24.06.2013 Views

download - Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

download - Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

download - Sekolah Tinggi Theologia Aletheia Lawang

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PERUMPAMAAN TENTANG GADIS-GADIS<br />

yang memberikan penegasan tentang poin utama yang ditekankan dalam<br />

perumpamaan ini yaitu , yang secara literal berarti ―berjagajaga‖<br />

(to keep watch) dan kata tersebut bukan berarti ―tetap terjaga atau<br />

terbangun‖ dalam arti tidak tertidur (stay awake), tetapi secara sederhana<br />

berarti ―siap sedia‖ (being prepared). Hal yang diutamakan disini adalah<br />

mengingat kedatangan Kerajaan-Nya tidak diketahui dengan pasti<br />

waktunya, maka kita diminta untuk siap setiap sata untuk menyambut<br />

kedatangan kerajaan-Nya. 28<br />

Makna perumpamaan<br />

Perumpamaan tentang sepuluh anak dara ini sudah sejak lama<br />

ditafsirkan secara alegoris, baik pada masa gereja mula-mula ataupun<br />

pada hari ini. Di dalam beberapa penafsiran disebutkan bahwa mempelai<br />

laki-laki tersebut adalah Yesus, sepuluh anak dara tersebut adalah gereja<br />

yang terdiri atas orang-orang baik dan jahat, orang-orang terpilih dan<br />

penjahat, orang-orang bijaksana dan bodoh. Pelita menggambarkan<br />

perbuatan baik, sedangkan minyak adalah Roh Kudus. Penjual minyak<br />

digambarkan sebagai Musa dan para nabi, sedangkan kedatangan<br />

mempelai dikaitkan dengan kedatangan Kristus. 29 Penafsiran alegoris<br />

seperti ini tentu akan memunculkan kesulitan baru, sebagai contoh: bila<br />

kita mengatakan minyak adalah Roh Kudus, apakah itu berarti Roh Kudus<br />

bisa habis, bisa dibeli, dan saat gadis yang bodoh kembali dengan lampu<br />

menyala dan berisi minyak (Roh Kudus) justru ditolak.<br />

Memang harus diakui adanya unsur alegoris dalam perumpamaan ini,<br />

tetapi menurut Blomberg alegorisasi tersebut harus dibatasi pada karakter<br />

utama yang ditampilkan dalam perumaan ini dan bukan pada semua detil<br />

yang ada, sebagaimana ia tegaskan:<br />

The allegorical elements are limited to the three main character:<br />

the bridegroom as a natural symbol of God, stemming from the<br />

Old Testament concept of God as the husband of his people (e.g.,<br />

Is 54:4-6; Ezek 16:7-34; Hos 2;19), and the wise an foolish virgins<br />

28 Hagner, Matthew 14-28, 730.<br />

29 Kistemaker, Perumpamaan,.145. Green, Matthew, 261.<br />

13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!