04.02.2013 Views

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

eng-kiam merupakan dua batang pedang yang amat jahat, mengandung racun yang amat<br />

ampuh dan telah minum darah dan men-cabut nyawa entah berapa ribu orang! Dia tidak ingin<br />

memiliki dua batang pedang itu dan kalau tadi timbul niatnya mengambil, hanya karena dia<br />

teringat bahwa Ban-tok-kiam milik subonya (ibu gurunya) sedangkan Cui-beng-kiam milik<br />

Tiong Khi Hwe<strong>si</strong>o, seorang di antara dua gurunya yang laki-laki. Tanpa me-ngenakan<br />

pakaiannya lebih dahulu, hanya membawanya saja, Sin Hong lalu meninggalkan Sin-kiam<br />

Mo-li dan keluar dari kebun itu. Dia tahu bahwa dia harus dapat cepat pergi karena kalau<br />

sampai diketahui tiga orang iblis itu, tanpa dia dapat mempergunakan ilmu berlari cepat, kalau<br />

hanya berlari biasa saja, tentu akan segera dapat disusul, apalagi me-lalui daerah gurun pa<strong>si</strong>r<br />

yang kering, tanpa adanya hutan atau bahkan tumbuh-tumbuhan untuk menyembunyikan diri.<br />

Akan tetapi, dia mengenal benar dae-rah di sekitar gurun pa<strong>si</strong>r itu dan dia tahu di mana<br />

letaknya bukit terdekat, bukit yang penuh hutan, yaitu di sebelah barat, dari <strong>si</strong>tu tidak nampak<br />

karena tertutup oleh bukit-bukit gurun pa<strong>si</strong>r. Orang lain yang tidak mengenal daerah itu<br />

dengan baik, seperti tiga orang jahat itu, sudah mengambil jalan ke selatan, jalan yang paling<br />

aman karena jalan ke selatan itu menuju ke daerah tanah ke-ras. Padahal, menuju ke bukit di<br />

barat itu lebih dekat dibandingkan jarak me-nuju ke selatan.<br />

Perhitungan Sin Hong ternyata tepat. Ketika Sin-kiam Mo-li terbangun dan tidak melihat<br />

pemuda itu, tentu saja ia marah sekali. Kemarahannya semakin memuncak ketika dua orang<br />

tosu itu mentertawakannya, dan ia pun mengajak mereka untuk melakukan pengejaran. “Akan<br />

ku<strong>si</strong>ksa dia, kurobek kulitnya dan kucabut jantungnya!” Wanita iblis itu mengancam dengan<br />

muka merah sekali. Pemuda itu tidak saja telah menolak untuk melayaninya, bahkan ilmu<br />

<strong>si</strong>hirnya pun tidak mempan dan kini tahu-tahu telah melakikan diri. Dan seperti<br />

diperhitungkan oleh Sin Hong, tiga orang lihai itu melakukan pengejaran secepatnya menuju<br />

ke selatan.<br />

Tentu saja mereka tidak berha<strong>si</strong>l menyusul Sin Hong yang telah tiba di bukit sebelah barat<br />

dengan aman. Dia memasuki hutan yang memenuhi bukit itu, hutan lebat yang jarang<br />

didatangi manu-<strong>si</strong>a karena selain hutan ini amat liar, juga letaknya begitu jauh dari kota dan<br />

dusun. Ketika Sin Hong berkeliaran di dalam hutan yang memenuhi seluruh perbukitan di<br />

daerah itu, dia melihat banyak binatang hutan dan pohon-pohon yang mengha<strong>si</strong>lkan buahbuahan<br />

maka dia pun mengambil keputusan untuk bersem-bunyi terus di dalam tempat ini<br />

sampai pertapaannya selama setahun itu lewat.<br />

Di tempat ini, dia tidak akan mengalami gangguan manu<strong>si</strong>a dan dia dapat melaksanakan<br />

tapanya dengan aman. Dia pun memilih sebuah gua untuk dijadikan tempat tinggal, dan<br />

beberapa bulan ke-mudian, dalam perantauannya menjelajahi perbukitan itu, dia hanya<br />

menemukan beberapa orang pertapa saja tinggal di tempat-tempat tersembunyi. Ada yang<br />

tinggal di dalam gua, ada yang mem-buat pondok sederhana. Mereka adalah orang-orang<br />

yang menga<strong>si</strong>ngkan diri, menjauhkan diri dari kehidupan masyara-kat ramai. Ada yang<br />

bertapa untuk me-larikan diri dan pertapaan itu hanya merupakan suatu pelarian dari keadaan<br />

hidup yang serba tidak menyenangkan, ada pula yang bertapa dengan pamrih memperoleh<br />

sesuatu dari ha<strong>si</strong>l pertapaan-nya, yang pada hakekatnya juga merupa-kan pelarian dari suatu<br />

keadaan yang tidak disukainya untuk mendapatkan suatu keadaan yang diharapkan dan<br />

dibayangkan akan mendatangkan kesenangan bagi diri-nya.<br />

Sin Hong tinggal dengan aman didalam gua yang terpencil untuk menyela-matkan dirinya.<br />

Sungguh berat Ilmu Pek-ho Sin-kun yang diterimanya dari tiga orang gurunya itu, karena<br />

selama se-tahun, dia sama sekali tidak boleh me-ngerahkan <strong>si</strong>n-kang dan karena itu tentu saja<br />

Kisah <strong>si</strong> Bangau Putih > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 42

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!