Nov-Des-2013
Nov-Des-2013
Nov-Des-2013
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Edisi <strong>Nov</strong>ember-<strong>Des</strong>ember <strong>2013</strong> M • Safar 1434 H • 29<br />
Dengan segala kesederhana<br />
an nya ini, Agus Salim tak<br />
pernah merasa minder. Ia tetap<br />
berkiprah sebagai negarawan<br />
yang tangguh. Sehingga banyak<br />
yang mengaguminya. Salah<br />
satu di antaranya adalah Prof.<br />
Schermerhoon, seorang diplomat<br />
Kerajaan Belanda, yang sering<br />
berdebat alot dengan K.H. Agus<br />
Salim, saat Agus Salim menjadi<br />
menteri luar negeri<br />
Dalam buku harian Schermerhoon,<br />
Schemerhoon menyatakan<br />
bahwa K.H. Agus Salim itu<br />
adalah orang tua yang sangat<br />
pandai. “Ia seorang yang genius.<br />
Ia mampu bicara dan menulis<br />
secara sempurna dalam 9 bahasa.<br />
Kelemahannya hanya satu, yaitu ia<br />
hidup melarat,” tulisnya.<br />
Agus Salim yang nama aslinya<br />
Mashudul Haq (berarti ‘pembela<br />
kebenaran’) ini memang anak yang<br />
cerdas. Karena kecerdasannya,<br />
putra jaksa ini, ketika duduk<br />
di Europe Lagere School (ELS),<br />
sekolah Eropa setingkat lanjutan<br />
pertama di Riau, sang kepala<br />
sekolah tertarik langsung untuk<br />
mendidiknya dengan bahasa<br />
Belanda.<br />
Kemudian, ketika ia lulus dari<br />
Hoogere Burger School (HBS),<br />
sekolah menengah atas (SMA)<br />
lima tahun, berhasil menjadi<br />
lulusan terbaik HBS se-Hindia<br />
Belanda yang ada di tiga kota,<br />
yaitu Surabaya, Semarang, dan<br />
Jakarta.<br />
Dengan prestasinya yang<br />
ting gi ini, ia berharap pemerintah<br />
Belanda memberikannya beasiswa<br />
un tuk melanjutkan studi di bidang<br />
kedokteran di Belanda. Tapi, Belan<br />
da menolak. Atas rekomendasi<br />
RA Kartini, Agus Salim disetujui<br />
mendapat beasiswa menggantikan<br />
RA Kartini.<br />
Tapi, tawaran ini ditolak oleh<br />
Agus Salim. Dia merasa, pemerintah<br />
Belanda telah diskriminatif.<br />
Beasiswa itu diberikan bukan<br />
karena kecerdasan dan jerih<br />
payahnya belajar, tapi karena<br />
kebangsawanan RA Kartini.<br />
Meski ia tak bisa sekolah<br />
tinggi ke Belanda, ia belajar sendiri<br />
(otodidak) berbagai ilmu<br />
peng etahuan dari kegiatan membacanya.<br />
Ini didukung oleh kemampuannya<br />
menguasai minimal<br />
9 bahasa asing, antara lain, Belanda,<br />
Inggris, Jerman, Perancis, Arab,<br />
Turki, dan Jepang.<br />
Ilmu diplomasi dan agama<br />
Islam dia dalami ketika ia bekerja<br />
di Konsulat Belanda di Jedah, Arab<br />
Saudi sebagai penerjemah (1906-<br />
1911). Dia belajar kedua ilmu<br />
itu dari pamannya yang menjadi<br />
Imam Masjidil Haram, yaitu Syekh<br />
Ahmad Khatib.<br />
Dengan kemampuan berba<br />
hasa asing, ilmu agama, dan<br />
diplomasi, ia menjadi tokoh<br />
pemberani yang pandai berargumentasi.<br />
Suatu ketika, dalam<br />
sidang Dewan (Volksraad) dia<br />
berpidato dalam bahasa Indonesia.<br />
Ketua Dewan menyuruh Agus<br />
Salim berbahasa Belanda. Tapi,<br />
ia tetap berbahasa Indonesia<br />
yang saat itu dikenal juga sebagai<br />
bahasa Melayu dan itu dibolehkan<br />
oleh peraturan Dewan.<br />
Ketika dia mengucapkan ka<br />
ta ekonomi, seorang Belanda bertanya<br />
dengan maksud menghina.<br />
“Apa kata ekonomi itu dalam<br />
bahasa Melayu. Menjawab pertanyaan<br />
ini, Agus Salim balik<br />
bertanya,”Coba tuan sebutkan<br />
dahulu, apa kata ekonomi itu<br />
dalam bahasa Belanda, nanti saya<br />
sebutkan bahasa Indonesianya”.<br />
Jawabannya mengagetkan pria<br />
Belanda. Sebab, kata ekonomi<br />
juga tidak ada padanannya dalam<br />
bahasa Belanda.<br />
Muso, tokoh Sarekat Islam<br />
(SI) yang jadi tokoh PKI, pernah<br />
mengejek Agus Salim dalam rapat<br />
SI. Di podium Muso berkata,”<br />
Saudara-saudara, yang berjanggut<br />
itu seperti apa “Kambing!”.<br />
“Lalu, yang berkumis itu seperti<br />
apa “Kucing!”. Agus Salim yang<br />
berkumis dan berjanggut itu<br />
menjawab, ”Saudara-saudara,<br />
yang tak berkumis dan tak<br />
berjanggut itu seperti apa.<br />
Hadirin berteriak riuh,”Anjing!”<br />
Muso yang tak berkumis dan<br />
berjanggut itu pun diam.<br />
Dengan kepiawaian berdiplomasi<br />
dan berbahasa asing<br />
mengantarkan tokoh kharismatik<br />
SI ini jadi menteri luar negeri<br />
dalam beberapa kabinet. Yaitu,<br />
pada masa Sutan Syahrir, Amir<br />
Sayrifudin dan Hatta. Meski<br />
begitu dia tetap sederhana sampai<br />
wafatnya, di Jakarta, 4 <strong>Nov</strong>ember<br />
1954. Atas jasa-jasanya, Agus<br />
Salim ditetapkan sebagai salah<br />
satu pahlawan nasional Indonesia<br />
pada tanggal 27 <strong>Des</strong>ember 1961.<br />
TOKOH