Download - SMERU Research Institute
Download - SMERU Research Institute
Download - SMERU Research Institute
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Apabila data tersebut akurat, hal ini menunjukkan sangat pentingnya menyediakan<br />
gambaran tentang proporsi murid yang benar-benar menyelesaikan sekolah dasar selama<br />
tahun 1990an. Meskipun demikian, sebelum memberi tanggapan terhadap hasil dimaksud,<br />
perlu dijelaskan beberapa kelemahan pendekatan yang digunakan. Kelemahan utama<br />
pendekatan ini adalah bahwa data yang diperoleh bukanlah data kohor yang ketat. Jumlah<br />
murid yang sama yang masuk Kelas 1 dan dapat mencapai Kelas 6 tidak diketahui secara<br />
pasti. Hal ini disebabkan karena perhitungan dilakukan berdasarkan angka sederhana, yaitu<br />
jumlah murid di setiap kelas pada tahun-tahun yang berurutan. Jika tidak terjadi<br />
pengulangan kelas dan tidak ada murid baru pindah masuk atau baru pindah keluar setelah<br />
Kelas 1, maka jumlah murid Kelas 6 tahun dimaksud (x + 6) adalah benar-benar murid yang<br />
sama dengan murid yang masuk Kelas 1 pada tahun x.<br />
Sebenarnya untuk sekolah dasar hasil perkiraan Tim <strong>SMERU</strong> cukup dapat dipercayai,<br />
karena jumlah murid yang mengulang kelas dan murid yang pindah tidak terlalu<br />
besar. Apabila jumlah murid yang mengulang kelas tidak akan mempengaruhi hasil<br />
perkiraan, demikian juga kalau jumlah murid yang pindah masuk dan yang pindah<br />
keluar adalah seimbang.<br />
Dalam kasus murid SD yang pindah baik yang masuk atau keluar, jumlah murid yang masuk<br />
hampir sama dengan yang keluar. Perkecualian terjadi di wilayah dimana terdapat migrasi masuk<br />
atau keluar dalam jumlah besar, atau di wilayah dimana murid pindah ke sekolah yang terletak di<br />
luar wilayah tempat tinggal murid. Wilayah pengamatan yang memiliki tingkat migrasi tinggi<br />
dan mempengaruhi perpindahan murid sekolah adalah Kabupaten Sleman. Dengan demikian<br />
asumsi bahwa murid yang masuk menutup jumlah murid yang keluar mendekati kebenaran,<br />
kecuali di Sleman. Demikian juga murid yang pindah sekolah keluar dari wilayah tempat<br />
tinggalnya kelihatannya lebih banyak terjadi pada tingkat sekolah lebih tinggi.<br />
Kelemahan lain dari data tersebut adalah dalam kebanyakan kasus data hanya berdasarkan<br />
pada sejumlah kecil sekolah. Juga terdapat kemungkinan adanya faktor khusus yang<br />
mempengaruhi kelanjutan angka kohor di sekolah-sekolah ini. Oleh karena itu, hasilnya<br />
harus diterjemahkan secara hati-hati. Walaupun demikian, jika beberapa temuan cukup<br />
konsisten dengan data, maka temuan tersebut dapat dipercaya.<br />
Data Tabel 11 menunjukkan beberapa hal penting mengenai persentase kelompok anak usia<br />
sekolah dasar (AUS) di Indonesia yang menyelesaikan tingkat SD. Data dari dua kecamatan<br />
di Sleman menunjukkan tingkat yang sangat tinggi, yaitu sekitar 90% atau lebih. Meskipun<br />
demikian, di tiga wilayah lain, data (yang hanya berdasarkan data beberapa sekolah di setiap<br />
wilayah) menunjukkan bahwa hanya setengah dan tigaperempat dari murid SD yang<br />
menyelesaikan tingkat SD. Angka ini berada di bawah tingkat kelanjutan sekolah nasional.<br />
Tentu saja, secara statistik wilayah ini tidak dapat mewakili seluruh wilayah Indonesia.<br />
Namun demikian data ini cukup mencemaskan karena dapat mencerminkan tingkat<br />
kelanjutan sekolah dasar yang rendah di sekolah-sekolah di wilayah tersebut.<br />
Pengaruh krisis moneter tidak tercermin pada data di atas karena data tersebut lebih<br />
merupakan data kelanjutan sekolah selama enam tahun berturut-turut daripada data<br />
kelanjutan selama satu periode tertentu dimana beberapa kohor (yang masuk sekolah dasar<br />
pada tahun 1991/1992 ke 1992/1993) mencakup periode sebelum krisis, sedang beberapa<br />
kohor sesudahnya mencakup periode krisis.<br />
Tabel 12 menunjukkan apakah krismon telah mempengaruhi tingkat kelanjutan pada<br />
tingkat SD dengan cara membandingkan tingkat kelanjutan selama dua tahun dari Kelas 1,<br />
2, 3 dan 4 pada periode sesaat sebelum krisis dengan tingkat kelanjutan pada waktu yang<br />
sama dan kelas yang sama pada periode krisis. Komentar singkat mengenai keseluruhan pola<br />
26<br />
Lembaga Penelitian <strong>SMERU</strong>, September 2003