10.07.2015 Views

txHYs

txHYs

txHYs

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jurnal ini didistribusikan secara nasionalJURNAL EDUKASI IGIVOL. 01 Tahun I - September 2013 |i


JURNAL EDUKASI IGIii| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIVOL. 01 Tahun I - September 2013 |i


JURNAL EDUKASI IGITahun I Nomor 1, September 2013ISSN 2337-9693ii| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIEDUKASIJurnal Publikasi Ilmiah IGI PusatTahun I Nomor 1, September 2013ISSN 2337-9693Diterbitkan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) PusatAlamat Redaksi: Jalan Dharmawangsa 7/4, Surabaya 60286,Telpon (031) 7000-9292, 502-0505www.igi.or.idJurnal berisi tulisan hasil pemikiran (artikel konseptual) dan hasil penelitianyang sejalan dengan upaya peningkatan praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran yang baik padasemua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia.Jurnal terbit dua kali dalam setahun, atau enam bulan sekali.Para guru anggota IGI dapat mengirimkan tulisan ilmiah yang sesuai dengan ketentuan di atas danmengikuti kaidah penulisan selingkung jurnal IGI sebagaimana dapat dibaca pada halaman terakhirjurnal ini. Tulisan harus asli (tidak ada unsur plagiarisme) dan belum pernah diterbitkan di media lain.DEWAN REDAKSIPelindung:Dr. Indra Djati SidiPenasihat1. Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto2. Heru Bahtiar Arifin, S.PdPenanggung JawabDrs. Satria DharmaPemimpin RedaksiSuhardi, M.PdRedaktur Pelaksana1. Suhardi, M.Pd2. Istiqomah Almaqi, M.Pd3. Eko Prasetyo, S.Pd4. Joko Wahyono, M.PdEditor Ahli (Mitra Bestari)Drs. Much. Khoiri, M. Si.Staf Redaksi:1. Mohammad Ihsan2. Andi M Yasin3. Abdur Rohman4. Wijaya Kusuma5. Drs. Hari Subagyo, MMFotografer:1. Abdur Rohman2. Wijaya KusumaDesain/Layout:Alifiardi Aditya Maulana RAdministrasiIstiqomahDistribusi:A.M. YasinPemasaran/Iklan:Mohammad Ihsan(031) 7000 9111081 833 4141VOL. 01 Tahun I - September 2013 |iii


JURNAL EDUKASI IGISAMBUTAN KETUA UMUM IGI PUSATKemajuan peradaban sebuah bangsa dapat dilihat dari banyaknya buku yangdibaca dan ditulis oleh bangsa ter sebut. Semakin banyak buku yang dibaca danditulis menunjukkan semakin majunya ilmu pengetahuan dan tek nologi yangdimiliki oleh bangsa tersebut. Tak ada bangsa di dunia ini yang bisa maju tanpamenguasai budaya baca dan tulis.Pendidikan adalah gerbang peradaban danguru adalah pemimpin dalam memasukigerbang tersebut. Guru menjadi faktorpenentu paling utama dalam kegiatanpendidikan di sekolah. Studi di berbagainegara tentang prestasi belajar siswa menunjukkanbahwa kualitas gurulah yang paling penting dalampembelajaran di sekolah. Guru memegang perananpenting sebagai pemimpin peradaban.Kemajuan peradaban sebuah bangsa dapat dilihatdari banyaknya buku yang dibaca dan ditulis olehbangsa ter sebut. Semakin banyak buku yang dibacadan ditulis menunjukkan semakin majunya ilmupengetahuan dan tek nologi yang dimiliki oleh bangsatersebut. Tak ada bangsa di dunia ini yang bisa majutanpa menguasai budaya baca dan tulis.Menulis sendiri adalah ketrampilan berbahasayang paling tinggi tingkatnya dibandingkan ketigaketrampilan lainnya; seperti mendengarkan, berbicara,dan membaca. Dengan menulis kita menuangkanpengetahuan kita dalam bentuk yang jauh lebih luasjangkauannya daripada berbicara.Kita harus memberi apresiasi bagi guru yangmelaku kan gerakan menulis dan menerbitkan karyatulisnya dalam bentuk jurnal seperti ini. Kegiatan initentu akan memberikan sumbangan yang besar bagiperadaban bangsa kita di masa mendatang.Dengan terbitnya Jurnal Edukasi bagi guru makaada beberapa keuntungan yang diperoleh sekaligus.Pertama, guru yang menulis akan menjadi manusiapembelajar karena dengan demikian mereka tentuakan terus membaca dan menambah ilmunya. Iaakan menjadi seorang yang mumpuni di bidangnya.Kedua, Jurnal Edukasi ini akan menjadi wadah bagiguru untuk mengekspresikan dan mengembangkankemampuannya sebagai seorang pembelajar dalammeneliti. Dengan meneliti guru akan mengasahkemampuannya dalam mencari solusi. Jadi guru akanmenjadi problem solver di lingkungannya. Ketiga,Jurnal Edukasi ini akan mendorong para guru lainuntuk melakukan hal yang sama sehingga akanmenghasilkan efek berantai yang positif. Ia akanmenjadi model bagi lingkungannya. Keempat, menulisdi Jurnal Edukasi tentu akan memberikan keuntunganyang berhubungan dengan peningkatan kariernya ditempat mengajar masing-masing.Bangsa ini membutuhkan guru-guru yang maume ngembangkan peradaban melalui karya tulis.Penerbitan Jurnal Edukasi ini adalah sebuah langkahbesar dalam memajukan peradaban bangsa. Selamatberkarya…!Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia,Satria Dharmaiv| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIREDAKSI MENYAPASistem pengembangan profesi menuntut guru untuk tidak pernah berhentibelajar guna meningkatkan kualitas diri dan profesinya. Selain harusmelaksanakan tugas pokoknya sebagai guru, yaitu mendidik, mengajar,melatih, membimbing, dan nenilai siswa-siswinya; guru juga dituntut untuktidak berhenti mengembangkan profesi secara bekelanjutan.Redaksi bersyukur kepada Tuhan atas terealisasinyapenerbitan Jurnal Edukasi ini.Sebuah jurnal ilmiah yang menjadi saranapublikasi karya ilmiah guru-guru Indonesiaanggota IGI. Inkubasi ide penerbitan jurnalini cukup panjang –hampir dua tahun-, namun rupanyaTuhan benar-benar menentukan waktu yang tepat,yaitu awal 2013 sebagai momentum terbitnya JurnalEdukasi. Sebab, pada tahun 2013 ini mulai berlakuPermenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentangJabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.Sejalan dengan Permenneg PAK dan RBtersebut, keberdaan jurnal ini akan menjadi bagiandari perjuangan IGI dalam upaya meningkatkanprofesionalitas para guru Indonesia, mulai jenjangPAUD, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMA, dan SMK/MAK. Sistem pengembangan profesi menuntutguru untuk tidak pernah berhenti belajar gunameningkatkan kualitas diri dan profesinya. Selain harusmelaksanakan tugas pokoknya sebagai guru, yaitumendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan nenilaisiswa-siswinya; guru juga dituntut untuk tidak berhentimengembangkan profesi secara bekelanjutan.Untuk itu guru harus selalu memperbaharuipengetahuan dan pengalamannya melalui berbagaiforum pendidikan dan pelatihan, seminar, lokakarya,workshop, dan koloqium. Guru juga harua bisamenghasilkan publikasi ilmiah dan karya inovatif.Publikasi ilmiah yang dapat dilakukan guru banyakragamnya, antara lain penulisan hasil penelitian danpemikiran yang terkait dengan tugas pokok danfungsinya sebagai guru. Ini semua merupakan bagiandari kegiatan utama guru.Untuk keperluan itulah, kehadiran Jurnal Edukasimenjadi penting perannya bagi pengembangan profesiguru. Melalui Jurnal Edukasi, berbagai karya ilmiahyang telah dihasilkan para guru akan tersosialisasikepada sesama guru di Tanah Air sehingga bisa salingbelajar. Berbagai hasil penelitian dan pemikiran paraguru tidak boleh hanya tersimpan dalam arsip pribadi.Gagasan, pengalaman, dan temuan para guru sangatbermanfaat bagi guru lain di seberang sana yangmembutuhkan inspirasi dari sesama guru. Akhirnya,proses sharing and growing together yang menjadisemboyan IGI menyatu dengan upaya Pemerintahsebagaimana yang dirumuskan dalam PermennegPAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 itu. Penyatuan itudiwahanai oleh Jurnal Edukasi ini.Selamat membaca dan mengembangkan profesi.RedaksiVOL. 01 Tahun I - September 2013 |v


JURNAL EDUKASI IGIDAFTAR ISISistem Informasi Akademik Berbasis PaketAplikasi Sekolah (PAS) sebagai Salah Satu UpayaMeningkatkan Mutu Layanan Pendidikan SMA diKabupaten Sidoarjo Jawa TimurOleh Umi Nuraini dan Dini Widiasih ........................ 41Penggunaan Media Kartu Bergambar untukMeningkatkan Kemampuan Bercerita AnakKelompok A di TK Muslimat NU 34 MalangOleh: Chustini ................................................................ 49Identitas Jurnal Edukasi IGI ..................................Sambutan Ketua Umum IGI PusatOleh Satria Dharma ..........................................................Redaksi Menyapa .........................................................iiiivvPembelajaran Persamaan dan PertidaksamaanKuadrat Menggunakan Media Berbasis ICT diSMKN 1 SonderOleh Yani Pieter Pitoy ................................................... 55Penggunaan Teknik Bercerita Berantai sebagaiUpaya Mengoptimalkan Keterampilan Berbicarapada Peserta Didik Kelas VII-D SMPN 3 BonangKabupaten DemakOleh: Hening Wulandari .............................................. 60Daftar Isi ............................................................................Revolusi Pembelajaran Melalui Gerakan Gurusebagai PenelitiOleh Suhardi ...................................................................... 1Hubungan antara Kepemimpinan Transformasionaldan Iklim Kerja dengan Kepuasaan Kerja GuruSekolah YPPSB Sanggatta-Kutai TimurOleh Joko Wahyono ........................................................ 9Memfaktorkan Bentuk Kuadrat denganMenggunakan Kotak GeserOleh Amirullah ................................................................. 15Efektivitas Pemanfaatan Blog sebagai Media TesOnline dalam Meningkatkan Kreativitas MenulisSiswaOleh Wijaya Kusumah ................................................... 19viImplementasi Teknik Berpartner untukMeningkatkan Keterampilan Bercerita dalamPembelajaran Bahasa (Asing)Oleh Dwi Imroatu Julaikah .......................................... 67Tinjauan Buku: Action Research, A Guide for theTeacher ResearcherOleh: Dhitta Puti Sarasvati ........................................... 71Aktivitas IGI Seantero Nusantara: PeningkatanKualitas Guru Melalui Kegiatan Berbagi danTumbuh Bersama (Sharing and Growing Together)Oleh: Dhitta Puti Sarasvati dan Faradina Izdhihary............................................................................................. 73Biodata Penulis ........................................................... 80Kaidah Penulisan Jurnal IGI ................................... 82Peningkatan Prestasi Belajar AkuntansiPerusahaan Dagang dengan MenggunakanAccounting Game pada Siswa Kelas XII-IS-2 MANSalatiga Tahun Pelajaran 2009/2010Oleh Ameliasari Tauresia Kesuma ..................... .......... 27Peningkatan Kreativitas Belajar Bahasa Indonesiadan Kemampuan Bercerita Melalui PemanfaatanMedia Dua dan Tiga Dimensi pada Siswa KelasVII-D Semester 1 SMPN 1 Banyudono KabupatenBoyolali Jawa TengahOleh Tri Andayani .............................................................. 34vi| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIREVOLUSI PEMBELAJARANMELALUI GERAKAN GURU SEBAGAI PENELITIOleh: Suhardi*Abstrak: Guru dituntut selalu meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga menjadi lebih profesional. Salahsatu cara yang efektif adalah dengan menggerakkan guru untuk aktif melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini bermula dari identifikasi masalah yang dialami guru ketika mengajar di kelas. Pemecahan masalahitu berupa pemberian tindakan yang terencana, sistematis, dan terukur untuk mem-perbaiki hasil dan prosespembelajaran itu. Tindakan itu berupa program pembelajaran yang diikhtiarkan untuk menghasilkan perbaikan.Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, perencanaan, tindakan, observasi, refleksiAbstract: Teachers are required to improve the quality of learning in order to become more professional. Oneeffective way to do this is by generating a movement to actively engage teachers in doing classroom actionresearch (CAR). To do this research, firstly, the researcher must identify problems that teachers experience whenteaching in the classroom. Secondly, the problem must try to be solved by applying well-planned, systematic, andmeasurable actions, intended to increase the learning outcomes and learning process. The actions are in the formof programs which are intended to create improvements in learning.Keywords: classroom action research, planning, action, observation, reflectionPENDAHULUANSetelah sekian lama PTK berkembang di duniapendidikan, ternyata masih ada pan da ngan yangmeremehkannya. Celakanya, pan dangan itujustru berasal dari para guru sendiri. Sebagian gurumenganggap PTK tak lebih dari penelitian berskalasempit, sebab proses dan hasilnya hanya sebatasbermanfaat di lingkungan kelas sendiri. TemuantemuanPTK tidak bisa digeneralisasi un-tuk diterapkanpada lingkungan yang lebih luas di luar kelas. SehinggaPTK disebut sebagai penelitian in di vi dualistik/egoistik,yang hanya berguna bagi guru itu sendiri sebagaipeneliti.Proses sosialisasi PTK kepada para guru yangselama ini dilakukan oleh berbagai pi hak pun turutmembentuk opini negatif me ngenai PTK. Selama inipelatihan-pe la tihan PTK yang diseleng-garakan olehdi nas pendidikan, LPMP, maupun LPTK/IKIP cenderungmenggaungkan bahwa PTK se bagai sarana untuknaik pangkat/ golongan ba gi guru PNS, dan saranamemperoleh nilai ting gi dalam sertifikasi. Pelatihanpelatihanitu kadang-kadang juga diarahkan untuk mengikutilomba penulisan karya ilmiah guru atau inovasipembelajaran yang diada-kan oleh dinas pendidikanatau LPMP. Cara-cara so sialisasi PTK seperti inilah yangmem-ben tuk opini di kalangan guru, bahwa PTK hanyasekadar bermanfaat pragmatis.Fenomena itu menunjukkan bahwa belum se muaguru memahami arti penting PTK. Jika digali lebih jauhke akar penyebabnya, per sepsi negatif itu disebabkanoleh belum be nar-benar dipahami-nya hakikat PTKdan fungsi strategisnya dalam mereformasi duniapendidikan di Indonesia.Seharusnya guru memahami cara-cara yangdilakukan pihak pemberi pelatihan itu se bagai sebatasmotivasi agar guru tergerak un tuk melakukan PTK. Dibalik motivasi yang se olah mengede-pankan tujuanpragmatis itu sesungguhnya mengarah kepadamanfaat jangka panjang bagi pengembangan profesigu ru. Sebab, PTK merupakan salah satu sa ra na utamadalam upaya meningkatkan pro fesionalitas guru.Untuk memahami ini kita perlu mengurai satu per satuposisi dan tang gung jawab guru.Sejak Undang-undang No-mor 14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen berlaku, res mi lah status gurudiakui sebagai sebuah profesi. Pa da Bab 1 Pasal 1 ayat1 dalam undang-un dang tersebut jelas dinyatakanbahwa, guru adalah pendidik profesional dengantugas uta ma mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan meng evaluasi pesertadidik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikanformal, pendidikan dasar, dan pen didikan menengah.Dengan adanya undang-undang tersebut, konsekuensiorang yang bekerja sebagai gu ru adalahharus memenuhi kualifikasi pro fesional. Sebagaimanadisebutkan dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 4 undang-undangtersebut, bah wa profesional adalah pekerjaan ataukegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadisum ber penghasilan kehidupan yang me-mer lu kankeahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhistandar mutu atau norma ter tentu serta memerlukanpendidikan profesi.Kedua ayat tersebut jelas memastikan sta tus dankedudukan guru sebagai profesi de ngan segala hak dantanggung jawab yang melekat pada profesi tersebut.Guru ber hak memperoleh sumber penghidupanyang layak dari profesinya. Sebaliknya, guru wa jibVOL. 01 Tahun I - September 2013 |1


JURNAL EDUKASI IGImelaksanakan tugas dan tanggung ja wab profesinyamenurut standar kualifikasi ter tentu.Terbitnya UU Guru dan Dosen menyaratkan pro fesiguru hanya boleh diduduki lulusan S-1. Bahkan ketikamulai diadakan program ser tifikasi sejak tahun 2006,guru selain ha rus memiliki ijasah S-1 juga harus memilikiSer ti fikat Pendidik. Sertifikat Pendidik merupakan tandabahwa guru sah dan layak disebut se ba gai pendidik,sebagaimana lulusan sarjana ke dokteran dinyatakansah berpraktik se ba gai dokter jika memiliki sertifikatprofesi ke dok te r an.Di sisi lain, upaya pengembangan profesi gurudiimbangi pula oleh pemberian re mu nerasi yangsemakin hari semakin di per ha tikan Pemerintah.Guru-guru yang telah ter setifikasi berhak mendapattunjangan pro fesi pendidik (TPP) sebesar satu kali gajipo koknya. Sementara itu, sambil menunggu gi li ran,guru-guru yang belum tersertifikasi juga men dapattambahan pendapatan.Dari waktu ke waktu akan terjadi pe ning katankualifikasi dan kompetensi guru. Na mun, pada saatyang sama juga akan di ting katkan penghargaan atasjasa-jasa pe lak sanaan tugas dan tanggung jawabnya.Dia gram berikut ini menggambarkan proses itu se caraberkelanjutan.Apa arti ini semua?Artinya adalah guru harus selalu meningkat kualifikasidan kompetensinya agar dapat men jawabtantangan perubahan zaman. Upa ya-upaya ke arahitu telah dengan jelas di tun jukkan oleh Pemerintah.Sekarang tinggal para guru sendiri dalam menyikapituntutan pe rubahan/perkembangan itu. Tentu tidakcu kup jika para guru tinggal duduk berpangku tangan,alias tidak mau berubah. Padahal di tangan paragurulah kunci kemajuan pen di dikan di negara kita.tentang Jabatan Fungsional Gu ru dan Angka Kreditnyamenjadi acuan. Aturan yang efektif diberlakukanpada tanggal 1 Januari 2013 itu lebih memacu gurudalam pe ngembangan profesi, antara lain karena gurudituntut harus menghasilkan karya tulis il miah sejakmengajukan kenaikan pangkat ke III.C.Dalam Permenpan tersebut dinyatakan bahwakegiatan yang harus dilakukan guru da lammengemban profesinya terdiri atas (1) ke giatan utamadan (2) kegiatan penunjang. Ke giatan utama meliputi(a) pendidikan, (b) pem belajaran/pembimbingandan tugas tam bahan dan/atau tugas lain yangrelevan de ngan fungsi sekolah/madrasah, dan (c)pe ngem bangan keprofesian berkelanjutan (PKB).Pe ngembangan keprofesian berkelanjutan ada lahpengembangan kompetensi guru yang dilaksanakansesuai dengan kebutuhan, ber tahap, berkelanjutanuntuk meningkatkan pro fesionalitas guru.Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutanmeliputi kegiatan (i) pe ngembangan diri,(ii) membuat publikasi ilmiah, dan (iii) membuat karyainovatif. Untuk me ngembangkan dirinya, guru dapatikut ser ta dalam berbagai kegiatan pendidikan danlatihan fungsional, serta keikutsertaan da lam kegiatankolektif guru dalam rangka me ning katkan kompetensidan/atau keprofesian guru. Publikasi Ilmiah yang dapatdilakukan gu ru antara lain meliputi publikasi ilmiahatas hasil penelitian atau gagasan inovatif pa da bidangpendidikan formal, penerbitan bu ku teks pelajaran,buku pengayaan, dan pedoman guru. Karya inovatifyang di ha rapkan dihasilkan para guru meliputi penemu an teknologi tepat guna, menciptakan kar yaseni, membuat/memodifikasi alat pe la jaran/peraga/praktikum, dan mengikuti pengem ba ngan penyusunanstandar, pedoman, soal dan sejenisnya.Sedangkan kegiatan penunjang yang da pat dianggapsebagai bagian dari tugas ke profesian guru meliputi (a)mengikuti pen di dikan sehingga memperoleh gelar/ijazah wa laupun tidak sesuai dengan bidang yang diampunya,(b) memperoleh penghargaan/tan da jasa, dan(c) melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas guru,antara lain mem bimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ekstrakurikuler dan sejenisnya, me ngikutiorganisasi profesi/kepramukaan, men jadi tim penilaiangka kredit, dan/atau men jadi tutor/pelatih/ instruktur.Uraian isi Permenpan tersebut dapat di gam barkandengan diagram berikut ini.Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)Sudah jelas kiranya, bahwa kompetensi gu ru harusselalu ditingkatkan. Peran aktif setiap gu ru dalam upayamengembangkan dirinya men jadi suatu kebutuhan.Bukan saatnya lagi guru pasif berdiam diri berlindungdi ba lik dinding-dinding kemapanan sebagai pe gawai.Guru harus aktif meningkatkan kom pe tensi dirinyadalam mengemban profesi.Perangkat aturan yang mendorong agar gu ruselalu mengembangkan profesinya pun su dah jelas.Dalam hal ini, Kepmenpan Nomor 16 Tahun 20092| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGILalu, di manakah posisi penelitian tindakan ke las(PTK) dalam keseluruhan tugas guru da lam menjalankanprofesinya? PTK adalah sa lah satu kegiatan penelitianyang dilakukan oleh guru alam rangka melakukanperbaikan pem belajaran di kelasnya. Hasil PTK tersebutdapat dipublikasikan dalam forum ilmiah, mi salnyaseminar dalam MGMP. Hasil PTK ju ga dapat disusunsebagai artikel untuk di muat dalam jurnal ilmiah. Olehkarena itu, PTK dapat digolongkan seba-gai kegiatanpub li ka si ilmiah.Dengan melihat bagan di atas, arti penting PTKdalam proses pengembangan profesi gu ru menjadijelas bagi kita semua. Ternyata ke dudukan PTKmerupakan bagian dari pe ngem bangan keprofesianberkelanjutan (PKB). Sementara itu, PKB merupakanbagian dari kegiatan utama yang harus dilakukan gu rudalam me-laksanakan tugasnya. Itulah man faat jangkapanjang PTK dalam upaya pengembangan profesiguru.Beberapa pakar penelitian telah meng ung kapberbagai manfaat PTK, di antaranya Sub yantoro (2009),dan Su kidin, dkk. (2008). Jika pen dapat mereka diramuma ka dapat disimpulkan em pat manfaat, yaitu (1)menumbuhkan ke mam puan refleksi; (2) me ning kat kanpro fe sionalitas; dan (3) mem perbaiki proses pem be lajaran.Refleksi adalah ke gia t an perenungan atau peninjauankembali atas apa yang telah dilakukan, sehinggadiperoleh cara-cara ba ru untuk melakukanpembelajaran yang lebih ba ik pada masa-masa mendatang. PTK membuat guru menjadi suka me lakukanrefleksi terhadap pengalaman me ngajarnya demiperbaikan cara-cara meng angar di masa datang.Salah satu ciri guru profesional adalah se lalumemperbaiki kualitas pelaksanaan tu gasnya. Berbagailangkah inovasi perlu dilakukan untuk memperbaikicara mengajar agar lebih baik. Di sinilah PTK memegangpe ran penting, karena guru mengidentifikasi permaslahanyang terjadi di kelasnya, lalu men cari jalankeluar perbaikannya.Langkah-langkah PTK pada dasarnya ada lahupaya perbaikan proses pembelajaran yang telahdilakukan. Pengalamana mengajar yang kurangberhasil diperbaiki dalam lang kah berikutnya denganmenerapkan cara-ca ra baru (inovatif). Hasil perbaikansetiap pembelajaran diamati dan dievaluasi untuk mengetahuikeefektifannya. Jika langkah yang dicobakanterbukti efektif, maka gu ru memperoleh pengalamanlangsung se ba gai masukan untuk memperbaiki carame nga jarnya.PTK dapat digambarkan dengan pe ri ba ha sa‘sambil menyelam minum air’. Sambil me laksanakantugas rutin sehari-hari, guru me la kukan penelitian.Proses penelitian itu sendiri ter integrasi dalam prosespembelajaran, se hingga pembelajaran tidak terganggudan pe nelitiannya berlangsung.Sampai di sini, hendaknya kita menyadari pentingnyaupaya masing-masing guru untuk selalumengembangkan profesinya, antara lain denganmenulis PTK. Dengan melakukan PTK, ma ka guruakan banyak membaca literatur (sehubungan denganKompetensi Dasar yang di teliti). Jika setiap kalimenyusun PTK guru minimal menggunakan 10 literatur(buku, jur nal, artikel) sebagai sumber kajian pustaka,ma ka guru sudah melakukan proses belajar yang cukupekstensif dan intensif. Apalagi li te ratur yang dibacaharus terbaru (sepuluh ta hun terakhir terbit). Dengansendirinya guru telah meng-up date pengetahuannyada lam hal pembelajaran/penguasaan materi se hu bungandengan topik yang diteliti.Tidak hanya sekadar memperbanyak ba ca an,melakukan PTK juga membuat guru me ngasah berbagaikompetensi ilmiahnya. Per ta ma, guru akan mampumerumuskan konsep ber pikir berdasarkan hasil kajianpustaka. Ke dua, guru melakukan proses pengumpulanda ta dan mengolahnya menjadi simpulan. Ke tiga, gurubelajar memecahkan masalah yang dihadapinya dikelas dengan dasar ha sil penelitian, bukan berdasarkanperasaan dan perkiraan semata. Keempat, guru harusmenuliskan hasil PTK dalam bentuk karya tulis il miah(makalah/artikel ilmiah/artikel populer) dan kalau perlujuga mempresentasikan ha sil penelitiannya dalamforum deseminasi (mi sal nya di depan pertemuanMGMP).Keempat kompetensi itu sangat men du kungpeningkatan profesionalitas guru dalam mengembantugasnya. Oleh karena itu, tidak ber lebihan kalaudikatakan bahwa PTK dapat men jadi penopang utamapengembangan pro fesi guru. Pengembangan profesiguru se harusnya menjadi bagian dari kebutuhanguru, bukan beban tugas keprofesian semata. Se babdi tangan gurulah baik buruknya dunia pen didikandi negara kita. Semakin profesional guru dalammengemban tugas dan tanggung ja wabnya, semakinmeningkat pula kualitas pen didikan di negara kita.Dengan pendidikan yang berkualitasa akan diperolehgenerasi ba ru yang berbobot sehingga bangsa dan negara akan semakin berjaya di masa depan.Perkembangan PTKdan Konsep DasarnyaPada tahun 1946 seorang ahli psikologi so si al diAmerika Serikat bernama Kurt Lewin me ngembangkanjenis penelitian tindakan (action research) untukmengatasi berbagai per masalahan di masyarakat.Penelitian tin dakan adalah jenis penelitian yang biasadilakukan para ahli ilmu sosial untuk me la kukanrekonstruksi sosial.Dalam konsep yang umum ini penelitian tin dakandidefinisikan sebagai kajian ten tang situasi sosialdengan maksud untuk me ning kat kan kualitas tindakandi dalamnya. Seluruh pro sesnya –telaah, diagnostik,perencanaan, pe laksanaan, pemantauan, danpengaruh– men ciptakan hubungan yang diperlukanan tara evaluasi diri dan perkembangan pro fesional(Elliot 1982:1).Definisi di atas belum menggambarkan konseppenelitian tindakan kelas (PTK) da lam arti yangsesungguhnya. Namun dalam de finisi itu terungkaphakikat dari penelitian tin dakan, yaitu berupa kajianuntuk me ning kat kan kualitas tindakan berdasarkanrefleksi atas hasil evaluasi terhadap tindakan tersebut.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |3


JURNAL EDUKASI IGI4| VOL. 01 Tahun I - September 2013Pendidikan adalah bagian dari bidang ka ji an ilmuilmusosial. Maka tidaklah heran jika ke mudian penelitiantindakan juga merambah du nia pendidikan. Penerapanjenis penelitian ini ke dalam dunia pendidikan telahdimulai pa da tahun 1952 oleh Stephen Covey. Sejak saatitu implementasi penelitian tindakan da lam duniapendidikan dan pembelajaran se makin meningkat,sehingga mulailah dikenal is tilah Classroom ActionResearch (penelitian tin dakan kelas) pada tahun 1976 diAmerika Serikat.Menurut Nurkamto (1999), penelitian tin da kankelas (PTK) tidak lain adalah penelitian tin dakan yangdilakukan di kelas. Oleh karena itu, PTK merupakanperkembangan lebih lan jut dari jenis penelitiantindakan yang berlaku umum di bidang ilmu-ilmusosial.Orang-orang yang kemudian me ngem bang kan PTKdalam arti sebenarnya adalah Ste phen Kemmis, RobinMc Taggart, John Elliot, dan Dave Ebbud. Keempattokoh ter sebut mengembangan model siklus PTK masing-masing,sehingga dikenal adanya model Kemmis-Taggart, model Elliot, model Ebbud, di samping adamodel Mc Kernan. Semuanya memiliki keunikandengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namunpada dasarnya me miliki kesamaan konsep dasar,bahwa PTK dila kukan dalam beberapa siklus (daur) dansetiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaituperencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Hingga saat ini, model penelitian ini ber kembangpesat di negara-negara maju seperti Inggris, AmerikaSerikat, Australia, dan Kanada (Su yanto 1996). Penelitiantindakan kelas ini tidak lain adalah penelitian tindakanyang sum ber datanya berupa proses pembelajaran dikelas. Tujuannya untuk memperbaiki kua litas prosesdan hasil pembelajaran. Oleh ka rena itu, PTK kemudiandidefinisikan antara lain sebagai (1) suatu bentukpenelitian yang ber sifat reflektif dengan melakukantindakan-tin dakan tertentu agar dapat memperbaikidan atau meningkatkan praktik-praktik pem be lajarandi kelas secara profesional (Suyanto 1997), dan (2)suatu bentuk penelitian yang di laksanakan oleh guruuntuk memecahkan ma salah yang dihadapi dalammelaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelolapelaksaan ke giatan belajar mengajar (KBM) dalam artiluas (Purwadi 1999).Kedua definisi di atas lebih mudah dipahamidan lebih bisa menggambarkan bagaimana prosespelaksanaan PTK yang sebenarnya di kelas. Dari definisiitu kita dapat memahami em pat hal penting yangmerupakan konsep dasar PTK.Pertama, PTK berorientasi untuk meme cah kanmasalah pembelajaran di kelas. Masalah itu diidentifikasioleh guru dalam melaksanakan tugas mengajar sehariharidi kelas itu dan di upayakan pemecahannya olehguru itu. Da lam proses ini guru dapat melibatkan pihaklain sehingga terjadi kolaborasi.Kedua, PTK merupakan refleksi terhadap pro sespembelajaran. Artinya, penelitian itu dilaksanakandengan cara memberikan tin da kan tertentu. Hasiltindakan itu dievaluasi dan dijadikan bahan renungan(refleksi) un tuk memperbaiki kualitas pembelajaran selanjut nya. Ini berbeda dengan penelitian formal yangtujuannya hanya bersifat mencari tahu apa yang terjadidi kelas. Walaupun penelitian formal (eksperimental,korelatif, dekskriptif, dll.) dilaksanakan di kelas, bukanlahpenelitian tin dakan kelas. Penelitian tindakan kelasharus ter dapat tindakan untuk memperbaiki kualitasproses pembela-jaran dan hasilnya. Tindakan itu tidaklain adalah proses pembelajaran yang dilakukan guru.Ketiga, PTK dilaksanakan oleh pelaku tin dakanpembelajaran, yaitu guru yang me nga jar di kelastersebut. Hal itu karena hanya gu ru yang mengajar dikelas tersebutlah yang mengetahui adanya masalahdi kelas yang dia ampu. Pada praktiknya, guru hanyaboleh meneliti pelaksanaan pembelajaran pa da bidangstudi yang dia ampu dan pada ke las yang dia ajar.Dengan demikian hasilnya akan berdapak langsungkepada peningkatan pro fe sionalitasnya sebagai guru.Keempat, PTK dilakukan dalam beberapa daur(siklus) tindakan. Artinya, guru selaku pe nelitimelakukan tindakan pembelajaran yang selaludiperbaiki kualitasnya pada setiap sik lus pembelajaran.Tindakan pada siklus per tama dikaji hasilnya, bila kurangbagus selanjutnya diperbaiki dengan melakukan inovasitindakan (bukan mengganti tindakan) padasiklus pembelajaran kedua. Hasil tin da kan kedua inipun dikaji kembali untuk melihat hasilnya. Begituseterusnya sehingga di peroleh tindakan yang terbaik,dan itu ditandai dengan optimalnya hasil dan atau prosespembelajaran.Penerapan PTK di beberapa negara di war nai cirikhas tertentu. Misalnya, di Inggris dan Aus tralia samasamamenekankan bentuk PTK kolaboratif. Walaupundi Inggris lebih ber orientasi kepada strategi, sedangkandi Aus tralia mengutamakan peran guru dalam pro sespenelitian.Selama ini PTK sering diidentifikasi sebagai penelitiankolaboratif, seperti yang terjadi di Inggrisitu. Sebenarnya, selain itu ada tiga bentuk lain, yaituPTK yang berorientasi guru se bagai peneliti, PTKyang bersifat simultan te rintegrasi, dan PTK yangberorientasi ad ministrasi sosial eksperimental (Sukidin,dkk. 2008:54-58).Penerapan PTK di Indonesia yang bermula pa dapada tahun 1994-1995 rupanya cen de rung mengacukepada bentuk kolaboratif. Pada tahun-tahun tersebutPemerintah mem programkan pelaksanaan penelitianke bi jakan dan penelitian tindakan di jenjang SekolahDasar. Walaupun baru tahun 1996-1997, upaya-upayapelaksanaan PTK dalam ar ti sebenarnya dilaksanakandi Indonesia.Pada masa awal sosialisasi PTK di Indonesia itu,pelaksanaannya ditekankan dalam bentuk kolaborasiantara para pakar di perguruan tinggi dengan paraguru di sekolah. Ko la borasi itu terjadi sebagai akibatadanya pro yek-proyek penelitian tindakan kelas yangdi ta war kan oleh Pemerintah kepada para dosen di perguruantinggi. Para dosenlah yang selama ini dianggapsebagai orang yang paling me ngu asai metodologipenelitian, sementara gu ru di sekolah dianggap lemahdalam hal itu. Akan tetapi, guru memiliki keunggulandalam hal penguasaan situasi dan kondisi kelas yang


JURNAL EDUKASI IGIdiampunya. Karenanya, kolaborasi antara do sen danguru menjadi saling melengkapi se hing ga timbullahsuatu pandangan bahwa PTK harus dilakukan secarakolaboratif.Kolaborasi seperti itu tampak dari pro po salproposalPTK yang diajukan oleh para dosen kepadaPemerintah selaku pihak yang membiayai penelitian.Komposisi tim pe neliti biasanya terdiri atas para dosense ba gai peneliti utama dan para guru sebagai anggotatim. Para guru hanya ditempatkan se bagai pekerjalapangan, tugasnya hanya me lak sanakan rencana/desain penelitian yang te lah dibuat dosen.Di sinilah kelemahan kolaborasi dalam PTK mo deltersebut, yaitu identifikasi masalah dan pe rencanaantindakan yang dibuat dosen tidak men cerminkankebutuhan nyata di kelas yang diteliti. Sehinggahasilnya pun tidak banyak ber manfaat bagi perbaikanpembelajaran di ke las yang diteliti. Apalagi, hasilpenelitian men jadi milik dosen di perguruan tinggise hingga tidak secara langsung bermanfaat ba giperbaikan yang dapat dilakukan guru.Oleh karena itulah, kolaborasi seperti ini ku rangmenguntungkan dan sudah waktunya pa ra gurusecara mandiri melakukan PTK. Kalaupun masih inginberkolaborasi se baik nya dilakukan dengan temansesama guru/ke pala sekolah/pengawas. Kolaborasiseperti itu kecuali dilandasi pemahaman yang samater hadap kebutuhan pembelajaran, juga ber tujuanuntuk proses triangulasi data. Tri angu lasi data adalahteknik pemeriksaan ke ab sahan data penelitian, caranyadengan mem ban dingkan data dari sumber lain,metode, pe nyidik, dan teori (Moloeng 2004:330). Dengandemikian hasil penelitian menjadi lebih ob jektif.Akhir-akhir ini banyak guru mulai mem pelajarimetodologi PTK dan semakin lama se makinmenguasainya. Apalagi prinsip-prin sip pokok dalamsemua jenis penelitian pa da dasarnya sama. Sehinggapengalaman me lakukan penelitian dalam rangka penyele saian jenjang kesarjaan ketika kuliah dulu mendukungsekali penguasaan para guru terhadap PTK.Guru hanya memerlukan se di kit lagi belajar hal-halyang berhubungan de ngan ciri khas PTK. Hal ini cukupmenjadi alasan, bahwa PTK dapat dilakukan secaraman diri oleh guru.PTK yang menempatkan guru sebagai pe meranutama mulai dari proses perencanaan hing gapelaksanaannya merupakan bentuk yang berorientasikepada guru sebagai pe ne liti. Kalaupun melibatkanrekan sejawat, fungsinya sebatas konsultatif. Karenagu ru mengidentifikasi sendiri ma-salah yang dihadapidan kemudian mencari pe me cahannya dengan carayang tepat, ma ka hasilnya pun lebih bermanfaat bagipe lak sa na an tugasnya sehari-hari.Apabila guru masih berperan penting se ba gaipeneliti tetapi konsep dan rencana pe ne litiannyadirumuskan pihak luar (pakar/do sen), maka PTK yangdilakukan berbentuk si lmultan terintegrasi. Dengancara ini, hasil pe nelitian tidak hanya untuk memenuhike bu tuhan praktis dalam memperbaiki kualitaspem belajaran, tetapi juga untuk menghasilkan pengetahuanilmiah di bidang pembelajaran.Sedangkan bentuk penelitian tindakan ad ministrasisosial eksperimental sama se kali tidak melibatkan guru.Kelas yang di am pu guru hanya sekadar dijadikan lokasiatau sumber data. Rumusan masalah dan hi potesis yangdijadikan dasar penelitian di buat oleh peneliti dari luarberdasarkan ke bu tuhan mereka untuk meningkatkanhasil pe laksanaan suatu kebijakan dalam praktik pendidikan.Penelitin semacam ini biasanya di pesan olehPemerintah dan dilaksanakan pe neliti dari perguruantinggi.Model/Desain PTKSecara umum langkah-langkah me lak sa nakanPTK sama dengan pelaksanaan pe nelitian-penelitianlainnya. Penelitian dil akukan untuk menjawabpermasalahan yang te lah diidentifikasi sebelumnya.Masalah itu di jawab dengan merumuskan hipotesisyang dikembangkan berdasarkan kajian teori-teoriyang terkait dengan variabel yang diteliti. Hi potesis itukemudian diuji dengan data empirik yang dikumpulkanmenggunakan instrumen yang relevan. Terbuktiatau tidaknya hipotesis itu merupakan temuan hasilpenelitian.Langkah umum seperti itu juga ditempuh dalamPTK. Hanya saja masalah yang hendak di carijawabannya dengan melakukan PTK adalah masalahyang dialami dalam pem be lajaran di kelas. Masalahmasalahitu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitumasalah yang berhubungan dengan (a) prestasi/hasil be lajar siswa, dan (b) proses pembelajaran yangdilakukan guru. Prestasi belajar siswa atau prosespembelajaran yang dilakukan gu ru dianggap sebagaimasalah jika tidak sesuai ha rapan (tidak ideal), dan olehkarenanya per lu dicarikan solusi agar menjadi sesuaiha rapan.Solusi terhadap masalah itu pada dasarnya ada lahmemberikan tindakan perbaikan da lam pembelajaran.Tindakan perbaikan itu diharapkan dapat memberikanpengaruh agar terjadi peningkatan prestasi belajarsiswa atau proses pembelajaran yang dilakukan gurumenjadi lebih baik. Wujud tindakan per baikanpada dasarnya adalah kegiatan pem belajaran yangdilakukan guru. Tindakan perbaikan itu berkaitandengan implementasi salah satu atau beberapa daritujuh ini, yaitu (a) pendekatan, (b) strategi, (c) model,(d) metode, (e) teknik, (f) penggunaan media, dan (g)penggunaan alat peraga pembelajaran.Dalam satu daur/siklus tindakan terdapat em pattahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, danrefleksi.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |5


JURNAL EDUKASI IGITahap PerencanaanPerencanaan tindakan hanya dapat di la kukan jikapeneliti sudah mengientifikasi ma sa lah yang hendakditeliti. Hasil identiifkasi ke mudian difokuskan ke arahsatu masalah yang paling relevan dengan peroalanyang dihadapi, sehingga diperoleh suatu ru mus anmasalah. Masalah itulah yang dicari pe me ca han nya.Cara-cara memecahkan masalah yang akan ditempuhitu dijelaskan dalam perencanaan. Se bab,cara-cara pemecahan itu merupakan wujud tindakanyang akan dilakukan peneliti (guru) dalam upayamemecahkan masa-lah. Oleh karena tindakan yangakan dilakukan me rupakan proses pembelajaran, makaren cana itu dituangkan dalam bentuk RPP (ren ca napelaksanaan pembelajaran).Tahap PelaksanaanKegiatan ini pada dasarnya adalah pe lak sanaanproses pembelajaran di kelas. Pe laksanaan tindakanitu tidak lain adalah upa ya mencari solusi terhadapmasalah yang te lah dirumuskan. Proses pelaksanaanyadi tem puh sesuai dengan isi bagian langkah-lang kahpembelajaran dalam RPP. Peneliti me laksanakan tindakan(pembelajaran) mu lai dari pembuka pelajaran(penyampaian to pik dan tujuan, serta pemberianapersepsi dan motivasi); ke giatan inti (meliputi eksplorasi,ela bo rasi, dan kon firmasi); ser ta kegiatan penutup(simpul an, refleksi pem belajaran).Tahap ObservasiPada dasarnya tahap observasi berupa ke giatanuntuk mengetahui hasil yang dicapai, baik hasilbelajar maupun perbaikan proses pem belajaran.Peneliti mengamati proses dan atau hasil tindakanyang dilakukannya dengan menggunakan tekniktes maupun teknik non tes. Semua bentuk tes bisadigunakan sesuai de ngan data yang diinginkan. Tekniknontes yang dapat digunakan bisa berupa angket,wa wancara, pengamatan/pemantauan, ceklis, dankuesioner.Tahap RefleksiData hasil obsevasi atau evaluasi hasil tin dakankemudian dianalisis. Proses analisis me liputi tabulasi,klasifikasi, kalkulasi, hingga in terpretasi data. KarenaPTK pada dasarnya ada lah meneliti proses dan hasilpembelajaran, ma ka data yang dikumpulkan berupanilai pres tasi belajar siswa atau catatan perilaku, sikap,atau motivasi siswa di kelas.Kedua jenis data itu bisa dikuatifikasi se hinggamemudahkan analisis secara ma te ma tis. Prosesnyasama dengan ketika guru me nganalisis nilai hasilbelajar siswa. Dari hasil analisis itulah, guru sebagaipeneliti da pat menyimpulkan apakah tindakan (pembelajaran)-nya berhasil/meningkat atau belum.Hasil refleksi ini akan menjadi dasar per baikantindakan pada siklus/daur tin da kan berikutnya. Bilabelum seperti yang di harapkan, maka guru/penelitiperlu me ren ca nakan tindakan pada siklus/daur keduadan seterusnya. Siklus berikutnya itu meliputi empatkegiatan di atas, hanya saja kualitas tin dakannya6| VOL. 01 Tahun I - September 2013disempurnakan (bukan diganti).Pemberian tindakan perbaikan siklus-siklus berikutnyatidak boleh mengubah hakikat pe nelitianini menjadi penelitian eksperimental atau penelitiankorelatif. Oleh karena itu, tin dakan yang dilakukan padasiklus pertama dan berikutnya tidak boleh menggantijenis tin dakan, tetapi berupa penyempurnaan tin dakanyang telah diputuskan sebagai solusi pe mecahanmasalah.Dalam pelaksanaan PTK tidak ada batasan tegasberapa siklus yang harus ditempuh. Ha nya saja,beberapa rambu ini dapat dijadikan patokan untukmenentukan banyaknya siklus tindakan adalah (1)minimal dua siklus, karena pa da siklus kedua itulahterjadi perbaikan tin dakan atas kekurangberhasilanpada siklus per tama; (2) bila terlalu banyak siklus, akanme ngganggu alokasi waktu pembelajaran yang telahditetapkan dalam program se mes ter, padahal salahsatu prinsip dasar PTK ada lah tidak boleh mengganggutugas sehari-hari guru; dan (3) bila terlalu banyak siklusper tan da hipotesis tindakan yang dirumuskan berpeluangbesar tidak akan terbukti, maka le bih baikdirumuskan hipotesis baru yang oto matis mengubahjenis tindakan yang akan di lakukan.Uraian singkat di atas menunjukkan adanyaper bedaan PTK dengan jenis penelitian lain pa daumumnya, walaupun secara metodologi pro sesnyanyahampir sama. Sukidin, dkk. (2008:27) mendeskripsikanadanya de la pan perbedaan, yaitu pada motivasi peneliti, sumber masalah, tujuan penelitian, ke ter libatanpelaku penelitian, sumber data (sam pel), metodologi,interpretasi temuan, dan ha sil akhir penelitian.Intinya, PTK dodorong oleh kebutuhan un tukmelakukan tindakan perbaikan, se dangkan penelitiannon-PTK lebih me ngu ta ma kan pencarian kebenaranilmiah. Masalah yang diteliti dalam PTK bersumberdari upaya un tuk mendiagnosis proses pembelajarandan berupaya memperbaiki kekurangan yang ter jadi.Sementara itu penelitian non-PTK ber u pa ya untukmenjawab permasalahan dengan ca ra memverifikasidata untuk membangun pe ngetahuan secara deduktifatau induktif. Oleh karena itu, pelaku PTK (guru) terlibatda lam proses tindakan, sementara itu peneliti non-PTKseolah-olah seorang penonton sepak bo la yang berdiridi luar lapangan.Sumber data PTK adalah kasus pembelajaran dalamsebuah kelas, sedangkan penelitian non-PTKmengambil data dari sampel yang mem presentasikanpopulasi yang lebih luas. Me todologi dalam PTK lebihlonggar namun te tap mengutamakan objektivitas,tidak se per ti dalam penelitian non-PTK yang telah terstandardisasi dengan ketat.Temuan/hasil PTK berupa pemahaman praktikpembelajaran melalui proses reflek si kegiatanpembelajaran, bukan un tuk membangun teori/pengetahuan seba gai ma na dilakukan seorangilmuwan. Pada akhir nya, PTK dilakukan untukmembuat siswa/kelas dapat belajar lebih baik dan prosespembelajaran yang dilakukan guru ju ga semakinbaik. Bukan seperti penelitian non-PTK yang hanyabersifat menguji pe nge tahuan, perosedur, atau hal-hal


