2 " as. - Acehbooks.org
2 " as. - Acehbooks.org
2 " as. - Acehbooks.org
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
, aa<br />
1<br />
591<br />
EB9HM
BIOGRAFI<br />
PROF. TENGKU HAJI<br />
ALI HASJMY<br />
oleh :<br />
DRS. H.A.GHAZALY<br />
Penerbit SOCIALIA<br />
Jakarta<br />
1978
HAK CIPTA © DILINDUNGl OLEH UNDANG—UNDANG<br />
ADA PADA DRS. H.A. GHAZALY -1976<br />
diterbitkan untuk pertama kali oleh :<br />
S O C I A L I A<br />
Jln. Gedong No. 16, Cijantung, Jakarta Timur<br />
( 1978)<br />
dicetak oleh SOCIALIA Jakarta - 1978<br />
ii
PENGANTAR KATA<br />
Biografi Professor Tengku Haji Ali H<strong>as</strong>jmy (A.H<strong>as</strong>jmy) bukanlah sematamata<br />
sebuah data statistik yang beku tentang riwayat hidup dan perjuangannya,<br />
tetapi merupakan suatu penghayatan yang mendalam, serius dan ilmiah<br />
yang did<strong>as</strong>ari pada sumber <strong>as</strong>li dengan pengolahan yang cermat, dan telah<br />
pula diteliti sendiri oleh yang bersangkutan dengan seksama dan memberi persetujuannya.<br />
Diluar dugaan sama sekali pada mulanya, kalau akan mengh<strong>as</strong>ilkan sebuah<br />
biografi yang benar-benar menarik, hidup dan berpola.<br />
Seperti telah disebut, biografi ini bukan sekedar fakta, ia telah menyusup<br />
kedalam hati sanubari, melukiskan belahan jiwa dalam mendambakan peran<br />
sebagai Cucu Nabi Adam yang oleh Tuhan diutuskan kebumi ini menjadi<br />
Khalifah.<br />
Justru itulah approach kitapun dalam menjajaki biografi A.H<strong>as</strong>jmy bertitik<br />
tolak dari Leadership dan Human Relation.<br />
Sebuah sumbangan yang bernüai tinggi buat gener<strong>as</strong>i penerus dalam mempelajari<br />
<strong>as</strong>pek kepemimpinan dalam segala segi, dan terutama dalam segi praktis<br />
dan populair.<br />
Semoga banyak manfaatnya, bagi kita sekalian dan terutama bagi kami<br />
sendiri.<br />
iii<br />
Banda Aceh, September 1976..<br />
Penyusun,<br />
DRS. H.A. GHAZALI
iv<br />
I -5 § 13 o<br />
><br />
"O 5 P -°<br />
rP o, p<br />
CD r; Cd crt<br />
CD CD t T3 3)<br />
< S 2 P P<br />
5 -P g, « 3<br />
>- .co ^ _ CD<br />
CD -3 P >P a<br />
•° J>i ,3 — (o<br />
0 5 Tl - o<br />
co ., .H i-c<br />
•5 " 3 w g<br />
ü ca o u<br />
O -O P P P3<br />
cd ca GO<br />
S ca -P P 2<br />
B 3 S 13 °<br />
a -2 2 o -g -°<br />
C CD — w P ^<br />
B p, M- ca 1g<br />
=<br />
.B<br />
—<br />
2<br />
o 3<br />
a 2<br />
cc M >,<br />
rt<br />
« c<br />
=S "'-3 =<br />
- I' B' §<br />
5. * = | 2<br />
" P<br />
* «<br />
8 S<br />
^<br />
O?<br />
^<br />
-i-l " -S r- <<br />
!2 .o 2 E '.7 u S CJ M<br />
*"<br />
.o<br />
ca<br />
S 3 - - S ^ p<br />
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
PENGANTAR KATA iii<br />
PENDAHULUAN 1<br />
BAGIAN I. GERAK PENDAHULUAN 3<br />
1. Berkenalan dengan Keluarga Muhammad Ali H<strong>as</strong>yim . 3<br />
2. M<strong>as</strong>a Pendidikan 7<br />
3. Sebagai Seorang Guru 11<br />
4. Apa yang terjadi di Kantor Aceh Simbun 15<br />
BAGIAN II. PUSAT GERAKAN PEMUDA ACEH 19<br />
1. Pesindo Aceh 19<br />
2. Barisan-barisan Kel<strong>as</strong>ykaran 25<br />
BAGIAN III. DALAM BIDANG KARANG MENGARANG 29<br />
1. Kewartawanan 29<br />
2. S<strong>as</strong>trawan 29<br />
3. Pandangan Hidup 31<br />
4. Buku-buku Pengetahuan Umum, Agama dan Politik. . 37<br />
5. Judul buku yang telah dikarang 39<br />
BAGIAN IV. SEBAGAI KARYAWAN DEPARTEMEN SOSIAL ... 43<br />
1. Pembentukan Jawatan Sosial di Aceh 43<br />
2. Jawatan Sosial Sumatera Utara di Medan 44<br />
3. Pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial 45<br />
4. Kegiatan-kegjatan lain-lain 46<br />
BAGIAN V. PROPINSI ACEH KEDUA 53<br />
1. Gubernur Aceh Pertama 53<br />
2. Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh 59<br />
3. Pembangunan Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam . . 59<br />
4. Pahlawan Pendidikan Daerah Istimewa Aceh 83<br />
5. Berhenti sebagai Gubernur Kepala Daerah Aceh .... 87<br />
v
BAGIAN VI. GURU BESAR LUAR BIASA 91<br />
1. Bidang Dakwah 91<br />
2. Dekan Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisiteit 91<br />
3. Proffessor Ilmu Dakwah 93<br />
4. Pengukuhan sebagai Guru Besar 94<br />
BAGIAN VII. DASAR-DASAR KEPEMIMP1NAN 103<br />
1. Sebagai Leader 103<br />
2. Dalam menghadapi kesulitan 103<br />
3. Sebagai Pemimpin Rumah Tangga 105<br />
4. Sebagai Administrator 105<br />
5. Sebagai Ulama 107<br />
6. Sebagai seorang Idealis 109<br />
7. Sebagai pejuang 112<br />
8. Saran-saran dan pandangan 118<br />
SUMBER DATA 120<br />
RIWAYAT HIDUP PENULIS 121<br />
vi
Khuthbah Idilfithri taliun 1976<br />
A. H<strong>as</strong>jmy jadi Khathib bagi sebahyang Idilfithri tahun 1976<br />
di Lapangan Blang Padang Banda Aceh. A.H<strong>as</strong>jmy sedang membaca<br />
Khuthbah.<br />
VÜ
viii<br />
s è S è<br />
^ 53 Tl C<br />
M có Tl<br />
Cd "O -C^ C<br />
5 5 2 §<br />
JrJ ' 1<br />
CJ<br />
O* "73<br />
P 2 2 a<br />
c X S xi<br />
CD cd 3<br />
Ë ^ 'SJ<<br />
3 g J3 cd<br />
1 «al<br />
-3 o- cd M<br />
_= u<br />
cd j=l ïl<br />
co - 3 E S c<br />
% 1 e<br />
-S 5 2<br />
3 E 5 3 » 3<br />
« - * « =•> SB<br />
T3 3 x « e c<br />
•^5 ^ CD rt cd cd<br />
•3? 1 £ £ cl *<br />
cu S E < cd ^<br />
5 S, >> .2,<br />
ES* 3 5c? c r?<br />
Cd CQ CD P ~<br />
ES — s<br />
PENDAHULUAN<br />
Dalam rangka usaha untuk memantapkan mata kuliah Leadership pada<br />
tingkat terakhir Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik Iskandar Muda Banda<br />
Aceh, kepada Mah<strong>as</strong>iswa ditug<strong>as</strong>kan untuk menyusun sebuah biografi salah<br />
seorang tokoh Aceh yang berh<strong>as</strong>il dalam kepemimpinannya.<br />
Kepada Mah<strong>as</strong>iswa diberi kesempatan untuk memilih salah seorang tokoh<br />
yang sekiranya bisa mengadakan pendekatan dan persetujuan dari pihaknya.<br />
Berbeda dengan Mah<strong>as</strong>iswa lainnya kami oleh Dosen mata kuliah tersebut<br />
secara tak boleh ditawar-tawar lagi ditetapkan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Dan dengan surat keputusan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik tertanggal<br />
27 Pebruari 1975 Nomor 028/PTISL/1975 menghubungi yang bersangkutan<br />
mohon persetujuannya.<br />
Beliau menerima dengan baik akan maksud tersebut dan kedatangan kami<br />
diterima dengan penuh kekeluargaan dan ramah tamah, dan beliau selalu<br />
menyediakan waktu kapan saja, <strong>as</strong>al terlebih dahulu diberi kabar lewat telpon<br />
nomor 414 SO Banda Aceh; demikian juga Perpustakaan dalam kamarnya selalu<br />
terbuka pintu untuk keperluan tersebut.<br />
Dalam wawancara dengan kami beliau juga menceriterakan tentang datangnya<br />
Dr. Alfian dengan maksud yang sama yaitu menyusun biografi beliau<br />
dan telah dibuat rekaman yang terdiri dari 18 buah k<strong>as</strong>et. Kepada Dr. Alfian<br />
A.H<strong>as</strong>jmy menjanjikan bahwa dalam tenggang waktu 3 tahun belum boleh<br />
diterbitkan, karena beliau sendiri berniat untuk membuat sendiri biografinya.<br />
Kami sangat beruntung dan berterimak<strong>as</strong>ih karena syarat seperti itu tidak<br />
dikenakan kepada kami, namun demikian akan lebih ter<strong>as</strong>a berat tanggung<br />
jawab moril dalam menyusun biografi ini.<br />
Secara blak-blakan telah kami kemukakan bahwa tidaklah mungkin<br />
membuat biografi Prof. H.Aly H<strong>as</strong>jmy (A.H<strong>as</strong>jmy) yang serba lengkap, karena<br />
disamping punya ruang lingkup yang lu<strong>as</strong> hampir meliputi segala <strong>as</strong>pek hidup<br />
dan penghidupan manusia, meliputi bidang pendidikan agama dan umum,<br />
bidang s<strong>as</strong>tra dan pengarang, dan selaku pemimpin formil dan informil, baik<br />
dikalangan Pemerintah maupun dikalangan <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i sw<strong>as</strong>ta yang bersifat<br />
Politik dan Sosial, akhirnya juga sebagai pünpinan Rohani ummat Islam.<br />
Disebelah itu kekurangan pengetahuan kami untuk menyelami dan menghayati<br />
bidang yang demikian lu<strong>as</strong> itu, namun demikian kami akan berusaha<br />
sekuat mungkin untuk berbuat semaksimal mungkin.<br />
1
Sesuai dengan tug<strong>as</strong> yang diberikan kepada kami, maka penyusunan biografi<br />
ini akan lebih banyak menitik beratkan pada segi-segi kepemimpinan<br />
(leadership).<br />
Mengingat waktu yang serba terbat<strong>as</strong> dan lu<strong>as</strong>nya ruang lingkup yang harus<br />
digarap, maka tidaklah mungkin menyusun biografi dalam serba lengkap, tetapi<br />
kami berkeyakinan bahwa tidak akan mengurangi nilai-nilai dan pokok<br />
perm<strong>as</strong>alahan yang menjadi s<strong>as</strong>aran pokok.<br />
Dan kami menyadari dengan sedalam-dalamnya bahwa biografi ini m<strong>as</strong>ih<br />
belum memadai dan disana sini m<strong>as</strong>ih banyak harus dilengkapkan dan disempurnakan,<br />
at<strong>as</strong> kekurangan, kealfaan dan sebagainya kami mohon maaf dengan<br />
sebesar-besarnya.<br />
Akhirnya tiada lain harapan kami semoga biografi singkat ini ada manfaatnya<br />
bagi kita bersama dan terutama bagi gener<strong>as</strong>i penerus menjadi suri teladan<br />
dan sebagai bahan perbandingan untuk m<strong>as</strong>a kini dan m<strong>as</strong>a mendatang.<br />
2<br />
Sekian dan terima K<strong>as</strong>m.
BAGIAN I<br />
GERAK PERMULAAN<br />
1. Berkenalan dengan Keluarga Moehammad Ali H<strong>as</strong>yim<br />
Dengan ditawannya Panglima Polem (Sagi 22 Mukim) praktis Perang Aceh<br />
secara total/frontal melawan Belanda berakhir yang telah memakan waktu<br />
selama 40 tahun (1873-1914).<br />
Panglima Polem sebagai panglima sagi (panglima besar) mempunyai beberapa<br />
orang panglima kecil (Pang) dibawah pimpinannya antara lain disebut<br />
Pang Abb<strong>as</strong> dan Pang Husin.<br />
Pang Abb<strong>as</strong> menurunkan Tgk H<strong>as</strong>yim (anak laki-laki) dan Pang Husin yang<br />
mati syahid dalam pertempuran di hadapan kota Cut Gli (Lampisang kecamatan<br />
Seulimeum) menurunkan Nyak Buleum (anak perempuan). Dari perkawinan<br />
dua putra pahlawan Aceh itulah lahir seorang anak dalam tahun di hentikannya<br />
perang Aceh-Belanda.<br />
Putra tersebut oleh orang tuanya dipanggil Moehammad Ali (nama kecil)<br />
lahir pada tanggal 28 Maret 1914 di Mont<strong>as</strong>ik Kabupaten Aceh Besar. nama<br />
lengkapnya Moehammad Ali H<strong>as</strong>yim, kemudian berobah menjadi Ali H<strong>as</strong>jmy<br />
(nama dew<strong>as</strong>a) dan dalam bidang s<strong>as</strong>tra terkenal dengan nama samaran Aria<br />
Hadiningsun, Al Hariry dan Asmara Hakiki.<br />
Dia yang membawakan peranan penting dan menentukan dalam merobah<br />
wajah Aceh dari Darui Harb menjadi Darussalam dan sekaligus sebagai ketua<br />
Pencipta dan Pembina Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam "jantung hatinya<br />
rakyat Aceh", dia juga telah diberi julukan Bapak Pendidikan Daerah Istimewa<br />
Aceh.<br />
Tgk H<strong>as</strong>yim mempunyai 8 orang putra (5 laki-laki dan 3 perempuan), dan<br />
sebagai anak tertua adalah Moehammad Ah.<br />
Tgk H<strong>as</strong>yim sangat mementingkan pendidikan terhadap putra-putrinya,<br />
sehingga anak-anaknya memperoieh pendidikan (rata-rata pendidikan menengah,<br />
Islam). Tgk H<strong>as</strong>yim disamping sebagai seorang ulama dan juga sebagai<br />
saudagar (pedagang) hal mana telah membuat dia sebagai seorang yang punya<br />
pengalaman yang lu<strong>as</strong>. Putra-putra beliau lengkapnya sebagai berikut :<br />
1) Moehammad Ah H<strong>as</strong>yim (A. H<strong>as</strong>ymy)<br />
2) Ainal Mardhiah (pr) berpendidikan S.M.I.<br />
3
3) Rohana (pr) pendidikan S.M.I.<br />
4) Syahbuddin pendidikan S.M.E.A.<br />
5) Asnawi SH. Kepala Biro Umuni/Asisten I Sekretariat Daerah Istimewa<br />
Aceh.<br />
6) Fachri pendidikan S.T.<br />
7) Nurwani (pr) pendidikan S.R.I.<br />
8) Fachmy, mah<strong>as</strong>iswa Fakult<strong>as</strong> Hukum di Yogyakarta.<br />
Berkat pendidikan dan bimbingan yang ditanam tumbuh dengan mekar,<br />
sehingga A.H<strong>as</strong>ymy selagi m<strong>as</strong>ih muda telah banyak membantu pendidikan<br />
saudara-saudaranya.<br />
Pada 21 hari bulan Rajab 1360 H, bertepatan dengan tanggal 14 Agustus<br />
1941 beliau melangsungkan perkawinan dengan Zuriah yang lahir tanggal 14<br />
Agustus 1926, pendidikan SMI, gadis sekampung at<strong>as</strong> pilihan orang tuanya.<br />
Dalam perkawinan tersebut mendapat 7 orang anak, satu diantaranya<br />
telah mendahului beliau (A.H.Gunawan, lahir di Mont<strong>as</strong>ik 5-9-1949). Enam<br />
putranya yang m<strong>as</strong>ih hidup :<br />
1) A.H.Mahdie, laki-laki lahir di Mont<strong>as</strong>ik 15-12-1942,alumni Fakult<strong>as</strong><br />
Ekonomi di Tokyo Jepang (Sarjana Ekonomi), sekarang bekerja pada<br />
Pertamina di Pontianak<br />
2) A.H.Surya, laki-laki lahir di Mont<strong>as</strong>ik 11-2-1945alumniFakult<strong>as</strong> Tehnik<br />
jurusan sipil UGM di Yogyakarta, dengan gelar Insinyur (Ir).<br />
3) A.H.Dharma, laki-laki lahir di Mont<strong>as</strong>ik 9-6-1947 abituren UGM jurusan<br />
arsitektur di Yogyakarta, dengan gelar Insinyur.<br />
4) A.H.Mulya, laki-laki lahir di Kutaraja 23-3-1951, Mah<strong>as</strong>iswa Fakult<strong>as</strong><br />
Kedokteran USU Medan Tingkat VI (telah Drs. Med)<br />
5) A.H.Dahlia, perempuan lahir di Medan 14-5-1953, pendidikan Tingkat<br />
II F.K., jurusan Bah<strong>as</strong>a Inggris Universit<strong>as</strong> Syiahkuala Darusalam,<br />
sudah berkeluarga ikut suami ke Irian Jaya.<br />
6) A.H.Kamal, laki-laki lahir di Jakarta 21-6-1955, sudah lulus SMA di<br />
Banda Aceh dan telah m<strong>as</strong>uk Fakult<strong>as</strong> Ekonomi di Jakarta.<br />
Seperti telah diterangkan bahwa putra-putri A.H<strong>as</strong>ymy berada di Yogya,<br />
Medan, Irian Jaya dan Pontianak, ada pula yang sudah berkeluarga dan bekerja,<br />
namun beliau m<strong>as</strong>ih saja memberi bimbingan kepada anak-anaknya<br />
melalui "surat ayah kepada anak". Dalam surat tersebut selalu diberi bimbingan,<br />
n<strong>as</strong>ehat dan petunjuk-petunjuk bersyukur dan taqwa kepada Tuhan YME.<br />
Surat ini dikirimkan secara routin dan temporer, menurut perkembangan<br />
yang terjadi dalam keluarga, seperti adajnusibah, berita gembira dan lain-lain.<br />
Surat itu juga berfungsi sebagai penghubung silaturrahmi di antara keluarga<br />
yang satu dengan lainnya yang disentralisir oleh beliau, sehingga putra-putri-<br />
4
nya benar-benar mer<strong>as</strong>akan sebagai satu keluarga yang kompak dalam segala<br />
hal. Kumpulan dari surat-suratnya itu telah diterbitkan jadi buku oleh Bulan<br />
Bintang dibawah judul : Risalah Akhlak (surat-surat dari Syah kepada anaknya).<br />
Satu hal lagi yang menarik adalah dalam pemberian nama kepada putraputrinya.<br />
Nama putra-putri didahului oleh nama orang tua lebih dahulu, baru<br />
nama bersangkutan. A.H. adalah singkatan dari Ali H<strong>as</strong>jmy.suatu perombak-<br />
Nek Putih<br />
Dalam usia A.H<strong>as</strong>jmy m<strong>as</strong>ih kecil, ibundanya meninggal. Setelah<br />
meninggal ibunya, Nek Putih (ibu dari ibunya) menjadi Ibu Peng<strong>as</strong>uhnya.<br />
Suami Nek Putih, yaitu Pang Husin yang syahid dalam<br />
Perang Aceh, sehingga tinggal menjanda Nek Putih yang m<strong>as</strong>ih<br />
berusia 19 tahun dengan seorang puterinya (ibu A.H<strong>as</strong>jmy)<br />
sampai meninggal dalam tahun 1953 di Medan. Nek Putih yang<br />
pandai tulis-baca huruf Arab adalah guru pertama bagi A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Gambar diat<strong>as</strong> Nek Putih bersama cicit-cicitnya (putera-putcra<br />
A.H<strong>as</strong>jmy). Dari kiri kekanan : A.H.Darma, A.H.Mahdi, Nek<br />
Putih dan A.H.Surya.<br />
5
an total pada tradisi yang lapuk. Di Aceh khususnya atau di Indonesia umumnya<br />
orang menaruh nama orang tua dibelakang namanya, tetapi pada putraputri<br />
A.H<strong>as</strong>ymy telah terjadi sebaliknya.<br />
Dan apabila ditinjau secara mendalam atau cara ilmiah (sistematis) seharusnya<br />
memang demikianlah adanya, yang dulu didahulukan dan yang kemudian<br />
dikemudiankan. Juga tidak lep<strong>as</strong> dari kebi<strong>as</strong>aan kita sering memanggil nama<br />
akhir saja dalam pergaulan sehari-hari, dan bila demikian keadaannya, kita<br />
tidak melukai dan menyinggung per<strong>as</strong>aan siapapun. Itu adalah wajar dan logis.<br />
Keluarga A.H<strong>as</strong>jmy tahun 1954<br />
Gambar dibuat di Medan tahun 1954 waktu A.H<strong>as</strong>jmy baru keluar dari penjara dan akan<br />
ke Jakarta. Kamal belum lahir. Dari kiri kekanan : A.H. Mahdi, A.H. Darma, Ny. Zuriah<br />
A.H<strong>as</strong>jmy, A.H.Dahlia (dalam pangkuan), A.H<strong>as</strong>jmy, A.H.Mulya, A.H. Surya.<br />
6
Pendidikan terhadap putranya beliau aw<strong>as</strong>i secara ketat, sehingga disiplin<br />
belajar bisa terujud dengan baik. Berkat usaha yang tekun dan cermat itu semua<br />
putranya berh<strong>as</strong>il dalam pendidikan, walaupun ada diantara mereka menempuh<br />
proses yang agak lama.<br />
Menurut informatie yang kami peroleh dari sementara guru dari anak-anaknya<br />
dan terutama pada tingkat Sekolah D<strong>as</strong>ar sampai dengan SLTA, putraputra<br />
beliau tidaklah term<strong>as</strong>uk kedalam golongan anak-anak yang punya I.Q.<br />
yang tinggi, tetapi adalah bi<strong>as</strong>a saja atau sama dengan tingkatan anak orang<br />
awam, malah ada yang kurang atau lambat dalam menerima pelajaran.<br />
Hal seperti itu beliau sadari dari awalnya maka oleh karena itu tidak meiep<strong>as</strong>kan<br />
tanggung jawab terhadapnya semata-mata pada guru pendidik, tetapi<br />
beliau secara ketat mengaw<strong>as</strong>i sendiri secara langsung dan membina secara<br />
sungguh-sungguh.<br />
2. M<strong>as</strong>a Pendidikan<br />
Sama dengan putra Aceh lainnya Muhammad Ali H<strong>as</strong>yim, sejak kecil telah<br />
belajar membacat huruf Al Qur'an, rukun Islam dan belajar mendirikan sembahyang<br />
pada orang tuanya, kemudian dilanjutkan pengajian pada Meun<strong>as</strong>ah<br />
(Madr<strong>as</strong>ah) dalam kampung sendiri. Kemudian mem<strong>as</strong>uki Gouvernement Inlandsche<br />
School (Sekolah Rendah Negeri di Mont<strong>as</strong>ik). Dan dalam 1931 melanjutkan<br />
pelajaran pada Perguruan Thwalib Bagian Tsanawiah di Padang Panjang<br />
(Sekolah Menengah Islam Pertama) dan lulus tahun 1935. Berangkat ke<br />
Minangkabau bukanlah beliau sendirian, tetapi penuh satu bus dan m<strong>as</strong>ih bisa<br />
di ingat antara lain :TengkuSyeh Ibrahim Lam Nga, sebagai pengantar Teuku<br />
Ali B<strong>as</strong>yah, Teuku Sulaiman danTengkuAli Samalanga. Rombongan ke Sumatera<br />
Barat (Padang) adalah merupakan ekpedisi kedua putra-putra Aceh<br />
keluar daerah, sedangkan ekpedisi pertama adalah daerah Langkat (Sumatera<br />
Utara) disekitar tahun duapuluhan dan selanjutnya pendidikan tingkat menengah<br />
di Aceh mulai mekar seperti Gelompang dua, Al Muslim Blang P<strong>as</strong>ih<br />
(Pidie).<br />
Selama dalam Sekolah Beliau aktif :<br />
1. Dalam HPII (Himpunan Pemuda Islam Indonesia) Cabang Padang<br />
Panjang (1932-1935) menjabat sebagai sekretaris, sedangkan ketua<br />
adalah Abdul Gani, dan pembantu T.Banta Syam.<br />
2. Anggota Partai Politik Permi (Persatuan Muslim Indonesia) Cabang<br />
Padang Panjang (1932-1935).<br />
3. Dalam tahun 1936 bersama dengan beberapa orang pemuda mendirikan<br />
Sepia (Serikat Pemuda Islam Aceh) yang dalam kongresnya dirobah<br />
menjadi Peramindo (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia).<br />
7
Dalam pucuk pimpinan Sepia menjadi Sekretaris Umum dan dalam<br />
Peramindo menjadi anggota pengurus besarnya.<br />
Dalam tahun 1935 dimana akan menghadapi ujian terakhir di tangkap<br />
dan ditahan selama 3 bulan, dengan tuduhan melanggar Undang-undang<br />
(Larangan Berapat), 7 hari lagi akan ujian baru di lep<strong>as</strong>kan. Selama dalam<br />
tahanan yang ada bersama beliau sebuah kitab suci Al Qur'an, sedangkan<br />
buku-buku pelajaran dan bacaan lain tidak diperkenankan membawa dalam<br />
tahanan.<br />
8<br />
A.H. Dahlia dan A.H.Mahdi<br />
Dua bersaudara dalam pakaian adat Aceh
Dapatlah diperkirakan bagaimana kesulitan yang di hadapi untuk menempuh<br />
ujian, sedangkan persiapan tidak ada sama sekali. Dalam keadaan seperti<br />
itu beliau selalu berdoa dan beristikharah. Doa beliau bukan minta lulus atau<br />
di luluskan, tetapi meminta agar apa-apa yang telah di pelajari dapat teringat,<br />
dan terutama dalam m<strong>as</strong>a ujian. Kiranya bisa juga lulus malah dengan h<strong>as</strong>il<br />
yang baik. Pelajar yang mendapat nilai baik, selain dia ialah Dahlan ïbrahim,<br />
dan N<strong>as</strong>arudin Lathief (almarhum) jabatan terakhir Direktur Jendral Bimbingan<br />
M<strong>as</strong>yarakat Islam Departemen Agama. Kegiatan lain bersama dengan yang<br />
tersebut terakhir menerbitkan Majallah Kewajiban, N<strong>as</strong>arudin Lathief sebagai<br />
Pimpinan dan beliau anggota staf Redaksi.<br />
Setelah menamatkan pelajaran di Thawalib melanjutkan pendidikan pada<br />
Jamiah Islamiah di Padang (Akademi Islam). Di sana dengan beberapa orang<br />
Pemuda Aceh, mendirikan Ikatan Pelajar Pemuda Aceh dan beliau sebagai<br />
ketuanya dan sekretaris dijabat oleh Mahjudin Y<strong>as</strong>in.<br />
Sekitar tahun 1938 pelajar Aceh di bumi Minangkabau diperkirakan mencapai<br />
jumlah 1.000 orang, sedangkan di Kota Padang tercatat 100 orang,<br />
mereka mem<strong>as</strong>uki berbagai-bagai perguruan dan terutama yang bernaf<strong>as</strong>kan<br />
Islam. Diantara nama-nama yang m<strong>as</strong>ih bisa di ingat antara lain Tengkulbrahim<br />
Amin, Juned Effendi, Tengku Amin, TengkuSulaiman Jalil, Mohammad<br />
Ali Peyeung, Tengku Sulaiman Ahmad dan T.R.lskandar dari Meulaboh.<br />
Dalam m<strong>as</strong>a belajar di Padang tidak sedikit rintangan dan kesulitan yang<br />
di derita dan sebagai puncaknya, yaitu sewaktu beliau duduk di kl<strong>as</strong> dua,<br />
menerima surat dari orang tua di kampung beserta uang f.40,- yang isinya<br />
bahwa orang tua mengalami kesulitan ekonomi dan tak mampu lagi membiayai<br />
sekolah anak, dan dengan ongkos tersebut supaya kembali saja ke<br />
kampung, ini berarti tidak melanjutkan pelajaran.<br />
Dalam keadaan gawat seperti itu beliau berdoa dan beristikharah semoga Tuhan<br />
akan memberi pertolonganNya. Apa yang akan terjadi beliau bertekad<br />
bulat dan bercita-cita agar bisa meneruskan pelajaran, walaupun secara berdikari.<br />
Kiranya telah datang pertolongan Tuhan melalui tibanya T.M. Usman<br />
Muhammad El Muhammady di Padang, yang meminta kesediaan untuk menjadi<br />
Agen tunggal obat Ibnu Sina Tunikum, A.H<strong>as</strong>ymy berkata bahwa dia<br />
tak pandai dagang, tetapi oleh T.M. dijel<strong>as</strong>kan <strong>as</strong>al terima semua hal akan di<br />
bereskan. Dengan di terbitkan iklan dalam surat kabar mulailah obat-obat<br />
itu laku dan makin lama makin laris, sehingga rata-rata bisa mengh<strong>as</strong>ilkan<br />
komisi setiap bulan f.7,-. Dengan h<strong>as</strong>il usaha itulah kiranya dapat melanjutkan<br />
study, ditambah dengan honorarium dari karangan-karangannya dalam<br />
majallah-majallah dan cerpen-cerpen serta novel-novel.<br />
Karya beliau yang pertama diterbitkan "Kisah Seorang Pengembara"<br />
(sajak) di terbitkan oleh Pustaka Islam Medan tahun 1935, dengan menerima<br />
honor f. 100,-. Demikianlah tiap kesulitan diat<strong>as</strong>i, berusaha sambil berdoa,
10<br />
Keluarga A.H<strong>as</strong>jmy dalam tahun 1957<br />
Gambar diat<strong>as</strong> ini diambil dalam Maret 1957 waktu A.H<strong>as</strong>jmy akan berangkat<br />
ke Aceh bersama keluarganya setelah dia diangkat menjadi Gubernur<br />
Aceh pertama dari Propinsi Aceh kedua. Putera-putera dan puterinya m<strong>as</strong>ih<br />
kccü-kecil. Baris belakang dari kiri kekanan : A.H.Surya, A.H.Mahdi, A.H.<br />
Darma. Baris depan dari kiri kekanan : A.H.Mulya, A.H.Dahlia, A.H. Kamal.
