05.05.2015 Views

Permohonan Pengujian UU No. 17 Tahun 2011 tentang - Elsam

Permohonan Pengujian UU No. 17 Tahun 2011 tentang - Elsam

Permohonan Pengujian UU No. 17 Tahun 2011 tentang - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

55. Bahwa Pemohon XI adalah isteri Alm. Munir Said Thalib selaku korban pembunuhan dengan<br />

racun arsenik di atas pesawat Garuda GA 974 dengan rute penerbangan Jakarta–Amsterdam,<br />

pada 7 September 2004. Selanjutnya, setelah melalui serangkaian penyidikan, pada tahun<br />

2005, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mulai menyidangkan terdakwa Pollycarpus Budihari<br />

Priyanto selaku Pilot Garuda Indonesia. Masing–masing pengadilan Tingkat I dan banding<br />

menjatuhkan hukuman 14 tahun penjara, kasasi di Mahkamah Agung RI 2 tahun penjara<br />

namun kembali di perkuat oleh Peninjauan Kembali (PK) dengan hukuman 20 tahun penjara.<br />

Berdasarkan laporan Tim Pencari Fakta (TPF), penyidikan Polri dan pemeriksaan terdakwa<br />

Pollycarpus Budihari Priyanto dalam persidangan, ditemukan petunjuk keterkaitan terdakwa<br />

dengan Badan Intelijen Negara (BIN);<br />

56. Bahwa munculnya ketentuan Pasal 1 ayat (4); Pasal 1 ayat (8); Pasal 4; Pasal 6 ayat (3)<br />

sepanjang frasa “dan/atau Pihak Lawan yang merugikan kepentingan dan keamanan<br />

nasional”; dan Pasal 32 ayat (2) huruf c <strong>UU</strong> <strong>No</strong>. <strong>17</strong> <strong>Tahun</strong> <strong>2011</strong> <strong>tentang</strong> Intelijen Negara,<br />

secara faktual atau setidak-tidaknya potensial akan merugikan hak-hak konstitusional<br />

Pemohon XI;<br />

57. Bahwa Pemohon XII adalah salah seorang korban Tragedi Kemanusiaan Peristiwa<br />

1965/1966 dimana sekurang-kurangnya 500.000 sampai 3.000.000 jiwa terbunuh pada<br />

peristiwa kekerasan politik dan kemanusiaan ketika itu. Ratusan ribu dipenjarakan, dibuang<br />

dan dipekerjakan secara paksa. Kesemuanya itu dilakukan tanpa proses pengadilan. Ia<br />

ditahan di penjara Salemba Jakarta pada tahun 1970 kemudian dipindahkan ke penjara<br />

Tangerang. Sebelum dikirim ke penjara Salemba ia mengalami proses interogasi secara<br />

tidak manusiawi, distroom listrik, dipukuli dan ditelanjangi oleh agen rahasia Operasi<br />

Intelijen Kalong di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Ia disekap dalam tahanan selama 9<br />

tahun, dibebaskan pada 1979. Ia mengalami, betapa menakutkan, cara-cara yang dilakukan<br />

aparat intelijen dengan tidak mengindahkan kemanusiaan, melakukan penyiksaan hanya<br />

untuk memperoleh pengakukan. Alhasil, pengakuan yang dihasilkan dengan cara-cara<br />

kekerasan dan tekanan akan melahirkan kebohongan. Bahwa pemohon XII masih aktif<br />

menjabat sebagai Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965-1966. Sebuah<br />

organisasi non-pemerintah yang aktif melakukan advokasi kasus-kasus pelanggaran HAM<br />

serius yang terjadi pada tahun 1965-1966;<br />

58. Bahwa Pemohon XII juga merupakan Ketua Presidium Jaringan Solidaritas Korban untuk<br />

Keadilan (JSKK). Sebuah organisasi korban yang memprakarsai Aksi Kamis Hitam yang selalu<br />

digelar setiap Hari Kamis di depan Istana Presiden Republik Indonesia. Organisasi ini juga<br />

digunakan sebagai wadah pertemuan lintas korban, khususnya untuk mengadvokasi kasuskasus<br />

pelanggaran HAM yang berat di masa lalu;<br />

59. Bahwa munculnya ketentuan Pasal 1 ayat (4); Pasal 1 ayat (8); Pasal 4; Pasal 6 ayat (3)<br />

sepanjang frasa “dan/atau Pihak Lawan yang merugikan kepentingan dan keamanan<br />

nasional”; dan Pasal 31 Jo. Pasal 34 jo. Penjelasan Pasal 34 ayat (1) <strong>UU</strong> <strong>No</strong>. <strong>17</strong> <strong>Tahun</strong> <strong>2011</strong><br />

<strong>tentang</strong> Intelijen Negara, secara faktual atau setidak-tidaknya potensial akan merugikan hakhak<br />

konstitusional Pemohon XII;<br />

60. Bahwa Pemohon XIII adalah korban peristiwa Talangsari Lampung yang terjadi pada tanggal<br />

6, 7 dan 8 Februari 1989, tepatnya di desa Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten<br />

Lampung Timur. Pada saat peristiwa tersebut, Edi Arsadad masih berusia dibawah 10 tahun,<br />

karena ayahnya ditahan dan rumahnya dibakar, maka ia bersama ibunya pulang ke Kampung<br />

ayahnya yakni di Padang. Sesampainya di Padang, ia dan ibu serta adik–adiknya ditangkap<br />

oleh Kodim Padang dan ditahan. Edi Arsadad adalah satu dari sekian banyak korban<br />

16 |<strong>Permohonan</strong> <strong>Pengujian</strong> <strong>UU</strong> <strong>No</strong>. <strong>17</strong> <strong>Tahun</strong> <strong>2011</strong> <strong>tentang</strong> Intelijen Negara

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!