JURNAL EDUKASI IGIlain yang yang ingin diketahui peneliti, tetapi tidak mengubah keadaan menjadi lebih baik.PenutupBerdasarkan uraian di atas penulis me ne kan kanpentingnya para guru merevolusi diri un tuk menjadilebih baik, khususnya dalam upa ya meningkatkankemampuan mengajar. Re volusi itu hanya mungkindilakukan oleh gu ru sendiri dengan tekad penuh untukmeng ubah diri. Dorongan eksternal terbukti ku rangefektif, sebagaimana kecilnya tindak lan jut dari berbagaipelatihan formal selama ini. Berbagai pelatihan formalhanya mungkin ber hasil mengubah kompetensi gurujika pe latihan itu dapat membangkitkan motivasi internalguru untuk berubah.Salah satu jalan yang dapat dilakukan ada lahdengan rutin melakukan penelitian tin dakan kelas(PTK). Dalam PTK itulah pro ses revolusi kemampuanmengajar yang se sung guhnya terjadi. Sebab, guruberproses mu lai dari mengidentifikasi permasalahanpem be lajaran yang dihadapi secara langsung di kelas,lalu berusaha memperbaikinya dengan pe nelitantindakan. Apalagi dalam proses itu gu ru dituntut pulauntuk membaca berbagai sum ber pustaka rujukanterbaru sehubungan de ngan masalah pembelajaranyang diteliti. Hal itu akan membuat pengetahuannyamen ja di terus berkembang dan terbarui mengikutiper kembangan ilmu pengetahuan di bidang tu gasnya.Tuntutan tugas mengajar sudah menjadi keniscayaandalam diri seorang guru. Ma sya rakatberharap penuh terhadap peran guru sebagai fasilitatorpembe-lajaran bagi pu tra-putri mereka. Di tangangurulah ma sa depan anak-anak bangsa ini berada, sebabpendidikan merupakan tangga untuk me nu jutingkat kehidupan yang lebih baik di ma sya rakat.Sejalan dengan tuntutan masyarakat selakupe makai jasa pendidikan, pemerintah pun te lahmembangun sistem pengembangan pro fesi gurusecara lebih menantang. Da lam sistem itu guru dtuntutselalu ber upaya mengembangkan kompetensi pro fesionalitasnya.Berbagai bentuk upaya ke arah itu diberipenghargaan berupa ang ka kredit dan sertifikasi.Angka kredit di ka itkan langsung dengan pemberianpeng har gaan yang berwujud kenaikan pangkat danbertambahnya pendapatan guru (ke se jah te ra an).Begitu pula dengan sertifikasi.Sebaliknya, guru yang tidak berusaha meng-upgrade dirinya, maka semakin lama akan tersisih dalamsudut-sudut pinggir pro fe sinya. Tentu tidak seorangguru pun akan me nyukai posisi terpinggirkan itu.Oleh karena itulah, penulis menyarankan perlunyadiadakan Gerakan Guru Sebagai Pe neliti. Ide inibukan hal baru, karena te lah dicetuskan para pakarpengembang PTK di negara-negara maju. Gerakan ituakan membuat para guru rutin dan rajin me lakukan PTKdemi memperbaki kualitas ke mam puan mengajar-nya.Tentu saja gerakan itu perlu dukungan semua pihak,terutama Di nas Pendidikan dan sekolah-sekolah tempatpara guru bertugas. Fasilitasi dalam ben tuk regulasimaupun iklim yang kondusif un tuk merangsang paraguru merevolusi kom petensi mengajarnya amat sangatdi ha rapkan. Jangan sampai kesadaran para guru yangtumbuh untuk meng-up grade dirinya hanya dipandangsebelah mata oleh instansi-instansi otoritas pendidikanyang se ha rusnya aktif mendorong, memfasilitasi, danmeng hargai gerakan itu.Daftar PustakaCarr, W & Kemmis, S.1983. Becoming Critical: Edu cation,Knowledge, and Action Research. Gelong, Victoria,Australia: Deakin University.John, Elliot. 1982. Action Re-search for Edu cationalChange. Philadelphia: Open University Press.Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebu da yaanRI Nomor 025 Tahun 1995 tentang Pe tunjuk TeknikKetentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru danAngka Kreditnya.Moloeng, lexy J. 2004. Metode Penelitian Kua litatif.Bandung: Rosda.Mulyono, HP. 2010. ‘Permasalahan dalam PTK Bab IPendahuluan’. Presentasi Pelatihan PTK da lam Forum TeachingClinic Diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Tengah(tidak dipublkasikan).Peraturan Menteri Negara Pen-dayagunaan Apa raturNegara dan Reformasi Birokrasi No mor 16 Tahun 2009tentang Jabatan Fung sional Guru dan Angka Kreditnya.Sub yantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Se marang:Badan Penerbitan Universitas Di po negoro.Sukidin, dkk. 2008. Manajemen Penelitian Tin da kanKelas. Surabaya: Insan Cendekia.Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Pe ne li tianTindakan Kelas (PTK). Jakarta: BP3SD, Dir jen Dikti,Depdikbud.Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 ten tangGuru dan Dosen.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |7


JURNAL EDUKASI IGI8| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIHUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONALDAN IKLIM KERJA DENGAN KEPUASAAN KERJA GURU SEKOLAHYPPSB SANGGATTA KUTAI TIMUROleh: Joko Wahyono*Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional daniklim kerja guru dengan kepuasan kerja guru. Penelitian dilaksanakan di Sekolah YPPSB Sangatta Kutai Timur.Sampel penelitian sebanyak 63 orang, dipilih dengan menggunakan proportional random sampling. Instrumenyang digunakan adalah kuesioner. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa (1) terdapat hubungan positif antarakepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru; dan (2) terdapat hubunganpositif antara iklim kerja guru dengan kepuasan kerja guru; (3) terdapat hubungan positif antara kepemimpinantransformasional dan iklim kerja secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru.Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Iklim Kerja dan Kepuasan KerjaAbstract: The objective of this research is to find out the how the transformational leadership and the organizationalclimate of teachers relate with teachers’ job satisfaction. The research was conducted in the YPPSB School inSangatta East Kutai with n = 63 using proportional random sampling. The findings shows that there is a positivecorrelation between: (1) transformational leadership of head teachers with the teachers’ job satisfaction. (2) Theorganizational climate of teachers with the teachers’ job satisfaction. (3) The research also indicates that there is apositive correlation between these two independent variables together, both the transformational leadership ofhead teachers and the organizational climate of teachers, with the teachers’ job satisfaction.Keywords: Transformational Leadership, Organizational Climate, and Job Satisfaction.PENDAHULUANKepuasan kerja merupakan salah satu faktorpenting un tuk mendapatkan hasil kerja yangoptimal. Ketika se orang merasakan kepuasandalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimalmungkin dengan segenap ke mampuan yang dimilikinyauntuk menyelesaikan tugas pe kerjaannya. Dengandemikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akanmeningkat secara optimal.Kepuasan kerja adakalanya berkenaan dengan halyang me nyenangkan dan adakalanya pada hal-halyang tidak menyenangkan. Kepuasan kerja bersifatdinamis. Artinya ber kem bang terus. Oleh sebab itu,ia bersifat relatif. Jika manusia te lah mencapai suatukepuasan, maka timbul pula tuntutan akan kepuasanyang lebih tinggi kualitas dan kuantitasnya. Se lain itu,Gibson (1973) menyatakan, “Job satisfaction is refers tothe positive or negative aspect of an individual’s attitudetoward his job or some feature of the job.” Gibson mengatakanbah wa kepuasan kerja mengacu pada aspekpositif atau ne gatif sikap individual dan cara pandangseseorang terhadap pekerjaanDi dalam praktik, suatu proses perubahan dijalankande ngan bertumpu pada pendekatan transaksionalyang mekanistik dan bersifat teknikal, di mana manusiacenderung dipandang sebagai suatu entiti ekonomikyang siap untuk dimanipulasi dengan menggunakansistem imbalan dan umpan balik negatif, dalam rangkamencapai manfaat ekonomik yang sebesar-besarnya(Bass, 1990; Bass dan Avolio, 1990; Ha ter dan Bass, 1988,seperti dikutip oleh Hartanto (1991) Konsep kepemimpinantransformasional lahir sebagai upaya un tukmenyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan eksternalyang berlangsung cepat, sehingga menimbulkanper saingan yang semakin ketat. Kepemimpinantransformasional dianggap mampu membangunkomitmen organisasi ter hadap tujuan-tujuannya,sekaligus memberdayakan anggota organisasi untukmeraih tujuan-tujuan itu. Pemimpin di tuntut untukmampu mengubah budaya organisasi atau iklim kerjaagar konsisten dengan strategi manajemen.Permasalahan yang sering muncul dalam organisasiterma suk juga organisasi sekolah adalah masalah keseragamanyang tinggi, tanggung jawab yang rendah,kurang jelasnya aturan organisasi, standar kerja yangrendah, semangat ke lompok rendah, dan kurangnyapenghargaan yang diberikan oleh pihak manajemen.Tidak semua persoalan yang teridentifikasi di atasakan di bahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanyaakan mencari jawaban terhadap tiga masalah yangmenurut peneliti pa ling urgen dicari jawabannya, yaituVOL. 01 Tahun I - September 2013 |9


JURNAL EDUKASI IGI(1 )apakah terdapat hubungan antara kepemimpinantransformasional kepala se kolah dan kepuasan kerjaguru di Sekolah YPPSB Sangatta, (2) apakah terdapathubungan antara iklim kerja dan kepuasaan kerja gurudi Sekolah YPPSB Sangatta, dan (3) apakah terdapathubungan antara kepemimpinan transformasional kepalasekolah dan iklim kerja terhadap kepuasaan kerjaguru di sekolah YPPSB Sangatta.KAJIAN PUSTAKAKepuasan KerjaKepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapabesar seorang pegawai menyukai pekerjaannya.Robbins (1994) me ngatakan bahwa kepuasankerja adalah sikap umum pekerja tentang pekerjaanyang dilakukannya, karena pada umu mnya apabilaorang membahas tentang sikap pegawai, yang dimaksudadalah kepuasan kerja. Pekerjaan merupakanbagian yang penting dalam kehidupan seseorang, sehinggakepuasan kerja juga mempengaruhi kehidupanseseorang.Kebutuhan hidup manusia bermacam-macam danberhierarkhi. Hierarkhi kebutuhan hidup manusia secaraurut dari yang paling rendah hingga paling tinggimenurut Maslow (1943) di antaranya adalah kebutuhan(1) fisiologis, (2) keselamatan dan rasa aman, (3) rasamemiliki, (4) dihargai, dan (5) perwujudan diri. Maslowmenjelaskan bahwa orang dewasa telah memenuhi85% dari kebutuhan fisiologisnya, 70% dari kebutuhankeselamatan dan keamanan, 50% dari kebutuhan rasamemiliki, sosial, dan cinta; dan 10% dari kebutuhan untukperwujudan diri.Berdasarkan hasil penelitian Herzberg (1969) terdapatfaktor yang meyebabkan ketidakpuasan (dissatisfiers)yang bersifat ekstrinsik, yaitu upah, keamanankerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutudari supervisi teknis, mutu dari hubungan interpersonalantara teman sejawat, atasan, dan bawahan.Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penelitidapat menyatakan bahwa tingkat kepuasan kerjapegawai (termasuk guru) adalah perasaan senang atautidak senang yang dirasakan pegawai/guru terhadappekerjaannya. Perasaan keridakpuasan itu antara laintidak terpenuhinya harapan pegawai/guru terhadap (1)imbalan yang diterima dari lembaga/sekolah tempatmereka bekerja, (2) penghargaan terhadap hasil kerja,(3) tantangan pekerjaan, (4) pendidikan dan pelatihan,(5) kesesuaian dengan pekerjaan, dan (6) adanya jaminankerja.10| VOL. 01 Tahun I - September 2013Kepemimpinan TransformasionalKepemimpinan transformasional menurut GaryYukl, adalah seorang pemimpin dalam suatu organisasiyang bertugas mempertahankan sekaligus mentransformasikanorganisasinya terhadap perubahan dantantangan baru. Teori kepemimpinan transformasionalmerupakan pendekatan terakhir yang hangat dibicarakanselama dua dekade terakhir ini. Gagasan awal mengenaimodel kepemimpinan transformasional dikembangkanoleh James Mc Gregor Burns yang menerapkannyadalam konteks politik dan selanjutnya diterapkandalam konteks organisasional oleh Bernard Bass.Kepemimpinan transformasional didefinisikansebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahandalam organisasi (dipertentangkan dengan kepemimpinanyang dirancang untuk memelihara statusquo). Kepemimpinan juga didefinisikan sebagai kepemimpinanyang membutuhkan tindakan memotivasipara bawahan agar bersedia bekerja demi sasaransasaran“tingkat tinggi” yang dianggap melampaui kepentinganpribadinya pada saat itu (Bass 1985; Burns1978; Tichy dan Devanna 1986, seperti dikutip olehLocke 1997).Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkanbahwa kepemimpinan transformasional adalah penilaianguru terhadap perilaku seorang pemimpin yangmempengaruhi bawahannya untuk melaksanakan pekerjaanguna mencapai tujuan yang meliputi. Hal-halyang dinilai itu meliputi kemampuan (1) memberi wawasanmasa depan, (2) membangkitkan kebanggaan,(3) memiliki komitmen terhadap pekerjaan, (4) membinaguru dalam melaksanakan tugas mengajar, dan (5)melaksanakan strategi pembelajaran yang aktual.Iklim KerjaSteer menyatakan bahwa iklim organisasi dapatdipandang sebagai kepribadian organisasi yang dicerminkanoleh anggotanya. Sementara itu, Davis menyebutkanbahwa iklim organisasi adalah tempat merekamelaksanakan tugasnya. Dari kedua pendapat tersebut,dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud denganiklim organisasi ialah seluruh kondisi fisik dan sosiopsikologisyang mempengaruhi lingkungan kerjanya.Freiberg menegaskan bahwa iklim kerja yang sehatdi suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikanterhadapan proses KBM yang efektif. Ia memberikanargumen bahwa pembentukan lingkungan kerjasekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggotasekolah melakukan tugas dan peran mereka secaraoptimal.Pendapat Freiberg dikuatkan oleh Atwool (1999)yang menyatakan bahwa lingkungan pembelajaransekolah tempat yang memberikan kesempatan kepadasiswa untuk melakukan hubungan yang bermakna didalam lingkungan sekolahnya, sangat diperlukan untukmeningkatkan kemampuan belajar siswa, memfasilitasisiswa untuk bertingkah laku yang sopan, sertaberpotensi untuk membantu siswa dalam menghadapimasalah yang dibawa dari rumah.Selanjutnya Samdal dan kawan-kawan juga telahmengidentifikasi tiga aspek lingkungan psikososialsekolah yang menetukan prestasi akademik siswa.Ketiga aspek tersebut adalah (1) tingkat kepuasansiswa terhadap sekolah, (2) keinginan guru, dan (3)hubungan yang baik dengan sesama siswa. Samdaljuga menyarankan bahwa intervensi sekolah yang meningkatanrasa kepuasan sekolah akan dapat meningkatkanprestasi.Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud denganiklim kerja ialah suasana di lingkungan sekolahyang mendukung pelaksanaan tugas guru dengan indikasi(1) tersedianya fasilitas kerja, (2) tanggung jawab


pekerjaan, (3) terjalinnya hubungan kerja yang harmonis,(4) dukungan rekan kerja, dan (5) aturan dan sistemkerja.Kerangka BerpikirBerbagai teori di atas akhirnya dapat dijadikan dasaruntuk merrumuskan hubungan antara kepemimpinantransformasional dengan kepuasan kerja guru.Sebab, dalam pelaksanaan tugas di sekolah, seorangpemimpin atau kepala sekolah memegang perananpenting dalam mencapai tujuan pendidikan yang bermutu.Seorang kepala sekolah yang demokrastis dandapat menempatkan diri sesuai situasi kerja akan sangatmempengaruhi semangat kerja guru. Sebaliknyabila kepala sekolah yang tidak peduli terhadap bawahannyadan tidak dapat membawa perubahan apa pundalam organisasi akan mempengaruhi kepuasan kerjabawahan (guru dan karyawan).Oleh karena itulah, peneliti menduga terdapathubungan positif antara kepemimpinan transformasionaldan kepuasan kerja. Semakin demokratis, kepemimpinantransformasional kepala sekolah, makintinggi kepuasan kerja guru dan karya wan. Iklim kerjayang kondusif menjadikan tempat kerja menyenangkandan membuat betah guru dan karyawan dalambekerja. Kesenangan dan kebetahan seseorang bekerjaakan mendorong produktivitas kerja mereka. Karenamereka merasa organisasi kerja merupakan bagian darihidupnya, sudah menjadi miliknya sehingga merekaberusaha bekerja keras untuk memajukan organisasinya.Semakin kondusif iklim kerja di lingkungan sekolah,makin tinggi kepuasan kerja guru.Selain itu peneliti juga menduga adanya hubunganantara kepemimpinan transformasional dan iklimkerja secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja.Ada tiga komponen pokok kepemimpinan, yaitu (1) pemimpin,(2) bawahan/pengikut, dan (3) tugas. Seorangpemimpin terutama dalam masa-masa perubahan harusdinamis dan efektif dalam mewujudkan tujuan organisasi.Untuk itu ia harus bekerja secara optimal denganmelibatkan berbagai sumber daya serta partisipasidari bawahan/pengikut. Syaratnya ia harus dapat menciptakansituasi kerja yang menyenangkan dan kondusif.Iklim kerja di lingkungan sekolah sangat menentukankepuasan kerja guru. Dari hubungan tersebut didugaterdapat hubungan positif antara kepemimpinantransformasional dan iklim kerja secara bersama-samadengan kepuasan kerja guru. Dengan perkataan lainmakin demokratis kepemimpinan transformasionalkepala sekolah dan makin kondusif iklim kerja di lingkungansekolah, makin tinggi kepuasan kerja guru.Hipotesis PenelitianBerdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan tiga hipotesis yang akanmenjadi titik tolak dalam penelitian untuk menjawabpermasalahan yang telah dirumuskan. Ketiga hipotesisdimaksud adalah (1) terdapat hubungan positifantara kepemimpinan transformasional (X 1) dengankepuasan kerja guru (Y), artinya, makin demokratiskepemimpinan transformasional kepala sekolah, makintinggi kepuasan kerja guru dan karyawan; (2) terdapatJURNAL EDUKASI IGIhubungan positif antara iklim kerja (X 2) dengan kepuasankerja guru/karyawan (Y), artinya makin kondusifiklim kerja guru makin tinggi kepuasan kerja guru dankaryawan; dan (3) terdapat hubungan positif antarakepemimpinan transformasional (X 1) dan iklim kerjaguru (X 2) secara bersama-sama dengan kepuasan kerjaguru dan karyawan (Y), artinya makin demokratis kepemimpinantransformasional dan makin kondusif iklimkerja makin tinggi kepuasan kerja guru dan karyawan.METODE PENELITIANTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuihubungan antara kepemimpinan transformasional daniklim kerja guru dan karyawan dengan kepuasan kerjaguru dan karyawan di sekolah YPPSB Sangatta KutaiTimur. Penelitian dilaksanakan pada empat unit sekolahYPPSB yaitu unit TK, SD-1, SD-2. dan SLTP YPPSB yangberlokasi di Komplek PT Kaltim Prima Coal SangattaKabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur.Responden penelitian sebanyak 63 orang yang diperolehmelalui teknik proportional random sampling.Metode penelitian yang digunakan berupa survey danpendekatan korelasional. Hubungan antara variabel X 1,X 2dengan variabel Y dalam penelitian ini dapat dilukiskandalam konstelasi hubungan variabel sesuai gambarberikut ini:X 1X 2Keterangan:X 1: kepemimpinan transformasionalX 2: iklim kerjaY : kepuasan kerjaGambar 1. Hubungan Antarvariabel yang DitelitiHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYAHubungan antara Kepemimpinan Transformasional(X 1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhanaantara pasangan data hubungan antara kepemimpinantransformasional (X 1) dengan kepuasan kerja guru(Y) diketahui nilai koefisien regresi b yang diperolehadalah sebesar b = 0,451, dan nilai kosntanta a sebesar45,07. Dengan demikian bentuk hubungan antarakepemimpinan transformasional dengan kepuasankerja guru dinyatakan melalui persamaan regresi: Ŷ =45,071 + 0,451 X 1.Untuk mengetahui apakah model persamaan regresitersebut dapat digunakan untuk membuat prediksi,maka dilakukan uji signifikansi dan linieritas denganmenggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperolehVOL. 01 Tahun I - September 2013 |11Y


JURNAL EDUKASI IGInilai F hitung> F tabel, yaitu sebesar 15,449. Sedangkan F tabelsebesar 7,069 pada α 0,01. Karena F hitung> F tabel,sehinggapersamaan regresi yang diperoleh dapat dinyatakansangat signifikan. Pada tabel di bawah ini dapat diketahuitabel Anava untuk uji signifikansi dan linieritasberikut ini.Tabel 1. Daftar Anava Uji Signifikansi dan LinieritasPersamaan Regresi Ỳ = 45,071 + 0,451 X 1Sumber Varian dk JK RJK F HitungTotal 63 409543Regresi (a)Regresi (b/a)SisaTuna cocokKekeliruanKeterangan:116329324040001141,564401,042981,911419,1333** = Regresi sangat signifikan ( F h=15,449> F t= 7,069)pada α =0,01ns = Regresi bebentuk linier ( F h= 2,31 < F t= 2,34 )pada α =0,01dk = derajat kebebasanJK = Jumlah kuadratRJK = Rata-rata Jumlah kuadrat4040001141,5672,145102,8244,348F Tabelα 0,05 α 0,0115,449** 3998 70692,31 ns 1,82 2,34Untuk mengetahui apakah persamaan garis regresiyang diperoleh linier atau tidak, diuji dengan menggunakanuji linieritas regresi. Adapun kriteria pengujianadalah (F h< F t). Pada α 0,01, sehingga dapat dinyatakanH oditerima. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa (F h= 2,31 < F t= 2,34) pada α 0,01. Hasil pengujian menunjukkanbahwa persamaan regresi Ỳ = 45,071 + 0,451 X 1adalah linier pada α 0,01.Perhitungan koefisiensi korelasi sederhana antarakepemimpinan transformasional ( X 1) dengan kepuasankerja guru (Y) menggunakan product moment. Hasilperhitungan diperoleh koefisien korelasi r y1sebesar0,453. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi koefisienkorelasi dengan menggunakan uji-t. Hasil pengujianseperti pada Tabel 2 di bawah ini.Tabel 2 : Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antaraKepemimpinan Transformasional (X 1) dengan KepuasanKerja Guru (Y)n r y1r 2 y1t hitungt tabelα 0,05 α 0,0163 0,453 0,205 3,965** 1,67 2,39maka H oditolak. Hal ini berarti koefisiensi korelasi antarakepemimpinan transformasional dengan kepuasankerja guru sangat signifikan.Koefisiensi determinasi merupakan kuadrat darikoefisiensi korelasi antara X 1dengan Y yaitu harga r y1sebesar 0,453 dikuadratkan sehingga diperoleh r 2 y1sebesar 0,205. Artinya 20,5% variasi kepuasan kerjadapat dijelaskan oleh variasi kepemimpinan transformasionalmelalui persamaan regresi Ŷ = 45,071 + 0,451X 1,sedangkan sisanya 79,5% dijelaskan oleh variasi lain.Hasil analisis hubungan sederhana tersebut menyimpulkanbahwa terdapat hubungan positif antarakepemimpinan transformasional dengan kepuasankerja guru. Temuan ini sekaligus menolak H 0yang menyatakantidak terdapat hubungan positif antara kepemimpinantransformasional dengan kepuasan kerjaguru.Hubungan antara Iklim Kerja Guru (X 2)dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhanaantara pasangan data hubungan antara iklim kerja(X 2) dengan kepuasan kerja guru (Y) diketahui nilaikoefisien regresi b yang diperoleh sebesar 1,002 dannilai konstanta a sebesar 9,452. Dengan demikianbentuk hubungan antara iklim kerja dengan kepuasankerja dinyatakan melalui persamaan regresi: Ŷ = 9,452+ 1,002 X 2.Untuk mengetahui apakah model persamaan regresitersebut dapat digunakan untuk membuat prediksi,maka dilakukan uji signifikansi dan linieritas denganmenggunakan uji F. Dari hasil perhitungan diperolehnilai F hitung> F tabelsebesar 28,64, sedangkan F tabelsebesar 7,069 pada α 0,01. Karena F hitung> F tabel ,sehingga persamaan regresi yang diperoleh dapatdinyatakan sangat signifikan. Pada tabel di bawah inidapat diketahui tabel Anava untuk uji signifikansi danlinieritas regresi.Tabel 4. Daftar Anava Uji Signikansi dan LinieritasPersamaan Regresi Ỳ = 9,452 + 1,002 X 2,Sumber Varian dk JK RJK F HitungTotal 63 409543Regresi (a)Regresi (b/a)SisaTuna cocokKekeliruan11633823404000,6917713771,31205,893565,42404000,691141,5661,825418155,01F Tabelα 0,05 α 0,0128,64** 3998 70690,035 ns 1,91 2,53Keterangan:** = koefisien korelasi sangat signifikan(t hitung= 3,965 > t tabel= 2,39) pada α 0,01Berdasarkan tabel di atas dapat diketahi bahwa hargat hitung= 3,965, sedangkan t tabelpada α 0,01 dan df 63adalah 2,39. Oleh karena t hitung= 3,965 > t tabel= 2,3912| VOL. 01 Tahun I - September 2013Keterangan:** = Regresi sangat signifikan ( F h=28,64 > F t= 7,069)pada α 0,01ns = (non signifikan) regresi berbentuk linier ( F h=0,035< F t1,91) pada α 0,05dk = derajat kebebasanJK = Jumlah kuadratRJK= Rata-rata Jumlah Kuadrat.


JURNAL EDUKASI IGIUntuk mengetahui apakah persamaan regresi yangdiperoleh linier atau tidak, peneliti melakukan pengujianmenggunakan uji linieritas regresi. Adapun kriteriapengujian adalah Fh < Ft pada α 0,05 . Dari pengujiandiperoleh bahwa (F h=0,035 < F t1,91) pada α 0,05 sepertipada tabel 12 di atas. Hasil pengujian menunjukkanpersamaan regresi Ỳ = 9,452 + 1,002 X 2, adalah linier.Perhitungan koefisien korelasi sederhana antaraiklim kerja (X 2) dengan kepuasan kerja guru (Y) menggunakanproduct moment. Hasil perhitungan diperolehkoefisiensi korelasi r y2= 0,710. Selanjutnya dilakukan ujisignifikansi korelasi dengan menggunakan uji t. Hasilpengujian seperti tabel di bawah ini.Tabel 5. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara IklimKerja (X 2) Kepuasan Kerja Guru (Y)n ry 2r 2 y 2t hitungt tabelα 0,05 α 0,0163 0,710 0,505 7,884** 2,66 2,39** = koefisien korelasi sangat signifikan ( t hitung= 7,884 >t tabel= 2,39) pada α 0,01Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwaharga t hitung= 7,884, sedang t tabelpada α 0,01 denganderajat kebebasan (db) 63 = 2,39. Oleh karena t hitung= 7,884 > t tabel= 2,39 maka H ditolak. Hal ini berartiokoefisien korelasi antara iklim kerja dengan kepuasankerja guru sangat signifikan.Koefisien determinasi merupakan kuadrat darikoefisiensi korelasi antara X 2dengan Y yaitu r y2sebesar0,710 dikuadratkan sehingga diperoleh r 2 sebesary20,505 . Artinya 50,5% variasi kepuasan kerja guru dapatdijelaskan oleh variasi iklim kerja melalui persamaanregresi Ŷ = 9,452 + 1,002 X 2, sedangkan sisanya 49,5 %dijelaskan oleh variasi lain.Hasil analisis hubungan sederhana tersebut menyimpulkanbahwa terdapat hubungan positif antaraiklim kerja dengan kepuasan kerja guru. Temuan inisekaligus menolak H oyang menayatakan tidak terdapathubungan positif antara iklim kerja dengan kepuasankerja. Dan menerima hubungan positif antara iklim kerjadengan kepuasan kerja.Hubungan antara Kepemimpinan Transformasiona(X 1) dan Iklim Kerja Guru (X 2) secara bersama-samadengan Kepuasan Kerja Guru (Y)Sumber Varian dk jk RJk F hF TabelRegresiSisa2602825,9682716,635Total 62 5542,6031412,98445,277α 0,05 α 0,0131,207** 3,15 4,98** = Regresi sangat signifikan (Fh= 31,207 > Ft=4,98)pada α 0,01Hasil pengujian regresi Y atas X 1dan X 2menunjukkannilai F hitung31,207 dengan derajat kebebasan pembilang(dk 1) = 2 dan derajat kebebasan penyebut (dk 2)= 60 pada α 0,01 diperoleh F tabel= 4,98. Dari perbandinganF hitung> F tabel( 31,207 > 4,98 ) maka H oditotak danH 1diterima.Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwaregresi kepuasan kerja guru atas kepemimpinan transformasionaldan iklim kerja guru sangat signifikan. Iniberarti terdapat hubungan positif antara kepemimpinantransformasional (X 1) dan iklim kerja (X 2) dengankepuasan kerja (Y) ditunjukkan oleh korelasi sebesarR y.12= 0,714. Uji signifikansi korekasi ganda tersebuttampak dalam Tabel berikut ini.Tabel 8. Uji Signifikansi Koefisiensi Korelasi Gandan R y.12 hitungr tabelα 0,05 α 0,0163 0,714** 0,250 0,325** = koefisien korelasi ganda sangat signifikan (r hitung=0,714 > r tabel= 0,325) pada α 0,01Sesuai dengan hasil perhitungan korelasi, terdapathasil R y.12= 0,714 pada α 0,01, r hitungdiperoleh 0,714 danr tabel0,325. Karena r hitung> r tabel(0,714 > 0,325) maka H oditolak dan H 1diterima. Sehingga dapat disimpulkanbahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinantransformasional dan iklim kerja guru secara bersama-samadengan kepuasan kerja guru.Dari perhitungan koefisiensi korelasi ganda R y.12=0,714 diperoleh koefisien determinasi R 2 y.12 = 0,7142 =0,510. Artinya 51,0% variasi kepuasan kerja guru dapatdijelaskan bersama-sama antara kepemimpinan transformasionaldan iklim kerja guru melalui persamaanregresi ganda Ŷ = 7,516 + 8,610 X 1+ 0,934 X 2,sedangkansisanya 49,0% dijelaskan oleh variasi lain.Perhitungan persamaan regresi ganda diperolehhasil konstanta a = 7,516 dan koefisien b = 8,610 dankoefisien c = 0,913, dengan demikian persamaan regresinyaŶ = 7,516 + 8,610 X 1+ 0,934 X 2 .Hasil analisisregresi kepuasan kerja guru (Y) atas kepemimpinantransformasional (X1) dan iklim kerja guru ( X 2) sepertiditunjukkan dalam tabel di bawah ini:Tabel 7. Analisis Varians Pengujian Signifikan PersamaanRegresi Kepemimpinan Transformasional (X 1) dan IklimKerja (X 2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) (Ŷ = 7,516 +8,610 X 1+ 0,934 X 2)PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasannyadi atas, peneliti dapat menaril beberapa simpulan.Pertama, hasil pengujian hipotesis pertama ditemukanadanya hubungan positif antara kepemimpinantransformasional dengan kepuasan kerja guru yang ditunjukkanoleh persamaan regresi linier sederhana Ŷ =45,071 + 0,451 X 1dan koefisen korelasi diperoleh ry 1=0,453. Dari temuan penelitian ini dapat disimpulkanbahwa kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan melaluikepemimpinan transformasional kepala sekolah.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |13


JURNAL EDUKASI IGIKedua, berdasarkan hasil pengujian hipotesis keduaditemukan adanya hubungan positif antara iklim kerjadengan kepuasan kerja guru yang ditunjukkan denganpersamaan regresi linier Ŷ = 9,452 + 1,002 X 2dankoefisien korelasi diperoleh ry 2= 0,710. Dari temuanpenelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerjaguru dapat ditingkatkan melalui perbaikan iklim kerja.Ketiga, berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketigaditemukan bahwa terdapat hubungan positif antarakepemimpinan transformasional dan iklim kerja gurudengan kepuasan kerja guru yang ditunjukkan olehpersamaan regresi ganda Ŷ = 7,516 + 8,610 X 1+ 0,934 X 2dengan koefisien korelasi ganda Ry 1.2= 0,714.Oleh karena itu, secara umum hasil penelitianmenunjukkan bahwa kepuasan kerja guru sekolahYPPSB Sangatta di Kutai Timur dapat ditingkatkandengan meningkatkan kepemimpinan transformasionaldan memperbaiki iklim kerja. Simpulan tersebutmengandung implikasi, bahwa upaya memanfaatkankepemimpinan transformasional kepala sekolah untukmeningkatkan kepuasan kerja guru dapat dilakukandengan beberapa alternatif perlakuan.Pertama, pemberian arah dan tujuan yang jelas.Kepala sekolah sebagai pemimpin transformasionalperlu memantapkan sasaran dan standar yang jelas,dapat mengkomunikasikan sasaran kepada kelompokdan tidak saja kepada sasaran individu, dan juga harusdapat melibatkan orang dalam menetapkan sasarantersebut. Kedua, pemberian respons yang positif terhadaptiap usaha inisiatif guru betapa pun kecilnyainisiatif tersebut. Ketiga, kesediaan untuk membimbingdan mendukung. Kepala sekolah sebagai atasansenantiasa dapat menunjukkan minat yang tulus untukdapat mendengarkan masalah-masalah yang dihadapiguru dalam kegiatan belajar mengajar. Keempat,penghargaan terhadap prestasi kerja. Sebagai kepalasekolah senantiasa memperhatikan nilai imbalan terhadapkompensasi prestasi kerja yang telah dilakukanoleh pegawainya. Kelima, menumbuhkan rasa kebersamaan.Guru harus dibiasakan untuk ikut bertanggungjawab atas segala keberhasilan maupun kegagalan.Kepala sekolah harus membiasakan guru untuk bertanggungjawab atas segala bentuk hasil kerja yangdicapainya.Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untukmemperbaiki iklim kerja untuk meningkatkan kepuasankerja guru. Pertama, pembagian tugas (job description)yang jelas. Guru harus mengetahui tugasnya denganjelas. Pembagian tugas yang jelas dan adil tidakmemberi peluang kepada guru untuk membandingbandingkantugasnya dengan tugas guru yang lain.Pembagian tugas yang adil dapat membuat suasanakerja lebih kondusif.Kedua, memperbaiki efektifitas penilaian kinerja,DP3 (Daftar Penilaian Pekerjaan Pegawai) dapat dilakukanoleh kepala sekolah untuk membedakan guruyang baik, rajin, dan kreatif yang layak diberi penghargaandan guru yang kurang baik yang perlu mendapatpembinaan. Ketiga, mendorong komunikasi terbuka.Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat diperlukandalam komunitas sekolah. Dengan keterusteranganakan menimbulkan komunikasi yang jujur dan terarah14| VOL. 01 Tahun I - September 2013yang diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerjadan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas kinerjaguru dan kualitas pendidikan.Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut,peneliti menyarankan beberapa hal. Pertama, kepalasekolah sebagai pemimpin transformasional perlumemantapkan sasaran dan standar kinerja yang jelasdan menjaga komunikasi yang efektif, agar setiap gurumengerti arah dan tujuan sekolah/lembaga. Kedua,melibatkan guru secara langsung dalam setiap kegiatanpendidikan dengan memberikan pekerjaan sesuaidengan porsinya sehingga timbul rasa keterikatanyang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadapkeberhasilan maupun kegagalan kerja.Ketiga, membentuk tim untuk melakukan pemantauan,mengevaluasi perkembangan pekerjaan gurudan memberi bantuan bagi guru yang mengalami kesulitanpada saat melakukan tugas. Keempat, melibatkantim pengembangan yayasan untuk mengevaluasidan menganalisis sistem penilaian kinerja karyawandan memberikan input tentang masalah-masalah yangdihadapi guru pada saat melakukan penilaian kinerja.Diskusi mengenai sistem penilaian kinerja ditargetkanuntuk membentuk daftar penilaian dan pengembangankinerja guru.Kelima, memberikan penghargaan secara khususbagi guru, misalnya pemberian gelar guru teladan, gurufavorit dalam acara seremonial yang diadakan manajemenyayasan sehingga dapat memacu prestasi kerjaguru. Keenam, penelitian ini baru meneliti kepuasanguru dari dua aspek yaitu kepemimpinan transformasionaldan iklim kerja, disarankan beberapa aspek lainyang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru dapatdiadakan penelitian lanjutan. Ketujuh, model penelitianini juga dapat diadakan di lembaga lain khususnyadi Sangatta Kutai Timur,sehingga hasil tersebut dapatmelemahkan atau menguatkan hasil penelitian ini.DAFTAR PUSTAKAGibson, et.al. 1973. Organisasi dan Manajemen PerilakuStruktur Proses (Terjemahan: Wahid, D.) Jakarta:Penerbit ErlanggaHartanto, M. Frans. 1991. Peran KepemimpinanTransformasional dalam Upaya PeningkatanProduktivitas Tenaga Kerja di Indonesia (MakalahSeminar Departemen Tenaga Kerja). JakartaHerzberg, F. 1969. One More Time: How Do YouMotivate Employee. Harvard: Business ReviewJanuary-FebruaryMaslow, A.H. 1943 A Theory of Human Motivation.Psychological Review.Stephen P. Robbins. 1994. Management. EnglewoodCliffs, New Jersey: Printice Hall Inc.


JURNAL EDUKASI IGIMEMFAKTORKAN BENTUK KUADARTDENGAN MENGGUNAKAN KOTAK GESEROleh: Amirullah*Abstrak: Pembelajaran operasi matematika di sekolah perlu selalu diupayakan untuk menemukancara-cara yang memudahkan siswa dalam mempraktikkannya. Tulisan ini berupaya memberikanalternatif untuk memecahkan operasi matematika dalam bentuk pemfaktoran persamaan kuadrat.Cara-cara konvensional dinilai masih bersifat coba-coba (spekulatif) sehingga tidak efektif danefisien. Oleh karena itu, penulis mencoba mengajukan cara alternatif yang lebih mudah, efektif,dan efisien; yaitu penggunaan koak geser sebagai media bantu pemecahan operasi matematikapemfaktoran persamaan kuadrat.Kata Kunci: Kotak Geser, Pemfaktoran Persamaan Kuadrat, Teknik/cara Coba-cobaAbstract: There should be ways to accommodate students to solve mathematics operations moreeasily. This paper tries to show alternative solutions to solve mathematics operations, especially in theform of quadratic equations. Conventional ways of solving the quadratic equations are consideredtrial-and-error (speculative). As a result it is not effective and efficient. Therefore, the writer tries tosuggest an easier, more effective and efficient way of solving the quadratic equation, which is byusing the moving box as a media. The moving box can be a tool to help students to solve quadraticfunctions.Key Words: Moving Box, Factorizing Quadratic Equations, Technique/trial-and-errorPENDAHULUANDalam mata pelajaran matematika di tingkatSMP pada beberapa pokok bahasan terdapat materipelajaran yang dianggap sulit baik oleh guru dan lebihlebiholeh siswa. Hal seperti ini biasanya terungkappada saat pembicaraan di pertemuan guru-guru baikdalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)maupun kegiataan lain seperti Diklat (Pendidikan danLatihan) mata pelajaran.Dalam tulisan ini penulis mengangkat salah satupokok bahasan yang menjadi masalah seperti halnyapengalaman penulis dalam mengajarkan materitersebut. Masalah tersebut adalah, bagaimana carayang lebih mudah dalam pemfaktoran bentuk ax² + bx+ c, khususnya dalam menentukan dua bilangan factor(p dan q dengan syarat p x q = a x c dan p + q = b)sehingga bentuk kuadarat tersebut dapat difaktorkan.Dari teknik atau metode yang ada sampai saat ini padaumumnya menggunakan teknik mencoba-coba dalammenentukan bilangan p dan q dengan mencocokcocokannyasesuai syarat yang diberikan tersebut,padahal cara ini sangat menyita banyak waktu dan takterarah.KELEMAHAN TEKNIK ‘COBA-COBA’ DALAMPEMFAKTORKAN BENTUK KUADRAT ax² + bx + cCara yang lazim diterpakan untuk memfaktorkanbentuk ax² + bx + c adalah dengan teknik mencobacoba.Ada dua teknik ‘coba-coba’ yang lazim digunakanpara guru matematika. Teknik pertama dijelaskandalam buku Materi Pelatihan Terintegrasi (Depdiknas2005) dan teknik kedua dijelaskan dalam buku PelajaranMatematika Kelas VII (Depdiknas 2006).Cara-cara memfaktorkan dengan teknik ‘cobacoba’masih terdapat kelemahan-kelemahan. Upayamencoba-coba dalam menetukan faktor-faktor bentukkuadrat banyak menyita waktu dan kebanyakan siswatidak mampu menyelesaikan soal dengan tepat danbenar. Masalah seperti ini sudah disadari para gurumatematika, terutama sering menjadi keluhan paraguru anggota MGMP Matematika SMP se-KabupatenJeneponto. Kesulitan terutama dialami siswa saatmenyelesaikan pemfaktoran bentuk ax² + bx + c.Berikut ini disajikan contoh penerapan teknik ‘cobacoba’yang lazim digunakan.Pemfaktoran Bentuk ax²+ bx + c, dengan Syarat a = 1Pemfaktoran bentuk ax² + bx + c, dengan syarat a= 1 adalah x² + bx + c = (x + p ) ( x + q ), dengansyarat c = p x q dan b = p + q. Teknik ’coba-coba’ untukmencari faktor bentuk ax² + bx + c dilakukan denganjalan mencari faktor dari c terlebih dahulu, kemudiandicoba-coba untuk mendapatkan jumlah faktorfaktordari c yang berjumlah sama dengan b. Teknikini disajikan dalam buku Materi Pelatihan Terintegrasi(Depdiknas 2005).Contoh PenerapannyaFaktorkanlah bentuk x² + 6x + 5Penyelesaian dengan teknik ’mencoba-coba’ untukmendapatkan faktor x² + 6x + 5 dilakukan dengan mengalikan:x + o = ...x + o = ... XVOL. 01 Tahun I - September 2013 |15


JURNAL EDUKASI IGIIsilah kotak-kotak dengan bilangan bulat yang hasilkali keduanya adalah 5 dan jumlah keduanya adalah 6.Hasilnya menjadi:x + 5 =x + 1 =x² + 5x16Xx + 5 +x² + 6x + 5Jadi diperoleh faktor dari x² + 6x + 5 adalah (x + 5) dan(x + 1)Pemfaktoran Bentuk ax² + bx + c, dengan Syarat a ≠ 1Pemfaktoran bentuk ax² + bx + c dengan a ≠1 dapat dianggap mempunyai faktor ax² + bx + c =((ax + p) ( ax + q)) / a. Kedua ruas dikalikan dengan a,maka diperoleh a²x² + abx + ac = a²x² + a (p+q)x + pq,sehingga diperoleh hubungan p x q = a x c dan p + q =b. Teknik ‘coba-coba’ ini disajikan dalam buku PelajaranMatematika Kelas VII (Depdiknas 2006).Contoh PenerapannyaFaktorkanlah bentuk 3x² - 7x - 6Langkah-langkah penyelesaian:1. Daftarkanlah faktor-faktor dari 3, yaitu 1 dan 3; -1dan -32. Daftarkanlah faktor-faktor dari -6, yaitu 1 dan -6; -1dan 6; -2 dan 3; 2 dan -3.3. Gunakan faktor-faktor tersebut untuk menuliskanbinomial dengan cara menempatkan faktor dari3 dalam tanda o dan faktor-faktor dari -6 dalamtanda m pada bentuk ( o x + m ) (o x + m).4. Carilah perkalian dua binomial yang suku tengahnya(jumlah dari hasil perkalian dalam dan luar) adalah -7x.Dengan langkah-langkah teknik ’coba-coba’ seperti diatas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:a. (1x + 1) (3x + -6) dikalikan menjadi -6x + 3x = 3x hasilnya SALAHb. (1x + -6) (3x + 1) dikalikan menjadi 1x - 18x = -17x hasilnya SALAHc. (1x + -1) (3x + 6) dikalikan menjadi 6x - 3x = 3x hasilnya SALAHd. (1x + 6) (3x +-1) dikalikan menjadi -1x + 18x = 17x hasilnya SALAHe. (1x + 2) (3x + -3) dikalikan menjadi -3x + 6x = 3x hasilnya SALAHf. (1x +-3) (3x + 2) dikalikan menjadi 2x- 9x = -7x hasilnya BENAR.Jadi 3x 2 - 7x - 6 = (x - 3) (3x + 2)PENGGUNAAN TEKNIK KOTAK GESER SEBAGAIUPAYA MEMPERMUDAH PEMFAKTORAN BENTUKKUADRAT ax² + bx + cTeknik Kotak Geser ini dapat mengatasi kelemahankelemahanteknik ‘coba-coba’ sebagaimana dijelaskandi atas. Kota geser adalah sebuah media pembantupembelajaran matematika yang berbentuk sebuahkotak besar/panjang dan sebuah kotak kecil.Kotak besar berisi tabel/matriks yang terdiri atasdua baris dan beberapa kolom sehingga membentuksel yang berpasangan atas dan bawah. Pada setiappasangan sel diisi/dituliskan bilangan-bilangan yangmenjadi faktor bilangan yang dicari faktornya. Bilanganyang dicari faktornya itu dituliskan pada sel gabunganyang berada di sisi paling kiri.Kotak kecil berisi bilangan yang menyatakan hasil| VOL. 01 Tahun I - September 2013penjumlahan kedua faktor. Kotak kecil ini digeser-gesersehingga menemukan pasangan bilangan-bilanganfaktor yang bila dijumlahkan sama dengan bilanganyang tertulis dalam kotak kecil tersebut.Berikut ini prinsip kerja penggunaan teknik KotakGeser untuk memfaktorkan bentuk ax² + bx + c, dengansyarat a = 1. Sebagaimana diketahui, x² + bx + c = (x +p) (x + q) dengan syarat c = p x q dan b = p + q.a x pp 1p 2p 3… p mq 1q 2q 3… q nSyarat: p mx q n= a x c dan p m+ q n= bKeterangan: m + n = banyaknya faktor dari a x c, m,nє A dan p,q є B.Kotak kecil digeser dari kiri ke kanan sampai kitamenemukan jumlah yang tepat, yaitu p + q = b.Dengan teknik kotak geser ini siswa dapatmenentukan nilai p dan q dengan langkah yang singkatdan terarah (tidak mencoba-coba lagi). Teknik ini dapatjuga diperagakan dengan chart (lembar peraga) ataualat peraga lain. Sebagai contoh dapat dilihat gambarberikut ini.Contoh Penerapan1. Faktorkanlah Bentuk 6x² + 13x + 6Dari bentuk 6x² + 13x + 6 diperoleh a = 6 , b = 13 ,c = 6. Hasil perkalian p x q = 36 dan hasil penjumlahanp + q = 13. Faktor-faktor dari bilangan 36 disusunberpasangan dalam pasangan sel pada kotak besar.Hasil penjumlahan p + q dimasukkan ke dalam kotakkecil. Pasangan yang hasil kalinya sama dengan 36 danjumlahnya 13 adalah nilai p dan q. Kotak kecil digesersampai mendapatkan nilai p dan q. Agar lebih jelas,perhatikan gambar di bawah ini.361 2 3 4 636 18 12 9 6b13


