Download - SMERU Research Institute
Download - SMERU Research Institute
Download - SMERU Research Institute
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
a. Tingkat Pendaftaran, Tingkat Kelanjutan SD, dan Tingkat Putus Sekolah<br />
Tingkat pendaftaran, tingkat kelanjutan SD, dan tingkat putus sekolah akan dibahas dalam<br />
bagian ini. Tingkat pendaftaran juga ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Murni (APM) dan<br />
Angka Partisipasi Kasar (APK) 8 .<br />
Sangat penting untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang partisipasi murid dalam<br />
sistem sekolah pada tahun-tahun sebelum krisis. Guna menguji permasalahan ini, Tim<br />
mengumpulkan data partisipasi sekolah yang dikunjungi. Pengumpulan data juga dilakukan<br />
di semua sekolah di kecamatan yang diamati, dari kantor instansi pemerintah terkait di<br />
tingkat kecamatan dan kabupaten (Kandep DikBud dan Dinas P&K). Namun pendekatan<br />
terakhir tidak terlalu berhasil. Angka pendaftaran selama periode beberapa tahun berhasil<br />
dikumpulkan hanya dari dua kecamatan di Sleman.<br />
• Pontianak. Untuk seluruh wilayah Propinsi Kalimantan Barat, Angka Partisipasi Murni<br />
(APM) anak sekolah pada tingkat SD mencapai 94%, dan Angka Partisipasi Kasar<br />
(APK) mencapai lebih dari 108%. Namun untuk tingkat SLTP, APM ternyata masih<br />
sangat rendah yaitu sekitar 45%, demikian pula APK hanya mencapai sekitar 63%.<br />
• Tangerang. Berdasarkan catatan Kandep Depdikbud Kecamatan, APK tingkat SD/MI<br />
tahun 1999/2000 cukup tinggi, yaitu: Kecamatan Rajeg 115% dan Kecamatan Kronjo<br />
85%. Namun, menurut data Kandep Dikbud Kabupaten, tingkat pendaftaran periode<br />
tahun 1998/1999 jauh lebih rendah baik untuk tingkat SD/MI maupun SLTP/MTs. Di<br />
tingkat SD/MI, APK dan APM di Kecamatan Rajeg 77,5% dan 67,7%, sementara di<br />
Kecamatan Kronjo 63,3% dan 57,4%.<br />
Di tingkat SLTP, catatan pihak Kandep DikBud Kecamatan menunjukkan bahwa pada<br />
tahun 1999/2000, APK Kecamatan Kronjo 65% dan Kecamatan Rajeg hanya 53%.<br />
Namun berdasarkan data Kandep DikBud Kabupaten, APK dan APM SLTP/MTs tahun<br />
1998/1999 untuk Kecamatan Kronjo adalah 40,9% dan 36,6%, sementara di Kecamatan<br />
Rajeg 43,8% dan 39%.<br />
Tim <strong>SMERU</strong> memutuskan untuk melakukan pengecekan data tersebut di atas karena<br />
setidaknya dua alasan, yaitu: pertama, data dari Kandep DikBud Kecamatan dan<br />
Kabupaten jelas bertentangan; kedua, berdasarkan penuturan aparat, pihak sekolah, dan<br />
masyarakat, hanya sangat sedikit anak usia-sekolah yang belum sekolah. Hal ini berarti<br />
APK atau APM seharusnya tidak serendah angka yang diperoleh dari Kandep DikBud<br />
Kabupaten. Salah satu penjelasan mengenai hal ini adalah data jumlah penduduk usia<br />
yang ada kurang akurat. Tim <strong>SMERU</strong> bertemu dengan seorang anak usia Kelas 5 yang<br />
tidak sekolah, juga beberapa orang nelayan yang anaknya telah mulai membantu<br />
orangtuanya pergi ke laut sejak usia dini. Tetapi berbagai sumber di Kecamatan Kronjo<br />
menyebutkan bahwa kasus seperti itu sangat sedikit. Disamping itu anak nelayan<br />
tersebut tidak masuk dalam perhitungan karena mereka adalah penduduk pendatang<br />
transmigran sukarela yang belum tercatat sebagai penduduk desa setempat.<br />
8 APK = Angka Partisipasi Kasar, menunjukkan perbandingan antara jumlah murid di tiap tingkat<br />
sekolah (SD= 7-12 tahun; SLTP=13-15 tahun; dan SMU=16-18 tahun) dengan jumlah penduduk<br />
usia standar untuk tingkat sekolah tersebut.<br />
APK (SD) = Jumlah Murid SD<br />
Jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun<br />
24<br />
Lembaga Penelitian <strong>SMERU</strong>, September 2003