Download - SMERU Research Institute
Download - SMERU Research Institute
Download - SMERU Research Institute
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
meningkat pada tahun 1993 dan mencapai 72% pada tahun 1997. Tetapi setelah krisis<br />
tingkat partisipasi turun menjadi 69% pada tahun 1999. Penurunan tingkat partisipasi pada<br />
tingkat SLTP agak mengejutkan, dan bahkan mungkin angka ini akan jauh lebih rendah<br />
apabila program JPS di bidang pendidikan tidak ada. Namun demikian, perkembangan ini<br />
jelas menjadi pertanda tidak baik bagi pencapaian target nasional Wajar DikDas sembilan<br />
tahun pada tahun 2004. Pada bulan Maret 2000 diumumkan bahwa target pencapaian Wajar<br />
Diknas diundur hingga tahun 2009.<br />
Krisis telah mengakibatkan kemerosotan nyata di bidang pendidikan, antara lain<br />
keterlambatan yang serius dalam pengembangan pendidikan menengah pertama (SLTP),<br />
dan penurunan partisipasi sekolah pada tingkat menengah atas (SLTA/SMU). Secara umum<br />
penurunan daya beli menyebabkan penurunan kemampuan orang tua murid membayar uang<br />
sekolah dan biaya sekolah lainnya. Pendapatan sekolah juga terkena dampak karena naiknya<br />
berbagai biaya kebutuhan sekolah dan harga buku pelajaran. Kesejahteraan guru juga sangat<br />
terpengaruh karena penurunan kemampuan orangtua membayar uang bulanan BP3 (Badan<br />
Pembantu Penyelenggara Pendidikan), disamping sumber tambahan penghasilan guru<br />
lainnya juga menurun. Hal yang menggembirakan adalah pada bulan April 1999, gaji pokok<br />
guru pegawai negeri naik sebesar Rp 150.000/bulan sehingga agak meningkatkan kemampuan<br />
guru dalam memenuhi kebutuhannya selama krisis.<br />
2. Program Beasiswa dan DBO Tahun 1998/1999<br />
Sebagai salah satu upaya mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan, khususnya<br />
kemampuan murid untuk menuntaskan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Pemerintah<br />
telah mengembangkan Program Beasiswa bagi murid dan Dana Bantuan Operasional (DBO)<br />
bagi sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah yang diikut-sertakan dalam program ini adalah<br />
sekolah negeri, swasta, dan madrasah, meliputi Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah<br />
(MI), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah<br />
Menengah Umum dan Kejuruan (SMU/SMK), serta Madrasah Aliyah (MA).<br />
Program Beasiswa bertujuan untuk mencegah agar murid tidak putus sekolah, terutama agar<br />
anak-anak kurang mampu mempunyai kesempatan lebih besar untuk tetap sekolah dan<br />
melanjutkan ke jenjang berikutnya. Pemerintah mengharap semua anak, khususnya<br />
perempuan, dapat melanjutkan pendidikannya, sekurang-kurangnya hingga SLTP. Beasiswa<br />
diberikan dalam bentuk uang untuk membiayai keperluan sekolah murid, sedangkan<br />
Program DBO adalah bantuan dana langsung untuk sekolah agar dapat mempertahankan<br />
pelayanan pendidikan kepada masyarakat di tengah meningkatnya biaya-biaya.<br />
Seluruh kabupaten dan kotamadya di semua propinsi yang ditentukan telah menerima<br />
program ini, namun alokasi dana untuk masing-masing area ditetapkan berdasarkan jumlah<br />
murid dan sekolah, serta indeks kemiskinan di masing-masing daerah. Untuk melaksanakan<br />
Program JPS Beasiswa dan DBO pemerintah telah membentuk komite pada tingkat nasional,<br />
propinsi, kabupaten/kotamadya, kecamatan, dan sekolah. Masing-masing komite mempunyai<br />
tugas dan tanggung jawab sendiri.<br />
Sumber dana program berasal dari Pemerintah Indonesia (GOI) serta pinjaman dari Bank<br />
Dunia (WB) dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Sasaran program dan sumber dana tahun<br />
1998/1999 secara nasional disajikan pada Tabel 2.<br />
10<br />
Lembaga Penelitian <strong>SMERU</strong>, September 2003