JURNAL EDUKASI IGIDengan menggeser-geser kotak kecil, ditemukan p = 4dan q = 9, sehingga pemfaktoran menjadi6x² + 13x + 6 = (6 x+ 4) (6x + 9) / 6= 2 (3x + 2) . 3(2x + 3) / 6= (3x + 2) (2x + 3).Jadi, faktor dari 6x² +13x + 6 adalah (3x + 2) dan (2x + 3).Dengan teknik dan alat ini siswa tidak lagi mencobacobatetapi langsung menggeser kotak kecil yangmenggantung sampai menemukan jumlah yang tepatsehingga diperoleh nilai p dan q.Pemfaktoran Bentuk ax² + bx + c dengan Syarat a = 1, c > 0Pemfaktoran bentuk ax² + bx + c, dengan syarat a = 1adalah x² + bx + c = (x + p)(x + q), dengan syarat c = p x q dan b = p + q.Contoh 1. Faktorkanlah bentuk x² + 5x + 6penyelesaian: x² + 5x + 6 = (x + 2) ( x + 3)Dengan menggunakan metode kotak geser dapatdijelaskan cara memperoleh p = 2 dan q = 3, yaitu:1. Dari bentuk x² + 5x + 6 diperoleh a = 1, b = 5, dan c= 6; p x q = 6 dan p + q = 52. Dengan bantuan Kotak Geser, dicari faktor dari 6yang berjumlah 53. Faktor 6 adalah 1 , 2 , 3 , dan 6 dituliskan dalam sel-selpada Kotak Geser, menjadi seperti pada gambar berikut.4. Kotak Geser di atas menunjukkan bahwa p = 2 danq = 3, sehingga hasil pemfaktoran dapat ditulismenjadi x² + 5x + 6 = (x + 2) (x + 3)Pemfaktoran Bentuk a² + bx + c, dengan Syarat a = 1 dan c < 0Contoh, faktorkanlah bentuk x² + 2x - 24.Penyelesaian:1. Dari bentuk x²+ 2x - 24 diperoleh a = 1, b = 2 , danc = -24, maka p x q = -24 dan p + q=22. Dengan bantuan Kotak Geser, di cari nilai p dan qsebagai berikut:-2461 26 313±1 ±2 ±3 -4±24 ±12 ±6 6+ abx + ac = a²x² + a(p+q)x + pq, sehingga diperolehhubungan p x q = a x c dan p + q = b.Contoh, faktorkanlah bentuk 3x² + 7x + 2.Penyelesaian:1. Dari bentuk 3x² + 7x + 2 diperoleh a = 3, b = 7, dan c= 2; maka p x q = 6 dan p + q = 72. Dengan bantuan Kotak Geser diperoleh p = 6 dan q =1, sehinnga diperolehPenyelesain sebagai berikut.3x² + 7x + 2 = ((3x + 6) (3x + 1))/ 3= 3(x + 2) (3x + 1) / 3= (x + 2) (3x + 1)Jadi, 3x² + 7x + 2 = (x + 2) (3x + 1)Contoh lain, faktorkanlah bentuk 6x² + 13x + 6Penyelesaiannya:1. Dari bentuk 6x² + 13x + 6 diperoleh a = 6, b = 13, c= 62. Selanjutnya, p x q = 36 dan p + q = 133666 21 3131 2 3 4 636 18 12 9 63. Dengan bantuan Kotak Geser diperoleh p = 4 dan q =9, sehingga pemfaktorannya menjadi:6x² + 13x + 6 = (6x+ 4) (6x + 9) / 6= 2 (3x + 2 ) .3(2x +3) / 6= (3x + 2) (2x + 3)+ 3) Jadi, faktor dari 6x² + 13x + 6 adalah (3x + 2) dan (2xContoh 5: Faktorkanlah bentuk 8x² + 2x -3Penyelesaian:Dari bentuk 8 x²+ 2x – 3 , di peroleh : a = 8 , b = 2 , c = -3Selanjutnya, p x q = -24 dan p + q = 2133. Hasil yang diperoleh adalah p = 6 dan q = -4, sehinggax² + 2x - 24 = (x - 4) (x + 6)(Catata: nilai ”±“ akan ditentukan berdasarkan nilaib yang memenuhi nilai a x c dengan memilih tandayang cocok).Pemfaktoran Bentuk ax² + bx + c, dengan Syarat, a ≠ 1Bentuk ax² + bx + c dengan a ≠ 1 dapat dianggapmempunyai faktor ax² + bx + c = ((ax + p) (ax + q)) /a. Untuk menunjukkan hubungan tersebut dilakukanpengalian kedua ruas dengan a sehingga diperoleh a²x²2-24±1 ±2 ±3 -4±24 ±12 ±8 6Dari tabel diperoleh : p = -4 dan q = 68 x² + 2x - 3 = (8x + 6) (8x -4) / 8= 2(4x + 3 ) . 4(2x - 1) / 8= (4x + 3) (2x – 1)Jadi faktor dari 8x² + 2x - 3 adalah (4x + 3) dan (2x - 1)Catatan: tanda ± dipilih tanda positif atau negatif yangsesuai dengan nilai b = 2 dan memenuhi nilai a x c =-24.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |172


JURNAL EDUKASI IGIPENUTUPDengan teknik ini, guru dapat membuat soalsebanyak setengah dari faktor a dikalikan dengan cdan b yang beragam. Pada praktiknya lebih lanjutsiswa tidak memerlukan lagi alat kotak geser, tetapicukup menggambarkannya sebagai catatan luar,tinggal menggunakan tekniknya. Untuk lebih lanjutdapat digunakan untuk menyelesaikan/memfaktorkanpersamaan kuadrat atau fungsi kuadrat denganmemenuhi syarat yang telah ditentukan.Untuk bilangan yang terlalu besar dengan faktoryang cukup banyak akan sangat menyulitkan siswa,tentunya ini juga berlaku untuk cara konvensional,namun untuk siswa SMP tentu dibatasi oleh bilanganbilanganyang kecil.Daftar PustakaAmirullah, 2006. ‘Memfaktorkan dengan MenggunakanTeknik Kotak Geser pada Siswa Kelas 3 SMP’.Jurnal Transformasi ISSN:0854-7874 Vol. edisi khususFebruari Makassar: UNMDepdiknas. 2006. Materi Pelatihan TerintegrasiMatematika Buku 1, 2, dan 3. Jakarta: DepdiknasDepdiknas. 2006., Buku Siswa Mata PelajaranMatematika Kelas VIII Kurikulum 2006. Edisi kedua.Jakarta: DepdiknasJunaedi, Dedi, dkk. 1999. Matematika Untuk SMP Kelas3. Jakarta: Mizan18| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIEFEKTIVITAS PEMANFAATAN BLOG SEBAGAI MEDIA TEST ONLINEDALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS MENULIS SISWAOleh: Wijaya Kusumah*Abstrak: Pemanfaatan blog sebagai media tes online dapat menghemat kertas. Penelitian iniberupaya menjawab masalah efektivitas pemanfaatan blog di internet sebagai media tes online dalammeningkatkan kreativitas menulis siswa. Berdasarkan pelaksanaan tindakan, peneliti menyimpulkanbahwa (1) efektivitas pemanfaatan blog sebagai media tes online mampu meningkatkan kreativitassiswa menulis terjadi bila guru mengamati secara langsung proses pembelajaran yang dilakukan;(2) tes online melalui blog lebih menarik karena bersifat interaktif daripada menggunakan tes secaratertulis (offline),; (3) blog di internet membuat siswa berpatisipasi aktif dalam pembelajaran, karenamedia blog di internet dikemas dalam bentuk interaktif; dan (4) kreativitas menulis siswa dalammenjawab soal dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan.Kata Kunci: blog, tes online, interaktif, kreativitas, internetAbstract: Using the blog as a media for online testing can save paper. The objective of this researchis to answer the question the effectiveness of using the blog, on the internet, as a media for onlinetesting, especially in increasing students’ creativity in writing. According to the action, the researcherfound that (1) using the blog as a media for online testing can increase students creativity in writingif-and-only-if the teacher directly observes the learning process.; (2) Online testing through blogs(online) are more interesting because it is more interactive rather than using a paper-based test.(offline); (3) through blogging, on the internet, students participate more in the learning process,because blogs are interactive; and (4) through blogging students’ develops creativity in answeringproblems.Kata Kunci: blog, online test, interactive, creativity, internetPENDAHULUANDalam mata pelajaran Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK), pelaksanaan ujian tertulisatau ulangan harian umumnya pada gurumasih menggunakan sistem offline. Pada sistem itu parasiswa mengerjakan soal-soal ujian atau ulangan hariandengan menggunakan kertas ulangan yang disiapkanoleh sekolah. Soal-soal ulangan teori digandakansejumlah siswa yang mengikuti ulangan.Ujian tertulis dengan cara seperti itu jelas sangatmemboroskan biaya. Terutama untuk penggandaansoal (menggunakan fotokopi), dan pembelian kertasulangan. Kertas ulangan dan soal ujian pun menjadimenumpuk di meja guru ketika dikoreksi. Apalagi bilasoal yang dibuat guru berbentuk soal esai atau uraian.Guru harus membaca satu persatu tulisan siswa yangkadang-kadang sulit dibaca.Melihat kenyataan itu, guru sebagai penelitimelakukan suatu upaya agar ujian tertulis dilakukansecara online. Peneliti berinovasi dengan menuliskansoal-soal ulangan teoretis di media online, terutamamedia blog di internet. Salah satu sisi keunggulaninovasi ini berupa dukungan terhadap kampanye GoGreen Technologi (teknologi ramah lingkungan). Hal inibisa terjadi karena guru dapat menghemat penggunaankertas yang dibuat dari pohon/kayu. Soal-soal tidakperlu lagi di fotokopi sehingga dapat menghematbiaya pembelian kertas, dan biaya penggandaan.Blog adalah alat rekam yang ajaib. Setiap orangbisa menuliskan apa saja yang disukai dan dikuasai.Semua tulisan yang dibuat dapat tersimpan denganbaik berdasarkan bulan penyimpanan. Para penggunainternet (netter) dapat melihat, dan membaca tulisantulisansiapa saja bila mengetahui alamat blog yangdikelola. Semakin bagus isi (content) blog yang dibuat,maka semakin banyak netter yang akan membacatulisan-tulisan di dalam blog. Banyak membaca akanmembuat pemilik blog atau blogger menjadi rajinmenulis. Kreativitas menulis pun akan terbentukkarena sering menulis di blog. Hal itulah yang perludiajarkan kepada siswa agar terbiasa menulis dalammenciptakan dan mengelola informasi. Ini merupakankeutungan lain dari keberadaan blog.Blog dapat dimanfaatkan sebagai mediapembelajaran online. Para guru dapat membangundan mengelola blog pembelajaran untuk para pesertadidiknya. Terjadilah proses interaksi antara guru dansiswa melalui blog di internet. Guru dan siswa samasamabelajar aktif dalam dunia maya yang tak pernahtidur. Internet mempermudah komunikasi dua arah.Guru bisa memasukkan semua materi pelajarannyake dalam blog dengan cara yang lebih menarik, danpara siswa diminta untuk membaca materi pelajaranyang sudah dituliskan dalam blog guru. Blog dapatdijadikan sarana meningkatkan kreativitas menulis, danbudaya membaca peserta didik. Hal ini sesuai denganstandar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) TIKSMP yaitu menggunakan internet untuk memperolehinformasi yang bermanfaat.Selain memasukkan materi pembelajarannya,VOL. 01 Tahun I - September 2013 |19


JURNAL EDUKASI IGIpara guru dapat juga membuat soal-soal di dalamblog, dan siswa diminta untuk menjawabnya melaluibagian komentar yang dimoderasi oleh guru sebagaipengelola blog. Dengan begitu, setiap jawaban soaldari siswa tidak bisa dilihat dan dibaca siswa lainnyasebelum dimoderasi oleh guru sebagai administratorblog.Uraian di atas menunjukkan berbagai manfaatnyata media blog, sehingga melatarbelakangi penulismembuat ujian tertulis atau tes online. Hal-hal yangperlu diperhatikan pada saat memanfaatkan blogsebagai media tes online antara lain (1) efektivitaspemanfaatannya, (2) cara penyajian, dan (3) modelpembelajaran TIK yang digunakan guru.Blog di internet memungkinkan setiap siswa dapatberpatisipasi aktif dalam pembelajaran, karena bahanajar dengan menggunakan media blog di internetdikemas dalam bentuk interaktif, dan bersifat edukatifdi dalam blog yang dikelola oleh guru. Terjadilahinteraksi antara siswa dan guru melalui blog diinternet. Kreativitas menulis siswa dalam menjawabsoal teori akan terlihat, dan meningkat seiring denganpemahamannya terhadap materi yang diberikan.Guru yang semula sebagai penyampai pengetahuan,dan sumber informasi, sekarang bertambah menjadifasilitator pembelajaran, kolaborator, dan mitra.Siswa berubah dari penerima informasi pasif menjadipenerima informasi aktif dengan cara menuliskannya diblog. Siswa pun menjadi mampu mendemonstrasikanakses internet sesuai dengan prosedur yang ada dalamKompetensi Dasar (KD) TIK di SMP.Berdasar latar belakang tersebut di atas, rumusanmasalah yang hendak dicari jawabannya dalampenelitian ini adalah, bagaimanakah efektivitaspemanfaatan blog di internet sebagai media tesonline dalam meningkatkan kreativitas menulissiswa? Permasalahan tersebut dibatasi lingkuppembahasannya pada dua hal, yaitu (1) efektivitaspemanfaatan blog sebagai media tes online dalambentuk esai guna melihat daya tangkap dan kreativitasmenulis siswa dalam pemahaman materi yang telahdiberikan sehingga membangun karakter siswayang mandiri, dan (2) penelitian ini hanya dilakukanpada siswa kelas VIII SMP Labschool Jakarta tahunpelajaran 2010 – 2011 yang merupakan bagian darimateri internet yang telah dipelajari. Oleh karena itu,tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitaspemanfaatan blog di internet sebagai media tes onlinedalam meningkatkan kreativitas menulis siswa kelasVIII di SMP Labschool Jakarta.Hasil penelitian ini akan memberikan manfaatkepada siswa, guru, dan sekolah. Bagi siswa, halpenelitian ini bermanfaat untuk (1) memanfaatanblog di internet sebagai media test online dalammeningkatkan kreativitas menulis, (2) membuat sisiwamenjadi semakin senang belajar TIK, dan tidak perlu lagimenjawab soal-soal dengan cara offline, karena semuasoal dijawab dengan cara online melalui blog; dan (3)ikut mengkampanyekan gerakan Go Green Technologiyang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintahdengan menghemat penggunaan kertas.20| VOL. 01 Tahun I - September 2013Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat untuk (1)mengetahui efektivitas pemanfaatan blog di internetsebagai media test online dalam meningkatkankreativitas menulis siswa dan plus minusnya dalampembelajaran, (2) meningkatkan kompetensi gurudalam merancang model-model pembelajaran berbasisonline yang kreatif dan inovatif, dan (3) memperluaswawasan guru mengenai penelitian tindakan kelas(PTK) dan pemanfaatan teknologi informasi dankomunikasi dalam proses pembelajaran di kelas.Bagi sekolah, hasil penelitian ini bermanfaatuntuk (1) menghemat biaya pembelian kertas danpenggandaan soal-soal ujian tertulis, (2) menjaditerobosan baru untuk dalam mengkampanyekan GoGreen Technologi di sekolah, dan (3) meningkatkankualitas pembelajaran dan kreativitas menulis siswakelas VIII SMP Labschool Jakarta pada mata pelajaranTIK.KAJIAN PUSTAKAEfektivitas PembelajaranEfektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effectiveyang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitasmenunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatuusaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapaitujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakandengan ukuran-ukuran yang pasti, misalnya usaha Xadalah 60% efektif dalam mencapai tujuan Y. Hal inisejalah dengan yang dinyatakan oleh Komaruddin(1994:294) bahwa efektivitas adalah suatu keadaanyang menunjukan tingkat keberhasilan kegiatanmanajemen dalam mencapai tujuan yang telahditetapkan terlebih dahulu.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),efektivitas berasal dari kata efektif yang berartimempunyai efek, pengaruh, atau akibat; efektifjuga dapat diartikan dengan memberikan hasil yangmemuaskan. Efektivitas adalah pencapaian tujuansecara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepatdari serangkaian alternatif atau pilihan cara danmenentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.Efektivitas bisa juga diartikan sebagai pengukurankeberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yangtelah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugasdapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudahditentukan, maka cara tersebut adalah benar atauefektif.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkanbahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuandan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajatkesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasilyang di capai.Proses belajar mengajar atau pembelajaran yangada di sekolah, sudah barang tentu mempunyai targetpembelajaran yang harus dicapai oleh setiap guru matapelajaran, dan didasarkan pada kurikulum yang berlakupada saat itu. Bahan ajar yang banyak terangkum dalamkurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktuyang tersedia pada hari efektif yang ada pada tahunajaran tersebut. Itulah sebabnya efektivitas sangat


penting dalam sebuah pembelajaran agar terlihattarget yang dicapai. Di dalam proses belajar mengajarbanyak faktor yang mempengaruhi keberhasilansebuah pembelajaran, antara lain kurikulum, dayaserap, presensi guru, presensi siswa, dan prestasi belajar.Hakikat BlogAkhir-akhir ini, keberadaan blog telah menjadikebutuhan bahkan gaya hidup sebagian masyarakat.Kegiatan blogging telah menjamur di mana-mana, padaberbagai kalangan dan setiap elemen masyarakat.Umumnya, mereka memanfaatkan blog sebagai bukuharian, ungkapan opini, ide, kreativitas menulis hinggauntuk meraup penghasilan lebih dari berbagai macambisnis dunia maya.Blog adalah istilah dalam dunia maya yang sangatdikenal oleh para penggiat teknologi informasi. Katablog berasal dari kata weblog yang diperkenalkanpertama kali sejak tahun 1998 oleh Jhon Barger. Diamemberi nama weblog untuk menspesifikasikan istilahwebsite yang bersifat pribadi dan sering di-update dariwaktu ke waktu.Dengan kata lain blog itu adalah website yang bersifatpersonal, yang memuat opini personal dan hal-hal lainyang merupakan aktualisasi diri pembuatnya secarapersonal yang ingin dikabarkan kepada komunitasglobal. Meskipun personal, isinya bisa dinikmati siapasaja darimana saja dan kapan saja. Blog sangat banyakdiminati oleh para penggiat di dunia maya karena bisamenjadi rumah kedua untuk menyalurkan hobi bahkanpromosi.Sudah bukan rahasia lagi kalau blog saat ini semakindigemari oleh masyarakat, dari kalangan terpelajar,eksekutif bahkan masyarakat biasa. Untuk memilikiblog sangat mudah dan murah, bahkan gratis. Banyakpenyedia blog gratis yang ada di internet, antara lainwordpress.com, blogspot.com, weblog.com, multiply.com, dll. Untuk membuat dan mengelolanya-punsangat mudah. Hanya dengan waktu 15-30 menit paracalon blogger dipastikan memiliki blog dan dapatmengelolanya sesuai keinginan.Pesatnya perkembangan blog di Indonesiatentunya menjadi inspirasi baru bagi para penggiatpendidikan khususnya guru. Banyak guru yang sudahmemanfaatkan media ini sebagai media dan pusatbelajar di sekolah. Hal ini cukup efektif karena jumlahpengguna internet di Indonesia cukup signifikan, danmayoritas digunakan oleh para pelajar. Jika teknologidapat diadaptasi menjadi media dan sumber belajar,tentunya akan sangat membantu guru dan para siswadalam mengajar dan belajar di sekolah. Banyaknyamanfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan blogsebagai media dan sumber belajar guru dan siswa,tentunya para guru dapat mencoba menerapkan mediatersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Jasmansyah(2011), bahwa memiliki blog artinya memiliki rumahmaya yang bermanfaat untuk orang lain.Tes OnlineDengan semakin berkembangnya teknologiinformasi dan komunikasi (TIK), ujian tertulis atau tesJURNAL EDUKASI IGItidak lagi dilakukan secara offline atau biasa. Banyaktenaga pengajar yang menggunakan blog sebagaimedia tes online. Dengan media tes online parapengajar dimudahkan dalam pengoreksian, dan jugapenilaiannya.Tes tulis adalah tes yang menggunakansoal dan jawaban yang diberikan kepadasiswa dalam bentuk bahan tulisan. Tes tulis/tes hasil belajar digunakan untuk mengukurpengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadapseperangkat konten atau materi tertentu. Tes tertulisjuga digunakan untuk mengukur dan menilai hasilbelajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaandengan penguasaan bahan pengajaran dengan tujuanpendidikan dan pengajaran (Badarudin, 2011).Tes online adalah suatu ujian tertulis yangdilaksanakan secara online melalui komputer daninternet. Salah satu contoh pengajar yang telahmenggunakan tes online ini adalah Drs. SjafrielSalim, MPS Com (2006) dalam mata kuliah PenulisanNaskah Public Relations, dan untuk pertama kalinyamenggunakan blogspot untuk perkuliahan online diblog url http://dosenpnpruii.blogspot.com/dan http://tugaspnpr.blogspot.com/. Berikut ini disajikan tampilanblog yang digunakan sebagai sarana tes online.Gambar 1. Tampilan Halaman BlogSebagai Sarana Tes OnlineDari hasil wawancara interaktif dengan beliau melaluiblog kompasiana.com, dosen tersebut merasakankemudahan tersendiri menggunakan blog sebagai bahanperkuliahan dan tes online para mahasiswanya. Denganters online tersebut terjadilah interaksi antara pengajardengan peserta didiknya. Dosen membuat soal-soal tesonline, dan mahasiswa menjawab soal teori di blog yangdikelola sang dosen. Lalu dosen memberikan penilaiandari jawaban soal para mahasiswa setelah dimoderasiolehnya.Peran Blog dalam Peningkatan Kreativitas MenulisKreativitas adalah daya cipta dan kemampuanuntuk menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada.Biasanya, kreativitas akan memunculkan inovasi, yaituVOL. 01 Tahun I - September 2013 |21


JURNAL EDUKASI IGIkemampuan untuk memperbaharui hal-hal yang telahada. Bila kreativitas merupakan daya atau kemampuan,maka inovasi itu hasil atau produk. Menurut Conny R.Semiawan (2005), kreativitas merupakan kemampuanuntuk memberi gagasan baru yang menerapkannyadalam pemecahan masalah.Kreativitas pada intinya merupakan kemampuanseseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baikberupa gagasan maupun karya nyata, baik dalambentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baikdalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-halyang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbedadengan apa yang telah ada sebelumnya. MenurutUtami Munandar (2002), dalam kreativitas terdapattiga tekanan kemampuan, yaitu (1) kemampuan untukmengkombinasikan, (2) kemampuan memecahkan/menjawab masalah, dan (3) kemampuan operasionalanak kreatif.Menulis adalah kegiatan yang dilakukan untukmengungkapkan gagasan atau ide ke dalam bentuktulisan. Sayangnya, kebiasaan yang baik ini kurangdiminati oleh siswa. Hernowo (2005) mengatakanbahwa percaya atau tidak, kita semua bisa menjadipenulis. Di suatu tempat di dalam diri setiap manusiaada jiwa unik yang berbakat yang mendapatkankepuasan mendalam karena menceritakan suatukisah, menerangkan bagaimana melakukansesuatu, atau sekadar berbagi rasa dan pikiran.Sebenarnya dalam proses pembelajaranmata pelajaran apa pun, ada kegiatan-kegiatanyang menuntut siswa untuk menulis. Menjawabpertanyaan pemahaman secara tertulis berkaitandengan topik bahasan, membuat catatan sendiri,membuat rangkuman atau membuat laporan adalahkegiatan-kegiatan menulis yang biasa dilakukan didalam proses pembelajaran semua mata pelajaran.Jadi menulis bukanlah domain mata pelajaranbahasa Indonesia saja. Menulis jawaban soalteori secara online adalah salah satu contohnya.Guru pun dituntut untuk meningkatkankemampuan menulis. Tulisan guru dapat dijadikancontoh atau model menulis bagi siswa. Denganmelakukan sendiri kegiatan menulis, guru akanmemiliki empati terhadap siswa, merasakan kesulitansebagaimana yang dialami siswa. Penyerapan ilmuyang diajarkan kepada siswa melalui soal esai harusmampu membuat siswa berpikir tingkat tinggi (walaudiperlukan kejelian dan jam terbang guru tersebutuntuk mengantisipasi plagiasi). Sistem penilaiannyapun harus pula memakai sistem online sehingga gradeyang diberikan kepada siswa bisa transparan dilihat.METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas(PTK) model Kurt Lewin. Untuk lebih jelasnya sikluskegiatan dengan desain PTK model Kurt Lewin, adalahsebagai berikut:22| VOL. 01 Tahun I - September 2013PlanningActingReflectingObservatingGambar 2. Siklus PTK Model Kurt LewinSebelum dilaksananakan penelitian, guru sebagaipeneliti merumuskan tahapan-tahapan kegiatan dalamsebagai berikut:1. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan guru sebagaipeneliti meliputi (a) pembuatan disain pembelajaranyang memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) yang telah disetujui oleh pimpinan sekolah,(b) persiapan sarana dan prasarana penelitian yangmeliputi penyediaan komputer yang tersambung kejaringan internet, dan pembuatan soal-soal tes onlinedalam bentuk esai dalam blog guru dengan alamat url:http://wijayalabs.com; (c) perumusan indikator kinerja.Sebagai tolok ukur keberhasilan, siswa dapatmenuliskan jawabannya di bagian komentar blogguru yang terlebih dahulu dimoderasi. Guru membacajawaban soal siswa, dan mencatat hasilya ke dalamdata PTK.2. Tahapan Pelaksanaan Tindakan (Acting)Pembelajaran TIK tetap dilaksanakan sesuai denganmateri TIK yang direncanakan oleh guru sesuai programsemester yang mengacu pada SKL.3. Tahapan Pengamatan (Observing)Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang akandilaksanakan antara lain (a) pembuatan instrumenpenelitian yang berupa kuesioner, (b) pengumpulandata penelitian dari mulai siklus pertama s.d. siklusterakhir, dan (c) tabulasi data yang telah dikumpulkan.4. Tahapan RefleksiPada tahapan ini, guru sebagai peneliti melakukanberdiskusi dengan teman sejawat sesama pengajar TIKuntuk mendapatkan masukan yang bermanfaat.Subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII dengankondisi awal (sebelum dilakukan tindakan) sudah biasamengerjakan soal-soal tes tertulis dengan cara offlineatau menggunakan kertas ulangan. Tindakan yangakan dilaksanakan dalam PTK ini berupa pelaksanaantes tertulis dengan cara online menggunakan blog.Selama dan setelah tindakan berlangsung, gurusebagai peneliti mengumpulkan data dengan carawawancara dan mengobservasi jawaban siswa di blogyang berlangsung selama dua bulan, dimulai padaawal Mei 2011 dan berakhir pada bulan Juni 2011.Data yang terkumpul melalui pengamatandianalisis. Data tersebut tentang perubahan perilaku,sikap, motivasi, minat, dan hasil belajar siswa melalui tesmaupun catatan terhadap pelaksanaan pembelajaranyang dilakukan oleh guru.Setelah hasil data tulisan atau jawaban siswaterkumpul, maka guru sebagai peneliti melakukan


JURNAL EDUKASI IGIdiskusi dengan rekan sejawat tentang hasil yang sudahdidapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalandan hambatan yang dijumpai pada saat melakukantindakan. Analisis data dilakukan untuk memperolehsimpulan apakah pemanfaatan blog sebagai mediates online yang dilakukan sudah berhasil atau belum.Bila belum memuaskan hasilnya, guru sebagai penelitimelanjutkan penelitian pada siklus berikutnya. Denganbegitu hasil penelitian yang dilakukan benar-benardapat menghasilkan perbaikan (peningkatan) dalampembelajaran TIK di kelas yang diteliti.HASIL DAN PEMBAHASANNYASetelah keempat tahap penelitian (perencanaan,pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi) dilaksanakanselama siklus dalam kurun waktu selama dua bulan(Mei s.d.Juni 2011), guru sebagai peneliti mendapatkanjawaban soal teori dari siswa yang beragam, namunintinya sama, dan dapat dimengerti. Mereka menuliskanapa yang telah dipahami. Dalam hal ini guru sebagaipeneliti tidak meminta untuk menghafal materi, tetapimemahami materi. Hal itu ditujukan agar terlihat siswamana yang benar-benar sudah memahami materidengan baik dan benar.Tes pemahaman teori pelajaran Teknologi Informasidan Komunikasi (TIK) tidak lagi menggunakan kertasulangan, tetapi langsung dijawab oleh siswa melaluimedia blog di bagian komentar. Semua komentardimoderasi terlebih dahulu oleh guru, sampai seluruhsiswa menjawab semua pertanyaan secara tertulis.Hal ini dilakukan untuk memperkecil usaha plagiasijawaban yang dilakukan oleh para siswa. Denganbegitu pemanfaatan media online untuk meningkatkankreativitas menulis siswa SMP Labshool Jakarta dapattercapai.Soal di blog tidak dituliskan dalam bentuk pilihanganda, tetapi dalam bentuk soal esai atau uraian agarpara siswa dapat menulis jawabannya sendiri sesuaidengan kemampuan berpikirnya masing-masing. Gurumenemukan tulisan yang beragam dari jawaban siswatersebut. Ada yang menuliskannya secara singkat,padat, dan ada yang panjang lebar. Hal itu akanmemperlihatkan kreativitas menulis siswa yang sudahmemahami materi dengan baik dan benar.Dari jawaban soal teori para siswa tersebut, gurusebagai peneliti pun menjadi tahu, siswa mana yangsudah memahami materi, dan siswa mana yang belummemahami materi dengan baik dan benar. Gurusebagai peneliti mengetahuinya setelah membacatulisan atau jawaban siswa satu persatu di blog. Rataratahampir 100% siswa menjawab dengan benar.Hanya saja, siswa yang menjawab lebih dahulu danbenar akan mendapatkan nilai lebih tinggi dari yangmenjawab belakangan, dengan demikian efektivitaspemanfaatan blog terasakan.Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,penggunaan blog sebagai media untuk melakukantes online memberi manfaat tersendiri. Guru menjadilebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkanpembelajarannya. Pemakaian kertas ulangan yangtelah disiapkan oleh sekolah dapat dikurangi, dan tanpadisadari guru sebagai peneliti telah mengkampanyekanprogram go green technology. Sebuah gerakanteknologi ramah lingkungan/penghijauan denganmengurangi pemakaian kertas yang bahan dasarnyapohon. Sebab sekarang ini banyak pohon yang habisditebangi, dan kayunya dibuat kertas. Kitapun menjadikehilangan hutan-hutan yang bisa menahan erosi danmenyimpan air hujan.Setelah sebanyak dua kali guru melakukan tesonline menggunakan blog pribadi di http://wijayalabs.com, guru sebagai peneliti memperoleh berbagaimanafaat dari tindakan ini, yaitu (a) kepuasan dalampembelajaran, (b) hasil ulangan atau pekerjaan siswadapat terdokumentasi dengan baik, (c) merasa senang,siswa pun senang, dan terjadilah proses pembelajaranyang menyenangkan, (d) tak perlu pusing-pusing lagimengoreksi jawaban siswa yang terkadang sulit dibacakarena tulisannya jelek, (e) tak perlu lagi menumpukhasil ulangan siswa di meja kerja, (f) lebih mudahmengetahui siswa mana yang belum ikutan ulangan,dan (g) menjadi tahu alamat blog siswa, dan melakukankunjungan balasan dengan melihat, dan membacatulisan mereka, serta memberikan komentar.Berdasarkan hasil wawancara tertulis, hampirsemua siswa setuju bila tes tertulis dilakukan melaluiblog, karena dapat menghemat kertas dan waktu sertaenergi untuk menulis. Walaupun menurut merekayang berpikir sempit, kesempatan mencontek menjadilebih besar. Bagi mereka yang malas berpikir, akanmelakukan plagiasi jawaban teman. Padahal guru akansegera tahu kalau mereka melakukan hal itu. Sebabmereka yang melakukan plagiasi biasanya menulissama persis. Dalam peristiwa itulah kejujuran akanterlihat, dan karakter siswa dapat kita arahkan untukselalu berbuat jujur. Gurupun akhirnya lebih teliti lagidalam mengawasi pekerjaan mereka.Menurut mereka, tes online melalui blog lebihmenarik, dan interaktif daripada menggunakansoal-soal yang berupa lembaran kertas. Mereka punlangsung dapat mencari informasi di internet bila adapertanyaan yang sulit dijawab melalui mesin pencariGoogle. Terjadilah proses ekplorasi mencari informasi diinternet. Dari pencarian itu, mereka dapat menemukanjawabannya dan mengembangkannya sendiri denganbahasa mereka.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Sikluspertama dilaksanakan pada bulan Mei 2011, dan sikluskedua dilaksanakan pada bulan Juni 2011. Pada sikluspertama, guru membuat soal esai sebanyak 20 soal,dan pada siklus kedua guru membuat soal sebanyak 10soal esai. Data hasil tindakan disajikan berikut ini.1. Deskripsi Tindakan pada Siklus PertamaPada siklus pertama ini, guru sebagai penelitimembuat disain pembelajaran yang dituangkandalam silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) dan telah disetujui oleh pimpinan sekolah.Untuk mengimplementasikan perencanaan tersebut,guru sebagai peneliti mempersiapkan sarana danprasarana yang meliputi (a) penyediaan komputeryang tersambung ke jaringan internet, dan (b)VOL. 01 Tahun I - September 2013 |23


JURNAL EDUKASI IGIpembuatan soal-soal tes online dalam bentuk esaiyang dipublikasikan melalui blog dengan alamat url:http://wijayalabs.com. Tampilan halaman depan blogdimaksud dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.Gambar 3. Tampilan Halaman Muka Blog Wijayalabs.ComPembelajaran TIK tetap dilaksanakan sesuaidengan materi TIK yang direncanakan oleh guru sesuaiprogram semester yang mengacu pada SKL. Materipembelajaran yang disampaikan pada pembelajaranpada siklus pertama adalah Photoshop. Setelahpembelajaran siswa diuji dalam bentuk ujian praktikdan ujian tertulis. Ujian praktik dilaksanakan tersendiri,dan ujian tertulis dilaksanakan setelah ujian praktik.Dalam siklus pertama ini, guru sebagai penelitiamembuat soal-soal teori tentang Photoshop di blog, dansiswa diminta menjawab 20 pertanyaan atau soal dalambentuk esai atau uraian. Jawaban siswa akan dimoderasioleh guru sehingga diketahui mana yang lebih dahuluselesai mengerjakan, dan mereka tak bisa melihat pekerjaanorang lain. Soal-soal itu disajikan pada Tabel 1 berikut ini.Tabel 1. Daftar Pertanyaan pada Siklus PertamaNo24Pertanyaan1 Jelaskan kegunana program aplikasi Photoshop!2Perintah apakah yang digunakan untuk menggabungkan duagambar yang berbeda?3 Jelaskan tampilan antarmuka terbaru pada program Photoshop CS 4!4 Jelaskan langkah-langkah membalik dan memutar dan gambar!5 Jelaskan apa yang di maksud dangan undo dan history!6 Apa yang dimaksud dengan modifikasi warna dan pencahayaan foto?7 Apa yang disebut dengan photo filter?8 Apa yang disebut dengan crop tool?Bagaimana cara menghilangkan bintik-bintih jerawat pada foto9 sehingga menjadi foto mulus tanda jerawat?10 Apa yang di maksud dengan magic wand tool?11 Apa yang dimaksud dengan quick mask mode?12 Apa yang disebut dengan blending mode?13 Apa yang disebut dengan layer mask?14 Apa yang disebut dengan elliptical marquee tool?| VOL. 01 Tahun I - September 201315Jelaskan langkah-langkah mengecilkan kapasitas gambar/foto menjadilebih kecil ukurannya ke dalam blog pribadi kamu yang ada di internet!16 Apa yang menarik dari Adobe Photsop CS4 menurut kamu ?17 Apa yang disebut dengan clone stamp tool dan clone source?18 Apa yang disebut dengan healing brush tool ?19 Apa yang disebut dengan sharpen dan blur tool?20 Apa yang disebut dengan color range?Setelah semua siswa menjawab soal, barulah gurumembuka moderasi, dan menampilkannya di blog.Dari situ siswa bisa melihat jawaban mereka masingmasing.Bagi mereka yang sudah mengisi, tidakdiperkenankan untuk mengulanginya lagi, karenates online dilaksanakan hanya satu kali dan siswatidak diperkenakan mengerjakan kembali bila sudahmengisinya.Untuk memperoleh data tentang tanggapan siswaterhadap tindakan pembelajaran ini, guru sebagaipeneliti membuat instrumen penelitian (angket).Angket tersebut dibagikan kepada siswa untuk diisi.Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui angket,dapat diketahui bahwa rata-rata siswa menyukai tesonline daripada tes offline. Selain data yang berupatanggapan siswa terhadap tindakan pembelajaranyang dilakukan guru, peneliti juga mengumpulkandata penelitian yang berupa jawaban siswa yangtertulis dalam blog yang telah disediakan oleh guru/peneliti. Seluruh jawa jawaban siswa tercatat dalamlaporanpenelitian ini.Data hasil pelaksanaan tindakan yang berupatulisan siswa yang berisi jawaban tes online diunggahpada bagian komentar blog yang telah disediakanoleh guru sebagai peneliti. Sebelum tulisan/jawabansiswa diunggah, guru sebagai peneliti terlebih dahulumelakukan moderasi. Maksudnya, guru sebagai penelititerlebih dahulu membaca jawaban siswa, menilai, danmencatat hasilnya ke dalam data PTK. Selain itu, gurujuga melakukan editing/penyuntingan terhadap tulisansiswa seperlunya tanpa mengurangi dan menambahiinformasi yang menjadi intisari jawaban siswa. Setelahtulisan dianggap layak untuk ditampilkan pada blogsebagai media massa (sosial), barulah jawaban siswatersebut diunggah ke dalam blog guru.Berdasarkan data yang telah diperoleh padatindakan pada siklus pertama tersebut, guru sebagaipeneliti melakukan refleksi. Refleksi dilakukan denganmelakukan diskusi dengan teman sejawat sesamapengajar TIK untuk mendapatkan masukan yangbermanfaat. Hasil refleksi menunjukkan bahwa (a)terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam belajarmenulis di blog dalam bentuk jawaban pertanyaansoal tes, (b) siswa merasa senang terhadap prosespelaksanaan tes online, dan (c) siswa apat menjawabpertanyaan-pertanyaan walaupun belum optimal.Berdasarkan hasil refleksi itu penelitian inidilanjutkan pada siklus kedua dengan soal yang lebihbanyak dari soal yang pertama. Dengan jumlah siswasebanyak 38 orang, guru sebagai peneliti menemukanbahwa mereka yang memahami materi akan cepatsekali dalam menjawab pertanyaan. Kreativitas


menulisnya terlihat dengan jelas dari hasil tulisanyang mereka kirim ke blog yang telah disediakan gurusebagai peneliti.2. Deskripsi Tindakan pada Siklus KeduaPelaksanaan tindakan pada siklus kedua dirancangdengan tahap-tahak kegiatan yang meliputi (a)merumuskan kembali disain pembelajaran (silabusdan RPP) dengan sepersetujuan pimpinan sekolah, (b)mempersiapkan sarana dan prasarana penelitian yangmeliputi penyediaan komputer yang tersambung kejaringan internet, dan pembuatan soal-soal tes onlinedalam bentuk esai sebanyak 10 soal teori di blogguru dengan alamat url: http://wijayalabs.com, dan (c)merumuskan indikator kinerja. Kinerja yang diukuradalah kemampuan siswa dalam menuliskan jawabandengan benar pada blog yang disediakan guru (yangterlebih dahulu dimoderasi).Pelaksanaan tindakan pembelajaran TIK tetapdilaksanakan sesuai dengan materi TIK yangdirencanakan oleh guru sesuai program semester yangmengacu pada SKL, yaitu pengoperasian programaplikasi Photoshop. Setelah pembelajaran siswa diujidalam bentuk ujian praktik dan ujian tertulis. Ujianpraktik dilaksanakan tersendiri, dan ujian tertulisdilaksanakan setelah ujian praktik.Untuk keperluan menguji siswa dalam membuattulisan di blog, guru sebagai peneliti membuat soalsoalteori tentang Photoshop yang diunggah padablog yang telah disediakan. Siswa diminta menjawab10 pertanyaan esai tersebut. Jawaban siswa akandimoderasi oleh guru sehingga dapat diketahui manayang lebih dahulu selesai mengerjakan, dan merekatak bisa melihat pekerjaan siswa lain. Pertanyaanpertanyaanyang disajikan pada blog untuk dijawabsiswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.Tabel 2. Daftar Pertanyaan pada Siklus KeduaNoPertanyaan1 Apa yang dimaksud dengan filter liquify?2 Apa yang dimaksud dengan filter blur?3 Apa yang dimaksud dengan filter gallery?4 Apa yang dimaksud dengan application bar?5 Apa yang dimaksud dengan rotate view tool?6 Apa yang dimaksud dengan mas panel?7 Apa yang dimaksud dengan content aware scaling?8 Apa yang dimaksud dengan vibrance?9 Apa yang dimaksud dengan fill tool?10 Apa yang dimaksud dengan pen tool?Bersamaan dengan pertanyaan-pertanyaantersebut, guru sebagai peneliti juga memberikanpetunjuk cara mengerjakan soal dan memintabeberapa data pribadi siswa yang perlu dituliskan.Setelah semua siswa menjawab soal, barulah gurumembuka moderasi, dan menampilkannya di blog.Pada blog itu siswa bisa melihat jawaban merekamasing-masing. Bagi mereka yang sudah mengisi,tidak diperkenankan untuk mengulanginya lagi, karenaJURNAL EDUKASI IGItes online dilaksanakan hanya satu kali dan siswatidak diperkenankan mengerjakan kembali bila sudahmengisinya. Bila ada jawaban yang dobel, guru sebagaimoderator akan menghapus salah satunya.Untuk mengetahui peningkatan kinerja penelitianini, guru sebagai peneliti meminta sekali lagi siswamengisi angket untuk mengetahui tanggapan siswaterhadap proses pembelajaran dan pengujian yangdilakukan guru. Jawaban siswa atas angket dimintauntuk dikirimkan melalui e-mail yang telah ditunjukkanalamatnya oleh guru/peneliti.Data yang diperoleh dari angket menunjukkanbahwa rata-rata siswa menyukai tes online daripadates offline. Siswa juga menyampaikan kritik dan sarankepada guru untuk memperbaiki kinerjanya. Datautama pada siklus kedua ini berupa jawaban tertulissiswa atas 10 pertanyaan yang diberikan. Jawaban ituditulis oleh masing-masing siswa pada kolom komentarpada blog yang telah disediakan oleh guru sebagaipeneliti. Data itulah yang dikumpulkan oleh guru.Setelah tindakan dilakukan, guru selaku penelitimelakukan refleksi dengan cara mendiskusikannyadengan teman sejawat sesama pengajar TIK. Hasilrefleksi menunjukkan terjadinya peningkatanpencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan.Siswa yang menyatakan menyukai teknik tes onlinemeningkat, dan kemampuan siswa dalam menuliskanjawaban/komentar di blog meningkat, serta kualitasjawabannya pun meningkat. Peningkatan kualitasjawaban menunjukkan keberhasilan guru dalammenyampaikan materi. Dengan pencapaian hasiltindakan seperti itu, guru sebagai peneliti memutuskanmenghentikan tindakan hanya sampai pada sikluskedua.3. Perbandingan Hasil Tindakan pada SiklusPertama dan Siklus KeduaSecara umum, hasil tindakan pada siklus pertamadan siklus kedua menunjukkan adanya capaian yangsemakin meningkat. Tindakan pada siklus pertamamenghasilkan peningkatan yang lebih tinggi daripadakondisi sebelum diberikan tindakan. Kondisi pada sikluskedua jauh lebih baik dibandingkan hasil tindakan padasiklus pertama. Peningkatan pada akhir siklus keduatelah mencapai tingkat ketuntasan pembelajaran,sehingga peneliti berani mengklaim bahwa penelitiantindakan kelas ini berhasil mencapai indikator kinerjayang telah ditentukan sebelumnya.PENUTUPBerdasarkan data hasil pelaksanaan tindakan yanghasilnya telah disajikan di atas, guru sebagai penelitimenyimpulkan bahwa (1) efektivitas pemanfaatan blogdi internet sebagai media tes online dalam meningkatkankreativitas menulis siswa dapat dilakukan bila para gurumengamati secara langsung proses pembelajaran yangdilakukan, sehingga kelemahan dan kemajuan siswadapat terlihat dengan baik dan cermat; (2) tes onlinemelalui blog lebih menarik karena bersifat interaktifdaripada menggunakan tes secara tertulis (offline),siswa dapat mencari informasi di internet (melalui mesinVOL. 01 Tahun I - September 2013 |25