sehingga bisa menyelesaikan pelajaran sampai berh<strong>as</strong>il. Kegiatan belajar tidak<br />
pernah dihentikan, walaupun sudah bekerja m<strong>as</strong>ih saja diteruskan dengan<br />
self study, mengikuti dan, memperdalam ilmu karang mengarang dengan<br />
mem<strong>as</strong>uki Kursus Jurnalistik, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti kuliah<br />
pada Fakult<strong>as</strong> Hukum UISU Medan tahun 1951-1953.<br />
3. Sebagai Seorang Guru<br />
Sekembalinya dari Padang Panjang A.H<strong>as</strong>ymy buat pertama kali menjadi<br />
Guru pada Perguruan Islam di Seliineum dibawah pimpinan TengkuAbd.Wahab,<br />
diangkat oleh pimpinan tersebut terhitung mulai tanggal 31 1 — 1935 s/d<br />
31—2—1936, dan selanjutnya beliau datang lagi ke Padang melanjutkan pelajaran<br />
pada Al Jami'ah Al Islamiyah (Akademi Islam).<br />
Setelah menyelesaikan pelajaran pada perguruan tersebut kembali lagi ke<br />
Selimeum dan oleh pejabat yang sama diangkat menjadi guru Kepala mulai<br />
tanggal 1-1-1939 s/d 31-3-1942. Karena surat keputusan tidak ada, maka<br />
t S U r a t k e t 6 r a n g a n o l e h<br />
1950<br />
P<br />
i m<br />
P<br />
i n a n<br />
Perguruan tersebut bertanggal 4 Juli<br />
Perguruan Islam Selimeum pada m<strong>as</strong>a itu mempunyai pelajaran setingkat<br />
dengan SMA. Yang pernah belajar di perguruan tersebut antara lain, Akta<br />
(almarhum, M.A) Abdul Majid (Prof.Drs),Ibrahim Husin M.A. (Kepala Perwakilan<br />
Dep.Agama Daerah Istimewa Aceh), H<strong>as</strong>an Saleh, Abdullah Arif (M.A.<br />
almarhum) dan Abdullah Syam (kolonel pensiun TNI).<br />
Selain sebagai guru juga aktif dalam Pengurus PUSA,Pemuda Pusa cabang<br />
Aceh Besar dan Kepanduan Pemuda Pusa yang bernama Kepanduan Islam<br />
(K.I.) yang berkedudukan di Selimeum. Cabang Pusa dalam satu Kabupaten,<br />
boleh lebih dari satu dan kedudukan (domisili) boleh dimana saja <strong>as</strong>al cukup<br />
anggota boleh dirikan Cabang Pusa sebagai suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i sosial bergerak dalam<br />
bidang Pendidikan, kemudian disusul oleh Muhammadiah dan PSII. Pusa<br />
amat besar j<strong>as</strong>anya dalam pendidikan Islam di Aceh, dan dalam salah satu<br />
kongresnya telah dapat menyatukan kurikulum pelajaran Agama seluruh<br />
Aceh.<br />
Kegiatan lain yang menonjol ialah karena PUSA anti penjajahan Belanda,<br />
mengadakan hubungan dengan Jepang di Malaya. Said Abubakar yang di drop<br />
Jepang diperairan Sumatera di tangkap oleh Jepang dan di tahan di Medan.<br />
Berita itu sampai pada Pengurus PUSA di Seulimeum. Dan untuk menyelidiki<br />
dan mengadakan hubungan dengan yang bersangkutan, di utuslah Ahmad<br />
Abdullah (Kwartir KJ.).<br />
Ahmad Abdullah tidak dengan mudah dapat mcnjalankan tug<strong>as</strong> tersebut,<br />
dia hanya bisa mundar-mandir di Kesawan di depan Kantor Polisi dimana<br />
S.Abubakar di tahan. Dengan takdir Tuhan pada suatu hari tengah beliau<br />
11
erada disana bunyi alarm tanda bahaya, maka m<strong>as</strong>uklah dalam lobang perlindungan<br />
bersama dengan orang-orang tahanan. Pada kesempatan itu Ahmad<br />
Abdullah berbicara secara langsung dengan S. Abubakar, yang antara lain berpokok<br />
acara berperang melawan Belanda dan membantu pendaratan Jepang<br />
ke Aceh, dengan selogan saudara tua, dan Asia Timur Raya sama-samaka,<br />
dan kepada Indonesia dijanjikan akan di berikan kemerdekaan apa bila Jepang<br />
menang perang. Untuk usaha itu perlu dibentuk barisan F (Fujiwaratikan),<br />
pembesar Jepang sebagai pimpinan p<strong>as</strong>ukan sabot<strong>as</strong>e dan memutuskan/<br />
menghancurkan komunik<strong>as</strong>i dan lain-lain. Sekembalinya Ahmad Abdullah<br />
ke Selimeum dibentukrah barisan F disana dengan pimpinan pengurus PUSA,<br />
sehingga pernah terjadi pemberontakan pada zaman Belanda m<strong>as</strong>ih berku<strong>as</strong>a.<br />
Pendaratan Tentara Jepang (1942) tidak ada perlawanan sama sekali dari<br />
pihak Belanda, jauh sebelum Jepang datang mereka telah lari ke gunung dalam<br />
wilayah Aceh Tengah di Takengon. Pegawai sipil orang bumi putra telah<br />
menanggalkan pakaian din<strong>as</strong> (maksudnya Polisi dan Keamanan Kota tidak<br />
ada) sehingga terjadilah peramp<strong>as</strong>an oleh rakyat barang dalam toko Cina dan<br />
Belanda ini terkenal dengan ramp<strong>as</strong>an-tanggal 12 (12-3-1942).<br />
Sementara itu dari pihak Kepanduan Islam (K.I.) dibawah pimpinan langsung<br />
A.H<strong>as</strong>jmy telah bertindak membantu menjaga keamanan kota Kutaraja<br />
(Banda Aceh sekarang), dengan bermark<strong>as</strong> di kantor Polisi Belanda yang telah<br />
di kosongkan. K.I. mempergunakan pakaian seragamnya, sedangkan pimpinannya<br />
(A.H<strong>as</strong>jmy) disamping pakaian seragam melekatkan pada lengan tanda<br />
pengenal "F".<br />
Setelah Pemerintahan Militer Jepang mengangkat Teuku Nyak Arief sebagai<br />
Pemerintahan Sipil untuk Daerah Aceh, maka pada suatu hari dengan<br />
didampingi oleh pembesar-pembesar Jepang diadakan suatu pertemuan guna<br />
menyusun suatu aparatur Pemerintahan Sipil yang lengkap, bertempat di<br />
kantor Residen Aceh (kini rutnah tersebut ditempati/milik T.M.Amin).<br />
Pemerintah Jepang sangat memerlukan bantuan tenaga dari pimpinan rakyat<br />
Aceh, dan terutama sekali yang berhubungan dengan kelancaran komunik<strong>as</strong>i,<br />
seperti kereta api yang merupakan satu-satunya alat hubungan pada<br />
waktu itu, hubungan telepon dan lain-lain disamping pengamanan dan keamanan<br />
penduduk.<br />
Selain dari T.Thaib, yang kemudian diserahi/diangkat menjadi Kepala<br />
Kereta Api Aceh, juga turut diundang A.H<strong>as</strong>jmy , oleh Pembesar Jepang dilihatnya<br />
pakaian A.H<strong>as</strong>jmy sama dengan penjaga keamanan kota, maka beliau<br />
ditunjuk menjadi kepala Polisi. Pada mulanya beliau menolak, tetapi karena<br />
desakan Jepang, dan saran dari Teuku Nyak Arief, maka jabatan tersebut<br />
diterimanya.<br />
12
Pemimpin Kepanduan<br />
Disamping mengajar sebagai guru dan memimpin berbagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i,<br />
A.H<strong>as</strong>jmy juga menjadi Pemimpin Kepanduan (Pramuka). Garnbar diat<strong>as</strong><br />
yang diambil tahun 1941 inemperlihatkan A.H<strong>as</strong>jmy sebagai Wakil Kwartier<br />
Kepanduan Islam Aceh Besar. Dari kiri kekanan : T.Bant<strong>as</strong>yam, Ahmad<br />
Abdullah dan A.H<strong>as</strong>jmy'.<br />
Dan dengan diberikan sebuah kendaraan. yang dibubuhi cap bah<strong>as</strong>a Jepang,<br />
bertindaklah beliau sebagai Kepala Polisi, kemana-mana saja pergi ditabek<br />
oleh perajurit-perajurit Jepang. Seperti telah diterangkan bahwa semua anggota<br />
Polisi golongan bumi putra telah meletakkan/menanggalkan pakaian<br />
seragam, dan sebagai usaha pertama yang dirintis oleh beliau menghubungi<br />
13
14<br />
«•Sri èM<br />
H ^ C s»<br />
S o. ,J •§ rr<br />
J-1 « -3 §<br />
•a « a Q c<br />
^5 ra ra * Q><br />
2 •§ C° -1<br />
2 " S<br />
0<br />
S<br />
3 =3 C/3 Cd ^<br />
•S J< - CU u<br />
Cd CU -P<br />
C Ai -3 p 2<br />
3 [ij « ^ cü<br />
B - "43 Ü<br />
3 ** T) .£ co tv,<br />
M c<br />
S « ^<br />
£ £ w<br />
1 3 s<br />
a s s >» § e<br />
* ra c "<br />
c * S 3 " *
ek<strong>as</strong> anggota Polisi dari Kerajaan Belanda. Beliau memang kenal seorang<br />
pejabat kepolisian pada waktu itu, yaitu Pak H<strong>as</strong>yim, tetapi tidak tahu dimana<br />
alamatnya. Kebetulan sekali berjumpa dengan salah seorang bek<strong>as</strong> anggota Polisi<br />
Yacob namanya, beliau langsung meminta agar dapat dipertemukan beliau<br />
dengan Pak H<strong>as</strong>yim. Dan oleh Yacob diantar kekampung Penyerat dan disana<br />
A.H<strong>as</strong>jmy membicarakan dengan Pak H<strong>as</strong>yim tentang pembentukan anggota<br />
kepolisian. Setelah diperoleh kata sepakat keduanya bermaksud menemui T.R<br />
Pidie sebagai salah seorang tokoh Polisi juga. Setibanya dirumah orang tersebut<br />
terakhir, beliau telah sembunyi dan isterinya menyembah-nyembah minta<br />
supaya jangan dibunuh. Oleh A.H<strong>as</strong>jmy dijel<strong>as</strong>kan dengan tenang, bahwa beliau<br />
bermaksud baik, karena oleh Jepang di suruh membentuk polisi keamanan<br />
kota. Maka keluarlah T.RPidie dengan pakaian polisi dan bersama orang<br />
tiga itulah membentuk anggota kepolisian yang lengkap dan memanggil seluruh<br />
anggota Polisi yang ada, sehingga keamanan kota jadi tanggung jawab kepolisian<br />
seluruhnya.<br />
At<strong>as</strong> keberh<strong>as</strong>ilan itu Jepang sangat senang, sebab Kepolisian sebagai aparatur<br />
sipil yang dapat tersusun dalam waktu yang singkat, sedangkan administr<strong>as</strong>i<br />
pemerintahan sipil lainnya belum berjalan dengan baik, oleh karena hal<br />
demikian dan selanjutnya beliau diperintahkan untuk membentuk badan kepolisian<br />
ke Daerah Aceh Barat/Selatan dan sampai ke Bakongan, yang seluruhnya<br />
memakan waktu lebih kurang 3 bulan. Caranya seperti yang ditempuh<br />
di Kutaraja yaitu menghubungi Kepala dan anggota Polisi lama, sehingga tug<strong>as</strong><br />
itu berh<strong>as</strong>il dengan baik.<br />
Setiba di Kutaraja dilihatnya pemerintah sipil telah terbentuk dibawah<br />
pimpinan Teuku Nyak Arif dan dilengkapi dengan Gontyo-gontyo (Wedana)<br />
dan (Satyo) (kemungkinan ?) dari golongan Ulebalang (feodal Aceh), kecuali<br />
satu-satunya Gontyo dari golongan ulama yaitu S.Abubakar.<br />
Kepada janji Jepang dia mer<strong>as</strong>a tertipu, hal ihwal mana membuat beliau<br />
mer<strong>as</strong>a tidak pu<strong>as</strong>, oleh karena itu bersama kendaraan dan jabatan Kepala<br />
Polisi di kembalikan kepada Teuku Nyak Arif, dan peletakan jabatan tersebut<br />
diterima oleh bersangkutan. Oleh Teuku Nyak Arif kendaraan diberikan/disuruh<br />
ambil untuk A.H<strong>as</strong>jmy tetapi beliau menolaknya. Dan selanjutnya beliau<br />
kembali menjadi guru di Selimeum.<br />
4. Apa yang terjadi di Kantor Aceh Sinbun<br />
A.H<strong>as</strong>jmy sedang mengajar sebagai guru di Selimeum pada suatu hari datang<br />
Tuan Misibuti Kepala Pemerintah Umum Jepang meminta agar beliau<br />
bersedia membantu penerbitan surat kabar Aceh Sinbun, permintaan mana<br />
terpaksa diterimanya.<br />
Dengan demikian diangkatlah menjadi Redaktur Aceh Sinbun dan ketua<br />
pengarang dengan beslit Gunseikanbu Aceh Sju Seityoterakku tanggal 30-<br />
15
->6<br />
1<br />
ra XI c<br />
C D ra;<br />
I-I*<br />
;=3 -SS C3<br />
° O O<br />
, .4 ^ oo<br />
' -3 a<br />
. u =3 o 2<br />
o ca o. ca<br />
- J s «<br />
C ^ M 8<br />
• sa •»? x -°<br />
O ra ra JZ<br />
' § 3 « s<br />
< ffl
12-1943 No. 279/Sumobotyo, selanjutnya diangkat sebagai Pimpinan Umum<br />
Aceh Simbun, dengan beslit tanggal 18 Oktober 1944 No. 629/Sumobutyo.<br />
Pertelaan tug<strong>as</strong> sebagai berikut :<br />
Dari tanggal 1-1-1943 s/d 30-11-1943 sebagai Redaktur<br />
Dari tanggal 1-12-43 s/d 3-12-1944 sebagai Ketua Pengarang dan<br />
Dari tanggal 1-10-1944 s/d 31-12-1944 sebagai Pemimpin Umum.<br />
Teman sejawat yang bekerja sama dengan beliau antara lain : T.A.Talsya,<br />
Abdullah Arief (almarhum), Amelz dan A.G. Mutiara sebagai staf. Sedangkan<br />
tenaga pembantu urusan cetak mencetak adalah Sdr.Ridwan. A.G.Mutiara<br />
kemudian mengundurkan diri, karena tak tahan oleh h<strong>as</strong>utan golongan feodal<br />
yang mengatakan Aceh Simbun dijadikan pusat kegiatan golongan ulama, disamping<br />
itu sukar pula untuk menyesuaikan diri dengan kemauan Pemerintahan<br />
Jepang.<br />
Sebagai diketahui Aceh Simbun adalah satu-satunya surat kabar berbah<strong>as</strong>a<br />
Indonesia dibawah Dai Nippon di Aceh, yang selalu harus menampilkan berita<br />
yang sesuai dengan selera Pemerintah Jepang. Dalan kondisi dan situ<strong>as</strong>i seperti<br />
itu A.H<strong>as</strong>jmy, Talsya dan Abdullah Arief, m<strong>as</strong>ih bisa menyesuaikan diri dengan<br />
berbagai pihak dan terutama dengan Pemerintah Jepang.<br />
Pada awal tahun 1945 setelah melihat tanda-tanda kekalahan Jepang sudah<br />
semakin dekat, maka beberapa orang pemuda menyusun suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i bawah<br />
tanah dengan diam-diam untuk menghadapi saat kekalahan Jepang. Inti<br />
<strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i itu terdiri dari pemuda-pemuda yang bekerja di Kantor Aceh Simbun<br />
dan Kantor Domei (Kantor Berita Jepang). Dari pemuda-pemuda yang<br />
bekerja di Kantor Domei selalu mendapat berita yang sebenarnya tentang jalannya<br />
peperangan (Perang Dunia Kedua) yang mereka ambil secara rah<strong>as</strong>ia<br />
dari station radio Sekutu. Dan dari mereka itu pula diperoleh berita tentang<br />
Proklam<strong>as</strong>i Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah berita<br />
Proklam<strong>as</strong>i itu diterima, maka pada suatu hari tanggal 21 Agustus 1945, 1<br />
diruangan Kantor Redaksi "Aceh Simbun" di Kutaraja berlangsung suatu rapat<br />
sangat ralï<strong>as</strong>ia yang dipimpin oleh A.H<strong>as</strong>jmy Ketua Sidang Pengarang<br />
"Aceh Simbun" dengan dihadiri oleh Pemuda Indonesia terkemuka sejumlah<br />
10 orang.<br />
Sungguhpun perkembangan dan sikap pemimpin Indonesia di Jakarta belum<br />
diketahui sama sekali, rapat tersebut mengambil suatu keputusan akan<br />
menentang kembalinya Pemerintah Belanda ke Aceh.<br />
Diputuskan juga bila seandainya dari daerah-daerah lain, terutama Jakarta<br />
sebagai Pusat Gerakan kearah Indonesia Merdeka tidak mengambil suatu sikap<br />
teg<strong>as</strong> menghadapi keadaan ini, maka perjuangan dilakukan dengan initiatif<br />
dan resiko sendiri untuk menentang kedatangan Belanda di "Aceh Merdeka".<br />
lr<br />
rusb<strong>as</strong>ya,Harian Duta, no. 103 tahun II, Jum'at 22 Agustus 1975.<br />
.17
Untuk mengkoordinir dan merealisir tenaga serta cita-cita tersebut pada<br />
waktu itu dibentuklah sebuah <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i bernama 'Tkatan Pemuda Indonesia"<br />
(I.P.I) dipimpin oleh A.H<strong>as</strong>jmy, dan Kantor Aceh Simbun dijadikan mark<strong>as</strong><br />
besar 1PI dan merupakan pusat kegiatan Gerakan Pemuda Aceh dalam mempertahankan<br />
Republik Indonesia.<br />
Pada awal September 1945 dengan menghadapi ancaman Jepang yang m<strong>as</strong>ih<br />
berku<strong>as</strong>a dalam suatu upacara yang penuh hikmat dikibarkanlah Sang<br />
Saka Merah Putih didepan Kantor Mark<strong>as</strong> IPI, yang disaksikan oleh ribuan<br />
Pemuda dan m<strong>as</strong>yarakat umum. Menurut A.H<strong>as</strong>jmy inilah bendera Indonesia<br />
yang pertama kali dikibarkan diangk<strong>as</strong>a Kutaraja (Banda Aceh) dan beberapa<br />
hari kemudian diiringi pada tempat-tempat yang lain.<br />
Organis<strong>as</strong>i IPÏ mengalami beberapa perobahan nama seperti Barisan Pemuda<br />
Indonesia (BPI) kemudian jadi Pemuda Republik Indonesia (PRI) dan akhirnya<br />
jadi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo); sejak dari IPI sampai dengan<br />
Pesindo A.H<strong>as</strong>jmy secara terus menerus sebagai Ketua Umumnya. Mengenai<br />
sepak terjang Organis<strong>as</strong>i Pemuda tersebut ditinjau pula secara khusus pada<br />
bab lain.<br />
Setelah Jepang bertekuk lutut pada Sekutu dan Indonesia telah merdeka,<br />
bek<strong>as</strong>-bek<strong>as</strong> Pimpinan Aceh Simbun menerbitkan kembali surat kabar dengan<br />
nama SEMANGAT MERDEKA dan sebagai pimpinan diangkat pula A.H<strong>as</strong>jmy<br />
dengan beslit Komisaris Pemerintah Pusat untuk Sumatera, tanggal 20<br />
Juni 1946 No. 20/KPPSU.<br />
Semangat Merdeka sebagai satu-satu surat kabar di Aceh telah berj<strong>as</strong>a besar<br />
dalam menegakkan dan mempertahankan R.I. karena ia telah memuat<br />
penerangan/berita-berita tentang Pemerintah Pusat di Yogyakarta, juga tidak<br />
ketinggalan dengan berita spesifik Aceh seperti cerita tentang keperk<strong>as</strong>aan/<br />
kepaÜawaan pejuang-pejuang Aceh melawan kafïr (baca Belanda).<br />
Sesuai dengan namanya benar-benar Semangat Merdeka telah berh<strong>as</strong>il<br />
membakar semangat juang putra-putra Tanah Rencong dalam membela dan<br />
mempertahankan Ibu Peritiwi.<br />
Dan dalam tahun 1946 tepatnya pada tanggal 1-7—1946 karena A.H<strong>as</strong>jmy<br />
diangkat sebagai Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh, maka pimpinan<br />
Semangat Merdeka diserah terimakan kepada Amelz.<br />
18
1. Pesindo Aceh<br />
BAGIAN II<br />
PUSAT GERAKAN PEMUDA ACEH<br />
Ikatan Pemuda Indonesia (I.P.I) sesuai dengan perkembangan berobah<br />
menjadi Bansan Pemuda Indonesia, kemudian Pemuda Republik Indonesia<br />
dan akhirnya jadi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia).<br />
Apabila IPI sebagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i lokal, maka Pesindo merupakan suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i<br />
N<strong>as</strong>ional yang punya pimpinan pusat, IPI dirobah menjadi Pesindo<br />
Aceh merupakan salah satu cabang dari sekian banyak cabang yang tersebar<br />
seluruh Indonesia. Pertimbangan Politik Idiologi pada waktu itu belum begitu<br />
diperhatikan yang penting Barisan Pemuda dapat digembleng diarahkan guna<br />
mempertahankan NRI. Pesindo Aceh bukan saja hanya sebagai suatu Barisan<br />
Perjuangan Pemuda, tetapi lebih dari itu ia telah menyerupai suatu susunan<br />
Pemerintahan yang lengkap. Hal mana dapat dilihat dalam struktur <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i.<br />
Pimpinan Umum merangkap Panglima Tertinggi dijabat oleh A.H<strong>as</strong>jmy dengan<br />
dibantu oleh aparat perlengkapan lainnya sebagai berikut.<br />
Dalam bidang pertahanan dan keamanan, dibentuk Divisi Rencong, sebagai<br />
Panglima dijabat oleh Nyak Neh dan kepala Staf M.Saleh Rahmany, dengan<br />
Mark<strong>as</strong> Besarnya berkedudukan diLho'nga. Dalam Divisi Rencong ada Resimen<br />
Pocut Baren, yang terdiri dari Perajurit-perajurit Wanita, dengan Komandannya<br />
Muhammad ZZ dan Kepala Staf Zahara Tambunan. Mark<strong>as</strong> besarnya<br />
berkedudukan di Peuniti Kutaraja (Mark<strong>as</strong> P.M. sekarang), karena pentingnya<br />
kedudukan tambang minyak, maka dibentuk pula Resimen Tambang Minyak<br />
dibawah pimpinan Abdul Rahman.<br />
Struktur Organis<strong>as</strong>i Pesindo dilengkapi sampai ke kampung-kampung.<br />
Ditingkat Kabupaten dibentuk Wakil Mark<strong>as</strong> Daerah, ditingkat Kewedanaan<br />
dibentuk Cabang-Cabang, Ranting-Ranting dan pada tiap-tiap kampung ada<br />
Pesindo, dengan Kesatria Pesindonya.<br />
Dalam bidang ekonomi, dibentuk Dewan Kemakmuran, dengan mendirikan<br />
Bank Pesindo, P.T. Pelayaran Pesindo Samudra, N.V. Petraco, N.V. Sakti<br />
dan lain-lain. Dalam bidang Sosial dibentuk Dewan-dewan Kebudayaan dengan<br />
aneka cabang kesenian, juga bergerak dalam bidang pendidikan dalam<br />
19
erbagai tingkat. Taman Kanak-kanak yang pertama didirikan di Aceh adalah<br />
kepunyaan Pesindo (Taman Indra) dibawah pimpinan Nyonya Amelz.<br />
Pesindo punya bengkel senjata dengan induk perbengkelan berada di Lho'<br />
nga, disana dipekerjakan lebih kurang 100 orang tenaga tentara Jepang dibawah<br />
pimpinan Korewa, ali<strong>as</strong> Muhammad Ali.<br />
Mark<strong>as</strong> Besar Pesindo berkantor di bek<strong>as</strong> toko Boursumij , (yang sekarang<br />
Aduma Niaga) dan Kantor Komuvet sekarang.<br />
Kegiatan Pesindo yang pertama ialah merebut senjata Jepang, sehingga terjadi<br />
pertempuran di Lho'nga dan lain-lain dan setelah merdeka ia berfungsi<br />
mempertahankan kemerdekaan dan menjalankan urusan Pemerintah dalam<br />
bidang keamanan dalam negeri dan sebagainya. Memang pada waktu itu telah<br />
ada Badan Kepolisian, tetapi surat-surat jalan, dan p<strong>as</strong> keluar negeri (Penang)<br />
tidak berlaku sebelum diberi cap Pesindo, karena seluruh pantai, darat dan<br />
laut dijaga oleh p<strong>as</strong>ukan Kesatria Pesindo.<br />
Pihak Jepang yang sudah berkapitul<strong>as</strong>i kepada sekutu itu, lalu mengundang<br />
tokoh-tokoh yang mereka anggap pemimpin, didalam sebuah pertemuan<br />
yang diadakan dipendopo Tyookan antara lain dihadiri:<br />
1. Teuku Nyak Arief,Residen R.I. Daerah Aceh.<br />
2. Tuanku Mahmud, Ketua Komite N<strong>as</strong>ional Daerah Aceh.<br />
3. Tengku M.Daud Beureueh, Ketua PUSA dan anggota KNI Daerah Aceh.<br />
4. Said Abubakar, Pelopor F (Fujiwara Kikikan).<br />
5. A.H<strong>as</strong>jmy, Ketua Barisan Pemuda Indonesia.<br />
6. Sjamaun Gaharu, Ketua Mark<strong>as</strong> Daerah API.<br />
Adapun dari pihak Jepang yang hadir dalam pertemuan tersebut ialah :<br />
1. Aceh Syu Tyookan (S.Jino)<br />
2. Aceh Syu Seito (Matubushi)<br />
3. Koimubu Tyo<br />
4. Busitai Tyo<br />
5. Kenpeitai Tyo<br />
6. Juru Bah<strong>as</strong>a (Eiri)<br />
Dalam pembicaraan itu Aceh Syu Tyookan menekankan bahwa meskipun<br />
Jepang telah kalah dalam peperangan Asia Timur Raya, akan tetapi Pemerintah<br />
Meliter Jepang m<strong>as</strong>ih bertanggung jawab dan segala sesuatu yang akan dilakukan<br />
disini harus minta izin atau memberi tahukan lebih dahulu kepada<br />
Pemerintah Jepang.<br />
Kejadian akhir-akhir ini ternyata rakyat telah berani berbuat hal-hal yang<br />
tidak dapat diizinkan oleh Pemerintah Jepang, seperti mendirikan perkumpulan-perkumpulan,<br />
menyiarkan panflet-panflet Proklam<strong>as</strong>i dan lain-lain. Maka<br />
oleh karena itu diminta Jepang supaya hal seperti itu jangan terjadi lagi dan<br />
segera dibubarkan, lebih-lebih API yang telah membuat <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i yang meni-<br />
20
u <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i ketenteraan, adalah merupakan perbuatan yang sangat melanggar<br />
katanya.<br />
Oleh karena pembicaraan Tyookan itu lebih ditekankan kepada API, sedangkan<br />
pemimpin-pemimpin yang pada waktu itu tidak ada yang mengeluarkan<br />
pendapatnya karena keadaan, maka Ketua Mark<strong>as</strong> Daerah API menyatakan<br />
bahwa :<br />
"Indonesia telah merdeka, telah mempunyai Presiden, mempunyai Gubernur,<br />
dan mempunyai Residen sendiri. Rakyat Indonesia patuh kepada Presidennya<br />
sama dengan rakyat Jepang patuh Tenno Heikanya.<br />
Kemudian setelah mengemukakan tekad-tekad perjuangan yang diajarkan<br />
oleh Jepang kepada rakyat Indonesia dalam peperangan Asia Timur Raya,<br />
diteg<strong>as</strong>kan lagi bahwa Tyookan tidak berhak memerintahkan untuk membubarkan<br />
API, akan tetapi kalau Residen RI memerintahkan untuk membubarkan<br />
API, sekarang juga API itu akan dibubarkan.<br />
Pada waktu itu juga dengan tangan yang gemetar dan suara yang membentak-bentak<br />
T.Nyak Arief menyatakan keheranannya kepada Tyookan : Pemerintah<br />
Jepang betul-betul satu pemerintahan yang tidak mengetahui bahwa :<br />
Apa-apa yang telah tuan-tuan kerjakan selama berku<strong>as</strong>a disini, apakah akan<br />
dilakukan juga ketika tuan telah kalah ? Oleh karena itu saya berpendapat<br />
bahwa pertemuan yang diadakan dengan maksud seperti ini adalah pertemuan<br />
yang sia-sia belaka.<br />
Oleh karena su<strong>as</strong>ana pertemuan sudah memuncak menjadi hangat, pertemuan<br />
itu terpaksa bubar dengan tidak memperoleh h<strong>as</strong>il apa-apa.<br />
Untuk memperkuat keyakinan dan tekad serta cita-cta mempertahankan<br />
Proklam<strong>as</strong>i itu pula, maka para Alim Ulama Aceh pada tanggal 15 Oktober<br />
1945 telah mengeluarkan suatu maklumat yang merupakan fatwa, yang<br />
antara lain isinya : Bahwa mempertahanakan Negara Republik Indonesia<br />
adalah wajib hukumnya bagi setiap kaum muslimin, gangguan dari pihak manapun<br />
datangnya harus dihadapi dengan perang sabil.<br />
Disamping itu Pimpinan Pusat PRI (Pemuda Republik Indonesia) Daerah<br />
Aceh mengeluarkan pula seruan panggilan umum bagi pemuda, antara lam<br />
berisikan agar para pemuda dapat bersatu dalam PRI dan senanti<strong>as</strong>a menjaga<br />
persatuan dan kesatuan dalam rangka menegakkan Republik Indonesia.<br />
Dengan adanya maklumat dan seruan tersebut, semangat pemuda semakin<br />
bergolak. Rakyat berbondong-bondong mem<strong>as</strong>uki Barisan Perjuangan, menyediakan<br />
jiwa raganya untuk membela Kemerdekaan. Aksi-aksi perjuangan bertambah<br />
meningkat disamping berkumandangnya pekik "merdeka" dengan<br />
tangan yang dikepalkan. Keluarlah. bermacam-macam semboyan perjuangan<br />
yang ditulis pada dinding-dinding, tembok, toko-toko, kereta api dan kendaraan<br />
umum, yang berbunyi antara lain : Sekali merdeka, tetap merdeka, kami<br />
cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, enyah penjajah, hidup merdeka<br />
21
atau mati syahid, dan beberapa semboyan lainnya yang ditulis dalam bah<strong>as</strong>a<br />
Inggeris dan Belanda". 2<br />
Pesindo Aceh dengan Kesatrianya telah berj<strong>as</strong>a dalam menump<strong>as</strong> perang<br />
saudara antara golongan feodal disatu pihak dan golongan Ulama dilain pihak.<br />
Golongan feodal di bawah pimpinan TJvlohd.Daoed Cumbok, menunggu kedatangan<br />
kembali Pemerintah Belanda, sedangkan golongan Ulama dan rakyat<br />
pada umumnya ingin merdeka.<br />
Gerakan cumbok, yang terdiri dari ulebalang-ulebalang yang feodal membentuk<br />
B.P.R. Lamelo (Kota Bakti Sigli).<br />
Perang cumbok baru dapat dipatahkan setelah datang bala bantuan dari<br />
Divisi Rencong, dengan membawa 2 buah meriam yang ditempatkan diat<strong>as</strong><br />
glegapu. Tembakan meriam yang dahsyat itu menurut tuan Korewa pertempuran<br />
itu sama sengitnya dengan pertempuran Jepang-Inggeris di Singapura,<br />
tetapi toh akhirnya dapat dipatahkan. Dan p<strong>as</strong>ukan Cumbok meninggalkan<br />
