>ymy selaku wakil Kepala<br />

Jawatan Sosial Propinsi Sumatera Utara dengan beslit Gubernur Sumatera<br />

tanggal 12 Januari 1949, Nomor : 20/050/49, berkedudukan di Kutaraja<br />

dengan merangkap Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh.<br />

Kemudian dari pada itu dibentuklah Propinsi Aceh yang pertama berkedudukan<br />

di Kutaraja dan A.H<strong>as</strong>ymy ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Sosial<br />

terhitung mulai tanggal 1 Januari 1949 dengan beslit Menteri Sosial tanggal<br />

16 Oktober 1949.<br />

Propinsi Aceh pertama tidak panjang usia (1-1-1949 s/d 31-12-1949)<br />

dibubarkan dan dim<strong>as</strong>ukkan daerah Propinsi Sumatera Utara Medan, maka<br />

dipindah beberapa orang pegawai Sosial Aceh untuk memperkuat Propinsi<br />

Sumatera Utara dibawah Pimpinan A.H<strong>as</strong>ymy. Sedangkan Aceh pada waktu<br />

itu kedudukan Pemerintahan sebagai Koerdinator.<br />

Pegawai Sosial yang pindah ke Medan terdiri dariTuanku H<strong>as</strong>jim, Oesman<br />

Ibrahim, Mohamad Dahlan, M.O.Cimaneta, Baharuddin, H.A.Ghazaly (penulis),<br />

Abdussalam dan Abd. Hamid Dj<strong>as</strong>.<br />

2. Jawatan Sosial Sumatera Utara di Medan<br />

Pada mulanya beliau menjabat sebagai Wakil Kepala Jawatan Sosial Sumatera<br />

Utara di Medan, kemudian dalam rangka persiapan serah terima Kepala<br />

Jawatan Sosial Sumatera Utara dari Baginda Nator<strong>as</strong> kepada A.H<strong>as</strong>ymy terjadilah<br />

pemberontakan Tengku Muhammad Daoed Beureueh di Aceh (tahun<br />

1953). Beliau ditangkap dan ditahan dalam Penjara Sukamulia, disamping<br />

Kantor Sosial Sumatera Utara. Setelah diadakan pemeriksaan dan tidak ada<br />

bukti at<strong>as</strong> kesalahannya, beliau dibeb<strong>as</strong>kan at<strong>as</strong> perintah Jaksa Agung dan<br />

pindah ke Jakarta.<br />

44


3. Pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial<br />

Setelah dibeb<strong>as</strong>kan dari tahanan di Medan A.H<strong>as</strong>ymy dengan beslit Menteri<br />

Sosial tanggal 16 Mei 1954, Nomor : Pu. 9-20/1393, dipindahkan ke Jawatan<br />

Bimbingan dan Perbaikan Sosial di Jakarta terhitung mulai tanggal<br />

24—4—1954, struktur <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i Departemen Sosial pada waktu ini disamping<br />

Departemen Pusat juga diadakan Jawatan-jawatan Pusat, sebagai unsur pelaksanaan<br />

tug<strong>as</strong>-tug<strong>as</strong> Departemen Sosial.<br />

Kemudian dengan beslit oleh pejabat yang sama ditunjuk menjadi Kepala<br />

Bagian Umum Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial terhitung mulai tanggal<br />

1-1-1955.<br />

Beliau bertug<strong>as</strong> dijawatan tersebut hanya 2 tahun dan kemudian diperbantukan<br />

pada Kementerian Dalam Negeri sebagai Gubernur Propinsi Aceh.<br />

Dan dengan beslit Presiden R.I. tanggal 19 Januari 1957, Nomor : 15/M<br />

tahun 1957, mulai tanggal 1 — 1 — 1957, beliau diangkat menjadi Gubernur<br />

Kepala Daerah Istimewa Aceh dan diperhentikan dengan hormat sebagai<br />

Pegawai Kementerian Sosial.<br />

Resepsi perkawinan Surya<br />

Gambar A.H<strong>as</strong>jmy dan Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy dalam malam resepsi perkawinan<br />

anaknya A.H.Surya di Medan.<br />

45


4. Kegiatan-kegiatan lain-lain<br />

Disamping sebagai pegawai Kementerian Sosial A.H<strong>as</strong>ymy, juga aktif dalam<br />

<strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i m<strong>as</strong>sa dan partai politik.<br />

a. Dalam Organis<strong>as</strong>i M<strong>as</strong>sa antara lain :<br />

1. Januari 1947, terpilih menjadi Ketua Umum Pucuk Pimpinan Serperi<br />

(Serikat Pegawai Republik Indonesia) yang berpusat di Kutaraja.<br />

2. Tahun 1959, terpilih menjadi Wakil Ketua Umum Pimpinan Pemuda<br />

Aceh (Gabungan Gerakan Pemuda).<br />

b. Dalam Badan-badan Pemerintah/Semi Pemerintah :<br />

1) . Anggota Badan Pekerja Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, 6 Juni 1945<br />

s/d 30 Desember 1948, dengan ketetapan Residen Aceh N.R.l/Ketua<br />

Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, tanggal 17 Oktober 1947, Nomor :<br />

1147/N.R.I.<br />

2) .Anggota Dewan yang mengatur Kepolisian Keresidenan Aceh dengan<br />

ketetapan Residen Aceh, tanggal 31 Mei 1946, Nomor : 404/N.R.I.<br />

3) .Anggota Dewan Kabupaten Aceh Besar mulai 7 Oktober 1947 sampai<br />

46<br />

1 Juni 1949 dengan Ketetapan Residen Aceh tanggal 7 Oktober 1947,<br />

Nomor : 94/N.R.I.<br />

4) . Anggota Dewan Pertahanan Daerah Aceh<br />

5) .Anggota Staf Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo mulai<br />

10 September 1947, sampai 14 April 1949, dengan Ketetapan Gubernur<br />

Militer tanggal 21 September 1947, Nomor : 13/G.M/T. Gubernur<br />

Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo, dijabat oleh Tengku Mohd.<br />

Daoed Beureueh sedangkan anggota staf terdiri dari :<br />

1. Tengku Husin Al Mujahid, dengan pangkat Jenderal Mayor tit.<br />

2. A.H<strong>as</strong>ymy dengan pangkat Mayor tit.<br />

3. Nyak Neh dengan pangkat Mayor tit<br />

4. H<strong>as</strong>an Ali dengan pangkat Mayor tit<br />

5. Said Abubakar dengan pangkat Mayor tit<br />

6) .Jadi Pengaw<strong>as</strong> Majelis Penimbang Harta Pengkhianat Daerah Aceh dengan<br />

beslit Residen Aceh Kutaraja, 27 Januari 1948, Nomor : 92/N.R.I.<br />

7) .Anggota Badan Pengaw<strong>as</strong> Economi, mulai 31 Mei 1949, sampai<br />

14- -1949, dengan Ketetapan Komisaris Pemerintah Pusat untuk<br />

Sumatera Utara tanggal 9 Juli 1949, Nomor : 34/K.P.P.P.S.B.<br />

8) .Anggota Komite N<strong>as</strong>ional Indonesia Pusat dengan Ketetapan Presiden<br />

Republik Indoneisia Nomor : 21/tahun 1946.<br />

9) .Diangkat menjadi anggota Misi Haji Republik Indonesia ke II, dengan<br />

beslit Menteri Agama R.I. Nomor : 7/A/K-2 tanggal Yogyakarta 19<br />

September 1949 dan menjalankan tug<strong>as</strong> Negara R.I. di Negara-negara<br />

Arab, Saudi Arabia dan Mesir dari bulan Oktober sampai Desember<br />

1949. Misi Haji ke Ildiketuai oleh Syeh Abdulhamid,sedangkan anggota<br />

: (1) Prof. Abd.Kahar Muzakkir, (2) Mohd. Nur, (3) A.H<strong>as</strong>jmy,


Menunggang Onta<br />

Dikaki Ahram (Pyramid) A.H<strong>as</strong>jmy sedang menunggang Onta, sewaktu dalam<br />

tahun 1949 dia ke Mesii sebagai anggota Missi Haji R.I. ke II.<br />

(4) R.A.Syamsir, (5) Awab Syabul. Adapun tug<strong>as</strong> pokok Misi tersebut:<br />

- Mengeratkan hubungan dengan negara-negera Arab/dan negara-negara<br />

Islam<br />

- Menjel<strong>as</strong>kan Politik Pemerintah R.I. terutama persetujuan Rum-<br />

Royen, kepada Negara Islam dan Muslimin Indonesia (Jemaah Haji)<br />

- Melebih populerkan keadaan Tanah Air dan Bangsa Indonesia kedunia<br />

Islam umumnya.<br />

Tug<strong>as</strong> Duta tersebut merangkap Panitia Penyelenggaraan Jemaah Haji<br />

ditanda tangani oleh Sekjen Departemen Agama at<strong>as</strong> nama Menteri Mr.<br />

Sunaryo. Dalam rangka tug<strong>as</strong> yang dimaksud beliau telah melaksanakan<br />

Rukun Islam yang kelima, dan seyogianya beliau berhak memakai gelar<br />

Haji didepan namanya seperti yang umum berlaku di Tanah Air kita.<br />

10). Dalam tahun 1947-1948, dan tahun 1950-1951, menjadi Pimpinan<br />

Kursus mengarang di Kutaraja dan ikut memberikan pelajaran-pelajaran<br />

Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, Ilmu Karang Mengarang dan Tata Bah<strong>as</strong>a<br />

Indonesia.<br />

47


48<br />

ti-s 1<br />

,P cd cd<br />

T3 &0 jd<br />

s •=! !2 "<br />

<strong>as</strong>. f<br />

.3 *g |?<br />

CO M S >3<br />

i -3 7<br />

CD d h<br />

ÜD C -« C3<br />

CD cd 3 .O<br />

5 5<br />

C°Q £<br />

3<br />

E °.<br />

^ . (fl J<br />

*5 ÖO cd « M<br />

S j c 3 Hl<br />

« C 1-1<br />

33 .3.<br />

W cd ^ cd<br />

« S c -2 •<br />

^ E « o <br />

•* >S cd —<br />

0\ wi T3 >H<br />

—i cd . «<br />

OH e cd • ^_<br />

B 5 M oJ o<br />

c S S c "5"<br />

3 CL & cd o<br />

S e E i n<br />

CD O cd 3 S


Didepan Kantor Mahkamah Syariyah<br />

Setelah bertukar pikiran selama satu jam dengan Ketua MahkamahSyar'iyah Mesii, maka<br />

Missi Haji R.I. ke II bergambar didepan kantor mahkamah. Dari kiri kekanan : Prof. A.<br />

Kahar Muzakkir, Awab Syahbal, Haji Syamsir, A. H<strong>as</strong>jmy, Fuad (pegawai Kedutaan R.I)<br />

dan Syekh Abdulhamid (Ketua Missi).<br />

11). Diangkat menjadi Ketua Komisi Redaksi buat menyusun buku Pembangunan<br />

Aceh 5 tahun (beslit Gubernur Aceh No. : 52/5/G.A/1950,<br />

tanggal Kutaraja 21 Desember 1950).<br />

Selama berada di Jakarta, selain menjabat selaku Kepala Bagian Umum<br />

pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial Departemen Sosial, juga beliau<br />

aktif dalam PSII. Kedudukan beliau dalam kepengurusan PSII Pusat<br />

(LTPSII) sebagai berikut :<br />

- Maret 1954 sampai Pebruari 1955, menjabat Sekretaris Majlis Departemen<br />

Sosial PSII di Jakarta.<br />

- Maret 1955 dalam Kongres PSII terpilih jadi Ketua Majlis Departemen<br />

Sosial PSII.<br />

- April 1956 dalam Kongres Luar bi<strong>as</strong>a PSII di Surabaya terpilih kembali<br />

sebagai Ketua Majlis Departemen Sosial pada Pucuk Pimpinan PSII.<br />

49


- Dalam bulan Agustus 1959, menyatakan keluar dari keanggotaan PSII,<br />

sesuai dengan Keputusan Pemerintah yang melarang Pegawai Negeri Golongan<br />

F menjadi anggota partai.<br />

Selama beliau duduk dalam kepengurusan PSII telah menarik beberapa<br />

orang Putra Aceh untuk duduk dalam pengurus PSII, seperti Tengku Syecli<br />

Marhaban, M.A. Daoed, Umar Husny (almarhum), H.A.Ghazaly (penulis).<br />

Dengan demikian suara atau keinginan-keinginan Rakyat Aceh dapat<br />

diperdengarkan dan disampaikan kepada Pemerintah Pusat lewat PSII.<br />

50<br />

Bersama Pemimpin Besar Palestina<br />

Missi Haji RJ. ke II berkunjung kerumah Pemimpin Besar<br />

Palestina, Al Husainy, di Kairo untuk membicarakan m<strong>as</strong>alah<br />

perjuangan Ummat Islam untuk membeb<strong>as</strong>kan Palestina.<br />

Gambar at<strong>as</strong> Al Husainy sedang memperlihatkan kepada Missi<br />

Haji peta pertempuian di Palestina. Dari kiri kekanan : Mufti<br />

Besar Palestina Amin Al Husainy, Syekh Aldulhamid, Muhammad<br />

Nur Ibrahimy dan A.H<strong>as</strong>jmy (berdiri).


Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pucuk pimpinan PSII telah<br />

banyak berbuat dalam rangka mengusahakan kemajuan untuk Daerah Aceh,<br />

dan telah berjuang pula secara sungguh-sungguh untuk mengembalikan Propinsi<br />

Aceh yang telah hilang. Berkat perjuangan Rakyat Aceh yang gigih<br />

dengan dibantu oleh PSII, akhirnya Pemerintah Pusat memberikan kembali<br />

Propinsi Aceh. Dan sekaligus PSII telah berjuang untuk mendudukan A.<br />

H<strong>as</strong>jmy sebagai Gubernur Aceh yang pertama dalam Propinsi Aceh kedua.<br />

Demikian karier A.H<strong>as</strong>ymy menanjak terus mulai dari Pesindo Aceh,<br />

Departemen Sosial PSII, sampai diangkat jadi Gubernur Aceh.<br />

Walaupun A.H<strong>as</strong>ymy diangkat jadi Gubernur at<strong>as</strong> usaha dan perjuangan<br />

dari PSII, namun beliau secara teg<strong>as</strong> menyatakan dan diiringi dengan perbuatan,<br />

bahwa beliau bukanlah Gubernur PSII. Maksudnya beliau membina<br />

Propinsi Aceh tidak berd<strong>as</strong>arkan spoil sistim, tetapi benar-benar did<strong>as</strong>arkan<br />

pada karier sistem dalam penempatan dan pengangkatan Pegawai-pegawai<br />

untuk Propinsi yang baru dibentuk itu.<br />

Dikaki Patung Sa'ad Zaghlul P<strong>as</strong>ya<br />

Dalam perkunjungan Missi Haji R.I. ke II kekota Iskandariyah,<br />

antara lain sempat bergambar dikaki patung Sa'ad Zaghlul<br />

P<strong>as</strong>ya, seorang pemimpin kemerdekaan Mesir yang sangat<br />

terkenal. Dari kiri kekanan : Syekh Awab Syahbal, Syekh<br />

Abdulhamid, Haji Syamsir, A.H<strong>as</strong>jmy dan M<strong>as</strong>tur (pegawai<br />

kedutaan R.I., sekarang menjadi Rektor IAIN"Ant<strong>as</strong>ari"<br />

Banjarm<strong>as</strong>in).<br />

51


52<br />

- • g e i -g<br />

P-i cd r- ' • O<br />

z | -S -g 3<br />

E<br />

1 < ^ I<br />

—j «i i3 ra ^ ca 'E .a &<br />

O ^ c<br />

5<br />

° « 5 -S -3<br />

•n J4 c 3 °<br />

d> 2 Ó<br />

c ^ *° . S<br />

CS U „ „j- J3 a?<br />

'E<br />

o<br />

+-»<br />

X cd 0} cd<br />

x u c < •<br />

o < o <<br />

-p P- Ü<br />

•n o o « s "<br />

M<br />

< C O 3 n<br />

2 3 °- * c 5<br />

S E -3 2 cd g<br />

85<br />

s S •§<br />

'H •§ 5 » o<br />

S o % „•<br />

c ^2 S 2 13<br />

2 « 'S « 2 c<br />

•s Ï i | p &<br />

2 ^ M 2 ^<br />

2 — S E °<br />

* s a ^ = *<br />

E g> ~ M<br />

< 2 ° 3<br />

cd<br />

3<br />

c cd 2 "° Ö<br />

cd<br />

^<br />

cd<br />

cd *J<br />

C<br />

cd 2<br />

| & § u 8<br />

S O cd 5 «<br />

O. cd<br />

_ 3 S S<br />

•S 3 ~ 'O<br />

^3 C/3 ,-.<br />

3<br />

,_<br />

.<br />

3<br />

cd<br />

ra<br />

-3 ^<br />

£ • « 'jf S S,<br />

o £ S c « •


1. Gubernur Aceh Pertama<br />

BAGIAN V<br />

PROPINSI ACEH KEDUA<br />

Propinsi Aceh kedua dibentuk pada tanggal 1 Januari 1957, dengan PP<br />

Pengganti Undang-undang No. 24 tahun 1957, dan A.H<strong>as</strong>jmy dengan beslit<br />

Presiden R.I. tanggal 19 Januari 1957, No. 15/M tahun 1957, diangkat sebagai<br />

Kepala Daerah Istimewa Aceh, dengan tug<strong>as</strong> pokok antara lain :<br />

a. Penyusunan Pemerintahan Daerah<br />

b. Pemulihan Keamanan<br />

Suatu tug<strong>as</strong> yang kedengaran sangat sederhana, tetapi adalah bukan suatu<br />

pekerjaan yang ringan. A.H<strong>as</strong>jmy menerima jabatan tersebut dengan penuh<br />

iktikat baik, berani dan sungguh-sungguh. Betapa jiwa besar yang terkandung<br />

dalam sanubarinya dapat didengar dari pidato pelantikan, sewaktu diangkat<br />

menjadi Kepala Daerah pada tanggal 27 Januari 1957, sebagai berikut :<br />

1) . Allah akan melindungi dan memberi petunjuk kepada hambanya yang<br />

bercita-cita baik, sedangkan saya menerima jabatan ini adalah suatu<br />

niat yang baik<br />

2) . Bahwa segenap lapisan Rakyat dan M<strong>as</strong>yarakat Aceh akan membantu<br />

saya dalam melaksanakan tug<strong>as</strong> yang berat ini.<br />

3) . Pemerintah Pusat tidak akan membiarkan saya dalam kesulitan, tetapi<br />

tetap membantu dalam menghadapi persoalan yang berat.<br />

Maka at<strong>as</strong> timbangan inilah saya berani jadi Gubernur Aceh dan at<strong>as</strong> kenyataan<br />

itu saya mulai tua<strong>as</strong>. 5<br />

Kemudian dari pada itu jabatan Gubernur Aceh dikukuhkan dengan diangkat<br />

menjadi Kepala Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Aceh dengan gelar<br />