JURNAL EDUKASI IGIpencari Google) bila ada pertanyaan yang sulit dijawabsehingga terjadilah proses ekplorasi mencari informasidi internet dan berkembanglah pengetahuan siswa;(3) blog di internet memungkinkan setiap siswa dapatberpatisipasi aktif dalam pembelajaran, karena bahanajar yang disampaikan melalui media blog di internetdikemas dalam bentuk interaktif dan bersifat edukatif;dan (4) kreativitas menulis siswa dalam menjawab soaldapat ditumbuhkan dan ditingkatkan seiring denganpemahamannya terhadap materi yang diberikan.Berdasarkan simpulan di atas, guru sebagai penelitimenyarankan beberapa hal, yaitu (1) hendaknyapemanfaatan blog sebagai media tes online dilakukanpada kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyaksehingga memudahkan guru di dalam membaca,mengoreksi, dan memberikan penilaian; (2) sbaiknyates tertulis diganti dengan bentuk tes online sehinggadapat mengurangi biaya penggandaan dan pembeliankertas; (3) hendaknya enelitian Tindakan Kelas (PTK)ini ditindaklanjuti oleh guru TIK yang lain, demikesempurnaan proses dan hasil penelitian.DAFTAR PUSTAKAHernowo. 2005. Mengubah Sekolah. Bandung: MLCMunandar, Utami. 2002. Pengembangan KreativitasAnak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.Semiawan, Conny Semiawan, dkk. 2004. Dimensi Kreatifdalam Filsafat Ilmu. Jakarta:Remaja Rosdakarya.Tim Redaksi.1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka26| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAANDAGANG DENGAN MENGGUNAKAN ACCOUNTING GAME PADASISWA KELAS XII-IS-2 MAN SALATIGATAHUN PELAJARAN 2009/2010Oleh: Ameliasari Tauresia Kesuma*Abstrak: Prestasi belajar akuntansi dagang pada siswa kelas XI-IS-2 MAN Salatiga masih rendahsehingga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkannya. Peneliti melakukan inovasi dalammodel pembelajaran dengan menggunakan media Accounting Game. Pada siklus pertama terjadipeningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai 6,40; dibandingkan dengan nilai rata-ratapada kondisi sebelum perlakuan yang hanya sebesar 4,66. Peningkatan lebih tinggi terjadi padasiklus kedua, nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 7,34.Kata Kunci: Prestasi Belajar, Media Pembelajaran, Accounting Game.Abstract: CLASS XI-IS-2, MAN Salatiga Students’ performance in studying commercial accountancywas low. Therefore, an effort was needed to improve the performances. The researcher created aninnovation, where students use an accounting game for learning accountancy. The findings wasthat the students’ average performance increased from 4.66 (before the treatment), to 6.40 (after thetreatment in the 1 st cycle). After the 2 nd treatment, the students’ average performances were evenhigher, which reached 7.34.Key Words: students’ performance, learning media, accounting game.PENDAHULUANMata pelajaran akuntansi membutuhkankasabaran, kecermatan, serta ketelitian.Untuk itu guru dituntut untuk tidak hanyamenyampaikan materi secara lisan atau ceramah sajatetapi harus memilih metode yang dapat melatihsiswa belajar, misalnya dengan diskusi, praktik denganrole playing, game akuntansi, dan memperbanyakmempelajari studi kasus yang berhubungan denganpelaporan akuntansi. Selama ini guru akuntansi diMAN Salatiga dalam menyampaikan materi pelajaranakuntansi dengan ceramah secara lisan dan denganmenjelaskan materi di papan tulis.Selain faktor metode pembelajaran, faktor eksternalyang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswaadalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakansuatu komponen sistem yang ikut menentukankeberhasilan proses pendidikan. Dalam penelitianini kondisi lingkungan sekolah dan keluarga menjadiperhatian karena faktor ini sangat dekat dengankehidupan sehari-hari siswa yang sangat berpengaruhterhadap prestasi belajar.Sekolah adalah wahana kegiatan dan prosespendidikan berlangsung. Di sekolah nilai-nilaikehidupan ditumbuhkan dan dikembangkan. Olehkarena itu, sekolah menjadi wahana yang sangatdominan bagi pengaruh dan pembentukan sikap,perilaku, dan prestasi seorang siswa.Rendahnya prestasi belajar di MAN Salatigadalam pelajaran akuntansi terjadi karena siswa padaumumnya belum memahami benar konsep-konsepdasar akuntansi dari awal, mulai menamai akun,menjurnalnya, mengapa suatu transaksi masuk dalamkolom debet, dan mengapa masuk dalam kolom kredit.Faktor penyebab rendahnya prestasi ini jugaterjadi karena guru belum melakukan inovasi dalampembelajaran, hanya berfokus pada textbook yangada sehingga pembelajaran terasa membosankan dantidak menarik.Ada berbagai masalah yang dapat diidentifikasidalam lingkup pembelajaran akuntansi dagang.Masalah yang hendak dijawab dalam penelitian iniadalah, apakah pembelajaran dengan menggunakanmedia Accounting Game dapat meningkatkan prestasibelajar akuntansi perusahaan dagang pada siswa kelasXII-IS-2 MAN Salatiga tahun pelajaran 2009-2010.Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk(1) menciptakan pembelajaran akuntansi yangmenyenangkan aktif, kreatif, nyata penggunaannyadalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak sukamempelajarinya dan terlibat aktif, (2) meningkatkanmutu pembelajaran akuntansi di MAN Salatiga, (3)meningkatkan profesionalisme penulis sebagai seorangguru karena penelitian ini akan mendorong penulisuntuk lebih meningkatkan kualitas diri baik secaraakademis maupun performansi, dan (3) mendorongpara pendidik untuk senantiasa melakukan penelitiandalam rangka memberikan pembelajaran yangbermutu. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalahuntuk meningkatkan hasil pembelajaran akuntansidagang pada siswa kelas XII-IS-2 MAN Salatiga tahunpelajaran 2009-2010.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |27


JURNAL EDUKASI IGIHasil yang diharapkan dari penelitian ini antara lain(1) peningkatan nilai kognitif pada materi akuntansiperusahaan dagang siswa, (2) memotivasi danmeningkatkan minat siswa untuk belajar akuntansi,dan (3) sebagai pengayaan untuk meningkatkanpemahaman mereka untuk menggunakan strategidalam berinvestasi.KAJIAN PUSTAKA28| VOL. 01 Tahun I - September 2013Prestasi BelajarIstilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaituprestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam KamusIlmiah Populer (Adi Satrio 2005:467) didefinisikan sebagaihasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998:4)menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapatdiartikan sebagai suatu proses yang memungkinkantimbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagaihasil dari terbentuknya respon utama, dengan syaratbahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itubukan disebabkan oleh adanya kematangan atau olehadanya perubahan sementara karena sesuatu hal.Sementara itu Muhibbin Syah (2008:90-91) menjelaskanpengertian belajar dengan mengutip pendapatbeberapa pakar psikologi yang meliputi B.F. Skinner,Chaplin, Hintzman, Wittig, Reber, dan Biggs.Menurut Skinner seperti yang dikutip Barlow, belajaradalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tingkahlaku yang berlangsung secara progresif (a processof progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya,B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasitersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabilaia diberi penguat (reinforce).Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikanbatasan belajar dengan dua pernyataan, yaitu(1) belajar adalah perolehan perubahan tingkah lakuyang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman,dan (2) belajar adalah proses memperolehrespon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.Hintzman berpendapat bahwa belajar adalah suatuperubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusiadan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapatmempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi,dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkanoleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakanbelajar apabila mempengaruhi organisme.Wittig mendefinisikan belajar sebagai perubahanyang relatif menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhantingkah laku suatu organisme sebagai hasilpengalaman.Reber dalam kamus Dictionary of Psychology, membatasibelajar dengan dua macam definisi. Pertama,belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalampembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahlidipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakanperolehan keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuanbereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihanyang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macamistilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahamiproses belajar, yakni relatif permanen, kemampuanbereaksi, penguatan, dan praktik atau latihan.Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan,yaitu rumusan kuantitatif; rumusan institusional; danrumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kataseperti perubahan dan tigkah laku tidak lagidisebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudahmenjadi kebenaran umum yang diketahui semuaorang yang terlibat dalam proses pendidikan.Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisianatau pengembangan kemampuan kognitif denganfakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam halini dipandang dari sudut berapa banyak materi yangdikuasai siswa. Secara institusional, belajar dipandangsebagai proses validasi atau pengabsahan terhadappenguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari.Bukti institusional yang menunjukan siswa telahbelajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar.Ukurannya semakin baik mutu guru mengajar akansemakin baik pula mutu perolehan pelaku belajar yangkemudian dinyatakan dalam skor. Adapun pengertianbelajar secara kualitatif ialah proses memperoleharti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-caramenafsirkan dunia di sekeliling pelaku belajar. Belajardalam pengertian ini difokuskan pada tercapainyadaya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkanmasalah-masalah yang kini dan nanti dihadapipelaku belajar.Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), mengutippendapat beberapa pakar dalam menjabarkan pengertianbelajar, di antaranya adalah W.S. Winkel, S. Nasution,Mahfud Shalahuddin, dan Supartinah Pakasi.W.S. Winkel (1991:36) mendefinisikan belajar sebagaisuatu aktivitas mental/psikis yang berlangsungdalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan,pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahanitu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.Nasution (1982:68) mendefinisikan belajar sebagaiperubahan kelakuan, pengalaman dan latihan.Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri individuyang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenaisejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan jugamembentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segalaaspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.Mahfud Shalahuddin (1990:29) mendefinisikanbelajar sebagai suatu proses perubahan tingkah lakumelalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedurlatihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulaidari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudiandikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampaipada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalaniproses belajar itu.Supartinah Pakasi (1981:41) menyatakan bahwabelajar merupakan (1) komunikasi antar anak dan lingkungannya;(2) mengalami; (3) berbuat; (4) aktivitasyang bertujuan; (5) memerlukan motivasi; 6) memerlukankesiapan pada pihak anak; 7) berpikir dan menggunakandaya pikir; dan 8) bersifat integratif.


Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikanpara pakar tersebut, secara umum belajar dapatdipahami sebagai suatu tahapan perubahan seluruhtingkah laku inividu yang relatif menetap (permanent)sebagai hasil pengalaman. Sehubungan denganpengertian itu perlu ditegaskan sekali lagi bahwa perubahantingkah laku yang timbul akibat proses kematangan(maturation); keadaan gila, mabuk, lelah,dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil prosesbelajar. Berdasarkan hal tersebut dapat diambil sebuahsimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahantingkah laku individu yang relatif menetap (permanent)sebagai hasil atau akibat dari pengalaman daninteraksi dengan lingkungan yang melibatkan proseskognitif, afektif dan psikomotor.Istilah menetap (permanent) dalam definisi inimensyaratkan bahwa segala perubahan yang bersifatsementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibatdari belajar. Demikian pula istilah pengalaman, iamenafikan keterkaitan antara belajar dengan segalatingkah laku yang merupakan hasil dari proses kematangan(maturation) fisik atau psikis. Sehingga kemampuan-kemampuanyang disebabkan oleh kematanganfisik atau psikis tidak dapat disebut sebagai hasil daribelajar.Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuanatau keterampilan yang dikembangkan oleh matapelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes ataunilai yang diberikan oleh guru (Tu’u 2004:75). Prestasibelajar adalah suatu bukti keberhasilan usaha yangdapat dicapai oleh seseorang setelah memperolehpengalaman belajar atau memperoleh sesuatu (Winkel1983:60). Oleh karena itu, dapat diambil pemahamanbahwa prestasi belajar adalah suatu keberhasilan penguasaanpengetahuan atau keterampilan seseorangsetelah memperoleh pengalaman belajar yang lazimnyaditunjukkan dalam nilai.Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajaratau hasil belajar menurut Muhibbin Syah, sebagaimanayang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah(2008) adalah “taraf keberhasilan murid atau santridalam mempelajari materi pelajaran di sekolah ataupondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skoryang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materipelajaran tertentu”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajaradalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilanyang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnyaditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikanoleh guru”.Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkanbahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilanyang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yangdapat memberikan kepuasan emosional, dan dapatdiukur dengan alat atau tes tertentu.Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasibelajar adalah tingkat keberhasilan siswa setelah menempuhproses pembelajaran tentang materi tertentu,yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atauperubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan testertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhirJURNAL EDUKASI IGIyang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar.Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajaratau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkanitu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaranyang meliputi tiga aspek yaitu (1) tahu, mengetahui(knowing); (2) terampil melaksanakan atau mengerjakanyang ia ketahui itu (doing); dan (3) melaksanakanyang ia ketahui itu secara rutin dan konsekuen (being).Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimanayang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah(2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalamtiga ranah yaitu (1) ranah kognitif (cognitive domain); (2)ranah afektif (affective domain); dan (3) ranah psikomotor(psychomotor domain).Ketiga ranah tersebut dapat diukur, artinya untukmengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudahdan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaranyang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspektujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsirsangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisasaja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut,namun ia membutuhkan waktu yang tidak sedikit,khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuranaspek ini harus dilakukan melalui pengamatanyang berkelanjutan sehingga diperoleh informasiyang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benarmelaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannyasecara rutin dan konsekwen.Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajarpada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokanatau indikator-indikator sebagai penunjukbahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi padatingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam halini Muhibbin Syah (2008:150) mengemukakan bahwakunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasilbelajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalahmengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanyaprestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasiyang hendak diungkapkan atau diukur.Pengetahuan dan pemahaman yang mendalammengenai indikator-indikator prestasi belajar sangatdiperlukan ketika seseorang akan menggunakan alatdan kiat evaluasi. Menurut Muhibbin Syah (2008:150),urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalammengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornyaadalah bahwa pemilihan dan pengunaanalat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel,dan valid.Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi olehkemampuan umum pembelajar yang diukur oleh IQ.IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasibelajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQyang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesanseseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesanprestasi belajar seseorang. Ada faktor-faktor lain yangturut andil mempengaruhi perkembangan prestasi belajar.Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajaradalah antara lain (1) pengaruh pendidikan dan pembelajaranunggul; (2) perkembangan dan pengukuranotak; dan (3) kecerdasan emosional (http://ditptksd.go.id, 2008).VOL. 01 Tahun I - September 2013 |29


JURNAL EDUKASI IGISementara itu, Sunarto (2009) mendeskripsikan faktor-faktoryang dapat mempengaruhi prestasi belajar,yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internalberasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhiprestasi belajarnya. Di antara faktor-faktorintern yang dapat mempengaruhi prestasi belajarseseorang adalah antara lain kecerdasan/intelegensi,bakat, minat, dan motivasi. Faktor-faktor eksternal berasaldari luar diri seseorang tersebut namun berpengaruhterhadap keberhasilan belajar. Yang termasukfaktor-faktor ini adalah antara lain keadaan lingkungankeluarga, keadaan lingkungan sekolah; dan keadaanlingkungan masyarakat.Selain faktor-faktor tersebut, Muhibbin Syah menyebutkanbeberapa faktor internal dan eksternal lainyang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa disekolah. Faktor internal meliputi (1) faktor fisiologis, yaitukeadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akanmenguntungkan dan memberikan hasil belajar yangbaik; (2) faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhatian,minat, motivasi, bakat, dan kemampuan potensial. Sedangkanfaktor eksternal meliputi (1) faktor sosial, yangterdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,dan lingkungan masyarakat; (2) faktor nonsosial, yangmeliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaandan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dansumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajaryang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandangturut menentukan tingkat keberhasilan belajarsiswa di sekolah; (3) faktor pendekatan belajar (approachto learning), yakni jenis upaya belajar siswayang meliputi strategi dan metode yang digunakansiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (MuhibinSyah, 2008:139).Media Accounting GameMedia permainan ini sengaja dibuat untukmempermudah siswa dalam memahami pencatatantransaksi akuntansi secara langsung, misalnya, apa30Gambar 1. Praktik Penggunaan Media Accounting Game| VOL. 01 Tahun I - September 2013yang terjadi dengan uang kas jika mereka membelibarang atau rumah, bagaimana jika mereka menerimasewa tanah, atau menerima uang dari penjualan rumahmereka, membayar pajak, memperoleh asuransi,atau memperoleh pinjaman bank. Masih banyak lagitransaksi-transaki yang terbentuk dari permainan iniyang selanjutnya penulis beri nama Accounting Game.Dengan media ini siswa tidak hanya melakukanpengamatan namun juga terlibat langsung dalamtransaksi jual beli, di samping itu siswa juga belajaruntuk mengatur keuangan, sehingga perdaganganyang mereka lakukan dapat menguntungkan.Permainan dengan media Accounting Game inimemerlukan kecerdasan, ketegasan, dan ketangkasanpara pemain dalam mengadakan transaksi kombinasiantara menyewakan, menjual dan membeli hartakekayaan hingga akhirnya salah seorang menjadiorang kaya mutlak.Permainan ini dimulai di kotak Start dan berjalanseterusnya sesuai dengan angka-angka yang tertunjukdi kartu dadu. Pemain yang berhenti di atas sebuahtanah bangunan yang belum dimiliki oleh lain pemain,berhak membelinya dari bank dengan harga yangtelah ditentukan di papan permainan. Kalau pemaintersebut tak berhasrat membeli tanah bangunan tadi,maka bank berhak menjualnya kepada penawar yangtertinggi. Tujuan utama memiliki tanah bangunansebanyak mungkin ialah memungut sewa dari pemainyang berhenti di atas tanah milik tersebut. Uang sewadapat dipungut lebih banyak lagi kalau di tanah-tanahbangunan didirikan rumah-rumah atau hotel. Hanyakalau sudah memiliki satu kompleks tanah bangunan(sesuai huruf abjad yang bersamaan), pemain diijinkanmembangun rumah-rumah atau hotel. Kotak-kotakDana Umum dan Kesempatan Memberi ketika kepadapemain mengambil kartu yang telah tersedia dan harustaat pada keterangan di dalam kartu.Pembelajaran dengan bantuan media ini dilakukanuntuk mempermudah siswa dalam memahamitransaksi perdagangan yang ada di pasar. Selain itu,media permainan monopoli juga digunakan untukmempermudah siswa dalam memahami transaksiakuntansi, seperti misalnya, apa yang terjadi denganuang kas mereka jika mereka membeli barang ataurumah, bagaimana dengan jika mereka menerimasewa tanah, atau menerima uang dari penjualan rumahmereka, membayar pajak, memperoleh asuransi,memperoleh pinjaman bank dan masih banyak lagi,transaksi-transaki yang terbentuk dari permainan iniyang selanjutnya penulis beri nama Accounting Game.METODE PENELITIANSubjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswaMAN Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kelas XII-IPS-2berjumlah 35 orang. Pokok bahasan yang diajarkanadalah Akuntasi Perusahaan Dagang. Penelitianini dilakukan pada kurun waktu tiga bulan, Juli –September 2009.Data yang dikumpulkan melalui catatan observasidan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitiansampai dengan siklus kedua. Catatan observasidipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas


siswa dan pemunculan keterampilan kooperatifsiswa, sedangkan evaluasi dilakukan untuk mengukurpeningkatan prestasi belajar siswa.Pada bagian refleksi dilakukan analisis datamengenai proses, masalah dan hambatan yangdijumpai, kemudian dilanjutkan dengan refleksidampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.Salah satu aspek penting dari kegiatan refleksi adalahevaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan.Data hasil obervasi pembelajaran dianalisis kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka danpengalaman guru. Sedangkan hasil belajar siswaberupa catatan transaksi dan jurnal umum yang merekabuat berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh disiklus pertama dan siklus kedua.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam duasiklus, dalam setiap siklus pelaksanaannya mengikutiyang terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan,tindakan, observasi, dan refleksi.Pada siklus pertama, kegiatan-kegiatan yang dilakukanpada tahap perencanaan meliputi (a) menyusunRPP, (b) menyiapkan modul pembelajaran, dan (c) menyiapkanmasalah. Pada tahap pelaksanaan tindakan,kegiatan yang dilakukan adalah (a) membentuk kelasmenjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompoklima siswa, satu orang menjadi pemimpin dan lainnyaanggota kelompok; (b) kelompok tersebut di pimpinseorang siswa. Pada tahap obserbasi, kegiatan yangdilakukan adalah (a) mengamati perilaku siswa terhadappenggunaan metode belajar; dan (b) mengamatipemahaman masing-masing anak. Pada tahap refleksi,kegiatan yang dilakukan adalah (a) mencatat hasil observasi;(b) mengevaluasi hasil observasi; (c) menganalisishasil pembelajaran, dan (d) memperbaiki kelemahanuntuk daur berikutnya.Pada siklus kedua, tahap perencanaan dilakukan dengankegiatan (a) menyusun RPP yang disempurnakan;(b) menyiapkan modul pembelajaran; dan (c) menyiapkanmasalah. Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatanyang dilakukan adalah (a) membentuk kelas menjaditujuh kelompok, masing-masing kelompok limasiswa, satu orang menjadi bank dan lainnya pemain; (b)tiap kelompok diberikan satu set permainan AccountingGame; (c) tugas semua anggota kelompok baikyang menjadi bangkir maupun pemain adalah mencatattransaksi yang mereka lakukan selama permainan;(d) hasil laporan transaksi masing-masing siswadiperiksa guru kemudian dilanjutkan untuk membuatJurnal Umum; dan (e) siswa menarik simpulan, sesuaitujuan pembelajaran. Pada tahap observasi, kegiatanyang dilakukan meliputi (a) mengamati perilaku siswaterhadap penggunaan metode belajar; dan (b) mengamatipemahaman masing-masing anak. Pada tahaprefleksi, kegiatan yang dilakukan adalah (a) mencatathasil observasi; (b) mengevaluasi hasil observasi; dan(c) menganalisis hasil pembelajar.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYADeskripsi Kondisi AwalSebelum melakukan tindakan perbaikan pem be lajarandengan menggunakan media Accounting Game,JURNAL EDUKASI IGIpeneliti mengukur kemampuan siswa dengan melihatnilai ulangan. Nilai tersebut menunjukkan siswa kelasXII-IS-2 MAN Salatiga, untuk mata pelajaran akuntansisangat kurang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikutini.Tabel 1. Hasil Belajar Siswa pada Kondisi AwalNo. Nilai Frekuensi Persentase1 3 14 40,00%2 4 0 0,00%3 5 14 40,00%4 6 0 0,00%5 7 5 14,29%6 8 2 5,71%Jumlah 35 100,00%Rata-rata 4,66Nilai Maksimum 8Nilai Minimum 3Tabel di atas menunjukkan nilai ulangan padakondisi awal (pretes) pada materi jurnal umum. Nilaimaksimum 8 dan nilai minimum 3. Siswa yang memilikinilai 8 sebanyak 2 orang (5,71%), yang memperolehnilai 7 sebanyak 5 orang (14,29%), nilai 5 sebanyak 14orang (40%), nilai 3 sebanyak 14 orang (40%). Rata-ratanilai ulangan sebesar 4,66, jauh di bawah KKM sebesar7,00.Hasil belajar seperti disajikan pada Tabel 1di atas menunjukkan kondisi yang belum ideal,karena masih banyak siswa yang belum menguasaimateri pembelajaran. Rendahnya prestasi belajarakuntansi, sebagian besar karena mereka kurangmerasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu diperlukan media yang tepat gunamenjembatani pembelajaran akuntansi khususnyaperusahaan dagang dengan kehidupan sehari-hari.Media pembelajaran yang digunakan adalah mediaAccounting Game. Permainan ini persis sama denganpermainan monopoli, namun papan permainan danseluruh alat-alat dibuat disesuaikan dengan permainanakuntansi.Siswa yang dilibatkan dalam permainan akuntansi inidiharapkan lebih mudah dalam mempelajari transaksitransaksiakuntansi perusahaan dagang, sehinggadapat dengan mudah menyusun suatu siklus akuntansiperusahaan dagang. Hasil pembelajaran untuk kegiatan iniadalah menulis semua transaksi yang mereka lakukan dalamsatu kali permainan. Rencana berikutnya mereka menyusuntransaksi tersebut dalam bentuk jurnal umum, jurnal khusus,buku besar, kertas kerja, laporan perubahan modal, laporanlaba rugi dan neraca.Deskripsi Hasil Belajar pada Siklus PertamaPelaksanaan pembelajaran dengan menggunakanmedia Accounting Game pada siklus pertama, siswadibagi menjadi tujuh kelompok, masing-masingVOL. 01 Tahun I - September 2013 |31


JURNAL EDUKASI IGIkelompok lima orang, terdiri atas empat orang bermainsebagai pemain, dan satu orang bertugas menjadibankir. Sambil melakukan permainan, siswa membuatcatatan-catatan yang diperlukan sehubungan denganproses transaksi yang terjadi.Setelah melakukan pembelajaran pada sikluspertama, guru melakukan evaluasi akhir pembelajaran(postes). Siswa diminta secara berkelompok membuattransaksi usaha dagang dalam satu bulan minimal 20transaksi. Secara umum siswa masih kesulitan. Hasilevaluasi ini disajikan pada Tabel 2 berikut ini.Tabel 2. Hasil Pekerjaan Siswa dalam MembuatTransaksi Usaha DagangNo. Nilai Frekuensi Persentase1 6 29 82,9%2 7 0 0,0%3 8 4 11,4%4 9 2 5,7%Jumlah 35 100,00%Rata-rata 6,4Nilai Maksimum 9Nilai Minimum 6Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai rataratanilai siswa adalah 6,4 dengan nilai minimal 6 danmaksimal 9. Hasil ini evaluasi terhadap kemampuansiswa menunjukkan adanya peningkatan, walaupunbelum mencapai criteria ketuntasan secara klasikal.Oleh karena itulah, peneliti melanjutkan tindakanperbaikan pada siklus kedua.Deskripsi Hasil Belajar pada Siklus KeduaPada siklus kedua, pembelajaran dengan menggunakanmedia Accounting Game dipraktikkan laginamun dengan beberapa variasi tindakan. Siswa tetapdikelompokkan menjadi tujuh kelompok dan masingmasingberanggotakan lima siswa. Guru menugasi setiapkelompok mempraktikkan transaksi dan mencatatnyadalam pembukuan. Setelah itu, setiap kelompok dimintamempresentasikan hasil kerjanya untuk memperolehmasukan dari teman-teman (kelompok lain) dan dariguru.Setelah semua kelompok melakukan presentasidan memperoleh masukan dri kelompok lain dan guru,tindakan pada siklus kedua diakhir dan kemudiandilakukan evaluasi. Evaluasi pada akhir siklus kedua inidilakukan dengan cara meminta setiap siswa membuattransaksi atas perdagangan yang mereka lakukan danhasilnya mereka memahami cara mencatat transaskipada setiap perdagangan yang mereka lakukan. Hasilevaluasi itu disajikan pada Tabel 3 berikut ini.Tabel 3. Hasil Pekerjaan Siswa dalam MembuatTransaksi Dsaha DagangNo. Nilai Frekuensi Persentase1 6 1 2,9%2 7 22 62,9%3 8 11 31,4%4 9 1 2,9%Jumlah 35 100,00%Rata-rata 7,3Nilai Maksimum 9Nilai Minimum 6Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat diketahuibahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Halini dapat dilihat dengan banyaknya jumlah siswa yangmemperoleh nilai 7, yaitu sebanyak 22 siswa atau 62,9%.Hasil belajar siswa kelas XII-IS-2 meningkat denganrata-rata adalah 7,34, dengan nilai maksimum 9 dannilai minimum 6. Peningkatan nilai-nilai yang dicapaisiswa tersebut mengindikasikan bahwa penggunaanmedia Accounting Game pada siklus kedua berhasilmeningkatkan hasil belajar siswa.Deskripsi Peningkatan Hasil Pembelajaran SetiapSiklusSeperti telah disajikan pada deskripsi hasil pem belajaransejak kondisi awal (sebelum tindakan), hinggapada akhir siklus kedua telah terjadi peningkatankeberhasilan siswa dalam belajar secara bertahap.Gambaran yang lebih jelas mengenai peningkatanpeningkatanitu dapat dilihat pada Grafik 1 berikut ini.Grafik 1. Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar SiwaSelama Dua Siklus TindakanPada Grafik 1 di atas terlihat terjadinya peningkatancapaian nilai rata-rata siswa sejak kondisi awal, siklus 1dan siklus 2. Peningkatan ini dilihat dari rata rata hasilprestasi belajar siswa dalam tiap langkah tindakan.Kondisi awal siswa hasil rata rata prestasi belajarsebesar 4,66, setelah dilakukan tindakan pada siklus 1,hasil rata rata prestasi belajar siswa adalah 6,40. Pada32| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIsiklus pertama, prestasi belajar masih di bawah KKMyang ditetapkan yaitu 7,00 maka dilakukan tindakankedua pada siklus kedua.Setelah dilakukan tindakan kedua, dihasilkanrata rata prestasi belajar siswa sebesar 7,34. Rata rata7,34 menyisakan satu siswa tidak tuntas dengan nilai 6,untuk siswa ini akan dilakukan pembimbingan khususoleh guru. Karena nilai rata rata hasil prestasi belajarsiswa sudah diatas KKM maka dinyatakan tindakanpada siklus kedua berhasil membuat siswa memahamimateri akuntansi perusahaan dagang dengan lebihbaik.PENUTUPBerdasarkan hasil pembelajaran yang telah disajikantersebut di atas, penelitia menyimpulkan bahwapenggunaan media Accounting Game ternyata dapatmeningkatkan hasil belajar siswa kels XII-IS-2 MANSalatiga dalam memahami materi akuntansi dagang.Pembelajaan menggunakan media tersebut dapatmembangkitkan rasa senang, tidak membosankan,membuat siswa secara tidak sadar menemukan sendirikonsep dari materi ajar sesuai tujuan pembelajaranyang ditetapkan memang tidak mudah.Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar paraguru akuntansi berupaya meningkatkan pemahamansiswa terhadap materi pelajaran akuntansi denganberbagai cara, salah satunya dengan menggunakanmedia Accounting Game.DAFTAR PUSTAK DAFTAR PUSTAKAMuhammad Ibnu Abdullah, Abu. 2008. Prestasi Belajar.http://spesialis-torch.com (Diunduh tanggal 10Februari 2010).Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiyah Populer. Visi 7.Ditptksd. 2008. 2008. Faktor-Faktor yang MempengaruhiPrestasi Belajar Anak. http://ditptksd.go.id (Diunduhtanggal 10 Februari 2010)Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan denganPendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo PersadaSyah, Muhibbin (1999), Psikologi Pendidikan denganPendekatan Baru. Cetakan keempat. Bandung: RosdaKaryaNasution, Noehi. Et.all. 1998. Materi Pokok PsikologiPendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal PembinaanKelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar. http://sunartombs.wordpress.com (Diunduh tanggal 10Februari 2010.Tu’u, Tulus,2004. Peran Disiplin Pada Perilaku danPrestasi Siswa. Jakarta: GrasindoVOL. 01 Tahun I - September 2013 |33


JURNAL EDUKASI IGIPENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIADAN KEMAMPUAN BERCERITAMELALUI PEMANFAATAN MEDIA DUA DAN TIGA DIMENSIPADA SISWA KELAS VII-D SEMESTER 1 SMP NEGERI 1BANYUDONO KABIPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH TAHUNPELAJARAN 2011/2012Oleh: Tri Andayani*Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas belajar dan kemampuan berceritadengan pemanfaatan media dua dimensi dan tiga dimensi. Subjek penelitian berjumlah 32 siswakelas VII-D semester 1 SMP Negeri 1 Banyudono Kab. Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Penelitianberlangsung selama enam minggu terdiri atas dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwapenggunaan media dua dimensi dan tiga dimensi dapat meningkatkan kreativitas siswa dankemampuan bercerita. Nila rerata kemampuan bercerita meningkat, dari siklus pertama mencapaiskor 68 kemudian meningkat menjadi skor 77 pada siklus kedua. Ketuntasan belajar secara klasikalmeningkat dari 25% menjadi 85%. Dengan demikian ada manfaat positif atas tindakan yangdilakukan guru berupa penggunaan media dua dimensi dan media tiga dimensi.Kata Kunci: kreativitas siswa, kemampuan berbicara, dan media dua dimensi, media tiga dimensi.Abstract: The objective of this research is to increase students’ creativity and ability to tell storiesby using two and three-dimensional media. The subjects of this research are 32 students from classVII-D at SMP Negeri 1 Banyudono, Boyolali Regency, 1 st semester, and academic year 2011/2012. Theresearch consists of two cycles, which took six weeks to complete. The finding shows that the useof two and three-dimensional media can increase students’ creativity and ability of telling stories.Students’ average score in telling stories increased from 68 in the first cycle to 77 in the second cycle.Students’ completeness in studying increased from 25% to 85 %. In other words it can be said thatthere is a positive effect of the teachers’ action which was using two and three dimensional media.Key words: students’ creativity, ability of telling stories, two and three-dimensional media.PENDAHULUANPerkembangan intelektual/kognitif siswa SMPadalah salah satu ciri kategori usia remajaawal. Sejalan dengan perkembangan kognitiftersebut siswa memerlukan perhatian, pengakuan,dan penghargaan. Berbagai keperluan siswa tersebut,terutama kebutuhan pengakuan haruslah diusahakanuntuk dipenuhi. Dengan terpenuhi kebutuhan siswaberupa pengakuan dapat menambah kepercayaan dirisiswa. Siswa termotivasi untuk selangkah lebih maju.Pemenuhan kebutuhan tersebut menjadi kewajibankita selaku guru. Pengakuan dapat berupa guru dansiswa-siswa menyimak penuturan siswa saat berceritadengan sungguh-sungguh.Pembelajaran bahasa Indonesia aspek berbicarapada kompetensi dasar bercerita di kelas VII-Dsemester satu SMP Negeri 1 Banyudono KabupatenBoyolali menunjukkan kreativitas siswa yang rendahsaat bercerita. Siswa tampil secara monoton, sikapberdiri kaku, kadang-kadang dengan urutan yangsalah, suara lemah, lafal tidak jelas, intonasi datar,gestur terkesan kaku, dan tidak didukung mimik yang34| VOL. 01 Tahun I - September 2013tepat. Kemampuan yang masih rendah tersebutditunjukkan dengan nilai rata-rata yang dicapaioleh siswa pada kompetensi dasar tersebut hanyamencapai 68. Nilai tersebut di bawah batas KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan yaitu75. Hal tersebut mencerminkan bahwa kompetensidasar yang terkait dengan bercerita dengan urutanyang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimikyang tepat masih rendah.Siswa mampu menuturkan cerita dengan baikyaitu urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur,dan mimik yang tepat merupakan salah satu tolokukur kemampuan berbahasa, khususnya aspekberbicara. Kemampuan berbicara di depan temantemandan guru perlu dilatihkan siswa sedinimungkin, sebagai bekal kecakapan hidup siswa(life skill), dengan cara memberikan bekal denganlatihan dasar berbahasa tentang nilai-nilai yangberkaitan dengan kehidupan sehari-hari.Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)yang secara jelas menuntut siswa mampu berceritadengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,gestur, dan mimik yang tepat; belum dapat terwujud


JURNAL EDUKASI IGIsaat proses pembelajaran. Dengan demikian perluditingkatkan kemampuan siswa untuk mewujudkankompetensi tersebut.Salah satu penyebabnya adalah proses pembelajaranyang konvensional, yaitu siswa hanya pasif menerimapenjelasan dari guru. Guru menggunakan metodeceramah dilanjutkan memberikan tugas untuk siswa.Pikiran siswa berkutat pada materi yang disampaikanoleh guru. Sebagian siswa tidak tertarik terhadappenjelasan guru dengan alasan jenuh atau biasa-biasasaja. Sesudah itu siswa mengerjakan perintah guru.Hal tersebut menjadi penyebab rendahnya kreativitassiswa dan kemampuan bercerita.Model pembelajaran yang mengungkungkreativitas siswa berdampak siswa terkungkungdalam berperilaku bahkan dalam menyelesaikanpermasalahan hidup yang akan dialami siswa kelak.Jawaban salah atau tidak sama dengan pendapat guruatau pendapat buku dianggap suatu kesalahan fatal,dianggap suatu kebodohan, dan dianggap tidak pernahmembaca buku. Tidaklah demikian seharusnya. Anekakreativitas siswa perlu diberi penghargaan sepanjanghal tersebut masih di dalam batas kompetensi dasar.Gaya pembelajaran konvensional ditandai denganperan guru yang sangat dominan, karena gurumenggunakan metode ceramah untuk menyampaikanmateri pembelajaran. Dengan demikian pembelajaranbersifat pasif, siswa dijejali materi tanpa mengingatsiswa kreatif atau tidak untuk mewujudkan keberhasilankompetensi dasar.Seharusnya, kreasi siswa yang didorong rangsanganguru dapat dijadikan input yang harus diterima gurusebagai kekayaan pemberdayaan kreativitas siswa.Kondisi demikian merupakan tuntutan agar terciptamutu proses pembelajaran yang berkualitas. Muaraakhirnya adalah meningkatkan hasil belajar siswa.Berdasarkan di atas di atas, peneliti menganggapkondisi pembelajaran bahasa Indonesia yang selamaini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banyudono belumsepenuhnya sesuai harapan. Siswa belum kreatif untukmemunculkan cara baru siswa untuk mendukungterealisasinya kemampuan bercerita dengan urutanyang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimikdengan tepat.Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas,peneliti tertarik untuk menjawab permasalahan tentangupaya peningkatan kreativitas belajar bahasa Indonesiadan kemampuan bercerita melalui pemanfaatan mediadua dan tiga dimensi dalam pembelajaran kelas VII-Dsemester 1 SMP Negeri 1 Banyudono Boyolali tahunpelajaran 2011/2012. Solusi yang penulis tawarkanterhadap permasalahan tersebut adalah dengantindakan guru memberi kesempatan siswa untuk kreatifmemanfaatkan media. Pembelajaran didominasi olehsiswa dengan memanfaatkan alat peraga untuk mediabercerita.Tujuan umum penelitian ini adalah untukmenciptakan kegiatan belajar mengajar dengan situasisiswa aktif, melatih keberanian siswa tampil di depankelas dengan ekspresi yang tepat sehingga tidakmonoton, dan mampu mengorganisasikan ide secarasistematis. Dengan demikian akan tercapai kreativitasbelajar dan kemampuan bercerita pada siswa kelasVII-D semester 1 SMP Negeri 1 Banyudono.Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bahan masukan/informasi untuk peningkatanpembelajaran bercerita. Selain itu, denganadanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahanpertimbangan, kajian, dan referensi penelitian yangsejenis di masa mendatang.Secara praktis, hasil penelitian ini dapat di manfaatkanoleh beberapa pihak khususnya yang terkaitdalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Bagi siswa,hasil penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas dankemampuan bercerita. Bagi guru, hasil penelitian inimenjadi pengetahuan yang lebih konkrit mengenaipenggunaan alat peraga, sehingga guru dapatmengefektifkan proses pembelajaran dalam rangkameningkatkan kemampuan bercerita siswa, denganurutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, danmimik yang tepat; serta memberikan motivasi untukselalu meningkatkan kemampuan mengajar. Gurusebagai teman sejawat peneliti dapat memperolehperbendaharaan solusi dalam meningkatkan hasilbelajar, berkolaborasi untuk menemukan solusipeningkatan hasil belajar yang dicapai siswa. Bagisekolah, hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutupendidikan di SMP Negeri 1 Banyudono Boyolali.KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,DAN HIPOTESIS TINDAKANKreativitas Belajar Bahasa IndonesiaUtami Munandar memaparkan bahwa kreativitasadalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran,keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir sertakemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan(1992:47). Siswa mampu bercerita dengan lancar, luwes,dan ide yang dikemukakan siswa bersifat orisinal danmengelaborasi gagasan saat bercerita merupakankreativitas bercerita. Keseluruhan kepribadian hasilberinteraksi dengan lingkungan belajar siswa dapatmendukung kreativitas siswa.Rogers dalam Utami Munandar mengemukakanbahwa kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasildalam suatu tindakan (1992:48). Saat mewujudkanhasil-hasil baru tersebut muncul sifat-sifat unik yanglain dari biasanya. Sifat-sifat unik siswa saat berinteraksidengan individu lain, pengalaman, maupun keadaanhidupnya. Kreativitas akan tampak jelas saat suasanakebersamaan dan terjadi bila relasi antarpribadiditandai dengan adanya hubungan-hubungan yangbermakna.Drevdahl dalam Hurlocks mendeskripsikankreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksikomposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapatterwujud aktivitas imajinatif atau sintesis yangmungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dankombinasi pengalaman masa lalu yang dihubungkandengan yang sudah ada pada situasi sekarang (1978:58).Mengacu kepada beberapa pandangan tentangdefinisi kreativitas di atas maka penulis mendefinisikankreativitas adalah karakteristik individu yang menandaiVOL. 01 Tahun I - September 2013 |35


