Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
The Labyrinth of Debt- 55<br />
Namun, kadangkala hasrat yang menggebu ini<br />
tidak diimbangi dengan kemampuan yang sepadan.<br />
Laiknya orang, kalau ia ingin membangun, ia butuh<br />
modal. Dari mana modal didapat Semestinya dari<br />
pendapatan yang tidak dikonsumsi atau lebih sering<br />
disebut sebagai tabungan. Lalu bagaimana bila<br />
tabungan tidak bisa menutupi besarnya modal atau<br />
investasi yang diperlukan<br />
Inilah problem yang di kalangan ekonom lebih<br />
sering disebut sebagai saving-investment gap. Lalu,<br />
seperti kasus individual, mulailah negara tersebut<br />
berpikir untuk menutupi kekurangan biayanya dari<br />
utang. Hal yang samajuga kami rancang agar<br />
dilakukan oleh swasta (perusahaan), bahkan dalam<br />
kasus tertentu jauh lebih liberal dan berani dari<br />
pada utang negara.<br />
Nah, gejala yang sama pun terjadi. Negara<br />
yang menyadari pendapatannya tidak bisa<br />
disisihkan untuk tabungan dalam jumlah eukup,<br />
terpaksa ngutang. Prinsip lebih besar pasak dari<br />
pada tiang yang terjadi dalam skala individu<br />
kembali terulang.<br />
Dalam kasus Indonesia, setiap tahun sedikitnya<br />
20-30 persen dana APBN disedot untuk<br />
membayar utang pokok dan cicilan bunganya. Pada<br />
tahun 2006, pemerintah harus merogoh Rp 91,60<br />
triliun untuk membayar utang luar negeri. Dengan<br />
perincian Rp 28,01 triliun untuk pembayaran bunga