benteng pertahanan, dan T.M.Doed Cumbok, dapat ditangkap dalam pergunungan<br />
(hutan) di daerah Padang Tiji, beberapa bulan kemudian.<br />
Dalam agresi kedua dimana kota Medan dan sekitarnya diduduki Belanda,<br />
Pesindo Aceh mengirim p<strong>as</strong>ukan'ke Medan area terutama didaerah perbat<strong>as</strong>an<br />
Aceh dengan Sumatera Timur, sehingga dengan demikian Belanda tidak diberi<br />
peluang untuk merembes ke Aceh.<br />
Sewaktu Belanda berusaha mengu<strong>as</strong>ai Tambang minyak Pangkalan Berandan,<br />
Divisi Rencong Resimen Tambang Minyak bergerak cepat dan sebelum<br />
tambang itu dibumi hanguskan telah membongkar lebih dahulu instal<strong>as</strong>i.penting<br />
dan dibawa ke Lho'nga untuk melengkapi Bengkel Pesindo.<br />
A.H<strong>as</strong>jmy selain Pimpinan Pesindo dan Panglima Tertinggi K<strong>as</strong>atria Pesindo<br />
Divisi Rencong dikukuhkan jabatan sebagai Mayoor T.N.I. dengan ketetapan<br />
Jenderal Mayoor Harjowarjoyo tanggal 1 Mei 1946 No. 30 dan tetap<br />
memimpin Pesindo.<br />
Mengenai dengan Resimen Pocut Baren memang pada mulanya mendapat<br />
tantangan dan sebagian m<strong>as</strong>yarakat Aceh, terutama oleh ulama yang berpaham<br />
sempit. Persoalan itu diselesaikan oleh A.H<strong>as</strong>jmy dengan menghubungi<br />
tokoh-tokoh ulama seperti Tengku M. Daud Beureueh, Tengku Indrapuri<br />
TengkuLamjabat, Tengku Krueng Kale, dengan memberi penjel<strong>as</strong>an yang dihubungkan<br />
dengan perang sabil, dimana perajurit-perajurit wanita dapat<br />
ambil bagian, demikian juga dalam hal berpakaian dan lain-lain dapat diatur<br />
sesuai dengan ajaran Islam. P<strong>as</strong>ukan Pocut Baren itu mempunyai pakaian lakilaki<br />
maka setelah direstui oleh ulama-ulama tersebut persoalan menjadi beres<br />
2<br />
Dua Winclu Kodam Ihkandar Muda, Sejarah Militcr Kodam l Iskandar Muda 1972<br />
;ilm 84 - 86. '<br />
22
Resimen Pocut Baren<br />
Kompie Mark<strong>as</strong> Resimen Pocut Baren dari Kesatria Pesindo Dipisi Rencong dibawah<br />
pimpinan A.H<strong>as</strong>jmy. Bertanda X yaitu Mayoi Zahara Tambunan sebagai Kepala Staf<br />
Resimen.<br />
dan m<strong>as</strong>yarakat tenang kembali, dan Resimen Pocut Baren tersebut makin sehari<br />
makin meningkatkan kegiatan dalam latihan baik sendiri ataupun oper<strong>as</strong>i<br />
"gabungan dengan Divisi Rencong" dan kegiatan lain sebagai anggota Militer<br />
yang siap siaga untuk bertempur.<br />
Sebagai suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i Pesindo tiap-tiap tahun mengadakan kongresnya<br />
yang dihadiri oleh WMD danKomandan Divisi, dengan seluruh Dewan-Dewan<br />
untuk bermusyawarah menyusun program, pemilihan pengurus baru dan<br />
sebagainya.<br />
Pesindo Aceh sempat mengadakan kongresnya hanya empat kali, tiga kali<br />
di Kutaraja dan satu kali di Kota Langsa. Kegiatan Pesindo yang patut dicatat<br />
Kongres ke 3 di Kutaraja turut mempertahankan Propinsi Aceh pertama,<br />
dalam sebuah resolusinya dalam hubungan dengan terbetik berita bahwa Propinsi<br />
Aceh akan dilebur kedalam Propinsi Sumatera Utara ke Medan.<br />
Situ<strong>as</strong>i dan kondisi di Aceh sangat gawat, karena disamping pro tentu ada<br />
pula yang kontra. Pihak golongan feodal Aceh (ex hulubalang) berjuang dengan<br />
gigih di Pusat supaya Propinsi Aceh dilebur. Mereka sebenarnya bukan<br />
tidak suka Propinsi Aceh, tetapi mereka tidak senang karena semua jabatan<br />
23
penting dipegang oleh golongan ulama. Sebenarnya itu suatu kesalahan<br />
berpikir dari mereka, kalaulah makanan yang disajikan tidak sesuai dengan selera<br />
mereka janganlah wadah dipecahkan, tetapi isinya boleh diganti wadah<br />
sukar diperoleh. Dan karena golongan feodal punya jaringan dan dukungan<br />
yang kuat di Pusat, akhirnya jadi juga dilebur.<br />
Kalau golongan feodal mendapat dukungan dari pusat, maka Pesindoxian<br />
golongan ulama berakar pada hati sanubari rakyat, sehingga secara tidak disadari<br />
lebih memperuncing perbedaan paham antara dua golongan tersebut<br />
yang saling merebut pengaruh di Aceh.<br />
Konperensi Pesindo yang keempat bertempat di kota Langsa, adalah suatu<br />
konperensi yang amat meriah. Rombongan peserta kongres dan pimpinan Pesindo,<br />
berangkat dari Kutaraja menuju Langsa dengan kereta api istimewa<br />
pakai listrik dan pada tiap pos disambut dengan meriah oleh Pesindo cabang<br />
dengan kesatrianya,.dengan konsumsi yang cukup memu<strong>as</strong>kan.<br />
Diantara berbagai macam putusan yang menarik, dalam konperensi itu<br />
ialah : Merencanakan konperensi Pesindo yang kelima penyelenggaraannya<br />
diat<strong>as</strong> samudra (kapal laut). Dalam tahun 1948 dimana terjadi pemberontakan<br />
P.K.I. pertama di bawah pimpinan Muso cs yang berpusat di Madiun.<br />
Pesindo pusat yang berkedudukan di sana mendukung gerakan tersebut<br />
atau dengan lain kata terlibat dalam pemberontakan itu. Pesindo Pusat<br />
menyerukan kepada seluruh Pesindo supaya mendukung gerakan tersebut.<br />
Jawaban dan tindakan yang teg<strong>as</strong> dari Pesindo Aceh, bahwa Pesindo<br />
Aceh tak bisa mendukung gerakan komunis itu dan sekaligus memutuskan<br />
hubungan dengan Pusat dan berdiri sendiri dengan mengambil Islam menjadi<br />
d<strong>as</strong>arnya.<br />
Setelah terjadi pemberontakan P.K.I. itu Pesindo Aceh mengalami p<strong>as</strong>ang<br />
surut dan secara berangsur hilang kegiatannya dan dengan dikeluarkan maklumat<br />
Pemerintah mengharapkan didirikan partai politik maka pimpinan Pesindo<br />
mempelopori pembentukan Parpol-parpol di Aceh. Orang Pesindo ditug<strong>as</strong>kan<br />
untuk membentuk parpol di Aceh, atau sekurang-kurangnya tiap parpol<br />
ada orang Pesindo menjadi pengurus, dengan maksud untuk memonopoli<br />
semua kekuatan m<strong>as</strong>sa diseluruh Aceh.<br />
Usaha ini pada mulanya memang berh<strong>as</strong>il, tetapi lambat laun orang-orang<br />
Pesindo yang duduk dalam berbagai Parpol memutuskan hubungan dengan induknya<br />
(Pesindo) kecuali Partai Islam (M<strong>as</strong>yumi dan P.S.I.I.) walaupun telah<br />
dew<strong>as</strong>a dan mendirikan rumah tangga sendiri tetap mengakui orang tuanya.<br />
Hal ma: a menurut pengakuan A.H<strong>as</strong>jmy sendiri suatu ijtihat yang salah.<br />
\da.:, me"; ~ Q<br />
i kesatria Pesindo dengan diadakan integr<strong>as</strong>i barisan peg<br />
t"! ' T.N.I. sebagian besar mereka menggabungkan diri ke-
dalam T.N.I.dengan kedudukan (pangkat) secara umum diturunkan setingkat/<br />
disesuaikan dengan pangkat T.N.I. sampai mereka pensiun atau dibeb<strong>as</strong> tug<strong>as</strong>kan,<br />
sedangkan A.H<strong>as</strong>jmy sendiri tidak menggabungkan diri dalam TNI dan<br />
beliau kembali kepada m<strong>as</strong>yarakat, tindakan ini juga diikuti oleh beberapa<br />
teman pejuang yang lain, seperti Nyak Neh, Ayah Gani, Muhamad Z.Z, Saleh<br />
Rahmany, Umar Husny dan lain-lain. Dengan demikian jel<strong>as</strong>lah bahwa barisan<br />
Gerakan Pemuda, sekali lagitersebar lu<strong>as</strong> dalam m<strong>as</strong>yarakat, instansi Pemerintah,<br />
dan dalam Parpol. Maka dengan demikian dapatlah kita berkesimpulan<br />
bahwa angkatan 45 di Aceh pada hakekatnya berintikan mereka yang ber<strong>as</strong>al<br />
dalam <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i Pesindo ini.<br />
2. Barisan-Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran<br />
Disamping Divisi Rencong Kesatria Pesindo, ada juga barisan kel<strong>as</strong>ykaran<br />
lainnya seperti : Barisan Mujahidin Divisi Tengku Chik Ditiro dipimpin oleh<br />
Tengku Mohd. Daud Beureueh dan Chik Mat Rahmani. Divisi Tengku Chik<br />
Paya Bakong dipimpin oleh Tengku Amin Husin Al mujahid dan Ajad Musi.<br />
Resimen TRIP dipimpin oleh Jahja Zamzami dan T.P.I. dipimpin oleh A.K.<br />
Jakobi.<br />
Diantara badan Kel<strong>as</strong>ykaran ini Divisi Rencong merupakan suatu Barisan<br />
Kel<strong>as</strong>ykaran yang lengkap baik susunan dan peralatan/persenjataannya dengan<br />
memiliki dan membentuk 1 Resimen Artileri, suatu Perbengkelan/<br />
Persenjataan di Lho'nga, suatu Bahagian Perkapalan/Pelayaran di Ulee-Lheue,<br />
Bank Pesindo, dan 1 Resimen Wanita Pocut Baren.<br />
Peranan Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran didaerah Aceh mempunyai suatu ciri kh<strong>as</strong><br />
tersendiri apabila diperhatikan dengan badan-badan kel<strong>as</strong>ykaran di daerah<br />
lain. Setiap usaha dan gerak perjuangan senanti<strong>as</strong>a menyadari dan menempatkan<br />
dirinya sebagai alat pendukung Pemerintah, tampil diberbagai medan<br />
perjuangan baik digaris depan maupun digaris pertahanan belakang bahu<br />
membahu dibawah satu Komando TNI (Tentara N<strong>as</strong>ional Indonesia).<br />
Oleh karena itu dapatlah dipahami bahwa Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran itu tidaklah<br />
dijadikan suatu alat tandingan bagi Pemerintah, akan tetapi senanti<strong>as</strong>a bersatu<br />
dalam satu tujuan yaitu : Berjuang menegakkan Kehormatan dan Kemerdekaan<br />
Tanah Air, bersama-sama dengan Pemerintah.<br />
Dengan demikian dalam rencana Pemerintah meleburkan Badan Kel<strong>as</strong>ykaran<br />
ini pada tahun 1947 menjadi suatu Tentara N<strong>as</strong>ional Indonesia di daerah<br />
Aceh diterima dengan baik dan penuh loyalit<strong>as</strong>.<br />
Adapun pembentukan Barisan Kel<strong>as</strong>ykaran di Aceh adalah sebagai berikut:<br />
a. Divisi Rencong •<br />
1. Pimpinan Divisi :<br />
Pimpinan Umum : A.H<strong>as</strong>jmy<br />
25
26<br />
Komandan Divisi<br />
Kepala Staf<br />
Kep. Bag. Oper<strong>as</strong>i<br />
Kep.Bag.Perencanaan<br />
Kep.Bag.Pertahanan<br />
Kep.Bag.Kerahan Tenaga Rakyat<br />
Kep.Bag. Perlengkapan<br />
Kepala Intelijen<br />
Kep.Genie/Perhubungan<br />
Kep.Bag.Keuangan<br />
Kep.Bag.Kewanitaan<br />
(Pocut Baren)<br />
2. Batalyon Istimewa Artileri<br />
Komandan<br />
Wakil<br />
b. Resimen I di Kutaraja<br />
Komandan<br />
Kepala Staf<br />
Batalyon-batalyon:<br />
Yon I<br />
Wakil<br />
Yon II<br />
Wakil<br />
Yon III<br />
Wakil<br />
c. Resimen II Sigli<br />
Komandan<br />
Kepala Staf<br />
Batalyon-batalyon :<br />
Yon I<br />
Yon II<br />
Yon III<br />
: Nyak Neh Lho'nga<br />
: M.Saleh Rahmani<br />
: M.Saleh Rahmani<br />
: S a u n i<br />
: A.JalilAmin<br />
M.Ali Korewa<br />
: Pawang Leman<br />
: M.Zainun<br />
Tengku Achmad Adam<br />
: M. Jusuf Scony.<br />
: Umar Husny<br />
: M.Razali Nyak Neh<br />
Muhammad<br />
: Muhammad Z.Z.<br />
Zahara Tambunan<br />
: Nyak Neh<br />
: Abdullah Syam<br />
3. Resimen-resimen<br />
a. Resimen Pocut Baren di Kutaraja<br />
Komandan<br />
: Zahara Tambunan<br />
A.Gani Adam<br />
: Jarimin<br />
Said Y<strong>as</strong>in, Ole Lheue<br />
: Tengku Nawawi<br />
: M. Nurdin<br />
Lam Baro Angan<br />
: T.M.Luthan<br />
: M.Ali B<strong>as</strong>yah,<br />
Blang Bintang<br />
: Ishak Ibrahim<br />
Putih Mauni, Sigli<br />
Zainuddin HS.<br />
: R.Radja Husen, Sigli<br />
: Inya B<strong>as</strong>jah, Meureudu<br />
; T.Muhammad, Sigli
d. Resimen III Lhok Seumawe<br />
Komandan<br />
Kepala Staf<br />
Wkl.Staf Umum<br />
Batalyon-batalyon :<br />
Yon I<br />
Yon II<br />
Yon III<br />
e. Resimen IV Aceh Tengah<br />
Komandan<br />
Wakil<br />
Kep.Staf<br />
Batalyon-batalyon :<br />
Yon I<br />
Yon II<br />
Yon III<br />
Yon IV<br />
Yon V<br />
f. Resimen V Aceh Timur Langsa<br />
Komandan<br />
Wakil<br />
Batalyon-batalyon :<br />
Yon I<br />
Yon II<br />
Yon III<br />
g. Resimen VI Aceh Barat<br />
Komandan<br />
Wakil<br />
Batalyon-batalyon<br />
h. Resimen VII Aceh Selatan<br />
Komandan<br />
Kep.Staf<br />
Batalyon-batalyon :<br />
Yon I<br />
Yon II<br />
Yon III<br />
Yon IV<br />
Yon V<br />
Yon VI<br />
: T.Syammaoen Latief<br />
: T.Banta Sulaiman<br />
: H.Abdullah Hs.<br />
: Nizan Harun, Lhok Seumawe<br />
: M.H<strong>as</strong>jmy, Lhok Seumawe<br />
: Abu Bakar, Bireuen<br />
: M.Zaharuddin, Takengon<br />
M.Sjukur<br />
: Asep Jalil<br />
: M.H<strong>as</strong>an Amin<br />
: Rafli<br />
: Sali Gabel<br />
: M.Arif Amiruddin<br />
: Baharudin,Blang Kejeren<br />
Samadun<br />
: Tengku Abdul Aziz<br />
: Ismail<br />
: A.Hanafiah, Idi<br />
: Razali, Langsa<br />
: Razali, Kuala Simpang<br />
: H.Daud Dariah<br />
: T.R.Iskandar<br />
: 3 Batalyon lain yang membawahinya.<br />
: M.Salim H<strong>as</strong>yimy<br />
: A.Gafur Akir<br />
: Zainuddin, Tapak Tuan<br />
: Said Sulaiman, Sawang<br />
: Tengku H<strong>as</strong>yim, Meuke<br />
: Djamidin Away, Lhb.Haji<br />
: Imam Nurdin, Manggeng<br />
: Ramli Saiadi, Blang Pidie<br />
27
28<br />
Yon VII : Tengku M.Jatim, Susuh.<br />
Yon VIII : T.Ramli Angk<strong>as</strong>ah, Bakongan<br />
Yon IX : Saajudin, Singkil. 3<br />
3<br />
Ibid, hl 103 - 105.
BAGIAN III<br />
DALAM BIDANG KARANG-MENGARANG<br />
Dalam bidang karang-mengarang A.HASJMY bergerak dalam ruang lingkup<br />
yang lu<strong>as</strong> meliputi bidang kewartawanan, s<strong>as</strong>trawan dan juga dalam penulisan<br />
buku ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum dan terutama yang<br />
bernaf<strong>as</strong>kan Islam.<br />
Untuk itu kita akan neninjau selayang pandang, sekedar untuk mengetahui<br />
arah dan s<strong>as</strong>aran-s<strong>as</strong>aran dari pada tulisan-tulisan beliau.<br />
1. Kewartawanan<br />
a. Sejak sebelum perang dunia kedua telah menulis dalam majalah dan<br />
surat kabar di Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Surabaya dan<br />
Malaya.<br />
Seperti dalam Berkala Pujangga Baru/Jakarta, Angkatan Baru/Surabaya,<br />
Pahlawan muda/Padang, Kewajiban/Padang Panjang, Panji Islam/<br />
Medan, Pajar Islam/Malaya, Pahlawan/Banda Aceh, Pedoman M<strong>as</strong>yarakat<br />
dan Suluh Islam/Medan.<br />
b. Ketua Pengarang Harian Aceh Simbun (1944)<br />
c. Pemimpin Umum Harian Semangat Merdeka (1946-1947), Banda<br />
Aceh.<br />
d. Pemimpin Umum Harian Nusa Putra (1964—1965), Jakarta.<br />
e. Pemimpin Umum Majalah Sinar Darussalam Banda Aceh (1968—sekarang).<br />
2. S<strong>as</strong>trawan<br />
a. Sejak umur 16 tahun telah menulis karya-s<strong>as</strong>tra dan dimuat dalam pelbagai<br />
majalah dan surat kabar.<br />
b. Buku-buku (buah tangannya)<br />
P r o s a :<br />
Roman:<br />
1) . SayapTerkulai(1936) ;<br />
2) .Bermandi Cahaya Bulan (1938);<br />
3) .Melalui Jalan Raya Dunia (1939);<br />
4) . Suara Azan dan Lonceng Gereja (1940);<br />
5) .Dewi Fajar(1943);<br />
29
30<br />
< i<br />
s<br />
r>. CD<br />
'~ H<br />
ra<br />
1 ë 1<br />
o g<br />
Q c<br />
u -2 -3 •=<br />
•S<br />
B ° Cd "E<br />
S<br />
s 2<br />
«<br />
c >> — c<br />
eo s5 A- S.<br />
B > 5 ;<br />
2 n r; ra<br />
S. §| £<br />
ra ra ^<br />
•3 JS E<br />
C OU ^<br />
CD C ra<br />
£ 3<br />
ra ¥ < •<br />
•Si-S S *<br />
?3 x, ra ra<br />
E E I S<br />
cd 'cjy P cj<br />
"3 ca 3 A:
6) .Nona Pressroom (1951);<br />
7) .Elly Gadis Nica(1951);<br />
8) .Nisar(1951);<br />
9) .MeurahJohan(1976);<br />
10) .Tanah Merah(1976);<br />
11) . Rubai Hamzah Fansury Karya S<strong>as</strong>tra Sufie, abad XVII<br />
c. E s s a y :<br />
1) . S<strong>as</strong>tra Arab(1948) ;<br />
2) .Kesus<strong>as</strong>traan Indonesia dari Zaman ke Zaman (1951);<br />
3) . Semangat Kemerdekaan dalam Sajak Indonesia Baru (1963);<br />
4) .Puisi Islam Indonesia (1940);<br />
d. P u i s i:<br />
1) . Kisah Seorang Pengembara (1937);<br />
2) .Dewan Sajak (1938);<br />
3) . Rindu Bahagia (1963 puisi dan cerpen;<br />
4) .JalanKembali(1963);<br />
Karangan-Karangan Ilmiah :<br />
1) .Kerajaan Saudi Arabia (1950);<br />
2) . D<strong>as</strong>ar Negara Islam (1968) ;<br />
3) . Sejarah Kebudayaan Islam (1969) ;<br />
4) .Publisistik dan Islam, - m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah (1972);<br />
5) . Yahudi Bangsa Terkutuk (1970);<br />
6) .Muhammad Sebagai Panglima Perang (1970) ;<br />
7) .Pahlawan Islam Yang Gugur (1956);<br />
(Disadur dari Syuhada ul Islam Karya : Dr. ALISAMY);<br />
8) .Dustur Dakwah Menurut Al Qur'an (1975) ;<br />
9) .Mengapa Ibadah Pu<strong>as</strong>a Diwajibkan (1976);<br />
10) . Apa sebab Al Qur'an tidak bertentangan dengan akal<br />
11) .Risalah Ahlaq(1976);<br />
12) . Surat-surat dari penjara (1976);<br />
3. Pandangan Hidup<br />
Semua gerak perjuangan did<strong>as</strong>arkan dan berpedoman kepada cita-cita dan<br />
kemauan beliau untuk menciptakan m<strong>as</strong>yarakat serta kebudayaan Indonesia<br />
Baru yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat kita perhatikan pada semua<br />
karya beliau dan dalam gerak perjuangannya.<br />
Seperti pada umumnya, Pcngarang-pengarang Pujangga Baru bercita-cita<br />
dan berbuat memajukan Pertiwi Indonesia, maka A.HASJMY pun demikian<br />
pula halnya. Pada zaman penjajahan Belanda, terkenal sebagai seorang Pejuang<br />
yang aktif dalam pelbagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i dan partai dan pernah dipenjarakan<br />
oleh Belanda. Kalau pada Amir Hamzah, daerah lingkup keislaman yang<br />
dipancarkan didalam sajak-sajaknya, hanya mengenai hubungan dirinya de-<br />
31
ngan Khaliknya, tetapi A.HASJMY bekerja dan berbuat untuk mengisi kehidupan<br />
dan penghidupan ini dengan konsepsi Islam.<br />
A.H<strong>as</strong>jmy telah berh<strong>as</strong>il mencetus pandangan hidupnya kedalam pandangan-pandangannya,<br />
sebagai contoh kita pada salah satu ceritera pendeknya,<br />
yang diterbitkan pada tahun 1936, oleh Majalah Pedoman M<strong>as</strong>yarakat Nomor<br />
37, yang berjudul : "Korban Kebeb<strong>as</strong>an". Ringk<strong>as</strong>an ceriteranya sebagai<br />
berikut :<br />
Seorang Gadis Cut Hafsah sejak kecil dia di<strong>as</strong>uh secara Islam, tetapi ketika<br />
belajar di Sekolah MULO Kutaraja, disebabkan oleh pergaulannya yang beb<strong>as</strong><br />
dia memutuskan pertunangannya dengan T.Aliuddin dan dia telah terjerumus<br />
kedalam lembah kehinaan.<br />
Dan untuk menghindari r<strong>as</strong>a malu akhirnya dia membunuh diri. "Hari<br />
Minggu" pukul 9 pagi Cut Hafsah <strong>as</strong>yik berhi<strong>as</strong> dan berdandan. Berulangulang<br />
dia melihat kecermin besar kalau-kalau m<strong>as</strong>ih ada yang belum menyenangkan<br />
atau belum cukup gaya dan manisnya.<br />
Diluar halaman internat sudah banyak pemuda-pemuda menanti. Mereka<br />
akan pergi, bersenang-senang melihat tam<strong>as</strong>ya, diluar kota, ke Mata I, tempat<br />
pemandian yang amat merdeka ditempat rimba raya, atau kepantai laut di<br />
Ulee Lheue. Cut Hafsah banyak benar perubahannya kini, berubah perangai,<br />
sifat dan kelakuannya, bertukar fikiran dan pendapatnya. Kesopanan Islam<br />
yang membat<strong>as</strong>i pergaulan beb<strong>as</strong> dan lelu<strong>as</strong>a, yang mulanya dipandang mulia<br />
dan murni, sekarang sudah berani dia memberikan nama "kuno" tidak laku<br />
lagi di abad ke XX, bahkan pemuda-pemuda yang tidak suka mengikuti<br />
aliran vrij omgang, dikatakannya kaum kolot, tidak mengerti aliran zaman<br />
dan putaran m<strong>as</strong>a.<br />
Segala ajaran Ayah-Bundanya, tidak dihiraukannya, sudah jauh dari hatinya.<br />
Dahulu Bundanya sedia membimbing dia kepantai selamat, membawa<br />
ketaman mulia. Tapi kini pergaulannya, dikota yang besar, seperti Kutaraja,<br />
menjuruskan dia kelembah pergaulan mereka. Teman-teman setempat<br />
mengajaknya buat meniru Nona-Nona Eropah dan adat kebi<strong>as</strong>aan Barat.<br />
Tiap-tiap hari Minggu atau waktu vakansi, kelihatan dia dipantai p<strong>as</strong>ir berjemur<br />
dengan pan<strong>as</strong> hari sesudah mandi dilaut. Kejar-mengejar bersuka-suka<br />
dengan tidak memperdulikan jantan betinanya, sedang pakaian mandinya<br />
baju kaus pendek, yang menggambarkan bentuk penyakit karena sempitnya.<br />
Jel<strong>as</strong>lah disini, bahwa penyakit yang menimpa m<strong>as</strong>yarakat kita terutama<br />
pada pemuda-pemudinya adalah memfu-niru cara-cara Barat yang oleh orang<br />
Barat yang sopan sendiri kurang disenanginya. Para pemuda-pemudi kita yang<br />
tidak mendalami hakikat ajaran Islam, dengan mudah terjerumus kedalam<br />
lembah pergaulan beb<strong>as</strong>. Benteng keimanannya rubuh oleh sifat meniru yang<br />
tak terkendalikan. Lalu membawa malu bagi kaum keluarga, bagi m<strong>as</strong>yarakat<br />
umumnya.<br />
32<br />
Sungguhpun pemuda ini sudah mempunyai pengalaman tinggi dalam dunia
pengetahuan, sudah pandai berbicara dengan dua bah<strong>as</strong>a (Inggeris dan Belanda),<br />
tetapi dia tetap menghormati peradaban Islam dan kesopanan Timur,<br />
sehingga budinya bertambah tinggi, tidak pernah jatuh ked<strong>as</strong>ar lumpur kerendahan.<br />
Ini, karena berkat ajaran Islam yang ia minum sem<strong>as</strong>a kecilnya yang diajarkan<br />
oleh Ulama-ulama dan tokoh-tokoh/pemuka Islam dikampungnya, istimewa<br />
lagi ia sendiri suka benar bergaul dengan pemuda-pemuda Islam yang dalam<br />
fahamnya tentang ke Islaman.<br />
Sifat mulia inilah yang mengharumkan nama T.Aliuddin sampai keawan,<br />
yang menyebabkan ia dipuja dan dipuji, dihormati dan disayangi.<br />
Ditinjau dari kacamata ke-Islaman dan perjuangan bangsa, tema dan tendensi<br />
ceritera ini adalah sangat tepat.<br />
Dan berd<strong>as</strong>arkan ini beliau dapat kita golongkan, kita m<strong>as</strong>ukkan kedalam<br />
angkatan Pujangga Baru Aliran Baru.<br />
Ter<strong>as</strong>a kepada kita bahwa pelaku-pelakunya kurang hidup, kurang gerak<br />
sebagai kenyataan sehari-hari. Ini mungkin disebabkan karena beliau menceriterakannya<br />
kejadiannya itu, dengan tidak menyelipkan percakapan-percakapan<br />
antara pelaku (dialog) (Sesuai dengan waktu, pada m<strong>as</strong>a sekarang kurang<br />
disenangi).<br />
Beliau m<strong>as</strong>ih sangat memelihara keindahan bah<strong>as</strong>a dengan menyodorkan<br />
kalimat-kalimat yang panjang-panjang sehingga jalan cerita agak terganggu<br />
karenanya.<br />
Pandangan rendah Cut Hafsah kepada patriot muda ini, T.Aliuddin, yang<br />
mulanya berupa bunga api yang kecil sekecil-kecilnya, lama kelamaan karena<br />
taupan badai kenafsuan, menjadi unggun api yang besar bernyala-nyala membakar<br />
akar-akar nama pemuda Aliuddin dari taman hatinya, dan memusnahkan<br />
gedung pertunangannya dengan pemuda itu, yang sudah sekian lama diukir<br />
dan dihi<strong>as</strong>kannya, sehingga menjadi mahligai yang indah dan permai.<br />
Meskipun kalimat ini panjang, tapi gaya bah<strong>as</strong>anya adalah indah dengan<br />
adanya perumpamaan-perumpamaan metafora, misalnya bunga api, badai<br />
kenafsuan membakar akar-akar nama, taman hatinya, gedung pertunangan<br />
sekian lama diukir dan dihi<strong>as</strong>kannya. Bila kita tinjau dari segi tendensi itu,<br />
tujuan Pengarang dengan mengarang sesuatu ceritera sebagai bisikan jiwanya,<br />
maka pada ceritera ini ter<strong>as</strong>a kepada kita Pengarang langsung ingin mem-,<br />
beri n<strong>as</strong>ehat/pendidikan kepada pembacanya. Ini disebabkan gelora muda<br />
beliau (umur 22 tahun). Dan semangat juang yang bernyala-nyala sehingga<br />
unsur pengolahan lahiriah kurang terkendalikan, lalu mengarah" kejurusan<br />
33
n<strong>as</strong>ehat. Pada ceritera pendek yang dikarang dalam tahun 1939, yang berjudul<br />
: "Korban Gempa Besar" (Dalam Buku Rindu Bahagia), sudah berbeda.<br />
Gaya dramatis dalam bentuk dialog sudah kelihatan, misalnya : "Jus. . . ."<br />
katanya — Ifah sahut Jusuf dengan gementar bibirnya.<br />
Matanya menatap wajah sisakit dengan tenang, sedang tangannya membelai<br />
tangan sisakit yang sejuk laksana timah ("Di. . . . ma. ... na... . kah . . . .<br />
sa ya se ka rang Jus"?)<br />
Dibawah sinar mata abangmu yang mencintai engkau dengan segenap<br />
hati, kek<strong>as</strong>ihku — jawab Jusuf dengan sedih, sedang air matanya jatuh berderai.<br />
A.H<strong>as</strong>jmy, ikut berjuang dalam menegakkan kemerdekaan tanah air.<br />
Suka-duka perjuangan baik dalam agresi pertama dan kedua, beliau curahkan<br />
dalam h<strong>as</strong>il karangannya berupa kisah, yang mengesankan bayangan kehidupan<br />
dan pandangan hidup m<strong>as</strong>yarakat Bangsa Indonesia pada saat itu dalam<br />
bukunya bernama "Nona Pressrom". Dalam buku ini beliau mengungkapkan<br />
akan kesukaran Tanah Air yang m<strong>as</strong>ih amat memerlukan pengabdian<br />
dari putra-putri Indonesia dalam membentuk M<strong>as</strong>yarakat Indonesia sentosa<br />
dan aman. Untuk sekedar melihat bah<strong>as</strong>a dan situ<strong>as</strong>i yang dilukiskan inilah<br />
kutipan dari kisah tersebut.<br />
"Aku telah 7 bulan di Aceh, daerah yang tidak sanggup dim<strong>as</strong>uki tentara<br />
Belanda dalam kedua Agresinya. Baik sebelum atau sesudah berdirinya R.I.S.<br />
Aceh saya dapati adalah satu daerah yang seaman-amannya diseluruh Indonesia.<br />
Disini bek<strong>as</strong>-bek<strong>as</strong> l<strong>as</strong>ykar atau tentara yang-telah diseleksi, tidak pernah<br />
membikin kacau mengganggu ketertiban umum. Hal ini tersebut karena Pemimpin-pemimpin<br />
Rakyat di Aceh bertanggung jawab penuh at<strong>as</strong> anak-anaknya<br />
itu".<br />
P u i s i :<br />
Karya s<strong>as</strong>tra A.H<strong>as</strong>jmy lebih banyak dan lebih hebat (secara kwalit<strong>as</strong>) dalam<br />
bidang perpuisian. Pada usia 22 tahun telah menggubah puisi-puisi perjuangan<br />
Tanah Air yang bersendikan pondamen ke Islaman diselingi oleh romantika<br />
jiwa muda. Misalnya :<br />
34<br />
"PANGGILAN"<br />
Naik, naik mari kawan,<br />
Kegunung tinggi marüah kita.<br />
Percaya kita ayuhai, tolan,<br />
Disana terletak "Kesuma Raya".<br />
Berkem<strong>as</strong> wahai, teman sehati.<br />
Kaum Pencinta "Mahkota Mulia".<br />
Angkat kaki, mari kemari,<br />
Mencari mawar, penawar sukma.