JURNAL EDUKASI IGIadanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yangsama sekali baru atau hasil kombinasi dari karya-karyayang sudah ada sebelumnya menjadi sesuatu yangbaru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannyaberkat rangsangan dari pihak lain untuk menghadapipermasalahan yang ada dan mencari alternatif pemecahannya.Sumiati dan Asra mengemukakan bahwa secaraumum belajar diartikan sebagai proses perubahanperilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan(2007:38). Hasil final belajar berupa perubahan tingkahlaku. Seseorang dikatakan telah belajar jika orangtersebut telah melakukan sesuatu. Sesuatu tersebutbelum pernah dilakukan sebelumnya oleh siswa.Perilaku mengandung pengertian yang luas karenamencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan,sikap, kemampuan berpikir, penghargaan terhadapsesuatu, minat, dan sebagainya. Perilaku ada yangnampak bisa diamati, ada pula tidak bisa diamati.Perilaku yang bisa diamati disebut penampilanatau behavioral performance. Sedangkan yang tidakbisa diamati disebut kecenderungan perilaku ataubehavioral tendency.Berdasarkan uraian di atas dapat didefinisikanbahwa belajar adalah proses perubahan perilakuyang bisa diamati atau tidak mencakup pengetahuan,pemahaman, keterampilan, sikap, kemampuanberpikir, penghargaan terhadap sesuatu, minat, dansebagainya sebagai akibat interaksi individu denganlingkungan siswa.Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasiantarsesama siswa sebagai makhluk sosial di sekolahtentunya bertujuan agar dapat dipahami oleh siswadan guru. Meskipun berbicara dalam satu bahasa yangsama yaitu bahasa Indonesia, namun ragam bahasayang dipakai terkadang tidak sama. Hal tersebut dapatterjadi sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktorkemampuan penguasaan diksi, penyusunan kalimat,dan penyusunan paragraf oleh siswa berbeda-beda.Faktor dialek dan idiolek juga mempengaruhi. Orangyang mahir menggunakan bahasanya sehinggamaksud hatinya mencapai sasarannya, apapunjenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif.Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurutgolongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulahyang disebut bahasa yang baik dan benar. Bahasa yangharus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragambaku (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa1988:19).Setiap insan memiliki potensi untuk kreatif.Kreativitas siswa diwujudkan melalui medium. Beanmendeskripsikan bahwa kreativitas merupakan prosesyang digunakan seseorang untuk mengekspresikansifat dasarnya melalui suatu bentuk atau mediumsedemikian rupa sehingga menghasilkan rasa puaspada dirinya; menghasilkan suatu produk yangmengomunikasikan sesuatu tentang diri orangtersebut kepada orang lain (1995:3).Andoyo Sastromiharjo mengemukakan bahwabatasan Bean tersebut menyiratkan kedudukanbahasa sebagai alat dan sekaligus salah satu mediapengejawantahan daya kreatif seseorang. Pernyataan36| VOL. 01 Tahun I - September 2013yang dikemukan Andoyo Sastromiharjo tersebutmeninjau kreativitas yang diwujudkan menggunakanbahasa.Dari uraian di atas, penulis mendefinisikan bahwakreativitas belajar bahasa Indonesia pada hakikatnyaadalah proses yang digunakan seseorang untukmengeks-presikan sifat dasarnya melalui suatu bentukatau medium berupa media untuk merangsang penuturmewujudkan kata, kalimat, dan wacana menggunakandiksi sehingga menghasilkan rasa puas pada dirinya;menghasilkan suatu produk yang mengomunikasikansesuatu tentang diri orang tersebut kepada orang lain.Selain mengomunikasikan sesuatu tentang diri siswadapat juga mengomunikasikan suatu objek kepadaorang lain. Objek dalam hal ini adalah media.Kemampuan BerceritaKemampuan adalah pengetahuan tentang bahasayang bersifat abstrak dan bersifat tidak sadar (HarimurtiKridalaksana 2008:117). Pengetahuan yang dimilikiseseorang dapat diketahui oleh orang lain setelahseseorang tersebut mengimplementasikan dalamaktivitas sehari-hari. Baik aktivitas yang direncanakanmaupun tidak direncanakan. Tugas yang berbedamenuntut kemampuan yang berbeda. Semakinberkualitas suatu tugas, semakin menggunakankemampuan yang tinggi dibandingkan tugas yangberada di tingkat bawahnya.Robins mengemukakan bahwa kemampuanterdiri dari dua faktor yaitu kemampuan intelektual(intellectual ability) dan kemampuan fisik (physicalability). Kemampuan intelektual merupakankemampuan melakukan aktivitas secara mental,sedangkan kemampuan fisik merupakan kemampuanmelakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatandan karakteristik fisik (http://digilib.petra.ac.id 2010).Berpijak pada beberapa pendapat ahli di atas,dapat disintesiskan bahwa kemampuan adalahkesanggupan intelektual dan kesanggupan fisik yangmerupakan bawaan sejak lahir atau hasil latihan/praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatuyang diwujudkan melalui tindakan.Nurgiantoro mengemukakan bahwa berceritamerupakan salah satu cara untuk mengungkapkemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Untukdapat bercerita, paling tidak ada dua hal yang dituntutuntuk dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik (bagaimanacara bercerita, bagaimana memilih bahasa) dan unsur“apa” yang diceritakan.Aktivitas bercerita mengandung materi ataubahan yang diceritakan. Materi atau bahan tersebutadalah cerita anak yang biasanya berisi ajaran moral,keteladanan, dan contoh budi pekerti. Upaya yangdapat dilakukan pencerita untuk menarik perhatianaudiens adalah menceritakan sebuah cerita disertaiekpresi wajah dan gestur yang menarik. Untukmenghindari kemacetan ide, mewujudkan cerita yangsistematis, dan menarik perhatian maka perlu didukungmedia baik dua dimensi maupun tiga dimensi.Atikah Anindyarini memaparkan tentang storytelling (bercerita) adalah salah satu kegiatan yangbisa dilakukan dalam pembelajaran atraktif. Kata


atraktif mengandung makna selain menarik danmenyenangkan juga penuh kreativitas dan dapatmendorong anak bermain sambil belajar sesuai denganprinsip pokok pendidikan (Kartini 2009).Media PembelajaranMedia merupakan wahana penyalur informasibe lajar atau penyalur pesan (Syaiful Bahri Djamarahdan Aswan Zain 2002:136). Dalam proses belajarmengajar,media mempunyai arti yang cukup penting.Karena dalam kegiatan pembelajaran, ketidakjelasanbahan yang disampaikan kepada anak didik dapatdisederhanakan dengan bantuan media.Sri Anitah mengemukakan bahwa media adalahsetiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapatmenciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajaruntuk menerima pengetahuan, ketetampilan, dan sikap(2009:5). Definisi tersebut mengandung konsekuensibahwa guru, buku ajar, serta lingkungan adalah media.Setiap media merupakan sarana untuk mencapaitujuan.Hal yang harus dipertimbangkan dalam menggunakanmedia adalah tujuan pembelajaran yangakan dicapai. Oleh karena itu, tujuan pembelajaranyang berupa kompetensi dasar tertentu dalamkurikulum harus dijadikan dasar penggunaan mediapembelajaran. Dengan penggunaan media yangtepat dapat mempermudah pencapaian tujuanpembelajaran.Berpijak dari uraian di atas dapat didefinisikanbahwa media adalah sarana untuk mempermudah danmendukung pencapai tujuan pembelajaran yang telahditetapkan sebelumnya.Kajian Hasil Penelitian yang RelevanPenelitian tentang peningkatan keterampilan ber bicaradengan media gambar belum pernah dilaksanakandi SMP Negeri 1 Banyudono Kabupaten BoyolaliJawa Tengah. Akan tetapi terlebih dahulu sudah adapenelitian yang dilakukan oleh salah satu guru bahasaIndonesia di wilayah Yogyakarta khususnya penelitianpada siswa kelas VII-B di SMP Negeri 5 DepokKabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian tersebutberjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicaradengan Media Menyebut Gambar pada Siswa Kelas VII-BSMP Negeri 5 Depok Sleman Tahun 2008/2009 (Sutrimah2008).Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Sutrimahadalah media menyebut gambar dapat dimanfaatkansebagai media pembelajaran menceritakan tokoh idola.Dengan media menyebut gambar terbukti mampumenggali ide-ide siswa untuk berbicara, khususnyamenceritakan tokoh idola. Gambar yang efektif untukmemotivasi siswa berbicara adalah gambar-gambarorang yang menjadi idola siswa.Kerangka Berpikir dan Hipotesi TindakanBercerita merupakan salah satu aspek keterampilanberbicara. Keterampilan berbicara adalah salah satuaspek kebahasaan. Kemampuan berbahasa, khususnyaberbicara perlu dilatihkan sejak dini kepada siswa.Kemampuan berbicara khususnya bercerita denganJURNAL EDUKASI IGIbaik yaitu cerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,intonasi, gestur, dan mimik yang tepat sulit dilakukansiswa. Kesulitan yang dialami siswa saat berceritamenjadi pemicu rendahnya hasil belajar. Untukmengurangi kesulitan yang dialami siswa tersebutdiperlukan pembelajaran yang kreatif. Kreatif untukmenyiapkan dan menggunakan media sehinggamembantu siswa mampu bercerita dengan urutanyang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yangtepat.Pembelajaran yang kreatif baik kreatif persiapandan pelaksanaan menciptakan pembelajaran lebihmenyenangkan. Kreatif yang dimaksud ada lahpenyiapan media dan penggunaan media pem belajaransaat siswa bercerita. Media yang digunakansebagai perwujudan kreativitas siswa adalah mediadua dimensi (gambar) dan media tiga dimensi(boneka). Dengan penggunaan media diharapkandapat meningkatkan kemampuan berbicara khususnyakemampuan bercerita oleh siswa. Siswa mampubercerita dengan urutan yang baik sebab ide siswaterbantu oleh media yang digunakan. Kemacetan ideyang disebabkan demam panggung dapat terkurangidengan penggunaan media. Gestur dan mimik siswalebih terwujud kerena pengunaan media. Lafal danintonasi dapat disimak secara jelas oleh siswa lainsebab mereka tidak gaduh menghafalkan materi cerita.Siswa yang belum mendapat giliran untuk bercerita didepan dengan antusias memperhatikan media yangdigunakan oleh pencerita.Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikirdi atas diduga bahwa melalui pemanfaatan mediadua dan tiga dimensi dapat meningkatkan kreativitasbelajar bahasa Indonesia dan kemampuan berceritadalam pembelajaran kelas VII D semester 1 SMP Negeri1 Banyudono Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan pada semester satutahun pelajaran 2011/2012. Penelitian berlangsungselama enam minggu (1,5 bulan) terdiri atas duasiklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaituperencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Banyudonokelas VII-D yang berjumlah 32 siswa. Peneliti bertugasmengajar di kelas tersebut. Dengan demikianmengetahui secara persis kekurangmampuan yangdihadapi siswa. Kekurangmampuan berdampakrendahnya hasil belajar siswa VII-D.Data yang diperoleh bersumber dari dokumenguru yaitu dokumen berupa data nilai kualitatif dankuantitatif. Sumber data lainnya adalah para siswa kelasVII-D SMP Negeri 1 Banyudono Kabupaten BoyolaliTahun Pelajaran 2011/2012 dan dokumen PerangkatKegiatan Belajar Mengajar (KBM) guru.Data kreativitas belajar bahasa Indonesiamerupakan sumber data berbentuk kualitatif berupadokumen buku catatan tentang kreativitas belajarbahasa Indonesia. Data kemampuan berbicaraberbentuk kuantitatif berupa dokumen daftar nilai.Data yang dikumpulkan dalam penelitian inimeliputi data kreativitas belajar bahasa Indonesia saatVOL. 01 Tahun I - September 2013 |37


JURNAL EDUKASI IGIkondisi awal, kemampuan berbicara saat kondisi awal,data kreativitas belajar bahasa Indonesia saat sikluspertama, data kemampuan berbicara siklus pertama,data kreativitas belajar bahasa Indonesia saat sikluskedua, dan data kemampuan berbicara saat sikluskedua.Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan datakreativitas belajar bahasa Indonesia dan kemampuanberbicara adalah menggunakan bentuk teknik tes dannontes.Data yang divalidasi adalah data tentang kreativitasbelajar bahasa Indonesia dan data tentang kemampuanberbicara. Validasi data tentang kreativitas belajarbahasa Indonesia menggunakan trianggulasi sumberdan trianggulasi metode.Trianggulasi sumber dalam penelitian ini dengancara untuk mengetahui hambatan dan kesulitan siswaberbicara khususnya bercerita maka diadakan tesunjuk kerja bercerita. Siswa yang tidak berunjuk kerjamengadakan observasi untuk mengetahui hambatanhambatanyang dialami pencerita. Hasil observasidikroscek.Triangulasi metode berupa temuan-temuan dikonfirmasi untuk selanjutnya didiskusikan sehingga diperoleh kesepakatan mengenai data atau interpretasitemuan tersebut.Validasi data kemampuan berbicara khususnyakemampuan bercerita menggunakan content validityyaitu dengan cara membuat kisi-kisi sebelum butir soalyang akan diujikan disusun. Kisi-kisi tersebut disusundengan tujuan agar materi yang diujikan sesuaikurikulum.Analisis data kreativitas belajar bahasa Indonesiaberupa data kualitatif. Data kualitatif diperoleh darihasil observasi kreativitas belajar bahasa Indonesia.Analisis yang digunakan adalah diskriptif kualitatifberdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiapsiklus. Kreativitas belajar bahasa Indonesia kondisi awaldan siklus pertama dibandingkan. Kreativitas belajarbahasa Indonesia siklus pertama dan siklus keduadibandingkan. Kreativitas belajar bahasa Indonesiakondisi awal dan kondisi akhir dibandingkan. Kemudiandilanjutkan refleksi.Data kemampuan bercerita meliputi tiga jenis,yaitu data kemampuan bercerita kondisi awal, sikluspertama, dan siklus kedua. Ketiga data tersebutdianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatifdilanjutkan refleksi.Indikator KinerjaUntuk mengukur keberhasilan tindakan pada penelitianini ditetapkan beberapa indikator kinerja. Adapunindikator keberhasilan tersebut adalah (1) nilaike mampuan bercerita meningkat dari rata-rata 68menjadi 75, dan (2) ketuntasan kemampuan berceritasecara klasikal meningkat dari 25% menjadi 85%(jumlah siswa yang tuntas belajar minimal 85%).38| VOL. 01 Tahun I - September 2013HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYADeskripsi Kondisi AwalPembelajaran bahasa Indonesia pada aspekberbicara untuk kompetensi dasar bercerita dikelas VII-D semester satu SMP Negeri 1 BanyudonoKabupaten Boyolali menampakkan kondisi siswakurang kreatif dan tidak kreatif saat bercerita. Siswatampil monoton. Bercerita dengan sikap berdiri kaku.Siswa berbicara sering dengan urutan yang salah, suaralemah, lafal tidak jelas, intonasi datar, gestur terkesankaku, dan tidak didukung mimik yang tepat.Hasil belajar berupa kemampuan bercerita yangdicapai oleh siswa-siswa kelas VII-D masih rendah. Haltersebut dapat diketahui dari pemerolehan skor yangdicapai oleh siswa kelas VII-D. Sejumlah 75% siswa tidaktuntas atau 25% siswa yang tuntas. Siswa yang tidaktuntas adalah 43,75% siswa putra, 31,25% siswa putri.Nilai rerata yang dicapai oleh siswa pada kompetensidasar tersebut adalah 68, di bawah batas KKM (KriteriaKetuntasan Minimal) yaitu 75. Terdapat 22% siswabelum mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.Hal tersebut mencerminkan bahwa kompetensi dasaryang terkait dengan bercerita dengan urutan yangbaik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepatmasih rendah.Deskripsi Hasil Tindakan Siklus PertamaPada siklus pertama siswa kreatif menyiapkan danmenggunakan gambar sebagai alat bantu kelancaranbercerita. Siswa yang lain (yang belum mendapatgiliran tampil) melakukan aktivitas menyimak danperhatiannya berfokus ke gambar. Mereka tidaklagi sibuk menghafalkan materi untuk berceritasendiri seperti di kondisi awal tetapi perhatiannyake gambar dan materi cerita. Secara umum telahterjadi peningkatan siswa yang mampu berceritamenggunakan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,gestur, dan mimik yang tepat meskipun belummaksimal.Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tingkatkreativitas siswa, ternyata ada peningkatan. Siswayang aktif sebelum tindakan pada siklus pertamasebanyak 9 siswa (28,12%) meningkat menjadi 25 siswa(78,13%) pada siklus pertama. Di samping itu, terjadipeningkatan rata-rata nilai kemampuan berbicara.Sebelum tindakan, nilai rata-rata kelas tersebut sebesar68, meningkat menjadi 73 pada akhir siklus pertama.Persentasi siswa tuntas secara klasikal juga meningkat.Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus pertamaterdapat 25% siswa yang tuntas, kemudian meningkatmenjadi 75% pada akhir siklus pertama. Akan tetapimasih terdapat 5% siswa belum mampu berceritadengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur,dan mimik yang tepat.Deskripsi Hasil Tindakan Siklus KeduaPada siklus pertama masih ditemukan beberapakelemahan, antara lain sebagian siswa masih merasakesulitan untuk bercerita dengan gestur dan mimikyang tepat. Oleh karena itu, peneliti mencoba


mengganti media dua dimensi (gambar) denganmedia tiga dimensi (boneka). Hal itu dilakukan untukmerangsang siswa mampu bercerita dengan gesturdan mimik secara maksimal.Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama,perencanaan strategi pembelajaran diperbaiki dalamsiklus kedua. Perbaikan perencanaan pada siklus keduatersebut adalah penggantian media yang digunakanoleh siswa. Siklus kedua menggunakan media tigadimensi. Dengan diterapkannya penggunaan mediatiga dimensi (boneka) siswa dapat bercerita dengandisertai peragaan boneka yang telah disiapkan olehsiswa. Siswa-siswa yang lain bersemangat dan tertarikuntuk memperhatikan teman bercerita denganbantuan boneka.Kreativitas dan kemampuan bercerita siswa dalamsiklus kedua dibandingkan dengan hasil siklus pertamamengalami peningkatan. Peningkatan tersebut sudahmencapai target indikator kinerja, baik dalam hal nilairata-rata maupun ketuntasan.Semula, nilai rata-rata pada siklus pertamasebesar 73, meningkat menjadi 77 pada akhir sikluskedua. Persentase siswa yang tuntas secara klasikalmeningkat, semula hanya mencapai 75% pada sikluspertama, meningkat menjadi 85% pada akhir sikluskedua. Nilai terendah pada siklus pertama adalah 75,meningkat menjadi 87 pada akhir siklus kedua. Secaraumum terjadi peningkatan pencapaian nilai.Hampir semua siswa mampu bercerita denganurutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, danmimik yang tepat. Pada akhir siklus kedua ditemukanhanya seorang siswa yang belum dapat berceritadengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur,dan mimik yang tepat.Pembahasan Hasil PenelitianPada kondisi awal sebagian besar siswa pasif, kemudian berubah menjadi kreatif pada siklus pertamadan kedua. Kreativitas siswa menyiapkan danmenggunakan media sebagai alat bantu kelancaranbercerita meningkat dari rendah menjadi tinggi.Bahkan berlomba-lomba untuk menjadi penceritayang terbaik di antara teman-temannya.Hasil belajar aspek berbicara khususnya kemampuanbercerita kondisi awal masih rendah yaitu nilai terendahadalah 63, nilai tertinggi 75, dan rerata mencapai skor68. Sedangkan hasil belajar siklus pertama mengalamisedikit peningkatan yaitu nilai terendah adalah 70, nilaitertinggi 85, dan rerata mencapai skor 73. Hasil belajarpada siklus kedua menunjukkan peningkatan yangsignifikan yaitu nilai terendah adalah 75, nilai tertinggi87, dan rerata mencapai skor 77. Rerata yang dicapaioleh siswa secara klasikal telah berhasil melampauibatas minimal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yangditentukan yaitu 75.Berdasar deskripsi hasil belajar dimulai kondisiawal sampai siklus kedua maka terdapat peningkatanhasil belajar dari rerata 68 menjadi 77. Jadi meningkatsebesar 13%. Dengan demikian indikator kinerja yangditetapkan telah tercapai. Indikator kinerja tersebutadalah tingkat kreativitas belajar bahasa Indonesiameningkat dari rendah menjadi tinggi. IndikatorJURNAL EDUKASI IGIkinerja yang kedua adalah nilai kemampuan berceritameningkat dari rata-rata 68 menjadi 75 bahkanmencapai 77. Ketuntasan kemampuan bercerita secaraklasikal meningkat dari 25% menjadi 85%. Grafik berikutini menggambarkan dinamika peningkatan nilai rataratadan ketuntasan belajar siswa sejak kondisi awalhingga akhir siklus kedua.Grafik. Peningkatan Nilai Rata-rata dan PersentaseKetuntasan Belajar SiswaPemberian tindakan-tindakan yang dipilih dandi ten tukan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya baik secara teoritikmaupun secara empirik. Secara teoritik, pemanfaatanmedia dua dimensi (gambar) dan media tiga dimensi(boneka) dapat mengurangi verbalisme siswa. Selainitu dapat membantu siswa mengeksplorasi ide-ideuntuk bercerita. Secara empirik, bahwa tindakandengan memanfaatkan media pembelajaran dapatmeningkatkan kreativitas dan meningkatkankemampuan bercerita yang dilakukan oleh siswa dalammengikuti pembelajaran.PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian yang telahdikemukakan di atas dapat diperoleh dua simpulan,yaitu (1) penggunaan media dua dimensi dan tigadimensi dapat meningkatkan kreativitas belajar siswadalam kompetensi kemampuan bercerita, dan (2)penggunaan media dua dimensi dan tiga dimensidapat meningkatkan kemampuan bercerita.Dengan terbuktinya secara empirik bahwa peng gunaan media dua dimensi dan media tiga dimensi dapatmeningkatkan kreativitas dan kemampuan berceritameningkat maka penulis merekomendasikan agar guruyaitu jika apabila memanfaatkan benda-benda di sekitarkita dan alam sekitar sebagai media pembelajaran.Jika perlu menciptakan atau mengadakan media yangsederhana namun tetap berdaya guna tinggi.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |39


JURNAL EDUKASI IGIDAFTAR PUSTAKAAnindyarini, Atikah. 2009. Pembelajaran Bercerita yangAtraktif di TK dengan Pendekatan Multikultural.Surakarta: Sebelas Maret UniversityAnitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta: MataHadi Pressindo.Bean, R. 1995. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak,(Penerjemah; Meitasari Tjandrasai). Jakarta: BinaRupa Aksara.Djamarah, Syiful Bahri, dan Aswan Zain. 2002. StrategiBelajar Mengajar. Jakarta: Reneka Cipta.Hurlock, E.B. 1991. Adolescent Development. Tokyo: Mc.Graw Hill.Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta:Gramedia.Munandar, Utami. 1992. Mengembangkan Bakatdan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.Robins. http://digilib/.petra.ac.id. (Diunduh tanggal 1Oktober 2010).Sastromiharjo, Andoyo. Membangun Kreativitasdalam Pembelajaran Bahasa Indonesia MelaluiImage Streaming. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/Jur.PEND.-BHS.- DAN/196109101986031-DAN/196109101986031-ANDOYOSASTROMIHARJO.Maralani.UNP.Pdf. (Diunduh tanggal 10 Agustus2011).Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung:Wacana Prima.Sutrimah. 2008. Upaya Meningkatkan KeterampilanBerbicara dengan Media Menyebut Gambar padaSiswa Kelas VII-B SMP Negeri 5 Depok Sleman Tahun2008/2009. PTK UNY. (Tidak dipublikasikan).Nurgiantoro, Burhanudin. 2001. Penilaian dalamPengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.40| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGISISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASISPAKET APLIKASI SEKOLAH (PAS)SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENINGKATKAN MUTU LAYANANPENDIDIKAN SMA DI KABUPATEN SIDOARJOOleh: Umi Nuraini dan Dini Widiasih*Abstrak: Paket Aplikasi Sekolah Pendidikan Menengah Atas (PAS-SMA) adalah piranti lunakSistem Informasi Manajemen Pendidikan yang dirancang khusus dan dibangun untuk dijalankandi setiap SMA di Indonesia guna meningkatkan mutu layanan pendidikan. Kajian ini bertujuanuntuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS di SMAKab. Sidoarjo. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisiskualitatif dan menyeluruh. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjotelah menerapkan Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS. Data absensi siswa menggunakansistem finger print sehingga dapat diakses melalui layanan SMS Gateway oleh pihak intern (sekolah)maupun pihak ekstern (wali murid). Penerapan SIM PAS ini dapat meningkatkan kualitas pengolahandata dan informasi yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan mutu layanan sekolah denganmemberikan informasi akademik yang akurat, efektif, dan efisien.Kata Kunci: Sistem Informasi Akademik, Paket Aplikasi Sekolah (PAS), Pelayanan PendidikanAbstract: Paket Aplikasi Sekolah Pendidikan Menengah Atas (PAS-SMA) is academic informationsystem software which was specially designed to be run at every high school in Indonesia. Theintention of designing the system was to increase the quality of service in education. The objectiveof this research is to know whether the PAS Academic Information System has improved the qualityof service at high schools in Sidoarjo. The data are collected through interviews, observations, andcollecting related documents. The data are analysed through in-depth qualitative analysis. Thefinding shows that SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo has used the PAS Academic Information System.Students’ attendances are taken using the finger print system, where the data can be accessed byinternal parties (members of the school) and also external parties (parents). Using the PAS AcademicInformation System can increase the quality of school service by providing accurate, effective, andefficient academic information.Key Words: Academic Information System, Paket Aplikasi Sekolah (PAS), Educational ServicePENDAHULUANPerkembangan institusi pendidikan berpijak padakemampuan dalam mengikuti perkembanganteknologi, kemampuan mengakses serta me nyajikansuatu informasi. Pada saat ini, kebutuhan aplikasidatabase yang dapat mengelola data dan informasisekolah sangatlah penting. Sudah saatnya sekolahmemiliki sistem informasi berbasis teknologi informasidan komunikasi yang dapat membantu sekolah dalammengelola administrasi sekolah dengan efektif danefisien.Salah satu bidang pendidikan yang perluditangani lebih seksama adalah masalah akademik.Pengelolaan akademik akan menjadi lebih efektifdan efisien apabila dibantu dengan penggunaanteknologi informasi dan komunikasi, yaitu denganmenggunakan Sistem Informasi Akademik (SIA). SistemInformasi Akademik merupakan sub-sistem dari SistemInformasi Manajemen Pendidikan (SIMDIK). MenurutRochaety (2006), Sistem Informasi ManajemenPendidikan merupakan perpaduan antara sumber dayamanusia dan aplikasi teknologi informasi dalam halpenyimpanan, pengolahan, dan pelaporan data.Paket Aplikasi Sekolah (PAS) merupakan salah satubentuk dari implementasi Sistem Informasi ManajemenPendidikan di tingkat sekolah. PAS juga merupakansalah satu solusi dalam penerapan Sistem InformasiAkademik. Paket Aplikasi Sekolah yang diterapkanpada Pendidikan Sekolah Menengah Atas biasadisebut dengan PAS–SMA. Selain dapat mengeloladata, informasi, dan manajemen sekolah, Paket AplikasiSekolah (PAS) juga mampu menyediakan laporanlaporansecara cepat dan valid kepada pihak internmaupun pihak ekstern.Berdasarkan uraian latar belakang di atas,fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawabpermasalahan, bagaimanakah pelaksanaan SistemInformasi Akademik Berbasis Paket Aplikasi Sekolah(PAS) Sebagai Salah Satu Upaya Meningkatkan MutuLayanan Pendidikan Sekolah Menengah Atas diKabupaten Sidoarjo?VOL. 01 Tahun I - September 2013 |41


JURNAL EDUKASI IGIHasil penelitian ini memberikan manfaat ba gipemerintah, sekolah, dan siswa. Pemerintah memperoleh manfaat berupa tersedianya database sertainformasi sekolah yang akurat dan efisien. Sekolahmemperoleh manfaat berupa meningkatnya kinerjafungsi administrasi sekolah, khususnya dalampengelolaan data akademik sekolah; dan diperolehnyamasukan panduan dalam menyusun kebijakansekolah. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan tambahan pengetahuan tentangperkembangan teknologi informasi dan komunikasi;dan mempermudah siswa untuk mengakses informasiakademik kapan dan di mana saja.KAJIAN PUSTAKASistem Informasi AkademikSebelum membahas mengenai pengertian sisteminformasi akademik, perlu diketahui terlebih dahulupengertian sistem dan informasi. Sistem adalah suatukesatuan yang terdiri dari dua atau lebih subsistemyang saling berhubungan untuk mencapai suatutujuan (Rochaety, 2011).Menurut Budi Sutedjo (dalam Rochaety 2011:5),informasi merupakan pemrosesan data yang diperolehdari setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yangmudah dipahami dan merupakan pengetahuan yangrelevan. Jadi sistem informasi merupakan kumpulankomponen atau subsistem yang saling berhubungandengan proses penciptaan dan pengaliran informasiyang akurat, tepat waktu, dan relevan.Sedangkan menurut Gelinas (1990), sistem informasiadalah sistem buatan manusia yang secara umumterdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputerdan manual, guna menghimpun, menyimpan, danmengelola, kemudian menyampaikan informasikeluaran kepada pemakai. Dari pengertian tersebut,dapat diuraikan bahwa sistem informasi terdiri ataskomponen-komponen (1) perangkat keras (hardware),(2) perangkat lunak (software), dan (3) sumber dayamanusia (brainware).Sistem Informasi (information system) yang digu nakandalam pengelolaan bidang akademik disertai denganpemakaian teknologi informasi yang melibatkansiswa, guru, dan administrasi akademik disebut SistemInformasi Akademik (SIA). Tujuan utama dari SistemInformasi Akademik adalah untuk melaksanakankegiatan akademik yang terstruktur dan informatif.Informasi akademik siswa di sekolah perlu untukdikelola secara interaktif, yaitu dengan menerapkanteknologi berbasis web. Hal ini sangat membantudalam penyebaran informasi nilai akademik secaraglobal, sehingga baik siswa maupun wali murid dapatmengakses informasi nilai akademik siswa kapan dandi mana saja.Sistem Informasi Akademik (SIA) mempunyai beberapamanfaat, antara lain dapat (1) memudahkan bagipara siswa untuk memperoleh informasi tanpa harusinteraksi langsung dengan pihak sekolah sebabinformasi tersebut dapat diperoleh melalui internet; (2)memudahkan bagian administrasi dalam menyimpan42| VOL. 01 Tahun I - September 2013dan meng-update data setiap waktu karena SistemInformasi Akademik menggunakan database yangtersimpan dalam computer; (3) mereduksi waktuyang dilakukan pada sistem akademik manual; dan(4) memudahkan bagi guru dalam menyampaikanmaupun menerima informasi secara online.Paket Aplikasi Sekolah (PAS)Paket Aplikasi Sekolah (PAS) merupakan salah satubentuk dari implementasi Sistem Informasi ManajemenPendidikan di tingkat sekolah (SIMDIK). Paket AplikasiSekolah yang diterapkan pada Pendidikan SekolahMenengah Atas biasa disebut dengan PAS–SMA.Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010), PaketAplikasi Sekolah Pendidikan Menengah Atas (PAS-SMA) adalah piranti lunak Sistem Informasi ManajemenPendidikan yang dirancang khusus dan dibangununtuk dijalankan di setiap SMA yang ada di Indonesia.PAS–SMA adalah milik negara, yaitu berasal dariPemerintah Republik Indonesia melalui DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Atas (Dit. PSMA). Olehkarena itu, penggandaan maupun penyebarluasanPAS–SMA merupakan tindakan legal. LembagaPendidikan, dalam hal ini Sekolah Menengah Atas(SMA) diharapkan mampu mengembangkan PaketAplikasi Sekolah lebih lanjut sesuai dengan kebutuhansekolah secara mandiri.Implementasi PAS-SMA didasari oleh beberaparegulasi Pemerintah, yaitu (1) UU Nomor 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya Pasal7 ayat 1, yang menyatakan bahwa orang tua berhakberperan serta dalam memilih satuan pendidikandan memperoleh informasi tentang perkembanganpendidikan anaknya; (2) Peraturan Pemerintah No 19tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pasal54 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengelolaan satuanpendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif,dan akuntanbel; dan (3) Permendiknas Nomor 19 tahun2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pasal 1.Sistem Informasi Manajemen menghendaki setiapsekolah/madrasah (1) mengelola sistem informasimanajemen yang memadai untuk mendukungadministrasi pendidikan yang efektif, efisien, danakuntanbel; (2) menyediakan fasilitas informasi yangefisien, efektif, dan mudah diakses; (3) menugaskanseorang guru atau tenaga kependidikan untukmelayani permintaan informasi maupun pemberianinformasi atau pengaduan dari masyarakat berkaitandengan pengelolaan sekolah/madrasah baik secaralisan maupun tertulis dan semuanya direkam dandidokumentasikan; (4) melaporkan data informasisekolah/ madrasah yang telah terdokumentasikankepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; (5)melakukan komunikasi antarwarga sekolah/madrasahdi lingkungan sekolah/madrasah dilaksanakan secaraefisien dan efektif.Manfaat PAS bagi Sekolah Menengah Atas(SMA) menurut Direktorat Pembinaan SMA adalahdapat membantu dalam pendataan, pelaporan, danpelayanan data serta informasi tentang sekolahnyakepada pihak luar yang membutuhkan ketepatan dan


keakuratan database sekolah. Informasi tersebut jugabermanfaat bagi pihak Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Atas (Dit. PSMA) selaku instansi pemerintahpembina penyelenggaraan pendidikan MenengahAtas di Indonesia.Selain dapat mengelola data, informasi, danmana jemen sekolah, PAS juga mampu menyediakanlaporan-laporan secara cepat dan valid kepada pihakintern (sekolah) maupun pihak ekstern, seperti DiknasPendidikan Daerah ataupun Diknas PendidikanNasional.PAS juga dijalankan sebagai salah satu solusiteknologi informasi (IT solution) terhadap masalahkualitas data dan informasi pendidikan, yang merupakansalah satu kendala utama dalam perencanaan berbagaikegiatan serta perumusan berbagai kebijakan dalamrangka pembinaan dan penyelenggaraan PendidikanMenengah Atas di Indonesia.Direktorat Pembinaan SMA (2010) menyatakanbahwa ada tiga keunggulan yang dimiliki PAS–SMA,antara lain (1) sederhana, yaitu tidak membutuhkanperangkat keras komputer dengan spesifikasi teknisyang tinggi; (2) fleksibel, yaitu dapat disesuaikan dandikembangkan secara lebih lanjut dan mandiri, sesuaidengan kebutuhan masing-masing sekolah; dan (3)terpadu, yaitu merupakan bagian integral dari sisteminformasi pendidikan nasional.Sebagai pengembangannya, PAS juga dapat diaksesmelalui web milik sekolah, yang dapat menghasilkanaktivitas secara akurat, berkualitas, dan tepat waktu.Sehingga memberikan kesempatan yang luas kepadamasyarakat umum termasuk orang tua siswa (walimurid) untuk mengakses sekaligus memantau hasilproses dan perkembangan pendidikan yang dijalanianaknya di sekolah secara online, kapanpun dandimanapun mereka berada.Mutu Layanan PendidikanMenurut Sallis (2010:53) mutu merupakan sebuahcara yang menentukan apakah produk terakhirsesuai dengan standar atau belum. Mutu dapat jugadigunakan sebagai suatu konsep yang relatif. Definisirelatif tersebut memandang mutu bukan sebagaisuatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yangdianggap berasal dari produk atau layanan tersebut.Mutu juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yangdapat memuaskan kebutuhan pelanggan. Oleh Karenaitu, perlu diperjelas tentang pelanggan dalam kontekspendidikan. Menurut Sallis (2010) pelanggan utamadalam pendidikan yaitu pelajar yang secara langsungmenerima jasa. Pelanggan kedua yaitu orang tua atausponsor pelajar yang memiliki kepentingan langsungsecara individu maupun institusi. Pelanggan ketigayaitu pihak yang memiliki peran penting secara tidaklangsung, seperti pemerintah dan masyarakat secarakeseluruhan.Keragaman pelanggan tersebut membuat seluruhinstitusi pendidikan harus lebih memfokuskan padakeinginan para pelanggan dan mengembangkanmekanisme untuk merespon mereka. Salah satubentuk layanan kepada pelanggan pendidikan adalahdengan implementasi PAS, karena PAS menjamin mutuJURNAL EDUKASI IGIpelayanan.Indikator mutu layanan pendidikan yang dapatdicapai melalui penerapan program PAS, antara lain(1) meningkatnya kinerja fungsi administrasi sekolah,khususnya dalam kegiatan pendataan dan pelaporan;(2) memudahkan sekolah dalam memberikan layanandata dan informasi; dan (3) mempercepat proseskomunikasi dan transformasi data yang diperlukanoleh seluruh stakeholder.Pendidikan dilihat sebagai sebuah jasa ataulayanan, bukan sebuah bentuk produksi. Produk danjasa mempunyai perbedaan fundamental tentangbagaimana mutu keduanya dapat dijamin. Karekteristikmutu jasa atau layanan lebih sulit untuk didefinisikandaripada mendefinisikan mutu produk.Jasa atau layanan meliputi hubungan langsungantara pemberi dan pelanggan, dan mutu layananditentukan oleh keduanya. Salah satu elemen pentingdalam mutu layanan adalah waktu. Layanan harusdiberikan tepat waktu karena layanan dikonsumsitepat pada saat layanan tersebut diberikan.Perkembangan teknologi informasi dan komunikasiyang sangat pesat berdampak pada sistem pendidikan diIndonesia yang sedang berupaya untuk meningkatkanmutu pendidikan. Indikator meningkatnya mutupendidikan tidak hanya dilihat dari output hasil belajarsiswa, tapi juga meningkatnya mutu layanan sekolahkepada seluruh stakeholder-nya. Salah satu upayameningkatkan mutu layanan pendidikan, DirektoratPembinaan SMA mengembangkan program PAS yangtelah dirintis sejak tahun 2002.Peningkatan mutu (kualitas) pendidikanmerupakan suatu proses yang terintegrasi denganproses peningkatan kualitas sumber daya manusia.Pembangunan PAS tidak semata-mata untukmemperbaiki kualitas data yang diperoleh daninformasi yang dihasilkan, tetapi juga dimaksudkanuntuk meningkatkan mutu pendidikan SekolahMenengah Atas se-Indonesia.METODE PENELITIANBab ini menyajikan metode penelitian yang mencakupdesain penelitian, subjek dan objek penelitian,data dan sumber data, instrumen penelitian, teknikpengumpulan data, dan teknik analisis data. Untukmendapatkan data yang lengkap, mendalam danmemberi jawaban yang tepat terhadap masalah yangakan dikaji digunakan penelitian kualitatif.Bogdan dan Biklen (1982) mengemukakan be berapakarakteristik tentang penelitian kualitatif, antaralain (1) memiliki situasi yang wajar sebagai datalangsung dan peneliti merupakan instrumen kunci;(2) bersifat deskriptif; (3) mengutamakan proses, tidakhanya memperhatikan hasil/produk saja; (4) cenderungmenganalisis data secara induktif; (5) ‘makna’ menjadiperhatian penting untuk pendekatan kualitatif.Pelaksanaan penelitian ini mengikuti kerangka yangdibuat oleh Suharsimi Arikunto (1992), sebagaimanadisajikan pada bagan berikut ini.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |43


JURNAL EDUKASI IGIMenentukanTopik KajianMerumuskanMasalahMemilihPendekatanMenyusunInstrumenSubjek penelitian ini ditentukan sesuai denganketentuan Sarantakos (1993), bahwa prosedurpenentuan subjek dalam penelitian kualitatif umumnyamempunyai karakteristik (1) tidak diarahkan padajumlah subjek yang besar, melainkan pada kasus-kasusyang tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian; (2)tidak diarahkan pada keterwakilan jumlah, tetapi padakecocokan konteks; dan (3) tidak ditentukan secarapasti, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlahmaupun karakteristik sampelnya, sesuai denganpemahaman konseptual yang berkembang dalampenelitian.Sesuai informasi yang dibutuhkan dalam penelitianini, maka yang ditetapkan sebagai subjek dalam kajianini adalah Sistem Informasi Akademik yang ada di SMAMuhammadiyah 2 Sidoarjo. Teknik yang digunakandalam penentuan subjek pengkajian adalah teknikpurposive. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalampenentuan subjek pengkajian tersebut adalah bahwaSMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo adalah sekolah swastadi Sidoarjo yang mulai merintis program Paket AplikasiSekolah (PAS).Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif,yaitu berupa informasi-informasi yang diperoleh darisubjek penelitian mengenai Sistem Informasi AkademikBerbasis PAS di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.Data yang digunakan ada dua macam, yaitu dataprimer dan data sekunder. Data primer merupakandata yang diperoleh secara langsung dari sekolah dandiolah sendiri. Data ini berupa data hasil observasi,dokumentasi, dan hasil wawancara dengan WakilKepala Sekolah Bagian Sarana dan Prasarana serta stafTU. Data sekunder merupakan data yang telah diolah,yang dapat diperoleh melalui studi kepustakaanberupa berbagai teori dari berbagai macam literaturyang berkaitan dengan Sistem Informasi Akademik,Paket Aplikasi Sekolah, dan Mutu Layanan Pendidikan.Metode pengumpulan data yang digunakan dalampenelitian ini meliputi (1) wawancara, observasi, dandokumentasi. Wawancara mempunyai fungsi sebagaimetode primer, sekunder, dan criteria. Sebagai metodeprimer, wawancara berfungsi untuk mendapatkaninformasi langsung dari responden. Sebagai metodesekunder, wawancara berfungsi untuk ketika metodelain tidak dapat dipakai. Sebagai metode criteria,wawancara berfungsi untuk menguji kebenaran darimetode kuesioner atau observasi (Santoso 2007).44MengumpulkanDataAnalisisDataGambar 1. Desain PengkajianMenarik Simplandan Saran| VOL. 01 Tahun I - September 2013Teknik pengumpulan data melalui tanya jawabdengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentangSistem Informasi Akademik Berbasis PAS. Wawancaraini ditujukan kepada Wakasek Sarana dan Prasaranadan Staf Tata Usaha (TU). Wawancara yang dilakukandengan menggunakan pedoman wawancaraterstruktur dan tidak berstruktur. Untuk menghindarisubjektivitas, peneliti meminta beberapa ahli untukmemvalidasi.Menurut Arikunto (1992:128), observasi dapatdilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar,dan rekaman suara. Di dalam penelitian ini, observasidilakukan untuk mengamati pelaksanaan SistemInformasi Akademik termasuk pengamatan pada saatwawancara berlangsung.Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenaihal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, suratkabar, dan sebagainya (Arikunto 1992). Di dalampenelitian ini dokumentasi yang digunakan berupacatatan, transkrip, dan gambar-gambar mengenaiSistem Informasi Akademik Berbasis PAS di SMAMuhammadiyah 2 Sidoarjo.Ketiga teknik pengumpulan data tersebutdilaksanakan dengan bantuan instrumen yang berupapedoman wawancara, lembar observasi, dan alat bantuwawancara.Pedoman wawancara yang digunakan terdiriatas sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkansebelumnya dengan tujuan agar proses dan isiwawancara dapat terarah dan tetap sesuai dengankonteks yang seharusnya dibicarakan. Sebelumpedoman wawancara ini digunakan, peneliti melakukanvalidasi terlebih dahulu sehingga pedoman wawancaratersebut benar-benar layak untuk digunakan.Pedoman/lembar observasi digunakan untukmengamati Sistem Informasi Akademik yang diterapkandi sekolah. Seperti pada pedoman wawancara, sebelumlembar observasi digunakan, peneliti juga melakukanvalidasi terlebih dahulu sehingga lembar observasibenar-benar layak untuk digunakan.Alat-alat bantu yang digunakan penelitia dalampengumpulan data, antara lain kertas, bolpoin, danhandphone. Pengunaan handphone memudahkanpengkaji dalam melakukan wawancara dan sudahmendapat persetujuan subjek sebelum wawancaraberlangsung. Kertas dan bolpoin digunakan untukmencatat hasil observasi maupun mencatat informasiinformasitambahan pada wawancara tidak terstruktur.Data yang dikumpulkan dari lapangan kemudiandianalisis sesuai dengan konsep yang dirumuskanoleh Bogdan dan Biklen (1982:145), yaitu mengikutilangkah-langkah yang meliputi (1) menelaah seluruhdata hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi; (2)melakukan reduksi data; (3) melakukan triangulasi; dan(4) menarik simpulan dan saran.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYAGambaran Umum SMA Muhammadiyah 2 SidoarjoSMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA)terletak di Jalan Mojopahit 666B, Sidoarjo. BangunanSMAMDA Sidoarjo terdiri atas dua lantai (bertingkat).Fasilitas sekolah meliputi (1) 36 ruang kelas; (2) delapan


laboratorium (Laboratorium ISMUBA, LaboratoriumBahasa Komputerisasi, Laboratorium ProgramKomputerisasi Sosial, Laboratorium Multimedia,Laboratorium Komputer, Laboratorium Fisika,Laboratorium Kimia, dan Laboratorium Biologi); (3)dua perpustakaan; (4) sembilan kantor (Kantor KepalaSekolah, Wakil Kepala Sekolah, Administrasi, Keuangan,Bank, Unit Kesehatan Sekolah, Bimbingan Konseling,Ruang Tamu, dan Ruang Guru); (5) auditorium dengankapasitas 550 orang dan beberapa ruang lainnyasebagai pendukung.Selain itu terdapat fasilitas-fasilitas lainnya sepertiseluruh kelas dilengkapi dengan AC, selain meja dankursi juga dilengkapi dengan fasilitas multimedia,antara lain LCD projector, internet Wi-Fi, dan CCTV; danseluruh laboatorium telah dilengkapi dengan peralatanyang memadahi dan bahan untuk kegiatan siswa danguru. Selain itu, di dalam laboratorium juga tersediaLCD projector, internet Wi-Fi, dan CCTV.Perpustakaan dilengkapi dengan berbagai macambuku dan referensi yang cukup dan memadahi bagisiswa serta guru. Selain itu juga dikembangkan sebuahperpustakaan digital yang memudahkan user dalammencari buku atau mencari informasi yang diperlukan.Prosedur Pelaksanaan Paket Aplikasi Sekolah (PAS)Pelaksanaan PAS di SMA Muhamadiyah 2 Sidoarjomengikuti empat langkah, yaitu (1) tahap persiapan, (2)tahap aplikasi, dan (3) tahap pengentrian data. Tahappersiapan meliputi kegiatan (a) pembentukan tim, (b)penyiapan hardware, (c) penyiapan software, dan (d)persiapan data.Pengumpulan data awal sangat perlu dilakukanuntuk memudahkan proses pengentrian data. Apalagidata yang dibutuhkan meliputi semua bagian danketika PAS sudah operasional nanti dituntut untukmenjaga keterkinian dari data-data tersebut. Untukitulah perlu dibentuk sebuah tim yang akan menanganidan mengawal implementasi PAS di Sekolah. Denganadanya tim khusus maka pembagian tugas dantanggung jawab dapat dideskripsikan secara jelas.Apabila sekolah bermaksud akan mengoperasikanPAS dalam jaringan LAN maupun intranet di sekolahmaka spesifikasi komputer yang akan difungsikansebagai server juga harus menunjang. Contohspesifikasi minimum komputer server untuk jaringanLAN terdiri atas prosesor Intel Pentium IV, harddiskberkapasitas 80GB, RAM (memori) sebesar 1GB, sistemoperasi menggunakan Microsoft Windows XP, dantersedia CD Room Drive.Untuk memperoleh software PAS, sekolah dapatmenempuh beberapa jalur. Sekolah dapat mengajukanpermohonan ke Direktur Pembinaan SMA dengan caradatang langsung ke Direktorat Pembinaan SMA, ataudengan cara download dari internet http://www.pas.dikmenum.go.id. Software PAS memiliki lisensi freewaredengan batasan tidak untuk diperjualbelikan.Data-data yang harus dipersiapkan ketikamembangun database PAS melipui (1) identitas sekolahsesuai yang tercantum di cetak LISM; (2) penggunaantanah di sekolah; (3) sarana/perlengkapan sekolah;(4) sarana/perlengkapan KBM; (5) ruangan di sekolah;JURNAL EDUKASI IGI(6) pemakaian listrik di sekolah; (7) buku peganganuntuk guru dan siswa; (8) alat pendidikan; (9) kalenderakademik; (10) mata pelajatan muatan local; (11) sanksiyang berlaku di sekolah; (12) jenis pembayaran siswa;(13) penentuan dan penetapan KKM; (14) wali kelas;(15) penugasan guru mengajar; (16) jadwal pelajaranseluruh rombel; (17) biodata guru yang meliputi datakeluarga, pendidikan, riwayat pangkat, riwayat jabatan,penataran, riwayat mengajar; (18) biodata tenagaadministrasi yang meliputi data keluarga, pendidikan,riwayat pangkat, riwayat jabatan, penataran; dan (19)biodata siswa yang meliputi data ayah, ibu, wali, dataSTTB, data hobi, riwayat sakit.Data yang dimasukkan harus urut, sejalan denganproses periodikal pembelajaran di sekolah. Setelah datadimasukkan, tahapan berikutnya adalah aplikasi PAS.Sebelum PAS diaplikasikan, ada beberapa persiapanyang perlu dilakukan, antara lain melakukan instalasiprogram.Sebelum melakukan instalasi program PAS komputerharus di-setting terlebih dahulu. Setting waktu dan settingregional dilakukan agar PAS dapat berjalan dengan baik.Caranya, Decimal Symbol diset pada karakter titik (.), DigitGrouping Symbol diset pada karakter koma (,), dan ListSeparator diset pada karakter koma (,).Pengaturan ini berhubungan dengan formatimpor data. Kesalahan dalam pengaturan Short DateFormat akan menyulitkan ketika proses impor data,khususnya data-data yang di dalamnya ada formattanggal, misalnya biodata guru, biodata siswa, dll.Agar proses instalasi berjalan dengan baik, programpengaman yang ada di komputer harus dinonaktifkan/di-remove. Perlu diperhatikan, agar proses instalasitidak mengalami gangguan dan berjalan lebih cepatdianjurkan untuk menutup window-window atauprogram lain yang sedang aktif.Sebelum melakukan pengentrian data, terlebihdahulu harus mengenali jenis dan karakter data yangakan dimasukkan ke program PAS. Secara garis besardata-data di dalam PAS terdiri tiga jenis, yaitu datareferensi, data master, dan data transaksional.Data referensi dalam sistem ini adalah data-datayang akan mendukung data master. Data referensimerupakan data yang dinamis yang dapat diubahatau diganti. Yang termasuk data referensi adalahdata administrasi sekolah, referensi tingkat sekolah,referensi periodikal.Data master adalah data pokok di dalam sistemini. Data master terdiri atas data kepegawaian, datakesiswaan, data kurikulum. Data master karakterpengisiannya harus urut, artinya harus sudah ada dataacuannya (data referensinya sudah diisi). Maka datamaster ini urutan pengisiannya setelah data referensiselesai diisikan.Data transaksional adalah data pencatatan transaksiakademik yang berjalan ketika PAS sudah operasional.Data transaksional mengacu pada data master dan datareferensi. Data transaksional meliputi data perpindahansiswa, data perilaku siswa, data pembayaran siswa, datanilai siswa, dll. Karakter pengisian data transaksionaljuga harus runut, artinya data transaksional dapat diisisetelah data referensi dan data master sudah diisi.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |45


JURNAL EDUKASI IGISistem Informasi Akademik pada SekolahMenengah Atas (SMA) di SidoarjoData yang diperoleh dari DAPODIK SDA, jumlahSMA/MA di Kabupaten Sidoarjo adalah 106 sekolah (6SMA Negeri dan 90 SMA Swasta). Pada saat penelitianini dilakukan, sekolah yang mengimplementasikan PAShanya SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo.Langkah implementasi ini diawali dengan dibentuklahtim PAS yang terdiri atas orang-orang yang dianggapkompeten untuk menjalankan program PAS, yaitustaf administrasi sekolah, guru TIK dan staf pengajarlainnya yang dianggap memahami penggunaanperangkat IT dengan baik. SDM yang ditunjuk untukmengimplementasikan program PAS ini diharuskanuntuk mengikuti pelatihan PAS yang diselenggarakanoleh Ditjen Pembinaan Sekolah Menengah Atas(Dit. SMA) Pusat, ataupun yang diselenggarakansekolah dengan mendatangkan trainer PAS dariSMA Muhammadiyah 1 Gresik yang sudah berhasilmenerapkan program PAS di sekolahnya.Setelah Surat Keputusan (SK) dari Kepala Sekolahmengenai Tim PAS SMAMDA ditetapkan, tim mulaimenjalankan tugasnya. Dengan bekal pelatihandan mengacu pada buku pendoman pelaksanaanPAS, implementasi PAS dimulai. Langkah awal yangdilakukan adalah menyiapkan data-data yangdiperlukan oleh program PAS. Data-data yangberkaitan dengan administrasi sekolah diperoleh dariTU SMAMDA, adapun data-data akademik diperolehdari para guru termasuk Bimbingan Konseling (BK).Langkah berikutnya adalah mengistalasi programPAS. Setelah program terinstal, tim mulai melakukanentry data. Entry data harus dimulai berurutan dan benar.Pada tahap inilah, kendala mulai timbul. Banyaknyadata yang harus dimasukkan dan adanya keterkaitanantara data satu dengan lainnya menjadikan prosesinput data tidak berjalan lancar. Seringkali terjadi, datayang sudah siap untuk di upload ke server mengalamiketerlambatan pada proses loading-nya.Banyaknya data yang harus di-input dalam waktubersamaan juga menjadi kendala tersendiri.Begitu banyaknya data yang harus dimasukkan kedalam program PAS, bahkan siswa-siswa kelas XIIpun dikerahkan untuk membantu proses entry datatersebut. Tetapi hal tersebut masih belum mampuuntuk mengatasi kendala dalam proses entry data.Karena keterbatasan waktu dari tim PAS yangharus membagi waktunya untuk mengajar ataupunmenyiapkan perangkat pembelajaran, implementasiPAS belum berhasil dijalankan. Namun pihakmanajemen sekolah tetap berkomitmen untuk terusberusaha mengimplementasikan program PAS danpada tahun 2011, pihak sekolah memutuskan untukbekerja sama dengan pihak luar (outsourcing) dalammengimplementasikan program PAS.Kerja sama awal SMAMDA dengan pihak outsourcingadalah mengelola data akademik melalui SistemInformasi Akademik. Pada masa mendatang, datadan informasi yang diperoleh dari Sistem InformasiAkademik tersebut akan diintegrasikan ke dalamprogram PAS.46| VOL. 01 Tahun I - September 2013Tampilan Sistem Informasi Akademik Berbasis PASdapat dilihat pada gambar berikut ini.Gambar 2. Sistem Informasi Akademik Berbasis PAS diSMA Muhammadiyah 2 SidoarjoData yang pertama kali dikelola adalah data presensisis wa melalui program Sistem Informasi Akademikyang telah dibuat oleh pihak outsourcing. Untuk itupihak sekolah menggunakan perangkat finger printdi area sekolah. Perangkat finger print digunakanuntuk mengelola data presensi siswa melalui sidikjari. Presensi dilakukan di awal dan akhir jam sekolah.Aktivitas presensi ini terekam oleh perangkat dandatanya langsung terkirim ke komputer sekolah yangsudah terinstal program Sistem Informasi Akademik.Berikut ini adalah gambar seorang siswi sedangmenggunakan finger print:Gambar 3. Finger Print untuk Presensi Siswa SMAMuhammadiyah 2 SidoarjoDari kerja finger print, pihak sekolah dapatmengetahui jumlah siswa yang hadir dan siswa yangabsen per hari. Jadi, pada hari itu juga data presensi tiapsiswa ini akan disampaikan ke masing-masing orangtua/wali murid dan pihak pimpinan sekolah. Orangtua/wali murid akan mengetahui waktu kehadirandan waktu pulang anaknya. Karena hasil transformasidan komunikasi data dari finger print tersebut dapatdiakses oleh sistem layanan yang bernama SMSgateway. Layanan SMS Gateway dapat dilihat padagambar berikut ini.


