04.02.2013 Views

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

14_kisah_si_bangau_putih_tamat.pdf 1933KB Mar - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Kenapa kitab-kitab pusaka dibakar?” tanya Sin-kiam Mo-li kepada pemuda itu, juga merasa<br />

amat kecewa.<br />

Sin Hong hanya menggeleng kepala, “Aku tidak tahu,” Dia tidak berbohong karena memang<br />

dia tidak tahu mengapa suami isteri tua renta yang menjadi gu-runya itu membakari banyak<br />

kitab-kitab yang diketahuinya adalah kitab pelajaran <strong>si</strong>lat.<br />

“Pantas saja kita tidak menemukan apa-apa. Kiranya tua bangka-tua bangka laknat itu telah<br />

memusnahkan pusaka mereka!” kata pula Sin-kiam Mo-li. “Sin Hong, hayo engkau<br />

membantu kami me-ngubur mayat-mayat itu!”<br />

Ia memegang tangan Sin Hong dan ditariknya pemuda itu keluar dari dalam istana kuno yang<br />

dianggap menyeramkan dan mengecewakan itu. Sin Hong tidak membantah dan dia<br />

mengunakan cangkul yang biasa dipakai bekerja di ladang, lalu mencangkul, membuat<br />

lubang-lubang untuk mengubur mayat-mayat itu. Dia diperintah membuat lubang biasa untuk<br />

tiga orang, yaitu untuk mayat Sai-cu Sin-touw, Ok Cin Cu, dan Coa Ong Seng-jin, kemudian<br />

se-buah lubang besar untuk sebelas orang anak buah mereka yang tewas. Karena dia tidak<br />

berani mempergunakan tenaga <strong>si</strong>n-kang dan hanya menggunakan tenaga biasa, menggunakan<br />

sebuah cangkul, ma-ka tentu suja Sin Hong harus bekerja sehari lamanya dan barulah empat<br />

belas buah muyat itu selesai dikubur.<br />

Kemudian, dia mengangkati tiga buah mayat gurunya ke dalam istana. Melihat ini, Sin-kiam<br />

Mo-li membentak. “Apa yang akan kau lakukan itu? Biarkan saja mereka membusuk di <strong>si</strong>ni,<br />

kita berangkat pergi sekarang juga dan engkau harus ikut dengan kami!”<br />

“Terserah aku menurut saja, akan tetapi bagaimanapun juga aku harus lebih dulu membakar<br />

tiga orang mayat ini, sebelum itu, biar di bunuh sekalipun, aku tidak mau ikut!” Diam-diam<br />

Sin Hong berjudi dengan nyawanya, akan tetapi hal ini dilakukannya dengan sengaja. Dia<br />

se-orang pemuda yang cerdik sekali dan dia tahu bahwa nyawanya diselamatkan oleh wanita<br />

tua cantik ini hanya karena wa-nita ini tertarik kepadanya oleh keberani-an dan kenekatannya!<br />

Maka kini untuk memenuhi pesan guru-gurunya, dia pun memperlihatkan <strong>si</strong>kap nekat dengan<br />

ha-rapan agar wanita itu memenuhi per-mintaannya. Dan perhitungannya yang tidak ngawur<br />

ini memang tepat! Kembali Sin-kiam Mo-li memandang tajam penuh kagum. Seorang<br />

pemuda biasa, mungkin hanya pemuda petani yang bekerja se-bagai tukang kebun dan<br />

pelayan di istana kuno ini, namun memiliki keberanian dan nyali yang agaknya hanya patut<br />

dimiliki oleh para penghuni istana Gurun Pa<strong>si</strong>r! Juga ia merasa tertarik sekali mendengar<br />

bahwa pelayan ini hendak membakar jenazah tiga orang sakti itu. Pantasnya keluarga mereka<br />

yang melakukan hal ini, bukan seorang pelayan biasa.<br />

“Kenapa engkau berkeras hendak mem-bakar mayat mereka?” tanyanya.<br />

“Karena ketika ma<strong>si</strong>h hidup, mereka pernah mengatakan bahwa mereka kalau sudah mati<br />

suka dibakar mayat mereka.”<br />

“Akan tetapi untuk membakar mayat mereka, kenapa harus mayat mereka kau usung ke<br />

dalam istana?” tanya Thian Kong Cinjin yang juga merasa tertarik.<br />

“Karena aku ingin membakar mereka di dalam istana agar istana itu pun ikut terbakar habis.”<br />

Kisah <strong>si</strong> Bangau Putih > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 36

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!