24.06.2013 Views

download - Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

download - Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

download - Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PERUMPAMAAN TENTANG GADIS-GADIS<br />

Jadi perumpamaan tentang ke sepuluh anak dara ini ditempatkan<br />

dalam bagian terakhir atau bagian ke lima kumpulan pengajaran Yesus<br />

yang secara umum berbicara tentang akhir jaman. Kistemaker<br />

mengatakan bahwa dalam perumpamaan-perumpamaan tentang akhir<br />

jaman, Yesus membawa pemisahan bagi mereka yang baik dan jahat<br />

yang kemudian diikuti dengan penjelasan tentang seorang gembala yang<br />

memisahkan domba dari kambing (Mat 25:31-33).<br />

Memahami Perumpamaan<br />

Penafsiran alegoris atas perumpamaan boleh dikatakan telah<br />

ditinggalkan dalam beberapa abad terakhir ini dengan munculnya karya<br />

Adolf Jülicher yang menekankan untuk mencari satu poin utama yang<br />

menjadi latar belakang perumpamaan tersebut diberikan. Atau sebuah<br />

pertanyaan dapat dimunculkan: ‖Mengapa atau hendak menjelaskan<br />

apakah perumpamaan tersebut? Mencari poin utama ini kemudian<br />

diperkaya oleh CH Dodd dan Jeremias tentang perlunya mempelajari sitz<br />

im leben perumpamaan tersebut dalam masa pelayanan Yesus dan dalam<br />

pemahaman gereja-mula-mula. 5<br />

Pendekatan ini kemudian mendapatkan tantangan baru dengan<br />

berkembangnya kritik literatur yang juga diterapkan dalam studi<br />

perumpamaan. Menurut Hagner, beberapa ahli memang melihat adanya<br />

bahaya penafsiran alegoris, tetapi hal ini seharusnya tidak membuat kita<br />

mengabaikan elemen alegoris dalam perumpamaan. Di lain pihak, hal ini<br />

juga bukan berarti bahwa kita menerima penafsiran alegoris yang<br />

berlebihan. Hagner selanjutnya mengatakan:<br />

Only those allegorical elements that are relatively clear from the<br />

context of the gospel itself and that may be properly recognized<br />

without compromising the single main point of the parable or its<br />

historical meaning are acceptable. 6<br />

35); dan diskursus mengenai bahaya kemunafikan yang berakibat pada dihalaunya dari<br />

kerajaan. (23:1-25:46).<br />

5 Robert H. Stein, An Introduction to the Parable of Jesus, Philadelphia: Westminster<br />

Press, 1981, 53-71.<br />

6 Donald hagner, Matthew 1-13, Texas: WordBooks, 1995, 364-365.<br />

5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!