JURNAL EDUKASI IGIGambar 4. Layanan SMS Gateway di SMAMuhammadiyah 2 SidoarjoMelalui layanan SMS gateway dapat diperoleh (1)data rekapitulasi kehadiran siswa, (2) pengecekankehadiran siswa, (3) prosedur permohonan izin siswa,(4) dan juga saran dari siswa atau wali murid. Jadi,untuk mendapatkan data-data tersebut tidak perlumenunggu rekapitulasi secara manual dari pihak BKataupun dari rekapitulasi komputer dari pihak TU.Meskipun program PAS belum berhasil diterapkansepenuhnya di SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo,namun untuk masa mendatang pihak sekolah masihakan terus berusaha untuk menerapkan PAS. Denganbekerjasama dengan pihak outsourcing, untuksementara waktu sekolah menggunakan perangkatlunak Sistem Informasi Akademik yang akan digunakanuntuk mengolah data akademik siswa dan administrasisekolah secara keseluruhan.Pada masa depan, perangkat lunak tersebut dapatdigunakan untuk mengelola data-data sekolah. Dandata serta informasi yang diperoleh dari perangkatlunak tersebut pada akhirnya nanti akan diintegrasikanatau di-link-kan dengan program PAS.Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan MelaluiSistem Informasi Berbasis PAS di SMA Muhamadiyah2 SidoarjoSesuai dengan indikator mutu layanan melaluipenerapan PAS, peningkatan mutu layanan pendidikandi SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo adalah (1)meningkatnya kinerja fungsi administrasi sekolah(khususnya dalam kegiatan pendataan dan pelaporan;(2) memudahkan sekolah dalam memberikan layanandata dan informasi; dan (3) mempercepat proseskomunikasi dan transformasi data yang diperlukanoleh seluruh stakeholder.Dengan adanya finger print, presensi siswadilakukan oleh siswa itu sendiri sesampainya di sekolahdan setelah jam pelajaran selesai atau menjelangpulang sekolah. Jadi, sudah tidak perlu lagi presensimanual yang sebelumnya berlaku di sekolah. Hal inimemudahkan bagian administrasi dalam pendataanmaupun pelaporan absensi siswa. Cukup denganmelihat data presensi di server komputer yang sudahterinstal Sistem Informasi Akademik, maka datakehadiran siswa pada hari itu dapat langsung diketahui,mulai dari nama, kelas, nomor induk siswa, sampai jampresensi, dan alasan ketidakhadiran.Presensi harian siswa dapat diakses dengan layananSMS gateway. Penggunaan program Sistem InformasiAkademik di SMAMDA yang memanfaatkan jasaoperator telekomunikasi memungkinkan pihak sekolahmemberikan layanan yang efektif dan efisien kepadaorang tua masing-masing siswa, yaitu berupa laporanpresensi siswa. SMS yang dikirimkan setiap pagi dansore itu berisi pemberitahuan atas nama siswa yangbersangkutan dan jam kehadiran dan pulang setiapharinya.Pengelolaan data akademik melalui SistemInformasi Sekolah memudahkan para stakeholder untukmengetahui informasi yang diperlukan. Pihak pimpinansekolah jika ingin mengetahui informasi perkembanganpresensi siswa per hari dapat diketahui dengan cepatdan tepat. Program Sistem Informasi Akademik yangdijalankan SMAMDA dapat menampilkan data dalambentuk grafik yang menunjukkan keterangan presensisiswa dan perkembangannya, seperti yang ditunjukkangambar di bawah ini.Gambar 5. Tampilan Presensi Harian Siswa SMAMuhammadiyah 2 SidoarjoPada gambar 5 tersebut di atas menampilkan daftarpresensi per siswa per hari. Data itu menyajikan NomorInduk Siswa (NIS), nama siswa, kelas, hari dan tanggal,keterangan ketridakhadiran, dan akumulasi presensidalam bentuk diagram batang. Dengan mengeklik NISyang muncul di daftar NIS, daftar presensi siswa akansecara otomatis muncul secara detail seperti yangnampak pada gambar di atas.PENUTUPSMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo Jaw Timur telahmenerapkan Sistem Informasi Akademik BerbasisPAS, meskipun belum sepenuhnya diterapkan karenapengelolaan akademik masih sebatas pada presensisiswa. Data presensi siswa yang masuk melaui fingerprint dapat diakses melalui SMS Gateway oleh pihakintern (sekolah) maupun pihak ekstern (wali murid).Tidak hanya meningkatkan kualitas pengolahandata dan informasi yang dihasilkan, Sistem InformasiAkademik Berbasis PAS juga dapat meningkatkanmutu layanan sekolah dengan memberikan informasiyang akurat, efektif, dan efisien.Pada masa yang akan datang diharapkan SMA Muhammadiyah2 Sidoarjo dapat memberikan layanandata dan informasi sekolah melalui program PASkepada diknas setempat maupun pusat. Sekolah-VOL. 01 Tahun I - September 2013 |47


JURNAL EDUKASI IGIsekolah lain yang ada di Sidoarjo diharapkan mampumengimplementasikan PAS sesuai dengan kebijakandari Direktorat Jenderal Pembinaan SMA. PemerintahPusat dan Daerah diharapkan melakukan sosialisasiprogram PAS secara kontinyu di Sekolah MenengahAtas, khususnya SMA-SMA di Sidoarjo.DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian, SuatuPendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.Bogdan Robert C. dan Biklen Sari K. 1982. QualitativeResearch For Education – An Introduction to Theoryand Methods. Boston: Allyo and Bacon, Inc.Gelinas, Oram, & Wiggins. 1990. Accounting InformationSystem. Boston: PWS-Kent Pub. Co.Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat PembinaanSMA. 2010. Panduan Sukses Implementasi PAS diSMA. Jakarta: Citra Mandiri Informasi.Rochaety, Eti, Pontjorini Rahayuningsih, Prima GustiYanti. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan.Jakarta: PT Bumi Aksara.Rochaety, Eti, Tupi Setyowati, Faizal Ridwan. Z. 2011.Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Mitra WacanaMedia.Sallis, Edward. 2010. Total Quality Management InEduacation. Jogjakarta: IRCiSoD.Sarantakos, S. 1993. Social Research. Melbourne:Macmillan Education Australia Pty. Ltd.Santoso, Gempur. 2007. Metodologi PenelitianKuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Prastasi Pustaka.48| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIPENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBARUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITAANAK KELOMPOK A DI TK MUSLIMAT NU 34 MALANGOleh: Chustini*Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bercerita denganmenggunakan kartu bergambar. Subjek penelitian meliputi guru dan anak kelompok A di TK MuslimatNU 34. Penggunaan media kartu bergambar terbukti dapat meningkatkan kemampuan berceritaanak kelompok A. Pembelajaran pada siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan dalam hal kemampuananak menyimak cerita mencapai 25,8%, kemampuan anak menjawab pertanyaan mencapai 23%,kemampuan anak bercerita mencapai 33% dan kemampuan anak dalam mengekspresikan ceritamencapai 25%.Kata kunci: kartu bergambar, kemampuan berceritaAbstract: This action research is intended to increase students’ ability in telling stories by usingpicture cards. The subjects of this research are teachers and students in group A at Muslimat NU 34Kindergarten. Using picture cards are proven successful in increaseing group A kindergarten students’ability in telling stories. From the first to the second cycle it is found that students ability in payingattention to stories increased. The finding shows that students’ ability in paying attention to storiesincreased and finally reached 25.8 %. Furthermore, students’ ability in answering questions reached23 %. Finally students’ ability in telling stories reached 33% while students’ ability in expressingstories reached 25 %Key words: picture cards, ability of telling storiesPENDAHULUANKemampuan bercerita merupakan bagian darikemampuan berbicara yang dipandang pentingdalam berkomunikasi. Kemampuan berceritawajib dilakukan dalam komunikasi dengan masyarakat,baik untuk orang dewasa maupun untuk anak-anak.Dalam berkomunikasi, anak usia 4-6 tahun perlumengekspresikan perasaan mereka dalam berbicarasecara lisan karena sebagian besar mereka belumbisa tulis-menulis (Depdiknas 2004). Salah satu caramengembangkan kemampuan berkomunikasi adalahdengan berlatih bercerita menggunakan bantuankartu bergambar sebagai media pembelajaran.Tujuan dari penelitian ini adalah agar anakdapat menyimak cerita, anak dapat menjawabpertanyaan, anak bercerita dengan lancar dananak dapat mengekspresikan cerita dengan gayabahasa anak sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapatMustakim (2005:18) yang menyatakan bahwa dalamkegiatan bercerita dengan kartu bergambar terdapatpenggunaan bahasa yang singkat, anak dapatmembahasakan sendiri isi cerita sesuai dengan gambaryang ada. Ini berarti bahwa secara tidak langsung anakdididik mengembangkan bahasa dan menggunakanbahasa yang tepat.KAJIAN PUSTAKAKartu bergambar (flashcard) paling diminati olehanak karena kartu bergambar ini hanya berisi satumacam gambar saja. Media kartu bergambar pertamakali diperkenalkan oleh Glenn Doman (2009) seorangahli bedah otak dari Philadelphia. Tujuan penggunaankartu bergambar ini adalah melatih kemampuanotak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata,sehingga perbendaharaan kata dan kemampuanmembaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usiadini.Sesuai dengan pendapat Mustakim (2005:18) yangmengatakan bahwa dalam kegiatan bercerita dengankartu bergambar terdapat penggunaan bahasa yangsingkat, anak dapat membahasakan sendiri isi ceritasesuai dengan gambar. Ini berarti bahwa secara tidaklangsung anak dilatih untuk mengembangkan bahasadan menggunakan bahasa yang tepat.Anonim (2009) tentang kumpulan artikel Indonesiayang menyatakan bahwa gambar-gambar baby cardyang menarik dengan warna-warni menyolok akandisukai anak-anak, sehingga bisa mengajak merekabergembira, bermain dan belajar dalam cara educationcard yang sederhana.Tak perlu menargetkan hasil yang muluk-mulukatau memaksa anak untuk menghafal sekian katadalam sehari. Biarkan saja anak berkembang danbelajar dengan kartu dalam temponya sendiri danmengikuti kematangan fungsi otaknya masing-masing,sebab kemampuan setiap anak berbeda. Penelitianini sesuai dengan pendapat Mustakim (2005:18) yangmenyatakan bahwa dalam kegiatan bercerita dengankartu bergambar terdapat penggunaan bahasa yangsingkat, anak dapat membahasakan sendiri isi ceritasesuai dengan gambar yang ada. Ini berarti bahwasecara tidak langsung anak dididik mengembangkanbahasa dan menggunakan bahasa yang tepat.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |49


JURNAL EDUKASI IGITeori kognitif menyatakan bahwa perkembanganbahasa anak berkaitan dengan kegiatan yang dialamianak secara langsung yaitu dengan mendengar, melihatmeraba dan merasakan. Bercerita menggunakan mediakartu bergambar termasuk juga sebagai pengalamanlangsung, karena dengan menggunakan media kartubergambar maka anak dapat melihat langsung gambarapa saja yang ada pada kartu yang dipegangnyasehingga anak akan termotivasi untuk bercerita.Sedangkan menurut Dhieni (2007:3.17) denganmengutip pernyataan dari Raines & Canad salah satutahap perkembangan membaca pada anak adalahtahap membaca gambar atau bridging reading stage.Pada tahap ini anak mulai sadar pada cetakan yangtampak serta dapat menemukan kata yang dikenal,dapat mengungkapkan kata-kata yang memilikimakna yang berhubungan dengan dirinya, dapatmengulang kembali cerita yang tertulis. Dan anaksudah mulai dapat mengenal abjad. Dengan demikianmaka anak dapat meningkatkan kemampuanberceritanya dengan melihat gambar pada kartu yangdisediakan oleh gurunya ataupun kartu yang digambarsendiri oleh anak.Penggunaan media kartu bergambar yangbertujuan untuk menstimulasi kemampuan berceritapada anak ternyata bukan hanya aspek bahasa sajayang berkembang, tetapi aspek yang lain (kognitif, fisikmotorik, sosial, dan seni) juga ikut berkembang. Initerbukti perilaku anak yang semakin baik, keberaniananak untuk mengungkapkan pendapat semakin baikkemampuan kognitif anak juga semakin meningkat,kemampuam seni dan motoriknya juga terlihat ketikaanak memegang pensil dan menggambar di atas kartu,daya imajinasi anak juga berkembang dengan baik.Dalam hal ini kartu bergambar merupakan mediapembelajaran. Sebagaimana dinyatakan oleh Wulan(2007:10.4) dengan mengutip pendapat UmarHamalik, bahwa media adalah alat, tehnik, metode,yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkankomunikasi antara guru dan anak didik dalam prosespendidikan dan pembelajaran di sekolah.Belajar berbicara pada anak usia dini dapat dilakukandengan bantuan orang dewasa melalui percakapan.Dengan bercakap-cakap anak dapat meningkatkanpengetahuan dan pengalaman bahasanya. Untuk itudibutuhkan reinforcement (penguatan), reward (pujian),dan model dari orang dewasa agar kemampuanberbahasa dapat berkembang secara maksimal (Edu &Dev 2007:3.9).Anak usia dini dapat meningkatkan bahasa dengancara bertanya, berdialog, dan bernyanyi. Anak usiadini mengerti konsep-konsep serta hubungan antarkonsep. Sebelum mereka memiliki kata-kata untukmengungkapkan pikiran dan perasaannya, anak belajarbahasa dari orang dewasa sebagaimana dikemukakanoleh Djoehaeni (2007:2.16) dengan mengutip Wolfolktentang pendapat Vygotsky, bahwa anak belajarbahasa dari orang dewasa secara kolaboratif. Setelahitu diinternalisasikan dan secara sadar digunakansebagai alat berpikir dan alat kontrol.Carol & Barbara (2008:73-76) berpendapat anak50| VOL. 01 Tahun I - September 2013usia 3-5 tahun dapat mengembangkan kosa katanyasecara mengagumkan. Anak usia tiga tahun memiliki900 sampai 1000 kosa kata yang berbeda, dan 90%dari apa yang diucapkan sudah dapat dipahami. Anakusia empat tahun perbendaharaan katanya sudahmencakup sekitar 4000-6000 kata. Pada usia ini anaksudah bisa menceritakan pengalamannya kepadaorang lain, bercakap-cakap merupakan kegiatanfavorit anak usia empat tahun. Anak usia lima tahunperbendaharaan katanya sudah mencapai 5000-8000 kata, pada usia ini anak semakin pintar dalamkemampuan mengkomunikasikan gagasan danperasaan mereka dengan kata-kata. Anak usia limatahun lebih suka bercerita apabila ada pertanyaanyang diajukan kepadanya, cerita yang disampaikananak usia lima tahun lebih komplek dan lebih rincidaripada cerita anak usia empat tahun.Perkembangan berbicara anak berawal ketikaanak menggumam maupun membeo, sedangkanperkembangan menulis pada anak berawal darikegiatan mencoret-coret sebagai hasil ekspresimereka. Dhieni (2007:3.3) dengan mengutip Bromleytentang pendapat Dyson yang menyatakan bahwaperkembangan berbicara memberikan kontribusi yangbesar terhadap perkembangan menulis pada anak,dengan demikian berbicara dan menulis adalah prosespenyusunan (composing process). Perkembanganmenyimak dan membaca pada anak merupakanketrampilan bahasa reseptif (dimengerti, diterima)karena dalam ketrampilan ini makna bahasa diperolehdan diproses melalui simbol visual dan verbal. Dengandemikian menyimak dan membaca juga merupakanproses pemahaman (comprehending process).Menurut Edu & Dev (2007:2) ada limamacam teori yang dapat menjelaskan tentangperkembangan bahasa anak, yaitu teori nativisme,teori behaviorisme, teori kognitinisme, teori pragmatifdan teori interaksionis. Para nativis menjelaskanbahwa kemampuan berbahasa dipengaruhi olehkematangan seiring dengan pertumbuhan anak. Paraahli aliran behavioristik berpendapat bahwa anakdilahirkan tanpa membawa kemampuan apapun.Dengan demikian anak harus belajar bahasa melaluipengkondisian dari lingkungan, proses imitasi, dandiberikannya reinforcement (penguatan). Para ahlialiran kognitif meyakini adanya hubungan antaraanak, orang dewasa dan lingkungan sosialnyadengan perkembangan bahasa anak. Teori kognitifmemandang bahwa perkembangan aspek bahasatidak terlepas dari konteks sosial dan perkembangankognitif anak.Para ahli dari teori pragmatik berpendapat bahwaanak belajar bahasa dalam rangka bersosialisasi danmengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengankeinginannya. Artinya anak belajar bentuk dan artibahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsibahasa yang dapat mereka peroleh. Para ahli teoriinteraksionis menjelaskan bahwa berbagai faktorseperti sosial, linguistik, kematangan, biologis dankognitif saling mempengaruhi, berinteraksi danmemodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh


JURNAL EDUKASI IGIterhadap perkembangan bahasa individu.Berbicara adalah komunikasi verbal yangdigunakan seseorang kepada orang lain secaralisan. Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadipeningkatan baik dalam hal kuantitas maupun kualitasproduk bahasanya. Secara bertahap kemampuan anakmeningkat, bermula dari mengekspresikan suara saja,hingga mengekspresikannya dengan komunikasi.Komunikasi anak yang semula menggunakan bahasaisyarat untuk menunjukkan keinginannya, secarabertahap dapat menggunakan bahasa lisan untukmenyampaikan maksud dan keinginannya danberkembang menjadi komunikasi. Tujuan berbicaramenurut Lara (2007:36) adalah untuk memberitahukan,melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkanseseorang.Ada beberapa aspek berbahasa yang menjadiukuran kemampuan seseorang dalam berbicara, yaituketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendidan durasi yang sesuai, pilihan kata, ketepatan sasaranpembicaraan. Sedangkan aspek nonkebahasaan yangmempengaruhi seseorang dalam berbicara adalahsikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan mimikyang tepat, kesediaan menghargai pembicaraanmaupun gagasan orang lain, kenyaringan suara dankelancaran dalam berbicara, relevansi, penalaran danpenguasaan dalam topik tertentu.Kemampuan berbicara anak dalamperkembangannya melalui dua cara, yaitu secaraspontan dan melalui penugasan dari orang dewasauntuk menirukan bahasa. Lara (2007:38) menyatakanada beberapa cara orang dewasa mengajarkan bicarapada anak, antara lain motherese, recasting, echoing,expanding, dan labeling.Motherese adalah berbicara pada bayi denganfrekuensi dan hubungan yang lebih luas danmenggunakan kalimat yang sederhana. Recastingadalah pengucapan makna suatu kalimat yang samaatau mirip dengan menggunakan cara yang berbeda,misalnya dengan mengubahnya menjadi kalimat tanya.Echoing adalah mengulangi apa yang dikatakan anak,khususnya ungkapan anak yang belum sempurna.Anak usia dini dalam pengucapan lafal masih belumsempurna. Hal ini terjadi pada beberapa konsonanyang sulit diucapkan oleh anak, maka apabila anakmengucapkan masih keliru perlu diulangi lagi agaranak dapat menirukan kembali sampai benar.Expanding adalah menyatakan ulang apa yangdikatakan anak dalam bahasa yang baik ditinjau darisegi linguistik. Tata bahasa anak perlu diperbaiki agaranak terbiasa menggunakan susunan kalimat yangbenar. Labelling adalah mengidentifikasikan namanamabenda. Dengan membiasakan menyebut namanamabenda yang ada di sekitar anak, maka anakakan terbiasa mengucapkan benda yang dimaksuddengan ucapan yang benar. Pada anak usia dinikemampuan berbahasa yang paling umum dan efektifdilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini sesuaidengan karakteristik umum kemampuan bahasaanak pada usia dini. Kemampuam berbicara dapatdilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasamelalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anakakan menemukan pengalaman dan meningkatkanpengetahuannya dan mengembangkan bahasanya,terutama dalam berbicaranya.Dalam pengembangannya kemampuan berbicaraanak terkait pada lingkungan di mana anak tinggal.Lingkungan yang banyak memberikan stimulasiakan memperkaya perbendaharaan kata anak. Olehsebab itu, baik lingkungan keluarga maupun sekolahdiharapkan dapat memberikan stimulasi padaanak agar kemampuan anak dalam berbicara dapatberkembang secara optimal.Bercerita adalah suatu kegiatan yangdilakukan oleh seseorang kepada orang lain secaralisan dengan alat atau tanpa alat tentang apa yangharus disampaikan dalam bentuk pesan, informasiatau hanya sebuah dongeng (Nany 2007:6). Sedangkanmenurut Hidayat (2003:45) bercerita juga dapatdiartikan sebagai cara menuturkan sesuatu yangmengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atausuatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi atauhanya rekaan belaka.Dalam pelaksanaan pembelajaran, metodebercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan,memberikan keterangan atau penjelasan tentang halbaru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yangdapat mengembangkan berbagai kompetensi dasaranak Taman Kanak-kanak. Manfaat metode berceritauntuk anak Taman Kanak-kanak antara lain melatihdaya serap atau daya tangkap anak, melatih daya pikiranak, melatih daya konsentrasi anak, mengembangkandaya imaginasi anak, menciptakan situasi yangmenggembirakan, membantu perkembangan bahasaanak dalam berkomunikasi (Nany 2007:6.7-8).Alat atau media yang digunakan untuk berceritaadalah alat peraga langsung dan ada benda tiruan.Untuk alat atau benda langsung harus memperhatikankebersihan, keamanan dan kemudahan bagi gurumaupun untuk anak-anak saat mempergunakannya.Sedangkan Dhieni (2007:6.12) dengan mengutippendapat Surtiati dan Rejeki, media pendidikandalam arti yang luas adalah semua benda, tindakan,atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan ataudiadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikanTaman Kanak-kanak dalam rangka mencapai tujuan.Bercerita dengan kartu adalah kegiatan berceritadengan menggunakan kartu yang berisi gambardengan ukuran tertentu. Kartu yang dipergunakandalam kegiatan bercerita pada anak usia dini terbuatdari karton supaya anak mudah memegang dan tidakterlalu berat. Kegiatan bercerita menggunakan kartudapat dilakukan oleh guru maupun oleh anak-anak.Menurut Aziz (2001:17) bercerita dibentuk menjaditiga tahap yaitu pendahuluan, konflik dan klimaks.Menurut Mustakim (2005:30) dengan mengutippendapat Tompkins tentang apa yang dikatakanoleh Applebee bahwa anak TK telah memiliki konseptentang cerita, apa yang dimaksud dengan cerita,merespon cerita, dan menyampaikan ceritanya sendirikepada orang lain. Anak juga dapat menggunakantiga penanda cerita, yaitu ‘pada jaman dahulu’ untukVOL. 01 Tahun I - September 2013 |51


JURNAL EDUKASI IGImengawali cerita, ‘tamat’ atau ‘mereka hidup bahagia’untuk mengahiri cerita. Hal ini sesuai dengan tahaptahapbercerita (pendahuluan, konflik, klimaks).METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan rancangan PenelitianTindakan Kelas (PTK), yaitu proses investigasi yangdilakukan secara terkendali untuk menemukan danmemecahkan masalah pembelajaran di kelas. Prosespemecahan masalah tersebut dilakukan secarabersiklus, dan pada setiap kali siklus/putaran terdiriatas planning, acting, observing, dan reflecting (Akbar2009:26) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitaspembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu.Lokasi penelitian ini adalah TK Muslimat NU 34yang beralamat di Jalan Selorejo Gg Masjid no. 60 H,Kota Malang. Sedangkan subjek penelitian ini adalahdua orang guru dan 18 anak TK Muslimat NU (5 anaklaki-laki dan 13 anak perempuan). Untuk kepentinganpengumpulan data digunakan teknik pengumpuldata berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara. Sedangkan analisis data penelitian tindakan kelas(PTK) ini bersifat deskriptif kuantitatif (persentase).HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYADeskripsi Hasil Tindakan pada Siklus PertamaSiklus pertama dalam penelitian ini dilakukan duakali pertemuan yang dimulai pada tanggal 26 Julisampai dengan 31 Juli 2010. Pelaksanaannya meliputi(1) pembuatan satuan kegiatan harian atau SKH, (2)menyiapkan media, dan (3) menyiapkan lembarpenilaian perkembangan anak.Hasil penelitian yang direkam pada siklus pertamadapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 1. Nilai Rerata Kemampuan Anak Berceritapada Siklus PertamaAspek yangDiamatiMenyimak ceritaMenjawabpertanyaanLancar berceritaEkspresi berceritaDeskriptorAnak dapatmenyimak ceritaAnak dapatmenjawabpertanyaan yangdiajukanAnak dapatbercerita denganlancarAnak dapatberekspresi ketikaberceritaRata-rata nilai dan prosentasekemampuan anak bercerita secarakeseluruhanNilaiRerataPersentase2,1 52%2,1 52%2 50%2,1 51%2,1 51,3%Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa kemampuananak dalam menyimak cerita mencapai nilai rata-rata2,1 atau 52%, kemampuan anak menjawab pertanyaanmencapai nilai 2,1 atau 52%, kelancaran anak dalambercerita mencapai nilai 2,0 atau 50%, ekspresianak ketika bercerita mencapai nilai 2,1 atau 51%.Sedangkan rata-rata kemampuan anak dalam berceritasecara keseluruhan mencapai 2,1 atau 51,3%.Pelaksanaan kegiatan bercerita denganmenggunakan buku cerita pada siklus pertama cukupbaik namun belum mendapatkan hasil yang optimal,SKH sudah menampakkan indikator yang akan dicapaitapi tujuan pembelajaran yang akan dicapai belumtampak. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada sikluspertama minat anak dalam bercerita belum nampak,pembelajaran yang dilaksanakan kurang inovatif, danhasil uji kompetensi menunjukkan bahwa kemampuanperlu dikembangkan lagi.Berdasarkan hasil tindakan pada sikluspertama, peneliti segera membuat perencanaankegiatan proses belajar mengajar untuk tindakan padasiklus kedua.Deskripsi Hasil Tindakan pada Siklus KeduaPada siklus kedua, sebelum kegiatan pembelajarandilaksanakan, disusun perencanaan terlebih dahulu.Satuan kegiatan harian disusun bersama antarakolaborator dan peneliti. SKH ini dibuat sebagai hasilperbaikan dari SKH yang sudah digunakan pada sikluspertama.Hasil penelitian yang direkam pada siklus keduadapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 2. Nilai Rerata Kemampuan Anak Berceritapada Siklus KeduaAspek yangDiamatiMenyimak ceritaMenjawabpertanyaanLancar berceritaEkspresi berceritaDeskriptorAnak dapatmenyimak ceritaAnak dapatmenjawabpertanyaan yangdiajukanAnak dapatbercerita denganlancarAnak dapatberekspresi ketikaberceritaRata-rata nilai dan prosentasekemampuan bercerita secarakeseluruhanNilaiRerataPersentase3,1 77,8 %3 75 %3,3 83 %3 76 %3,1 77,95 %Pada Tabel 2 kemampuan anak dalam menyimakcerita mencapai nilai rata-rata 3,1 atau 77,8%,kemampuan anak menjawab pertanyaan mencapainilai 3 atau 75%, kelancaran anak dalam berceritamencapai nilai 3,3 atau 83%, ekspresi anak ketikabercerita mencapai nilai 3 atau 76%. Sedangkanrata-rata kemampuan anak dalam bercerita secarakeseluruhan mencapai 3,1 atau 77,95%.Perkembangan Hasil Tindakan Selama Dua SiklusTindakanDeskripsi peningkatan kemampuan bercerita padasiklus pertama dan siklus kedua disajikan pada Tabel 3berikut ini.52| VOL. 01 Tahun I - September 2013


NoTabel 3. Data Peningkatan Kemampuan BerceritaSelama Dua Siklus TindakanFokusSiklus 1(dalam %)Siklus 2(dalam%)Peningkatan(dalam %)1 Menyimak 52% 77,8% 25,8%2 Menjawab 52% 75% 23%3 Bercerita 50% 83% 33%4 Ekspresi 51% 76% 25%Rata-rata peningkatan kemampuan bercerita 26,7%Data pada Tabel 3 di atas menunjukkan terjadinyapeningkatan kemampuan anak menyimak cerita sebesar25,8%, peningkatan kemampuan anak menjawabpertanyaan sebesar 23%, peningkatan kemampuanbercerita anak bercerita sebesar 33% dan peningkatankemampuan anak dalam mengekspresikan ceritameningkat sebesar 25%. Rata-rata peningkatan anakdalam bercerita mencapai nilai sebesar 26,7%.Kompetensi bercerita dalam kurikulum TK untukanak kelompok A merupakan metode pembelajarandalam bidang pengembangan bahasa (Depdiknas2004). Upaya-upaya pembelajaran yang diberikanoleh guru hendaknya dilakukan dalam situasi yangmenyenangkan. Metode maupun media yangdigunakan dapat menarik minat dan mudah dipahamioleh anak. Melalui bercerita anak diajak untukmeningkatkan kemampuan bahasa lisan.Pada anak kelompok A di TK Muslimat NU 34 Malangyang masih awal masuk sekolah memerlukan stimulasiuntuk aspek perkembangan bahasanya. Salah satuindikator perkembangan bahasa pada anak kelompokA adalah bercerita dengan menggunakan gambar yangdibuatnya sendiri atau gambar yang sudah disediakan.Anak kelompok A mempunyai kemampuan berceritayang masih belum terstimulasi, guna meningkatkankemampuan berceritanya, maka digunakan mediakartu bergambar atau yang lebih dikenal denganflashcard.Penggunaan media kartu bergambar di TK MuslimatNU 34 Kota Malang dilaksanakan mulai tanggal 19 Juli2010 sampai dengan 7 Agustus 2010. Penggunaanmedia kartu bergambar dalam kegiatan berceritamembawa dampak yang baik untuk meningkatkankemampuan anak bercerita. Kegiatan bercerita inimerupakan kegiatan yang mudah dilakukan oleh anakdan menyenangkan, hal ini dapat dilihat dari data hasilpenelitian yang dilakukan mengalami peningkatanpada setiap siklus, baik pada siklus pertama maupunpada siklus kedua.Pada awal siklus pertama, masih belum terlihatkemampuan anak dalam bercerita, namun anak senangdengan kegiatan bercerita dan bersemangat mengikutikegiatan bercerita menggunakan media buku ceritabergambar. Kemampuan anak pada siklus pertamamasih belum terlihat meningkat, maka masih perludilakukan kegiatan bercerita dengan menggunakanmedia yang lain agar memperoleh hasil yang lebih baik.JURNAL EDUKASI IGISiklus pertama dilaksanakan dua kali pertemuan,kemampuan bercerita menggunakan media bukucerita bergambar pada anak semakin meningkat padapertemuan kedua. Kegiatan bercerita menggunakanmedia buku bergambar dilakukan dengan cara anakdiberi buku kemudian anak menceritakan gambargambaryang ada pada buku. Ketika anak dimintauntuk menceritakan gambar yang ada pada buku, anakhanya bercerita sepintas saja karena anak justru tertarikuntuk mengamati gambar-gambar yang ada sehinggakemampuan berceritanya belum tampak.Pada siklus kedua, guru menyediakan kartubergambar untuk kegiatan bercerita, kartu yang berisisatu macam gambar dan mempunyai warna yangmenyolok sehingga dapat merangsang anak untukmengungkapkan kata-kata mengenai gambar yangada. Dan anak dapat mengembangkan cerita denganversi bahasa anak sendiri.Hasil kemampuan bercerita anak kelompok A di TKMuslimat NU 34 Kota Malang dengan menggunakanmedia kartu bergambar pada siklus 2 meningkatdibandingkan dengan siklus 1. Artinya kemampuanbercerita anak kelompok A di TK Muslimat NU 34 KotaMalang dapat meningkat dengan menggunakanmedia kartu bergambar.PENUTUPDengan menggunakan media kartu bergambarkemampuan bercerita anak kelompok A di TK MuslimatNU 34 dapat meningkat. Hal ini dibuktikan denganhasil observasi dari siklus pertama ke siklus kedua yangmengalami peningkatan rata-rata sebesar 26,7% padapada setiap anak.Disarankan bagi guru penelitian ini dapatmeningkatkan peranan guru dalam menciptakanpembelajaran yang inovatif dan menciptakan situasiyang kondusif dalam ruang belajar guna meningkatkansemua potensi yang dimiliki anak, memotivasi danmemberikan stimulasi pada anak sebagai usaha untukmengetahui perkembangan anak bercerita denganmenggunakan media kartu bergambar.Disarankan bagi pimpinan sekolah agar selalumemberikan masukan dan memberikan dukunganuntuk gurunya guna meningkatkan mutu pembelajarandi Taman Kanak-kanak.Penelitian ini hendaknya dapat menjadiinspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk lebih kreatiflagi dalam menciptakan situasi pembelajaran danmenggunakan media pembelajaran yang lebihbervariasi guna mengembangkan kemampuanbercerita anak di Taman Kanak-kanak.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |53


JURNAL EDUKASI IGIDAFTAR PUSTAKAAkbar, S . 2009. Penelitian Tindakan Kelas Yogjakarta :Media Cipta Aksara.Anonim. 2009. Kartu Bergambar Flashcard. http://keluargabahagia.epajak.org. (Diunduhtanggal 18 Februari 2011).Aziz, A dan Majid, A. 2001. Mendidik Anak Lewat Cerita.Bandung: Rosda Karya.Carol & Barbara. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini .Jakarta : Penerbit PT INDEKS.Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi diTaman Kanak-kanak. Jakarta: DinasPendidikan.Dhieni, N. 2007. Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta: Universitas Terbuka.Djoehaeni, H. 2007. Karakteristik Perkembangan AnakUsia TK. Jakarta: UniversitasTerbuka.Edu & Dev. 2007. Hakekat Perkembangan Bahasa Anak.Jakarta: Universitas TerbukaHidayat, H. 2003. Aktivitas Mengajar Anak TK. Bandung:Katarsis.Lara, F. 2007. Perkembangan Bahasa Anak. Jakarta:Universitas Terbuka.Mustakim, N. 2005. Peranan Cerita Dalam PembentukanBahasa Anak TK. Jakarta:Depdiknas.Nany, K. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:Universitas Terbuka.Wulan,S. 2007. Media Pembelajaran PengembanganBahasa di TK. Jakarta: Universitas Terbuka.54| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIPEMBELAJARAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRATMENGGUNAKAN MEDIA BERBASIS ICTDI SMK NEGERI 1 SONDEROleh: Yani Pieter Pitoy*Abstrak: Penggunaan media berbasis ICT menjadikan komputer memiliki potensi sebagai tuition dansimulation. Tulisan ini menjelaskan tentang pembelajaran persamaan kuadrat dan pertidaksamaankuadrat dengan menggunakan media berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder. Pelaksanaannyadilakukan dengan menyediakan materi pembelajaran digital, laboratorium komputer dalam settingLocal Area Network dan teknik penyampaian materi yang tepat.Kata kunci: pembelajaran, media berbasis ICT.Abstract: Using ICT Based media makes computers have tuition and simulation potential. Thispaper explains about learning quadratic equations and quadratic inequalities using ICT basedmedia at SMK Negeri 1 Sonder. To do this, learning materials are provided, the computer laboratoryis prepared, the Local Area Network are installed, and the technique for delivering the material mustbe appropriate.Key words: learning, ICT based media.PENDAHULUANSalah satu masalah pendidikan yang kita hadapidewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikanpada setiap jenjang dan satuan pendidikankhususnya pendidikan dasar dan menengah(Suparman 2007). Berbagai upaya terus dilakukanpemerintah untuk mengatasi masalah ini diantaranyadengan perbaikan dan pengembangan kurikulum,peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru,pengadaan sarana dan prasarana pendidikan maupundengan peningkatan mutu manajemen sekolah.Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salahsatu lembaga pendidikan kejuruan yang mempunyaimisi menyiapkan angkatan kerja kelas menengahuntuk memasuki dunia kerja. Dalam kaitan dengan itu,maka SMK Negeri 1 Sonder mempunyai beban moraluntuk mempersiapkan output yang kompeten denganbidang yang dipelajarinya.Mata pelajaran Matematika adalah salah satu matapelajaran adaptif yang diharapkan akan memberikankontribusi yang besar dalam pengembanganketerampilan produktif dari siswa SMK. Denganmenguasai kompetensi dalam pelajaran Matematika,diharapkan siswa SMK akan semakin mudahmempelajari dan memiliki keterampilan sesuai denganprogram keahliannya.Salah satu permasalahan dalam pembelajaranMatematika di SMK Negeri 1 Sonder adalah minatbelajar Matematika yang rendah. Dari berbagaipengalaman wawancara dengan calon siswa SMKditemukan bahwa sebagian besar calon siswa tersebutkurang memiliki minat untuk belajar Matematikabahkan cenderung untuk takut belajar Matematika.Dari hasil evaluasi kegiatan belajar mengajar jugaditemukan bahwa pencapaian nilai Matematika kurangdari standar ketuntasan belajar (6,5).Salah satu hal yang bisa digunakan untuk mengatasimasalah tersebut adalah dengan menggunakanmedia pembelajaran yang berbasis Informatics andCommunication Technology (ICT). Hal ini dimungkinkandengan ketersediaan fasilitas Laboratorium Komputerdan Internet yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatanbelajar mengajar. Berkaitan dengan hal ini Roestiyah(2001) mengungkapkan bahwa proses belajar mengajarperlu dikembangkan dengan cara-cara mengajar yangbaru, diantaranya dengan mempergunakan komputer.Penggunaan media pembelajaran berbasis ICTdapat diterapkan pada berbagai materi pelajaranMatematika di SMK. Dalam penulisan makalah ini,penulis membatasi pada materi persamaan danpertidaksamaan kuadrat. Dengan demikian, makadapatlah dirumuskan masalah yang akan dibahas yait,bagaimana pembelajaran persamaan kuadrat danpertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan mediaberbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder.Berdasarkan masalah yang telah dirumuskanmaka tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untukmengemukakan bagaimana pembelajaran persamaandan pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakanmedia berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder. Adapunyang menjadi manfaat dari penulisan makalah iniVOL. 01 Tahun I - September 2013 |55