Tapi Ingat !<br />
Supaya selama t,<br />
Teguhkan Iman!<br />
langan terkejut,<br />
Dek Udara k a b u t.<br />
Ia hanya c o b a a n.<br />
(Majalah Pedoman M<strong>as</strong>yarakat No. 9, 10 Juni 1936).<br />
"C I N T A"<br />
Jika dikaji perkara cinta,<br />
Berbagai cinta at<strong>as</strong> dunia,<br />
Ada yang cinta kepada harta.<br />
Ada pula yang cinta bangsa,<br />
Cinta Negeri, cinta Agama,<br />
Ingin supaya wathan mulia,<br />
Gemar agar agama berjaya.<br />
Semua cinta sudah kur<strong>as</strong>ai,<br />
Sudah bercecap madunya,<br />
Tiada nan dapat menghibur sukma.<br />
Selain cinta Agama dan Bangsa,<br />
Sekarang kita yakin percaya,<br />
Cinta dunia nihil belaka.<br />
(Pedoman M<strong>as</strong>yarakat No. 30, 9 September 1936).<br />
Dalam Simposium Bah<strong>as</strong>a dan Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, 25-28 Oktober<br />
1966, yang diselenggarakan oleh Lembaga Bah<strong>as</strong>a dan K<strong>as</strong>i Jaya, M.S.Hutagalung<br />
dalam judul pr<strong>as</strong>arannya Penelitian Puisi antara lain tentang A.H<strong>as</strong>jmy<br />
mengatakan:<br />
Marilah kita meninjau satu bait dari Sajak Ali H<strong>as</strong>jmy yang sederhana berikut<br />
yang menunjukkan bagaimana caranya unsur-unsur itu bekerja sama.<br />
Pagiku hilang sudah melayang,<br />
Hari mudaku 'sudah pergi.<br />
Sekarang petang datang membayang,<br />
Batang usiaku sudah tinggi.<br />
Apa yang hendak diceritakan^pefiyair sebenarnya hanyalah mengemukakan<br />
35
ahwa ia sudah tua. Tetapi dengan beberapa cara, dengan beberapa unsur penyair<br />
memberikan kesan kepada pembaca sajak itu. Hari tua digambarkan sedemikian<br />
rupa sehingga menimbulkan kesan emosionil kepada kita.<br />
Pertama-tama kita lihat baris sajak atau liriknya bersambung-sambung.<br />
Tiap lirik terjadi dari dua buah fr<strong>as</strong>e, atau kelompok kata, tiap fr<strong>as</strong>e itu terdiri<br />
dari unsur yang sama yakni m<strong>as</strong>ing-m<strong>as</strong>ing dua kata, tiap-tiap mengucapkan<br />
lirik diakhiri fr<strong>as</strong>e, pertama suara kita naik dan diikuti oleh sejenak perhatian<br />
atau jeda, begitu juga fr<strong>as</strong>e kedua diakhiri oleh jeda yang lebih panjang. Perhentian<br />
itu menunjukkan bahwa pembicaraan belum selesai, harus disambung.<br />
Pembicaraan lirik berikutnya, sama halnya lirik yang pertama, sehingga<br />
menimbulkan gelombang pengucapan yang menimbulkan irama yang tertentu<br />
yang berupa pengulangan itu.<br />
Kata pada akhir fr<strong>as</strong>e pertama berirama dengan kata akhir fr<strong>as</strong>e kedua.<br />
Kata pertama dari fr<strong>as</strong>e pertama pada lirik kedua, berirama dengan kata kedua<br />
pada fr<strong>as</strong>e kedua. Lirik ketiga mengalami hal yang sama, malah semua katanya<br />
berirama. Pada lirik keempat irama itu sangat ter<strong>as</strong>a juga, karena persamaan<br />
bunyi orang dan persamaan U. Akhir lirik secara berseling berirama<br />
juga.<br />
Dengan demikian timbullah bunyi yang ter<strong>as</strong>a merdu dan menimbulkan<br />
kesan indah ditelinga. Jadi unsur musikalit<strong>as</strong> dibangun dengan cara memilih<br />
bunyi.<br />
Bagaimana tanggapan S<strong>as</strong>trawan Malaysia tentang A.H<strong>as</strong>jmy, kita perhatikan<br />
kutipan berikut yang kami ambil dari buku "Pancharan Sajak" oleh :<br />
Mahmud Ahmad, kami sajikan dengan ejaan Malaysia sendiri.<br />
"Sajak ini jel<strong>as</strong> pengertiannya, dapat difahami sekali bacha sahaja, kechuali<br />
dua-tiga patah perkataan yang agak sukar, seperti dinyatakan diat<strong>as</strong>. Seluruh<br />
sajak itu kelihatan m<strong>as</strong>ih merupakan bentuk syaer bi<strong>as</strong>a, sarangkap empat baris<br />
dan berbentuk abad setiap rangkapnya.<br />
Rangkap yang akhir membandingkan nafsu manusia dengan gelora banjir<br />
itu. Kalau budi tak dapat mengawal nafsu (hawa-nafsu), maka bin<strong>as</strong>alah hidup<br />
seperti sesuatu daerah di bin<strong>as</strong>akan oleh peristiwa banjir itu.<br />
Peristiwa-peristiwa banjir atau sesuatu kejadian yang luar bi<strong>as</strong>a selalu menjadi<br />
perhatian para penyaeï, maka lahirlah kata hatinya itu diat<strong>as</strong> kert<strong>as</strong>.<br />
Ramai sekali penyaer-penyaertelah membayangkan r<strong>as</strong>a hatinya setelah melihat<br />
peristiwa banjir.<br />
Choba bandingkan sajak Banjir A.H<strong>as</strong>jmy ini dengan cheritera Banjir gubahan<br />
Tongkat Warraut."<br />
36
Utusan Zaman, Desember 1954, lihat buku Puisi Baru Melayu 1942-1960,<br />
muka 37,cetakan tahun 1961. 4<br />
4. Buku-buku Pengetahuan Umum, Agama dan Politik<br />
Dalam kesempatan yang terbat<strong>as</strong> sekali agaknya tidak mungkin untuk meninjau<br />
satu persatu isi dari tulisan-tulisan A.H<strong>as</strong>jmy, untuk itu kita membat<strong>as</strong>inya<br />
hanya melihat dari judul-judulnya saja.<br />
Disamping karya-karya beliau dalam bidang s<strong>as</strong>tra yang telah kita tinjau<br />
selayang pandang kita akan melihat pula karya dalam bidang pengetahuan,<br />
Agama, Politik yang dapat dicatat sebagai berikut :<br />
1) . Suara azan dan lonceng Gereja (roman Agama) penerbit Syarikat Tapanuli<br />
Medan 1940 ;<br />
2) . Cinta Mendaki (roman filsafat) akan diterbitkan oleh Balai Pustaka<br />
Jakarta (menurut suratnya 1941) tetapi sebelum siap dicetak pecah<br />
perang Asia Timur Raya, dan sampai sekarang tidak diketahui bagaimana<br />
akhirnya.<br />
3) .Dibawah naungan Pokok Kemuning (Roman Sejarah Perang Aceh) penerbit<br />
Pustaka Padang. Tetapi setelah siap dicetak dibeslag oleh Politische<br />
Inlichtigen Dienst, (P.I.D.) Belanda dan pengarang sendiri beberapa kali<br />
harus berumsan dengan P.I.D. tahun 1939;<br />
4) . Dewi Fajar (Roman Politik) penerbit Aceh Syu Setyo Hodoka Kutaraja<br />
tahun 1943 ;<br />
5) .Kerajaan Saudi Arabia, diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang Jakarta<br />
tahun 1950 ;<br />
6) .Pahlawan-pahlawan Islam yang gugur, terbit tahun 1956, oleh penerbit<br />
Bulan Bintang Jakarta, dan di Singapura diterbitkan oleh Pustaka N<strong>as</strong>ional<br />
tahun 1971 ;<br />
7) . Dimana letaknya Negara Islam, penerbit Pustaka N<strong>as</strong>ional Singapura<br />
tahun 1970 ;<br />
8) . Sejarah Kebudayaan Islam, penerbit Lembaga Penerbitan/terjemahan<br />
IAIN Jamiah Arraniry tahun 1969 ;<br />
9) .Yahudi Bangsa Terkutuk, Penerbit Pustaka Faraby, Banda Aceh 1970;<br />
10) . Sejarah Hukum Islam, penerbit Majelis Ulama Banda Aceh, tahun 1970;<br />
11) . Hikayat Perang Sabil Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda, penerbit<br />
Pustaka Faraby Banda Aceh tahun 1971 ;<br />
12) . Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (terjemahan, penerbit Pustaka<br />
N<strong>as</strong>ional Singapura tahun 1972) ;<br />
4<br />
Razaly Cut Rani & Budiman Sulaiman, Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, Fa. Pustaka I'aiaby<br />
Banda Aceh, 1970, hlm 104 - 112.<br />
37
13) . Pemimpin dan akhlak, penerbit Majelis Ulama Banda Aceh, tahun 1973;<br />
14) . Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, m<strong>as</strong>ih N<strong>as</strong>kah tahun 1972 ;<br />
15) .Hikayat Pecut Muhammad dalam analisa, m<strong>as</strong>ih N<strong>as</strong>kah tahun 1972 ;<br />
16) . Publisistik dan Islam, m<strong>as</strong>ih N<strong>as</strong>kah tahun 1972.<br />
Dan m<strong>as</strong>ih ada buku beliau lain yang sedang disiapkan.<br />
Walaupun beliau sudah berusia agak lanjut (63 tahun), namun beliau<br />
m<strong>as</strong>ih punya potensi yang cukup menulis karya-karya yang bermutu.<br />
Dari buku-buku yang telah dicatat diat<strong>as</strong>, walaupun kita tidak menelaah<br />
isinya satu persatu, agaknya kita telah dapat membayangkan betapa lu<strong>as</strong><br />
pengetahuan yang dimilikinya mencakup dalam segala bidang Ilmu Pengetahuan,<br />
dan bagaimana pula cara-cara beliau mengungkap/mengup<strong>as</strong> persoalan<br />
dan pemecahannya yang dikemukakan itu dapat dilihat dari h<strong>as</strong>il karyakarya<br />
beliau.<br />
Di Makam Meureuhoom Daya<br />
Dalam rangka menyiapkan n<strong>as</strong>kahnya yang berjudul : Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah<br />
A.H<strong>as</strong>jmy berkunjung ke Lam No Jaya, didaerah mana terletak makam seorang sulthan<br />
dan pembina Aceh, yang terkenal dengan Meureuhoom Daya. Gambar diat<strong>as</strong> didepan<br />
makam Meureuhoom Daya. Duduk dari kiri kekanan : Said Suleiman, A.H<strong>as</strong>jmy dan<br />
Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
38
5. Judul buku yang telah dikarang<br />
Sampai dengan permulaan tahun 1977 A.H<strong>as</strong>jmy telah menulis buku tidak<br />
kurang dari 45 judul. Dan supaya kita tidak hilang pandangan dalam tumpukan<br />
buku-buku karya beliau, walaupun sebahagian telah disebut menurut pengelompokan<br />
yang terdiri dari Prosa, Roman, Essay, Puisi, Pengetahuan<br />
Umum, Agama dan Politik, namun demikian dibawah ini akan kami tulis<br />
kembali keseluruhannya, menurut urut tahun penulisan/penerbitan untuk memudahkan<br />
bagi para peminat yang memerlukannya :<br />
1. "Kisah seorang pengembara" (sajak) Penerbit Pustaka Islam Medan<br />
(1936).<br />
2. "Sayap Terkulai" (Roman) keluar tahun 1936.<br />
3. "Dewan Saja" (Sajak) Penerbit Central Courant Medan (1938).<br />
4. "Bermandi Cahaya Bulan" (Roman M<strong>as</strong>yarakat) penerbit Indische Drukkerij<br />
Medan (1939).<br />
5. "Melalui Jalan Raya Dunia" (Roman M<strong>as</strong>yarakat) penerbit Indische<br />
Drukkerij Medan (1940).<br />
6. "Suara Azan dan lonceng Gereja" (Roman Agama) penerbit Syarikat Tapanuli<br />
Medan (1940).<br />
7. "Cinta Mendaki" (Roman Filsafah) akan diterbitkan oleh Balai Pustaka<br />
Jakarta (menurut suratnya 1941) tetapi sebelum siap dicetak pecah perang<br />
Asia Timur Raya, dan sampai sekarang tidak diketahui bagaimana<br />
akhirnya.<br />
8. "Dibawah Naungan Pokok Kemuning" (Roman Sejarah Perang Aceh)<br />
penerbit Pustaka Padang. Tetapi akhirnya siap dicetak terus dibeslag<br />
oleh P.I.D. Belanda dan pengarang sendiri beberapa kali harus berurusan<br />
dengan P.I.D. (1939)<br />
9. "Dewi Fajar" (Roman Politik) penerbit Aceh Syu Seityo Hodoka Kutaraja<br />
(1943)<br />
10. "Puisi Islam Indonesia" (Pembah<strong>as</strong>an Kesus<strong>as</strong>teraan) Penerbit Usaha Medan<br />
Putri Bukit Tinggi (1940)<br />
11. "S<strong>as</strong>tra Arab" (kup<strong>as</strong>an Sejarah Kesus<strong>as</strong>teraan Arab dari zaman ke zaman)<br />
siap disusun akhir tahun 1948, belum diterbitkan.<br />
12. "Kerajaan Saudi Arabia" diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang Jakarta<br />
tahun 1950.<br />
13. "Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia dari zaman ke zaman (1951) belum terbit<br />
14. "Pahlawan-pahlawan Islam yang gugur" terbit tahun 1956 oleh penerbit<br />
Bulan Bintang Jakarta, dan di Singapura diterbitkan oleh Pustaka N<strong>as</strong>ional<br />
tahun 1971. Cetakan ketiga tahun 1974 oleh Bulan Bintang Jakarta.<br />
15. "Rindu Bahagia" (Kumpulan sajak dan cerpen) diterbitkan oleh Penerbit<br />
Pustaka Putro Candan Banda Aceh tahun 1963.<br />
16. "Semangat Kemerdekaan" dalam saja Indonesia Baru, Penerbit Pustaka<br />
Putro Candan Banda Aceh tahun 1963.<br />
39
Desa Teladan Kuprik<br />
Selama tinggal di Irian Jaya lebih tiga bulan, A.H<strong>as</strong>jmy selalu diundang untuk memberi<br />
dakwah kepada m<strong>as</strong>yarakat disana. Gambar at<strong>as</strong> A.H<strong>as</strong>jmy baru kembali dari Desa Teladan<br />
Kuprik yang letaknya 8 kilo meter dari Merauke, untuk membaca khuthbah Jum'at<br />
disana. Desa kuprik sangat beij<strong>as</strong>a, karena desa inilah yang banyak melindungi perajurit<br />
payung kita waktu terjun di Irian Jaya dalam rangka oper<strong>as</strong>i TRIKORA.<br />
A.H<strong>as</strong>jmy (pakai kain sarung) bersama tiga orang dokter Muslim/jurudakwah yang menemaninya,<br />
yaitu dokter gigi Iikham, dokter Santosa dan dokter Mulyono.<br />
17. "Jalan Kembali" (kumpulan sajak) penerbit Pustaka Putro Candan tahun<br />
1963<br />
18. "Dimana letaknya Negara Islam" penerbit Pustaka N<strong>as</strong>ional Singapura<br />
1970.<br />
19. "Sejarah Kebudayaan Islam" penerbit Lembaga Penerbit/Penterjemah<br />
IA1N Jami'ah Ar-Raniry, 1969<br />
20. "Yahudi Bangsa Terkutuk" penerbit Pustaka Faraby Banda Aceh 1970<br />
21. "Sejarah Hukum Islam" penerbit Majelis Ulama Banda Aceh 1970<br />
22. "Hikayat Perang Sabil Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda" penerbit<br />
Pustaka Faraby, Banda Aceh 1971.<br />
23. "Islam Dan Ilmu Pengetahuan Modern" (terjemahan) penerbit Pustaka<br />
N<strong>as</strong>ional Singapura 1972.<br />
40
24. "Pimpinan danAkhlak",penerbit Majelis Ulama Banda Aceh 1973<br />
25. "Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah", m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah 1972 (telah dijual<br />
N<strong>as</strong>kahnya kepada Pemerintah Daerah Istimewa (Aceh)<br />
26. "Raba 'i Hamzah Fansury Karya S<strong>as</strong>tra Sufi AbadXVII",penerbit Dewan<br />
Bah<strong>as</strong>a dan Pustakaan, Kuala Lumpur 1976.<br />
27. "Hikayat Pocut Muhamad Dalam Anaiisa", m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah 1972.<br />
28. "Publissistik Dan Islam", m<strong>as</strong>ih n<strong>as</strong>kah 1972.<br />
29. Mulai tahun 1968 menjadi Pimpinan Umum/Pimpinan Redaksi Majalah<br />
Pengetahuan Kebudayaan Sinar Darussalam.<br />
30. "Dustur Dakwah menurut Al Quran", terbit tahun 1974 oleh penerbit<br />
Bulan Bintang Jakarta.<br />
31. "Sejarah Kebudayaan Islam", penerbit Bulan Bintang Jakarta 1974.<br />
32. "Cahaya Kebenaran" (terjemahan Al Quran juz Amraa dengan Bah<strong>as</strong>a<br />
Puisi.<br />
33. Sumbangan Kesus<strong>as</strong>traan Aceh dalam Pembinaan Kesus<strong>as</strong>traan Indonesia<br />
(kedua n<strong>as</strong>kah dari No. 31 dan 32 akan diterbitkan oleh penerbit Bulan<br />
Bintang Jakarta).<br />
34. "Risalah Akhlak", penerbit Bulan Bintang Jakarta 1975.<br />
35. "Iskandarmuda Meukuta Alam", penerbit Bulan Bintang Jakarta 1975.<br />
36. "Meurah Johan" (Roman Sejarah) penerbit Bulan Bintang Jakarta 1976.<br />
37. "Mengapa Ibadat Pu<strong>as</strong>a diwajibkan", penerbit Bulan Bintang Jakarta<br />
1976 (terjemahan)<br />
38. "APA SEBAB Al Quran tidak bertentangan dengan akal", penerbit Bulan<br />
Bintang Jakarta 1976 (terjemahan).<br />
39. "Tanah Merah" (Roman Pergerakan Kemerdekaan) penerbit Bulan Bintang<br />
Jakarta 1976.<br />
40. "Surat-surat dari penjara", penerbit Bulan Bintang, Jakarta 1976.<br />
41. "Langit dan penghuninya" (terjemahan) penerbit Bulan Bintang 1976<br />
42. "Peranan Agama Islam dalam perang Aceh dan perjuangan kemerdekaan<br />
Indonesia", penerbit Bulan Bmtarrg Jakarta 1977.<br />
43. "59 tahun Aceh merdeka dibawah pemerintahan Ratu", penerbit Bulan<br />
Bintang Jakarta 1977.<br />
44. "Islam agama dunia akhirat", akan diterbitkan Bulan Bintang.<br />
45. "Mengenang kembali perjuangan missi haji R.I. ke H", akan diterbitkan<br />
Bulan Bintang Jakarta.<br />
41
Tugu Pahlawan Perintis Kemerdekaan<br />
Waktu di Tanah Merah Ibukota Tanah Digul, A.H<strong>as</strong>jmy berkunjung ke Makam Pahlawan<br />
Perintis Kemerdekaan, kira-kira 4 kilo-meter diluar kota Tanah Merah. Gambar at<strong>as</strong> A.<br />
H<strong>as</strong>jmy bersama tokoh-tokoh di Tanah Merah sedang berada dekat Tugu Pahlawan Kemerdekaan.<br />
42
BAGIAN IV<br />
SEBAGAI KARYAWAN DEPARTEMEN SOSIAL<br />
1. Pembentukan Jawatan Sosial di Aceh<br />
Departemen Sosial Pusat dibentuk pada tanggal 18 Agustus 1945, satu hari<br />
setelah Proklam<strong>as</strong>i, terutama bertug<strong>as</strong> menanggulangi problem sosial akibat<br />
perang kemerdekaan. Dan selanjutnya secara berturut-turut dibentuklah Instansi<br />
Sosial di daerah-daerah seluruh Indonesia.<br />
Untuk Keresidenan Aceh, Jawatan Sosial dibentuk pada tanggal 1 Juli<br />
1946, dan dengan beslit Komisaris Pemerintah Pusat untuk Sumatera yang<br />
bertanggal 29 Juni 1946, No. 21/KPPSU, diangkat A.H<strong>as</strong>jmy sebagai Kepala<br />
Jawatan dan sekaligus sebagai pendiri atau orang pertama yang akan melengkapi<br />
peralatan dan pegawai-pegawai yang akan melaksanakan tug<strong>as</strong> dimaksud.<br />
Kemudian dengan beslit Gubernur Sumatera Utara N.R.I. tanggal 31 Maret<br />
1947, Nomor 262,diangkat menjadi Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh<br />
dengan pangkat Bupati.<br />
Sewaktu mula pertama kali beliau diangkat sebagai pejabat Sosial adalah<br />
satu-satunya petug<strong>as</strong> Sosial di Aceh, kemudian secara berangsur-angsur melengkapi<br />
petug<strong>as</strong>-petug<strong>as</strong> dan peralatannya baik bagi tingkat Keresidenan<br />
maupun tingkat Kabupaten.<br />
Dalam mengisi form<strong>as</strong>i pegawai, tidak ada kesulitan yang dihadapi, karena<br />
begitu beliau ditunjuk sebagai pimpinan, beliau angkatlah tokoh-tokoh<br />
m<strong>as</strong>yarakat yang tergabung dalam berbagai <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i dan terutama dari pimpinan<br />
Pesindo. Wakil Mark<strong>as</strong> Daerah (W.M.D.) Pesindo diangkat menjadi Kepala<br />
Kantor Sosial Kabupaten, seperti antara lain :<br />
1) .T.Sjamaun Lathief untuk Kabupaten Aceh Utara ;<br />
2) .Haji Burhan Jamil untuk Kabupaten Aceh Timur ;<br />
3) .Putih Mauny untuk Kabupaten Pidie ;<br />
4) . Ahmad Binuali untuk Kabupaten Aceh Selatan ;<br />
5) .Jahja H<strong>as</strong>yimy untuk Kabupaten Aceh Besar ;<br />
6) .Haji Baharuddin untuk Kabupaten Aceh Barat ;<br />
Demikian juga staf pada tingkat Keresidenan pada umumnya diambil dari<br />
orang-orang Pesindo, seperti antara lainTuankuH<strong>as</strong>jim disamping selaku sekretaris<br />
Pesindo ditunjuk menjabat Kepala Bagian Umum Jawatan Sosial,<br />
43
Oesman Ibrahim diangkat sebagai Pengaw<strong>as</strong> Kem<strong>as</strong>yarakatan dan lain-lain,<br />
sehingga pada waktu itu sukar untuk membedakan antara pegawai Sosial<br />
dengan pengurus Pesindo, apalagi kantornyapun satu atau bergabung, sebahagian<br />
Kantor Pesindo dipakai untuk Kantor Sosial, sehingga orang mengidentikkan<br />
Pesindo dengan instansi Sosial<br />
Kegiatan Sosial yang sangat menonjol ialah selama agressi Belanda ke II<br />
(tahun 1948) dalam menyelenggarakan penampungan pengungsi dari seluruh<br />
penjuru Tanah Air dan terutama dari Sumatera Timur dan Tapanuli, diperkirakan<br />
pengungsi yang mengalir ke Aceh mencapai jumlah lebih 100.000<br />
orang diseluruh Keresidenan Aceh.<br />
Keresidenan Aceh pada waktu itu term<strong>as</strong>uk di Daerah Propinsi Sumatera<br />
di Medan. Pada waktu Kota Medan diduduki Tentara Belanda, jawatan<br />
Sosial Propinsi Sumatera Utara tidak teratur lagi, maka untuk penertiban<br />
kembali Jawatan Sosial tersebut diangkatlah A.H<strong>as</strong>ymy selaku wakil Kepala<br />
Jawatan Sosial Propinsi Sumatera Utara dengan beslit Gubernur Sumatera<br />
tanggal 12 Januari 1949, Nomor : 20/050/49, berkedudukan di Kutaraja<br />
dengan merangkap Kepala Jawatan Sosial Keresidenan Aceh.<br />
Kemudian dari pada itu dibentuklah Propinsi Aceh yang pertama berkedudukan<br />
di Kutaraja dan A.H<strong>as</strong>ymy ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Sosial<br />
terhitung mulai tanggal 1 Januari 1949 dengan beslit Menteri Sosial tanggal<br />
16 Oktober 1949.<br />
Propinsi Aceh pertama tidak panjang usia (1-1-1949 s/d 31-12-1949)<br />
dibubarkan dan dim<strong>as</strong>ukkan daerah Propinsi Sumatera Utara Medan, maka<br />
dipindah beberapa orang pegawai Sosial Aceh untuk memperkuat Propinsi<br />
Sumatera Utara dibawah Pimpinan A.H<strong>as</strong>ymy. Sedangkan Aceh pada waktu<br />
itu kedudukan Pemerintahan sebagai Koerdinator.<br />
Pegawai Sosial yang pindah ke Medan terdiri dariTuanku H<strong>as</strong>jim, Oesman<br />
Ibrahim, Mohamad Dahlan, M.O.Cimaneta, Baharuddin, H.A.Ghazaly (penulis),<br />
Abdussalam dan Abd. Hamid Dj<strong>as</strong>.<br />
2. Jawatan Sosial Sumatera Utara di Medan<br />
Pada mulanya beliau menjabat sebagai Wakil Kepala Jawatan Sosial Sumatera<br />
Utara di Medan, kemudian dalam rangka persiapan serah terima Kepala<br />
Jawatan Sosial Sumatera Utara dari Baginda Nator<strong>as</strong> kepada A.H<strong>as</strong>ymy terjadilah<br />
pemberontakan Tengku Muhammad Daoed Beureueh di Aceh (tahun<br />
1953). Beliau ditangkap dan ditahan dalam Penjara Sukamulia, disamping<br />
Kantor Sosial Sumatera Utara. Setelah diadakan pemeriksaan dan tidak ada<br />
bukti at<strong>as</strong> kesalahannya, beliau dibeb<strong>as</strong>kan at<strong>as</strong> perintah Jaksa Agung dan<br />
pindah ke Jakarta.<br />
44
3. Pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial<br />
Setelah dibeb<strong>as</strong>kan dari tahanan di Medan A.H<strong>as</strong>ymy dengan beslit Menteri<br />
Sosial tanggal 16 Mei 1954, Nomor : Pu. 9-20/1393, dipindahkan ke Jawatan<br />
Bimbingan dan Perbaikan Sosial di Jakarta terhitung mulai tanggal<br />
24—4—1954, struktur <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i Departemen Sosial pada waktu ini disamping<br />
Departemen Pusat juga diadakan Jawatan-jawatan Pusat, sebagai unsur pelaksanaan<br />
tug<strong>as</strong>-tug<strong>as</strong> Departemen Sosial.<br />
Kemudian dengan beslit oleh pejabat yang sama ditunjuk menjadi Kepala<br />
Bagian Umum Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial terhitung mulai tanggal<br />
1-1-1955.<br />
Beliau bertug<strong>as</strong> dijawatan tersebut hanya 2 tahun dan kemudian diperbantukan<br />
pada Kementerian Dalam Negeri sebagai Gubernur Propinsi Aceh.<br />
Dan dengan beslit Presiden R.I. tanggal 19 Januari 1957, Nomor : 15/M<br />
tahun 1957, mulai tanggal 1 — 1 — 1957, beliau diangkat menjadi Gubernur<br />
Kepala Daerah Istimewa Aceh dan diperhentikan dengan hormat sebagai<br />
Pegawai Kementerian Sosial.<br />
Resepsi perkawinan Surya<br />
Gambar A.H<strong>as</strong>jmy dan Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy dalam malam resepsi perkawinan<br />
anaknya A.H.Surya di Medan.<br />
45
4. Kegiatan-kegiatan lain-lain<br />
Disamping sebagai pegawai Kementerian Sosial A.H<strong>as</strong>ymy, juga aktif dalam<br />
<strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i m<strong>as</strong>sa dan partai politik.<br />
a. Dalam Organis<strong>as</strong>i M<strong>as</strong>sa antara lain :<br />
1. Januari 1947, terpilih menjadi Ketua Umum Pucuk Pimpinan Serperi<br />
(Serikat Pegawai Republik Indonesia) yang berpusat di Kutaraja.<br />
2. Tahun 1959, terpilih menjadi Wakil Ketua Umum Pimpinan Pemuda<br />
Aceh (Gabungan Gerakan Pemuda).<br />
b. Dalam Badan-badan Pemerintah/Semi Pemerintah :<br />
1) . Anggota Badan Pekerja Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, 6 Juni 1945<br />
s/d 30 Desember 1948, dengan ketetapan Residen Aceh N.R.l/Ketua<br />
Dewan Perwakilan Rakyat Aceh, tanggal 17 Oktober 1947, Nomor :<br />
1147/N.R.I.<br />
2) .Anggota Dewan yang mengatur Kepolisian Keresidenan Aceh dengan<br />
ketetapan Residen Aceh, tanggal 31 Mei 1946, Nomor : 404/N.R.I.<br />
3) .Anggota Dewan Kabupaten Aceh Besar mulai 7 Oktober 1947 sampai<br />
46<br />
1 Juni 1949 dengan Ketetapan Residen Aceh tanggal 7 Oktober 1947,<br />
Nomor : 94/N.R.I.<br />
4) . Anggota Dewan Pertahanan Daerah Aceh<br />
5) .Anggota Staf Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo mulai<br />
10 September 1947, sampai 14 April 1949, dengan Ketetapan Gubernur<br />
Militer tanggal 21 September 1947, Nomor : 13/G.M/T. Gubernur<br />
Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo, dijabat oleh Tengku Mohd.<br />
Daoed Beureueh sedangkan anggota staf terdiri dari :<br />
1. Tengku Husin Al Mujahid, dengan pangkat Jenderal Mayor tit.<br />
2. A.H<strong>as</strong>ymy dengan pangkat Mayor tit.<br />
3. Nyak Neh dengan pangkat Mayor tit<br />
4. H<strong>as</strong>an Ali dengan pangkat Mayor tit<br />
5. Said Abubakar dengan pangkat Mayor tit<br />
6) .Jadi Pengaw<strong>as</strong> Majelis Penimbang Harta Pengkhianat Daerah Aceh dengan<br />
beslit Residen Aceh Kutaraja, 27 Januari 1948, Nomor : 92/N.R.I.<br />
7) .Anggota Badan Pengaw<strong>as</strong> Economi, mulai 31 Mei 1949, sampai<br />
14- -1949, dengan Ketetapan Komisaris Pemerintah Pusat untuk<br />
Sumatera Utara tanggal 9 Juli 1949, Nomor : 34/K.P.P.P.S.B.<br />
8) .Anggota Komite N<strong>as</strong>ional Indonesia Pusat dengan Ketetapan Presiden<br />
Republik Indoneisia Nomor : 21/tahun 1946.<br />
9) .Diangkat menjadi anggota Misi Haji Republik Indonesia ke II, dengan<br />
beslit Menteri Agama R.I. Nomor : 7/A/K-2 tanggal Yogyakarta 19<br />
September 1949 dan menjalankan tug<strong>as</strong> Negara R.I. di Negara-negara<br />
Arab, Saudi Arabia dan Mesir dari bulan Oktober sampai Desember<br />
1949. Misi Haji ke Ildiketuai oleh Syeh Abdulhamid,sedangkan anggota<br />
: (1) Prof. Abd.Kahar Muzakkir, (2) Mohd. Nur, (3) A.H<strong>as</strong>jmy,
Menunggang Onta<br />
Dikaki Ahram (Pyramid) A.H<strong>as</strong>jmy sedang menunggang Onta, sewaktu dalam<br />
tahun 1949 dia ke Mesii sebagai anggota Missi Haji R.I. ke II.<br />
(4) R.A.Syamsir, (5) Awab Syabul. Adapun tug<strong>as</strong> pokok Misi tersebut:<br />
- Mengeratkan hubungan dengan negara-negera Arab/dan negara-negara<br />
Islam<br />
- Menjel<strong>as</strong>kan Politik Pemerintah R.I. terutama persetujuan Rum-<br />
Royen, kepada Negara Islam dan Muslimin Indonesia (Jemaah Haji)<br />
- Melebih populerkan keadaan Tanah Air dan Bangsa Indonesia kedunia<br />
Islam umumnya.<br />
Tug<strong>as</strong> Duta tersebut merangkap Panitia Penyelenggaraan Jemaah Haji<br />
ditanda tangani oleh Sekjen Departemen Agama at<strong>as</strong> nama Menteri Mr.<br />
Sunaryo. Dalam rangka tug<strong>as</strong> yang dimaksud beliau telah melaksanakan<br />
Rukun Islam yang kelima, dan seyogianya beliau berhak memakai gelar<br />
Haji didepan namanya seperti yang umum berlaku di Tanah Air kita.<br />
10). Dalam tahun 1947-1948, dan tahun 1950-1951, menjadi Pimpinan<br />
Kursus mengarang di Kutaraja dan ikut memberikan pelajaran-pelajaran<br />
Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, Ilmu Karang Mengarang dan Tata Bah<strong>as</strong>a<br />
Indonesia.<br />
47
48<br />
ti-s 1<br />
,P cd cd<br />
T3 &0 jd<br />
s •=! !2 "<br />
<strong>as</strong>. f<br />
.3 *g |?<br />
CO M S >3<br />
i -3 7<br />
CD d h<br />
ÜD C -« C3<br />
CD cd 3 .O<br />
5 5<br />
C°Q £<br />
3<br />
E °.<br />
^ . (fl J<br />
*5 ÖO cd « M<br />
S j c 3 Hl<br />
« C 1-1<br />
33 .3.<br />
W cd ^ cd<br />
« S c -2 •<br />
^ E « o <br />
•* >S cd —<br />
0\ wi T3 >H<br />
—i cd . «<br />
OH e cd • ^_<br />
B 5 M oJ o<br />
c S S c "5"<br />
3 CL & cd o<br />
S e E i n<br />
CD O cd 3 S
Didepan Kantor Mahkamah Syariyah<br />
Setelah bertukar pikiran selama satu jam dengan Ketua MahkamahSyar'iyah Mesii, maka<br />
Missi Haji R.I. ke II bergambar didepan kantor mahkamah. Dari kiri kekanan : Prof. A.<br />
Kahar Muzakkir, Awab Syahbal, Haji Syamsir, A. H<strong>as</strong>jmy, Fuad (pegawai Kedutaan R.I)<br />
dan Syekh Abdulhamid (Ketua Missi).<br />
11). Diangkat menjadi Ketua Komisi Redaksi buat menyusun buku Pembangunan<br />
Aceh 5 tahun (beslit Gubernur Aceh No. : 52/5/G.A/1950,<br />
tanggal Kutaraja 21 Desember 1950).<br />
Selama berada di Jakarta, selain menjabat selaku Kepala Bagian Umum<br />
pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial Departemen Sosial, juga beliau<br />
aktif dalam PSII. Kedudukan beliau dalam kepengurusan PSII Pusat<br />
(LTPSII) sebagai berikut :<br />
- Maret 1954 sampai Pebruari 1955, menjabat Sekretaris Majlis Departemen<br />
Sosial PSII di Jakarta.<br />
- Maret 1955 dalam Kongres PSII terpilih jadi Ketua Majlis Departemen<br />
Sosial PSII.<br />
- April 1956 dalam Kongres Luar bi<strong>as</strong>a PSII di Surabaya terpilih kembali<br />
sebagai Ketua Majlis Departemen Sosial pada Pucuk Pimpinan PSII.<br />
49
- Dalam bulan Agustus 1959, menyatakan keluar dari keanggotaan PSII,<br />
sesuai dengan Keputusan Pemerintah yang melarang Pegawai Negeri Golongan<br />
F menjadi anggota partai.<br />
Selama beliau duduk dalam kepengurusan PSII telah menarik beberapa<br />
orang Putra Aceh untuk duduk dalam pengurus PSII, seperti Tengku Syecli<br />
Marhaban, M.A. Daoed, Umar Husny (almarhum), H.A.Ghazaly (penulis).<br />
Dengan demikian suara atau keinginan-keinginan Rakyat Aceh dapat<br />
diperdengarkan dan disampaikan kepada Pemerintah Pusat lewat PSII.<br />
50<br />
Bersama Pemimpin Besar Palestina<br />
Missi Haji RJ. ke II berkunjung kerumah Pemimpin Besar<br />
Palestina, Al Husainy, di Kairo untuk membicarakan m<strong>as</strong>alah<br />
perjuangan Ummat Islam untuk membeb<strong>as</strong>kan Palestina.<br />
Gambar at<strong>as</strong> Al Husainy sedang memperlihatkan kepada Missi<br />
Haji peta pertempuian di Palestina. Dari kiri kekanan : Mufti<br />
Besar Palestina Amin Al Husainy, Syekh Aldulhamid, Muhammad<br />
Nur Ibrahimy dan A.H<strong>as</strong>jmy (berdiri).
Tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pucuk pimpinan PSII telah<br />
banyak berbuat dalam rangka mengusahakan kemajuan untuk Daerah Aceh,<br />
dan telah berjuang pula secara sungguh-sungguh untuk mengembalikan Propinsi<br />
Aceh yang telah hilang. Berkat perjuangan Rakyat Aceh yang gigih<br />
dengan dibantu oleh PSII, akhirnya Pemerintah Pusat memberikan kembali<br />
Propinsi Aceh. Dan sekaligus PSII telah berjuang untuk mendudukan A.<br />
H<strong>as</strong>jmy sebagai Gubernur Aceh yang pertama dalam Propinsi Aceh kedua.<br />
Demikian karier A.H<strong>as</strong>ymy menanjak terus mulai dari Pesindo Aceh,<br />
Departemen Sosial PSII, sampai diangkat jadi Gubernur Aceh.<br />
Walaupun A.H<strong>as</strong>ymy diangkat jadi Gubernur at<strong>as</strong> usaha dan perjuangan<br />
dari PSII, namun beliau secara teg<strong>as</strong> menyatakan dan diiringi dengan perbuatan,<br />
bahwa beliau bukanlah Gubernur PSII. Maksudnya beliau membina<br />
Propinsi Aceh tidak berd<strong>as</strong>arkan spoil sistim, tetapi benar-benar did<strong>as</strong>arkan<br />
pada karier sistem dalam penempatan dan pengangkatan Pegawai-pegawai<br />
untuk Propinsi yang baru dibentuk itu.<br />
Dikaki Patung Sa'ad Zaghlul P<strong>as</strong>ya<br />
Dalam perkunjungan Missi Haji R.I. ke II kekota Iskandariyah,<br />
antara lain sempat bergambar dikaki patung Sa'ad Zaghlul<br />
P<strong>as</strong>ya, seorang pemimpin kemerdekaan Mesir yang sangat<br />
terkenal. Dari kiri kekanan : Syekh Awab Syahbal, Syekh<br />
Abdulhamid, Haji Syamsir, A.H<strong>as</strong>jmy dan M<strong>as</strong>tur (pegawai<br />
kedutaan R.I., sekarang menjadi Rektor IAIN"Ant<strong>as</strong>ari"<br />
Banjarm<strong>as</strong>in).<br />
51
52<br />
- • g e i -g<br />
P-i cd r- ' • O<br />
z | -S -g 3<br />
E<br />
1 < ^ I<br />
—j «i i3 ra ^ ca 'E .a &<br />
O ^ c<br />
5<br />
° « 5 -S -3<br />
•n J4 c 3 °<br />
d> 2 Ó<br />
c ^ *° . S<br />
CS U „ „j- J3 a?<br />
'E<br />
o<br />
+-»<br />
X cd 0} cd<br />
x u c < •<br />
o < o <<br />
-p P- Ü<br />
•n o o « s "<br />
M<br />
< C O 3 n<br />
2 3 °- * c 5<br />
S E -3 2 cd g<br />
85<br />
s S •§<br />
'H •§ 5 » o<br />
S o % „•<br />
c ^2 S 2 13<br />
2 « 'S « 2 c<br />
•s Ï i | p &<br />
2 ^ M 2 ^<br />
2 — S E °<br />
* s a ^ = *<br />
E g> ~ M<br />
< 2 ° 3<br />
cd<br />
3<br />
c cd 2 "° Ö<br />
cd<br />
^<br />
cd<br />
cd *J<br />
C<br />
cd 2<br />
| & § u 8<br />
S O cd 5 «<br />
O. cd<br />
_ 3 S S<br />
•S 3 ~ 'O<br />
^3 C/3 ,-.<br />
3<br />
,_<br />
.<br />
3<br />
cd<br />
ra<br />
-3 ^<br />
£ • « 'jf S S,<br />
o £ S c « •
1. Gubernur Aceh Pertama<br />
BAGIAN V<br />
PROPINSI ACEH KEDUA<br />
Propinsi Aceh kedua dibentuk pada tanggal 1 Januari 1957, dengan PP<br />
Pengganti Undang-undang No. 24 tahun 1957, dan A.H<strong>as</strong>jmy dengan beslit<br />
Presiden R.I. tanggal 19 Januari 1957, No. 15/M tahun 1957, diangkat sebagai<br />
Kepala Daerah Istimewa Aceh, dengan tug<strong>as</strong> pokok antara lain :<br />
a. Penyusunan Pemerintahan Daerah<br />
b. Pemulihan Keamanan<br />
Suatu tug<strong>as</strong> yang kedengaran sangat sederhana, tetapi adalah bukan suatu<br />
pekerjaan yang ringan. A.H<strong>as</strong>jmy menerima jabatan tersebut dengan penuh<br />
iktikat baik, berani dan sungguh-sungguh. Betapa jiwa besar yang terkandung<br />
dalam sanubarinya dapat didengar dari pidato pelantikan, sewaktu diangkat<br />
menjadi Kepala Daerah pada tanggal 27 Januari 1957, sebagai berikut :<br />
1) . Allah akan melindungi dan memberi petunjuk kepada hambanya yang<br />
bercita-cita baik, sedangkan saya menerima jabatan ini adalah suatu<br />
niat yang baik<br />
2) . Bahwa segenap lapisan Rakyat dan M<strong>as</strong>yarakat Aceh akan membantu<br />
saya dalam melaksanakan tug<strong>as</strong> yang berat ini.<br />
3) . Pemerintah Pusat tidak akan membiarkan saya dalam kesulitan, tetapi<br />
tetap membantu dalam menghadapi persoalan yang berat.<br />
Maka at<strong>as</strong> timbangan inilah saya berani jadi Gubernur Aceh dan at<strong>as</strong> kenyataan<br />
itu saya mulai tua<strong>as</strong>. 5<br />
Kemudian dari pada itu jabatan Gubernur Aceh dikukuhkan dengan diangkat<br />
menjadi Kepala Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Aceh dengan gelar<br />
Gubernur mulai tanggal 1 Januari 1960, t/n. Ultimo Maret 1960, dan seterusnya,<br />
dengan beslit Presiden R.I. tanggal 24 Desember 1959, No. 469/M. tahun<br />
1959.<br />
Mari kita dengar pula apa isi pidato pelantikan Gubernur Kepala Daerah<br />
Tingkat I Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 3 Pebruari 1960, antara lain<br />
sebagai berikut :<br />
5<br />
A.H<strong>as</strong>jmy, Dari Darul Harb ke Darussalam, Perpustakaan A.H<strong>as</strong>jmy, Jilid I.<br />
53
54<br />
'üü j£ ra i „r ra<br />
Ö 3 C S g T3<br />
+_> +J ra x 1—3<br />
g § E<br />
g<br />
J=<br />
.5 o M —<br />
J3 < '71 g><br />
E c<br />
« _2<br />
cd CD r- Cd 3 en<br />
s ^ .5 >,<br />
£ op "3 a<br />
c c c cu<br />
^<br />
*<br />
A<br />
-<br />
_<br />
cd 3 ?X cj CD c<br />
a 3 o a .„o<br />
S O 'E ~> C O cd 00<br />
3 ^ ccf 5 O. C<br />
>-> C i c "=? O s<br />
cd g **; cd cd ^> P-<br />
'C 13<br />
'« j e 5i . •<br />
1 -3 g a 2 f-31 s<br />
g<br />
5<br />
«<br />
§ £ j j ^ § > > £<br />
3 «a E g = 3 ï<br />
" .E 'E o J ^ 2 3<br />
« E t - C a o K<br />
<<br />
CU<br />
Cu<br />
«3 =d c g -Eb S ca . O<br />
CO c S S « 2 c >? a<br />
a (u B * ca a p 3<br />
"2 'C oo c « ^ -j? o<br />
» a _
"Apabila saya menerima amanah ini setelah menyadari akan beratnya tanggung<br />
jawab adalah dengan keyakinan :<br />
1) . Allah akan membimbing hambanya yang berniat baik ;<br />
2) .Rakyat akan membantu segala yang benar ;<br />
3) .Pemerintah Pusat akan memperlindungi petug<strong>as</strong> yang jujur.<br />
Tiga syarat inilah saya menerima arti dan tanggung jawab Pemerintah Daerah.<br />
Selanjutnya beliau teg<strong>as</strong>kan, niat yang baik adalah jiwa segala usaha,<br />
kebenaran adalah pegangan Islam dan kejujuran adalah senjata melanjutkan<br />
tug<strong>as</strong>". 6<br />
At<strong>as</strong> land<strong>as</strong>an penilaian inilah beliau melaksanakan tug<strong>as</strong> Gubernur Kepala<br />
Daerah Istimewa Aceh.<br />
aa). Penyusunan Pemerintah Daerah<br />
Penyusunan suatu Pemerintah adalah bersifat tug<strong>as</strong> routine, namun karena<br />
kondisi dan situ<strong>as</strong>i yang kurang menguntungkan, tug<strong>as</strong> routine tersebut menjadi<br />
berat pula.<br />
Demikianlah A.H<strong>as</strong>jmy harus memulai penyusunan aparatur Pemerintahan<br />
Daerah, dari tidak ada apa-apa, oleh karena Aceh sebelumnya menjadi bagian<br />
dari Propinsi Sumatera Utara yangberpusat di Medan.<br />
Sungguh suatu pekerjaan yang sangat berat apalagi Aceh pada waktu itu<br />
sedang benar-benar hancur sebagai akibat pemberontakan yang telah berlangsung<br />
sejak tahun 1953.<br />
Akhirnya dengan kemauan yang ker<strong>as</strong> dan r<strong>as</strong>a tanggung jawab yang besar,<br />
serta bantuan dari segenap pihak, dapat juga disusun suatu Pemerintahan<br />
Daerah dengan segala alat perlengkapannya dalam waktu yang tidak begitu<br />
lama.<br />
bb). Pemulihan Keamanan<br />
Pemulihan keamanan harus diusahakan dengan secepat-cepatnya, untuk<br />
menyelamatkan Daerah Aceh dari kehancuran total. Itu adalah suatu usaha<br />
yang amat sulit dan berat, karena pemberontakan DI/TII itu sudah demikian<br />
melu<strong>as</strong>. Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy bersama-sama dengan Panglima Kodam I lskandar<br />
Muda (waktu itu Sdr. Kol.Syammaun Gaharu) berusaha meletakkan d<strong>as</strong>ar<br />
dibidang pemulihan keamanan. Yaitu disamping melakukan oper<strong>as</strong>i militer,<br />
perlu diadakan oper<strong>as</strong>i dibidang yang lain umpamanya oper<strong>as</strong>i dibidang pembangunan<br />
pada umumnya dan bidang mental pada khususnya. Dnkuti dengan<br />
lahirnya suatu idea bahwa penyelesaian keamanan di Daerah Istimewa Aceh<br />
akan ditempuh dengan jalan kebijaksanaan yang prinsipil dan bijaksana yang<br />
dijalankan oleh Pengu<strong>as</strong>a Perang dalam pemulihan keamanan Berd<strong>as</strong>arkan<br />
pada prinsip itulah diadakan kontak dengan pihak pemberontak secara kon-<br />
6<br />
Ibid.<br />
55
56<br />
3> 5<br />
g c<br />
X» CD<br />
cd ,o<br />
co 3<br />
« = |<br />
« "3 1/3<br />
CD <br />
Cu 3 DD<br />
'7? cct<br />
CD 3 00<br />
£ § 2<br />
5 S S<br />
C 3 00<br />
M J c<br />
.m ca<br />
3 .3 >><br />
•i ~ co<br />
JS . 2 3<br />
3 ? 3 «<br />
.5, 'f^S 1<br />
1 o<br />
cd T3<br />
io ^ ra<br />
^ M O<br />
_ ra<br />
^ ra<br />
3
tinue, sehingga akhirnya pada tanggal 8 April 1957, diadakan pembicaraan<br />
dengan pimpinan DI/TII disuatu tempat diluar kota Banda Aceh yang bernama<br />
Lamteh, yang mengh<strong>as</strong>ilkan ikrar yang terkenal dengan "IKRAR LAM-<br />
TEH", yang merupakan d<strong>as</strong>ar selanjutnya dalam pemulihan keamanan di<br />
Aceh.<br />
Hal mana segera dilaporkan kepada Pemerintah Pusat tentang kemajuan<br />
yang telah dicapai dalam d<strong>as</strong>ar permulaan dalam pemulihan keamanan. Dalam<br />
rangka inilah Pemerintah Pusat mengirim sebuah Missi ke Aceh dibawah Pimpinan<br />
Mr Hardy atau lebih terkenal dengan Missi Hardy.<br />
Missi Hardy 3 hari berada di Aceh, setelah dua hari mengadakan pembicaraan<br />
dengan pihak Pimpinan DI/TII belum lagi diperoleh kata sepakat, karena<br />
pihak DI/TII menuntut dengan ker<strong>as</strong> agar Aceh dapat diberikan status<br />
Negara Bagian Islam dari N.R.I.<br />
Besoknya Missi Hardy telah mengambil sikap akan kembali ke Jakarta<br />
tanpa membawa h<strong>as</strong>il yang diharapkan, dan pada malam terakhir itulah<br />
AH<strong>as</strong>jrrry mengutuskan Bupati Zaini Bakry untuk mengadakan pembicaraan<br />
terakhir dengan pihak pemberontak. Pada malam yang sangat prihatin<br />
itu A.H<strong>as</strong>jmy semalam suntuk beristikharah dan berdo'a, semoga Allah<br />
memberi petunjuk/jalan yang lempang dalam pemulihan keamanan di Aceh.<br />
Allah telah menyelamatkan Aceh dari kehancuran yang terus menerus, dan<br />
pada jam 4 pagi diterima telpon dari Bupati Zaini Bakry bahwa telah diperoleh<br />
persepakatan dengan pihak pemberontak. A.H<strong>as</strong>jmy mengadakan Sembahyang<br />
tanda bersyukur kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala.<br />
D<strong>as</strong>ar yang disepakati pada malam yang amat prihatin itu adalah :<br />
- bahwa kepada pemberontak akan diberi pengampunan umum, dan<br />
kepada bek<strong>as</strong> Anggota TNI yang ikut pemberontak akan dikembalikan<br />
pada fungsi semula ;<br />
- kepada Daerah Istimewa Aceh akan diberikan hak-hak Istimewa dalam<br />
bidang adat istiadat, pendidikan dan Agama.<br />
Dengan demikian keamanan lahir diperoleh, sedangkan keamanan bathin<br />
m<strong>as</strong>ih perlu diusahakan. Dalam ringk<strong>as</strong>an tersebut lahirlah gag<strong>as</strong>an yang dicetuskan<br />
oleh Pengu<strong>as</strong>a Perang untuk Daerah Istimewa Aceh yang disalurkan<br />
melalui Pemerintah Daerah untuk Daerah Istimewa Aceh, tentang pelaksanaan<br />
unsur-unsur Syari'at Islam bagi pemeluknya didalam Daerah Istimewa<br />
Aceh disatu pihak, sedangkan dilain pihak direncanakan mengadakan musyawarah<br />
kerukunan Rakyat Aceh dalam-waktu yang dekat.<br />
Dengan demikian bolehlah dikatakan bahwa pemulihan keamanan di Aceh<br />
tercapai secara menyeluruh, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1961, Gubernur<br />
A.H<strong>as</strong>jmy dalam pidatonya menyatakan bahwa Aceh dari Darul Harb<br />
menjadi Darussalam (dari daerah perang menjadi daerah aman).<br />
57
58<br />
£<br />
3<br />
E<br />
3<br />
KJ<br />
3<br />
co<br />
Öfl<br />
3<br />
cu<br />
•O<br />
3 ,<br />
CO<br />
s<br />
-S 3<br />
&<br />
03 .§, S<br />
Q 3 -°<br />
00<br />
• 3<br />
CO<br />
i 73<br />
3. 3o<br />
3 >.<br />
CU E<br />
•° '5?<br />
E «<br />
O CC<br />
3 -S <<br />
co .3<br />
00 E 3<br />
C cu 3<br />
co g 3<br />
1 3 l<br />
a
2. Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh<br />
Guna menggalang perdamaian diantara sesama Putra-putri Aceh at<strong>as</strong> d<strong>as</strong>ar<br />
ukhuwwah Islamiyah diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh<br />
(M.K.R.A.), yang kemudian melahirkan Program Blang Padang pada tanggal<br />
21 Desember 1962. Dalam melaksanakan MK.R.A tersebut dibentuk sebuah<br />
panitya yang terdiri dari Ketua Umum M.Y<strong>as</strong>in, Kol. Infantri N.R.P. 10023<br />
selaku Pangdam I/Iskandar Muda, Ketua 1 dijabat oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy,<br />
Ketua II adalah Nyak Adam Kamil (Letkol, sekarang Brigjen) dan dilengkapi<br />
oleh Seksi-seksi.<br />
Panitya Penyelenggara meletakkan d<strong>as</strong>ar-d<strong>as</strong>ar dalam M.K.R.A. sebagai<br />
berikut :<br />
1).Politik dan Materil :<br />
- sesuai dengan nama kerukunan M.K.R.A. tidak membicarakan tentang<br />
Pemerintah;<br />
- musyawarah tidak berdiri sebagai juru damai, tetapi berusaha secara<br />
bersama-sama untuk melakukan dan membicarakan hari depan bagi<br />
Rakyat Aceh.<br />
- Ditinjau dari kerukunan N<strong>as</strong>ional, kekayaan Alam yang dimiliki oleh<br />
Aceh dengan manpower yang amat kurang, guna untuk melaksanakan<br />
pembangunan yang amat lu<strong>as</strong> dan besar itu, agar terbuka kesempatan<br />
atau untuk mengandalkan unsur-unsur yang wajar.<br />
Musyawarah juga membicarakan Kesejahteraan Sosial, penderitaan rakyat,<br />
anak yatim piatu,janda dan penderita cacat lainnya sebagai akibat pemberontakan<br />
dan akibat lain yang menyebabkan Aceh mundur dalam segala bidang.<br />
3. Pembangunan Kota pelajar/mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />
Disamping usaha penyusunan Pemerintahan Daerah yang mampu dan berwibawa<br />
serta pemulihan keamanan Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy melihat pula pembangunan<br />
dalam bidang pendidikan karena Aceh sudah sangat ketinggalan<br />
dalam bidang tersebut, sebab sengaja dicecerkan oleh Pemerintah kolonialis<br />
Belanda.<br />
Untuk itu Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy menyusun suatu rencana yang konkrit<br />
yang kemudian lahir dalam bentuk "Konsepsi Pendidikan Darussalam" dengan<br />
tujuan melahirkan manusia Panc<strong>as</strong>ila yangberjiwa benar, berpengetahuan<br />
lu<strong>as</strong> dan berbudi luhur. Untuk mencapai tujuan ini maka perlu didirikan<br />
pusat pendidikan pada :<br />
a. Tiap-tiap ibukota Kecamatan yang dinamakan Taman Pelajar yang terkumpul<br />
didalamnya Sekolah D<strong>as</strong>ar, Sekolah Menengah Pertama (juga At<strong>as</strong>),<br />
<strong>as</strong>rama pelajar dan lain-lain.<br />
39
60<br />
fff öl) .A<br />
C C T3<br />
cd cd<br />
T3 B bit<br />
0 cd C<br />
00 cd<br />
1 5 s<br />
2 I<br />
e " c<br />
| S -3<br />
cd M<br />
c cu e<br />
E 3<br />
l c<br />
«l<br />
>> 5 J3<br />
I S-B *<br />
g<br />
=3 c 5B S<br />
IH ±> CD<br />
£ •§ M<br />
< "<br />
- O cd e<br />
o3 - 5 cd T3<br />
b w j= >; 2<br />
o. 1 a -a<br />
C '5? ,c<br />
3 cd cd<br />
cd
. Tiap-tiap ibukota Kabupaten yang dinamakan Perkampungan Pelajar yang<br />
terkumpul didalamnya Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah<br />
At<strong>as</strong>, rumah Guru, <strong>as</strong>rama Pelajar dan lain-lain.<br />
c. Di ibukota Daerah Istimewa Aceh, yang dinamakan Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa<br />
Darussalam yang terkumpul didalamnya Sekolah Menengah At<strong>as</strong> dan<br />
berbagai Lembaga Pendidikan Tinggi.<br />
Politik pembangunan Darussalam di d<strong>as</strong>arkan pada kekuatan rakyat dan<br />
ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Baik tujuannya maupun politik pembangunan<br />
hendaklah merupakan satu kesatuan konsep integr<strong>as</strong>i yang berisi<br />
kepadatan kepada volume dalam jangka pendek dan jangka panjang lewat :<br />
— Komisi Pencipta sebagai Badan pemikir, inspir<strong>as</strong>i dan pencipta.<br />
— Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh sebagai Badan pelaksana.<br />
— Kekuatan rakyat sebagai modal pembangunan raks<strong>as</strong>a.<br />
Bahan-bahan inspir<strong>as</strong>i dalam bentuk tunggal yang mengkonkritkan dalam<br />
policy pembangunan pendidikan itu lebih positip setelah diilhami lagi oleh<br />
"Ikrar Lamteh" sebagai langkah kemajuan pemulihan keamanan dengan berlangsungnya<br />
konsepsi "Prinsipil Bijaksana" yang berland<strong>as</strong>kan at<strong>as</strong>: pemulihan<br />
keamanan, kemajuan agama, pembangunan, yang kemudian disimpulkan<br />
dalam program bersama Pengu<strong>as</strong>a Perang dan Pemerintah Daerah, dengan nama<br />
"Tri Karya Bakti" yaitu :<br />
— Pemulihan keamanan<br />
— Otonomi yang lu<strong>as</strong><br />
— Pembangunan<br />
Land<strong>as</strong>an lembaga Pendidikan Tinggi Darussalam di susun teguh sebagai<br />
berikut :<br />
1) . Universit<strong>as</strong> Syiahkuala sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi bersifat<br />
Umum.<br />
2) . Jamiah Arraniri sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Agama<br />
3) . Pesantren Tinggi Diniyah Tengku Syekh Pante Kulu sebagai Lembaga<br />
Pendidikan Tinggi untuk mempelajari takh<strong>as</strong>sus (spesialis<strong>as</strong>i) dalam<br />
berbagai bidang ilmu Agama.<br />
Dengan demikian dapatlah dikembangkan Idea Darussalam untuk mendarma<br />
baktikan ilmu dan amalnya kepada m<strong>as</strong>yarakat:<br />
— Pusat Pendidikan Tinggi diibukota Daerah Istimewa Aceh<br />
— Perkampungan pelajar diibukota Kabupaten-kabupaten<br />
— Taman pelajar diibukota Kecamatan. 7<br />
a). Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh<br />
Pada hari tanggal 1 Pebruari 1958 dalam su<strong>as</strong>ana cerah dan penuh kesadaran<br />
bertempat di aula Pengu<strong>as</strong>a Perang Daerah Istimewa Aceh telah diadakan<br />
1<br />
Buku Darussalam, Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh, Banda Aceh, hlm 44.<br />
61
^2<br />
o c<br />
37 3<br />
CO CO<br />
w c<br />
ca<br />
3 E<br />
ca cj<br />
O bo<br />
•O C<br />
ca<br />
oo T3<br />
£<br />
'C 55 s<br />
DO<br />
.o<br />
>i o<br />
a o<br />
•7(5 - ^ <<br />
v> 2 -g •=<br />
9 au w<br />
8<br />
S 3 a<br />
S S 8 °<br />
5 Ö<br />
a Q £<br />
c<br />
-S<br />
o a<br />
— Ë a<br />
C 2 %<br />
CD a >»<br />
ja CL «<br />
G O S
apat pertama untuk merumuskan bahan-bahan pokok sekitar haluan dan Policy<br />
Pembangunan Pendidikan. Rapat tersebut dipimpin oleh Ketua Pengu<strong>as</strong>a<br />
Perang Letkol Sjamaun Gaharu dengan didampingi oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy,<br />
dan anggota staf Peperda Aceh dan beberapa orang terkemuka lainnya.<br />
Pokok pemikiran berkisar pada h<strong>as</strong>rat dan semangat rakyat Aceh, dan peristiwa<br />
berdarah dengan segala akibatnya kerusakan moril dan materil dan<br />
faktor pendidikan yang terbengkalai yang dihadapi tahun 1957.<br />
Mengail ikan<br />
Saat-saat yang senggang pada malam minggu, kalau tidak ada<br />
acara-acara rapat, diperguriakan A.H<strong>as</strong>jmy untuk rehat, seumpama<br />
turun kelaut untuk mengail ikan. Gambar diat<strong>as</strong> :<br />
A.H<strong>as</strong>jmy bersama Pa wang Leman (seorang tokoh 45 dan<br />
Panglima Laut) lagi at<strong>as</strong> sebuah boot nelayan dilaut lep<strong>as</strong>,<br />
dalam bersiap-siap untuk memancing.<br />
63
64<br />
Menggunting pita<br />
Tidak saja A.H<strong>as</strong>jmy yang amat sibuk waktu dia menjadi Gubernur<br />
Aceh, tetapi juga isterinya Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy menghadapi berbagai<br />
kesibukan. Gambar diat<strong>as</strong> : Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy sedang<br />
menggunting pita waktu upacara pembukaan pameran Senirupa<br />
Indonesia.
Pekan Kebudayaan Aceh I<br />
Dalam rangka pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh I pada Agustus 1958, Menteri<br />
Agama Kiyai Haji Ily<strong>as</strong> datang ke Aceh mewakili Presiden Sukarno.<br />
Bergambar didepan Pendopo Aceh. Berdiri baris depan dari kiri kekanan : Ny. Zuriah<br />
A.H<strong>as</strong>jmy, Menteri Agama K.H. Ily<strong>as</strong>, Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy, Ny. Tien Hamzah dan<br />
T.Hamzah. Depan Menteri Agama A.H. Dahlia yang m<strong>as</strong>ih kecil.<br />
Kini menjadi kewajiban suci bagi kita untuk mengembalikan potensi pendidikan<br />
setelah berh<strong>as</strong>il kita melenyapkan penjajahan dengan berh<strong>as</strong>ilnya revolusi<br />
1945.<br />
H<strong>as</strong>il keputusan rapat Dewan Peperda pertama itu telah merupakan tekad<br />
tunggal dan bulat sepakat untuk menetapkan priorit<strong>as</strong> guna memajukan Pembangunan<br />
Pendidikan.<br />
Kemudian dalam rapat Dewan Peperda Ke XII tanggal 26 Maret 1958, di<br />
bentuklah Badan Pelaksana yang diberi nama "Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan<br />
Aceh" dibawah pimpinan M.Husin Bupati d/p Gubernur Kdh. Aceh (kini<br />
almarhum).<br />
Status Yay<strong>as</strong>an ini berbentuk Semi Pemerintah yang anggota Pengurus<br />
Harian, Dewan Pengaw<strong>as</strong> dan Badan-badan Pelaksana terdiri dari Pegawai<br />
Negeri. Bila kemudian sudah aman dan status PEPERDA dihapuskan, Yay<strong>as</strong>an<br />
ini akan diaw<strong>as</strong>i langsung oleiuPemerintah Daerah Istimewa Aceh.<br />
65
66<br />
§<br />
1 al<br />
— E 3<br />
oo = b<br />
e 3 ,5<br />
a< „<br />
_ -3 cd<br />
C ^ ><br />
cd cd £ C<br />
u a-« a<br />
x " -5 2<br />
e a 2 S 5<br />
.2 o s o ^<br />
S Ê 3
Tug<strong>as</strong> pokok khusus adalah :<br />
1. Memimpin pekerjaan dilapangan<br />
2. Mengaw<strong>as</strong>i pekerjaan Annemer , baik dalam tehnik maupun mutu pe<br />
kerjaan.<br />
3. Memimpin dan mengaw<strong>as</strong>i pekerjaan gotong royong.<br />
4. Mengeluarkan biaya untuk pembangunan serta berusaha pula mencari<br />
jalan untuk memperbesar k<strong>as</strong>, antara lain untuk memperoleh bantuan<br />
dari Annemer yang turut memborong bangunan-bangunan di Kota<br />
Darussalam.<br />
Untuk meng<strong>org</strong>anisir, merencanakan, mengerahkan, mengaw<strong>as</strong>i dan mengkoordinir<br />
tug<strong>as</strong> setempat, maka pada tanggal 22 Agustus 1958 sesuai dengan<br />
nota Ketua Pengu<strong>as</strong>a Perang dan surat Gubernur KDH Aceh, dibentuk pula<br />
Badan-Badan :<br />
1. Badan Direksi Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh<br />
2. Panitia ad hoe pembuat Anggaran Rumah Tangga<br />
3. Komisi pembeli<br />
4. Panitia peletakan batu pertama Kota Darussalam<br />
5. Badan penghubung<br />
6. Panitia Ad Hoe Study Funds. 8<br />
Selanjutnya dengan surat Keputusan Peperda Aceh No. KPTS/59/9/1960<br />
tertanggal 3 September 1960 diadakan pembaharuan Pengurus YDKAgaya<br />
Baru. Timbang terima keseluruhannya antara Ketua yang lama (M.Husin)<br />
dengan Ketua yang baru (Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy) pada tanggal 26 September<br />
1960 di Gubemuran Aceh dengan dihadiri oleh segenap para anggota dan<br />
undangan.<br />
b). Komisi Pencipta<br />
Seirama dengan idea Darussalam dan politik pembangunannya, maka pada<br />
tanggal 9 Juni 1958 oleh Pengu<strong>as</strong>a Perang Daerah Istimewa Aceh di bentuk<br />
pula sebuah Badan penting dan vital yang diberi nama "Komisi Pencipta"<br />
yang dipimpin oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dan dibantu oleh anggota pengurus<br />
lainnya.<br />
Badan ini adalah sekandung dengan YDKA dalam rangka pelaksanaan tug<strong>as</strong><br />
menciptakan idea Darussalam secara menyeluruh. Adapun program kerjanya<br />
antara lain :<br />
1).Merencanakan suatu idea bagaimana seharusnya bentuk, isi, jiwa dan<br />
semangat pembangunan Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam. Melengkapi<br />
kre<strong>as</strong>i yang megah dan agung tentang pembangunan-pembangunan<br />
modern secara arsitektur dan historis.<br />
hbid, hlm 90.<br />
67
68<br />
Upacara peletakan batu pertama Darussalam<br />
Menteri Agama R.I. Haji Ily<strong>as</strong> menghadiri upacara peletakan batu<br />
pertama Kopelma Darussalam dalam bulan Agustus 1958.<br />
Dari kiri kekanan : Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy, Menteri Agama K.H.<br />
Ily<strong>as</strong>, Panglima Kolonel Gaharu.