Gubernur mulai tanggal 1 Januari 1960, t/n. Ultimo Maret 1960, dan seterusnya,<br />

dengan beslit Presiden R.I. tanggal 24 Desember 1959, No. 469/M. tahun<br />

1959.<br />

Mari kita dengar pula apa isi pidato pelantikan Gubernur Kepala Daerah<br />

Tingkat I Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 3 Pebruari 1960, antara lain<br />

sebagai berikut :<br />

5<br />

A.H<strong>as</strong>jmy, Dari Darul Harb ke Darussalam, Perpustakaan A.H<strong>as</strong>jmy, Jilid I.<br />

53


54<br />

'üü j£ ra i „r ra<br />

Ö 3 C S g T3<br />

+_> +J ra x 1—3<br />

g § E<br />

g<br />

J=<br />

.5 o M —<br />

J3 < '71 g><br />

E c<br />

« _2<br />

cd CD r- Cd 3 en<br />

s ^ .5 >,<br />

£ op "3 a<br />

c c c cu<br />

^<br />

*<br />

A<br />

-<br />

_<br />

cd 3 ?X cj CD c<br />

a 3 o a .„o<br />

S O 'E ~> C O cd 00<br />

3 ^ ccf 5 O. C<br />

>-> C i c "=? O s<br />

cd g **; cd cd ^> P-<br />

'C 13<br />

'« j e 5i . •<br />

1 -3 g a 2 f-31 s<br />

g<br />

5<br />

«<br />

§ £ j j ^ § > > £<br />

3 «a E g = 3 ï<br />

" .E 'E o J ^ 2 3<br />

« E t - C a o K<br />

<<br />

CU<br />

Cu<br />

«3 =d c g -Eb S ca . O<br />

CO c S S « 2 c >? a<br />

a (u B * ca a p 3<br />

"2 'C oo c « ^ -j? o<br />

» a _


"Apabila saya menerima amanah ini setelah menyadari akan beratnya tanggung<br />

jawab adalah dengan keyakinan :<br />

1) . Allah akan membimbing hambanya yang berniat baik ;<br />

2) .Rakyat akan membantu segala yang benar ;<br />

3) .Pemerintah Pusat akan memperlindungi petug<strong>as</strong> yang jujur.<br />

Tiga syarat inilah saya menerima arti dan tanggung jawab Pemerintah Daerah.<br />

Selanjutnya beliau teg<strong>as</strong>kan, niat yang baik adalah jiwa segala usaha,<br />

kebenaran adalah pegangan Islam dan kejujuran adalah senjata melanjutkan<br />

tug<strong>as</strong>". 6<br />

At<strong>as</strong> land<strong>as</strong>an penilaian inilah beliau melaksanakan tug<strong>as</strong> Gubernur Kepala<br />

Daerah Istimewa Aceh.<br />

aa). Penyusunan Pemerintah Daerah<br />

Penyusunan suatu Pemerintah adalah bersifat tug<strong>as</strong> routine, namun karena<br />

kondisi dan situ<strong>as</strong>i yang kurang menguntungkan, tug<strong>as</strong> routine tersebut menjadi<br />

berat pula.<br />

Demikianlah A.H<strong>as</strong>jmy harus memulai penyusunan aparatur Pemerintahan<br />

Daerah, dari tidak ada apa-apa, oleh karena Aceh sebelumnya menjadi bagian<br />

dari Propinsi Sumatera Utara yangberpusat di Medan.<br />

Sungguh suatu pekerjaan yang sangat berat apalagi Aceh pada waktu itu<br />

sedang benar-benar hancur sebagai akibat pemberontakan yang telah berlangsung<br />

sejak tahun 1953.<br />

Akhirnya dengan kemauan yang ker<strong>as</strong> dan r<strong>as</strong>a tanggung jawab yang besar,<br />

serta bantuan dari segenap pihak, dapat juga disusun suatu Pemerintahan<br />

Daerah dengan segala alat perlengkapannya dalam waktu yang tidak begitu<br />

lama.<br />

bb). Pemulihan Keamanan<br />

Pemulihan keamanan harus diusahakan dengan secepat-cepatnya, untuk<br />

menyelamatkan Daerah Aceh dari kehancuran total. Itu adalah suatu usaha<br />

yang amat sulit dan berat, karena pemberontakan DI/TII itu sudah demikian<br />

melu<strong>as</strong>. Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy bersama-sama dengan Panglima Kodam I lskandar<br />

Muda (waktu itu Sdr. Kol.Syammaun Gaharu) berusaha meletakkan d<strong>as</strong>ar<br />

dibidang pemulihan keamanan. Yaitu disamping melakukan oper<strong>as</strong>i militer,<br />

perlu diadakan oper<strong>as</strong>i dibidang yang lain umpamanya oper<strong>as</strong>i dibidang pembangunan<br />

pada umumnya dan bidang mental pada khususnya. Dnkuti dengan<br />

lahirnya suatu idea bahwa penyelesaian keamanan di Daerah Istimewa Aceh<br />

akan ditempuh dengan jalan kebijaksanaan yang prinsipil dan bijaksana yang<br />

dijalankan oleh Pengu<strong>as</strong>a Perang dalam pemulihan keamanan Berd<strong>as</strong>arkan<br />

pada prinsip itulah diadakan kontak dengan pihak pemberontak secara kon-<br />

6<br />

Ibid.<br />

55


56<br />

3> 5<br />

g c<br />

X» CD<br />

cd ,o<br />

co 3<br />

« = |<br />

« "3 1/3<br />

CD <br />

Cu 3 DD<br />

'7? cct<br />

CD 3 00<br />

£ § 2<br />

5 S S<br />

C 3 00<br />

M J c<br />

.m ca<br />

3 .3 >><br />

•i ~ co<br />

JS . 2 3<br />

3 ? 3 «<br />

.5, 'f^S 1<br />

1 o<br />

cd T3<br />

io ^ ra<br />

^ M O<br />

_ ra<br />

^ ra<br />

3


tinue, sehingga akhirnya pada tanggal 8 April 1957, diadakan pembicaraan<br />

dengan pimpinan DI/TII disuatu tempat diluar kota Banda Aceh yang bernama<br />

Lamteh, yang mengh<strong>as</strong>ilkan ikrar yang terkenal dengan "IKRAR LAM-<br />

TEH", yang merupakan d<strong>as</strong>ar selanjutnya dalam pemulihan keamanan di<br />

Aceh.<br />

Hal mana segera dilaporkan kepada Pemerintah Pusat tentang kemajuan<br />

yang telah dicapai dalam d<strong>as</strong>ar permulaan dalam pemulihan keamanan. Dalam<br />

rangka inilah Pemerintah Pusat mengirim sebuah Missi ke Aceh dibawah Pimpinan<br />

Mr Hardy atau lebih terkenal dengan Missi Hardy.<br />

Missi Hardy 3 hari berada di Aceh, setelah dua hari mengadakan pembicaraan<br />

dengan pihak Pimpinan DI/TII belum lagi diperoleh kata sepakat, karena<br />

pihak DI/TII menuntut dengan ker<strong>as</strong> agar Aceh dapat diberikan status<br />

Negara Bagian Islam dari N.R.I.<br />

Besoknya Missi Hardy telah mengambil sikap akan kembali ke Jakarta<br />

tanpa membawa h<strong>as</strong>il yang diharapkan, dan pada malam terakhir itulah<br />

AH<strong>as</strong>jrrry mengutuskan Bupati Zaini Bakry untuk mengadakan pembicaraan<br />

terakhir dengan pihak pemberontak. Pada malam yang sangat prihatin<br />

itu A.H<strong>as</strong>jmy semalam suntuk beristikharah dan berdo'a, semoga Allah<br />

memberi petunjuk/jalan yang lempang dalam pemulihan keamanan di Aceh.<br />

Allah telah menyelamatkan Aceh dari kehancuran yang terus menerus, dan<br />

pada jam 4 pagi diterima telpon dari Bupati Zaini Bakry bahwa telah diperoleh<br />

persepakatan dengan pihak pemberontak. A.H<strong>as</strong>jmy mengadakan Sembahyang<br />

tanda bersyukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala.<br />

D<strong>as</strong>ar yang disepakati pada malam yang amat prihatin itu adalah :<br />

- bahwa kepada pemberontak akan diberi pengampunan umum, dan<br />

kepada bek<strong>as</strong> Anggota TNI yang ikut pemberontak akan dikembalikan<br />

pada fungsi semula ;<br />

- kepada Daerah Istimewa Aceh akan diberikan hak-hak Istimewa dalam<br />

bidang adat istiadat, pendidikan dan Agama.<br />

Dengan demikian keamanan lahir diperoleh, sedangkan keamanan bathin<br />

m<strong>as</strong>ih perlu diusahakan. Dalam ringk<strong>as</strong>an tersebut lahirlah gag<strong>as</strong>an yang dicetuskan<br />

oleh Pengu<strong>as</strong>a Perang untuk Daerah Istimewa Aceh yang disalurkan<br />

melalui Pemerintah Daerah untuk Daerah Istimewa Aceh, tentang pelaksanaan<br />

unsur-unsur Syari'at Islam bagi pemeluknya didalam Daerah Istimewa<br />

Aceh disatu pihak, sedangkan dilain pihak direncanakan mengadakan musyawarah<br />

kerukunan Rakyat Aceh dalam-waktu yang dekat.<br />

Dengan demikian bolehlah dikatakan bahwa pemulihan keamanan di Aceh<br />

tercapai secara menyeluruh, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1961, Gubernur<br />

A.H<strong>as</strong>jmy dalam pidatonya menyatakan bahwa Aceh dari Darul Harb<br />

menjadi Darussalam (dari daerah perang menjadi daerah aman).<br />

57


58<br />

£<br />

3<br />

E<br />

3<br />

KJ<br />

3<br />

co<br />

Öfl<br />

3<br />

cu<br />

•O<br />

3 ,<br />

CO<br />

s<br />

-S 3<br />

&<br />

03 .§, S<br />

Q 3 -°<br />

00<br />

• 3<br />

CO<br />

i 73<br />

3. 3o<br />

3 >.<br />

CU E<br />

•° '5?<br />

E «<br />

O CC<br />

3 -S <<br />

co .3<br />

00 E 3<br />

C cu 3<br />

co g 3<br />

1 3 l<br />

a


2. Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh<br />

Guna menggalang perdamaian diantara sesama Putra-putri Aceh at<strong>as</strong> d<strong>as</strong>ar<br />

ukhuwwah Islamiyah diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh<br />

(M.K.R.A.), yang kemudian melahirkan Program Blang Padang pada tanggal<br />

21 Desember 1962. Dalam melaksanakan MK.R.A tersebut dibentuk sebuah<br />

panitya yang terdiri dari Ketua Umum M.Y<strong>as</strong>in, Kol. Infantri N.R.P. 10023<br />

selaku Pangdam I/Iskandar Muda, Ketua 1 dijabat oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy,<br />

Ketua II adalah Nyak Adam Kamil (Letkol, sekarang Brigjen) dan dilengkapi<br />

oleh Seksi-seksi.<br />

Panitya Penyelenggara meletakkan d<strong>as</strong>ar-d<strong>as</strong>ar dalam M.K.R.A. sebagai<br />

berikut :<br />

1).Politik dan Materil :<br />

- sesuai dengan nama kerukunan M.K.R.A. tidak membicarakan tentang<br />

Pemerintah;<br />

- musyawarah tidak berdiri sebagai juru damai, tetapi berusaha secara<br />

bersama-sama untuk melakukan dan membicarakan hari depan bagi<br />

Rakyat Aceh.<br />

- Ditinjau dari kerukunan N<strong>as</strong>ional, kekayaan Alam yang dimiliki oleh<br />

Aceh dengan manpower yang amat kurang, guna untuk melaksanakan<br />

pembangunan yang amat lu<strong>as</strong> dan besar itu, agar terbuka kesempatan<br />

atau untuk mengandalkan unsur-unsur yang wajar.<br />

Musyawarah juga membicarakan Kesejahteraan Sosial, penderitaan rakyat,<br />

anak yatim piatu,janda dan penderita cacat lainnya sebagai akibat pemberontakan<br />

dan akibat lain yang menyebabkan Aceh mundur dalam segala bidang.<br />

3. Pembangunan Kota pelajar/mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />

Disamping usaha penyusunan Pemerintahan Daerah yang mampu dan berwibawa<br />

serta pemulihan keamanan Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy melihat pula pembangunan<br />

dalam bidang pendidikan karena Aceh sudah sangat ketinggalan<br />

dalam bidang tersebut, sebab sengaja dicecerkan oleh Pemerintah kolonialis<br />

Belanda.<br />

Untuk itu Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy menyusun suatu rencana yang konkrit<br />

yang kemudian lahir dalam bentuk "Konsepsi Pendidikan Darussalam" dengan<br />

tujuan melahirkan manusia Panc<strong>as</strong>ila yangberjiwa benar, berpengetahuan<br />

lu<strong>as</strong> dan berbudi luhur. Untuk mencapai tujuan ini maka perlu didirikan<br />

pusat pendidikan pada :<br />

a. Tiap-tiap ibukota Kecamatan yang dinamakan Taman Pelajar yang terkumpul<br />

didalamnya Sekolah D<strong>as</strong>ar, Sekolah Menengah Pertama (juga At<strong>as</strong>),<br />

<strong>as</strong>rama pelajar dan lain-lain.<br />

39


60<br />

fff öl) .A<br />

C C T3<br />

cd cd<br />

T3 B bit<br />

0 cd C<br />

00 cd<br />

1 5 s<br />

2 I<br />

e " c<br />

| S -3<br />

cd M<br />

c cu e<br />

E 3<br />

l c<br />

«l<br />

>> 5 J3<br />

I S-B *<br />

g<br />

=3 c 5B S<br />

IH ±> CD<br />

£ •§ M<br />

< "<br />

- O cd e<br />

o3 - 5 cd T3<br />

b w j= >; 2<br />

o. 1 a -a<br />

C '5? ,c<br />

3 cd cd<br />

cd


. Tiap-tiap ibukota Kabupaten yang dinamakan Perkampungan Pelajar yang<br />

terkumpul didalamnya Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah<br />

At<strong>as</strong>, rumah Guru, <strong>as</strong>rama Pelajar dan lain-lain.<br />

c. Di ibukota Daerah Istimewa Aceh, yang dinamakan Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa<br />

Darussalam yang terkumpul didalamnya Sekolah Menengah At<strong>as</strong> dan<br />

berbagai Lembaga Pendidikan Tinggi.<br />

Politik pembangunan Darussalam di d<strong>as</strong>arkan pada kekuatan rakyat dan<br />

ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Baik tujuannya maupun politik pembangunan<br />

hendaklah merupakan satu kesatuan konsep integr<strong>as</strong>i yang berisi<br />

kepadatan kepada volume dalam jangka pendek dan jangka panjang lewat :<br />

— Komisi Pencipta sebagai Badan pemikir, inspir<strong>as</strong>i dan pencipta.<br />

— Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh sebagai Badan pelaksana.<br />

— Kekuatan rakyat sebagai modal pembangunan raks<strong>as</strong>a.<br />

Bahan-bahan inspir<strong>as</strong>i dalam bentuk tunggal yang mengkonkritkan dalam<br />

policy pembangunan pendidikan itu lebih positip setelah diilhami lagi oleh<br />

"Ikrar Lamteh" sebagai langkah kemajuan pemulihan keamanan dengan berlangsungnya<br />

konsepsi "Prinsipil Bijaksana" yang berland<strong>as</strong>kan at<strong>as</strong>: pemulihan<br />

keamanan, kemajuan agama, pembangunan, yang kemudian disimpulkan<br />

dalam program bersama Pengu<strong>as</strong>a Perang dan Pemerintah Daerah, dengan nama<br />

"Tri Karya Bakti" yaitu :<br />

— Pemulihan keamanan<br />

— Otonomi yang lu<strong>as</strong><br />

— Pembangunan<br />

Land<strong>as</strong>an lembaga Pendidikan Tinggi Darussalam di susun teguh sebagai<br />

berikut :<br />

1) . Universit<strong>as</strong> Syiahkuala sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi bersifat<br />

Umum.<br />

2) . Jamiah Arraniri sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Agama<br />

3) . Pesantren Tinggi Diniyah Tengku Syekh Pante Kulu sebagai Lembaga<br />

Pendidikan Tinggi untuk mempelajari takh<strong>as</strong>sus (spesialis<strong>as</strong>i) dalam<br />

berbagai bidang ilmu Agama.<br />

Dengan demikian dapatlah dikembangkan Idea Darussalam untuk mendarma<br />

baktikan ilmu dan amalnya kepada m<strong>as</strong>yarakat:<br />

— Pusat Pendidikan Tinggi diibukota Daerah Istimewa Aceh<br />

— Perkampungan pelajar diibukota Kabupaten-kabupaten<br />

— Taman pelajar diibukota Kecamatan. 7<br />

a). Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh<br />

Pada hari tanggal 1 Pebruari 1958 dalam su<strong>as</strong>ana cerah dan penuh kesadaran<br />

bertempat di aula Pengu<strong>as</strong>a Perang Daerah Istimewa Aceh telah diadakan<br />

1<br />

Buku Darussalam, Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh, Banda Aceh, hlm 44.<br />

61


^2<br />

o c<br />

37 3<br />

CO CO<br />

w c<br />

ca<br />

3 E<br />

ca cj<br />

O bo<br />

•O C<br />

ca<br />

oo T3<br />

£<br />

'C 55 s<br />

DO<br />

.o<br />

>i o<br />

a o<br />

•7(5 - ^ <<br />

v> 2 -g •=<br />

9 au w<br />

8<br />

S 3 a<br />

S S 8 °<br />

5 Ö<br />

a Q £<br />

c<br />

-S<br />

o a<br />

— Ë a<br />

C 2 %<br />

CD a >»<br />

ja CL «<br />

G O S


apat pertama untuk merumuskan bahan-bahan pokok sekitar haluan dan Policy<br />

Pembangunan Pendidikan. Rapat tersebut dipimpin oleh Ketua Pengu<strong>as</strong>a<br />

Perang Letkol Sjamaun Gaharu dengan didampingi oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy,<br />

dan anggota staf Peperda Aceh dan beberapa orang terkemuka lainnya.<br />

Pokok pemikiran berkisar pada h<strong>as</strong>rat dan semangat rakyat Aceh, dan peristiwa<br />

berdarah dengan segala akibatnya kerusakan moril dan materil dan<br />

faktor pendidikan yang terbengkalai yang dihadapi tahun 1957.<br />

Mengail ikan<br />

Saat-saat yang senggang pada malam minggu, kalau tidak ada<br />

acara-acara rapat, diperguriakan A.H<strong>as</strong>jmy untuk rehat, seumpama<br />

turun kelaut untuk mengail ikan. Gambar diat<strong>as</strong> :<br />

A.H<strong>as</strong>jmy bersama Pa wang Leman (seorang tokoh 45 dan<br />

Panglima Laut) lagi at<strong>as</strong> sebuah boot nelayan dilaut lep<strong>as</strong>,<br />

dalam bersiap-siap untuk memancing.<br />

63


64<br />

Menggunting pita<br />

Tidak saja A.H<strong>as</strong>jmy yang amat sibuk waktu dia menjadi Gubernur<br />

Aceh, tetapi juga isterinya Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy menghadapi berbagai<br />

kesibukan. Gambar diat<strong>as</strong> : Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy sedang<br />

menggunting pita waktu upacara pembukaan pameran Senirupa<br />

Indonesia.