JURNAL EDUKASI IGIuntuk memperbaiki pembelajaran Matematika di SMKNegeri 1 Sonder.KAJIAN PUSTAKAPengertian Media PembelajaranMedia berasal dari bahasa Latin, merupakan bentukjamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti“Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara ataupengantar sumber pesan dengan penerima pesan.Scramm (1977) sebagaimana dikutip oleh Sudrajat(2007) mengemukakan bahwa media pembelajaranadalah teknologi pembawa pesan yang dapatdimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.Sementara itu National Education Association dalamSudrajat (2007) mengungkapkan bahwa mediapembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentukcetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologiperangkat keras. Dari berbagai definisi di atas, makadapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalahsegala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan/informasi yang dapat digunakan untuk membangkitkanminat dan motivasi peserta didik, untuk menciptakansuasana belajar dalam dirinya, serta melakukan analisadan eksplorasi lebih mendalam terhadap materi yangdiberikan.Jenis-jenis Media BelajarMenurut Sudrajat (2007) terdapat beberapa jenismedia belajar yaitu:1) Media visual: grafik, diagram, chart, bagan,poster, kartun, komik2) Media audial: radio, tape recorder, laboratoriumbahasa dan sejenisnya3) Projected still media: slide, over head projector (OHP),in focus dan sejenisnya4) Projected motion media: film, televisi, video (VCD,DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.Sementara itu, Arsyad (2007) mengkategorikanmedia belajar yang dapat dikembangkan sendiri olehguru meliputi media berbasis visual (yang meliputigambar, chart, grafik, tranparansi, dan slide), mediaberbasis audio-visual (video dan audio tape), dan mediaberbasis komputer (komputer dan video interaktif).Fungsi Media PembelajaranBrown (1973) sebagaimana dikutip oleh Sudrajat(2008) mengemukakan bahwa media pembelajaranyang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapatmempengaruhi efektifitas pembelajaran. SelanjutnyaSudrajat (2008) mengemukakan beberapa fungsimedia yaitu:1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasanpengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.2. Media pembelajaran dapat melampaui batasanruang kelas3. Media pembelajaran memungkinkan adanyainteraksi langsung antara peserta didik denganlingkungannya4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan5. Media dapat menanamkan konsep dasar yangbenar, konkrit dan realistis6. Media membangkitkan keingingan dan minat baru56| VOL. 01 Tahun I - September 20137. Media membangkitkan motivasi dan merangsanganak untuk belajar8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak.Hamalik (1986) sebagaimana dikutip oleh Arsyad(1996) mengemukakan bahwa pemakaian mediapembelajaran dalam proses belajar mengajar dapatmembangkitkan keinginan dan minat yang baru,membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatanbelajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruhpsikologis terhadap siswa. Media pembelajaran,menurut Kemp & Dayton (1985:28) sebagaimanadikutip oleh Arsyad (1996), dapat memiliki tiga fungsiutama apabila media itu digunakan untuk perorangan,kelompok atau kelompok pendengar yang besarjumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2)menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Darihasil penelitian yang diperoleh oleh Kemp & Dayton,diperoleh beberapa dampak positif dari penggunaanmedia sebagai bagian integral pembelajaran di kelasatrau sebagai cara utama pembelajaran langsungsebagai berikut:1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiappelajaran yang melihat atau mendengar penyajimelalui media menerima pesan yang sama. Meskipunpara guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yangberbeda-beda, dengan penggunaan media ragamhasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasiyang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagailandasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasilebih lanjut.2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapatdiasosiasikan sebagai penarik perhatian danmembuatwaktu pembelajaran dipersingkat karenakebanyakan media hanya memerlukan waktu singkatuntuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajarandalam jumlah cukup banyak dan kemungkinannyadapat diserap oleh siswa.3. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkanbilamana integrasi kata dan gambar sebagaimedia pembelajaran dapat mengkomunikasikanelemen-elemen pengetahuan dengan cara yangterorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.4. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di manadiinginkan atau diperlukan terutama jika mediapembelajaran dirancang untuk penggunaan secaraindividu.5. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajaridan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.6. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif;beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulangmengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkandihilangkan sehingga ia dapat memusatkanperhatian kepada aspek penting lain dalam prosesbelajar mengajar, misalnya sebagai konsultan ataupenasihat siswa (Arsyad, 1996).Media Pembelajaran Berbasis Informatics andCommunication Technology (ICT)Seiring dengan perkembangan zaman, dunia informatikadan komunikasi semakin mengalami kemajuan


JURNAL EDUKASI IGIyang pesat. Perkembangan ini tentunya berkaitan eratdengan perkembangan dunia komputer. Penggunaanmedia pembelajaran berbasis ICT menunjuk kepadape nggunaan komputer dan perangkat-perangkatpen dampingnya sebagai media yang digunakan. Denganbantuan komputer, dapat diajarkan cara-caramencari informasi baru, menyeleksinya dan kemudianmengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadapsuatu pertanyaan (Roestiyah, 2001). Secara teori, suatukomputer memiliki kekuatan keahlian yang lebihdaripada seorang guru. Karena komputer dapat:1. menyimpan pendapat dari beberapa informasi;2. memilih informasi tersebut dengan kecepatan tinggi;3. menyajikan pada siswa dengan tanda diagram yangmenantang;4. memberi jawaban tipe kebutuhan siswa;5. memberi umpan balik kepada siswa secara individualsecepatnya;6. memiliki sejumlah perbedaan, dengan siswa yangberbeda-beda. (Roestiyah, 2001).Dengan menggunakan beberapa software yangtersedia, komputer dapat diprogramkan untuk memilikipotensi mengajar dengan tiga cara, ialah:1. Tuition.Dalam hal ini program menuntut komputer untukberbuat sebagai seorang tutor yang memimpinsiswa melalui urutan materi yang mereka harapkanmenjadi pokok pengertian.2. SimulationPada bentuk kedua ini, siswa dapat berinteraksi.Siswa dapat menyebut informasi, sehingga dapatsampai pada jawabannya, karena mereka berpikirsehat, mencobakan interpretasinya dari prinsipprinsipyang telah ditentukan.3. Data - crunchingDalam hal ini, komputer digunakan sebagai suatupenelitian sejumlah data yang luas, atau manipulasidata dengan kecepatan tinggi (Roestiyah, 2001).Karakteristik Materi Persamaan danPertidaksamaan Kuadrat di SMKMateri Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadratmerupakan salah satu kompetensi dasar yang terdapatpada Standar Kompetensi Memecahkan MasalahBerkaitan Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linierdan Kuadrat.Materi-materi yang diajarkan dalam kompetensidasar ini adalah:1. Bentuk umum persamaan kuadrat2. Himpunan penyelesaian persamaan kuadrat3. Menyusun persamaan kuadrat baru4. Pengertian pertidaksamaan kuadrat5. Himpuan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat6. Aplikasi pada bidang bisnisyang cukup tinggi. Untuk itu, maka dalam makalah iniakan diperkenalkan program aplikasi komputer yangsebenarnya sudah familiar dan dapat dengan mudahdipelajari. Program aplikasi yang digunakan untukmenyajikan materi di atas adalah Microsoft Officeditambah dengan sedikit program Maple.PEMBAHASANKarakteristik materi Persamaan dan PertidaksamaanKuadrat menarik untuk dimanipulasi menjadi bahanpelajaran digital, untuk selanjutnya dijadikan mediapembelajaran berbasis ICT. Dalam hal ini, manipulasiterhadap materi ini akan menjadikan komputer memilikipotensi mengajar sebagai tuition dan simulation. Untukmengembangkan media ini beberapa hal yang harusdikondisikan dan dipersiapkan dengan baik adalah (1)persiapan materi pelajaran, (2) Persiapan LaboratoriumKomputer dan Perangkat Pendukungnya, dan (3) Teknikpenyampaian materi kepada peserta didik.Persiapan Materi Pelajaran1) Materi pelajaran disusun secara digitaldalam bentukfile presentasi dengan menggunakan programaplikasi Microsoft Office PowerPoint, dikombinasikandengan program aplikasi Ms. Office Word dan Ms.Office Excel. Untuk beberapa tampilan animasi dapatdipergunakan program Maple.2) Penyusunan materi pelajaran dikondisikan sede mikianrupa, baik dari segi tampilan, pemilihan katadan animasi, sehingga peserta didik dimungkinkanuntuk dapat belajar secara klasikal, kelompokmaupun mandiri.3) Materi pelajaran disusun bersesuaian denganRencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),dengan waktu pertemuan sebanyak 3 pertemuan.Rancangan materi pelajaran memungkinkan siswauntuk mempelajari mempelajari lebih dalam tentangmateri yang diberikan, bahkan siswa dimungkinkanberinteraktif dengan komputer. Dalam hal dimanakomputernya terhubung dengan internet, makadisiapkan bahan pelajaran online bagi siswabersangkutan. Contoh desain halaman presentasidapat dilihat pada gambar di berikut ini.Materi-materi di atas memiliki karakteristik yangjika ditampilkan dengan program aplikasi tertentuakan menarik untuk dipelajari. Tentunya sekarang initelah tersedia banyak program animasi yang canggih.Tetapi masalahnya juga terletak pada tingkat kesulitanGambar 1. Contoh Tampilan Halaman Presentasi (a)VOL. 01 Tahun I - September 2013 |57


JURNAL EDUKASI IGIGambar 2. Contoh Tampilan Halaman Presentasi (b)Gambar 3. Contoh Tampilan Halaman Interaktif (a)Gambar 4. Contoh Tampilan Halaman Interaktif (b)Jadi intinya materi pelajaran digital ini harusmemiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Memiliki konsep matematika yang jelas. Bedanya,konsep matematika disajikan dengan lebih menarik.2. Mampu berkomunikasi dengan peserta didik.3. Mampu membangkitkan minat dan motivasi, sertamenggairahkan semangat belajar siswa.4. Mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa.Persiapan Laboratorium Komputer dan PerangkatPendukungnya1) Laboratorium komputer diset dalam formatjaringan (Local Area Network). Untuk memudahkanpemantauan terhadap aktifitas siswa, maka kelasdiatur dalam bentuk “U”, seperti ditunjukkan Gambar5.58| VOL. 01 Tahun I - September 2013Gambar 5. Setting Laboratorium Komputer2) Dengan bantuan teknisi komputer dan jaringan,materi pembelajaran diupload ke jaringan,sehingga semua komputer dapat mengakses materitersebut.(Dalam tahap lebih lanjut, materi dapatdiupload ke jaringan internet, sehingga siswa dapatmengakses materi dari rumah atau warnet. Dalampengembangan SMKN 1 Sonder sebagai ICT Center diMinahasa bagian tengah, maka telah dimungkinkandan dikembangkan jaringan internet gratis dariprogram Jardiknas Depdiknas, sehingga denganfasilitas internet gratis dan dan pengembangan Wide-Area Network (WAN) Kota, materi pelajaran yangtelah diupload ke jaringan internet dapat diakses dariluar laboratorium SMK Negeri 1 Sonder).Teknik Penyampaian Materi Kepada Peserta DidikKomunikasi dengan siswa berkaitan dengan penyampaian materi kepada siswa harus mem per ta hankanhal-hal berikut:i. Guru bertindak sebagai fasilitator dan siswa menjadipusat kegiatan.ii. Eksplorasi siswa terhadap materi tidak perludibatasi. Biarkan siswa memuaskan rasa ingintahunya. Yang penting materinya telah dirancanguntuk menanamkan konsep dengan lebih baik.iii. Kemandirian siswa dalam menyelesaikan materi.Guru hanya membantu jika ada siswa yang bertanya.Dalam proses belajar, siswa diberikan kebebesanuntuk mengembangkan diskusi dengan temansekelas.Berkaitan dengan penyampaian materi ini, maka


JURNAL EDUKASI IGIdalam 3 kali pertemuan dirancang kegiatan sebagaiberikut:1) Pada pertemuan pertama, dengan menggunakanperangkat LCD Projector, guru menjelaskan secaraumum tentang peta materi pelajaran. Termasukdidalamnya link-link yang dibuat untuk mengakseshalaman-halaman tertentu. Guru menyiapkanperangkat lembar kerja yang berisi sejumlah tugasyang berkaitan dengan materi pembelajaran.Tugas-tugas seluruhnya telah tersedia dalammateri pelajaran tersebut. Selebihnya dari waktupenjelasan guru, diberikan kepada siswa untukmengeksplorasi materi pelajaran. Guru memberikesempatan kepada siswa jika ingin menanyakanhal-hal yang tidak jelas atau tidak dipahami.2) Pada pertemuan kedua, waktu seluruhnya diberikankepada siswa untuk mempelajari materiyang diberikan. Batasan terhadap cakupan materitidak lagi diberikan, karena kepada siswa diberikankeluasan untuk berkembang sesuai dengan tingkatpemahamannya. Guru sepenuhnya bertindaksebagai pendamping, dan hanya menjawab hal-halyang ditanyakan oleh siswa.3) Pada pertemuan ketiga, kegiatannya sama dengankegiatan pada pertemuan kedua, hanya saja padabagian akhir kegiatan, guru memberikan ujiantertulis kepada siswa.4) Untuk memperdalam materi yang diberikan,dengan berkoordinasi pada penanggung jawablaboratorium komputer, pada waktu-waktu tertentu(misalnya jam istirahat atau tidak ada guru), siswadapat diberikan kesempatan untuk mengekplorasimateri yang telah tersedia, tanpa kehadiran gurumata pelajaran.DAFTAR PUSTAKAArsyad, A. 2007. Media Pembelajaran, Jakarta: PTRajaGrafindo Persada.Djamarah dan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar,Jakarta: PT Rineka Cipta.Mautang, T. 2005. Pedoman Praktis Menyusun KaryaIlmiah, Kawangkoan: Artgym Press.Mustolih. 2007. Multimedia dalam Pembelajaran(Online), (http://mustolihbrs.wordpress.com/2007/12/04/multi-media-dalampembelajaran/diakses29 Januari 2008)Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT Rineka Cipta.Sudrajat, A. 2007. Media Pembelajaran, (Online), (http://wordpress.com/tag/media-pembelajaran/feed/ ,diakses 29 Januari 2008)Suparman, E. 2007. Manajemen Pendidikan MasaDepan, Forum Non Regular Angkatan 13 PendidikanMagiter Pendidikan Unsyiah (Online), (http://groups.google.co.id/group/nr13s2mpd/browse_thread/5f13bb5c0bd5cb6a,diakses 29 Januari2008)___________, 2007. Teknologi & Pendidikan, Wide AreaNetwork (WAN) Connection Indonesia (Online),(http://wankota.com/, diakses 30 Januari 2008)PENUTUPPembelajaran Persamaan Kuadrat danPertidaksamaan Kuadrat dengan menggunakanmedia berbasis ICT di SMK Negeri 1 Sonder dilakukandengan menyediakan materi pembelajaran digital,laboratorium komputer dalam setting Local AreaNetworkdan teknik penyampaian materi yang tepat.1. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PersamaanKuadrat dan Pertidaksamaan Kuadrat diSMK, maka penggunaan media berbasis ICT dapatditerapkan.2. Melakukan pembahasan lanjutan sehubungandengan permasalahan yang dibahas, denganmenggunakan materi pelajaran dan metode/mediayang lain pula.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |59


JURNAL EDUKASI IGIPENGGUNAAN TEKNIK BERCERITA BERANTAISEBAGAI UPAYA MENGOPTIMALKAN KETERAMPILAN BERBICARAPADA PESERTA DIDIK KELAS VII-D SMP NEGERI 3 BONANGKABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2008/2009Oleh: Hening Wulandari*Abstrak: Dalam realita di kelas VII D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak, pembelajaranberbicara terkendala oleh tidak adanya rasa percaya diri pada segenap peserta didik. Masalah yangditeliti dalam penelitian ini adalah penggunaan teknik tutur bersambung untuk mengoptimalkankemampuan bercerita pada peserta didik kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten DemakTahun 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik tutur bersambungpada pembelajaran kemampuan bercerita peserta didik kelas VII D SMP Negeri 3 Bonang KabupatenDemak dapat meminimalkan munculnya rasa takut, malu, dan apatis yang dialami peserta didikketika disuruh bercerita. Terbukti mereka semua berani tampil bercerita di depan teman-temansekelasnya. Keberhasilan itu juga didukung hasil uji kompetensi kemampuan bercerita pada siklus 1dengan tingkat ketuntasan sebesar 65% dan siklus 2 meningkat menjadi 70%.Kata Kunci: cerita berantai, keterampilan berbicara.Abstract: Building (grade VII D at SMP Negeri 3 Bonang, Demak Regency) students’ speaking skills ischallenging. This is as a result of students’ low confidence. This research is an attempt to try to solvethis problem. It is proposed that using chain stories can be a technique to optimize students’ abilityin telling stories. Finding of this research shows that using chain stories in learning can help studentsfeel less frightened, less shy, and also decrease students’ apathy, that are usually felt by the studentswhen they are asked to tell stories in front of the classroom. It is proven that all of the studentsbecame brave to tell stories in front of the whole classroom. This success is also proven by the resultsof the competency test which shows the students score of completeness of telling stories whichincreased from 65% (1 st cycle) to 70% (2 nd cycle).Key word: chain strory, speaking skill.PENDAHULUANBerdasarkan pengamatan ketika berlangsungpembelajaran di kelas VII-D SMP Negeri 3 BonangKabupaten Demak. Angka partisipasi berbicarapeserta didik di kelas ini sangat kurang. Melaluiobeservasi langsung di kelas VII-D, dari 31 siswa di kelastersebut, baru sekitar 30% dari peserta didik di kelasyang sudah memanfaatkan kesempatan berbicaraketika ada penawaran dari guru. Sebagian besar darimereka cenderung tidak memanfaatkan peluangberbicara karena takut, apatis, dan terkekang oleh rasamalu yang berlebihan. Hal itu tentu saja berdampakterhadap kegiatan diskusi kelompok maupun diskusikelas yang menjadi tidak sesuai dengan harapan karenatidak terjadi partisipasi berbicara yang merata.Setelah peneliti mewawancarai peserta didik dikelas tersebut kemudian dilakukan diskusi antarapeneliti dengan guru mitra, teridentifikasi adanyakendala psikologis yang menghambat munculnyakeberanian berbicara peserta didik. Dari pengakuanpeserta didik, terungkap bahwa mereka merasa maluketika harus berbicara di hadapan teman-teman60| VOL. 01 Tahun I - September 2013di kelasnya. Sebagian peserta didik bersikap apatisketika diberi kesempatan berbicara karena merasatidak punya tanggung jawab yang mengharuskanmereka berbicara. Kondisi semacam itu adalah akibatdari faktor tidak adanya rasa percaya diri. Oleh karenaitu, rasa percaya diri peserta didik perlu ditumbuhkanagar pembelajaran berbicara dapat berlangsungsesuai harapan dan mampu menanamkan kompetensiberbicara pada setiap peserta didik.Masalah-masalah dalam pembelajaran berbicaradi SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak meliputi(1) partisipasi aktivitas berbicara peserta didik sangatrendah; (2) sebagian besar peserta didik mengalamikendala psikologis berupa rasa malu, takut dan tidakpunya rasa percaya diri dalam melakukan aktivitasberbicara; (3) peserta didik juga bersikap apatis ketikadiberi kesempatan berbicara; dan (4) kurang variatifnyateknik pembelajaran berbicara oleh guru untukmereduksi kendala psikologis, menumbuhkan rasapercaya diri dan memberikan tanggung jawab kepadapeserta didik dalam aktivitas berbicara.Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasitersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini


JURNAL EDUKASI IGIadalah, apakah penggunaan teknik Bercerita Berantaidapat mengoptimalkan keterampilan berbicara pesertadidik kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang KabupatenDemak tahun pelajaran 2008/2009.Tujuan umum penelitian ini adalah untukmengoptimalkan penguasaan kompetensi berbicarapada peserta didik kelas VII-D SMP Negeri 3 BonangKabupaten Demak tahun pelajaran 2008/2009. Secarakhusus, tujuan yang hendak dicapai adalah untukmengetahui hasil dari penggunaan teknik BerceritaBerantai dalam mengoptimalkan penguasaankompetensi berbicara pada peserta didik kelas VII-DSMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak tahunpelajaran 2008/2009.Ada dua manfaat yang diharapkan dapat diperolehdari hasil penelitian tindakan kelas ini, yaitu manfaatteoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, hasilpenelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan teknikpembelajaran sebagai alternatif untuk (1) meningkatkanmutu pembelajaran agar lebih kreatif dan inovatif; dan(2) menjadi pijakan dalam kegiatan penelitian lanjutantentang permasalahan yang sama dengan penelitianini, baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagiguru, siswa, dan sekolah. Bagi guru, hasil penelitian inidapat menambah referensi tentang penggunaan teknikpembelajaran yang lebih variatif dan inovatif agarpembelajaran berlangsung dengan menyenangkan.Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadibahan penguasaan kompetensi bercerita denganpembelajaran yang bervariasi sehingga lebih menjadimudah dan menarik. Bagi sekolah, hasil penelitian inidapat menjadi masukan yang sangat bermanfaat untukmenentukan arah dan kebijakan sekolah, khususnyadalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.KAJIAN PUSTAKAKeterampilan BerbicaraPengertian tentang berbicara menurut Tarigan(1983:127) bahwa berbicara adalah kemampuanmengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas katakatauntuk mengekspresikan, menyatakan, sertamenyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.Pada bagian lain, Tarigan juga menyampaikanpandangannya tentang berbicara dari sisi bentuk atauwujudnya, yaitu suatu alat untuk mengomunikasikangagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkansesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengaratau penyimak.Dengan mengutip pendapat Mulgrave (1954:98),Tarigan mengemukakan bahwa berbicara adalahkemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasaatau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran.Dari aspek-aspek yang dilibatkan dalam berbicara,lebih lanjut Mulgrave juga menyampaikan bahwaberbicara merupakan bentuk perilaku manusia yangmemanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik,dan linguistik secara ekstensif.Berbicara merupakan wujud dari aktivitas lisandalam berkomunikasi. Untuk menunjang keberhasilankomunikasi melalui kegiatan berbicara tidak hanyaberkaitan dengan apa yang dikatakannya melainkanjuga berkaitan dengan bagaimana mengatakannya.Sebagai sebuah keterampilan, berbicara sangatmemerlukan pelatihan secara intensif. Bahwaada yang memandang keterampilan berbicaramerupakan bakat, maka bakat yang ada tentu tidakakan berkembang secara efektif jika tidak dilakukanpelatihan yang intensif. Oleh karena itu, pembelajaranbahasa Indonesia menempatkan berbicara sebagaisalah satu aspek keterampilan yang harus dimiliki olehsetiap peserta didik melalui penguasaan kompetensikompetensiberbicara.Dengan demikian, dalam pembelajaranketerampilan berbicara di sekolah, selain diarahkanpada materi atau isi pembicaraan juga harus diarahkanagar peserta didik mampu menyampaikan materipembicaraan dengan teknik yang benar. Adapunkunci utama agar peserta didik mampu menguasaikompetensi berbicara adalah mereka memilikiantusiasme dan keberanian dalam berbicara. Artinya,sebelum peserta didik memperoleh arahan untukmenguasai materi dan teknik berbicara, mereka haruslebih dulu memiliki rasa percaya diri dalam bericara.Pembelajaran Keterampilan BerbicaraHakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.Hakikat belajar sastra adalah memahami manusia dannilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, hakikatpembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ialahpeningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasidalam bahasa Indonesia yang baik dan benar secaralisan dan tulis.Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikankepada para siswa meliputi empat aspek, yaitumenyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Di antarakeempat aspek tersebut dalam penelitian ini, penulishanya berfokus pada aspek berbicara. Aspek berbicaraini dipilih karena sangat mendukung terjadinya prosesberkomunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicarasiswa belajar berkomunikasi.Berbicara merupakan suatu proses penyampaianinformasi, ide atau gagasan dari pembicara kepadapendengar. Si pembicara berdudukan sebagaikomunikator sedangkan pendengar sebagaikomunikan. Informasi yang disampaikan secara lisandapat diterima oleh pendengar apabila pembicaramampu menyampaikannya dengan baik dan benar.Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakanfaktor yang sangat mempengaruhi kemahiranseseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicaraharus memiliki kemampuan dan keterampilan untukmenyampaikan informasi kepada orang lain. Hal inibermakna bahwa pembicara harus memahami betulbagaimana cara berbicara yang efektif sehingga oranglain (pendengar) dapat menangkap informasi yangdisampaikan pembicara secara efektif pula.Untuk dapat menjadi seorang pembicara efektif,ten tu dituntut kemampuan menangkap informasisecara kritis dan efektif. Karena dengan memilikiVOL. 01 Tahun I - September 2013 |61


JURNAL EDUKASI IGIketerampilan menangkap informasi secara efektifdan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggangrasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehinggapendengar dapat pula menangkap informasi yangdisampaikan pembicara secara efektif.Menurut Nuraeni (2002), “Banyak orangberanggapan berbicara adalah suatu pekerjaan yangmudah dan tidak perlu dipelajari.” Untuk situasi yangtidak resmi barangkali anggapan ini ada benarnya,namun pada situasi resmi pernyataan tersebut tidakberlaku. Kenyataannya tidak semua siswa yang beranidan mau berbicara di depan kelas, sebab merekaumumnya kurang terampil sebagai akibat darikurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasaIndonesia merasa perlu melatih siswa untuk berbicara.Latihan pertama kali yang perlu dilakukan guru ialahmenumbuhkan keberanian siswa untuk berbicara.Hambatan dalam Pembelajaran KeterampilanBerbicaraSeperti dikemukakan di atas bahwa keterampilanberbicara tidak hanya berkaitan dengan isipembicaraan tetapi juga berkaitan dengan bagaimanamenyampaikan isi pembicaraan. Seorang pembicaraperlu memiliki kemampuan untuk menyampaikanisi pembicaraan. Seorang pembicara perlu memilikikemampuan berbahasa, kemampuan bertutur denganlafal yang baik, intonasi yang tepat, gesture yangmenarik, dan mimik yang tepat. Sebelum berlatihtentang kemampuan pendukung keterampilanberbicara, seorang pembicara juga harus mampumengatasi kendala psikologis yang sering mengganggupenampilan berbicara, seperti rasa malu, takut, gugupatau kurang percaya diri.Ada banyak alasan yang menyebabkan orang merasatakut sebelum tampil, seperti (1) takut ditertawakan;(2) takut berhenti di tengah pembicaraan; (3) takut adayang lebih tinggi kedudukannya; (4) takut karena takmenguasai tema; (5) takut membuat kesalahan; dan (6)takut mendapat kritik.Hambatan mental seperti tersebut juga menjadikendala bagi peserta didik dalam proses pembelajaranberbicara di kelas. Tidak sedikit siswa yang gagal dalamtampil berbicara karena hambatan yang berasal daripsikologisnya. Bahkan, seringkali hambatan itu sudahdirasakan sebelum peserta didik tampil berbicaradi depan teman sekelasnya. Hambatan yang palingdominan dirasakan peserta didik dalam tampilberbicara adalah rasa malu karena menganggapdirinya tidak bisa berbicara, rasa takut karena khawatirapa yang dilakukannya merupakan sebuah kesalahandalam penilaian guru, dan diliputi rasa gugup karenaharus berbicara secara langsung di hadapan pendengar,atau hilangnya rasa percaya diri. Hambatan-hambatanitu akhirnya menyebabkan pembelajaran berbicaramenjadi tidak bisa optimal.Pembelajaran Berbicara dengan Teknik BerceritaBerantaiMengingat pentingnya pengajaran berbicarasebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan62| VOL. 01 Tahun I - September 2013berbahasa lisan di tingkat sekolah menengah pertama,penulis menggunakan teknik pengajaran berbicaraengan Bercerita Berantai. Menurut Tarigan (1990),penerapan teknik Bercerita Berantai ini dimaksudkanuntuk membangkitkan keberanian siswa dalamberbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian,diharapkan kemampuan berbicaranya menjadimeningkat.Teknik Bercerita Berantai bisa dimulai dari seorangsiswa yang menerima informasi dari guru, kemudiansiswa tadi membisikkan informasi itu kepada temanlain, dan teman yang telah menerima bisikanmeneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulahseterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitusiswa yang mana yang menerima informasi yang benaratau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentuakan salah pula menyampaikan informasi kepadaorang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yangditerima oleh siswa itu benar tetapi mereka kelirumenyampaikannya kepada teman yang lain.Tarigan (1990) berpendapat bahwa teknik BerceritaBerantai adalah salah satu teknik dalam pengajaranberbicara yang menceritakan suatu cerita kepadasiswa pertama, kemudian siswa pertama menceritakankepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian ceritatersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yangpertama. Secara lebih rinci, Tarigan menyebutkan teknikcerita bersambung dengan cara (1) guru menyusunsuatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas; (2)cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa;(3) siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpamelihat teks, kepada siswa kedua; (4) siswa keduamenceritakan cerita itu kepada siswa ketiga; (5) siswaketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswapertama; (6) sewaktu siswa ketiga bercerita suaranyadirekam; (7) guru menuliskan isi rekaman siswa ketigadi papan tulis; dan (8) hasil rekaman dibandingkandengan teks asli cerita.Penggunaan teknik Bercerita Berantai bermanfaatdalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa,antara lain (1) pembelajaran berlangsung lebih efektif;(2) keaktifan siswa lebih meningkat; (3) terjadi interaksiyang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswadengan guru; dan (4) proses pembelajaran berjalanlebih terarah dan lebih menarik.Di samping manfaat di atas, penerapan teknikBercerita Berantai menurut hasil temuan di lapanganmemiliki beberapa kendala dan hambatan, antaralain (1) waktu yang tersedia masih kurang mencukupi;(2) memerlukan kecermatan dalam memberikanpenilaian; dan (3) kalimat yang panjang lebih dari tigakalimat masih sulit untuk disimak.Berdasarkan identifikasi masalah dan kajian teoridi atas, diperoleh kerangka berpikir bahwa untukmenumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didikmaka hambatan-hambatan psikologis dalam berbicaraharus diatasi. Selain itu perlu juga dilakukan penanamankonsep diri yang bisa menjadi motivasi intrinsik padasaat berbicara bagi peserta didik, yaitu dengan caramenanamkan keyakinan kepada peserta didik bahwamereka mampu berbicara dengan baik di depan


JURNAL EDUKASI IGIteman-teman sekelasnya. Adapun jenis tindakan yangakan dilakukan dalam penelitian ini adalah denganpenggunaan teknik Bercerita Berantai.Gambar 1. Bagan Kerangka BerpikirBerdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yangtelah dikemukakan pada bagian sebelum ini, makapeneliti menduga, bahwa penggunaan teknik BerceritaBerantai dapat mengoptimalkan keterampilanbercerita pada peserta didik di kelas VII-D SMP Negeri3 Bonang Kab. Demak, Jawa Tengah.METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 BonangKabupaten Demak pada tahun 2008/2009, sejak bulanJuli sampai dengan Oktober 2008. Subjek penelitian iniadalah peserta didik kelas VII-D SMP.Data penelitian ini diperoleh dari peserta didiksebagai subjek penelitian maupun teman sejawatsebagai kolaborator yang membantu melakukanobservasi pada saat penelitian dilaksanakan.Pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik,yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukandalam bentuk tes unjuk kerja atau uji performansiuntuk menilai kemampuan bercerita para pesertadidik. Adapun teknik nontes dilakukan dalam bentukobservasi selama dilaksanakan tindakan.Pengumpulan data menggunakan rubrik penilaianunjuk kerja dengan deskriptor dan skala penilaianyang sebelumnya telah disepakati bersama antaraguru dengan peserta didik. Pada teknik nontes, alatpengumpulan data yang digunakan adalah pedomanobservasi untuk merekam data tentang keaktifandan keantusiasan peserta didik dalam mengikutipembelajaran.Pengujian validitas alat pengumpul data dalampenelitan ini dilakukan dengan uji validitas ukuran atauvaliditas norma, standar, atau kriteria (Nurgiyantoro,2001:104). Instrumen diuji melalui diskusi dengankolaborator (peer review) maupun konsultasi denganpembimbing ahli. Hal itu dilakukan untuk melihatapakah alat ukur yang digunakan dalam penelitianini benar-benar mampu mengukur peningkatankemampuan bercerita peserta didik dan mengukurpeningkatan kemampuan bercerita peserta didik darisiklus ke siklus berikutnya.Analisis data dilakukan secara kuantitif maupunkualitatif. Data kuantitatif yang berupa skor hasil unjukkerja siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif.Analisis deskriptif kuantitatif ini dilakukan denganmencari rerata nilai yang diperoleh peserta didik,persentase ketuntasan pada setiap unsur penampilanyang dinilai, dan ketercapaian batas ketuntasan belajaraspek berbicara yang ditetapkan.Data kualitatif yang berupa informasi rekamanaktivitas peserta didik selama proses pembelajaranberlangsung akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.Analisis ini akan dilakukan dengan pengelompokandata kemudian diinterpretasikan serta dideskripsikansebagai suatu simpulan hasil pengamatan.Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, karenadidasari pertimbangan efisiensi waktu yang tersediauntuk penelitian ini. Masing masing siklus terdiri atasperencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Pada siklus pertama, tahap perencanaan diisidengan kegiatan (1) identifikasi masalah dan penetapanalternatif pemecahan masalah; (2) perencakan teknikbercerita berantai; (3) menentukan kompetensidasar yang akan dibelajarkan; (3) menyusun skenariopembelajaran berdasarkan teknik yang dipilih; (4)menyusun bahan cerita yang akan diberikan kepadapeserta didik; (5) menyusun rubrik penilaian; dan (6)menyusun format instrumen observasi.Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama terdiriatas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, danbagian penutup. Pada bagian awal, kegiatan yangdilakukan meliputi (1) peserta didik diajak berdialogtentang tokoh-tokoh yang memperoleh kesuksesandari aktivitas berbicara; dan (2) peserta didik diajakberdialog tentang cara mengatasi hambatan psikologisdalam berbicara.Pada bagian inti, pelaksanaan tindakan diisi dengankegiatan (1) penjelasan tentang kegiatan pembelajaranbercerita dengan teknik bercerita berantai; (2) setiapkelompok menerima media cerita bergambar yangharus mereka ceritakan; (3) peserta didik berdiskusikelompok untuk membagi tugas penceritaan sekaligusberlatih bersama; (4) setiap kelompok menampilkanpenceritaan melalui anggotanya sesuai urutan cerita,yang ditampilkan dengan lafal, ekspresi, intonasi, dangerak yang tepat; dan (5) peserta didik dari kelompoklain menjadi pendengar.Pada bagian penutup pembelajaran, kegiatan yangdilakukan meliputi (1) peserta didik diajak berdialogtentang pesan yang bisa mereka temukan dalamcerita; dan (2) peserta didik diminta menyampaikanpendapatnya tentang pelaksanaan pembelajaran yangbaru saja mereka lakukan.Setelah pelakasanaan tindakan, peneliti melakukanpengamatan dan refleksi. Pengamatan dilakukanVOL. 01 Tahun I - September 2013 |63


JURNAL EDUKASI IGIdengan menggunakan instrumen yang telah disusununtuk melakukan penilaian hasil tindakan. Refleksidilakukan dengan cara mendiskusikannya dengankolaborator untuk membahas tentang pelaksanaantindakan.Hasil refleksi pada siklus pertama dijadikan dasaruntuk merancang pelaksanaan tindakan pada sikluskedua. Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua hampirsama dengan tahap-tahap pada siklus pertama, tetapiintensitas dan variasi tindakan pada siklus kedua lebihditingkatkan.Prosedur pelaksanaan penelitian digambarkandengan diagram berikut ini.64Gambar 2. Bagan Prosedur Pelaksanaan PenelitianUntuk mengukur hasil tindakan pada penelitian inidigunakan indikator kinerja yang meliputi (1) pada akhirsiklus pertama diharapkan minimal 65% peserta didikdi kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demakmampu bercerita di hadapan teman-teman sekelasnyadengan nilai penampilan memenuhi kriteria ketuntasanminimal yang ditetapkan oleh sekolah; dan (2) padaakhir siklus kedua diharapkan minimal 80% pesertadidik di kelas VII-D SMP Negeri 3 Bonang KabupatenDemak mampu bercerita di hadapan teman-temansekelasnya dengan nilai penampilan memenuhi kriteriaketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANDeskripsi Kondisi AwalPembelajaran keterampilan berbicara pada pesertadidik SMP Negeri 3 Bonang Kabupaten Demak,khususnya di kelas VII-D belum dapat berlangsungsebagaimana idealnya. Pembelajaran berbicaratidak menyentuh esensi pembentukan kompetensiberbicara pada peserta didik. Hal itu disebabkan olehsikap peserta didik yang menolak ketika disuruh tampil| VOL. 01 Tahun I - September 2013berbicara di depan teman-temannya. Oleh karena itu,dalam mengawali penelitian ini, penulis melakukanobservasi awal (prasiklus) melalui wawancara langsungdan pengisian angket dengan peserta didik di kelasVII-D untuk mengetahui penyebab kondisi pesertadidik yang seperti itu.Hasil yang diperoleh dari observasi prasiklustersebut menunjukkan bahwa sebagian besarpeserta didik mengalami kendala psikologis ketikaharus berbicara di depan teman-teman sekelasnyasebagai representasi massa atau orang banyak. Hal ituterungkap dari hasil angket tentang penyebab merekatidak mau berbicara jika diberi kesempatan berbicaradi depan teman-temannya. Data menunjukkan bahwadi atas 85% peserta didik merasa malu dan hanya 10%peserta didik menjawab tidak malu, sedangkan 5%peserta didik tidak tahu.Selain merasa malu, 75% peserta didik merasa takut,20% peserta didik menjawab tidak takut, sedangkan5% peserta didik menjawab tidak tahu. Selain rasa maludan takut, penulis juga menanyakan apakah pesertadidik perlu melakukan kegiatan berbicara di depanteman-teman sekelasnya jika diberi kesempatan olehguru. Untuk opsi ini hanya 10% siswa yang menjawabperlu, 85% menjawab tidak perlu, sedangkan 5%merasa tidak tahu.Dari wawancara langsung secara informal, penulismemperoleh gambaran bahwa peserta didik inginpembelajaran berbicara dilakukan dengan bentuk yangtidak seperti biasanya. Mereka ingin agar bisa tampilsecara adil, artinya semua siswa di kelas itu merasakantampil berbicara di depan teman-teman sekelasnya.Untuk itulah penulis merasa perlu mengelaborasiberbagai kendala psikologis berupa rasa malu, takutdan apatis tersebut dengan menggunakan mediacerita bergambar.Hasil Tindakan pada Siklus Pertama dan KeduaPada pembelajaran siklus pertama dan keduadilakukan pengamatan terhadap aktivitas gurudan peserta didik selama kegiatan pembelajaran.Dari catatan guru mitra sebagai kolaborator yangmelakukan observasi, diperoleh data rekaman aktivitaspeserta didik selama proses pembelajaran siklus satumaupun dua.Dalam penelitian yang terdiri atas dua siklus ini,tercatat berbagai perubahan, baik dari sisi perlakuanterhadap peserta didik maupun perubahan sikap,minat dan hasil yang diperoleh peserta didik. Secarajelas, hal itu dapat penulis paparkan dalam tabel-tabelberikut ini.


JURNAL EDUKASI IGITabel 1. Hasil Pengamatan Sikap Peserta Didik dalamPembelajaranNo.Aktivitas Peserta Didikyang Diamati1 Aktif mendengarkanketika gurumenjelaskan materipelajaran23Tidak memperhatikanpenjelasan guruSibuk atau ramai tanpatujuan yang jelasSiklus 1 Siklus 2Jml. Persen Jml. Persen25 80% 27 88%4 12 4 12%2 8% 0 0%Jumlah 31 100% 31 100%Data pada Tabel 1 menunjukkan gambaranperubahan sikap peserta didik yang menunjukkangejala positif pada siklus pertama hingga siklus kedua.Hal itu ditandai dengan perubahan jumlah pesertadidik yang sibuk dengan urusan sendiri atau ramaitanpa tujuan yang jelas. Pada akhir siklus pertamamasih ada dua peserta didik yang bersikap negatif,namun pada akhir siklus kedua sudah tidak ada yangbersikap negative.Penilaian uji kompetensi kemampuan berceritadengan aspek penilaian pada kualitas pelafalan,intonasi, ekspresi wajah, ekpresi gerak tubuh, dankeruntutatn cerita, juga menunjukkan peningkatanhasil. Hal itu tampak dari perolehan nilai akhir darimasing-masing peserta didik. Pada siklus pertamasecara klasikal tercatat lebih dari 65% peserta didiksudah mampu bercerita sesuai dengan tujuanpembelajaran pada kompetensi ini. Dari 31 pesertasebanyak 2 peserta didik mendapat nilai di atas 75,sebanyak 11 peserta didik memperoleh nilai antara70 – 75, ada 9 peserta didik mendapat nilai kurang dari70.Siklus kedua menunjukkan bahwa lebih dari 80%peserta didik telah memperoleh nilai memenuhi batasketuntasan. Dari 31 peserta didik pada kelas VII-A,sebanyak 4 peserta didik mendapat nilai di atas 85,sebanyak 18 peserta didik memperoleh nilai antara 80– 85, ada 9 peserta didik memperoleh nilai di bawah 80.Hasil uji kompetensi dari kedua siklus menunjukkankenaikan. Ketika pada akhir siklus pertama masihterdapat peserta didik yang memperoleh nilai kurangdari 65, namun pada akhir siklus kedua hampir semuapeserta didik dapat melewati batas nilai terendah 75kecuali dua peserta didik. Kenaikan ini selain disebabkanoleh upaya peserta didik untuk tampil berceritadengan lebih baik pada siklus kedua, juga disebabkanoleh semakin jelasnya prosedur dan cara penilaiansebaya yang dilakukan oleh peserta didik. Aspekpenilaian pada ekspresi baik mimik maupun gestureyang hasilnya rendah pada siklus pertama mengalamikenaikan pada siklus kedua karena guru memberikanterapi motivasi agar peserta didik berkespresi sebaikbaiknyadan kepada mereka diberikan contoh nyatamelalui pemodelan oleh guru.Seiring dengan kenaikan nilai dalam uji kompetensibercerita, persentase ketercapaian pada setiap aspekyang dinilai dalam kompetensi bercerita juga naik.Namun demikian sampai akhir siklus kedua, aspekekspresi gerak atau gesture persentase pencapaiannyamasih di bawah 60% yaitu baru 59%. Aspek yang lainsudah dapat mencapai persentase ketercapaian di atas60%. Hal itu berarti bahwa pada kegiatan pembelajaranberikutnya, guru perlu memberikan terapi motivasi danpemodelan nyata sebelum peserta didik diminta tampilberbicara di depan teman-teman sekelasnya agarmereka tidak canggung dalam melakukan ekspresigerak sebagai pendukung keberhasilan berbicara.Penguasaan masing-masing aspek dalam dua siklussecara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 2. Persentase Ketercapaian Setiap AspekKompetensi BerceritaNo. Aspek yang Dinilai Siklus 1 Siklus 2 Keterangan1 Kualitas pelafalan 74,2% 95,2% naik 21%2 Intonasi 72,6% 75% naik 2,4%3 Ekspresi mimik/wajah 65,3% 69,4% naik 4,1%4 Ekpresi gerak/gesture 66,3% 75,8% naik 9,3%5 Keruntutan cerita 69,4% 91,1% naik 21,7%Hasil angket untuk merekam tanggapan siswaterhadap penerapan pembelajaran bercerita denganteknik Bercerita Berantai positif. Hasil angket itumenggambarkan bahwa dari 31 peserta didik di kelasVII-D, lebih dari 75% peserta didik merasakan bahwapembelajaran bercerita dengan teknik BerceritaBerantai sangat menarik. Mereka juga sangat setujubahwa dengan bercerita secara bersama teman satukelompok membuat mereka merasa tidak takut dantidak malu lagi untuk tampil berbicara di depan temantemansekelas.PENUTUPBerdasarkan hasil-hasil penelitian penulis dapatmenyimpulkan dua hal. Pertama, penerapan teknikbercerita berantai dapat menghilangkan kendalapsikologis (rasa takut, malu, dan apatis) yang dialamipeserta didik kelas VII-D SMP Negeri 3 BonangKabupaten Demak ketika disuruh tampil berbicara didepan teman-teman sekelas. Kedua, hilangnya kendalapsikologis yang dialami siswa kelas VII-D SMP Negeri3 Bonang Kabupaten Demak ketika berbicara dapatmengoptimalkan penguasaan kompetensi berceritadengan memperhatikan ketepatan intonasi, kualitaspelafalan, ekspresi wajah (mimik), ekspresi gerak(gesture), dan keruntutan cerita.Berdasarkan pada simpulan-simpulan yangdiperoleh dalam penelitian ini, penulis menyarankankepada para guru Bahasa Indonesia, sebelummelakukan penanaman kompetensi berbicara kepadapeserta didik, sebaiknya guru mengidentifikasi secarateliti apakah peserta didik tersebut memiliki kendala,terutama kendala psikologis yang dapat mengganggukeberhasilan mereka dalam berbicara di depan umum.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |65


JURNAL EDUKASI IGIDAFTAR PUSTAKANuraeni, Euis dan Agus Supriatna. 2002. PenataranTertulis Tipe A untuk Guru-Guru SLTP Jurusan BahasaIndonesia. Jakarta: Depdiknas.Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam PengajaranBahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE UGM.Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1990. Teknik PengajaranKeterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.Tarigan, Henry Guntur. 1983. Prinsip Dasar Sastra.Bandung: Angkasa.66| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIIMPLEMENTASI TEKNIK BERPARTNERUNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITADALAM PEMBELAJARAN BAHASA (ASING)Oleh Dwi Imroatu Julaikah., SPd.,M.PdAbstrak: Berbicara merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yang mutlak dikuasai olehpembelajar bahasa (juga pembelajar bahasa asing). Salah satu kegiatan berbicara adalah berceritaNamun demikian baik berbicara maupun bercerita bukanlah hal yang mudah dilakukan.ada banyakhambatan yang muncul dalam proses belajar mengajar. Misalnya rasa takut salah mengucapkan,takut bertanya, malu, tidak tahu bagaimana mengungkapkan dsb. Salah satu cara meminimalisirhambatan tersebut adalah dengan penggunaaan teknik berpartner.Kata kunci: Teknik berpartner, Keterampilan bercerita, Pembelajaran bahasa asingAbstract: Speaking is the one of the important skills for language learners and also for foreignlanguage learners. Each Learner should have good skill in Speaking. Actually there are a lot ofactivities in speaking. One of the activities in Speaking is Telling story. Both speaking or telling story isnot simple to be done for the language learner. There are a lot of Problems or difficulties in Teaching-Learning Process. For example; the Learner feel afraid to say something, afraid to ask, afraid to say thewrong word or sentences or some time the learner do not know how to express their feeling etc. Andone alternative to minimize these difficulties ist by Implementing the partnering technique.Keywords: Speaking; telling story Skill, learning (a foreign) languageA. PENDAHULUANBerbicara merupakan satu dari empat ketrampilanberbicara yang mutlak dikuasai oleh pembelajarbahasa (asing). Pentingnya ketrampilanberbicara sebagai bagian dari kompetensi berbahasadikemukakan oleh Boerner. Boerner; (1995:160)berpendapat bahwa Schreiben oder Sprechen? Siebeide Fertigkeiten unter dem Begriff ”KommuniativeKompetence”. Artinya baik menulis atau berbicaramerupakan suatu ketrampilan yang termasuk dalamkompetensi komunikatif.Namun demikian, berbicara dalam bahasa asingbukanlah hal yang mudah dilakukan. Ada banyakhambatan yang ditemui oleh pembelajar bahasa,terutama bahasa asing. Hambatan ini dapat berupahambatan kemampuan kebahasaan dan hambatanyang berupa sikap dari pembelajar. Hambatankemampuan berbahasa dapat berupa ketidakpahamandalam menyusun kalimat, rasa malu untukmengucapkan, malu dan takut bertanya kepada dosen,tidak bisa memilih diksi yang baik. Faktor ini diperparahdengan tingkat pemahaman dan daya tangkapmasing-masing mahasiswa. Sedangkan hambatanyang berupa sikap misalnya sikap pembelajar terkesanhanya diam saja, tidak memberikan komentar, takutmengucapkan di hadapan teman-temannya, terutamabila salah mengucapkan. Situasi tersebut semakinkomplek ketika pembelajaran dilakukan secara klasikalplus faktor kejenuhan.Kesulitan lain dalam pembelajaran berbicara ataubercerita adalah faktor lupa. Seringkali pembelajarlupa pada apa yang mesti dibicarakan, bahkan tidaktahu kata-kata apa yang harus digunakan. Hal inidisebabkan, karena ketika berbicara, pembelajarharus memikirkan letak kata kerjanya, serta seringkaliterpaku pada pola; apa yang harus dibicarakan,bagaimana memformulasikan, lalu bagaimana harusmengucapkan dan pada saat yang bersamaan jugaharus memikirkan gramatik apa yang akan dipakai(Schatz, 2006:91).Oleh karena itu agar proses pembelajaran berbicaralancar, maka perlu dilakukan dan diterapkan berbagaimetode strategi yang bervariasi untuk mencapai hasilyang maksimal (Schwerdtfeger, 2001:5). Tentu sajadengan memperhatikan faktor tujuan pembelajaran,tingkat kesulitan dan kondisi belajar siswa(Wohlschlaegl 2001:16).Salah satu upaya yang dilakukan adalah denganmenggunakan teknik berpasangan (Partnerarbeit)untuk meningkatkan ketrampilan bercerita pembelajar.Bagaimana konsep teknik berpartner dalamketerampilan berbicara terutama dalam pembelajaranbahasa (asing) dan implementasinya akan diulas dalamtulisan ini.B. PEMBAHASAN1. DEFINISI BERBICARAMenurut Pateda (1989:84) berbicara adalahmenggunakan bahasa lisan secara aktif. BerbicaraVOL. 01 Tahun I - September 2013 |67


