MD130
MD130
MD130
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
hukum<br />
Gubernur Jawa Timur Soekarwo<br />
(tengah) dan wakilnya, Saifullah<br />
Yusuf, saat menghadiri sidang<br />
sengketa pilkada Jawa Timur,<br />
Oktober tahun lalu.<br />
Hasan Alhabshy/detikcom<br />
baik daripada MK,” ujarnya.<br />
Senin, 19 Mei lalu, MK mengabulkan permohonan<br />
uji materi Pasal 236 huruf c Undang-<br />
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan<br />
Daerah dan Pasal 29 ayat (1) huruf<br />
e UU Nomor 48/2009 tentang Kekuasaan<br />
Kehakiman, yang menjadi dasar kewenangan<br />
MK mengadili sengketa pilkada. Dengan pembatalan<br />
kedua pasal itu, MK tak lagi berwenang<br />
mengadili sengketa pilkada.<br />
Sementara Hakam menganggap putusan<br />
MK sebagai solusi atas rentannya praktek suap<br />
dalam penanganan sengketa pilkada di MK,<br />
Ketua MK Hamdan Zoelva menyebut putusan<br />
lembaganya itu lebih didorong oleh faktor<br />
kons titusi. Hamdan menganggap kedua pasal<br />
yang mengatur kewenangan sengketa pilkada<br />
inkonstitusional alias bertentangan dengan<br />
UUD 1945.<br />
“Sebab, pemilu menurut Pasal 22E UUD 1945<br />
harus dimaknai secara limitatif untuk memilih<br />
anggota DPR, DPD, DPRD, presiden, dan wakil<br />
presiden yang dilaksanakan lima tahun sekali.<br />
Dengan begitu, jika memasukkan pemilihan<br />
kepala daerah menjadi bagian dari pemilu dan<br />
menjadi kewenangan MK, maka tidak sesuai<br />
dengan makna original intent dari pemilu,” tutur<br />
Hamdan saat ditemui majalah detik di kantornya,<br />
Jakarta, Selasa, 20 Mei lalu.<br />
Victor Santoso, Ketua Umum Forum Kajian<br />
Hukum dan Konstitusi—salah satu lembaga<br />
pemohon uji materi―menilai pembatalan<br />
kewenangan mengadili sengketa pilkada tak<br />
semata didasari kasus Akil Mochtar. Selama ini,<br />
Majalah detik 26 mei - 1 juni 2014