2) .Memberi penerangan kepada rakyat guna melaksanakan tujuan Darussalam.<br />
3) .Menggali dokumen sejarah. 9<br />
Badan Pencipta Darussalam beberapa kali mengalami perobahan/penyempurnaan<br />
Pengurus, sedangkan Ketua Umum tetap (permanen) di jabat oleh<br />
Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Dan terakhir kedua Badan itu yaitu Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh dan<br />
Komisi Pencipta diintegr<strong>as</strong>ikan dan dipimpin langsung oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Kegiatan YDKA dan Komisi Pencipta Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />
dalam ph<strong>as</strong>e pertama mecenangkan dan menghimpun semangat cinta Darussalam<br />
dalam hati rakyat, telah berh<strong>as</strong>il dengan baik dalam waktu yangsingkat,<br />
sehingga tatkala kegiatan telah direalisir di lapangan, mengalirlah sumbangan<br />
terus menerus dari segenap golongan m<strong>as</strong>yarakat, baik mereka kaum hartawan<br />
maupun rakyat umum.<br />
Kaum hartawan memberikan sokongan dalam jumlah yang besar baik berupa<br />
uang maupun berbentuk gedung-gedung, sedangkan rakyat yang tidak berpunya<br />
menyumbang untuk Darussalam yang dicinta'inya ini dalam bat<strong>as</strong> kemampuan<br />
yang ada pada mereka, baik berupa uang dalam jumlah terbat<strong>as</strong>,<br />
baik dalam bentuk barang yang tidak bernilai tinggi, seperti kert<strong>as</strong>, koran,<br />
botol kosong dan lain sebagainya.<br />
Sementara itu sumbangan tenaga diberikan secara sungguh-sungguh dan<br />
ikhl<strong>as</strong> untuk kerja gotong royong membuat jalan, menimbun lobang-lobang,<br />
meratakan tanah dan lain-lain, secara bahu membahu oleh rakyat, anggota<br />
angkatan perang, polisi, pegawai Negeri, para pelajar dan lain-lain. Pendek<br />
kata Darussalam benar-benar merupakan milik dan jantung hati rakyat<br />
Aceh seluruhnya dan didalam bentuk apapun juga segenap rakyat telah menanam<br />
modalnya di Darussalam. Apakah modal yang mereka sumbangkan<br />
itu berbentuk sebuah gedung, atau hanya terdiri dari beberapa lembaran<br />
kert<strong>as</strong> koran atau pun sebiji botol kosong, tidaklah menjadi perhitungan,<br />
karena yang penting ialah bahwa semua dermawan itu didalam bat<strong>as</strong> kesanggupannya<br />
m<strong>as</strong>ing-m<strong>as</strong>ing telah memberikan sumbangsih yang ikhl<strong>as</strong> untuk<br />
Darussalam hari depan rakyat Aceh, hari depan kemegahan Negara Republik<br />
Indonesia.<br />
Ditengah-tengah semangat dan gelora api pembangunan, Komisi Pencipta<br />
telah mengambil langkah-langkah pokok sebagai berikut : Ketua Komisi Pencipta,<br />
Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dalam rapat pertama dengan anggota stafnya<br />
telah memberikan nama kepada :<br />
9<br />
Ibid.<br />
69
1 ).Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa dengan nama "DARUSSALAM".<br />
2).Universit<strong>as</strong> dengan nama "SYIAHKUALA".<br />
Nama Darussalam setelah digali dari halaman sejarah Aceh pada saat-saat<br />
mencapai kemajuan dan peradabannya dibawah pimpinan Sultan Djohansjah<br />
tahun 1205 M (600H) yang pada ketika itu berdiri sebuah "Kerajaan Islam<br />
di Aceh Raya" yang terkenal dengan nama "Aceh Darussalam". Darussalam<br />
artinya Negara Bahagia, makmur, aman tenteram, dimana rakyat hidup<br />
sejahtera.<br />
Nama Syiahkuala diambil dari nama gelaran Tengku Abdurrauf yang terkenal<br />
dengan sebutan Syiahkuala. Tengku Abdurrauf itu adalah salah seorang<br />
Ulama Besar di Aceh.<br />
Tugu Darussalam Yang Agung<br />
Diat<strong>as</strong> ini adalah Tugu Darussalam yang agung, yang pada waktu tanggal 2 Septembei<br />
1959 Pres Sukarno meresmikan berdirinya, Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam adalah<br />
dengan membuka selubung tugu ini. A.H<strong>as</strong>jmy adalah salah seorang pencipta dan pembangun<br />
utama dari Kopelma Darussalam ini, yang sekarang telah mengh<strong>as</strong>ilkan hampir<br />
1000 orang sarjana lengkap dan lebih 3000 orang sarjana muda.<br />
70
Komisi Pencipta telah menyumbangkan sebuah prarencana Kota Darussa<br />
lam dengan konsep sebagai berikut :<br />
1. Pusat Universit<strong>as</strong> Negeri Syiahkuala<br />
2. Fakult<strong>as</strong> Ekonomi<br />
3. Fakult<strong>as</strong> Kehewanan<br />
4. Fakult<strong>as</strong> Agama<br />
5. Sekolah Menengah At<strong>as</strong><br />
6. Sekolah Menengah Ekonomi At<strong>as</strong><br />
7. Sekolah Tehnik Menengah<br />
8. Sekolah Guru At<strong>as</strong><br />
9. Sekolah Guru Kepandaian Putri<br />
10. Sekolah Pertanian Menengah At<strong>as</strong><br />
Juga didalamnya terdapat gedung-gedung untuk perumahan Dosen, <strong>as</strong>rama<br />
pelajar, kolam renang, taman bunga, stadion dan sebagainya. Setelah rencana<br />
itu dibuat diserahkan kepada YDKA untuk dapat dibuat suatu rencana<br />
biaya jangka pendek dan jangka panjang.<br />
Pada tanggal 7 Juli 1958 Komisi Pencipta telah menyetujui mengadakan<br />
sket, perpektip tentang bangunan dari Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />
dengan perincian :<br />
(1) . Sket dalam bentuk maquet untuk dipertunjukkan kepada umum.<br />
(2) . Tugu Kota Darussalam yang terletak didepan bangunan sentrum Kota<br />
Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam dengan motif kombin<strong>as</strong>i dari bangunan<br />
yang terkenal dan bersejarah di Aceh "GUNONGAN" yang kelak akan<br />
menggambarkan modal dan simbul Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam.<br />
(3) . Papan poster besar yang memperlihatkan grafik pembangunan rencana<br />
5 tahun Daerah Istimewa Aceh mengenai pembangunan Kota Pelajar/<br />
Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam.<br />
Untuk mengh<strong>as</strong>ilkan maksud tersebut diat<strong>as</strong> Komisi Pencipta menyebarkan<br />
5.000 lembar brosur sayembara sket perpektip Kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa<br />
Darussalam kepada m<strong>as</strong>yarakat, mah<strong>as</strong>iswa dan istimewa kepada Mah<strong>as</strong>iswa<br />
Fakult<strong>as</strong> Tehnik Bandung dan Yogyakarta.<br />
Akan terlalu panjang apabila hendak meninjau satu persatu karya dilapangan,<br />
dan secara singkat dapat disaksikan pada angka bicara, dengan demikian<br />
bisa membayangkan betapa Komisi Pencipta Darussalam telah bekerja<br />
secara sungguh-sungguh secara maraton tanpa kenal lelah. Menurut laporan<br />
keuangan YDKA dalam priode 1958 s/d Mei 1963, telah berh<strong>as</strong>il menyediakan<br />
dana dalam nilai uang Rp. 123.128.032,83 dan pengeluarannya sebesar<br />
1 0<br />
Rp. 122.263.500,48 disatu pihak, dan dilain pihak terlihat pula 'h<strong>as</strong>il<br />
dalam bentuk pisik bangunan.<br />
10<br />
Ibid, hlm 148.<br />
71
Sukarno di Blangbintang<br />
Tahun 1962 Presiden datang lagi ke Aceh untuk kesekian kalinya, dan kali ini untuk meresmikan<br />
Universit<strong>as</strong> Syiahkuala. Gambar at<strong>as</strong> : Panglima Kodam I Iskandarmuda Kolonel<br />
M. Y<strong>as</strong>in dan Gubernur Aceh A.H<strong>as</strong>jmy menerima Presiden Sukarno di Lapangan<br />
Udara Blangbintang.<br />
Tidak akan dijel<strong>as</strong>kan secara mendetil dalam pembangunan pisik dengan<br />
segala vari<strong>as</strong>inya, dan kepada siapa yang ingin melihat secara melu<strong>as</strong> dapat<br />
membaca dalam buku Darussalam dari Yay<strong>as</strong>an Kesejahteraan Aceh, dan 10<br />
Tahun Darussalam oleh Yay<strong>as</strong>an Pembina Darussalam 1969.<br />
Hanya sekedar untuk bisa menghayati betapa giat dan sungguh-sungguh<br />
dalam pelaksanaan pembangunan Darussalam, dapatlah diperhatikan datadata<br />
berikut :<br />
— Pada tanggal 17 Agustus 1958 dilangsungkan upacara besar penuh hikmat,<br />
peletakan batu pertama pembangunan Kota Darussalam, oleh wakil<br />
Pemerintah Pusat, dalam hal ini Menteri Agama K.H.Ilj<strong>as</strong>.<br />
- Pada tanggal 24 Agustus 1958 dilangsungkan upacara peletakan batu<br />
pertama, bangunan gedung pertama untuk SMA, oleh Menteri PDK Prof<br />
Dr.Prijono, dengan membacakart pidato Presiden Republik Indonesia.<br />
72
- Pada tanggal 3 Oktober 1959 di letakkan batu pertama pembangunan<br />
Fakult<strong>as</strong> Ekonomi.<br />
- Pada tanggal 2 September 1959 jam 09.00 Presiden Soekarno meresmikan<br />
pembukaan Kota Darussalam, membuka selubung Tugu dan mem<strong>as</strong>ukkan<br />
dokumen-dokumen penting dan berharga tentang pembangunan<br />
kota tersebut kedalam Tugu. Upacara tersebut berlangsung dalam su<strong>as</strong>ana<br />
yang amat meriah penuh hikmat dengan kebesaran adat dan kebudayaan<br />
Aceh yang melambangkan cita-cita Kota Darussalam kelak. Ribuan<br />
rakyat turut mempersaksikan upacara agung itu term<strong>as</strong>uk para Menteri,<br />
Duta-duta Asing dari berbagai Negara, para Dekan dari berbagai<br />
Universit<strong>as</strong> dan Fakult<strong>as</strong> di Sumatera dan Jawa dan para penyumbang.<br />
- Pada tanggal 9 Januari 1960 dibentuk Panitia Pendirian Fakult<strong>as</strong> Kedokteran<br />
Hewan dan Ilmu Peternakan yang diketuai oleh Kol.Syamaun<br />
Gaharu selaku Ketua Umum dan Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy wakil Ketua<br />
Umum I dengan dilengkapi dengan seksi-seksi.<br />
- Pada tanggal 27 Desember 1960 diletakkan batu pertama bangunan gedung<br />
SKP/SGKP dan SUTM, m<strong>as</strong>ing-m<strong>as</strong>ing oleh penyumbang gedung<br />
tersebut.<br />
- Pada tanggal 25 Januari 1960 hari Isra' dan Mikraj dilakukan upacara<br />
peletakan batu pertama bangunan Mesjid Raya Kota Darussalam.<br />
- Pada tanggal 17 Oktober 1960 di Aula Fakult<strong>as</strong> Ekonomi telah dilangsungkan<br />
upacara peresmian Fakult<strong>as</strong> Kedokteran Hewan dan Ilmu<br />
Peternakan.<br />
- Pada tanggal 27 Oktober 1960 bertempat dirumah kediaman PdJDekan<br />
Fakult<strong>as</strong> Ekonomi Dr.T.Iskandar diadakan rapat pembentukan Pendirian<br />
Perguruan Tinggi Rakyat Ilmu Hukum dan Pengetahuan M<strong>as</strong>yarakat.<br />
- Pada tanggal 17 Desember 1960 bertempat digedung DPRD GR<br />
Daerah Istimewa Aceh dilangsungkan sidang Pertama Panitia Persiapan<br />
Universit<strong>as</strong> Negeri Sjiahkuala dan Fakult<strong>as</strong> Keguruan dan Ilmu Pendidikan<br />
(FKIP) dibawah pimpina Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
- Pada tanggal 29 Nopember 1961 di Aula Universit<strong>as</strong> Sumatera Utara<br />
Medan dilangsungkan upacara penyerahan Fakult<strong>as</strong> Ekonomi dan<br />
Fakult<strong>as</strong> Kedokteran Hewan dan Ilmu Peternakan USU kepada Universit<strong>as</strong><br />
Negeri Sjiahkuala Darussalam.<br />
- Pada tanggal 27 April 1962 Presiden Soekarno meresmikan Pembukaan<br />
Universit<strong>as</strong> Negeri Sjahkuala dalam suatu upacara agung dan meriah<br />
di Aula Universit<strong>as</strong> Sjiahkuala Darussalam. Turut hadir dalam rombongan<br />
Presiden adalah para Menteri, Duta-duta Besar dari Negara Asing,<br />
wartawan luar dan dalam negeri, Catur Tunggal Daerah dan lain-lain.<br />
- Pada tanggal 21 Mei 1963 bertempat diruangan Perpustakaan Fakult<strong>as</strong><br />
IAIN Darussalam telah dibentuk/dilantik Panitia Persiapan Pen-<br />
73
74<br />
c ft c s<br />
CS 3 -B 3<br />
»g s s<br />
o 5 >• »<br />
T3 S* — -9<br />
3 U 3<br />
3 _ 3 (J<br />
ca 3 o<br />
B ö n C<br />
fjlSJ<br />
a ca 3<br />
O, 3 « 'g<br />
°" co o «<br />
ca £ ^<br />
S ^ c 'S<br />
a c ft 5<br />
3 c/r, ^ „<br />
3 >. J3 J3<br />
•I s<br />
-g|s<br />
CS 3 c<br />
>* 5 1 s | J<br />
I a|lsS<<br />
op<br />
S<br />
§ > '3<br />
c-j T3 n 3 Cfts<br />
O a 3 a<br />
£ ft^ c -3<br />
n<br />
u<br />
3 b 5? E<br />
3 .3 3 M .5,<br />
5 S E « a<br />
Q £ 2 a
dirian Fakult<strong>as</strong> Tehnik oleh Pd.Rektor Universit<strong>as</strong> Negeri Sjiahkuala<br />
Kol.M.J<strong>as</strong>in.<br />
Persiapan pendirian Fakult<strong>as</strong> dalam lingkungan 1A1N.<br />
- Pada tanggal 7 Nopember 1959 dibentuk Panitia Pendirian Fakult<strong>as</strong><br />
Agama diketua oleh Kol.Sjamaun Gaharu selaku Ketua Umum dan<br />
Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy Ketua Umum I dengan dilengkapi dengan seksiseksi.<br />
- Pada tanggal 11 Januari 1961 bertempat digedung DPRDGR Daerah<br />
Istimewa Aceh telah dilangsungkan rapat terakhir Panitia Persiapan<br />
Fakult<strong>as</strong> Agama Islam dibawah pimpinan wakil Ketua Umum A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Setelah mendengar laporan seksi-seksi kemudiam melaksanakan<br />
serah terima Panitia dengan Pd.Dekan Fakult<strong>as</strong> Sjariah Darussalam<br />
yang diwakili oleh H.Usman Jahja Tiba.<br />
- Pada tanggal 23 Mei 1961 di gedung DPRDGR Daerah Istimewa Aceh<br />
telah diadakan rapat Panitia Persiapan Pembukaan Fakult<strong>as</strong> Tarbiyah<br />
dibawah pimpinan Ketua Umum Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy . Rapat mengambil<br />
keputusan dengan suara bulat menyetujui pembukaan Fakult<strong>as</strong><br />
Tarbiyah pada tahun 1962 yang pada taraf pertama dibuka kel<strong>as</strong><br />
persiapan dibawah pimpinan Sdr. Ibrahim Husein M.A.<br />
- Pada tanggal 17 Januari 1962 bertempat digedung DPRDGR Daerah<br />
Istimewa Aceh dilangsungkan sidang pleno Panitia Pendirian Fakult<strong>as</strong><br />
Agama Sw<strong>as</strong>ta dibawah pimpinan Ketua Umum Panitia A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Di samping Universit<strong>as</strong> Negeri Sjiahkuala dan Jamiaii Arraniri dikota Darussalam<br />
dibuka pula satu Perguruan Tinggi Pesantren dengan nama "DAYAH<br />
TGK SYEKH PANTE KULU".<br />
Dalam data-data diat<strong>as</strong> kita belum lagi memuat tentang kegiatan Panitia<br />
baik dalam bentuk rapat untuk mencari jalan keluar dalam kesulitan-kesulitan<br />
yang dihadapi, demikian juga pengiriman misi dan utusan dalam rangka usaha<br />
pembinaan dan pembangunan Darussalam.<br />
Sebenarnya dari angka-angka diat<strong>as</strong> telah cukup pelukisan tentang kemajuan<br />
pembangunan kota Pelajar/Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam, tetapi untuk lebih jel<strong>as</strong><br />
terang dan tunai marilah kita lihat bangunan dalam bentuk pisik. Adapun<br />
pembangungan gedung-gedung yang dikerjakan dan diaw<strong>as</strong>i oleh Dana Kesejahteraan<br />
Aceh sejak tahun 1958-1963 telah memberikan h<strong>as</strong>il nyata sebagai<br />
berikut :<br />
a. S.M.A. Negeri Kota Darussalam<br />
Tugu Kota Darussalam<br />
Fakult<strong>as</strong> Ekonomi<br />
3 buah rumah kel<strong>as</strong> VII<br />
6 buah rumah kel<strong>as</strong> V<br />
1 buah Asrama KMK "G" untuk menjaga keamanan<br />
75
76<br />
CU<br />
-O<br />
3<br />
Ü<br />
| B è<br />
M<br />
13<br />
c CO<br />
M) 3<br />
3 cl<br />
* &<br />
•3 3<br />
O. cct<br />
2 oi<br />
3 IH<br />
« & *<br />
2 S 3<br />
1) 3 ^<br />
0 0<br />
-3 y<br />
13 « 2<br />
« 3° <<br />
6? g-<br />
C SM<br />
3 3 o<br />
M 5 »<br />
c -Sa!<br />
OJ CD .<br />
CU •» T3<br />
'B ^<br />
•§ =3<br />
5f.<br />
3 ci)<br />
•3 E<br />
^ 3<br />
E<br />
&<br />
1 3<br />
00 .3,<br />
Ë<br />
< cf
1 satu sumur bor (dalam rencana)<br />
2 buah Asrama Mah<strong>as</strong>iswa<br />
1 buah Mess Dosen<br />
Bangunan jalan-jalan<br />
5 buah langgar darurat<br />
5 buah rumah kel<strong>as</strong> V<br />
SMEA Kota Darussalam<br />
1 buah rumah kel<strong>as</strong> V<br />
Gedung mesin listrik<br />
Kantor tehnik<br />
Mesin listrik kecil<br />
Lapangan olah raga<br />
Pondok Transmigr<strong>as</strong>i<br />
1 buah rumah kel<strong>as</strong> IV<br />
Sekolah darurat 6 ruangan<br />
b. Rumah kel<strong>as</strong> VII dari Dagang Sepakat<br />
Rumah kel<strong>as</strong> VII dari CB Leupung<br />
Rumah makan dari CV Tiro<br />
Rumah kel<strong>as</strong> IV dari Bank of Sumatera<br />
Rumah kel<strong>as</strong> IV dari N.V. Permai<br />
Rumah kel<strong>as</strong> IV dari Fa. Jusuf Bahruny<br />
Mess Dosen dari Fa.Aceh Kongsi<br />
Rumah kel<strong>as</strong> V dari Fa. Puspa<br />
Gedung SUTM dari Sdr. Ramli<br />
Poliklinik dari Fa. Teguh<br />
Rumah kel<strong>as</strong> V dari Fa. Mata Ie<br />
Rumah kel<strong>as</strong> V sumbangan dari Pengusaha melalui Panca Usaha<br />
c. Asarama SUTM di Kota Darussalam dari Kementerian Pertanian<br />
Asrama Putri di Kota Darussalam dari Yay<strong>as</strong>an Dana Bantuan Jakarta.<br />
Kantor Perw. PDK di Banda Acefi dari Kem.PDK.<br />
Mess PDK di Banda Aceh<br />
30 rumah kel<strong>as</strong> VII dari Kern. PDK di Bandar Baru<br />
12 rumah bertingkat dari Dep.PTIP<br />
Dari catatan diat<strong>as</strong> telah mendesak kita kesudut untuk tidak dapat berbuat<br />
lain kecuali harus mengakui bahwa A.H<strong>as</strong>jmy telah berh<strong>as</strong>il merealisir cita-cita<br />
pembangunan Darussalam dalam waktu relatif singkat untuk suatu pembangunan<br />
yang besar dan agung itu lebih cepat dari apa yang direncanakan semula.<br />
Dalam m<strong>as</strong>a lima tahun saja pembangunan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />
baik sarana pisik, pensaratan tehnis ilmiyah, tempat-tempat rekre<strong>as</strong>i<br />
sebagai suatu kampus telah memadai, hanya kini tinggal lagi pemeliharaan dan<br />
pembinaannya. Apa yang tersebut terakhir kiranya menjadi perhatian kita<br />
semuanya dan terutama kepada insan-insan yang berkecimpung secara lang-<br />
77
78<br />
c 8 E<br />
=a * ca<br />
ca n.<br />
< a Ü<br />
"C 'E 1<br />
c<br />
CJ D KJ<br />
g ^ $<br />
* |> a<br />
ca U<br />
.M 3 •<br />
r-<br />
ê u 3<br />
g . § •§ |<br />
SU Ë 3 CD<br />
ca .3 >.<br />
w S 3 S<br />
e 3 5 £<br />
(2 11 ff<br />
Q w ca<br />
< & 3 8<br />
g 'S 'ff 1<br />
< * 5 a<br />
t cd r«<br />
C/D<br />
w • ca<br />
o X B .3<br />
O o -g SB<br />
»i £ d!
sung di Kota Darussalam. Dan untuk selalu menambah semangat juang demi<br />
Pengembangan Kota Darussalam, kiranya kita tidak akan melupakan bagaimana<br />
pahit getimya dan pengorbanan yang telah diberikan oleh segenap lapisan<br />
m<strong>as</strong>yarakat dan rakyat Aceh.<br />
Sekedar untuk mengenangkan betapa kesungguhan hati A.H<strong>as</strong>jmy dalam<br />
pembangunan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam, demikian juga suka dukanya<br />
dapat dibaca tulisan Drs. Marzuki Nyakman (Wakil Gubernur Aceh)<br />
dalam 10 tahun Darussalam dan Hari Pendidikan : "Walaupun pada waktu itu<br />
ada pendapat yang menyatakan bahwa sebaiknya jangan tergesa-gesa membangun<br />
sebuah Universit<strong>as</strong> oleh karena biaya yang sangat besar dan tenaga pengajar<br />
belum ada. Bila mungkin diusahakan saja Akademi ataupun BI yang<br />
akan memprodusir tenaga Guru Sekolah Lanjutan". 11<br />
Namun demikian h<strong>as</strong>rat dan tekad rakyat Aceh dan Pemerintah Daerah<br />
untuk membuka sebuah Universit<strong>as</strong> tidak berkurang karenanya, dan dalam<br />
rapat pertama Panitia (17-1-1960) Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dalam pertemuan<br />
tersebut mengharapkan kebulatan tekad selüruh anggota Panitia untuk bekerja<br />
ker<strong>as</strong> dengan penuh kesungguhan dan keikhl<strong>as</strong>an sehingga cita-cita rakyat<br />
Aceh untuk mengujudkan pendirian Universit<strong>as</strong> di Aceh benar-benar dalam<br />
waktu dekat menjadi kenyataan. Dalam suatu rapat diwaktu lain (13—2—<br />
1961) hampir pudar pula perjuangan mendirikan Universit<strong>as</strong> di Aceh, setelah<br />
mendengar penjel<strong>as</strong>an-penjel<strong>as</strong>an yang diberikan oleh Kol.M.Y<strong>as</strong>in (Pangdam<br />
I Aceh) sebagai h<strong>as</strong>il pembicaraan beliau dengan Pemerintah Pusat di Jakarta.<br />
Menurut kondisi Aceh pada waktu itu lebih banyak meminta perhatian dalam<br />
m<strong>as</strong>alah pembangunan pisik, misalnya jalan-jalan, pelabuhan dan lain sebagainya<br />
yang secara langsung dihajati sangat oleh m<strong>as</strong>yarakat pada waktu dekat.<br />
Oleh karena itu kiranya bagi kita kebutuhan Universit<strong>as</strong> bukanlah suatu hal<br />
yang sangat mendesak, apalagi pembangunan Universit<strong>as</strong> membutuhkan biaya<br />
yang cukup besar serta memerlukan persiapan yang matang, term<strong>as</strong>uk kebutuhan<br />
tenaga pengajar yang bagi kita memang belum ada. Penjel<strong>as</strong>an seperti<br />
itu membuat anggota rapat menjadi lesu dan putus harapan, namun demikian<br />
A.H<strong>as</strong>jmy belum lagi berputus <strong>as</strong>a.<br />
Selesai rapat beliau memanggil Drs. Marzuki Nyakman, dengan kata penuh<br />
haru dan kecewa--"Saudara Marzuki, saudara telah mengikuti pembicaraan dalam<br />
rapat Panitia tadi, terserah sekarang kepada saudara-saudara Sarjana Aceh<br />
apakah Universit<strong>as</strong> Syiahkuala tersebut jadi dibuka atau tidak". Sementara<br />
itu beliau membicarakan "si<strong>as</strong>at" dapat diatur, sehingga dalam rapat yang<br />
akan datang itu bisa berjalan lancar dan berh<strong>as</strong>il untuk meyakinkan segenap<br />
anggota Panitia.<br />
^Sepuluh Tahun Darussalam dan Hari Pendidikan, hlm 55.<br />
79
80<br />
al
Sebagaimana diketahui bahwa pada mulanya Fakult<strong>as</strong>-fakult<strong>as</strong> yang dibuka<br />
di Darussalam adalah merupakan fïlial (cabang) dari Universit<strong>as</strong> Sumatera<br />
Utara di Medan dan Bandung. Dan oleh karena perkembangan dan kemajuan<br />
dari tiap-tiap Fakult<strong>as</strong> yang telah ada makin tambah maju dan telah pula memenuhi<br />
persyaratan untuk mendirikan Universit<strong>as</strong> tersendiri di Darussalam,<br />
maka peluang yang baik dipergunakan secara tepat oleh Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Dan untuk itu pada tanggal 15 Mei 1961 diadakan pertemuan antara team Departemen<br />
PDK dengan anggota-anggota Panitia Persiapan Universit<strong>as</strong> Syiahkuala<br />
dan FKIP serta undangan digedung DPRD Daerah Istimewa Aceh.<br />
Dalam pertemuan tersebut Prof. Sugardo telah menyampaikan kesan-kesan<br />
yang baik serta keyakinannya bahwa apa yang telah diselesaikan oleh Panitia<br />
itu benar-benar menuju kepada Pembukaan Universit<strong>as</strong> Syiahkuala dan<br />
F.K.IP<br />
Resepsi perpisahan di Medan<br />
Dalam perjalanan ke Jakarta untuk memangku jabatan baru di Departemen Dalam Negeri<br />
Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy singgah di Medan, dimana M<strong>as</strong>yarakat Aceh Sumatera Utara mengadakan'resepsi<br />
perpisahan dengan Gubernur Aceh itu. Dalam gambar nampak Gubernur<br />
A.H<strong>as</strong>jmy sedang berjabat tangan dengan Bupati Teuku Hanafiah, menjelang resepsi<br />
dimulai di Hotel de Boer.<br />
81
82<br />
UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH<br />
dengan ini<br />
menyatakan pengharqaan dan cerima k<strong>as</strong>ih kepada<br />
Prof. 3*.
Setelah mengalami perjuangan yang gigih, Al hamdulillah seperti yang<br />
anda lihat atau saksikan dew<strong>as</strong>a ini, Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam berdiri<br />
dengan megah dan jayanya di ibukota Tanah Rencong, sebagai pusat<br />
dan jantung hatinya rakyat Aceh.<br />
4. Pahlawan Pendidikan Daerah Istimewa Aceh<br />
Dalam Pembinaan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa umumnya dan pendidikan khususnya,<br />
Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy sangat besar peranannya, malah tidak hanya<br />
tindakan at<strong>as</strong> perbuatan sewaktu-waktu tetapi seluruh jiwa raganya diarahkan<br />
kesana. Ini terbukti apabila kita berhadapan dengan beliau, kalau<br />
kita mulai pembicaraan tentang Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa jalannya pembicaraan<br />
sangat lancar. Sebaliknya kalau berbicara m<strong>as</strong>alah lain, sambutan yang agak<br />
dingin menjelang m<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a pemikiran dan pengarahan penciptaan Kota<br />
Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa. Kepada orang-orang yang mencetak kartu nama atau kartu<br />
lebaran di Percetakan Negara Banda Aceh, beliau wajibkan disebelah belakang<br />
memuat kata-kata "Bantulah Pembangunan Darussalam". Bukti lain seperti<br />
beliau katakan sendiri, beliau menangis 2 kali, pertama at<strong>as</strong> meninggalnya<br />
seorang puteranya, yang kedua adalah sewaktu pihak pemberontak mengganggu<br />
dalam kompleks pembangunan Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam.<br />
Untuk mengenang akan j<strong>as</strong>a-j<strong>as</strong>anya itu beliau menerima Tanda Penghargaan<br />
dari Pengurus Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh, No. 3/Dana/60, yang<br />
ditanda tangani oleh Ketua M.Husin dan Sekretaris Mohd. K<strong>as</strong>im As dan Tanda<br />
Penghargaan yang sama dari Komisi Pencipta Kota Pelajar Mah<strong>as</strong>iswa Darussalam<br />
dari Pengu<strong>as</strong>a Perang yang ditanda tangani oleh Pangdam I/Iskandar<br />
Muda, Kolonel Syamaun Gaharu, pada tanggal 2 September 1960.<br />
Dan yang paling menarik perhatian kita yaitu pemberian gelar Pahlawan<br />
Pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Aceh Selatan<br />
yang ditanda tangani oleh Bupati Gut Mamat, kepada Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
Dalam penjel<strong>as</strong>an pemberian gelar tersebut dapat dibaca al<strong>as</strong>an dan pertimbangan<br />
pemberian gelar tersebut antara lain sebagai berikut : "Gelombang<br />
cita-cita yang bergelora dalam dada Bapak A.H<strong>as</strong>jmy, untuk menjadikan<br />
Aceh pada tempat yang jaya, dan indah senanti<strong>as</strong>a memecah dipantai kotanya<br />
semenjak m<strong>as</strong>ih bertekun dibangku Sekolah, semenjak beliau m<strong>as</strong>ih seorang<br />
remaja putra, semenjak m<strong>as</strong>ih seorang pemuda, berkobar-kobar semangat<br />
ingin beb<strong>as</strong> dan dengan kemajuan bangsanya hingga sampai dew<strong>as</strong>a".<br />
Dan kami mengenal karya Bapak A.H<strong>as</strong>jmy semenjak lama dalam bidang<br />
pendidikan, dan sebagai seorang pujangga beliau getar bisiknya kalbunya dalam<br />
irama Syair-syair dalam untaian liris dan prosa dalam ayunan kalimat bersanjak<br />
menghembus naf<strong>as</strong> perjuangan, ciptaan dan karangan-karangan yang<br />
mempunyai nilai yang murni mendambakan kemajuan bangsa. Meratapi<br />
83
84<br />
u o 2<br />
c °<br />
gP 2 ca<br />
5'<br />
SS<br />
3<br />
3<br />
g 5<br />
i T i<br />
ra ° M<br />
Q « .§ H |<br />
a >J ö<br />
"3 3 CD 7<br />
3 ° -i<br />
>S ü 2<br />
^ « 3 *<br />
J2 'Ba x<br />
.2, g ca -n<br />
3 C -O ca<br />
3 _ 3 .2<br />
o ca ca c<br />
3 cu M 3<br />
•o g E g<br />
CD 3 ca y\<br />
in jo -o
tekli wêmm^mt hmt m^sm§kAmt gmtmgeè^<br />
^itièm^tnmtifi^ Tfrèéjpsr hm Jlo!p#^w S^-<br />
iptiiM» J^fflifwa^elf r||u^}|#i|ti èai.i<br />
Jiibwi^üi utim»!tya<br />
^ — M<br />
• - "* ."Si- 1<br />
'<br />
85
66<br />
2<br />
g 3 M •«>' öij o<br />
H a a > c ^<br />
ci> ^ a « -*<br />
a a 3 ^; i_. oo<br />
a-s| |-g -3<br />
a ï * •§ ^ !<br />
b ^ a r MI ^<br />
3 •a c ~ ^<br />
c a o n x "<br />
s o •* 2 3 e<br />
•§ «a ff 3 - 3<br />
"E I | ?s3 |<br />
1 «II 1 ="13 ^<br />
-t-> c/3 CD I-HJ w C<br />
E SP *f -* « ^ ë<br />
M P e l ^ -° 2 2<br />
>. ^ 75 ca S S " "<br />
J j l a -c « 5-<br />
£ •& £ M<br />
•§ t «<br />
_ E >•<br />
£? S -I "<br />
bfj O . ra<br />
2 § s<br />
| o ca 2<br />
. «J<br />
3 < oo<br />
— ~ K « ^ tU - C<br />
| " < * 13^2<br />
s 12. § | =• r<br />
5 C Q ^ < T3<br />
hancurnya keperibadian bangsa dim<strong>as</strong>a silam, serta memberi dorongan kepada<br />
anak manusia bagaimana caranya mengembalikan kejayaan tersebut dengan<br />
mendalami ilmu serta pendidikan, sebagaimana sudah beliau gambarkan<br />
dalam karangan diantaranya Dewan Sajak dan Kisah seorang Pengembara.<br />
Sebagai Guru dan Pendid'ik pada Sekolah dan Madr<strong>as</strong>ah, telah berusaha<br />
ker<strong>as</strong> memberikan pendidikan agar semua pelajar menjadi manusia yang<br />
berguna. Dan sebagai Pimpinan telah membuat j<strong>as</strong>a besar, sebagai Pemerintah<br />
Daerah telah berusaha ker<strong>as</strong> dan menjadikan lahirnya hari Pendidikan<br />
dan Kopelma Darussalam pada tanggal 2 September 1959.<br />
5. Berhenti Sebagai Gubernur Kepala Daerah Aceh<br />
Tak hendak mempertentang apa latar belakang keberhentian A.H<strong>as</strong>jmy<br />
selaku Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh, bahwa dengan S.K. Presiden<br />
R.I. No. 79/M tahun 1964, beliau diberhentikan dengan hormat sebagai Kepala<br />
Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Aceh, mulai tanggal 1 April 1964, dan<br />