Pekan Kebudayaan Aceh I<br />

Dalam rangka pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh I pada Agustus 1958, Menteri<br />

Agama Kiyai Haji Ily<strong>as</strong> datang ke Aceh mewakili Presiden Sukarno.<br />

Bergambar didepan Pendopo Aceh. Berdiri baris depan dari kiri kekanan : Ny. Zuriah<br />

A.H<strong>as</strong>jmy, Menteri Agama K.H. Ily<strong>as</strong>, Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy, Ny. Tien Hamzah dan<br />

T.Hamzah. Depan Menteri Agama A.H. Dahlia yang m<strong>as</strong>ih kecil.<br />

Kini menjadi kewajiban suci bagi kita untuk mengembalikan potensi pendidikan<br />

setelah berh<strong>as</strong>il kita melenyapkan penjajahan dengan berh<strong>as</strong>ilnya revolusi<br />

1945.<br />

H<strong>as</strong>il keputusan rapat Dewan Peperda pertama itu telah merupakan tekad<br />

tunggal dan bulat sepakat untuk menetapkan priorit<strong>as</strong> guna memajukan Pembangunan<br />

Pendidikan.<br />

Kemudian dalam rapat Dewan Peperda Ke XII tanggal 26 Maret 1958, di<br />

bentuklah Badan Pelaksana yang diberi nama "Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan<br />

Aceh" dibawah pimpinan M.Husin Bupati d/p Gubernur Kdh. Aceh (kini<br />

almarhum).<br />

Status Yay<strong>as</strong>an ini berbentuk Semi Pemerintah yang anggota Pengurus<br />

Harian, Dewan Pengaw<strong>as</strong> dan Badan-badan Pelaksana terdiri dari Pegawai<br />

Negeri. Bila kemudian sudah aman dan status PEPERDA dihapuskan, Yay<strong>as</strong>an<br />

ini akan diaw<strong>as</strong>i langsung oleiuPemerintah Daerah Istimewa Aceh.<br />

65


66<br />

§<br />

1 al<br />

— E 3<br />

oo = b<br />

e 3 ,5<br />

a< „<br />

_ -3 cd<br />

C ^ ><br />

cd cd £ C<br />

u a-« a<br />

x " -5 2<br />

e a 2 S 5<br />

.2 o s o ^<br />

S Ê 3


Tug<strong>as</strong> pokok khusus adalah :<br />

1. Memimpin pekerjaan dilapangan<br />

2. Mengaw<strong>as</strong>i pekerjaan Annemer , baik dalam tehnik maupun mutu pe­<br />

kerjaan.<br />

3. Memimpin dan mengaw<strong>as</strong>i pekerjaan gotong royong.<br />

4. Mengeluarkan biaya untuk pembangunan serta berusaha pula mencari<br />

jalan untuk memperbesar k<strong>as</strong>, antara lain untuk memperoleh bantuan<br />

dari Annemer yang turut memborong bangunan-bangunan di Kota<br />

Darussalam.<br />

Untuk meng<strong>org</strong>anisir, merencanakan, mengerahkan, mengaw<strong>as</strong>i dan mengkoordinir<br />

tug<strong>as</strong> setempat, maka pada tanggal 22 Agustus 1958 sesuai dengan<br />

nota Ketua Pengu<strong>as</strong>a Perang dan surat Gubernur KDH Aceh, dibentuk pula<br />

Badan-Badan :<br />

1. Badan Direksi Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh<br />

2. Panitia ad hoe pembuat Anggaran Rumah Tangga<br />

3. Komisi pembeli<br />

4. Panitia peletakan batu pertama Kota Darussalam<br />

5. Badan penghubung<br />

6. Panitia Ad Hoe Study Funds. 8<br />

Selanjutnya dengan surat Keputusan Peperda Aceh No. KPTS/59/9/1960<br />

tertanggal 3 September 1960 diadakan pembaharuan Pengurus YDKAgaya<br />

Baru. Timbang terima keseluruhannya antara Ketua yang lama (M.Husin)<br />

dengan Ketua yang baru (Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy) pada tanggal 26 September<br />

1960 di Gubemuran Aceh dengan dihadiri oleh segenap para anggota dan<br />

undangan.<br />

b). Komisi Pencipta<br />

Seirama dengan idea Darussalam dan politik pembangunannya, maka pada<br />

tanggal 9 Juni 1958 oleh Pengu<strong>as</strong>a Perang Daerah Istimewa Aceh di bentuk<br />

pula sebuah Badan penting dan vital yang diberi nama "Komisi Pencipta"<br />

yang dipimpin oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dan dibantu oleh anggota pengurus<br />

lainnya.<br />

Badan ini adalah sekandung dengan YDKA dalam rangka pelaksanaan tug<strong>as</strong><br />

menciptakan idea Darussalam secara menyeluruh. Adapun program kerjanya<br />

antara lain :<br />

1).Merencanakan suatu idea bagaimana seharusnya bentuk, isi, jiwa dan<br />

semangat pembangunan Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam. Melengkapi<br />

kre<strong>as</strong>i yang megah dan agung tentang pembangunan-pembangunan<br />

modern secara arsitektur dan historis.<br />

hbid, hlm 90.<br />

67


68<br />

Upacara peletakan batu pertama Darussalam<br />

Menteri Agama R.I. Haji Ily<strong>as</strong> menghadiri upacara peletakan batu<br />

pertama Kopelma Darussalam dalam bulan Agustus 1958.<br />

Dari kiri kekanan : Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy, Menteri Agama K.H.<br />

Ily<strong>as</strong>, Panglima Kolonel Gaharu.


2) .Memberi penerangan kepada rakyat guna melaksanakan tujuan Darussalam.<br />

3) .Menggali dokumen sejarah. 9<br />

Badan Pencipta Darussalam beberapa kali mengalami perobahan/penyempurnaan<br />

Pengurus, sedangkan Ketua Umum tetap (permanen) di jabat oleh<br />

Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Dan terakhir kedua Badan itu yaitu Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh dan<br />

Komisi Pencipta diintegr<strong>as</strong>ikan dan dipimpin langsung oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Kegiatan YDKA dan Komisi Pencipta Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />

dalam ph<strong>as</strong>e pertama mecenangkan dan menghimpun semangat cinta Darussalam<br />

dalam hati rakyat, telah berh<strong>as</strong>il dengan baik dalam waktu yangsingkat,<br />

sehingga tatkala kegiatan telah direalisir di lapangan, mengalirlah sumbangan<br />

terus menerus dari segenap golongan m<strong>as</strong>yarakat, baik mereka kaum hartawan<br />

maupun rakyat umum.<br />

Kaum hartawan memberikan sokongan dalam jumlah yang besar baik berupa<br />

uang maupun berbentuk gedung-gedung, sedangkan rakyat yang tidak berpunya<br />

menyumbang untuk Darussalam yang dicinta'inya ini dalam bat<strong>as</strong> kemampuan<br />

yang ada pada mereka, baik berupa uang dalam jumlah terbat<strong>as</strong>,<br />

baik dalam bentuk barang yang tidak bernilai tinggi, seperti kert<strong>as</strong>, koran,<br />

botol kosong dan lain sebagainya.<br />

Sementara itu sumbangan tenaga diberikan secara sungguh-sungguh dan<br />

ikhl<strong>as</strong> untuk kerja gotong royong membuat jalan, menimbun lobang-lobang,<br />

meratakan tanah dan lain-lain, secara bahu membahu oleh rakyat, anggota<br />

angkatan perang, polisi, pegawai Negeri, para pelajar dan lain-lain. Pendek<br />

kata Darussalam benar-benar merupakan milik dan jantung hati rakyat<br />

Aceh seluruhnya dan didalam bentuk apapun juga segenap rakyat telah menanam<br />

modalnya di Darussalam. Apakah modal yang mereka sumbangkan<br />

itu berbentuk sebuah gedung, atau hanya terdiri dari beberapa lembaran<br />

kert<strong>as</strong> koran atau pun sebiji botol kosong, tidaklah menjadi perhitungan,<br />

karena yang penting ialah bahwa semua dermawan itu didalam bat<strong>as</strong> kesanggupannya<br />

m<strong>as</strong>ing-m<strong>as</strong>ing telah memberikan sumbangsih yang ikhl<strong>as</strong> untuk<br />

Darussalam hari depan rakyat Aceh, hari depan kemegahan Negara Republik<br />

Indonesia.<br />

Ditengah-tengah semangat dan gelora api pembangunan, Komisi Pencipta<br />

telah mengambil langkah-langkah pokok sebagai berikut : Ketua Komisi Pencipta,<br />

Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dalam rapat pertama dengan anggota stafnya<br />

telah memberikan nama kepada :<br />

9<br />

Ibid.<br />

69


1 ).Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa dengan nama "DARUSSALAM".<br />

2).Universit<strong>as</strong> dengan nama "SYIAHKUALA".<br />

Nama Darussalam setelah digali dari halaman sejarah Aceh pada saat-saat<br />

mencapai kemajuan dan peradabannya dibawah pimpinan Sultan Djohansjah<br />

tahun 1205 M (600H) yang pada ketika itu berdiri sebuah "Kerajaan Islam<br />

di Aceh Raya" yang terkenal dengan nama "Aceh Darussalam". Darussalam<br />

artinya Negara Bahagia, makmur, aman tenteram, dimana rakyat hidup<br />

sejahtera.<br />

Nama Syiahkuala diambil dari nama gelaran Tengku Abdurrauf yang terkenal<br />

dengan sebutan Syiahkuala. Tengku Abdurrauf itu adalah salah seorang<br />

Ulama Besar di Aceh.<br />

Tugu Darussalam Yang Agung<br />

Diat<strong>as</strong> ini adalah Tugu Darussalam yang agung, yang pada waktu tanggal 2 Septembei<br />

1959 Pres Sukarno meresmikan berdirinya, Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam adalah<br />

dengan membuka selubung tugu ini. A.H<strong>as</strong>jmy adalah salah seorang pencipta dan pembangun<br />

utama dari Kopelma Darussalam ini, yang sekarang telah mengh<strong>as</strong>ilkan hampir<br />

1000 orang sarjana lengkap dan lebih 3000 orang sarjana muda.<br />

70


Komisi Pencipta telah menyumbangkan sebuah prarencana Kota Darussa­<br />

lam dengan konsep sebagai berikut :<br />

1. Pusat Universit<strong>as</strong> Negeri Syiahkuala<br />

2. Fakult<strong>as</strong> Ekonomi<br />

3. Fakult<strong>as</strong> Kehewanan<br />

4. Fakult<strong>as</strong> Agama<br />

5. Sekolah Menengah At<strong>as</strong><br />

6. Sekolah Menengah Ekonomi At<strong>as</strong><br />

7. Sekolah Tehnik Menengah<br />

8. Sekolah Guru At<strong>as</strong><br />

9. Sekolah Guru Kepandaian Putri<br />

10. Sekolah Pertanian Menengah At<strong>as</strong><br />

Juga didalamnya terdapat gedung-gedung untuk perumahan Dosen, <strong>as</strong>rama<br />

pelajar, kolam renang, taman bunga, stadion dan sebagainya. Setelah rencana<br />

itu dibuat diserahkan kepada YDKA untuk dapat dibuat suatu rencana<br />

biaya jangka pendek dan jangka panjang.<br />

Pada tanggal 7 Juli 1958 Komisi Pencipta telah menyetujui mengadakan<br />

sket, perpektip tentang bangunan dari Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />

dengan perincian :<br />

(1) . Sket dalam bentuk maquet untuk dipertunjukkan kepada umum.<br />

(2) . Tugu Kota Darussalam yang terletak didepan bangunan sentrum Kota<br />

Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam dengan motif kombin<strong>as</strong>i dari bangunan<br />

yang terkenal dan bersejarah di Aceh "GUNONGAN" yang kelak akan<br />

menggambarkan modal dan simbul Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam.<br />

(3) . Papan poster besar yang memperlihatkan grafik pembangunan rencana<br />

5 tahun Daerah Istimewa Aceh mengenai pembangunan Kota Pelajar/<br />

Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam.<br />

Untuk mengh<strong>as</strong>ilkan maksud tersebut diat<strong>as</strong> Komisi Pencipta menyebarkan<br />

5.000 lembar brosur sayembara sket perpektip Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa<br />

Darussalam kepada m<strong>as</strong>yarakat, mah<strong>as</strong>iswa dan istimewa kepada Mah<strong>as</strong>iswa<br />

Fakult<strong>as</strong> Tehnik Bandung dan Yogyakarta.<br />

Akan terlalu panjang apabila hendak meninjau satu persatu karya dilapangan,<br />

dan secara singkat dapat disaksikan pada angka bicara, dengan demikian<br />

bisa membayangkan betapa Komisi Pencipta Darussalam telah bekerja<br />

secara sungguh-sungguh secara maraton tanpa kenal lelah. Menurut laporan<br />

keuangan YDKA dalam priode 1958 s/d Mei 1963, telah berh<strong>as</strong>il menyediakan<br />

dana dalam nilai uang Rp. 123.128.032,83 dan pengeluarannya sebesar<br />

1 0<br />

Rp. 122.263.500,48 disatu pihak, dan dilain pihak terlihat pula 'h<strong>as</strong>il<br />

dalam bentuk pisik bangunan.<br />

10<br />

Ibid, hlm 148.<br />

71


Sukarno di Blangbintang<br />

Tahun 1962 Presiden datang lagi ke Aceh untuk kesekian kalinya, dan kali ini untuk meresmikan<br />

Universit<strong>as</strong> Syiahkuala. Gambar at<strong>as</strong> : Panglima Kodam I Iskandarmuda Kolonel<br />

M. Y<strong>as</strong>in dan Gubernur Aceh A.H<strong>as</strong>jmy menerima Presiden Sukarno di Lapangan<br />

Udara Blangbintang.<br />

Tidak akan dijel<strong>as</strong>kan secara mendetil dalam pembangunan pisik dengan<br />

segala vari<strong>as</strong>inya, dan kepada siapa yang ingin melihat secara melu<strong>as</strong> dapat<br />

membaca dalam buku Darussalam dari Yay<strong>as</strong>an Kesejahteraan Aceh, dan 10<br />

Tahun Darussalam oleh Yay<strong>as</strong>an Pembina Darussalam 1969.<br />

Hanya sekedar untuk bisa menghayati betapa giat dan sungguh-sungguh<br />

dalam pelaksanaan pembangunan Darussalam, dapatlah diperhatikan datadata<br />

berikut :<br />

— Pada tanggal 17 Agustus 1958 dilangsungkan upacara besar penuh hikmat,<br />

peletakan batu pertama pembangunan Kota Darussalam, oleh wakil<br />

Pemerintah Pusat, dalam hal ini Menteri Agama K.H.Ilj<strong>as</strong>.<br />

- Pada tanggal 24 Agustus 1958 dilangsungkan upacara peletakan batu<br />

pertama, bangunan gedung pertama untuk SMA, oleh Menteri PDK Prof<br />

Dr.Prijono, dengan membacakart pidato Presiden Republik Indonesia.<br />

72


- Pada tanggal 3 Oktober 1959 di letakkan batu pertama pembangunan<br />

Fakult<strong>as</strong> Ekonomi.<br />

- Pada tanggal 2 September 1959 jam 09.00 Presiden Soekarno meresmikan<br />

pembukaan Kota Darussalam, membuka selubung Tugu dan mem<strong>as</strong>ukkan<br />

dokumen-dokumen penting dan berharga tentang pembangunan<br />

kota tersebut kedalam Tugu. Upacara tersebut berlangsung dalam su<strong>as</strong>ana<br />

yang amat meriah penuh hikmat dengan kebesaran adat dan kebudayaan<br />

Aceh yang melambangkan cita-cita Kota Darussalam kelak. Ribuan<br />

rakyat turut mempersaksikan upacara agung itu term<strong>as</strong>uk para Menteri,<br />

Duta-duta Asing dari berbagai Negara, para Dekan dari berbagai<br />

Universit<strong>as</strong> dan Fakult<strong>as</strong> di Sumatera dan Jawa dan para penyumbang.<br />

- Pada tanggal 9 Januari 1960 dibentuk Panitia Pendirian Fakult<strong>as</strong> Kedokteran<br />

Hewan dan Ilmu Peternakan yang diketuai oleh Kol.Syamaun<br />

Gaharu selaku Ketua Umum dan Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy wakil Ketua<br />

Umum I dengan dilengkapi dengan seksi-seksi.<br />

- Pada tanggal 27 Desember 1960 diletakkan batu pertama bangunan gedung<br />

SKP/SGKP dan SUTM, m<strong>as</strong>ing-m<strong>as</strong>ing oleh penyumbang gedung<br />

tersebut.<br />

- Pada tanggal 25 Januari 1960 hari Isra' dan Mikraj dilakukan upacara<br />

peletakan batu pertama bangunan Mesjid Raya Kota Darussalam.<br />

- Pada tanggal 17 Oktober 1960 di Aula Fakult<strong>as</strong> Ekonomi telah dilangsungkan<br />

upacara peresmian Fakult<strong>as</strong> Kedokteran Hewan dan Ilmu<br />

Peternakan.<br />

- Pada tanggal 27 Oktober 1960 bertempat dirumah kediaman PdJDekan<br />

Fakult<strong>as</strong> Ekonomi Dr.T.Iskandar diadakan rapat pembentukan Pendirian<br />

Perguruan Tinggi Rakyat Ilmu Hukum dan Pengetahuan M<strong>as</strong>yarakat.<br />

- Pada tanggal 17 Desember 1960 bertempat digedung DPRD GR<br />

Daerah Istimewa Aceh dilangsungkan sidang Pertama Panitia Persiapan<br />

Universit<strong>as</strong> Negeri Sjiahkuala dan Fakult<strong>as</strong> Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br />

(FKIP) dibawah pimpina Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

- Pada tanggal 29 Nopember 1961 di Aula Universit<strong>as</strong> Sumatera Utara<br />

Medan dilangsungkan upacara penyerahan Fakult<strong>as</strong> Ekonomi dan<br />

Fakult<strong>as</strong> Kedokteran Hewan dan Ilmu Peternakan USU kepada Universit<strong>as</strong><br />

