o_19k41s5tr1efm1a2ie6iinpn50e.pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Proses penyusunan Revisi KM 13 tahun<br />
2010 tentang Perubahan Kedua atas<br />
Keputusan menteri Perhubungan Nomor<br />
15 tahun 2003 tentang Rencana Induk<br />
(Masterplan) Frekuensi Radio Penyelenggara<br />
Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan<br />
Radio Siaran FM (Frequency Modulation)<br />
telah sampai pada finalisasi draft. Hal – hal<br />
yang diatur dalam peraturan ini antara lain:<br />
1. Merubah Kelas siaran untuk wilayah<br />
layanan yang berada di daerah<br />
perbatasan Indonsia berdasarkan<br />
arahan dari bapak Dirjen SDPPI.<br />
Klasifikasi Radio Siaran di daerah<br />
perbatasan semula berada pada kelas<br />
C sesuai dengan KM 15 tahun 2003<br />
dengan ketentuan ERP maksimum<br />
4 kw dengan wilayah layanan<br />
maksimum 12 km dari pusat kota.<br />
Kemudian dalam draft revisi KM 13<br />
tahun 2010, wilayah layanan di daerah<br />
pernatasan, telah diklasifikasikan dalan<br />
sebuah lampiran dan diubah menjadi<br />
maksimum Kelas A.<br />
2. Kebijakan Time Sharing untuk<br />
Penyiaran Radio Komunitas untuk<br />
wilayah layanan ibukota provinsi.<br />
Dengan adanya kebijakan time sharing,<br />
Radio Komunitas di wilayah layanan<br />
Jawa Barat yang jumlahnya 225 Radio,<br />
dapat diakomodir secara merata.<br />
IK-1.5. Prosentase Penyusunan<br />
Rekomendasi untuk Perubahan<br />
Frekuensi Maritim dari Analog ke<br />
Digital<br />
Penggunaan frekuensi radio untuk dinas<br />
maritim pada awalnya adalah untuk<br />
mengirimkan pesan telegraf menggunakan<br />
kode morse antara kapal dan darat. Sinyal<br />
pada siaran radio ditransmisikan melalui<br />
gelombang data yang kontinyu baik melalui<br />
modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi<br />
frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal<br />
seperti ini disebut analog. Selanjutnya seiring<br />
perkembangan teknologi ditemukanlah<br />
internet, dan sinyal digital yang kemudian<br />
mengubah cara transmisi sinyal radio.<br />
ITU (International Telecommunication<br />
Union) telah menerbitkan Final Act ITU yang<br />
terkait rencana migrasi dinas maritim dari<br />
era analog ke digital. Oleh karena itu Ditjen<br />
SDPPI sebagai regulator harus segera<br />
menyiapkan hal-hal langkah strategis untuk<br />
mengantisipasi terjadinya perubahan dan<br />
dampak dari digitalisasi tersebut baik secara<br />
teknis maupun bisnis sehingga regulator<br />
tetap dapat menjaga iklim industri maritim<br />
dan melaksanakan jurisdiksi pemerintah<br />
dalam bidang penataan dan pengalokasian<br />
frekuensi.<br />
Pada tahun 2013 dimulai kegiatan sebagai<br />
langkah awal mempersiapkan regulasi<br />
dalam menyongsong era digitalisasi maritim<br />
melalui Pembuatan Studi Penyusunan<br />
Rekomendasi untuk Perubahan Frekuensi<br />
Maritim dari Analog ke Digital yang memiliki<br />
ruang lingkup yaitu :<br />
a. Melakukan identifikasi dan mapping<br />
alokasi spectrum frekuensi maritim<br />
saat ini.<br />
27