diperbantukan (Gubernur diperbantukan) pada Menteri Dalam Negeri, dengan<br />
pangkat Pegawai Utama Muda.<br />
Kemudian at<strong>as</strong> permintaan sendiri berhenti dengan hak pensiun, oleh Menteri<br />
Dalam Negeri diperkenankan dengan beslitnya tanggal 31 Mei 1966,<br />
No. U-P-l/3/664, terhitung mulai tanggal 30 Juni 1966.<br />
Pada tanggal 10 April 1964, Gubernur A.H<strong>as</strong>jmy dalam pidato perpisahan<br />
dengan judul "Nada dan Warna", berkata antara lain, bahwa beliau menjalan-<br />
Ran tug<strong>as</strong> Gubernur Aceh lamanya 7 tahun 2 bulan 14 hari, atau 2.624 hari,<br />
dan seterusnya mengharapkan agar jalinan kerja sama para catur tunggal, keser<strong>as</strong>ian<br />
yang akrab, hubungan persaudaraan yang mesra dan semangat saling<br />
mendorong membantu yang merupakan tradisi yang baik, dan telah menyebabkan<br />
kemakmuran/kerukunan dan persatu paduan dikalangan kita makin<br />
berat dan ketat dari apa yang diduga semula, supaya dipelihara dan dijiwai<br />
semangat kerja sama yang akrab, hubungan persaudaraan dan saling bantu<br />
membantu untuk bisa mencapai tujuan secara sukses.<br />
Demikian isi pokok pidato perpisahan dalam serah terima Jabatan Gubernur<br />
Kepala Daerah Aceh dari tangan A.H<strong>as</strong>jmy kepada Nyak Adam Kamil.<br />
Barangkali tidak berlebih-lebihan apabila dikatakan bahwa selama A.H<strong>as</strong>jmy<br />
menjabat Gubernur Aceh, terjadinya kerja sama yang amat kompak<br />
antara Catur Tunggal di Daerah Aceh, dan yang barangkali perlu ditiru untuk<br />
m<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a mendatang.<br />
Seperti diketahui kepindahan beliau ke Departemen Dalam Negeri di Jakarta<br />
tidak lama + 2 tahun, beliau minta berhenti dengan hak pensiun sebelum<br />
waktunya (usianya waktu itu 52 tahun) dan kembali ke Aceh.<br />
87
Tidak dapat diketahui apa yang tersirat dalam hati beliau, untuk mendapat<br />
pensiun,pada hal beliau seharusnya belum waktunya pensiun menurut umur<br />
(1914-1966 atau baru berusia 52 tahun). Sedangkan menurut ketentuan kepegawaian<br />
baru akan pensiun dalam usia 56 tahun.<br />
Dan yang jel<strong>as</strong> bagi kita, sekembalinya di Aceh menerjunkan diri kembali<br />
ke Darussalam, melanjutkan pembinaan Kopelma Darussalam yang telah dipupuk<br />
dan dikembangkan dim<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a yang lalu.<br />
Kini A.H<strong>as</strong>jmy menjabat sebagai Dekan Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisitet Institut<br />
Agama Islam Negeri Jamiah Ar-Raniri Darussalam, diangkat dengan S.K.<br />
Menteri Agama R.I. tanggal 19 Juli 1968, No. 153/1968. Dalam bulan Maret<br />
1977 telah diangkat menjadi Rektor IAIN Jamiah Ar-Raniri Darussalam.<br />
Disamping itu beliau m<strong>as</strong>ih giat melaksanakan Dakwah Islamiyah, dan aktip<br />
dalam pengurusan Majelis Ulama Daerah Istimewa Aceh.<br />
Sewaktu ditanyakan kepada beliau kenapa tidak duduk menunggu pensiun<br />
saja, dengan teg<strong>as</strong> menjawab bahwa bagi penganut Agama Islam, tidak ada<br />
istilah pensiun diat<strong>as</strong> dunia yang fana ini; pensiun akan diterima dihari kemudian<br />
didalam Syurga yang Tuhan telah sediakan untuk orang Mukmin.<br />
88
90<br />
•5 n 5 a-<br />
ca 'TJ<br />
3 .3 -S s<br />
es £ 2<br />
I z s<br />
. ë<br />
•a - Q < 5<br />
tl cel ^ 5 3<br />
S 4= „ "O<br />
,o :u 3 3<br />
3 ft cd cd 55<br />
O O ^ w S ca<br />
=5 =3 g<br />
M T3 £<br />
cd 2 «<br />
5 | "3<br />
.2, CO 44 -5 44<br />
o ? _ cd • C<br />
"J « cd 3 cd<br />
111 ^ §<br />
| ^ 3 -s |<br />
a - 0<br />
°P >, 4*i 43 - »<br />
°- 'f2 « g "2<br />
s < «c I<br />
< ^ SC Q o,<br />
1. Bidang Dakwah<br />
BAGIAN VI<br />
GURU BESAR LUAR BIASA<br />
Sebagai pendidik dan sekaligus penggembleng ummat A.H<strong>as</strong>jmy benarbenar<br />
telah melakukan amal mulia itu dengan penuh dedik<strong>as</strong>i dan divosi.<br />
Dari riwayat pekerjaan bisa memberi petunjuk secara terang, bahwa memulai<br />
kariernya adalah sebagai seorang ustaz (guru agama), dan agaknya akan<br />
berakhir juga sebagai guru besar dalam bidang dakwah Islamiyah.<br />
Bukan tidak pernah memperoléh kesempatan dan kepercayaan dalam jabatan<br />
penting Negeri, jabatan yang oleh m<strong>as</strong>yarakat umum dianggap sebagai<br />
"social wardering", tetapi inti hakekat jiwa seorang tokoh yang tenang tak<br />
banyak bicara itu, tidak banyak diketahui orang.<br />
Banyak jabatan karier yang telah beliau lalui, tetapi jiwa dan raganya tetap<br />
berorbit sebagai ustaz dan da'i. Pernah menjadi Kepala Polisi yang sekil<strong>as</strong><br />
pandang nampaknya perk<strong>as</strong>a, apalagidizaman Dai Nippon, kiranya pekerjaan<br />
seperti itu tidak cocok baginya, sehingga segera mohon berhenti atau meletakkan<br />
jabatan tersebut dan kembali ke Selimeum untuk bergaul dengan anakanak<br />
didik.<br />
Selama menjabat Gubernur Aceh, program utama adalah pendidikan, yaitu<br />
mencetuskan idea dan membangun Kopelma Darussalam, tentang Darussalam<br />
telah disorot secara khusus.<br />
Sebagai Gubernur yang diperbantukan pada Departemen Dalam Negeri,<br />
kiranya jabatan itupun tidak ser<strong>as</strong>i dan tidak "ker<strong>as</strong>an" di Jakarta malah tidak<br />
senang bekerja dibelakang meja yang indah, tiada berapa lama terpaksa<br />
menuruti kehendak hatinya, minta berhenti sebagai Gubernur dengan hak<br />
pensiun. Apabila dihubungkan dengan usia dan pisik m<strong>as</strong>ih memungkinkan<br />
untuk melanjutkan karier sebagai pegawai Negeri.<br />
2. Dekan Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisistik<br />
Sesungguhnya sebagai abdi Negara harus mer<strong>as</strong>a bangga menerima imbalan<br />
j<strong>as</strong>a dari Pemerintah, dan dengan tenang tenteram tak usah repot-repot,duduk<br />
menikmati pensiun penuh sebagai seorang Gubernur R.I., tetapi beliau tidak<br />
menghendaki hal seperti itu.<br />
91
Selaku muslim yang taat kepada agamanya, dan sesuai pula dengan pandangan<br />
Islam, dimana tidak mengenal istilah pensiun di dunia yang fana ini,<br />
pensiun yang hakiki akan diperolehnya dari Tuhan Allah dalam jannatul<br />
naaim.<br />
Dengan pandangan hidup seperti itulah beliau hidup, dan selalu aktif bergerak<br />
guna meneruskan risalah Muhammad. Di samping melaksanakan Dakwah<br />
Islamiyah secara pribadi, dan berkecimpung dalam pembinaan Majlis<br />
Ulama disatu pihak, dan barangkali itu m<strong>as</strong>ih belum memadai, maka dilain<br />
pihak terjun pula secara langsung "terjun beb<strong>as</strong>" guna membina kader-kader<br />
dakwah secara permanen melalui Lembaga khusus yaitu Fakult<strong>as</strong> Dakwah/<br />
Publisistik.<br />
Sebagaimana telah sama maklum bahwa diea pembentukan dan penggarapan<br />
pembentukan Fakult<strong>as</strong> tersebut dalam lingkungan I.A.I.N.di Darussalam<br />
datang dari beliau dan alangkah bijaksana apabila secara langsung pula beliau<br />
yang memimpinnya Fakult<strong>as</strong> tersebut, karena bisa menghayatinya secara<br />
penuh.<br />
Rektor Berpidato<br />
Rektor IAIN Jamiah Ar Raniry Darussalam, Ahmad Daudy M.A. sedang berpidato mengantarkanupacara<br />
pengukuhan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
92
Selama dibawah <strong>as</strong>uhan A.H<strong>as</strong>jmy Fakult<strong>as</strong> Dakwah/Publisistik sampai<br />
saat ini telah mencetak 12 orang sarjana penuh dan lebih 100 orang sarjana<br />
muda yang militan dan langsung terjun kelapangan ketengah-tengah m<strong>as</strong>yarakat<br />
menggembleng ummat "menyeru kepada makruf dan mencegah kepada<br />
mungkar" disamping sejumlah besar para studen yang bertekun memperdalam<br />
ilmu pengetahuan dan yang jumlahnya makin sehari makin bertambah.<br />
3. Professor Ilmu Dakwah<br />
Harian Duta yang terbit tanggal 16 April 1976, Nomor 167 tahun ke VII,<br />
pada halaman pertama mencetak dengan huruf besar "A.HASJMY DIANG<br />
KAT MENJADI PROFESSOR ILMU DAKWAH".<br />
Bahwa terhitung sejak 1 Januari 1976 dengan resmi A.H<strong>as</strong>jmy, Dekan Fakult<strong>as</strong><br />
Dakwah IAIN Jamiah Ar-Raniry Darussalam, telah diangkat oleh Pemerintah<br />
menjadi Professor dalam Ilmu Dakwah.<br />
Pengangkatan A.H<strong>as</strong>jmy menjadi Professor dalam Ilmu Dakwah dianggap<br />
patut oleh kalangan yang lu<strong>as</strong> di Aceh, karena semenjak usia 20 tahun sampai<br />
dew<strong>as</strong>a ini A.H<strong>as</strong>jmy telah bergerak dalam Dakwah Islamiyah, baik sebagai<br />
guru, pengarang, penyair, wartawan, pemimpin <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i, pelopor pembangunan<br />
pendidikan ataupun sebagai pegawai negeri.<br />
Sebagai penyair dan pengarang A.H<strong>as</strong>jmy telah banyak sekali menciptakan<br />
sajak-sajak, cerita pendek yang bernadakan Dakwah Islamiyah dalam berbagai<br />
majalah sebelum perang dunia kedua, seperti dalam majalah Pedoman M<strong>as</strong>yarakat,<br />
Panji Islam, Matahari Islam, Kewajiban, Raya Pujangga Baru, Angkatan<br />
Baru, Pahlawan Muda dan lain-lain.<br />
Disamping itu A.H<strong>as</strong>jmy telah mengarang beberapa buah novel sebelum<br />
perang dunia kedua yang mengandung unsur-unsur Dakwah Islamiyah, seperti<br />
Bermandi Cahaya Bulan, Melalui Jalan Raya Dunia, Suara Azan dan Lonceng<br />
Gereja, Dibawah Naungan Pohon Ketnuning, Sayap Terkulai, Cinta Mendaki,<br />
Nona Per Rum, dan Elly Gadis Nica.<br />
Setelah usia 60 tahun lebih, dalam tahun 1975 A.H<strong>as</strong>jmy telah menciptakan<br />
2 buah novel yang juga mengandung unsur-unsur Dakwah Islamiyah,<br />
yaitu Merah Johan (novel sejarah m<strong>as</strong>uknya Islam ke Aceh) dan Tanah Merah<br />
(novel pergerakan yang terjadi dalam kalangan keturunan pemimpin-pemimpin<br />
Islam yang didigulkan oleh Belanda). Kedua novel ini diciptakan dalam tahun<br />
1975 ketika A.H<strong>as</strong>jmy berada di Irian Jaya.<br />
Dengan lahirnya karya-karya baru setelah berusia 60 tahun lebih pecahlah<br />
"mythos" bahwa koofisen seorang akan mendaki turun apabila usianya bertambah<br />
larut. A.H<strong>as</strong>jmy telah membuktikan kenyataan lain, dari pada teoriteori<br />
kuno tersebut.<br />
Sejak sebelum perang dunia kedua sampai dengan dew<strong>as</strong>a ini A.H<strong>as</strong>jmy te-<br />
93
lah mengarang lebih dari 50 judul buku yang diterbitkan di Jakarta, Medan,<br />
Singapura, Kuala Lumpur atau di Banda Aceh.<br />
Buku-buku karangannya yang diterbitkan oleh Pustaka N<strong>as</strong>ional Singapura<br />
antara lain Dimana Letaknya Negara Islam, Pahlawan Islam Yang Gugur<br />
Dizaman Nabi dan Islam Dan Ilmu Pengetahuan Modern, yang diterbitkan<br />
di Kuala Lumpur oleh Dewan Bah<strong>as</strong>a dan Pustaka yaitu Rubai Hamzah Fansury<br />
Karya S<strong>as</strong>tra Sufi Abad ke XVII.<br />
Buku-buku yang diterbitkan oleh Penerbit Bulan Bintang dalam tahun<br />
1974-1976 yaitu D<strong>as</strong>tur Dakwah Menurut Al Qur'an, Sejarah Kebudayaan<br />
Islam, Iskandar Muda Meukuta Alam, Menah Johan, Apa Sebab Al Qur'an Tidak<br />
Bertentangan Dengan Akal, Mengapa Ibadat Pu<strong>as</strong>a Diwajibkan, Risalah<br />
Akhlak, Surat-surat Dari Penjara dan lain-lain.<br />
A.H<strong>as</strong>jmy banyak menulis berbagai karangan ilmiyah dalam majalah, terutama<br />
majalah yang dipimpinnya, Sinar Darussalam, disamping telah ikut<br />
memberi pr<strong>as</strong>aran dalam berbagai seminar, baik di Jakarta, Medan dan Banda<br />
Aceh. Pr<strong>as</strong>arannya banyak mengenai m<strong>as</strong>alah-m<strong>as</strong>alah Islam.<br />
Dari latar belakang karier A.H<strong>as</strong>jmy nampak secara gamblang bahwa pengangkatan<br />
sebagai Guru Besar sudah pada tempatnya, dan bukanlah did<strong>as</strong>arkan<br />
pada pertimbangan karena j<strong>as</strong>a dan lain sebab, tetapi sebab utamanya adalah<br />
h<strong>as</strong>il karya nyata yang tak dapat disembunyikan oleh siapapun juga, dan<br />
sekaligus sebagai pembuktian at<strong>as</strong> kesanggupannya dalam bidang professinya.<br />
4. Pengukuhan sebagai Guru Besar<br />
Pada tanggal 20 Mei 1976 dalam su<strong>as</strong>ana penuh hikmat dalam suatu pertemuan<br />
khusus di Kopehna Darussalam berlangsung upacara pengukuhan<br />
sebagai Guru Besar Prof. A.H<strong>as</strong>jmy yang dihadiri oleh Gubernur Aceh, Ketua<br />
Pengadilan Tinggi, Ketua dan Anggota Muspida Tingkat I, dan Tingkat II,<br />
Ketua DPRD Daerah Istimewa Aceh, Rektor Universit<strong>as</strong> Syiahkuala, para<br />
Kepala Din<strong>as</strong> Sipil dan Militer, para Mah<strong>as</strong>iswa dan undangan lainnya.<br />
Bertindak sebagai pengacara adalah Pj.Rektor I.A.I.N. Jamiah Ar-Raniry<br />
Darussalam Banda Aceh, Ahmad Daudy M.A. Dalam kata pengantar menjel<strong>as</strong>kan<br />
d<strong>as</strong>ar pertimbangan dan al<strong>as</strong>an untuk pemberian gelar tersebut secara<br />
singkat, tapi padat. Dan tidak ada hal baru yang dikemukakan, karena karya<br />
A.H<strong>as</strong>jmy telah cukup dikenal oleh m<strong>as</strong>yarakat lu<strong>as</strong>, hanya merupakan ulangan<br />
ringk<strong>as</strong> tentang riwayat hidup dan pekerjaan yang telah dialami oleh bersangkutan.<br />
• Berd<strong>as</strong>arkan pikiran yang sehat dan ilmiah dan beberapa pertimbangan<br />
lainnya, rapat Senat IAIN Jamiah Ar-Raniry yang diadakan pada tanggal 14<br />
Pebmari 1975, telah menerima dengan aklam<strong>as</strong>i pengusulan Bapak H.Aly<br />
H<strong>as</strong>jmy sebagai Guru Besar Luar Bi<strong>as</strong>a dalam Ilmu Dakwah. Sebagai realis<strong>as</strong>i<br />
94
Pidato pengukuhan<br />
Prof.A.H<strong>as</strong>jmy sedang mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul : Dakwah Islamiyah<br />
dan Kaitannya dengan Pembangunan Manusia.<br />
dari h<strong>as</strong>il Keputusan rapat Senat tersebut, Rektor dengan suratnya tanggal<br />
7 April 1975 No. 390/AR/B-l 1/75, telah menyampaikan usul tersebut kepada<br />
Bapak Menteri Agama RI di Jakarta.<br />
Dan dengan SK tanggal 11 Maret 1976 No. B-l 1/3/7-d/1386, Bapak Menteri<br />
Agama telah menetapkan mengangkat Bapak H.Aly H<strong>as</strong>jmy sebagai Guru<br />
Besar Luar Bi<strong>as</strong>a (Prof) dalam Ilmu Dakwah pada Fakult<strong>as</strong> Dakwah, terhitung<br />
sejak tanggal 1 Januari 1976.<br />
Dengan penuh r<strong>as</strong>a gembira dan syukur Pj.Rektor IAIN Jamiah Ar-Raniry<br />
at<strong>as</strong> nama seluruh Civit<strong>as</strong> Academica menyampaikan ucapan selamat kepada<br />
Prof.H.Aly .H<strong>as</strong>jmy.<br />
Dakwah Islamiyah dan kaitan dengan pembangunan manusia, demikian<br />
bunyi judul pidato pengukuhan Prof. A.H<strong>as</strong>jmy. Beliau membuka pidatonya<br />
dengan membaca Al-Qur'an Surah A4 Asfari 1-3: "Demi m<strong>as</strong>a, sesungguhnya<br />
95
insan dalam kerugian, kecuali orang beriman dan beramal bakti, saling pesan<br />
dengan kebenaran dan kcsabaran".<br />
Pokok pembah<strong>as</strong>an berkisar pada :<br />
1) . Keadaan manusia dan m<strong>as</strong>yarakat sebelum datangnya agama Islam.<br />
2) . Islam telah berh<strong>as</strong>il membangun manusia dan m<strong>as</strong>yarakatnya yang telah<br />
rusak itu, menjadi manusia Baru dan m<strong>as</strong>yarakat Manusia Baru.<br />
3) . Keadaan manusia dan m<strong>as</strong>yarakat dew<strong>as</strong>a ini telah mirip dengan manusia<br />
dan m<strong>as</strong>yarakat seperti sebelum datangnya Islam.<br />
4) . Peranan Dakwah Islamiyah dalam membangun kembali manusia dan ma<br />
syarakatnya dari keruntuhan yang dialaminya sangat penting dan menen-<br />
tukan.<br />
Sejarah perkembngan manusia baik dari zaman "jahiliah tempo dulu" al<br />
jahiliah al qadimah, maupun zaman modern (al jahiliah hadisah) tidak jauh<br />
bedanya, kalau tidak dikatakan sama saja, mal ah jahiliah al hadisah lebih buruk,jahat<br />
dan keji.<br />
Kekacauan dunia dan keruntuhan m<strong>as</strong>yarakat manusia dalam zaman<br />
"jahiliah tempo dulu", berpokok pangkal pada dua Imperium Raks<strong>as</strong>a yang<br />
saling pengaruh dan saling cakaran, yaitu :<br />
a) . Imperium Rumawi Timur, sebuah negara imperialisnie-kapitalisme, yang<br />
resminya m<strong>as</strong>ih meland<strong>as</strong>kan dirinya pada Agama N<strong>as</strong>rani, tetapi kenyataannya<br />
ajaran-ajaran Agama telah disisihkan dari kehidupan m<strong>as</strong>yarakat<br />
dan negara.<br />
b) . Imperium Persia, sebuah negara imperialisme-komunisme atau atheïsme-,<br />
yang dalam tubuhnya telah diselursuri unsur-unsur komunisme-atheisme<br />
dibawah nama manichaisma dan mazdakismc, sekalipun pada lahirnya<br />
m<strong>as</strong>ih meland<strong>as</strong>kan dirinya pada agama Zoro<strong>as</strong>ter.<br />
Imperium Rumawi Timur yang terletak disebelah Barat Jazirah Arabia,<br />
dapat kita namakan dengan "blok barat", sementara Imperium Persia yang<br />
terletak disebelah Timur Jazirah Arabia dapat kita samakan "blok timur".<br />
Kehancuran peradaban manusia dalam abad ini, dalam zaman "jahiliah<br />
modern" al-jahiliah al-hadisah, berpokok pangkal pada dua imperium-raks<strong>as</strong>a<br />
yang juga saling rebut pengaruh, saling rebut keku<strong>as</strong>aan, saling rebut<br />
kekayaan, dan saling rebut tanah jajahan, baik dalam arti politik, ekonomi<br />
atau sosial budaya, yaitu :<br />
(1) . Imperialisnie-kapitalisme dibawah pimpinan negara Industri raks<strong>as</strong>a<br />
Amerika Serikat, yang juga disebut "blok barat".<br />
(2) . Imperialisme-.komunisme dibawah pimpinan negara Industri Agraris<br />
Sovyet Rusia, yang juga dinamakan "blok timur".<br />
Resminya, tanggal 14 Agustus 1945, perang dunia kedua telah berakhir,<br />
dengan penyerahan Jepang di Teluk Tokyo, tetapi nyatanya peperangan<br />
96
m<strong>as</strong>ih berlanjut terus antara imperialisme-kapitalisme dengan blok imperialisme-komunisme.<br />
Perang Indocina, perang Timur Tengah, Perang Cyprus, Perang Angola,<br />
Perang Afrika bagian Selatan dan lain-lainnya, pada hakekatnya adalah<br />
peperangan antara raks<strong>as</strong>a imperialisme-kapitalisme dengan raks<strong>as</strong>a imperialisme-komunisme.<br />
Akibat dari peperangan dan pertentangan antara dua blok raks<strong>as</strong>a ini, peradaban<br />
manusia menjadi ambruk, kehidupan damai menjadi berantakan, kemaksiatan<br />
merata dan keadilan menjadi hanya satu khayalan, kemerdekaan<br />
dan persaudaraan tetap tinggal dalam cita-cita.<br />
Dunia ini benar-benar ter<strong>as</strong>a seperti Neraka, sebagai akibat tindak tanduk<br />
manusia sendiri yang matanya buta terhadap kebenaran, hatinya membatu<br />
terhadap ajaran Tuhan dan telinganya tuli terhadap panggilan ketaqwaan,<br />
seperti yang dilukiskan Allah dan Al Qur'an :<br />
— Sesungguhnya telah kami lemparkan kedalam neraka jahanam sejumlah<br />
besar jin dan manusia, karena mereka tidak cakap mempergunakan hatinya,<br />
tidak pandai melihat dengan matanya, tidak arif mendengar dengan<br />
telinganya, mereka itu sama dengan binatang, bahkan lebih sesat lagi,<br />
mereka itulah orang-orang yang sesat (Q.S.A1 Ara : 179).<br />
Sebagai akibat lanjutan dari kenyataan pahit itu para ibu dan nyonya besar<br />
yang berbelanja ke toko serba ada mer<strong>as</strong>a jiwanya terancam selagi memilih-milih<br />
barang-barang mewah, karena bom meiedak dimana-mana menyebarkan<br />
maut yang tidak kenal ampun.<br />
Senjata-senjata maut yang dih<strong>as</strong>ilkan tehnologi modern bergentayangan<br />
didelapan penjuru angin, seantero dunia, membunuh dan membin<strong>as</strong>akan,<br />
menjadikan tubuh-tubuh yang tidak berdosa pecah menzanah, membuat<br />
kota-kota dan gedung-gedung berantakan menjadi puing, membakar rimba<br />
dan hutan-hutan ladangan, memusnakan sumber-sumber kemakmuran yang<br />
telah dibinanya, menimbulkan bencana dan kemelaratan/membuat jutaan<br />
manusia kehilangan rumah tempat tinggal, kehilangan saudara dan putra<br />
tercinta, kehilangan segala-galanya.<br />
Manusia diamuk oleh "Multi krisis" tak ada suatu kekuatanpun yang mampu<br />
mengat<strong>as</strong>inya, walaupun ada PBB, malah lembaga tersebut telah terbuka<br />
topengnya berupa kejahatan dan kecurangan dalam bentuk perkosaan terhadap<br />
kebenaran dan hak-hak manusia, dan dia tak sanggup membenarkan<br />
yangbenar dan menyalahkan yang salah<br />
Menurut keyakinan saya (demikian A.H<strong>as</strong>jmy) dalam usaha membangun<br />
kembali manusia dan m<strong>as</strong>yarakatnya yang sedang menuju keruntuhan itu,<br />
peranan Dakwah Islamiah adalah penting sekali dan menentukan, bahkan<br />
dunia harus memilih antara tetap dalam kehancuran atau memberl kesem-<br />
97
98<br />
jï ö fS<br />
-° ^<br />
t*> U CL><br />
44 Q<br />
9 "a's-<br />
5 ? E<br />
cu '3<br />
. ca<br />
r* H |H<br />
E 3 ca<br />
Ij tt ft<br />
« £ „<br />
I -a S E 3<br />
I g s°-tSS.<br />
op OS « . 3<br />
S M O. >, -3<br />
= < 2 E t<br />
patan Dakwah Islamiah melaksanakan missinya, untuk meratakan rahmat<br />
kepada alam semesta<br />
Dakwah Islamiah mengharuskan pembangunan manusia dan m<strong>as</strong>yarakatnya<br />
did<strong>as</strong>arkan at<strong>as</strong> tiga land<strong>as</strong>an pokok, yaitu :<br />
(1) . Land<strong>as</strong>an ilmu pengetahuan<br />
(2) . Land<strong>as</strong>an keimanan<br />
(3) . Dan land<strong>as</strong>an amal saleh<br />
Kita bangsa Indonesia haruslah bersyukur kepada Allah Yang Maha Esa,<br />
karena telah ditetapkan dalam "kadha-kadarnya" bahwa pembangunan<br />
Manusia dan M<strong>as</strong>yarakat Indonesia did<strong>as</strong>arkan at<strong>as</strong> land<strong>as</strong>an Panc<strong>as</strong>ila, yang<br />
menurut hernat saya (A.H<strong>as</strong>jmy) bahwa dalam Panc<strong>as</strong>ila itu telah mengandung<br />
unsur-unsur ilmu pengetahuan, keimanan dan amal saleh.<br />
Menurut pendapatnya dan pendapat para ahli pikir dunia, bahwa rah<strong>as</strong>ia<br />
dari "multi-krisis" ini adalah hanyutnya manusia dalam kehidupan at<strong>as</strong> arus<br />
peraturan-peraturan yang dibuat manusia sendiri, yang sesuai dengan syah-<br />
Perhatian hadirin besar<br />
Para hadirin dalam Rapat Senat Terbuka IAIN Jamiah Ar Raniry Darussalam sedang<br />
<strong>as</strong>yik mendengar pidato pengukuhan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
99
watnya manusia dan hawa nafsu, yang tidak menjamin kem<strong>as</strong>lahatan manusia<br />
dan tidak memperhatikan kebutuhan tabiat manusia dan tidak memperhatikan<br />
akhlak, demikian tulis Prof. Dr. Mahmud Syaltut dalam kitabnya Min<br />
Taujihatil Islam.<br />
Karena itu, peraturan-peraturan buatan manusia itu datang beraneka ragam<br />
sesuai dengan sebab-sebab perbuatannya, berobah dengan sebab warna dan<br />
tujuannya. Tiap-tiap umat berusaha supaya peraturannya menentukan didunia.<br />
Maka berpindahlah dari komunisme kepada kapitalisme, kepada demokr<strong>as</strong>i<br />
dan kepada berbagai warna lain, yang mereka ibaratkan dengan kalimatkalimat<br />
buatan yang menyambar mata manusia dan menggoncangkan hati<br />
mereka dari keimanan yang sebenarnya<br />
Tidaklah diragukan lagi, baliwa dunia tidak akan beb<strong>as</strong> dari bencana besar<br />
itu, kecuali kalau ia melemparkan dirinya dari ajaran-ajaran yang dibuat ma-<br />
Gubernur Muzakkir Walad<br />
Pelaksana peusijuk pertama, yaitu Gubernur Aceh A.Muzakkii Walad. Gambar at<strong>as</strong> :<br />
Gubernur Muzakkir sedang menaburkan ber<strong>as</strong> kuning dalam telapak tangan H<strong>as</strong>jmy.<br />
100
nusia, dan menggantikan dengan ajaran-ajaran yang datang dari Allah, seperti<br />
yang tersimpul dalam firmanya :<br />
— Sesungghunya Al Qur'an ini menuntun kejalan yang paling lurus, dan<br />
memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang beramal saleh,<br />
bahwa untuk mereka tersedia pahala yang besar (Q.S.A1 Isra : 9).<br />
Allah telah mensyariatkan Islam dan menjadikannya sebagai suatu lembaga<br />
yang akan menjamin kebahagiaan pribadi dan jamaah di dunia dan diakhirat.<br />
Islam tidak meninggalkan satu unsurpun dari unsur-unsur kebaikan dan kebahagiaan<br />
abadi, melainkan disuruhnya dan didakwahkan kepadanya.<br />
Islam tidak membiarkan satu unsurpun dari unsur-unsur kejahatan dan kerusakan,<br />
dari unsur-unsur kehidupan hina dan kecelakaan beruntun, melainkan<br />
dilarang mengerjakan dan didakwahkan untuk menjauhinya.<br />
Demikianlah, Islam membina perundangan at<strong>as</strong> kenyataan logis, bahwa<br />
manusia terdiri dari j<strong>as</strong>mani, dimana j<strong>as</strong>mani berhak mendapat bahagian kesenangan,<br />
demikian juga rohani. Manusia mempunyai kepribadian yang merdeka<br />
dari pribadi-pribadi yang lain, dan juga mempunyai kepribadian yang<br />
dengan kepribadian itu, dia menjadi batubata dalam m<strong>as</strong>yarakat tanah air<br />
dan m<strong>as</strong>yarakat manusia. Sesungguhnya manusia mempunyai hak dan kewajiban<br />
dari tiap-tiap kedua pribadi itu.<br />
Kebahagiaan manusia tidak akan menjelma menjadi kenyataan, kecuali<br />
dengan penyempurnaan bahagian rohani dan bahagian j<strong>as</strong>mani; penyusunan<br />
hak-hak dan kewajiban-kewajibannya terhadap dirinya dan m<strong>as</strong>yarakatnya<br />
tanpa berlebih-lebihan dan tanpa pengurangan.<br />
Semua ajaran yang dibawa Islam, yang terdiri dari akidah, ibadah, adab<br />
dan perundang-undangan, tidak keluar dari daerah ini;daerah pemenuhan<br />
hak rohani dan hak j<strong>as</strong>mani bagi manusia pada diri pribadinya dan pada<br />
diri m<strong>as</strong>yarakatnya.<br />
Dibawah naungan prinsip umum yang logis ini, dan dijalan menuju tujuan<br />
yang tinggi-suci, Islam menetapk-an ajaran-ajaran berikut :<br />
(1) Akidah (2) Ibadah (3) Ilmu Pengetahuan (4) Harta Kekayaan (5) Kehormatan<br />
(6) Kesehatan (7) Akal (8) Pemeliharaan J<strong>as</strong>mani dan Rohani<br />
(9) Kekuatan (10) Persamaan (11) Perundang-undangan (12) Pembentukan<br />
M<strong>as</strong>yarakat (13) Akhlak (14) Az<strong>as</strong> Hukum dan Sumber T<strong>as</strong>yrik.<br />
Akhirul kalam dan sesudah itu Inilah dia Islam; agama Allah<br />
yang diridhai-Nya untuk hamba-hambaNya menyusun kehidupan yang dengan<br />
agama itu mereka menyusun kehidupan mereka, Allah mengutuskan para<br />
R<strong>as</strong>ul untuk membawa ajaran-ajaran d<strong>as</strong>arnya dan menguraikannya dalam<br />
beberapa kitab suci; kemudian disempurnakannya dengan ajaran-ajaran yang<br />
sesuai dengan kemajuan manusia dalam KitabNya yang terakhir, yaitu Al<br />
101
Qur'an Karim,_ yang diturunkan dengan perantaraan lisan Nabi dan R<strong>as</strong>ul<br />
penutup, Muhammad S.A.W. Ajaran-ajaran d<strong>as</strong>ar tersebut telah terikhtisarkan<br />
dalam kalimat-kalimat diat<strong>as</strong>, agar menjadi menara yang akan memberi<br />
petunjuk kepada mereka yang memerlukan dalam kegelapan yang mencelakakan<br />
ini; kegelapan atheisme dan komunisme yang berdaya hendak mengu<strong>as</strong>ai<br />
dunia dengan kejahatan-kejahatannya, sedangkan manusia tidak mengerti<br />
bagaimana akhirnya kelak.<br />
Inilah dakwah beliau dalam hal ini, yang diharapkan dapat membuka hati<br />
dan cahayanya akan menembus kedalam mata :<br />
- Sungguh telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang. Karena itu,<br />
siapa yang mau memperhatikan, maka keuntungan untuk dirinya; dan<br />
siapa yang membuta, maka bencana akan menimpa dirinya.<br />
Dan aku bukanlah pelindungmu.(Q.S.An'am : 104).<br />
Menyuap n<strong>as</strong>i ketan<br />
Pelaksana peusijuk kedua, yaitu Rektor Universit<strong>as</strong> Syiahkula Dr. Ibrahim H<strong>as</strong>an, dimana<br />
beliau sedang menyuapkan n<strong>as</strong>i ketan kuning kedalam mulut Prof. A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
102
1. Sebagai Leader<br />
BAGIAN VII<br />
DASAR-DASAR KEPEMIMPINAN<br />
Sebagai seorang pemimpin, A.H<strong>as</strong>jmy menganut az<strong>as</strong> leadership yang berpegang<br />
pada prinsip d<strong>as</strong>ar :<br />
— Seorang Leader harus bertanggung jawab keluar dan kedalam, dengan<br />
memiliki sifat dan ciri-ciri mer<strong>as</strong>a bangga dan terhormat apabila kepemimpinannya<br />
berh<strong>as</strong>il dan sebaliknya mer<strong>as</strong>a terpukul dan hina apabila<br />
kepemimpinannya gagal.<br />
— Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab tidak mencari kambing hitam,<br />
apabila kepemimpinannya tidak berh<strong>as</strong>il, walaupun ada orangorang<br />
yang memang melakukan kesalahan atau sabotage. Kesalahan<br />
yang dibuat oleh bawahan yang menyebabkan usahanya gagal diambil<br />
