Versi PDF - Majalah Detik
Versi PDF - Majalah Detik
Versi PDF - Majalah Detik
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
seni & hiburan<br />
Garin Nugroho (21 cineplex)<br />
ternasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film<br />
Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance di<br />
Utah, AS, South by Southwest Film (SXSW) di Austin,<br />
Texas, AS, dan Festival Film Busan (Korea Selatan).<br />
Menurut pengamat film, Eric Sasono, wajar jika<br />
The Raid mendapat sambutan di Indonesia dan luar<br />
negeri karena film ini merupakan penyegaran luar biasa<br />
untuk film action. Film action Hollywood, seperti<br />
trilogi The Bourne (The Bourne Identity, The Bourne<br />
Supremacy, The Bourne Ultimatum) dan Transformer<br />
relatif “sopan”dan menyamarkan kebrutalan. Tidak<br />
dipampangkan jelas bagaimana, misalnya, kepala<br />
orang terkena ledakan peluru panas hingga otaknya<br />
muncrat ke dinding.<br />
Tidak demikian dengan The Raid, yang justru<br />
menjadikan kebrutalan sebagai sajian utama. “Kalau<br />
‘diindah-indahkan’ seperti film action Hollywood,<br />
yang terjadi adalah proses psikologi, bukan proses<br />
fisik seperti The Raid,” kata Eric.<br />
Keberhasilan Gareth Evans yang mengambil<br />
genre action sudah diprediksi sineas Garin Nugroho.<br />
Film pertama Evans, Merantau, jadi pembuka Jogja<br />
Asian Film Festival (JAFF) 2009. Akibatnya, Garin<br />
yang menjabat presiden JAFF, mendapat banyak kritik<br />
karena menjadikan film action sebagai pembuka.<br />
“Saat itu saya jawab, ‘Sutradara ini akan jadi sutradara<br />
action dunia,’” ujar Garin kepada majalah<br />
detik melalui pesan pendek yang dia kirim dari Singapura.<br />
Film ini, lanjut Garin, juga menyuguhkan citra<br />
dunia kekerasan dalam sosok bintang-bintang Indonesia<br />
yang bermain kuat membawa ikon film action.<br />
(SIL/YOG)<br />
<strong>Majalah</strong> detik 2 - 8 april 2012