Negeri Sjiahkuala Darussalam.<br />

- Pada tanggal 27 April 1962 Presiden Soekarno meresmikan Pembukaan<br />

Universit<strong>as</strong> Negeri Sjahkuala dalam suatu upacara agung dan meriah<br />

di Aula Universit<strong>as</strong> Sjiahkuala Darussalam. Turut hadir dalam rombongan<br />

Presiden adalah para Menteri, Duta-duta Besar dari Negara Asing,<br />

wartawan luar dan dalam negeri, Catur Tunggal Daerah dan lain-lain.<br />

- Pada tanggal 21 Mei 1963 bertempat diruangan Perpustakaan Fakult<strong>as</strong><br />

IAIN Darussalam telah dibentuk/dilantik Panitia Persiapan Pen-<br />

73


74<br />

c ft c s<br />

CS 3 -B 3<br />

»g s s<br />

o 5 >• »<br />

T3 S* — -9<br />

3 U 3<br />

3 _ 3 (J<br />

ca 3 o<br />

B ö n C<br />

fjlSJ<br />

a ca 3<br />

O, 3 « 'g<br />

°" co o «<br />

ca £ ^<br />

S ^ c 'S<br />

a c ft 5<br />

3 c/r, ^ „<br />

3 >. J3 J3<br />

•I s<br />

-g|s<br />

CS 3 c<br />

>* 5 1 s | J<br />

I a|lsS<<br />

op<br />

S<br />

§ > '3<br />

c-j T3 n 3 Cfts<br />

O a 3 a<br />

£ ft^ c -3<br />

n<br />

u<br />

3 b 5? E<br />

3 .3 3 M .5,<br />

5 S E « a<br />

Q £ 2 a


dirian Fakult<strong>as</strong> Tehnik oleh Pd.Rektor Universit<strong>as</strong> Negeri Sjiahkuala<br />

Kol.M.J<strong>as</strong>in.<br />

Persiapan pendirian Fakult<strong>as</strong> dalam lingkungan 1A1N.<br />

- Pada tanggal 7 Nopember 1959 dibentuk Panitia Pendirian Fakult<strong>as</strong><br />

Agama diketua oleh Kol.Sjamaun Gaharu selaku Ketua Umum dan<br />

Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy Ketua Umum I dengan dilengkapi dengan seksiseksi.<br />

- Pada tanggal 11 Januari 1961 bertempat digedung DPRDGR Daerah<br />

Istimewa Aceh telah dilangsungkan rapat terakhir Panitia Persiapan<br />

Fakult<strong>as</strong> Agama Islam dibawah pimpinan wakil Ketua Umum A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Setelah mendengar laporan seksi-seksi kemudiam melaksanakan<br />

serah terima Panitia dengan Pd.Dekan Fakult<strong>as</strong> Sjariah Darussalam<br />

yang diwakili oleh H.Usman Jahja Tiba.<br />

- Pada tanggal 23 Mei 1961 di gedung DPRDGR Daerah Istimewa Aceh<br />

telah diadakan rapat Panitia Persiapan Pembukaan Fakult<strong>as</strong> Tarbiyah<br />

dibawah pimpinan Ketua Umum Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy . Rapat mengambil<br />

keputusan dengan suara bulat menyetujui pembukaan Fakult<strong>as</strong><br />

Tarbiyah pada tahun 1962 yang pada taraf pertama dibuka kel<strong>as</strong><br />

persiapan dibawah pimpinan Sdr. Ibrahim Husein M.A.<br />

- Pada tanggal 17 Januari 1962 bertempat digedung DPRDGR Daerah<br />

Istimewa Aceh dilangsungkan sidang pleno Panitia Pendirian Fakult<strong>as</strong><br />

Agama Sw<strong>as</strong>ta dibawah pimpinan Ketua Umum Panitia A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Di samping Universit<strong>as</strong> Negeri Sjiahkuala dan Jamiaii Arraniri dikota Darussalam<br />

dibuka pula satu Perguruan Tinggi Pesantren dengan nama "DAYAH<br />

TGK SYEKH PANTE KULU".<br />

Dalam data-data diat<strong>as</strong> kita belum lagi memuat tentang kegiatan Panitia<br />

baik dalam bentuk rapat untuk mencari jalan keluar dalam kesulitan-kesulitan<br />

yang dihadapi, demikian juga pengiriman misi dan utusan dalam rangka usaha<br />

pembinaan dan pembangunan Darussalam.<br />

Sebenarnya dari angka-angka diat<strong>as</strong> telah cukup pelukisan tentang kemajuan<br />

pembangunan kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam, tetapi untuk lebih jel<strong>as</strong><br />

terang dan tunai marilah kita lihat bangunan dalam bentuk pisik. Adapun<br />

pembangungan gedung-gedung yang dikerjakan dan diaw<strong>as</strong>i oleh Dana Kesejahteraan<br />

Aceh sejak tahun 1958-1963 telah memberikan h<strong>as</strong>il nyata sebagai<br />

berikut :<br />

a. S.M.A. Negeri Kota Darussalam<br />

Tugu Kota Darussalam<br />

Fakult<strong>as</strong> Ekonomi<br />

3 buah rumah kel<strong>as</strong> VII<br />

6 buah rumah kel<strong>as</strong> V<br />

1 buah Asrama KMK "G" untuk menjaga keamanan<br />

75


76<br />

CU<br />

-O<br />

3<br />

Ü<br />

| B è<br />

M<br />

13<br />

c CO<br />

M) 3<br />

3 cl<br />

* &<br />

•3 3<br />

O. cct<br />

2 oi<br />

3 IH<br />

« & *<br />

2 S 3<br />

1) 3 ^<br />

0 0<br />

-3 y<br />

13 « 2<br />

« 3° <<br />

6? g-<br />

C SM<br />

3 3 o<br />

M 5 »<br />

c -Sa!<br />

OJ CD .<br />

CU •» T3<br />

'B ^<br />

•§ =3<br />

5f.<br />

3 ci)<br />

•3 E<br />

^ 3<br />

E<br />

&<br />

1 3<br />

00 .3,<br />

Ë<br />

< cf


1 satu sumur bor (dalam rencana)<br />

2 buah Asrama Mah<strong>as</strong>iswa<br />

1 buah Mess Dosen<br />

Bangunan jalan-jalan<br />

5 buah langgar darurat<br />

5 buah rumah kel<strong>as</strong> V<br />

SMEA Kota Darussalam<br />

1 buah rumah kel<strong>as</strong> V<br />

Gedung mesin listrik<br />

Kantor tehnik<br />

Mesin listrik kecil<br />

Lapangan olah raga<br />

Pondok Transmigr<strong>as</strong>i<br />

1 buah rumah kel<strong>as</strong> IV<br />

Sekolah darurat 6 ruangan<br />

b. Rumah kel<strong>as</strong> VII dari Dagang Sepakat<br />

Rumah kel<strong>as</strong> VII dari CB Leupung<br />

Rumah makan dari CV Tiro<br />

Rumah kel<strong>as</strong> IV dari Bank of Sumatera<br />

Rumah kel<strong>as</strong> IV dari N.V. Permai<br />

Rumah kel<strong>as</strong> IV dari Fa. Jusuf Bahruny<br />

Mess Dosen dari Fa.Aceh Kongsi<br />

Rumah kel<strong>as</strong> V dari Fa. Puspa<br />

Gedung SUTM dari Sdr. Ramli<br />

Poliklinik dari Fa. Teguh<br />

Rumah kel<strong>as</strong> V dari Fa. Mata Ie<br />

Rumah kel<strong>as</strong> V sumbangan dari Pengusaha melalui Panca Usaha<br />

c. Asarama SUTM di Kota Darussalam dari Kementerian Pertanian<br />

Asrama Putri di Kota Darussalam dari Yay<strong>as</strong>an Dana Bantuan Jakarta.<br />

Kantor Perw. PDK di Banda Acefi dari Kem.PDK.<br />

Mess PDK di Banda Aceh<br />

30 rumah kel<strong>as</strong> VII dari Kern. PDK di Bandar Baru<br />

12 rumah bertingkat dari Dep.PTIP<br />

Dari catatan diat<strong>as</strong> telah mendesak kita kesudut untuk tidak dapat berbuat<br />

lain kecuali harus mengakui bahwa A.H<strong>as</strong>jmy telah berh<strong>as</strong>il merealisir cita-cita<br />

pembangunan Darussalam dalam waktu relatif singkat untuk suatu pembangunan<br />

yang besar dan agung itu lebih cepat dari apa yang direncanakan semula.<br />

Dalam m<strong>as</strong>a lima tahun saja pembangunan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />

baik sarana pisik, pensaratan tehnis ilmiyah, tempat-tempat rekre<strong>as</strong>i<br />

sebagai suatu kampus telah memadai, hanya kini tinggal lagi pemeliharaan dan<br />

pembinaannya. Apa yang tersebut terakhir kiranya menjadi perhatian kita<br />

semuanya dan terutama kepada insan-insan yang berkecimpung secara lang-<br />

77


78<br />

c 8 E<br />

=a * ca<br />

ca n.<br />

< a Ü<br />

"C 'E 1<br />

c<br />

CJ D KJ<br />

g ^ $<br />

* |> a<br />

ca U<br />

.M 3 •<br />

r-<br />

ê u 3<br />

g . § •§ |<br />

SU Ë 3 CD<br />

ca .3 >.<br />

w S 3 S<br />

e 3 5 £<br />

(2 11 ff<br />

Q w ca<br />

< & 3 8<br />

g 'S 'ff 1<br />

< * 5 a<br />

t cd r«<br />

C/D<br />

w • ca<br />

o X B .3<br />

O o -g SB<br />

»i £ d!


sung di Kota Darussalam. Dan untuk selalu menambah semangat juang demi<br />

Pengembangan Kota Darussalam, kiranya kita tidak akan melupakan bagaimana<br />

pahit getimya dan pengorbanan yang telah diberikan oleh segenap lapisan<br />

m<strong>as</strong>yarakat dan rakyat Aceh.<br />

Sekedar untuk mengenangkan betapa kesungguhan hati A.H<strong>as</strong>jmy dalam<br />

pembangunan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam, demikian juga suka dukanya<br />

dapat dibaca tulisan Drs. Marzuki Nyakman (Wakil Gubernur Aceh)<br />

dalam 10 tahun Darussalam dan Hari Pendidikan : "Walaupun pada waktu itu<br />

ada pendapat yang menyatakan bahwa sebaiknya jangan tergesa-gesa membangun<br />

sebuah Universit<strong>as</strong> oleh karena biaya yang sangat besar dan tenaga pengajar<br />

belum ada. Bila mungkin diusahakan saja Akademi ataupun BI yang<br />

akan memprodusir tenaga Guru Sekolah Lanjutan". 11<br />

Namun demikian h<strong>as</strong>rat dan tekad rakyat Aceh dan Pemerintah Daerah<br />

untuk membuka sebuah Universit<strong>as</strong> tidak berkurang karenanya, dan dalam<br />

rapat pertama Panitia (17-1-1960) Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dalam pertemuan<br />

tersebut mengharapkan kebulatan tekad selüruh anggota Panitia untuk bekerja<br />

ker<strong>as</strong> dengan penuh kesungguhan dan keikhl<strong>as</strong>an sehingga cita-cita rakyat<br />

Aceh untuk mengujudkan pendirian Universit<strong>as</strong> di Aceh benar-benar dalam<br />

waktu dekat menjadi kenyataan. Dalam suatu rapat diwaktu lain (13—2—<br />

1961) hampir pudar pula perjuangan mendirikan Universit<strong>as</strong> di Aceh, setelah<br />

mendengar penjel<strong>as</strong>an-penjel<strong>as</strong>an yang diberikan oleh Kol.M.Y<strong>as</strong>in (Pangdam<br />

I Aceh) sebagai h<strong>as</strong>il pembicaraan beliau dengan Pemerintah Pusat di Jakarta.<br />

Menurut kondisi Aceh pada waktu itu lebih banyak meminta perhatian dalam<br />

m<strong>as</strong>alah pembangunan pisik, misalnya jalan-jalan, pelabuhan dan lain sebagainya<br />

yang secara langsung dihajati sangat oleh m<strong>as</strong>yarakat pada waktu dekat.<br />

Oleh karena itu kiranya bagi kita kebutuhan Universit<strong>as</strong> bukanlah suatu hal<br />

yang sangat mendesak, apalagi pembangunan Universit<strong>as</strong> membutuhkan biaya<br />

yang cukup besar serta memerlukan persiapan yang matang, term<strong>as</strong>uk kebutuhan<br />

tenaga pengajar yang bagi kita memang belum ada. Penjel<strong>as</strong>an seperti<br />

itu membuat anggota rapat menjadi lesu dan putus harapan, namun demikian<br />

A.H<strong>as</strong>jmy belum lagi berputus <strong>as</strong>a.<br />

Selesai rapat beliau memanggil Drs. Marzuki Nyakman, dengan kata penuh<br />

haru dan kecewa--"Saudara Marzuki, saudara telah mengikuti pembicaraan dalam<br />

rapat Panitia tadi, terserah sekarang kepada saudara-saudara Sarjana Aceh<br />

apakah Universit<strong>as</strong> Syiahkuala tersebut jadi dibuka atau tidak". Sementara<br />

itu beliau membicarakan "si<strong>as</strong>at" dapat diatur, sehingga dalam rapat yang<br />

akan datang itu bisa berjalan lancar dan berh<strong>as</strong>il untuk meyakinkan segenap<br />

anggota Panitia.<br />

^Sepuluh Tahun Darussalam dan Hari Pendidikan, hlm 55.<br />

79


80<br />

al


Sebagaimana diketahui bahwa pada mulanya Fakult<strong>as</strong>-fakult<strong>as</strong> yang dibuka<br />

di Darussalam adalah merupakan fïlial (cabang) dari Universit<strong>as</strong> Sumatera<br />

Utara di Medan dan Bandung. Dan oleh karena perkembangan dan kemajuan<br />

dari tiap-tiap Fakult<strong>as</strong> yang telah ada makin tambah maju dan telah pula memenuhi<br />

persyaratan untuk mendirikan Universit<strong>as</strong> tersendiri di Darussalam,<br />

maka peluang yang baik dipergunakan secara tepat oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Dan untuk itu pada tanggal 15 Mei 1961 diadakan pertemuan antara team Departemen<br />

PDK dengan anggota-anggota Panitia Persiapan Universit<strong>as</strong> Syiahkuala<br />

dan FKIP serta undangan digedung DPRD Daerah Istimewa Aceh.<br />

Dalam pertemuan tersebut Prof. Sugardo telah menyampaikan kesan-kesan<br />

yang baik serta keyakinannya bahwa apa yang telah diselesaikan oleh Panitia<br />

itu benar-benar menuju kepada Pembukaan Universit<strong>as</strong> Syiahkuala dan<br />

F.K.IP<br />

Resepsi perpisahan di Medan<br />

Dalam perjalanan ke Jakarta untuk memangku jabatan baru di Departemen Dalam Negeri<br />

Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy singgah di Medan, dimana M<strong>as</strong>yarakat Aceh Sumatera Utara mengadakan'resepsi<br />

perpisahan dengan Gubernur Aceh itu. Dalam gambar nampak Gubernur<br />

A.H<strong>as</strong>jmy sedang berjabat tangan dengan Bupati Teuku Hanafiah, menjelang resepsi<br />

dimulai di Hotel de Boer.<br />

81


82<br />

UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH<br />

dengan ini<br />

menyatakan pengharqaan dan cerima k<strong>as</strong>ih kepada<br />

Prof. 3*.


Setelah mengalami perjuangan yang gigih, Al hamdulillah seperti yang<br />

anda lihat atau saksikan dew<strong>as</strong>a ini, Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam berdiri<br />

dengan megah dan jayanya di ibukota Tanah Rencong, sebagai pusat<br />

dan jantung hatinya rakyat Aceh.<br />

4. Pahlawan Pendidikan Daerah Istimewa Aceh<br />

Dalam Pembinaan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa umumnya dan pendidikan khususnya,<br />

Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy sangat besar peranannya, malah tidak hanya<br />

tindakan at<strong>as</strong> perbuatan sewaktu-waktu tetapi seluruh jiwa raganya diarahkan<br />

kesana. Ini terbukti apabila kita berhadapan dengan beliau, kalau<br />

kita mulai pembicaraan tentang Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa jalannya pembicaraan<br />

sangat lancar. Sebaliknya kalau berbicara m<strong>as</strong>alah lain, sambutan yang agak<br />

dingin menjelang m<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a pemikiran dan pengarahan penciptaan Kota<br />

Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa. Kepada orang-orang yang mencetak kartu nama atau kartu<br />

lebaran di Percetakan Negara Banda Aceh, beliau wajibkan disebelah belakang<br />

memuat kata-kata "Bantulah Pembangunan Darussalam". Bukti lain seperti<br />

beliau katakan sendiri, beliau menangis 2 kali, pertama at<strong>as</strong> meninggalnya<br />

seorang puteranya, yang kedua adalah sewaktu pihak pemberontak mengganggu<br />

dalam kompleks pembangunan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam.<br />

Untuk mengenang akan j<strong>as</strong>a-j<strong>as</strong>anya itu beliau menerima Tanda Penghargaan<br />

dari Pengurus Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh, No. 3/Dana/60, yang<br />

ditanda tangani oleh Ketua M.Husin dan Sekretaris Mohd. K<strong>as</strong>im As dan Tanda<br />

Penghargaan yang sama dari Komisi Pencipta Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />

dari Pengu<strong>as</strong>a Perang yang ditanda tangani oleh Pangdam I/Iskandar<br />

Muda, Kolonel Syamaun Gaharu, pada tanggal 2 September 1960.<br />

Dan yang paling menarik perhatian kita yaitu pemberian gelar Pahlawan<br />

Pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Selatan<br />

yang ditanda tangani oleh Bupati Gut Mamat, kepada Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

Dalam penjel<strong>as</strong>an pemberian gelar tersebut dapat dibaca al<strong>as</strong>an dan pertimbangan<br />

pemberian gelar tersebut antara lain sebagai berikut : "Gelombang<br />

cita-cita yang bergelora dalam dada Bapak A.H<strong>as</strong>jmy, untuk menjadikan<br />

Aceh pada tempat yang jaya, dan indah senanti<strong>as</strong>a memecah dipantai kotanya<br />

semenjak m<strong>as</strong>ih bertekun dibangku Sekolah, semenjak beliau m<strong>as</strong>ih seorang<br />

remaja putra, semenjak m<strong>as</strong>ih seorang pemuda, berkobar-kobar semangat<br />

ingin beb<strong>as</strong> dan dengan kemajuan bangsanya hingga sampai dew<strong>as</strong>a".<br />

Dan kami mengenal karya Bapak A.H<strong>as</strong>jmy semenjak lama dalam bidang<br />

pendidikan, dan sebagai seorang pujangga beliau getar bisiknya kalbunya dalam<br />

irama Syair-syair dalam untaian liris dan prosa dalam ayunan kalimat bersanjak<br />

menghembus naf<strong>as</strong> perjuangan, ciptaan dan karangan-karangan yang<br />

mempunyai nilai yang murni mendambakan kemajuan bangsa. Meratapi<br />

83


84<br />

u o 2<br />

c °<br />

gP 2 ca<br />

5'<br />

SS<br />

3<br />

3<br />

g 5<br />

i T i<br />

ra ° M<br />

Q « .§ H |<br />

a >J ö<br />

"3 3 CD 7<br />

3 ° -i<br />

>S ü 2<br />

^ « 3 *<br />

J2 'Ba x<br />

.2, g ca -n<br />

3 C -O ca<br />

3 _ 3 .2<br />

o ca ca c<br />

3 cu M 3<br />

•o g E g<br />

CD 3 ca y\<br />

in jo -o


tekli wêmm^mt hmt m^sm§kAmt gmtmgeè^<br />

^itièm^tnmtifi^ Tfrèéjpsr hm Jlo!p#^w S^-<br />

iptiiM» J^fflifwa^elf r||u^}|#i|ti èai.i<br />

Jiibwi^üi utim»!tya<br />

^ — M<br />

• - "* ."Si- 1<br />

'<br />

85


66<br />

2<br />

g 3 M •«>' öij o<br />

H a a > c ^<br />

ci> ^ a « -*<br />

a a 3 ^; i_. oo<br />

a-s| |-g -3<br />

a ï * •§ ^ !<br />

b ^ a r MI ^<br />

3 •a c ~ ^<br />

c a o n x "<br />

s o •* 2 3 e<br />

•§ «a ff 3 - 3<br />

"E I | ?s3 |<br />

1 «II 1 ="13 ^<br />

-t-> c/3 CD I-HJ w C<br />

E SP *f -* « ^ ë<br />

M P e l ^ -° 2 2<br />

>. ^ 75 ca S S " "<br />

J j l a -c « 5-<br />

£ •& £ M<br />

•§ t «<br />

_ E >•<br />

£? S -I "<br />

bfj O . ra<br />

2 § s<br />

| o ca 2<br />

. «J<br />

3 < oo<br />

— ~ K « ^ tU - C<br />

| " < * 13^2<br />

s 12. § | =• r<br />

5 C Q ^ < T3<br />


hancurnya keperibadian bangsa dim<strong>as</strong>a silam, serta memberi dorongan kepada<br />

anak manusia bagaimana caranya mengembalikan kejayaan tersebut dengan<br />

mendalami ilmu serta pendidikan, sebagaimana sudah beliau gambarkan<br />

dalam karangan diantaranya Dewan Sajak dan Kisah seorang Pengembara.<br />

Sebagai Guru dan Pendid'ik pada Sekolah dan Madr<strong>as</strong>ah, telah berusaha<br />

ker<strong>as</strong> memberikan pendidikan agar semua pelajar menjadi manusia yang<br />

berguna. Dan sebagai Pimpinan telah membuat j<strong>as</strong>a besar, sebagai Pemerintah<br />

Daerah telah berusaha ker<strong>as</strong> dan menjadikan lahirnya hari Pendidikan<br />

dan Kopelma Darussalam pada tanggal 2 September 1959.<br />

5. Berhenti Sebagai Gubernur Kepala Daerah Aceh<br />

Tak hendak mempertentang apa latar belakang keberhentian A.H<strong>as</strong>jmy<br />

selaku Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh, bahwa dengan S.K. Presiden<br />

R.I. No. 79/M tahun 1964, beliau diberhentikan dengan hormat sebagai Kepala<br />

Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Aceh, mulai tanggal 1 April 1964, dan<br />

diperbantukan (Gubernur diperbantukan) pada Menteri Dalam Negeri, dengan<br />

pangkat Pegawai Utama Muda.<br />

Kemudian at<strong>as</strong> permintaan sendiri berhenti dengan hak pensiun, oleh Menteri<br />

Dalam Negeri diperkenankan dengan beslitnya tanggal 31 Mei 1966,<br />

No. U-P-l/3/664, terhitung mulai tanggal 30 Juni 1966.<br />

Pada tanggal 10 April 1964, Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dalam pidato perpisahan<br />

dengan judul "Nada dan Warna", berkata antara lain, bahwa beliau menjalan-<br />

Ran tug<strong>as</strong> Gubernur Aceh lamanya 7 tahun 2 bulan 14 hari, atau 2.624 hari,<br />

dan seterusnya mengharapkan agar jalinan kerja sama para catur tunggal, keser<strong>as</strong>ian<br />

yang akrab, hubungan persaudaraan yang mesra dan semangat saling<br />

mendorong membantu yang merupakan tradisi yang baik, dan telah menyebabkan<br />

kemakmuran/kerukunan dan persatu paduan dikalangan kita makin<br />

berat dan ketat dari apa yang diduga semula, supaya dipelihara dan dijiwai<br />

semangat kerja sama yang akrab, hubungan persaudaraan dan saling bantu<br />

membantu untuk bisa mencapai tujuan secara sukses.<br />

Demikian isi pokok pidato perpisahan dalam serah terima Jabatan Gubernur<br />

Kepala Daerah Aceh dari tangan A.H<strong>as</strong>jmy kepada Nyak Adam Kamil.<br />

Barangkali tidak berlebih-lebihan apabila dikatakan bahwa selama A.H<strong>as</strong>jmy<br />

menjabat Gubernur Aceh, terjadinya kerja sama yang amat kompak<br />

antara Catur Tunggal di Daerah Aceh, dan yang barangkali perlu ditiru untuk<br />

m<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a mendatang.<br />

Seperti diketahui kepindahan beliau ke Departemen Dalam Negeri di Jakarta<br />

tidak lama + 2 tahun, beliau minta berhenti dengan hak pensiun sebelum<br />

waktunya (usianya waktu itu 52 tahun) dan kembali ke Aceh.<br />

87


Tidak dapat diketahui apa yang tersirat dalam hati beliau, untuk mendapat<br />

pensiun,pada hal beliau seharusnya belum waktunya pensiun menurut umur<br />

(1914-1966 atau baru berusia 52 tahun). Sedangkan menurut ketentuan kepegawaian<br />

baru akan pensiun dalam usia 56 tahun.<br />

Dan yang jel<strong>as</strong> bagi kita, sekembalinya di Aceh menerjunkan diri kembali<br />

ke Darussalam, melanjutkan pembinaan Kopelma Darussalam yang telah dipupuk<br />

dan dikembangkan dim<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a yang lalu.<br />

Kini A.H<strong>as</strong>jmy menjabat sebagai Dekan Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisitet Institut<br />

Agama Islam Negeri Jamiah Ar-Raniri Darussalam, diangkat dengan S.K.<br />

Menteri Agama R.I. tanggal 19 Juli 1968, No. 153/1968. Dalam bulan Maret<br />

1977 telah diangkat menjadi Rektor IAIN Jamiah Ar-Raniri Darussalam.<br />

Disamping itu beliau m<strong>as</strong>ih giat melaksanakan Dakwah Islamiyah, dan aktip<br />

dalam pengurusan Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh.<br />

Sewaktu ditanyakan kepada beliau kenapa tidak duduk menunggu pensiun<br />

saja, dengan teg<strong>as</strong> menjawab bahwa bagi penganut Agama Islam, tidak ada<br />

istilah pensiun diat<strong>as</strong> dunia yang fana ini; pensiun akan diterima dihari kemudian<br />

didalam Syurga yang Tuhan telah sediakan untuk orang Mukmin.<br />

88


90<br />

•5 n 5 a-<br />

ca 'TJ<br />

3 .3 -S s<br />

es £ 2<br />

I z s<br />

. ë<br />

•a - Q < 5<br />

tl cel ^ 5 3<br />

S 4= „ "O<br />

,o :u 3 3<br />

3 ft cd cd 55<br />

O O ^ w S ca<br />

=5 =3 g<br />

M T3 £<br />

cd 2 «<br />

5 | "3<br />

.2, CO 44 -5 44<br />

o ? _ cd • C<br />

"J « cd 3 cd<br />

111 ^ §<br />

| ^ 3 -s |<br />

a - 0<br />

°P >, 4*i 43 - »<br />

°- 'f2 « g "2<br />

s < «c I<br />

< ^ SC Q o,<br />


1. Bidang Dakwah<br />

BAGIAN VI<br />

GURU BESAR LUAR BIASA<br />

Sebagai pendidik dan sekaligus penggembleng ummat A.H<strong>as</strong>jmy benarbenar<br />

telah melakukan amal mulia itu dengan penuh dedik<strong>as</strong>i dan divosi.<br />

Dari riwayat pekerjaan bisa memberi petunjuk secara terang, bahwa memulai<br />

kariernya adalah sebagai seorang ustaz (guru agama), dan agaknya akan<br />

berakhir juga sebagai guru besar dalam bidang dakwah Islamiyah.<br />

Bukan tidak pernah memperoléh kesempatan dan kepercayaan dalam jabatan<br />

penting Negeri, jabatan yang oleh m<strong>as</strong>yarakat umum dianggap sebagai<br />

"social wardering", tetapi inti hakekat jiwa seorang tokoh yang tenang tak<br />

banyak bicara itu, tidak banyak diketahui orang.<br />

Banyak jabatan karier yang telah beliau lalui, tetapi jiwa dan raganya tetap<br />

berorbit sebagai ustaz dan da'i. Pernah menjadi Kepala Polisi yang sekil<strong>as</strong><br />

pandang nampaknya perk<strong>as</strong>a, apalagidizaman Dai Nippon, kiranya pekerjaan<br />

seperti itu tidak cocok baginya, sehingga segera mohon berhenti atau meletakkan<br />

jabatan tersebut dan kembali ke Selimeum untuk bergaul dengan anakanak<br />

didik.<br />

Selama menjabat Gubernur Aceh, program utama adalah pendidikan, yaitu<br />

mencetuskan idea dan membangun Kopelma Darussalam, tentang Darussalam<br />

telah disorot secara khusus.<br />

Sebagai Gubernur yang diperbantukan pada Departemen Dalam Negeri,<br />

kiranya jabatan itupun tidak ser<strong>as</strong>i dan tidak "ker<strong>as</strong>an" di Jakarta malah tidak<br />

senang bekerja dibelakang meja yang indah, tiada berapa lama terpaksa<br />

menuruti kehendak hatinya, minta berhenti sebagai Gubernur dengan hak<br />

pensiun. Apabila dihubungkan dengan usia dan pisik m<strong>as</strong>ih memungkinkan<br />

untuk melanjutkan karier sebagai pegawai Negeri.<br />

2. Dekan Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisistik<br />

Sesungguhnya sebagai abdi Negara harus mer<strong>as</strong>a bangga menerima imbalan<br />

j<strong>as</strong>a dari Pemerintah, dan dengan tenang tenteram tak usah repot-repot,duduk<br />

menikmati pensiun penuh sebagai seorang Gubernur R.I., tetapi beliau tidak<br />

menghendaki hal seperti itu.<br />

91


Selaku muslim yang taat kepada agamanya, dan sesuai pula dengan pandangan<br />

Islam, dimana tidak mengenal istilah pensiun di dunia yang fana ini,<br />

pensiun yang hakiki akan diperolehnya dari Tuhan Allah dalam jannatul<br />

naaim.<br />

Dengan pandangan hidup seperti itulah beliau hidup, dan selalu aktif bergerak<br />

guna meneruskan risalah Muhammad. Di samping melaksanakan Dakwah<br />

Islamiyah secara pribadi, dan berkecimpung dalam pembinaan Majlis<br />

Ulama disatu pihak, dan barangkali itu m<strong>as</strong>ih belum memadai, maka dilain<br />

pihak terjun pula secara langsung "terjun beb<strong>as</strong>" guna membina kader-kader<br />

dakwah secara permanen melalui Lembaga khusus yaitu Fakult<strong>as</strong> Dakwah/<br />

Publisistik.<br />

Sebagaimana telah sama maklum bahwa diea pembentukan dan penggarapan<br />

pembentukan Fakult<strong>as</strong> tersebut dalam lingkungan I.A.I.N.di Darussalam<br />

datang dari beliau dan alangkah bijaksana apabila secara langsung pula beliau<br />

yang memimpinnya Fakult<strong>as</strong> tersebut, karena bisa menghayatinya secara<br />

penuh.<br />

Rektor Berpidato<br />

Rektor IAIN Jamiah Ar Raniry Darussalam, Ahmad Daudy M.A. sedang berpidato mengantarkanupacara<br />

pengukuhan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

92


Selama dibawah <strong>as</strong>uhan A.H<strong>as</strong>jmy Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisistik sampai<br />

saat ini telah mencetak 12 orang sarjana penuh dan lebih 100 orang sarjana<br />

muda yang militan dan langsung terjun kelapangan ketengah-tengah m<strong>as</strong>yarakat<br />

menggembleng ummat "menyeru kepada makruf dan mencegah kepada<br />

mungkar" disamping sejumlah besar para studen yang bertekun memperdalam<br />

ilmu pengetahuan dan yang jumlahnya makin sehari makin bertambah.<br />

3. Professor Ilmu Dakwah<br />

Harian Duta yang terbit tanggal 16 April 1976, Nomor 167 tahun ke VII,<br />

pada halaman pertama mencetak dengan huruf besar "A.HASJMY DIANG<br />

KAT MENJADI PROFESSOR ILMU DAKWAH".<br />

Bahwa terhitung sejak 1 Januari 1976 dengan resmi A.H<strong>as</strong>jmy, Dekan Fakult<strong>as</strong><br />

Dakwah IAIN Jamiah Ar-Raniry Darussalam, telah diangkat oleh Pemerintah<br />

menjadi Professor dalam Ilmu Dakwah.<br />

Pengangkatan A.H<strong>as</strong>jmy menjadi Professor dalam Ilmu Dakwah dianggap<br />

patut oleh kalangan yang lu<strong>as</strong> di Aceh, karena semenjak usia 20 tahun sampai<br />

dew<strong>as</strong>a ini A.H<strong>as</strong>jmy telah bergerak dalam Dakwah Islamiyah, baik sebagai<br />

guru, pengarang, penyair, wartawan, pemimpin <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i, pelopor pembangunan<br />

pendidikan ataupun sebagai pegawai negeri.<br />

Sebagai penyair dan pengarang A.H<strong>as</strong>jmy telah banyak sekali menciptakan<br />

sajak-sajak, cerita pendek yang bernadakan Dakwah Islamiyah dalam berbagai<br />

majalah sebelum perang dunia kedua, seperti dalam majalah Pedoman M<strong>as</strong>yarakat,<br />

Panji Islam, Matahari Islam, Kewajiban, Raya Pujangga Baru, Angkatan<br />

Baru, Pahlawan Muda dan lain-lain.<br />

Disamping itu A.H<strong>as</strong>jmy telah mengarang beberapa buah novel sebelum<br />

perang dunia kedua yang mengandung unsur-unsur Dakwah Islamiyah, seperti<br />

Bermandi Cahaya Bulan, Melalui Jalan Raya Dunia, Suara Azan dan Lonceng<br />

Gereja, Dibawah Naungan Pohon Ketnuning, Sayap Terkulai, Cinta Mendaki,<br />

Nona Per Rum, dan Elly Gadis Nica.<br />

Setelah usia 60 tahun lebih, dalam tahun 1975 A.H<strong>as</strong>jmy telah menciptakan<br />

2 buah novel yang juga mengandung unsur-unsur Dakwah Islamiyah,<br />

yaitu Merah Johan (novel sejarah m<strong>as</strong>uknya Islam ke Aceh) dan Tanah Merah<br />

(novel pergerakan yang terjadi dalam kalangan keturunan pemimpin-pemimpin<br />

Islam yang didigulkan oleh Belanda). Kedua novel ini diciptakan dalam tahun<br />

1975 ketika A.H<strong>as</strong>jmy berada di Irian Jaya.<br />

Dengan lahirnya karya-karya baru setelah berusia 60 tahun lebih pecahlah<br />

"mythos" bahwa koofisen seorang akan mendaki turun apabila usianya bertambah<br />

larut. A.H<strong>as</strong>jmy telah membuktikan kenyataan lain, dari pada teoriteori<br />

kuno tersebut.<br />

Sejak sebelum perang dunia kedua sampai dengan dew<strong>as</strong>a ini A.H<strong>as</strong>jmy te-<br />

93


lah mengarang lebih dari 50 judul buku yang diterbitkan di Jakarta, Medan,<br />

Singapura, Kuala Lumpur atau di Banda Aceh.<br />

Buku-buku karangannya yang diterbitkan oleh Pustaka N<strong>as</strong>ional Singapura<br />

antara lain Dimana Letaknya Negara Islam, Pahlawan Islam Yang Gugur<br />

Dizaman Nabi dan Islam Dan Ilmu Pengetahuan Modern, yang diterbitkan<br />

di Kuala Lumpur oleh Dewan Bah<strong>as</strong>a dan Pustaka yaitu Rubai Hamzah Fansury<br />

Karya S<strong>as</strong>tra Sufi Abad ke XVII.<br />

Buku-buku yang diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang dalam tahun<br />

1974-1976 yaitu D<strong>as</strong>tur Dakwah Menurut Al Qur'an, Sejarah Kebudayaan<br />

Islam, Iskandar Muda Meukuta Alam, Menah Johan, Apa Sebab Al Qur'an Tidak<br />

Bertentangan Dengan Akal, Mengapa Ibadat Pu<strong>as</strong>a Diwajibkan, Risalah<br />

Akhlak, Surat-surat Dari Penjara dan lain-lain.<br />

A.H<strong>as</strong>jmy banyak menulis berbagai karangan ilmiyah dalam majalah, terutama<br />

majalah yang dipimpinnya, Sinar Darussalam, disamping telah ikut<br />

memberi pr<strong>as</strong>aran dalam berbagai seminar, baik di Jakarta, Medan dan Banda<br />

Aceh. Pr<strong>as</strong>arannya banyak mengenai m<strong>as</strong>alah-m<strong>as</strong>alah Islam.<br />

Dari latar belakang karier A.H<strong>as</strong>jmy nampak secara gamblang bahwa pengangkatan<br />

sebagai Guru Besar sudah pada tempatnya, dan bukanlah did<strong>as</strong>arkan<br />

pada pertimbangan karena j<strong>as</strong>a dan lain sebab, tetapi sebab utamanya adalah<br />

h<strong>as</strong>il karya nyata yang tak dapat disembunyikan oleh siapapun juga, dan<br />

sekaligus sebagai pembuktian at<strong>as</strong> kesanggupannya dalam bidang professinya.<br />

4. Pengukuhan sebagai Guru Besar<br />

Pada tanggal 20 Mei 1976 dalam su<strong>as</strong>ana penuh hikmat dalam suatu pertemuan<br />

khusus di Kopehna Darussalam berlangsung upacara pengukuhan<br />

sebagai Guru Besar Prof. A.H<strong>as</strong>jmy yang dihadiri oleh Gubernur Aceh, Ketua<br />

Pengadilan Tinggi, Ketua dan Anggota Muspida Tingkat I, dan Tingkat II,<br />

Ketua DPRD Daerah Istimewa Aceh, Rektor Universit<strong>as</strong> Syiahkuala, para<br />

Kepala Din<strong>as</strong> Sipil dan Militer, para Mah<strong>as</strong>iswa dan undangan lainnya.<br />

Bertindak sebagai pengacara adalah Pj.Rektor I.A.I.N. Jamiah Ar-Raniry<br />

Darussalam Banda Aceh, Ahmad Daudy M.A. Dalam kata pengantar menjel<strong>as</strong>kan<br />

d<strong>as</strong>ar pertimbangan dan al<strong>as</strong>an untuk pemberian gelar tersebut secara<br />

singkat, tapi padat. Dan tidak ada hal baru yang dikemukakan, karena karya<br />

A.H<strong>as</strong>jmy telah cukup dikenal oleh m<strong>as</strong>yarakat lu<strong>as</strong>, hanya merupakan ulangan<br />

ringk<strong>as</strong> tentang riwayat hidup dan pekerjaan yang telah dialami oleh bersangkutan.<br />

• Berd<strong>as</strong>arkan pikiran yang sehat dan ilmiah dan beberapa pertimbangan<br />

lainnya, rapat Senat IAIN Jamiah Ar-Raniry yang diadakan pada tanggal 14<br />

Pebmari 1975, telah menerima dengan aklam<strong>as</strong>i pengusulan Bapak H.Aly<br />

H<strong>as</strong>jmy sebagai Guru Besar Luar Bi<strong>as</strong>a dalam Ilmu Dakwah. Sebagai realis<strong>as</strong>i<br />

94


Pidato pengukuhan<br />

Prof.A.H<strong>as</strong>jmy sedang mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul : Dakwah Islamiyah<br />

dan Kaitannya dengan Pembangunan Manusia.<br />

dari h<strong>as</strong>il Keputusan rapat Senat tersebut, Rektor dengan suratnya tanggal<br />

7 April 1975 No. 390/AR/B-l 1/75, telah menyampaikan usul tersebut kepada<br />

Bapak Menteri Agama RI di Jakarta.<br />

Dan dengan SK tanggal 11 Maret 1976 No. B-l 1/3/7-d/1386, Bapak Menteri<br />

Agama telah menetapkan mengangkat Bapak H.Aly H<strong>as</strong>jmy sebagai Guru<br />

Besar Luar Bi<strong>as</strong>a (Prof) dalam Ilmu Dakwah pada Fakult<strong>as</strong> Dakwah, terhitung<br />

sejak tanggal 1 Januari 1976.<br />

Dengan penuh r<strong>as</strong>a gembira dan syukur Pj.Rektor IAIN Jamiah Ar-Raniry<br />

at<strong>as</strong> nama seluruh Civit<strong>as</strong> Academica menyampaikan ucapan selamat kepada<br />

Prof.H.Aly .H<strong>as</strong>jmy.<br />

Dakwah Islamiyah dan kaitan dengan pembangunan manusia, demikian<br />

bunyi judul pidato pengukuhan Prof. A.H<strong>as</strong>jmy. Beliau membuka pidatonya<br />

dengan membaca Al-Qur'an Surah A4 Asfari 1-3: "Demi m<strong>as</strong>a, sesungguhnya<br />

95


insan dalam kerugian, kecuali orang beriman dan beramal bakti, saling pesan<br />

dengan kebenaran dan kcsabaran".<br />

Pokok pembah<strong>as</strong>an berkisar pada :<br />

1) . Keadaan manusia dan m<strong>as</strong>yarakat sebelum datangnya agama Islam.<br />

2) . Islam telah berh<strong>as</strong>il membangun manusia dan m<strong>as</strong>yarakatnya yang telah<br />

rusak itu, menjadi manusia Baru dan m<strong>as</strong>yarakat Manusia Baru.<br />

3) . Keadaan manusia dan m<strong>as</strong>yarakat dew<strong>as</strong>a ini telah mirip dengan manusia<br />

dan m<strong>as</strong>yarakat seperti sebelum datangnya Islam.<br />

4) . Peranan Dakwah Islamiyah dalam membangun kembali manusia dan ma­<br />

syarakatnya dari keruntuhan yang dialaminya sangat penting dan menen-<br />

tukan.<br />

Sejarah perkembngan manusia baik dari zaman "jahiliah tempo dulu" al<br />

jahiliah al qadimah, maupun zaman modern (al jahiliah hadisah) tidak jauh<br />

bedanya, kalau tidak dikatakan sama saja, mal ah jahiliah al hadisah lebih buruk,jahat<br />

dan keji.<br />

Kekacauan dunia dan keruntuhan m<strong>as</strong>yarakat manusia dalam zaman<br />

"jahiliah tempo dulu", berpokok pangkal pada dua Imperium Raks<strong>as</strong>a yang<br />

saling pengaruh dan saling cakaran, yaitu :<br />

a) . Imperium Rumawi Timur, sebuah negara imperialisnie-kapitalisme, yang<br />

resminya m<strong>as</strong>ih meland<strong>as</strong>kan dirinya pada Agama N<strong>as</strong>rani, tetapi kenyataannya<br />

ajaran-ajaran Agama telah disisihkan dari kehidupan m<strong>as</strong>yarakat<br />

dan negara.<br />

b) . Imperium Persia, sebuah negara imperialisme-komunisme atau atheïsme-,<br />

yang dalam tubuhnya telah diselursuri unsur-unsur komunisme-atheisme<br />

dibawah nama manichaisma dan mazdakismc, sekalipun pada lahirnya<br />

m<strong>as</strong>ih meland<strong>as</strong>kan dirinya pada agama Zoro<strong>as</strong>ter.<br />

Imperium Rumawi Timur yang terletak disebelah Barat Jazirah Arabia,<br />

dapat kita namakan dengan "blok barat", sementara Imperium Persia yang<br />

terletak disebelah Timur Jazirah Arabia dapat kita samakan "blok timur".<br />

Kehancuran peradaban manusia dalam abad ini, dalam zaman "jahiliah<br />

modern" al-jahiliah al-hadisah, berpokok pangkal pada dua imperium-raks<strong>as</strong>a<br />

yang juga saling rebut pengaruh, saling rebut keku<strong>as</strong>aan, saling rebut<br />

kekayaan, dan saling rebut tanah jajahan, baik dalam arti politik, ekonomi<br />

atau sosial budaya, yaitu :<br />

(1) . Imperialisnie-kapitalisme dibawah pimpinan negara Industri raks<strong>as</strong>a<br />

Amerika Serikat, yang juga disebut "blok barat".<br />

(2) . Imperialisme-.komunisme dibawah pimpinan negara Industri Agraris<br />

Sovyet Rusia, yang juga dinamakan "blok timur".<br />

Resminya, tanggal 14 Agustus 1945, perang dunia kedua telah berakhir,<br />

dengan penyerahan Jepang di Teluk Tokyo, tetapi nyatanya peperangan<br />

96


m<strong>as</strong>ih berlanjut terus antara imperialisme-kapitalisme dengan blok imperialisme-komunisme.<br />

Perang Indocina, perang Timur Tengah, Perang Cyprus, Perang Angola,<br />

Perang Afrika bagian Selatan dan lain-lainnya, pada hakekatnya adalah<br />

peperangan antara raks<strong>as</strong>a imperialisme-kapitalisme dengan raks<strong>as</strong>a imperialisme-komunisme.<br />

Akibat dari peperangan dan pertentangan antara dua blok raks<strong>as</strong>a ini, peradaban<br />

manusia menjadi ambruk, kehidupan damai menjadi berantakan, kemaksiatan<br />

merata dan keadilan menjadi hanya satu khayalan, kemerdekaan<br />

dan persaudaraan tetap tinggal dalam cita-cita.<br />

Dunia ini benar-benar ter<strong>as</strong>a seperti Neraka, sebagai akibat tindak tanduk<br />

manusia sendiri yang matanya buta terhadap kebenaran, hatinya membatu<br />

terhadap ajaran Tuhan dan telinganya tuli terhadap panggilan ketaqwaan,<br />

seperti yang dilukiskan Allah dan Al Qur'an :<br />

— Sesungguhnya telah kami lemparkan kedalam neraka jahanam sejumlah<br />

besar jin dan manusia, karena mereka tidak cakap mempergunakan hatinya,<br />

tidak pandai melihat dengan matanya, tidak arif mendengar dengan<br />

telinganya, mereka itu sama dengan binatang, bahkan lebih sesat lagi,<br />

mereka itulah orang-orang yang sesat (Q.S.A1 Ara : 179).<br />

Sebagai akibat lanjutan dari kenyataan pahit itu para ibu dan nyonya besar<br />

yang berbelanja ke toko serba ada mer<strong>as</strong>a jiwanya terancam selagi memilih-milih<br />

barang-barang mewah, karena bom meiedak dimana-mana menyebarkan<br />

maut yang tidak kenal ampun.<br />

Senjata-senjata maut yang dih<strong>as</strong>ilkan tehnologi modern bergentayangan<br />

didelapan penjuru angin, seantero dunia, membunuh dan membin<strong>as</strong>akan,<br />

menjadikan tubuh-tubuh yang tidak berdosa pecah menzanah, membuat<br />

kota-kota dan gedung-gedung berantakan menjadi puing, membakar rimba<br />

dan hutan-hutan ladangan, memusnakan sumber-sumber kemakmuran yang<br />

telah dibinanya, menimbulkan bencana dan kemelaratan/membuat jutaan<br />

manusia kehilangan rumah tempat tinggal, kehilangan saudara dan putra<br />

tercinta, kehilangan segala-galanya.<br />

Manusia diamuk oleh "Multi krisis" tak ada suatu kekuatanpun yang mampu<br />

mengat<strong>as</strong>inya, walaupun ada PBB, malah lembaga tersebut telah terbuka<br />

topengnya berupa kejahatan dan kecurangan dalam bentuk perkosaan terhadap<br />

kebenaran dan hak-hak manusia, dan dia tak sanggup membenarkan<br />

yangbenar dan menyalahkan yang salah<br />

Menurut keyakinan saya (demikian A.H<strong>as</strong>jmy) dalam usaha membangun<br />

kembali manusia dan m<strong>as</strong>yarakatnya yang sedang menuju keruntuhan itu,<br />

peranan Dakwah Islamiah adalah penting sekali dan menentukan, bahkan<br />

dunia harus memilih antara tetap dalam kehancuran atau memberl kesem-<br />

97


98<br />

jï ö fS<br />

-° ^<br />

t*> U CL><br />

44 Q<br />

9 "a's-<br />

5 ? E<br />

cu '3<br />

. ca<br />

r* H |H<br />

E 3 ca<br />

Ij tt ft<br />

« £ „<br />

I -a S E 3<br />

I g s°-tSS.<br />

op OS « . 3<br />

S M O. >, -3<br />

= < 2 E t<br />


patan Dakwah Islamiah melaksanakan missinya, untuk meratakan rahmat<br />

kepada alam semesta<br />

Dakwah Islamiah mengharuskan pembangunan manusia dan m<strong>as</strong>yarakatnya<br />

did<strong>as</strong>arkan at<strong>as</strong> tiga land<strong>as</strong>an pokok, yaitu :<br />

(1) . Land<strong>as</strong>an ilmu pengetahuan<br />

(2) . Land<strong>as</strong>an keimanan<br />

(3) . Dan land<strong>as</strong>an amal saleh<br />

Kita bangsa Indonesia haruslah bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa,<br />

karena telah ditetapkan dalam "kadha-kadarnya" bahwa pembangunan<br />

Manusia dan M<strong>as</strong>yarakat Indonesia did<strong>as</strong>arkan at<strong>as</strong> land<strong>as</strong>an Panc<strong>as</strong>ila, yang<br />

menurut hernat saya (A.H<strong>as</strong>jmy) bahwa dalam Panc<strong>as</strong>ila itu telah mengandung<br />

unsur-unsur ilmu pengetahuan, keimanan dan amal saleh.<br />

Menurut pendapatnya dan pendapat para ahli pikir dunia, bahwa rah<strong>as</strong>ia<br />

dari "multi-krisis" ini adalah hanyutnya manusia dalam kehidupan at<strong>as</strong> arus<br />

peraturan-peraturan yang dibuat manusia sendiri, yang sesuai dengan syah-<br />

Perhatian hadirin besar<br />

Para hadirin dalam Rapat Senat Terbuka IAIN Jamiah Ar Raniry Darussalam sedang<br />

<strong>as</strong>yik mendengar pidato pengukuhan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

99


watnya manusia dan hawa nafsu, yang tidak menjamin kem<strong>as</strong>lahatan manusia<br />

dan tidak memperhatikan kebutuhan tabiat manusia dan tidak memperhatikan<br />

akhlak, demikian tulis Prof. Dr. Mahmud Syaltut dalam kitabnya Min<br />

Taujihatil Islam.<br />

Karena itu, peraturan-peraturan buatan manusia itu datang beraneka ragam<br />

sesuai dengan sebab-sebab perbuatannya, berobah dengan sebab warna dan<br />

tujuannya. Tiap-tiap umat berusaha supaya peraturannya menentukan didunia.<br />

Maka berpindahlah dari komunisme kepada kapitalisme, kepada demokr<strong>as</strong>i<br />

dan kepada berbagai warna lain, yang mereka ibaratkan dengan kalimatkalimat<br />

buatan yang menyambar mata manusia dan menggoncangkan hati<br />

mereka dari keimanan yang sebenarnya<br />

Tidaklah diragukan lagi, baliwa dunia tidak akan beb<strong>as</strong> dari bencana besar<br />

itu, kecuali kalau ia melemparkan dirinya dari ajaran-ajaran yang dibuat ma-<br />

Gubernur Muzakkir Walad<br />

Pelaksana peusijuk pertama, yaitu Gubernur Aceh A.Muzakkii Walad. Gambar at<strong>as</strong> :<br />

Gubernur Muzakkir sedang menaburkan ber<strong>as</strong> kuning dalam telapak tangan H<strong>as</strong>jmy.<br />

100


nusia, dan menggantikan dengan ajaran-ajaran yang datang dari Allah, seperti<br />

yang tersimpul dalam firmanya :<br />

— Sesungghunya Al Qur'an ini menuntun kejalan yang paling lurus, dan<br />

memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang beramal saleh,<br />

bahwa untuk mereka tersedia pahala yang besar (Q.S.A1 Isra : 9).<br />

Allah telah mensyariatkan Islam dan menjadikannya sebagai suatu lembaga<br />

yang akan menjamin kebahagiaan pribadi dan jamaah di dunia dan diakhirat.<br />

Islam tidak meninggalkan satu unsurpun dari unsur-unsur kebaikan dan kebahagiaan<br />

abadi, melainkan disuruhnya dan didakwahkan kepadanya.<br />

Islam tidak membiarkan satu unsurpun dari unsur-unsur kejahatan dan kerusakan,<br />

dari unsur-unsur kehidupan hina dan kecelakaan beruntun, melainkan<br />

dilarang mengerjakan dan didakwahkan untuk menjauhinya.<br />

Demikianlah, Islam membina perundangan at<strong>as</strong> kenyataan logis, bahwa<br />

manusia terdiri dari j<strong>as</strong>mani, dimana j<strong>as</strong>mani berhak mendapat bahagian kesenangan,<br />

demikian juga rohani. Manusia mempunyai kepribadian yang merdeka<br />

dari pribadi-pribadi yang lain, dan juga mempunyai kepribadian yang<br />

dengan kepribadian itu, dia menjadi batubata dalam m<strong>as</strong>yarakat tanah air<br />

dan m<strong>as</strong>yarakat manusia. Sesungguhnya manusia mempunyai hak dan kewajiban<br />

dari tiap-tiap kedua pribadi itu.<br />

Kebahagiaan manusia tidak akan menjelma menjadi kenyataan, kecuali<br />

dengan penyempurnaan bahagian rohani dan bahagian j<strong>as</strong>mani; penyusunan<br />

hak-hak dan kewajiban-kewajibannya terhadap dirinya dan m<strong>as</strong>yarakatnya<br />

tanpa berlebih-lebihan dan tanpa pengurangan.<br />

Semua ajaran yang dibawa Islam, yang terdiri dari akidah, ibadah, adab<br />

dan perundang-undangan, tidak keluar dari daerah ini;daerah pemenuhan<br />

hak rohani dan hak j<strong>as</strong>mani bagi manusia pada diri pribadinya dan pada<br />

diri m<strong>as</strong>yarakatnya.<br />

Dibawah naungan prinsip umum yang logis ini, dan dijalan menuju tujuan<br />

yang tinggi-suci, Islam menetapk-an ajaran-ajaran berikut :<br />

(1) Akidah (2) Ibadah (3) Ilmu Pengetahuan (4) Harta Kekayaan (5) Kehormatan<br />

(6) Kesehatan (7) Akal (8) Pemeliharaan J<strong>as</strong>mani dan Rohani<br />

(9) Kekuatan (10) Persamaan (11) Perundang-undangan (12) Pembentukan<br />

M<strong>as</strong>yarakat (13) Akhlak (14) Az<strong>as</strong> Hukum dan Sumber T<strong>as</strong>yrik.<br />

Akhirul kalam dan sesudah itu Inilah dia Islam; agama Allah<br />

yang diridhai-Nya untuk hamba-hambaNya menyusun kehidupan yang dengan<br />

agama itu mereka menyusun kehidupan mereka, Allah mengutuskan para<br />

R<strong>as</strong>ul untuk membawa ajaran-ajaran d<strong>as</strong>arnya dan menguraikannya dalam<br />

beberapa kitab suci; kemudian disempurnakannya dengan ajaran-ajaran yang<br />

sesuai dengan kemajuan manusia dalam KitabNya yang terakhir, yaitu Al<br />

101


Qur'an Karim,_ yang diturunkan dengan perantaraan lisan Nabi dan R<strong>as</strong>ul<br />

penutup, Muhammad S.A.W. Ajaran-ajaran d<strong>as</strong>ar tersebut telah terikhtisarkan<br />

dalam kalimat-kalimat diat<strong>as</strong>, agar menjadi menara yang akan memberi<br />

petunjuk kepada mereka yang memerlukan dalam kegelapan yang mencelakakan<br />

ini; kegelapan atheisme dan komunisme yang berdaya hendak mengu<strong>as</strong>ai<br />

dunia dengan kejahatan-kejahatannya, sedangkan manusia tidak mengerti<br />

bagaimana akhirnya kelak.<br />

Inilah dakwah beliau dalam hal ini, yang diharapkan dapat membuka hati<br />

dan cahayanya akan menembus kedalam mata :<br />

- Sungguh telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang. Karena itu,<br />

siapa yang mau memperhatikan, maka keuntungan untuk dirinya; dan<br />

siapa yang membuta, maka bencana akan menimpa dirinya.<br />

Dan aku bukanlah pelindungmu.(Q.S.An'am : 104).<br />

Menyuap n<strong>as</strong>i ketan<br />

Pelaksana peusijuk kedua, yaitu Rektor Universit<strong>as</strong> Syiahkula Dr. Ibrahim H<strong>as</strong>an, dimana<br />

beliau sedang menyuapkan n<strong>as</strong>i ketan kuning kedalam mulut Prof. A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

102


1. Sebagai Leader<br />

BAGIAN VII<br />

DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN<br />

Sebagai seorang pemimpin, A.H<strong>as</strong>jmy menganut az<strong>as</strong> leadership yang berpegang<br />

pada prinsip d<strong>as</strong>ar :<br />

— Seorang Leader harus bertanggung jawab keluar dan kedalam, dengan<br />

memiliki sifat dan ciri-ciri mer<strong>as</strong>a bangga dan terhormat apabila kepemimpinannya<br />

berh<strong>as</strong>il dan sebaliknya mer<strong>as</strong>a terpukul dan hina apabila<br />

kepemimpinannya gagal.<br />

— Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab tidak mencari kambing hitam,<br />

apabila kepemimpinannya tidak berh<strong>as</strong>il, walaupun ada orangorang<br />

yang memang melakukan kesalahan atau sabotage. Kesalahan<br />

yang dibuat oleh bawahan yang menyebabkan usahanya gagal diambil<br />

oper tanggung jawab, disamping memperbaiki kesalahan yang dibuat<br />

oleh bawahan.<br />

— Pemimpin yang bertanggung jawab selalu menghormati at<strong>as</strong>an dan sayang<br />

pada bawahan (bukan menjilat keat<strong>as</strong> dan menekan kebawah).<br />

— Selalu memberi perhatian pada soal-soal yang kecil sekalipun, karena<br />

hal-hal yang besar ditimbulkan atau dimulai dari yang kecil-kecil.<br />

— Selalu mengusahakan atau mengutamakan kepentingan umum dari<br />

pada kepentingan diri sendiri.<br />

— Menepati janji dan amanah. Kalau sudah berjanji harus ditepati dan<br />

bila berhalangan supaya diberitahukan sebelumnya.<br />

— Menjaga waktu, disamping mengatur waktu sebaik-baiknya juga tepat<br />

menghadiri acara-acara yang telah ditentukan seperti berapat dan<br />

lain-lain.<br />

2. Dalam Menghadapi Kesulitan<br />

Sebagai pemimpin selalu dihadapkan pada kesulitan dan tantangan. Dalam<br />

menghadapi kesulitan A.H<strong>as</strong>jmy pertama-tama berusaha ker<strong>as</strong> dengan did<strong>as</strong>ari<br />

ilmu pengetahuan, seperti Pak Tani harus punya pengetahuan bertani, kemudian<br />

berusaha, lant<strong>as</strong> berdoa kepada Tuhan dalam hal-hal diluar kemampuan.<br />

Dalam menghadapi kesulitan kita juga harus membuat perhitungan, mendahulukan<br />

mana yang harus didahulukan dan terus berusaha kemudian baru<br />

berdoa.<br />

103


104<br />

A. H<strong>as</strong>jmy dan isteri


Beliau juga menerangkan tentang pentingnya doa dalam Agama Islam dan<br />

kebijaksanaan Pemimpin Besar Islam yang perlu ditiru seperti antara lain :<br />

a. Cara menyampaikan kebenaran hendaklah dengan kebijaksanaan dan<br />

kesalahan harus disampaikan dengan cara yang baik pula.<br />

b. Cara mengatur rumah tangga yang baik sebelum memimpin m<strong>as</strong>yarakat<br />

yang lu<strong>as</strong>.<br />

3. Sebagai Pemimpin Rumah Tangga<br />

Sebagaimana telah diterangkan lebih dahulu beliau selalu membimbing<br />

putra-putranya dengan baik. Apabila seperti sekarang putra-putra beliau berjauhan<br />

dan ada pula yang sudah berumah tangga beliau selalu menghubungi<br />

putra-putranya melalui "surat dari Ayah". Surat itu dibuat baik dalam waktu<br />

suka dan duka, kegembiraan dan kemalangan menurut apa yang terjadi dalam<br />

keluarga beliau dengan mana mengharapkan agar putra-putranya selalu mer<strong>as</strong>a<br />

sen<strong>as</strong>ib dan seperuntungan sesama keluarga, dan selalu bersyukur bersama<br />

apabila salah seorang memperoleh kemajuan dan sebagainya. Membuat<br />

surat seperti itu sudali dijadikan tug<strong>as</strong> routine, dan sekurang-kurangnya tiap<br />

bulan sekali, dan yang menarik disamping isinya yang mengandung n<strong>as</strong>ehat<br />

dan ajaran yang berfaedah, semua pertinggal surat itu disimpan dalam satu<br />

bendel yang disusun rapi.<br />

Dalam mengatur anak dan keluarga beliau selalu mengajarkan untuk :<br />

— Mensyukuri rahmat secara umum.<br />

• Mendidik dan menjaga anak dan memelihara arah agar anak dan keluarga<br />

menjurus kepada yang baik.<br />

— Membina anak-anak menjadi warga Negara yang berguna bagi Negara,<br />

Bangsa dan Agama.<br />

4. Sebagai Administrator<br />

Tidak hanya surat kekeluargaan beliau simpan baik-baik tetapi juga segala<br />

dokumen penting beliau pelihara dengan baik. Kartu-kartu tanda anggota mulai<br />

dari beliau sekolah, tanda anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i m<strong>as</strong>sa dan politik yang pernah<br />

beliau m<strong>as</strong>uki semuanya tersimpan dalam satu album. Suatu koleksi yang menarik<br />

seperti kita menyimpan benda-benda pos.Konsep pidato penting dijilid<br />

menjadi buku, malah kadang-kadang m<strong>as</strong>ih nampak coret-moret tanda koreksi<br />

dan perbaikan. Dari coret-moret itu dapat diambil kesimpulan bahwa pidato<br />

penting selalu dikerjakan sendiri atau setidak-tidaknya diperiksa secara teliti.<br />

Dan yang terakhir dan tidak kalah penting, disamping beliau punya kam ar<br />

kerja khusus, juga memiliki sebuah perpustakaan yang dirawat sendiri, sebagai<br />

suatu Pustaka Umum dengan nama "Pustaka A.H<strong>as</strong>jmy", yang waktu sekarang<br />

memiliki buku lebih 5000 jilid yang terdiri dari bah<strong>as</strong>a Indonesia, bah<strong>as</strong>a<br />

Arab, bah<strong>as</strong>a Inggeris, bah<strong>as</strong>a Belanda dan bah<strong>as</strong>a Aceh.<br />

105


106<br />

ca<br />

>><br />

c<br />

s<br />

c<br />

ca<br />

44<br />

•3<br />

ca<br />

ca<br />

17<br />

CD<br />

44<br />

CU<br />

p.<br />

c<br />

ca<br />

oo<br />

c<br />

CD<br />

•a<br />

s<br />

c jg<br />

CS co<br />

£ >,<br />

T3 £<br />

•2, '«<br />

S<br />

3 3<br />

iS s<br />

3<br />

O<br />

"M<br />

cd<br />

&<br />

cd<br />

Ö,<br />

.£!<br />

I<br />

13<br />

cö<br />

44<br />

's<br />

CD<br />

ö


Dalam Pakaian Adat Aceh<br />

Dalam rangka perayaan 17 Agustus 1958, telah dibuka Pekan Kebudayaan Aceh ke I di<br />

Banda Aceh, yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Priyono<br />

at<strong>as</strong> nama Pemerintah Pusat; sementara pada tanggal 17 Agustus 1958 itu juga diletakkan<br />

batu pertama Kopelma Darussalam oleh Menteri Agama Kiyai Haji Ily<strong>as</strong> yang juga at<strong>as</strong><br />

nama Pemerintah Pusat.<br />

A.H<strong>as</strong>jmy sebagai gubernur Aceh waktu itu, demikian juga keluarganya diharuskan bcrpakaian<br />

adat Aceh dalam acara-acara tertentu. Gambar diat<strong>as</strong> ini, yaitu (dari kiri kekanan)<br />

: A.H.Dahlia, Ny. Zuriah, A.H<strong>as</strong>jmy, dan A.H.Mahdi.<br />

5. Sebagai Ulama<br />

Ulama atau sebagai pimpinan rohani A.H<strong>as</strong>jmy menjadi anggota Dewan<br />

Pertimbangan Majlis Ulama Indonesia, disamping aktip dalam kepengurusan<br />

Majlis Ulama Daerah Istimewa Aceh, dengan jabatan Wakil Ketua mendam-<br />

pingi Tengku A.H.Abdullah Ujong Rtmba sebagai Ketua Majlis.<br />

107


108<br />

.2<br />

>.<br />

ji<br />

S<br />

e<br />

co<br />

T3<br />

ca<br />

im<br />

3<br />

O.<br />

co<br />

oo<br />

e<br />

CU<br />

4^<br />

c<br />

co


Dalam pada itu beliau juga giat dalam mengadakan dakwah Islamiah, dalam<br />

berbagai-bagai ceramah, mengajar dalam berbagai Fakult<strong>as</strong>, mengarang<br />

kitab agama dan menulis artikel dalam bidang agama dalam berbagai majalah,<br />

dan sering pula bertindak sebagai khatib pada Sembahyang Jumat dan lainlain.<br />

Sebagai ulama Islam tergolong ulama modern seperti halnya lulusan Perguruan<br />

Thawalib Padang Panjang lainnya, disamping memiliki ilmu pengetahuan<br />

umum yang lu<strong>as</strong> dan pengalaman yang memadai.<br />

Kiranya tidak pernah pula terlupakan oleh beliau dimana saja dan dalam<br />

tiap kesempatan selalu menganjurkan untuk memakmurkan langgar dan mesjid.<br />

Serangkaian dengan usaha tersebut melalui Majlis Ulama telah dirintis<br />

pula kerja sama antara Kantor Wilayah Departemen Agama dan Din<strong>as</strong> Sosial/<br />

Kantor Wilayah Departemen Sosial Daerah Istimewa Aceh dalam rangka<br />

pembinaan sosial dalam m<strong>as</strong>yarakat term<strong>as</strong>uk didalamnya untuk meningkatkan<br />

fungsi Meun<strong>as</strong>ah dan Mesjid.<br />

6. Sebagai Seorang Idealis<br />

Untuk mengenal beliau sebagai seorang idealis kiranya cukup jel<strong>as</strong>, terang<br />

dan tunai apabila kita pernah membaca tulisan dan karangannya, demikian<br />

pula dalam tiap rapat, pertemuan dan lain-lain selalu melahirkan konsepsi<br />

yang indah permai. Contoh yang interessan antara lain dapat disebut :<br />

1. Sekolah Taman Kanak-kanak telah dirintis dan dibina oleh Pesindo Aceh,<br />

dibawah pimpinan beliau sejak tahun 1946, m<strong>as</strong>ih dalam m<strong>as</strong>a Perang<br />

Kemerdekaan. Kini baru disadari sejak tahun 1975, baru timbul persyaratan<br />

bahwa bagi anak-anak yang akan mem<strong>as</strong>uki Sekolah D<strong>as</strong>ar, harus lebih<br />

dahulu mem<strong>as</strong>uki Sekolah Taman Kanak-kanak, dan mulailah berkembang<br />

Taman Kanak-kanak seperti jamur dimusim hujan, dan bermekarlah<br />

^ .<br />

Dalam tahun 1968, M<strong>as</strong>yarakat Islam di Singapura dan Malaysia mengundang A.H<strong>as</strong>jmy<br />

dan isteri untuk melakukan serangkaiaft-ëakwah dikedua negara tersebut.<br />

Di Singapura antara lain A.H<strong>as</strong>jmy telah berdakwah didepan Majlis M<strong>as</strong>yarakat Arab,<br />

dikalangan para pengurus dan anggota Partai Agama Islam (PAI), membaca khuthbah<br />

Jum'at di Mesjid Sulthan dan Mesjid dalam kompleks Kedutaan Besar R.I.<br />

Di Malaysia antara lain A.H<strong>as</strong>jmy telah memberi ceramah kepada anggota-anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i<br />

Mah<strong>as</strong>iswa Islam Universiti Malaya, Mah<strong>as</strong>iswa Kollege Islam, para pelajar dan guru<br />

Taman Pendidikan Puteri Islam dan kepada para pengurus dan anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i perempuan<br />

Malaysia.<br />

Gambar diat<strong>as</strong>, A.H<strong>as</strong>jmy sedang memberi ceramah dalam Aula Mesjid Negara Kualalumpur<br />

kepada para anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i perempuan Malaysia; yang membelakang duduk,<br />

yaitu Ketua Majilis Agama Islam Malaysia merangkap Imam Besar Mesjid Negara Kualatumpur.<br />

109


unga warna warni dalam taman Indria yang indah menjadi idaman tiap<br />

ibu dan bapak buat m<strong>as</strong>a depan anak-anaknya.<br />

2. Majlis Ulama mulai dirintis dan didirikan buat pertama kali dibumi Aceh,<br />

dimana beliau memegang peranan yang menentukan baik at<strong>as</strong> idea pendirian<br />

maupun dalam pembinaan selanjutnya. Tentang majlis ini baru diterima<br />

secara umum dan menyadari pentingnya <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i tersebut, maka<br />

menjelang tahun 1975 ini mulai membentuk di daerah-daerah lain diseluruh<br />

penjuru tanah air, dan terbentuk pula Pimpinan Pusat yang berkedudukan<br />

di Ibu Kota Republik Indonesia, dibawah pimpinan Hamka, dimana<br />

beliau juga duduk sebagai anggota Dewan.<br />

3. Idea penciptaan dan pembinaan Kopelma Darussalam sekaligus pemberian<br />

nama seperti sekarang ini adalah beliau yang mencetuskannya, untuk ini<br />

dapat dibaca uraian terdahulu.<br />

4. Nama-nama Kota dan Kampung banyak yang dirobah dan ditukar oleh<br />

beliau dengan nama yang punya land<strong>as</strong>an historis dan cita-cita yang tinggi,<br />

Dalam Taman Indera Kesuma<br />

Dicelah-celah tug<strong>as</strong>nya melaksanakan Dakwah Islamiyah di Malaysia, pada waktu-waktu<br />

senggang A.H<strong>as</strong>jmy dan isteri mengadakan rehat ditempat-tcmpat yang indah.<br />

Gambar diat<strong>as</strong> waktu A.H<strong>as</strong>jmy dan isteri bertam<strong>as</strong>ya dalam Taman Indera Kesuma di<br />

Pulau Pinang.<br />

110


111


Bersama W.S.Rendra<br />

Waktu dalam tahun 1971 W.S.Rendra bersama rombongan teaternya melawat ke Aceh,<br />

menyempatkan diri singgah dirumah A.H<strong>as</strong>jmy jalan Mata Ie 20 Banda Aceh. Gambar<br />

at<strong>as</strong>, W.S.Rendra sedang terlibat dalam suatu percakapan-seni dengan A.H<strong>as</strong>jmy dan Ny.<br />

Zuri'a A.H<strong>as</strong>jmy. Dari kiri kekanan : W.S.Rendra, A.H<strong>as</strong>jmy dan Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

seperti Kutaraja dirobah menjadi Banda Aceh, Ibu Kota Daerah Istimewa<br />

Aceh, nama kampung Lamtemen dimana beliau sekarang menetap dan<br />

menjabat sebagai Keplor (Kepala Lorong) menjadi Banda Jaya dan m<strong>as</strong>ih<br />

banyak lagi.<br />

7. Sebagai pejuang<br />

Dari tahun 1932 s/d tahun 1935 menjadi anggota Himpunan Pemuda<br />

Islam Indonesia (H.P.I.I.) dan dari tahun 1933 s/d tahun 1934 menjadi Sekretaris<br />

dari H.P.I.I. Cabang Padang Panjang. H.P.I.I. adalah onderbow dari Partai<br />

Politik PERMI (Persatuan Muslimia-foéonesia).<br />

Dari tahun 1932 s/d tahun 1935 menjadi anggota aktif dari Partai Politik<br />

PERMI Cabang Padang Panjang.<br />

112


PERMI adalah satu partai politik yang berd<strong>as</strong>arkan Islam dan sangat radikal,<br />

yang menganut <strong>as</strong><strong>as</strong> "non koper<strong>as</strong>i" terhadap Pemerintah Hindia Belanda.<br />

Pengurus Besar dari PERMI antara lain : H.Ily<strong>as</strong> Yakub. H.Mukhtar Luthfi<br />

dan lain-lain.<br />

Dalam bulan Maret s/d Juni 1934 dipenjarakan dalam penjara Padang<br />

Panjang, at<strong>as</strong> keputusan pengadilan kolonial (Landrad Padang Panjang) karena<br />

dituduh melanggar undang-undang larangan berapat (vergadering verbed)<br />

dimana tertuduh kedapatan ikut dalam suatu rapat politik dari PERMI tanpa<br />

izin.<br />

Dalam tahun 1935 bersama beberapa orang pemuda yang baru kembali<br />

dari Sumatera Barat, mempelopori mendirikan SEPIA (Serikat Pemuda<br />

Islam Aceh) dimana terpilih menjadi Sekretaris Umum, sedangkan Ketua<br />

Umumnya dijabat oleh S.Abu Bakar.<br />

Dalam Kongresnya yang ke II (1937) SEPIA dirobah namanya menjadi<br />

PERAMIINDO (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia) dimana beliau<br />

terpilih menjadi salah seorang Pengurus Besarnya. PERAMIINDO adalah satu<br />

gerakan pemuda yan radikal, yang dalam sep^k terjangnya melakukan usahausaha<br />

politik untuk menentang penjajahan Belanda, yang dalam tahun 1942<br />

ikut memberontak kepada keku<strong>as</strong>aan Belanda.<br />

Sejak tahun 1939 bergerak aktif dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh<br />

Aceh). Dalam m<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a tersebut, sebagai salah seorang Pengurus dari Pimpinan<br />

Pemuda PUSA Kabupaten Aceh Besar, merangkap Wakil Kwartir<br />

Kepanduan (Pramuka) K.I. (K<strong>as</strong>ysyafatul Islam (lihat Aceh en de Oorlog met<br />

Japan hal 60) PUSA dan Pemuda PUSA adalah satu gerakan Agama yang<br />

radikal, yang pada lahirnya bukan Partai Politik, tetapi dalam sepak terjangnya<br />

merupakan gerakan politik yang revolusioner, yang menentang penjajahan<br />

Belanda.<br />

Dalam pertengahan tahun 1941 bersama beberapa teman dari Pimpinan<br />

Pemuda PUSA (antaranya Ahmad Abdullah) mendirikan satu gerakan rah<strong>as</strong>ia<br />