oper tanggung jawab, disamping memperbaiki kesalahan yang dibuat<br />
oleh bawahan.<br />
— Pemimpin yang bertanggung jawab selalu menghormati at<strong>as</strong>an dan sayang<br />
pada bawahan (bukan menjilat keat<strong>as</strong> dan menekan kebawah).<br />
— Selalu memberi perhatian pada soal-soal yang kecil sekalipun, karena<br />
hal-hal yang besar ditimbulkan atau dimulai dari yang kecil-kecil.<br />
— Selalu mengusahakan atau mengutamakan kepentingan umum dari<br />
pada kepentingan diri sendiri.<br />
— Menepati janji dan amanah. Kalau sudah berjanji harus ditepati dan<br />
bila berhalangan supaya diberitahukan sebelumnya.<br />
— Menjaga waktu, disamping mengatur waktu sebaik-baiknya juga tepat<br />
menghadiri acara-acara yang telah ditentukan seperti berapat dan<br />
lain-lain.<br />
2. Dalam Menghadapi Kesulitan<br />
Sebagai pemimpin selalu dihadapkan pada kesulitan dan tantangan. Dalam<br />
menghadapi kesulitan A.H<strong>as</strong>jmy pertama-tama berusaha ker<strong>as</strong> dengan did<strong>as</strong>ari<br />
ilmu pengetahuan, seperti Pak Tani harus punya pengetahuan bertani, kemudian<br />
berusaha, lant<strong>as</strong> berdoa kepada Tuhan dalam hal-hal diluar kemampuan.<br />
Dalam menghadapi kesulitan kita juga harus membuat perhitungan, mendahulukan<br />
mana yang harus didahulukan dan terus berusaha kemudian baru<br />
berdoa.<br />
103
104<br />
A. H<strong>as</strong>jmy dan isteri
Beliau juga menerangkan tentang pentingnya doa dalam Agama Islam dan<br />
kebijaksanaan Pemimpin Besar Islam yang perlu ditiru seperti antara lain :<br />
a. Cara menyampaikan kebenaran hendaklah dengan kebijaksanaan dan<br />
kesalahan harus disampaikan dengan cara yang baik pula.<br />
b. Cara mengatur rumah tangga yang baik sebelum memimpin m<strong>as</strong>yarakat<br />
yang lu<strong>as</strong>.<br />
3. Sebagai Pemimpin Rumah Tangga<br />
Sebagaimana telah diterangkan lebih dahulu beliau selalu membimbing<br />
putra-putranya dengan baik. Apabila seperti sekarang putra-putra beliau berjauhan<br />
dan ada pula yang sudah berumah tangga beliau selalu menghubungi<br />
putra-putranya melalui "surat dari Ayah". Surat itu dibuat baik dalam waktu<br />
suka dan duka, kegembiraan dan kemalangan menurut apa yang terjadi dalam<br />
keluarga beliau dengan mana mengharapkan agar putra-putranya selalu mer<strong>as</strong>a<br />
sen<strong>as</strong>ib dan seperuntungan sesama keluarga, dan selalu bersyukur bersama<br />
apabila salah seorang memperoleh kemajuan dan sebagainya. Membuat<br />
surat seperti itu sudali dijadikan tug<strong>as</strong> routine, dan sekurang-kurangnya tiap<br />
bulan sekali, dan yang menarik disamping isinya yang mengandung n<strong>as</strong>ehat<br />
dan ajaran yang berfaedah, semua pertinggal surat itu disimpan dalam satu<br />
bendel yang disusun rapi.<br />
Dalam mengatur anak dan keluarga beliau selalu mengajarkan untuk :<br />
— Mensyukuri rahmat secara umum.<br />
• Mendidik dan menjaga anak dan memelihara arah agar anak dan keluarga<br />
menjurus kepada yang baik.<br />
— Membina anak-anak menjadi warga Negara yang berguna bagi Negara,<br />
Bangsa dan Agama.<br />
4. Sebagai Administrator<br />
Tidak hanya surat kekeluargaan beliau simpan baik-baik tetapi juga segala<br />
dokumen penting beliau pelihara dengan baik. Kartu-kartu tanda anggota mulai<br />
dari beliau sekolah, tanda anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i m<strong>as</strong>sa dan politik yang pernah<br />
beliau m<strong>as</strong>uki semuanya tersimpan dalam satu album. Suatu koleksi yang menarik<br />
seperti kita menyimpan benda-benda pos.Konsep pidato penting dijilid<br />
menjadi buku, malah kadang-kadang m<strong>as</strong>ih nampak coret-moret tanda koreksi<br />
dan perbaikan. Dari coret-moret itu dapat diambil kesimpulan bahwa pidato<br />
penting selalu dikerjakan sendiri atau setidak-tidaknya diperiksa secara teliti.<br />
Dan yang terakhir dan tidak kalah penting, disamping beliau punya kam ar<br />
kerja khusus, juga memiliki sebuah perpustakaan yang dirawat sendiri, sebagai<br />
suatu Pustaka Umum dengan nama "Pustaka A.H<strong>as</strong>jmy", yang waktu sekarang<br />
memiliki buku lebih 5000 jilid yang terdiri dari bah<strong>as</strong>a Indonesia, bah<strong>as</strong>a<br />
Arab, bah<strong>as</strong>a Inggeris, bah<strong>as</strong>a Belanda dan bah<strong>as</strong>a Aceh.<br />
105
106<br />
ca<br />
>><br />
c<br />
s<br />
c<br />
ca<br />
44<br />
•3<br />
ca<br />
ca<br />
17<br />
CD<br />
44<br />
CU<br />
p.<br />
c<br />
ca<br />
oo<br />
c<br />
CD<br />
•a<br />
s<br />
c jg<br />
CS co<br />
£ >,<br />
T3 £<br />
•2, '«<br />
S<br />
3 3<br />
iS s<br />
3<br />
O<br />
"M<br />
cd<br />
&<br />
cd<br />
Ö,<br />
.£!<br />
I<br />
13<br />
cö<br />
44<br />
's<br />
CD<br />
ö
Dalam Pakaian Adat Aceh<br />
Dalam rangka perayaan 17 Agustus 1958, telah dibuka Pekan Kebudayaan Aceh ke I di<br />
Banda Aceh, yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Priyono<br />
at<strong>as</strong> nama Pemerintah Pusat; sementara pada tanggal 17 Agustus 1958 itu juga diletakkan<br />
batu pertama Kopelma Darussalam oleh Menteri Agama Kiyai Haji Ily<strong>as</strong> yang juga at<strong>as</strong><br />
nama Pemerintah Pusat.<br />
A.H<strong>as</strong>jmy sebagai gubernur Aceh waktu itu, demikian juga keluarganya diharuskan bcrpakaian<br />
adat Aceh dalam acara-acara tertentu. Gambar diat<strong>as</strong> ini, yaitu (dari kiri kekanan)<br />
: A.H.Dahlia, Ny. Zuriah, A.H<strong>as</strong>jmy, dan A.H.Mahdi.<br />
5. Sebagai Ulama<br />
Ulama atau sebagai pimpinan rohani A.H<strong>as</strong>jmy menjadi anggota Dewan<br />
Pertimbangan Majlis Ulama Indonesia, disamping aktip dalam kepengurusan<br />
Majlis Ulama Daerah Istimewa Aceh, dengan jabatan Wakil Ketua mendam-<br />
pingi Tengku A.H.Abdullah Ujong Rtmba sebagai Ketua Majlis.<br />
107
108<br />
.2<br />
>.<br />
ji<br />
S<br />
e<br />
co<br />
T3<br />
ca<br />
im<br />
3<br />
O.<br />
co<br />
oo<br />
e<br />
CU<br />
4^<br />
c<br />
co
Dalam pada itu beliau juga giat dalam mengadakan dakwah Islamiah, dalam<br />
berbagai-bagai ceramah, mengajar dalam berbagai Fakult<strong>as</strong>, mengarang<br />
kitab agama dan menulis artikel dalam bidang agama dalam berbagai majalah,<br />
dan sering pula bertindak sebagai khatib pada Sembahyang Jumat dan lainlain.<br />
Sebagai ulama Islam tergolong ulama modern seperti halnya lulusan Perguruan<br />
Thawalib Padang Panjang lainnya, disamping memiliki ilmu pengetahuan<br />
umum yang lu<strong>as</strong> dan pengalaman yang memadai.<br />
Kiranya tidak pernah pula terlupakan oleh beliau dimana saja dan dalam<br />
tiap kesempatan selalu menganjurkan untuk memakmurkan langgar dan mesjid.<br />
Serangkaian dengan usaha tersebut melalui Majlis Ulama telah dirintis<br />
pula kerja sama antara Kantor Wilayah Departemen Agama dan Din<strong>as</strong> Sosial/<br />
Kantor Wilayah Departemen Sosial Daerah Istimewa Aceh dalam rangka<br />
pembinaan sosial dalam m<strong>as</strong>yarakat term<strong>as</strong>uk didalamnya untuk meningkatkan<br />
fungsi Meun<strong>as</strong>ah dan Mesjid.<br />
6. Sebagai Seorang Idealis<br />
Untuk mengenal beliau sebagai seorang idealis kiranya cukup jel<strong>as</strong>, terang<br />
dan tunai apabila kita pernah membaca tulisan dan karangannya, demikian<br />
pula dalam tiap rapat, pertemuan dan lain-lain selalu melahirkan konsepsi<br />
yang indah permai. Contoh yang interessan antara lain dapat disebut :<br />
1. Sekolah Taman Kanak-kanak telah dirintis dan dibina oleh Pesindo Aceh,<br />
dibawah pimpinan beliau sejak tahun 1946, m<strong>as</strong>ih dalam m<strong>as</strong>a Perang<br />
Kemerdekaan. Kini baru disadari sejak tahun 1975, baru timbul persyaratan<br />
bahwa bagi anak-anak yang akan mem<strong>as</strong>uki Sekolah D<strong>as</strong>ar, harus lebih<br />
dahulu mem<strong>as</strong>uki Sekolah Taman Kanak-kanak, dan mulailah berkembang<br />
Taman Kanak-kanak seperti jamur dimusim hujan, dan bermekarlah<br />
^ .<br />
Dalam tahun 1968, M<strong>as</strong>yarakat Islam di Singapura dan Malaysia mengundang A.H<strong>as</strong>jmy<br />
dan isteri untuk melakukan serangkaiaft-ëakwah dikedua negara tersebut.<br />
Di Singapura antara lain A.H<strong>as</strong>jmy telah berdakwah didepan Majlis M<strong>as</strong>yarakat Arab,<br />
dikalangan para pengurus dan anggota Partai Agama Islam (PAI), membaca khuthbah<br />
Jum'at di Mesjid Sulthan dan Mesjid dalam kompleks Kedutaan Besar R.I.<br />
Di Malaysia antara lain A.H<strong>as</strong>jmy telah memberi ceramah kepada anggota-anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i<br />
Mah<strong>as</strong>iswa Islam Universiti Malaya, Mah<strong>as</strong>iswa Kollege Islam, para pelajar dan guru<br />
Taman Pendidikan Puteri Islam dan kepada para pengurus dan anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i perempuan<br />
Malaysia.<br />
Gambar diat<strong>as</strong>, A.H<strong>as</strong>jmy sedang memberi ceramah dalam Aula Mesjid Negara Kualalumpur<br />
kepada para anggota <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i perempuan Malaysia; yang membelakang duduk,<br />
yaitu Ketua Majilis Agama Islam Malaysia merangkap Imam Besar Mesjid Negara Kualatumpur.<br />
109
unga warna warni dalam taman Indria yang indah menjadi idaman tiap<br />
ibu dan bapak buat m<strong>as</strong>a depan anak-anaknya.<br />
2. Majlis Ulama mulai dirintis dan didirikan buat pertama kali dibumi Aceh,<br />
dimana beliau memegang peranan yang menentukan baik at<strong>as</strong> idea pendirian<br />
maupun dalam pembinaan selanjutnya. Tentang majlis ini baru diterima<br />
secara umum dan menyadari pentingnya <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i tersebut, maka<br />
menjelang tahun 1975 ini mulai membentuk di daerah-daerah lain diseluruh<br />
penjuru tanah air, dan terbentuk pula Pimpinan Pusat yang berkedudukan<br />
di Ibu Kota Republik Indonesia, dibawah pimpinan Hamka, dimana<br />
beliau juga duduk sebagai anggota Dewan.<br />
3. Idea penciptaan dan pembinaan Kopelma Darussalam sekaligus pemberian<br />
nama seperti sekarang ini adalah beliau yang mencetuskannya, untuk ini<br />
dapat dibaca uraian terdahulu.<br />
4. Nama-nama Kota dan Kampung banyak yang dirobah dan ditukar oleh<br />
beliau dengan nama yang punya land<strong>as</strong>an historis dan cita-cita yang tinggi,<br />
Dalam Taman Indera Kesuma<br />
Dicelah-celah tug<strong>as</strong>nya melaksanakan Dakwah Islamiyah di Malaysia, pada waktu-waktu<br />
senggang A.H<strong>as</strong>jmy dan isteri mengadakan rehat ditempat-tcmpat yang indah.<br />
Gambar diat<strong>as</strong> waktu A.H<strong>as</strong>jmy dan isteri bertam<strong>as</strong>ya dalam Taman Indera Kesuma di<br />
Pulau Pinang.<br />
110
111
Bersama W.S.Rendra<br />
Waktu dalam tahun 1971 W.S.Rendra bersama rombongan teaternya melawat ke Aceh,<br />
menyempatkan diri singgah dirumah A.H<strong>as</strong>jmy jalan Mata Ie 20 Banda Aceh. Gambar<br />
at<strong>as</strong>, W.S.Rendra sedang terlibat dalam suatu percakapan-seni dengan A.H<strong>as</strong>jmy dan Ny.<br />
Zuri'a A.H<strong>as</strong>jmy. Dari kiri kekanan : W.S.Rendra, A.H<strong>as</strong>jmy dan Ny. Zuriah A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
seperti Kutaraja dirobah menjadi Banda Aceh, Ibu Kota Daerah Istimewa<br />
Aceh, nama kampung Lamtemen dimana beliau sekarang menetap dan<br />
menjabat sebagai Keplor (Kepala Lorong) menjadi Banda Jaya dan m<strong>as</strong>ih<br />
banyak lagi.<br />
7. Sebagai pejuang<br />
Dari tahun 1932 s/d tahun 1935 menjadi anggota Himpunan Pemuda<br />
Islam Indonesia (H.P.I.I.) dan dari tahun 1933 s/d tahun 1934 menjadi Sekretaris<br />
dari H.P.I.I. Cabang Padang Panjang. H.P.I.I. adalah onderbow dari Partai<br />
Politik PERMI (Persatuan Muslimia-foéonesia).<br />
Dari tahun 1932 s/d tahun 1935 menjadi anggota aktif dari Partai Politik<br />
PERMI Cabang Padang Panjang.<br />
112
PERMI adalah satu partai politik yang berd<strong>as</strong>arkan Islam dan sangat radikal,<br />
yang menganut <strong>as</strong><strong>as</strong> "non koper<strong>as</strong>i" terhadap Pemerintah Hindia Belanda.<br />
Pengurus Besar dari PERMI antara lain : H.Ily<strong>as</strong> Yakub. H.Mukhtar Luthfi<br />
dan lain-lain.<br />
Dalam bulan Maret s/d Juni 1934 dipenjarakan dalam penjara Padang<br />
Panjang, at<strong>as</strong> keputusan pengadilan kolonial (Landrad Padang Panjang) karena<br />
dituduh melanggar undang-undang larangan berapat (vergadering verbed)<br />
dimana tertuduh kedapatan ikut dalam suatu rapat politik dari PERMI tanpa<br />
izin.<br />
Dalam tahun 1935 bersama beberapa orang pemuda yang baru kembali<br />
dari Sumatera Barat, mempelopori mendirikan SEPIA (Serikat Pemuda<br />
Islam Aceh) dimana terpilih menjadi Sekretaris Umum, sedangkan Ketua<br />
Umumnya dijabat oleh S.Abu Bakar.<br />
Dalam Kongresnya yang ke II (1937) SEPIA dirobah namanya menjadi<br />
PERAMIINDO (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia) dimana beliau<br />
terpilih menjadi salah seorang Pengurus Besarnya. PERAMIINDO adalah satu<br />
gerakan pemuda yan radikal, yang dalam sep^k terjangnya melakukan usahausaha<br />
politik untuk menentang penjajahan Belanda, yang dalam tahun 1942<br />
ikut memberontak kepada keku<strong>as</strong>aan Belanda.<br />
Sejak tahun 1939 bergerak aktif dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh<br />
Aceh). Dalam m<strong>as</strong>a-m<strong>as</strong>a tersebut, sebagai salah seorang Pengurus dari Pimpinan<br />
Pemuda PUSA Kabupaten Aceh Besar, merangkap Wakil Kwartir<br />
Kepanduan (Pramuka) K.I. (K<strong>as</strong>ysyafatul Islam (lihat Aceh en de Oorlog met<br />
Japan hal 60) PUSA dan Pemuda PUSA adalah satu gerakan Agama yang<br />
radikal, yang pada lahirnya bukan Partai Politik, tetapi dalam sepak terjangnya<br />
merupakan gerakan politik yang revolusioner, yang menentang penjajahan<br />
Belanda.<br />
Dalam pertengahan tahun 1941 bersama beberapa teman dari Pimpinan<br />
Pemuda PUSA (antaranya Ahmad Abdullah) mendirikan satu gerakan rah<strong>as</strong>ia<br />
(gerakan bawah tanah) yang bernama "Gerakan Fajar" dan disingkat<br />
Gerakan F. Tujuan Gerakan Fajar untuk meng<strong>org</strong>anisir pemberontakan terhadap<br />
keku<strong>as</strong>aan Hindia Belanda, dan dalam waktu singkat Gerakan F menjalar<br />
keseluruh Aceh mendapat dukungan segenap lapisan m<strong>as</strong>yarakat. 12<br />
Pada awal tahun 1942 terjadilah berbagai sabot<strong>as</strong>e diseluruh Aceh, antara<br />
lain pembongkaran rel keretaapi, pemutusan kawat telpon dan sebagainya<br />
sehingga membuat Pengu<strong>as</strong>a Belanda di Aceh menjadi panik. Pada tanggal<br />
19—20 Pebruari 1942 Gerakan F yang mulanya bersifat sabot<strong>as</strong>e mcnjelma<br />
menjadi perlawanan pisik, dimana pada malam tersebut sejumlah pemuda-<br />
12<br />
Ibid., hlm 67.<br />
113
114<br />
^ cd<br />
s<br />
« S<br />
a "o "S<br />
I « |<br />
s" s<br />
<strong>as</strong>*<br />
H •< 5/<br />
•H cj u<br />
"O Sn 3<br />
| H S<br />
£ < £<br />
S >- „<br />
3--ai -<br />
g Ö £ S<br />
3 O<br />
«j<br />
s<br />
E J-j co g 3<br />
| i-a £<br />
—j ^ C/3 3 3<br />
B 3?"'^<br />
S f >j « £ 5<br />
« 3 ^ » £ -S<br />
f2 1 a-s?! 1<br />
.!<br />
a 3 § ~. & s<br />
Q . o- < •»<br />
P .. -o c<br />
J 3 5 O 3<br />
i2 -O co Bi -3<br />
K<br />
3 Q, 2<br />
^ S >. -3<br />
cd P ^ n<br />
"° • S>1o<br />
43 g o 9- -a<br />
" I <<br />
i •§<br />
C« Cd<br />
§ --ff =s i<br />
<br />
P N PH T3 U
pemuda dari K.I. Cabang Seulimeum yang telah terlatilvmenyerbu kota<br />
Seulimeum, hingga terbunuhlah controleur Tiggelman, dan pada tanggal 23/<br />
24 Pebruari 1942 terjadi pertempuran di Kemire, dimana terbunuh pula Kepala<br />
Ekploit<strong>as</strong>i Kereta Api Aceh Von Sperling. 13<br />
Dua hari sebelum dilakukan pemberontakan pisik, mark<strong>as</strong> pemberontakan<br />
dipindahkan dari Kenalou (dalam Kampus Perguruan Islam Selimeum) ke<br />
Data Cee, dan beberapa orang pimpinan pemberontakan hijrah kemark<strong>as</strong><br />
baru, sementara A.H<strong>as</strong>jmy dan beberapa teman lain tetap tinggal di Mark<strong>as</strong><br />
Kenalou untuk memimpin langsung pertempuran, dan setelah terjadi dua<br />
peristiwa tersebut barulah beliau turut pindah kemark<strong>as</strong> baru di Data Cee.<br />
Pada malam terjadi pertempuran pertama (19 Pebruari 1942) di Selimeum,<br />
Tjoet Amat, Kepala Kantor Pos Pembantu Selimeum ikut memberontak<br />
dengan membawa uang k<strong>as</strong> sebanyak 5000 gulden (f. 5000) dan lari kemark<strong>as</strong><br />
Data Gee, bersama A.H<strong>as</strong>jmy, dan uang tersebut kemudian dipergunakan<br />
untuk perjuangan. 14<br />
Karena A.H<strong>as</strong>jmy memimpin pemberontakan, maka pada tanggal 20 Pebruari<br />
1942 ayahnya TengkuH<strong>as</strong>jim ditangkap dan ditahan dalam tangsi tentara<br />
Belanda di Banda Aceh, dan baru beb<strong>as</strong> setelah tentara Belanda lari dari<br />
Aceh.<br />
Setelah pecah pemberontakan pisik di Selimeum dan Kemire berturutturut<br />
pecah pula pemberontakan di Pidie, Aceh Barat dan lain-lain sehingga<br />
keadaan menjadi sangat gawat, dimana kedudukan tentara Belanda sangat<br />
terancam. Karena pemberontakan yang sangat dahsyat berada dalam Wüayah<br />
Selimeum (dimana A.H<strong>as</strong>jmy) bermark<strong>as</strong>, maka Pemerintah Belanda menempatkan<br />
wilayah tersebut dibawah keku<strong>as</strong>aan militer, dimana Mayor W.F.<br />
Palmer van den Broek,komandan Korp Marsose (Commandant van het Corps<br />
Marechaussee) di angkat menjadi Kepala Pemerintahan Sipil/Militer di Selimeum.<br />
15 Diantara teman-teman seperjuangannya yang turut memimpin<br />
Pemberontakan terhadap keku<strong>as</strong>aan Belanda, yaitu Tengku Abdul<br />
Wahab, Ahmad Abdullah, Tengku Ali Ibrahim, Teuku Panglima Polem Muhamad<br />
Ali, Tjoet Amat dan lain-lain.<br />
Pada awal tahun 1945 bersama sejumlah pemuda yang bekerja pada Kantor<br />
Aceh Sinbun dan Kantor Domei, membentuk suatu <strong>org</strong>anis<strong>as</strong>i rah<strong>as</strong>ia<br />
dengan nama IPI (Ikatan Pemuda Indonesia). IPI bertujuan mengadakan persiapan-persiapan<br />
untuk mengadakan perlawanan terhadap keku<strong>as</strong>aan Belanda,<br />
kalau-kalau keku<strong>as</strong>aan Belanda kembali setelah kalah Jepang (saat itu telah<br />
terlihat tanda-tanda kekalahan Jepang).<br />
13<br />
Ibid, hlrn 63<br />
l4<br />
Ibid, hlm 64.<br />
l5<br />
Ibid, hlm 67.<br />
115
Setelah Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945,1P1 bergerak aktif<br />
dengan terang-terangan dan terutama setelah Proklam<strong>as</strong>i 17 Agustus 1945,<br />
menggerakkan kekuatan Rakyat terutama pemuda untuk mempertahankan<br />
Proklam<strong>as</strong>i tersebut. IPI kemudian berobah menjadi B.P.I. (Barisan Pemuda<br />
Indonesia) berobah lagi menjadi P.R.I. (Pemuda Republik Indonesia) dan<br />
akhirnya menjadi Kesatria Pesindo DIPISI RENCONG. Sejak dari IPI sampai<br />
kepada Dipisi Rencong tetap pimpinan berada ditangan A.H<strong>as</strong>jmy. Dipisi<br />
Rencong bersama-sama dengan Dipisi Gajah, Dipisi Tengku Cik Ditiro, telah<br />
116<br />
A.H<strong>as</strong>jmy dan Takdir Alisyahbana<br />
Dalam tahun tujuhpuluhan di Banda Aceh diadakan seminar yang<br />
bertemakan : peranan pemimpin-pemimpin agama dalam pembangunan.<br />
Diantara yang memberi pr<strong>as</strong>aran, yaitu Prof. S.Takdir Alisyahbana,<br />
Prof. Dr. H. R<strong>as</strong>yidi, Prof.A.H<strong>as</strong>jmy dan lain-lain. Gambar<br />
at<strong>as</strong> di Hotel Krueng Daroy pada malam resepsi seminar. A.H<strong>as</strong>jmy<br />
dan Takdir Alisyahbana diberi sirih sckapur.<br />
/
Presiden Sukarno dan A.H<strong>as</strong>jmy<br />
Awal tahun 1948, Presiden Sukarno datang ke Aceh peitamakaü, dengan mempeigunakan<br />
Pesawat R.I. I yang mendarat dilapangan udara Lhoknga. Dalam perkunjungan itu,<br />
Presiden menerima dua buah pesawat terbang (harganya) dari Pemerintah dan Rakyat<br />
Aceh untuk perjuangan R.I. Gambar at<strong>as</strong> : Presiden Sukarno berjabat tangan dengan'<br />
A.H<strong>as</strong>jmy di Lapangan Udara Lhoknga.<br />
117
erjuang dengan heroik mempertahankan Proklam<strong>as</strong>i 17 Agustus 1945 sehingga<br />
tentara Belanda tidak berani menyerbu Aceh.<br />
8. Saran-saran dan Pandangan<br />
Sewaktu kami tanyakan saran apa dan pandangan bagaimana yang dir<strong>as</strong>a<br />
perlu untuk diteruskan kepada Gener<strong>as</strong>i Penerus, beliau menjawab secara<br />
singkat sebagai berikut :<br />
118<br />
1. Sebagai pemimpin harus mempunyai :<br />
a) .Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa<br />
b) .Mempunyai ilmu pengetahuan yang lu<strong>as</strong><br />
c) . Mempunyai amal yang saleh dan berakhlak yang baik<br />
2. Dalam bidang pembinaan Gener<strong>as</strong>i Muda, menyarankan agar supaya<br />
kepada Gener<strong>as</strong>i penerus diberi bimbingan yang baik dengan memberi<br />
pengetahuan yang lu<strong>as</strong> dan diarahkan mereka kepada terbentuknya<br />
Youth Centre, Taman Remaja, Karang Taruna dan yang sebangsa dengannya.<br />
3. Dalam bidang pendidikan. Menurut beliau pendidikan akan menemukan<br />
kegagalan apabila kita tidak berh<strong>as</strong>il menumbuhkan idealisme kepada<br />
anak didik. Seperti terlihat dew<strong>as</strong>a ini anak didik lebih mengutamakan<br />
materil, seperti cepat-cepat ingin memperoleh ijazah untuk mendapat<br />
pekerjaan dan pengh<strong>as</strong>ilan dan sebagainya tanpa ada cita-cita untuk<br />
mengabdi untuk pembangunan Bangsa dan Tanah Air.<br />
Baik tujuan materil maupun pengabdian kepada m<strong>as</strong>yarakat harus identik<br />
dengan Panc<strong>as</strong>ila dan Agama. Dan oleh karena itu untuk membangun<br />
suatu Negara yang besar dan jaya harus ditumbuhkan dan dikembangkan<br />
idealisme yang religius kepada anak didik umumnya dan<br />
m<strong>as</strong>yarakat pada khususnya.
A.H<strong>as</strong>jmy dalam Pakaian Adat<br />
119
SUMBER DATA<br />
1. Riwayat Hidup dan Pengalaman A.H<strong>as</strong>jmy, yang dibuat sendiri tertanggal<br />
16 Oktober 1973/15 Juli 1977.<br />
2. Wawancara khusus dalam persiapan penyusunan n<strong>as</strong>kah ini.<br />
3. Dokumen dan Photo.<br />
4. Dua Windu Kodam I Iskandar Muda, diterbitkan oleh Sejarah Militer<br />
Kodam I Iskandar Muda 1972.<br />
5. Razaly Tjut Lani dan Budiman Sulaiman, Kesus<strong>as</strong>teraan Indonesia, Fa.<br />
Pustaka Farabi Banda Aceh, 1970.<br />
6. Dari Darulharb ke Darussalam, Perpustakaan A.H<strong>as</strong>jmy.<br />
7. Darussalam, Yay<strong>as</strong>an Dana Kesejahteraan Aceh, 1963.<br />
8. 10 Tahun Darussalam dan Hari Pendidikan, Yaysan Pembina Darussalam<br />
1969.<br />
120
RIWAYAT RINGKAS PENULIS<br />
Penulis dilahirkan di Desa Luengbata pada tanggal 10 bulan Mei 1930,<br />
merupakan anak tertua dari 11 orang saudara. Setelah tammat Sekolah Rakyat<br />
6 tahun, dan dengan perang Kemerdekaan 1945 dan kesulitan lain-lain<br />
penulis terpaksa menjadi pegawai dalam usia yang sangat muda (16 tahun).<br />
Dengan leburnya Propinsi Aceh bentuk lama, penulis dipindahkan ke<br />
Inspeksi Sosial Propinsi Sumatera Utara di Medan, selama berada di Medan<br />
berkesempatan sekolah sore sambil bekerja hingga selesai dan lulus SMEA<br />
Negeri tahun 1955. Dalam tahun 1956 pindah ke Inspeksi Sosial Propinsi<br />
Sumatera Selatan di Palembang, dan dalam tahun 1957 pindah ke Kementerian<br />
Sosial di Jakarta, dengan diberi tug<strong>as</strong> belajar pada Kursus Thesauri<br />
Negara Kementerian Keuangan di Jakarta. Kursus tersebut hanya dapat<br />
selesai sampai dengan tingkat II, dan berhubung kesehatan tidak mengizinkan<br />
terpaksa pula kembali ke Aceh. Selama tahun 1959 s/d 1969 diserahi<br />
tug<strong>as</strong> sebagai Kepala Bahagian Keuangan/Bendaharawan pada Inspeksi Sosial<br />
Propinsi Daerah Istimewa Aceh.<br />
Dalam tahun 1966 dapat menyelesaikan dan lulus ujian Negeri Sarjana<br />
Muda pada Fakult<strong>as</strong> Sosial dan Politik, dan dalam tahun 1976 dapat menyelesaikan<br />
STISPI di Banda Aceh. Dalam tahun 1977 lulus ujian Negara Sarjana<br />
lengkap yang dibentuk Kopertis Wilayah I Medan.<br />
Disamping belajar sebagai Mah<strong>as</strong>iswa, dipercayakan selaku Ketua Team Pembantu<br />
Yay<strong>as</strong>an U.I.A. tersebut dan juga sebagai Asisten Dosen Ilmu Management<br />
pada Fakult<strong>as</strong> Sosial dan Politik, dan STTSPf rrrBanda Aceh.<br />
121
Sejak tahun 1970 menjabat Kepala Bahagian Bina Karya pada Din<strong>as</strong><br />
Sosial Propinsi Daerah Istimewa Aceh, dan merangkap Pimpinan Umum, Pimpinan<br />
Redaksi dan Penanggung jawab Risalah bulanan Sinar Desa. Tahun<br />
1976 menjabat Bendahara Yay<strong>as</strong>an Perguruan Tinggi Iskandar Muda dan Bendahara<br />
II BAPERIS Pusat. Hal mana paralel dengan beralihnya Fakult<strong>as</strong> Sospol<br />
dari Yay<strong>as</strong>an U.I.A. kepada Yay<strong>as</strong>an P.T.I. (BAPERIS PUSAT).<br />
Penulis memulai karier dalam jabatan Negeri dengan pangkat terendah<br />
yakni sebagai Pesuruh Kantor, dan secara setingkat demi setingkat dalam m<strong>as</strong>a<br />
jabatan selama 30 tahun telah mencapai pangkat Pembina (IV/a PGPS<br />
1968). Hampir semua jabatan rendahan dan menengah telah pernah penulis<br />
alami secara langsung. Dan mulai 4 Pebruari 1975 dipercayakan menjadi Kepala<br />
Bagian Umum/Logistik pada Din<strong>as</strong> Sosial Daerah Istimewa Aceh di<br />
Banda Aceh. Terhitung mulai tanggal 15 September 1976 diangkat menjadi<br />
Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jambi di Jambi.<br />
Dan sudah pula mengikuti/lulus SESPA Mei-Agustus 1977.<br />
Dalam Bidang Pergerakan/Perjuangan<br />
Sejak R.I. diproklamirkan 17-8-1945 penulis menggabungkan diri dengan<br />
Barisan Pemuda, kemudian menjadi PESINDO dan Kesatria Pesindo di desa<br />
Luengbata. Dalam tahun 1947 menjadi anggota Intelligen pada Divisi Rencong<br />
dan merangkap anggota Panitera Pesindo Aceh. Pada akhir tahun 1948,<br />
berhubung dengan pemberontakan PKI pertama dimana Pesindo Pusat (Madiun)<br />
terlibat dalam pemberontakan tersebut, maka Pesindo Aceh memutuskan<br />
hubungan dengan Pusat dan berdiri sendiri, hingga akhirnya dibubarkan.<br />
Kemudian dari pada itu penulis mem<strong>as</strong>uki PSII dan dalam tahun 1959<br />
menjadi Anggota Pimpinan Pusat LT PSII dan merangkap Bendahara Yay<strong>as</strong>an<br />
Kesejahteraan Ummat di Jakarta.<br />
Akhirnya dengan monoloyalit<strong>as</strong> Pegawai Negeri yang diperbantukan pada<br />
Daerah Otonom (Daerah Istimewa Aceh) telah menyatakan keluar dari<br />
anggota Partai dan menjadi Ketua I Korpri Unit Din<strong>as</strong> Sosial, dan Ketua I<br />
Kokarmendagri Kampung Lamdingin. Tahun 1975/76 menjabat Bendahara<br />
Korpri Unit Din<strong>as</strong> Sosial Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Mulai tahun 1977<br />
menjadi Anggota Dewan Pembina Korpri Propinsi Jambi di Jambi dan anggota<br />
Pembina Pembangunan Daerah Transmigr<strong>as</strong>i Propinsi Jambi.<br />
Karya Ilmiah :<br />
1. Paper Kehidupan Sosial (Muamalah) dalam hubungan dengan Unsur-unsur<br />
Syariat Islam di Lamleuot (Paper 1964) diajukan untuk memenuhi syarat<br />
untuk mencapai gelar Sarjana Muda.<br />
2. Paper Organis<strong>as</strong>i Din<strong>as</strong> Sosial Propinsi Daerah Istimewa Aceh, diajukan<br />
dalam Latihan Jabatan bidang Administr<strong>as</strong>i di Kaliurang kepada B.P.A.<br />
Yogyakarta (Paper 1967).<br />
122
3. Buku Manajemen sebagai Seni, diterbitkan oleh Socialia Jakarta (1971)<br />
Buku ini dipergunakan sebagai bahan ujian din<strong>as</strong> kenaikan pangkat pegawai<br />
Departemen Sosial, terutama untuk golongan II dan III dan dipergunakan<br />
pada Perguruan yang bernaung dibawah Departemen Sosial, seperti<br />
STKS, KKSM dan KKSP dan lain-lain. Juga dipakai sebagai bahan bacaan<br />
pada STISPI, F.K. dan APDN di Banda Aceh.<br />
Menurut surat yang diterima dari Mah<strong>as</strong>iswa L.A.N. Jakarta, buku ini sangat<br />
ampuh dalam menempuh ujian ilmu manajemen.<br />
4. Journal Hukum dan Hakim (sebuah gugatan Perdata 1972).<br />
5. Anggaran Daerah dan Pembangunan, 1978<br />
6. Biografi Prof.TengkuHaji Ali H<strong>as</strong>jmy Rektor IAIN Jamiah Ar Raniry Darusslam<br />
Banda Aceh.<br />
7. Buku menggalakkan partisip<strong>as</strong>i m<strong>as</strong>yarakat Desa dalam pembangunan<br />
(sedang dalam percetakan).<br />
123
CATATAN: