04.02.2013 Views

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Ibuuuuu....!”Anak itu berteriak, danpada saat itu, Tiong Khi Hwe<strong>si</strong>o telahmenyambar<br />

tubuhnya dan dibawa melon-cat ke balik sebuah batu karang untukberlindung dari serangan<br />

badai. Wan Ceng juga sudah menyambar mayat wanita itudan membawanya ke tempat yang<br />

sama.<br />

“Ibuuu....!Lepaskanibuku,jangangangguibuku....!”Tiba-tibaanakitumeronta dan saking marah<br />

dan khawatirnya, anak itu memiliki tenaga yang de-mikian hebatnya sehingga dia<br />

berha<strong>si</strong>lmelepaskan diri dari pegangan Tiong KhiHwe<strong>si</strong>odan kinidiamenyerangWanCeng<br />

yang ma<strong>si</strong>h memondong tubuh wa-nita yang telah mati itu. Anak laki-lakiitu menubruk,<br />

tangan kirinya mendorongke arah dada Wan Ceng, dan tangankanannya mencoba untuk<br />

merampas tubuhwanita itu gerakannya cepat dan jugamengandung tenaga yang kuat.<br />

Wan Ceng tidak melawan, hanya me-narik tubuh atas untuk mengelak daridorongan anak itu,<br />

dan ia membiarkananakitu merampas tubuh mayat itu.Anak laki-laki itu kini memandang<br />

mayatitu, menghadapi tiga orang tua itu de-ngan mata terbelalak. Mata itu liar danberingas,<br />

seperti mata seekor anak hari-mautersudut.Dia <strong>si</strong>ap melawan tigaorang itu mati-matian untuk<br />

memper-tahankan dan melindungi ibunya.<br />

“Jangankalianmenggangguibuku!Akan kulawan sampai mati! Biarpun kali-anDewa<br />

Kematian, DewaBadaidanDewa Padang Pa<strong>si</strong>r, aku tidak takut!”<br />

Diamenantangdan<strong>si</strong>kapnyasungguhberani,<strong>si</strong>kapseorangyangsudahnekatkarena tidak melihat<br />

jalan lain.<br />

Tiga orang tua renta itu sejenak ter-pesona,jugaterharu.Merekaadalahorangorangsaktiyangsudahbanyakmakan<br />

garam, banyak pengalaman dan tahu saja artinya duka<br />

karena merekapun sudah kenyang mengalami duka da-lam kehidupan mereka. Oleh karena<br />

itu,mereka dapat menduga bahwa anak inimenjadi demikian nekat dan berani kare-na<br />

terhimpit duka yang bertubi-tubi danyangterakhirkalinyaagaknyakarenamelihat ibunya yang<br />

tercinta tewas. Ataumungkin saking bingung, khawatir dandukanya, dia sampai tidak sadar<br />

bahwaibunya telah kehilangan nyawanya danyang hendak dilindungi dan<br />

dipertahankanituadalahsesosokmayatyangtelahmulai menjadi dingin!<br />

Dengan hati terharu penuh iba KaoKokCumelangkah maju. “Anak yangbaik,kamibukanlah<br />

dewa atau iblis,kami adalah orang-orang biasa yang datang ingin menolongmu. Tidak ada<br />

yangakan mengganggu ibumu lagi, Nak, kare-na ibumu telah meninggal dunia. Lihat-lah<br />

baik-baik dan jangan keliru menyang-ka orang.”<br />

Suaraitu begitu halus, tenang dansabar dan suara itu saja sudah cukupmembuat anak itu<br />

percaya dan kini anakitumemandang wajah mayat yang<br />

dipeluknya.Wajahseorangwanitayangkurus pucat, dengan mata setengah ter-buka, dengan<br />

pandang kosong tanpa caha-yasamasekali,sepertimata sebuahpatung yang pernah dilihatnya.<br />

Dia meng-angkat mayat itu mendekat dan dia merendahkanmukanyasampaimukanyadekat<br />

sekali dengan muka mayat itu.Tidak bernapas lagi hidung dan mulutibunya.<br />

“Ibuuuuu....!”Dan untuk kedua kali-nya dia pun terjungkal bersama mayatibunya, dan roboh<br />

pingsan di dekat ma-yat itu.<br />

“Omitohud....!”TiongKhiHwe<strong>si</strong>omengeluh ketika dia melihat peristiwa ini.KaoKok<br />

Kisah <strong>si</strong> Bangau Putih > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 10

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!