(gerakan bawah tanah) yang bernama "Gerakan Fajar" dan disingkat<br />

Gerakan F. Tujuan Gerakan Fajar untuk meng<strong>org</strong>anisir pemberontakan terhadap<br />

keku<strong>as</strong>aan Hindia Belanda, dan dalam waktu singkat Gerakan F menjalar<br />

keseluruh Aceh mendapat dukungan segenap lapisan m<strong>as</strong>yarakat. 12<br />

Pada awal tahun 1942 terjadilah berbagai sabot<strong>as</strong>e diseluruh Aceh, antara<br />

lain pembongkaran rel keretaapi, pemutusan kawat telpon dan sebagainya<br />

sehingga membuat Pengu<strong>as</strong>a Belanda di Aceh menjadi panik. Pada tanggal<br />

19—20 Pebruari 1942 Gerakan F yang mulanya bersifat sabot<strong>as</strong>e mcnjelma<br />

menjadi perlawanan pisik, dimana pada malam tersebut sejumlah pemuda-<br />

12<br />

Ibid., hlm 67.<br />

113


114<br />

^ cd<br />

s<br />

« S<br />

a "o "S<br />

I « |<br />

s" s<br />

<strong>as</strong>*<br />

H •< 5/<br />

•H cj u<br />

"O Sn 3<br />

| H S<br />

£ < £<br />

S >- „<br />

3--ai -<br />

g Ö £ S<br />

3 O<br />

«j<br />

s<br />

E J-j co g 3<br />

| i-a £<br />

—j ^ C/3 3 3<br />

B 3?"'^<br />

S f >j « £ 5<br />

« 3 ^ » £ -S<br />

f2 1 a-s?! 1<br />

.!<br />

a 3 § ~. & s<br />

Q . o- < •»<br />

P .. -o c<br />

J 3 5 O 3<br />

i2 -O co Bi -3<br />

K<br />

3 Q, 2<br />

^ S >. -3<br />

cd P ^ n<br />

"° • S>1o<br />

43 g o 9- -a<br />

" I <<br />

i •§<br />

C« Cd<br />

§ --ff =s i<br />

<br />

P N PH T3 U


pemuda dari K.I. Cabang Seulimeum yang telah terlatilvmenyerbu kota<br />

Seulimeum, hingga terbunuhlah controleur Tiggelman, dan pada tanggal 23/<br />

24 Pebruari 1942 terjadi pertempuran di Kemire, dimana terbunuh pula Kepala<br />

Ekploit<strong>as</strong>i Kereta Api Aceh Von Sperling. 13<br />

Dua hari sebelum dilakukan pemberontakan pisik, mark<strong>as</strong> pemberontakan<br />

dipindahkan dari Kenalou (dalam Kampus Perguruan Islam Selimeum) ke<br />

Data Cee, dan beberapa orang pimpinan pemberontakan hijrah kemark<strong>as</strong><br />

baru, sementara A.H<strong>as</strong>jmy dan beberapa teman lain tetap tinggal di Mark<strong>as</strong><br />

Kenalou untuk memimpin langsung pertempuran, dan setelah terjadi dua<br />

peristiwa tersebut barulah beliau turut pindah kemark<strong>as</strong> baru di Data Cee.<br />

Pada malam terjadi pertempuran pertama (19 Pebruari 1942) di Selimeum,<br />

Tjoet Amat, Kepala Kantor Pos Pembantu Selimeum ikut memberontak<br />

dengan membawa uang k<strong>as</strong> sebanyak 5000 gulden (f. 5000) dan lari kemark<strong>as</strong><br />

Data Gee, bersama A.H<strong>as</strong>jmy, dan uang tersebut kemudian dipergunakan<br />

untuk perjuangan. 14<br />

Karena A.H<strong>as</strong>jmy memimpin pemberontakan, maka pada tanggal 20 Pebruari<br />

1942 ayahnya TengkuH<strong>as</strong>jim ditangkap dan ditahan dalam tangsi tentara<br />

Belanda di Banda Aceh, dan baru beb<strong>as</strong> setelah tentara Belanda lari dari<br />

Aceh.<br />

Setelah pecah pemberontakan pisik di Selimeum dan Kemire berturutturut<br />

pecah pula pemberontakan di Pidie, Aceh Barat dan lain-lain sehingga<br />

keadaan menjadi sangat gawat, dimana kedudukan tentara Belanda sangat<br />

terancam. Karena pemberontakan yang sangat dahsyat berada dalam Wüayah<br />

Selimeum (dimana A.H<strong>as</strong>jmy) bermark<strong>as</strong>, maka Pemerintah Belanda menempatkan<br />

wilayah tersebut dibawah keku<strong>as</strong>aan militer, dimana Mayor W.F.<br />

Palmer van den Broek,komandan Korp Marsose (Commandant van het Corps<br />

Marechaussee) di angkat menjadi Kepala Pemerintahan Sipil/Militer di Selimeum.<br />

15 Diantara teman-teman seperjuangannya yang turut memimpin<br />

Pemberontakan terhadap keku<strong>as</strong>aan Belanda, yaitu Tengku Abdul<br />

Wahab, Ahmad Abdullah, Tengku Ali Ibrahim, Teuku Panglima Polem Muhamad<br />

Ali, Tjoet Amat dan lain-lain.<br />

Pada awal tahun 1945 bersama sejumlah pemuda yang bekerja pada Kantor<br />

Aceh Sinbun dan Kantor Domei, membentuk suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i rah<strong>as</strong>ia<br />

dengan nama IPI (Ikatan Pemuda Indonesia). IPI bertujuan mengadakan persiapan-persiapan<br />

untuk mengadakan perlawanan terhadap keku<strong>as</strong>aan Belanda,<br />

kalau-kalau keku<strong>as</strong>aan Belanda kembali setelah kalah Jepang (saat itu telah<br />

terlihat tanda-tanda kekalahan Jepang).<br />

13<br />

Ibid, hlrn 63<br />

l4<br />

Ibid, hlm 64.<br />

l5<br />

Ibid, hlm 67.<br />

115


Setelah Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945,1P1 bergerak aktif<br />

dengan terang-terangan dan terutama setelah Proklam<strong>as</strong>i 17 Agustus 1945,<br />

menggerakkan kekuatan Rakyat terutama pemuda untuk mempertahankan<br />

Proklam<strong>as</strong>i tersebut. IPI kemudian berobah menjadi B.P.I. (Barisan Pemuda<br />

Indonesia) berobah lagi menjadi P.R.I. (Pemuda Republik Indonesia) dan<br />

akhirnya menjadi Kesatria Pesindo DIPISI RENCONG. Sejak dari IPI sampai<br />

kepada Dipisi Rencong tetap pimpinan berada ditangan A.H<strong>as</strong>jmy. Dipisi<br />

Rencong bersama-sama dengan Dipisi Gajah, Dipisi Tengku Cik Ditiro, telah<br />

116<br />

A.H<strong>as</strong>jmy dan Takdir Alisyahbana<br />

Dalam tahun tujuhpuluhan di Banda Aceh diadakan seminar yang<br />

bertemakan : peranan pemimpin-pemimpin agama dalam pembangunan.<br />

Diantara yang memberi pr<strong>as</strong>aran, yaitu Prof. S.Takdir Alisyahbana,<br />

Prof. Dr. H. R<strong>as</strong>yidi, Prof.A.H<strong>as</strong>jmy dan lain-lain. Gambar<br />

at<strong>as</strong> di Hotel Krueng Daroy pada malam resepsi seminar. A.H<strong>as</strong>jmy<br />

dan Takdir Alisyahbana diberi sirih sckapur.<br />

/


Presiden Sukarno dan A.H<strong>as</strong>jmy<br />

Awal tahun 1948, Presiden Sukarno datang ke Aceh peitamakaü, dengan mempeigunakan<br />

Pesawat R.I. I yang mendarat dilapangan udara Lhoknga. Dalam perkunjungan itu,<br />

Presiden menerima dua buah pesawat terbang (harganya) dari Pemerintah dan Rakyat<br />

Aceh untuk perjuangan R.I. Gambar at<strong>as</strong> : Presiden Sukarno berjabat tangan dengan'<br />

A.H<strong>as</strong>jmy di Lapangan Udara Lhoknga.<br />

117


erjuang dengan heroik mempertahankan Proklam<strong>as</strong>i 17 Agustus 1945 sehingga<br />

tentara Belanda tidak berani menyerbu Aceh.<br />

8. Saran-saran dan Pandangan<br />

Sewaktu kami tanyakan saran apa dan pandangan bagaimana yang dir<strong>as</strong>a<br />

perlu untuk diteruskan kepada Gener<strong>as</strong>i Penerus, beliau menjawab secara<br />

singkat sebagai berikut :<br />

118<br />

1. Sebagai pemimpin harus mempunyai :<br />

a) .Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa<br />

b) .Mempunyai ilmu pengetahuan yang lu<strong>as</strong><br />

c) . Mempunyai amal yang saleh dan berakhlak yang baik<br />

2. Dalam bidang pembinaan Gener<strong>as</strong>i Muda, menyarankan agar supaya<br />

kepada Gener<strong>as</strong>i penerus diberi bimbingan yang baik dengan memberi<br />

pengetahuan yang lu<strong>as</strong> dan diarahkan mereka kepada terbentuknya<br />

Youth Centre, Taman Remaja, Karang Taruna dan yang sebangsa dengannya.<br />

3. Dalam bidang pendidikan. Menurut beliau pendidikan akan menemukan<br />

kegagalan apabila kita tidak berh<strong>as</strong>il menumbuhkan idealisme kepada<br />

anak didik. Seperti terlihat dew<strong>as</strong>a ini anak didik lebih mengutamakan<br />

materil, seperti cepat-cepat ingin memperoleh ijazah untuk mendapat<br />

pekerjaan dan pengh<strong>as</strong>ilan dan sebagainya tanpa ada cita-cita untuk<br />

mengabdi untuk pembangunan Bangsa dan Tanah Air.<br />

Baik tujuan materil maupun pengabdian kepada m<strong>as</strong>yarakat harus identik<br />

dengan Panc<strong>as</strong>ila dan Agama. Dan oleh karena itu untuk membangun<br />

suatu Negara yang besar dan jaya harus ditumbuhkan dan dikembangkan<br />

idealisme yang religius kepada anak didik umumnya dan<br />

m<strong>as</strong>yarakat pada khususnya.


A.H<strong>as</strong>jmy dalam Pakaian Adat<br />

119


SUMBER DATA<br />

1. Riwayat Hidup dan Pengalaman A.H<strong>as</strong>jmy, yang dibuat sendiri tertanggal<br />

16 Oktober 1973/15 Juli 1977.<br />

2. Wawancara khusus dalam persiapan penyusunan n<strong>as</strong>kah ini.<br />

3. Dokumen dan Photo.<br />

4. Dua Windu Kodam I Iskandar Muda, diterbitkan oleh Sejarah Militer<br />

Kodam I Iskandar Muda 1972.<br />

5. Razaly Tjut Lani dan Budiman Sulaiman, Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, Fa.<br />

Pustaka Farabi Banda Aceh, 1970.<br />

6. Dari Darulharb ke Darussalam, Perpustakaan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />

7. Darussalam, Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh, 1963.<br />

8. 10 Tahun Darussalam dan Hari Pendidikan, Yaysan Pembina Darussalam<br />

1969.<br />

120


RIWAYAT RINGKAS PENULIS<br />

Penulis dilahirkan di Desa Luengbata pada tanggal 10 bulan Mei 1930,<br />

merupakan anak tertua dari 11 orang saudara. Setelah tammat Sekolah Rakyat<br />

6 tahun, dan dengan perang Kemerdekaan 1945 dan kesulitan lain-lain<br />

penulis terpaksa menjadi pegawai dalam usia yang sangat muda (16 tahun).<br />

Dengan leburnya Propinsi Aceh bentuk lama, penulis dipindahkan ke<br />

Inspeksi Sosial Propinsi Sumatera Utara di Medan, selama berada di Medan<br />

berkesempatan sekolah sore sambil bekerja hingga selesai dan lulus SMEA<br />

Negeri tahun 1955. Dalam tahun 1956 pindah ke Inspeksi Sosial Propinsi<br />

Sumatera Selatan di Palembang, dan dalam tahun 1957 pindah ke Kementerian<br />

Sosial di Jakarta, dengan diberi tug<strong>as</strong> belajar pada Kursus Thesauri<br />

Negara Kementerian Keuangan di Jakarta. Kursus tersebut hanya dapat<br />

selesai sampai dengan tingkat II, dan berhubung kesehatan tidak mengizinkan<br />

terpaksa pula kembali ke Aceh. Selama tahun 1959 s/d 1969 diserahi<br />

tug<strong>as</strong> sebagai Kepala Bahagian Keuangan/Bendaharawan pada Inspeksi Sosial<br />

Propinsi Daerah Istimewa Aceh.<br />

Dalam tahun 1966 dapat menyelesaikan dan lulus ujian Negeri Sarjana<br />

Muda pada Fakult<strong>as</strong> Sosial dan Politik, dan dalam tahun 1976 dapat menyelesaikan<br />

STISPI di Banda Aceh. Dalam tahun 1977 lulus ujian Negara Sarjana<br />

lengkap yang dibentuk Kopertis Wilayah I Medan.<br />

Disamping belajar sebagai Mah<strong>as</strong>iswa, dipercayakan selaku Ketua Team Pembantu<br />

Yay<strong>as</strong>an U.I.A. tersebut dan juga sebagai Asisten Dosen Ilmu Management<br />

pada Fakult<strong>as</strong> Sosial dan Politik, dan STTSPf rrrBanda Aceh.<br />

121


Sejak tahun 1970 menjabat Kepala Bahagian Bina Karya pada Din<strong>as</strong><br />

Sosial Propinsi Daerah Istimewa Aceh, dan merangkap Pimpinan Umum, Pimpinan<br />

Redaksi dan Penanggung jawab Risalah bulanan Sinar Desa. Tahun<br />

1976 menjabat Bendahara Yay<strong>as</strong>an Perguruan Tinggi Iskandar Muda dan Bendahara<br />

II BAPERIS Pusat. Hal mana paralel dengan beralihnya Fakult<strong>as</strong> Sospol<br />

dari Yay<strong>as</strong>an U.I.A. kepada Yay<strong>as</strong>an P.T.I. (BAPERIS PUSAT).<br />

Penulis memulai karier dalam jabatan Negeri dengan pangkat terendah<br />

yakni sebagai Pesuruh Kantor, dan secara setingkat demi setingkat dalam m<strong>as</strong>a<br />

jabatan selama 30 tahun telah mencapai pangkat Pembina (IV/a PGPS<br />

1968). Hampir semua jabatan rendahan dan menengah telah pernah penulis<br />

alami secara langsung. Dan mulai 4 Pebruari 1975 dipercayakan menjadi Kepala<br />

Bagian Umum/Logistik pada Din<strong>as</strong> Sosial Daerah Istimewa Aceh di<br />

Banda Aceh. Terhitung mulai tanggal 15 September 1976 diangkat menjadi<br />

Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jambi di Jambi.<br />

Dan sudah pula mengikuti/lulus SESPA Mei-Agustus 1977.<br />

Dalam Bidang Pergerakan/Perjuangan<br />

Sejak R.I. diproklamirkan 17-8-1945 penulis menggabungkan diri dengan<br />

Barisan Pemuda, kemudian menjadi PESINDO dan Kesatria Pesindo di desa<br />

Luengbata. Dalam tahun 1947 menjadi anggota Intelligen pada Divisi Rencong<br />

dan merangkap anggota Panitera Pesindo Aceh. Pada akhir tahun 1948,<br />

berhubung dengan pemberontakan PKI pertama dimana Pesindo Pusat (Madiun)<br />

terlibat dalam pemberontakan tersebut, maka Pesindo Aceh memutuskan<br />

hubungan dengan Pusat dan berdiri sendiri, hingga akhirnya dibubarkan.<br />

Kemudian dari pada itu penulis mem<strong>as</strong>uki PSII dan dalam tahun 1959<br />

menjadi Anggota Pimpinan Pusat LT PSII dan merangkap Bendahara Yay<strong>as</strong>an<br />

Kesejahteraan Ummat di Jakarta.<br />

Akhirnya dengan monoloyalit<strong>as</strong> Pegawai Negeri yang diperbantukan pada<br />

Daerah Otonom (Daerah Istimewa Aceh) telah menyatakan keluar dari<br />

anggota Partai dan menjadi Ketua I Korpri Unit Din<strong>as</strong> Sosial, dan Ketua I<br />

Kokarmendagri Kampung Lamdingin. Tahun 1975/76 menjabat Bendahara<br />

Korpri Unit Din<strong>as</strong> Sosial Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Mulai tahun 1977<br />

menjadi Anggota Dewan Pembina Korpri Propinsi Jambi di Jambi dan anggota<br />

Pembina Pembangunan Daerah Transmigr<strong>as</strong>i Propinsi Jambi.<br />

Karya Ilmiah :<br />

1. Paper Kehidupan Sosial (Muamalah) dalam hubungan dengan Unsur-unsur<br />

Syariat Islam di Lamleuot (Paper 1964) diajukan untuk memenuhi syarat<br />

untuk mencapai gelar Sarjana Muda.<br />

2. Paper Organis<strong>as</strong>i Din<strong>as</strong> Sosial Propinsi Daerah Istimewa Aceh, diajukan<br />

dalam Latihan Jabatan bidang Administr<strong>as</strong>i di Kaliurang kepada B.P.A.<br />

Yogyakarta (Paper 1967).<br />

122


3. Buku Manajemen sebagai Seni, diterbitkan oleh Socialia Jakarta (1971)<br />

Buku ini dipergunakan sebagai bahan ujian din<strong>as</strong> kenaikan pangkat pegawai<br />

Departemen Sosial, terutama untuk golongan II dan III dan dipergunakan<br />

pada Perguruan yang bernaung dibawah Departemen Sosial, seperti<br />

STKS, KKSM dan KKSP dan lain-lain. Juga dipakai sebagai bahan bacaan<br />

pada STISPI, F.K. dan APDN di Banda Aceh.<br />

Menurut surat yang diterima dari Mah<strong>as</strong>iswa L.A.N. Jakarta, buku ini sangat<br />

ampuh dalam menempuh ujian ilmu manajemen.<br />

4. Journal Hukum dan Hakim (sebuah gugatan Perdata 1972).<br />

5. Anggaran Daerah dan Pembangunan, 1978<br />

6. Biografi Prof.TengkuHaji Ali H<strong>as</strong>jmy Rektor IAIN Jamiah Ar Raniry Darusslam<br />

Banda Aceh.<br />

7. Buku menggalakkan partisip<strong>as</strong>i m<strong>as</strong>yarakat Desa dalam pembangunan<br />

(sedang dalam percetakan).<br />

123


CATATAN:

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!