JURNAL EDUKASI IGIberperan penting dalam proses komunikasi. Begitupentingnya berbicara, menurut Billow (1961:84)dalam Pateda (1989:84) menyebutkan bahwa bahasayang terutama adalah berbicara. Berbicara itu sendirimemiliki ciri-ciri antara lain, (1) didukung olehbahasa tubuh, (2) adanya jeda, (3) seringkali terjadipengulangan, (4) adanya interaksi antara pembicaradan mendengar (Schatz, 2006:178).Berbicara juga mempunyai beberapa wujud.Wujud dari berbicara atau penggunaan bahasa secaraaktif ini bisa berupa perintah, pertanyaan, doronganpengakuan, penjelasan, pidato dsb. Sedangkan aktivitasberbicara dapat berupa; (1) Mendengarkan bunyibunyian,(2) Bunyi-bunyian dilafalkan secara berturutturut,(3) Bunyi bahasa yang didengar berwujud kataatau kalimat. (4) Bunyi bahasa tersebut di lafalkankelompok demi kelompok, (5) Kata atau kalimat yangdilafalkan mengandung pesan-pesan tertentu.Pada proses berbicara, pembicara pastilah menggunakantopik tertentu. Topik yang diangkat dalampembicaraan tergantung pada; (1) daya tarik untukdibicarakan. (2) faktual, (3) pembicara, (4) penguasaanmateri. Sedangkan proses yang dialami seseorangdalam berbicara dapat berupa; (1) persiapanrangsangan, dalam hal ini rangsangan menyebutkanusaha penyusunan kode semantis. (2) menyusungagasan dalam wujud satuan-satuan gramatikal. (3)pengungkapan. Proses pertama dan kedua beradadalam otak, sedangkan proses ketiga melalui alatberbicara Pateda (2006:84-85).Selain itu berbicara (terutama dalam bahasa asing)sebagai bahasa kedua, tentu di jumpai kesalahankesalahan.Pateda (1989;86) mengidentifikasikankesalahan yang terjadi dalam berbicara, kesalahantersebut adalah; (1) kesalahan melafalkan bunyibahasa. Kesalahan ini dapat terlihat dalam pelafalankata. (2) kesalahan dalam pemilihan kata, dalam hal inihubungannya dengan diksi, (3) kesalahan dalam halpengungkapan pikiran yang tidak jelas, (4) Kesalahandalam penggunaan struktur kalimat yang tidak tepat(SPOK), dan (5) kesalahan karena penggunaan katayang mubazir, serta (6) kesalahan dalam penggunaankata yang samar-samar, tidak jelas dan menimbulkansalah tafsir2. KETRAMPILAN BERCERITABercerita merupakan salah satu kompetensiyang harus dikuasai sesorang dalam belajarbahasa. Bercerita dapat digunakan untuk membinakecakapan berbahasa, karena melalui melalui kegiatanbercerita, proses pembelajaran akan menarik buatpembelajar yang bercerita atau pembelajar lainyang mendengarkan. Melalui kegiatan bercerita,pembelajar dapat membantu pemahaman, perluasanperbendaharaan kata dan tata bahasa pembelajarserta dapat meningkatkan penguasaan kemahiranmendengar, bertutur, membaca dan menulis dikalangan pembelajar.Ada beberapa alasan mengapa bercerita ini patutdi hadirkan dalam pembelajaran, terutama untukmeningkatkan ketrampilan berbicara. Menurut Ari68| VOL. 01 Tahun I - September 2013Prabowo dalam tulisannya yang berjudul teknikbercerita yang di akses on line 50 april 2008, alasan ituantara lain;(1) Lebih Praktis dan Fleksibel. Praktis danfleksibel, karena dapat dilakukan di kelas atau ditempatdan situasi manapun, baik di dalam atau di luar kelas,antar peserta didik, (2) Lebih murah, karena saatbercerita pembelajar dapat menggunakan alat peragasederhana. Namun demikian penggunanan teknik inidalam pelaksanaannya, juga harus memperhatikanhal penting. Hal penting tersebut antara lain; (a).Pendengar harus terlibat. Pada proses PBM, saatmahasiswa ditunjuk untuk berbicara, mahasiswa yanglain harus aktif terlibat dalam kegiatan PBM, (b). Temayang dipilih haruslah menarik bagi pembelajar.Beberapa hal yang harus di perhatikan jika menggunakanteknik ini adalah; (1) Pergunakanlah alatperaga atau alat bantu untuk memudahkan mahasiswamenjelaskan kalimat-kalimatnya, (2) bantuan berupakata kunci dan sebagainya, patut dipertimbangkanagar pembelajar lebih mudah menceritakan alurkejadian secara urut, dari awal, pertengahan hinggaakhir. Teknik bercerita ini biasa menggunakan variasiyang lain, misalnya dengan cerita berantai.3. LATIHAN- LATIHAN DALAM PBM BERBICARA.Ada banyak cara, teknik maupun strategi yang bisakita pakai dalam pembelajaran berbicara. Suyatno(2004;112) menyebutkan beberapa teknik dalampembelajaran berbicara, antara lain wawancara, pidatotanpa teks, pidato dengan teks, mengomentari karyasastra, seperti novel, debat, menjadi pembawa acara,mendeskripsikan benda, bermain peran, info berantai,cerita berangkai.Schatz (2006:43) menyebutkan beberapa latihanyang didapat digunakan dalam latihan berbicara.Latihan tersebut terangkum dalam berbagai variasilatihan berbicara. Ada 3 macam latihan yang bisadigunakan dalam pembelajaran berbicara, yaitu(1) Kettenuebungen,(2) Partneruebungen dan (1)Bildgesteuerte Uebungen. Kettenuebungen adalah salahsatu latihan berbicara yang menuntut reaksi cepatdari pembelajarnya. Latihan ini cocok digunakanuntuk melatih pengembangan kosakata pembelajar.Contohnya guru menyebutkan kata Familie (keluarga),maka peserta diharapkan meyebutkan kata Vater(ayah), Mutter (ibu), Kinder (anak-anak) dan seterusnya.Sedangkan Partneruebungen adalah latihan yangdilakukan dengan format berkelompok. Misalnya2 orang. Masing-masing kelompok bekerja untukmembuat dialog sesuai dengan tema yang ditentukanatau bebas. Bildgesteuerte Uebungen adalah latihandalam belajar berbicara dengan media gambaryang menarik. Gambar mempunyai kelebihan jikadigunakan dalam proses PBM. Barbara (1996;748)berpendapat bahwa Bilder werden schneler gelesen alsTexte. Artinya seringkali gambar lebih mudah dipahamidaripada suatu teks. Melalui gambar ini, pembelajardiharapkan dapat mendeskripsikan, menceritakan apayang mereka lihat dalam gambar.


JURNAL EDUKASI IGI4. TEKNIK BERPARTNER (PARTNERARBEIT)Sejalan dengan perkembangan waktu, metode atauteknik berkembang dengan pesatnya. Pembelajaranyang berorientasi dan terpusat pada guru mulaiditinggalkan. Beralih ke pembelajaran yang berpusatpada siswa. Salah satu pembelajaran yang berpusatpada siswa adalah pembelajaran kooperatif.Pembelajaran ini bisa diterapkan dengan berbagaimacam variasi, antara lain adalah dengan variasi danteknik berpartner (Partnerarbeit).Pembelajaran dengan siswa berpartner (Parnerarbeit)merupakan pembelajaran berkelompok dimana siswabekerja dalam kelompoknya, yang biasanya terdiri daridua orang. Zander (2011) mendefinisikan Partnerarbeitadalah salah satu bentuk pembelajaran dimana duapembelajar bekerja bersama dalam suatu prosesbelajar. Selain menciptakan atmosfer pembelajaranyang menyenangkan, pembelajaran ini bertujuanuntuk meningkatkan ketrampilan sosial pembelajar,meningkatkan motivasi belajar, membuka kesempatanyang seluasnya bagi pembelajar untuk saling bertukarpikiran dengan teman pasangannya dan jugamemungkinkan pencapaian hasil yang maksimal.Dalam pelaksanan pembelajaran ini, ada beberapahal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal itu antaralain adalah sebagai berikut; (a) Pembelajaran iniharus memperhatikan prinsip bekerjasama dalamkelompoknya. Kerjasama antar anggota dalamkelompoknya haruslah berjalan dengan baik, (b)Hendaklah memperhatikan bagaimana pembentukankelompok atau penentuan pasangan, termasuk posisitempat duduk. Sangat dianjurkan adanya kontak mataantara pembelajar, sehingga tempat duduk haruslahdiatur sedemikian rupa agar kontak mata yangdiharapkan dapat tercapai dalam proses PBM. Dan (c).Metode yang digunakan haruslah jelas.Ada banyak keuntungan jika kita menggunakanmetode ini. Wohlschlaege (2001:15) menyebutkankelebihan kelebihan metode ini sebagai berikut:(a) siswa dapat saling membantu dan bekerja samadengan pasangannya, (b) tercapai pemahaman jugasecara individual, dan (3) dapat meningkatkan prestasibelajar siswa. Namun demikian dalam penerapannyatentu saja ada hambatan hambatan. Hambatan ituantara lain adalah terjadinya konflik antar pasangan,adanya waktu yang terbuang saat pembentukankelompok, dan pasangan yang diperoleh belum tentumenyenangkan satu dengan yang lainnya5. IMPLEMENTASI TEKNIK BERPARTNER DALAMPEMBELAJARAN BERBICARA/BERCERITAPada proses belajar, teknik ini berpartner ini diimplementasikan dengan berbagai macam variasi.Namun kesemuanya dikemas secara berpasangan.Mekanisme berpasangan dapat dilakukan denganvariasi materi ajar, variasi parner dan variasi pada saatpresentasi. Berikut ini beberapa variasi yang dapatdigunakan;a. Berpartner, terdiri dari 2 pembelajar -memilih pa sangansendiri- saling interview-menghasilkan ceritadan presentasi berdua di depan kelasb. Berpartner dua-dua-pasangan ditentukanoleh pengajar-membandingkan 2 gambarmenghasilkancerita –presentasi dengan partner didalam kelompok besar (tidak di depan kelas).c. Berpartner dua dua-pasangan ditentukan - menghasilkan cerita berantai bergambar –presentasidengan partner di dalam kelompok besar.C. PENUTUPPentingnya penguasaan kompetensi berbicaradalam pembelajaran bahasa asing mutlak diperlukan.Namun demikian untuk mencapai kompetensi tersebutdengan baik bukanlah hal yang mudah dilakukan.Oleh karena itu perlu diterapkan berbagai metodeteknik dan strategi yang bervariatif untuk menguraiproblematik dlam pembelajaran berbicara. Oleh karenaitu inovasi, kreativitas dan kesungguhan pengajardalam pembelajaran ini sungguh sangat diperlukanagar peningkatan kemampuan peserta didik dalamberbicara dapat terwujud.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |69


JURNAL EDUKASI IGIDAFTAR PUSTAKAAri Prabowo.Teknik Bercerita akses on line 5 April 2008Boerner, Wolfgang. 1995. Schreiben in der Fremdsprache.Prosses und Text, Lehren und Lernen. Info DaF, 161.Barbara, 1996. Bilder als Kommunikate und Lernmedienim Fremdsprachenunterricht.iudicium:MuenchenBuku Pedoman Pelaksanaan Penelitian DIPA danSwadana Lemlit UnesaPateda, Mansoer. Dr. Analisis Kesalahan. Flores:NusaIndahSchatz, Heide. 2006. Fertigkeit Schreiben.Germany:LangenschedtSuyatno, 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra.Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.Surabaya: Penerbit SICWohlschlaegl, 2001.Beiträge zur Didaktikdes ,Geographie und Wirtschaftskunde,-Unterrichts, Wien: Institut fuer Geographie undRegionalforschung der Universität WienWolfgang, Mattes.2006.Methoden fuer denUnterricht..75 kompakteUebersichten fuer Lehrendeund Lernende. Makalah,Zander, Schulz. Intitut fuer Schulenentwicklung.Technische Universitaet Dortmund (TU)70| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGItinjauan bukuAction Researsch, A Guidefor The Teacher ResearcherPosisi guru sebagai peneliti (yang melakukan PTK) berbeda dengan penelitipendidikan lainnya. Peneliti pendidikan lainnya biasanya meneliti sesuatuyang di luar dirinya. Guru yang melakukan PTK meneliti praktik mengajarnyasendiri dengan tujuan agar hasil penelitiannya bisa membantunya untukmelakukan “aksi” sehingga menciptakan perubahan yang positif dipendidikan (Mills 2011:3).JUDUL : Action Research, A Guide for The TeacherResearcher (Edisi Keempat)PENULIS : Geoffrey E. MillsPENERBIT : Pearson Education, Inc., BostonTAHUN TERBIT : 2011TEBAL : 238 halaman + indeksPERESENSI : Dhitta Puti SarasvatiDirektur Riset dan Pengembangan IGI Pusat(puti@igi.or.id)Action Research: A Guide for the Teacher Researcher,merupakan buku yang akan memudahkanguru untuk memahami Action Research atauPenelitian Tindak Kelas (PTK). Buku ini ditulis olehGeoffrey E. Mills, seorang Proffesor di Bidang Pendidikandi School of Education, Southern Oregon University.Mills biasa memberikan presentasi menganai PTK diberbagai negara seperti New Zealand, Grenland, UK,Kanada, dan Amerika Serikat. Buku ini dibuat sebagaipetunjuk bagi guru agar bisa melakukan PTK.Buku ini dibagi menjadi delapan bab, yakni (1)Memahami PTK; (2) Etika (dalam Melakukan PTK); (3)Menentukan Fokus Penelitian; (4) Teknik MengambilData; (5) Mempertimbangkan Validitas, Reliabilitas, danGenerabilitas; (6) Menganalisis dan MenginterpretasiData; (7) PTK untuk (Aksi) Perubahan Pendidikan; (8)Menuliskan Hasil Penelitian; dan (9) MengevaluasiHasil PTK. Selain itu juga terdapat tiga buah lampiranberupa sebuah contoh laporan PTK yang utuh, standardeviasi (dan hubungannya dengan PTK), dan caramenampilkan data secara visual.Masing-masing bab diawali dengan cuplikan hasilPTK yang dibuat oleh guru. Cuplikan ini dipilih denganseksama untuk mengantarkan pembaca memahamiisu yang akan dibahas di masing-masing bab. Misalnya,bab “Memahami PTK” diawali dengan cuplikanpenelitan dari seorang guru SMP bernama DeborahSouth yang berjudul “Apa yang Memotivasi Siswa yangTidak Termotivasi?”.Cuplikan tersebut menggambarkan bahwapenelitian Deborah dilatarbelakangi oleh kesulitannyasaat mengajar siswa-siswa yang tidak bermotivasibelajar. Selama lima tahun mengajar, Deborah telahmencoba menerapkan berbagai strategi untukmelibatkan semua siswa dalam pembelajaran. Meskipunbegitu, selalu ada beberapa siswa yang apatis dan tidaktermotivasi. Pada semester baru, Deborah dimintamengajar di kelas yang berisi 20 orang siswa yangnilainya terendah di angkatannya. Dalam seminggupertama, masalah mulai bermunculan. Siswa-siswatersebut tidak membawa alat tulis, mengejek satudengan yang lain, melempar-lempar barang di dalamkelas, dan berjalan-jalan di kelas semaunya. AgarDeborah bisa melakukan “aksi”, berupa pengajaranyang lebih baik, Deborah mulai membaca bagaimanaguru-guru lain memotivasi siswa yang biasanya tidakbermotivasi untuk belajar.Dari hasil studi literaturnya, Deborah belajar bahwamotivasi siswa dipengaruhi oleh pengakuan orangdewasa, pengaruh teman sebaya, keberhasilan dalammemahami pelajaran, percaya diri, dan pandanganmereka sendiri terhadap kemampuan akademikVOL. 01 Tahun I - September 2013 |71


JURNAL EDUKASI IGImereka. Bagaimana dengan siswa-siswa Deborahsendiri? Apa yang memotivasi mereka untuk belajar?Akhirnya, Deborah melakukan pengumpulan datamelalui survei, wawancara, analisa buku rapor, danmelakukan analisis data presensi siswa.Tujuan dari pengumpulan data ini adalahuntuk menjawab beberapa pertanyaan, yakni (1)bagaimana presensi siswa mempengaruhi performansisiswa?; (2) bagaimanakah pengaruh sesama temandalam membuat siswa menyelesaikan pekerjaansekolahnya?; (3) bagaimanakah orang dewasa (orangtua, guru) mempengaruhi kesuksesan siswa?; dan (4)bagaimanakah tingkat kepercayaan diri siswa?Cuplikan mengenai penelitian Deborah hanyasatu setengah halaman tetapi memberikan gambaranbagaimana seorang guru selalu berhadapan denganisu-isu yang kerap kali menimbulkan pertanyaan.Pertanyaan ini bisa dijawab dengan melakukan studiliteratur dan dengan mengumpulkan data sertamenganalisisnya. Kemampuan membuat pertanyaanpenelitian, membaca literatur terkait, mengumpulkandata, dan menganalisanya semuanya merupakanketerampilan dasar yang harus dimiliki oleh penelitimanapun.Namun, posisi guru sebagai peneliti (yangmelakukan PTK) berbeda dengan peneliti pendidikanlainnya. Peneliti pendidikan lainnya biasanya menelitisesuatu yang di luar dirinya. Guru yang melakukan PTKmeneliti praktik mengajarnya sendiri dengan tujuanagar hasil penelitiannya bisa membantunya untukmelakukan “aksi” sehingga menciptakan perubahanyang positif di pendidikan (Mills 2011:3).Menurut Mills PTK adalah sebuah proses mencaritahu (inquiry) yang sistematis, dilakukan olehguru, kepala sekolah, pengawas sekolah, maupunstakeholder pendidikan lainnya untuk mengumpulkaninformasi mengenai bagaimana sebuah sekolahberoperasi, bagaimana proses mengajar, dan seberapajauhkah siswa belajar. Tujuan dari pengumpulaninformasi ini adalah untuk memperoleh umpan balik,mengembangkan praktik reflektif, yang menyebabkanperubahan pendidikan yang lebih positif baik dilingkungan sekolah (maupun praktik pendidikan yanglebih luas), meningkatkan kemampuan dan kehidupansiswa, dan siapapun yang terlibat dalam penelitian.Contoh PTK di setiap awal bab menjadikanpembaca bisa memahami mengenai PTK, bukan hanyamengetahui atau menghafal definisi-definisi terkaitPTK. Walaupun akhirnya teori dan definisi memangdiberikan, tetapi ini dilakukan belakangan. Strukturini tampaknya sengaja dipilih oleh Mills agar pembacatidak merasa seperti “dicekoki” teori baru melainkandiajak merekonstruksi kembali pemahamannyamengenai proses “mencari tahu” sehingga bisamengaitkannya dengan PTK.Dalam buku ini juga banyak petunjuk praktis yangbisa digunakan saat pembaca sedang merancangsebuah PTK. Bukan hanya menjelaskan cara menuliskanhasil penelitian yang dilengkapi dengan petunjuk dancontoh penulisan laporan PTK, ada juga petunjuk72| VOL. 01 Tahun I - September 2013“Menurut Mills (2011:124) prosesmenganalisis data adalah salah satu bagiantersulit dari PTK. Peneliti harus selalubertanya, “Bagaimana caranya data ini bisamenjadi bermakna untuk saya?”.praktis mengenai proses merancang PTK. Misalnya, dibab 4 (Teknik Pengumpulan Data) disedikan matrikstrianggulasi yang berupa sebuah tabel berisi kolompertanyaan penelitian dan tiga kolom sumber data.Sebelumnya ada contoh berupa tabel trianggulasi yangtelah diisi. Peneliti disarankan untuk memperoleh lebihdari satu sumber data untuk menjawab masing-masingpertanyaan penelitian. Misalnya, salah satu pertanyaanpenelitian yang dibuat oleh James Rockford (seorangguru komputer di sebuah SD) adalah berapa waktuyang digunakan siswa di depan komputer? Untuk itu,dia mengumpulkan data dari dokumen laboratoriumsekolah, survei ke siswa, dan servei ke orang tua siswa.Dengan mengumpulkan data dari beberapa sumberpeneliti bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuhuntuk menjawab pertanyaan penelitiannya.Meskipun mengumpulkan data sangat penting,buku ini juga menekankan pentingnya melakukanrefleksi dan berhati-hati dalam menganalisis data.Menurut Mills (2011:124) proses menganalisis dataadalah salah satu bagian tersulit dari PTK. Penelitiharus selalu bertanya, “Bagaimana caranya data ini bisamenjadi bermakna untuk saya?”. Mengutip Anderson,Herr, dan Nihlen (1994), ada saatnya peneliti harus mulaiberhenti mengumpulkan data dan mulai merefleksikandata yang ada (hal. 155). Dua pertanyaan yang bisamembantu peneliti dalam melakukan refleksi adalah(1) apakah pertanyaan penelitian Anda masih bisadijawab dan memang perlu dijawab?; dan (2) apakahteknik pengambilan data yang Anda lakukan memangmembantu dalam mengumpulkan data yang diperlukansekaligus menyaring data yang tidak diperlukan (untukmenjawab pertanyaan penelitian)? Kedua pertanyaantersebut sangat mendasar, membantu peneliti untukmemastikan apakah penelitiannya memang ada dijalur yang benar atau tidak.Meskipun bisa menjadi petunjuk praktis, bukuAction Research: A Guide for the Teacher Researcher jugabanyak menekankan pentingnya memahami esensiPTK, hal-hal yang juga filosofis. Buku ini merupakansebuah buku yang komperhensif mengenai PTK.Kekuatan buku ini ada pada pemilihan contoh-contohPTK yang secara efektif digunakan untuk menekankankonsep-konsep penting mengenai PTK. Bukan hanyabelajar dari teori dan definisi, namun juga bisa belajardari contoh penelitian yang dibuat oleh berbagai gurulainnya. Baik untuk guru yang baru akan melaksanakanPTK maupun guru yang mau memperdalampemahamannya mengenai PTK, buku ini sangatdirekomendasikan.*


JURNAL EDUKASI IGIAKTIVITAS IGI SEANTERO NUSANTARAPeningkatan Kualitas Guru Melalui Kegiatan Berbagidan Tumbuh Bersama (Sharing and Growing Together)Oleh Ditta Puti Sarasvaty dan Faradina IzdhiharyPrinsip dan Tujuan Pendirian IGIMenurut UNESCO (2012), pendidikan yangberkualitas menawarkan harapan dankesempatan untuk meningkatkan kualitashidup manusia. Pendidikan berkualitas tidak akantercapai tanpa guru yang kompeten dan termotivasi.Guru memang salah satu faktor paling penting dalampendidikan. Kalau setiap guru berkualitas, pendidikanakan berkualitas.Pertanyaannya adalah, bagaimana carameningkatkan kualitas guru? Ahmad Rizali (Nanang)dan Satria Dharma, keduanya pendiri Ikatan GuruIndonesia IGI), percaya bahwa salah satu cara untukmeningkatkan kualitas guru adalah dengan mewadahiguru dalam sebuah komunitas yang memungkinkanpara guru bisa berinteraksi satu dengan yang lainsehingga mereka bisa saling berbagi pengetahuan danpengalaman.Dalam suatu pertemuan IGI di Gambir tahun 2010,Ahmad Rizali pernah menjelaskan alasan pembentukanorganisasi ini. Ahmad Rizali menganalogikanpentingnya organisasi profesi guru dengan keberadaanTaman Ismail Marzuki (TIM) bagi para seniman. TIMmenjadi tempat berkumpul, berdiskusi, belajar, danakhirnya para seniman berkarya bersama. Ahmad Rizalimencita-citakan adanya sebuah organisasi guru yancukup sederhana, yaitu membentuk sebuah organisasiyang berfungsi sebagaimama TIM berfungsi bagi paraseniman.Ahmad Rizali berharap para guru bisa meningkatkualitasnya ketika mereka memiliki tempat berkumpul,terjadi proses belajar melalui dialog, sehingga munculgagasan-gagasan baru di kalangan guru yang kelakbisa menghasilkan karya nyata untuk meningkatkankualitas pendidikan Indonesia. Yang ditekankan adalahbahwa proses pembelajaran terjadi melalui interaksiantara sesama guru dan pendidik lainnya.Hasil studi J. Margolis berjudul How Teachers LeadTeachers (dipublikasikan dalam http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/feb09/)menyatakan bahwa sama seperti siswa, guru belajarpaling baik ketika mereka (1) terlibat aktif dalampembelajaran, (2) mulai dari apa yang sudah merekaketahui (prior knowledge), dan (3) berada di lingkunganyang nyaman. Prinsip pendirian IGI didasari oleh ketigaprinsip tersebut.Pertama, IGI adalah tempat para guru terfasilitasiuntuk bisa berpartisipasi aktif dalam proses belajarnyasendiri. Sumber pembelajaran diperoleh melaluisesama guru melalui kegiatan berbagi (sharing),masing-masing guru memanfaatkan yang sumber adasekaligus membantu guru lain untuk belajar denganberbagi pengetahuan, cerita, maupun bahan-bahanpembelajaran lainnya.Kedua, guru dianggap sudah memiliki pengetahuanyang berharga. Pengetahuan ini diperoleh melaluiproses belajar sebelumnya, pengalaman mengajar,bacaan, dan berbagai sumber lainnya. Melalui kegiatanbelajar yang terjadi bersama-sama dengan guru lainnya,pengetahuan ini akan tumbuh dan berkembangmenghasilkan pengetahuan dan gagasan baru.Ketiga, guru memerlukan lingkungan yangnyaman untuk belajar. Lingkungan di sini bukan hanyalingkungan fisik, namun juga melingkupi lingkungansosial yang bisa terbangun melalui interaksi baik didunia nyata maupun maya. Hal ini berarti IGI diharapkanmenjadi tempat yang nyaman bagi guru untuk berbagidan belajar.Proses peningkatan kualitas guru berupa sebuahsiklus belajar-berbagi-belajar-berbagi, yang bisa di gambarkanseperti diagram berikut:Gambar 1. Proses Belajar di IGIVOL. 01 Tahun I - September 2013 |73


JURNAL EDUKASI IGIGambar 2. Perjalanan Panjang Pendirian Ikatan Guru IndonesiaDiharapkan dengan berproses sesuai siklus tersebut,guru bisa berkembang dan tumbuh menjadi guru yanglebih berkualitas. Saat awal pendiriannya, IGI belummenjadi sebuah organisasi profesi seperti yang adasekarang. Namun, roh IGI sejak dulu sampai sekarangmasih sama: belajar – berbagi – belajar – berbagi.Perjalanan Panjang Pendirian IGISK Depkumham Nomor AHU-125.AH.01.06 tahun2009, tertanggal 26 November 2009 menyatakanbahwa sejak sejak 26 November 2009, IGI resmidisahkan sebagai sebuah organisasi profesi guru.Namun, sebenarnya cikal bakal pendirian IGI sudahterjadi jauh lebih lama sebelumnya. Secara singkatperjalanan panjang pendirian IGI dapat digambarkandalam bagan berikut ini. (lihat gambar 2)Bagan di atas menunjukkan adanya empatmomentum sejarah pendirian IGI. Momentun pertamaadalah tanggal 21 November 2000, ketika mailinglistCentre for The Betterment of Education (cfbe@yahoogroups.com) didirikan. Salah satu moderatornyaadalah Ahmad Rizali. Di mailing-list tersebut paradosen, guru, mahasiswa, aktifis LSM, pakar dan tokohpendidikan, juga khususnya para pemerhati pendidikan,serta masyarakat umum lainnya secara aktif membahasisu-isu terkait pendidikan di Indonesia. Melalui mailinglistCFBE tersebut Ahmad Rizali berkenalan denganSatria Dharma. Keduanya aktif berdiskusi melalui milis.Tanggal 22 Juni 2006 muncul gagasan didirikannyaIndonesian Teachers Club yang dikemukakan olehSatria Dharma di mailing-list CFBE. Dalam emailnya,Satria Dharma mengungkapkan keinginannyauntuk mendirikan suatu klub guru yang bertujuanmeningkatkan kualitas pendidikan secara nyatadengan jalan berbagi. Dalam email itu ditulis bahwaSatria Dharma berkeinginan memembentuk suatulembaga profesi yang diberi nama Indonesian TeachersClub. Klub ini bertujuan untuk menjadi wadah paraguru dalam mengembangkan profesinya agar menjadilebih kompeten dan professional.Dalam wadah ini, para guru dan trainer dapatberbagi pengetahuan, keterampilan, alat dan sumberbelajar untuk meningkatkan profesionalisme melauikegiatan-kegiatan seminar, tutorial, workshop,demonstrasi (unjuk kemampuan), diskusi, dll. Paraguru dan trainer dapat berbagi tentang best practicesdi kelas yang selama ini mereka kembangkan. Banyakguru hebat yang telah mengembangkan pembelajaranyang efektif dan menyenangkan dan ingin berbagidengan guru-guru lain tapi tidak punya wadah untuk74| VOL. 01 Tahun I - September 2013itu. Beberapa dari mereka bahkan telah menyatakankesediaannya untuk mengisi kegiatan ini jika telahberdiri.Misalnya, seorang guru PKn yang dapat mengembangkanpembelajaranyang menarik dan efektifakan dapat mengajarkan pengalamannya kepadasesama guru PKn lain. Atau, guru agama Islam yangmengembangkan modul tentang pengajaran materitoleransi beragama dengan menggunakan pendekatanproyek kelompok dan hasilnya dapat dibagikan kepadasesama guru agama di tempat ini.Bukan hanya guru, petugas perpustakaan dapatberbagi dengan sesama pustakawan sekolah tentangbagaimana ia mengelola perpustakaan sehinggadapat menjadikan perpustakaannya benar-benarmenjadi sumber belajar yang efektif bagi siswadi sekolahnya. Demikian juga, seorang trainer‘character building’ profesional akan membagikanilmu dan keterampilannya dalam membuat programpembentukan karakter yang kuat bagi anak danremaja kepada para guru Bimbingan dan Konselingsekolah dalam bentuk pelatihan berkala secara gratis.Best Practice and Knowledge Sharing adalah inti dariprogram yang akan dikelola oleh Indonesia TeachersClub (ITC) ini.Gagasan ini disambut hangat oleh para anggotamailing-list. Bagiono Djokosumbogo, kini pembina IGI,mengusulkan agar nama klub tersebut menggunakanbahasa Indonesia sehingga akhirnya disetujui bahwanamanya adalah Klub Guru Indonesia (KGI).Launching perdana KGI diadakan pada 29 Agustus2006 di Sampoerna Foundation Teacher Institute Auditorium,Jakarta. Semenjak itu, kegiatan-kegiatan KGIbaik berupa seminar, workshop,dan pelatihan mulaisering diadakan di Jakarta. Pesertanya rata-rata darisekita Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi.Adanya dunia maya, termasuk kemudahan ko munikasiyang bisa dilakukan melalui berbagai mailinglist,membantu tersebarnya gagasan mengenai KGI kedaerah lain. Berikutnya KGI berkembang di Surabaya.Salah satu motornya adalah Mohammad Ihsan, kiniSekretaris Jendral IGI. Setelah berkembang di SurabayaIGI berkembang di daerah-daerah lain di Jawa Timur,lalu mulai berkembang di Jawa Barat, Jawa Tengah,Nusa Tenggara Timur, dan daerah lainnya.Karena KGI mulai membesar dan anggotanya terusbertambah, disepakatilah bahwa KGI harus disahkansebagai organisasi profesi guru yang resmi menuruthukum. Namun, untuk menjadi sebuah organisasiprofesi guru yang resmi, penggunaan kata “Klub”


JURNAL EDUKASI IGIdianggap kurang formal sehingga kata “Klub” digantidengan kata “Ikatan”. Maka, Klub Guru Indonesia (KGI)berubah menjadi Ikatan Guru Indonesia (IGI). SekarangIGI telah memiliki benyak cabang yang tersebar di17 provinsi di Indonesia. Anggota IGI telah mencapaisekitar 15 ribu orang.Pada tanggal 26 November 2009, IGI diresmikanmenjadi sebuah organisasi profesi guru dengan moto“Berbagi dan Tumbuh Bersama (Sharing and GrowingTogether)”. Adapun visi IGI adalah memperjuangkanmutu, profesionalisme, dan kesejahteraan guruIndonesia, serta turut secara aktif mencerdaskankehidupan bangsa.Dengan visi seperti itu, IGI bertekad melaksanakanempat misi, yaitu (1) mewujudkan peningkatanmutu, profesionalisme, kesejahteraan, perlindunganprofesi guru, dan pengabdian kepada masyarakat; (2)menjadi sarana dan wadah interaktif guru untuk tukarmenukarpengalaman, ide, dan berbagi dalam caramengajar, pendekatan, metode, strategi dan teknikmengajar, serta hal-hal baru dalam dunia pendidikan;(3) memajukan pendidikan nasional, keguruan, danmencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) menjalinkerjasama dengan semua pihak untuk meningkatkankemajuan pendidikan, mutu, profesionalisme, dankesejahteraan guru.Secara umum kegiatan IGI tergambar seperti baganyang ada di bawah.Karena KGI mulai membesar dananggotanya terus bertambah,disepakatilah bahwa KGI harus disahkansebagai organisasi profesi guru yangresmi menurut hukum. Namun, untukmenjadi sebuah organisasi profesi guruyang resmi, penggunaan kata “Klub”dianggap kurang formal sehingga kata“Klub” diganti dengan kata “Ikatan”.Post agar setiap minggu ada satu halaman yangdiperuntukan untuk guru sebagai bentuk menyebarkanakses informasi untuk guru. IGI Jawa Tengah seringmengadakan pelatihan teknologi informasi untukguru. IGI Kalimantan Tengah aktif menyelenggarakankegiatan mengenai education for sustainabledevelopment (pendidikan untuk pembangunanberkelanjutan).Gambar 4. Halaman Khusus untuk IGI Banjarmasinpada Surat Kabar Banjarmasin PostGambar 3. Program Kegiatan IGIKegiatan IGI di Berbagai DaerahKegiatan IGI sangat bervariasi. Setiap cabang bisamengadakan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhanlokalnya asalkan tetap mengacu pada “sharing andgrowing together”. Sebagai contoh, IGI KalimantanSelatan memilih bekerja sama dengan BanjamasinKegiatan dalam IGI banyak yang diusulkan olehanggota. Guru manapun yang merasa mempunyaikeahlian khusus bisa menawarkan diri untuk berbagikepada guru yang lainnya. Ini yang menyebabkantema pada berbagai kegiatan IGI bisa bervariasi. Guruyang pandai menulis menawarkan menyelenggarakanworkshop menulis, guru yang menguasai berbagaimetode mengajar menawarkan diri berbagi mengenaimetode belajar dan mengajar, dan sebagainya. Kondisiyang memungkinkan guru yang menentukan sendiriVOL. 01 Tahun I - September 2013 |75


JURNAL EDUKASI IGIGambar 5. Berbagai seminar, pelatihan, dan workshop IGI: (a) IGIbekerja sama British Council In donesiamengadakan Live Streaming“In te rational Association of Tea chersof English as a Foreign La ngu age”di Jakarta, Semarang, Su ra baya,Balikpapan; (b) Workshop “Pem belajaranIPS dengan memanfaatkan videodari Global Lives Project”, Bekasi;(c) Seminar “Film sebagai MediaPem belajaran”, Jakarta; (d) Seminar“Pembelajaran Melalui Dunia Virtual”,Ja karta; (e) Workshop Matematikadan Bahasa Indonesia untuk guru SD,Ba rito Kuala, Kalimantan Selatan; (f)Workshop membuat Worksheet untukGuru Bahasa Inggris, Tangerang.apa yang perlu dipelajarinya dan apa yang bisa diabagikan untuk guru yang lain menyebabkan tematemadalam kegiatan IGI sangat bervariasi. Beberapacontoh kegiatan yang diselenggarakan IGI bisa dilihatdalam gambar di bawah ini.Selain berbagai kegiatan tatap muka, kegiatanpembelajaran di IGI juga terjadi di dunia maya yaknimelalui melalui mailing list IGI (ikatanguruindonesia@yahoogroups.com), website IGI (www.igi.or.id), maupunfacebook group IGI (http://www.facebook.com/groups/igipusat/?fref=ts). Setiap hari guru memilikikesempatan untuk berinteraksi dengan guru lainnyamelalui berbagai forum di atas. Interaksi yang terjadiantara sesama guru di dunia maya memungkinkanguru untuk saling berbagi, kemudian berkolaborasimelahirkan gerakan maupun gagasan baru. Beberapahal yang tumbuh dari interaksi antara guru padaforum IGI di dunia maya antara lain (1) forum “SharingYuk!”, yaitu suatu forum bagi guru untuk menuliskanpengalaman mereka dalam mengajar kemudian bisadisebarluaskan melalui website IGI; (2) Klub Baca IGI,yaitu suatu forum untuk menuliskan pandangannyaterhadap buku yang dibaca, lalu disebarluaskanmelalui mailing-list dan facebook group IGI; (3) FacebookGroup Klub Guru Menulis IGI, yaitu suati forum bagiguru untuk saling mem-posting tulisan mereka danmengomentari tulisan guru lain; (4) Facebook GroupKlub Bahasa Inggris IGI, yaitu forum guru Bahasa Inggrisuntuk saling berlatih kemampuan berbahasa Inggris.Baik di dunia nyata maupun melalui dunia maya,kegiatan berbagi yang terjadi antara sesama anggotaIGI akhirnya memang membantu guru untukmeningkatkan kualitasnya. Bukan hanya itu, munculahgagasan baru yang turut mendorong peningkatankualitas sesama guru maupun pendidikan Indonesiapada umumnya. Diharapkan proses ini dapat terusberlanjut dan berkembang. Persis seperti moto IGI,berbagi dan tumbuh bersama. Sharing and growingtogether.Hasil interaksi para guru dalam forum Klub GuruMenulis IGI adalah terbitnya buku-buku karya guru.Salah satu buku yang karya kolaborasi para guru dariberbagai tempat di Tanah Air yang saat ini seringdibicarakan di berbagai cabang IGI adalah bukuberjudul “Hope and Dream Memoar Guru”Setelah beberapa lama pengurus IGI Pusat mencanangkanGerakan Guru Menulis dengan difasilitasioleh mailing list dan akun Facebook, tercetuslah ideuntuk membukukan tulisan-tulisan para guru. Bukuperdana yang berisi pengalaman para guru dalammenjalankan tugas di tempat masing-masing ditulissendiri oleh mereka kemudian dikirimkan kepada timyang dibentuk untuk menyunting dan menerbitkannya,maka terbitlah buku berjudul Hope and Dream, MemoarGuru (ISBN 978-602-97838-3-4).Buku tersebut diluncurkan untui pertama kalinyadi Aula Telkom Margoyoso Surabaya, Kegiatan yangbersamaan dengan seminar Gerakan Guru Menulisini bertujuan menginspirasi para guru untuk menjadipara penulis buku-buku berikutnya. Acara peluncuranbuku ini dihadiri oleh tiga orang di antara 25 penulisbuku yaitu Faradina Izdhihary, Eko Prasetyo, dan IchaHariyani Susanti. Selain itu juga hadir para guru daribeberapa daerah seperti Jember, Banyuwangi, Tuban,Kediri, Malang, dan daerah lainnya di Jawa Timur.Kegiatan dilaksanakan pada Minggu pagi, tanggal 27Januari 2013.Gambar 6. Berturut-turut dari kiri: Mohammad Ihsan(Sekjen IGI Pusat), Eko Prasetyo (penulis Memoar Guru),Gatot HP (Direktur Seamolec dan Wakil Ketua DewanPembina IGI), Hendrianto (Manager Direct ChanelTelkom Jatim), Kresno Herlambang (Dinas PendidikanJatim), Istiqomah (penulis Memoar Guru), HarianiSusanti (Penulis Memoar Guru).76| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIBuku setebal 328 halaman iti berisi tulisan dari 25orang guru dari berbagai penjuru Tanah Air. Tulisantulisanitu merupakan hasil audisi dan pembimbinganterhadap anggota grup Facebook, Klub IGI Menulisyang dimotori oleh Faradina Izdhihary (nama penaIstiqomah, S.Pd, M.Pd) dan Eko Prasetyo (editor JawaPos).Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Nurul Haqqytahun 2013 ini berisi kisah nyata para guru dari berbagaipelosok Tanah Air dalam mengabdikan dirinya secaratulus ikhlas, penuh perjuangan, dan bagaimana merekaterus bertahan dan mempertahankan eksistensinyasebagai seorang guru. Sebagai sebuah buku yangditulis dengan hati oleh para guru berhati mulia,begitulah mungkin simpulan yang akan bisa diambilpara pembaca.Dalam sambutannya, Sekjen IGI, Mohammad Ihsanmenyatakan rasa bangganya terhadap para penulisyang telah mewujudkan obsesi IGI yaitu menerbitkankarya para anggotanya.“Sudah lama Ikatan Guru Indonesia (IGI) berencanamembukukan kisah-kisah menarik para guru se-Indonesia. Melalui mailing list, satu persatu gurumengirimkan naskahnya, sampai terkumpul banyaktulisan yang siap diolah menjadi buku. Sayang sekali,ada “penulis” yang kemudian mencuri naskah tersebutdan kemudian menerbitkannya atas namanya sendiri.Tanpa izin. Saya dan teman-teman IGI sempat inginmemperkarakannya secara hukum. Tapi, ya sudahlah….Semoga Alloh mengampuni orang tersebut,” katanyasambil menunjukkan buku yang dimaksud. Itusebabnya, ketika Hope and Dream terbit, kebahagiaandan kebanggaan itu terasa sangat luar biasa.Buku inspiratif ini mendapat respon positif dariBapak M. Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,yang berkenan memberi kata sambutan dalam bukuini. Sebagian dari sambutan beliau adalah ungkapankebanggaan atas terbitnya buku ini yaitu, “Sebagaimemoar yang ditulis- dari pengalaman nyata paraguru di lapangan, buku ini akan banyak menginspirasipara pembacanya. Karena itu, saya berharap setelahmembaca buku ini, para guru bukan saja akanmengambil mutiara-mutiara berharga tetapi jugatermotivasi untuk ikut menulis, mengingat masingmasingdi antara kita punya catatan perjalanan sendirisendiriyang pasti beda.”Apa yang diungkapkan oleh Pak Nuh tentubukan hal yang mengada-ada. Banyak pembacayang memberikan testimoninya setelah membacabuku ini. Bahkan, Sekjen IGI sendiri tanpa malu-malumengungkapkan perasaannya melalui Milis IGI, grupIGI di FB, dan BBM pada hari pertama menerima danmembaca buku ini. Bahkan di hari beliau menerimadan membaca buku itu, beliau langsung menulis diMilis IGI dan berkirim pesan melalui BBM ke beberapaanggota dan pengurus IGI. Isinya, “Baru membaca babdua, saya sudah sesak. Tutup buku dulu. Tahan napassebentar. Saya merinding melihat dan membacanya.Buku ini hasilnya jauh lebih hebat dari ekspektasi saya.”Mohammad Ihsan selanjutnya menjelaskanbahwa kegiatan menulis dan menerbitkan buku karyaanggota IGI akan terus dilakukan IGI melalui GerakanGuru Menulis yang akan diselenggarakan di daerahlain. Karena itu, ia juga mengumumkan adanya audisiuntuk penulisan sekuel ketiga dari buku Hope andDream, Memoar Guru. Saat ini, sekuel kedua sedangmemasuki tahapan pembimbingan perbaikan naskah.Setelah selesai tahapan ini barulah naskah akan dieditdan siap untuk diterbitkan.Sebagai bagaian dari Gerakan Guru Menulis, dalamwaktu dekat, IGI juga akan menerbitkan jurnal ilmiah.“Saat ini jurnal tersebut sudah memasuki tahap lay out,”ujar tokoh IGI yang akrab dipanggil Pak Modi.Tak hanya Pak Sekjen IGI yang menyatakan rasabangganya, pun Drs. Kresno Herlambang dari DinasPendidikan Jawa Timur, yang mewakili Kepala DinasPendidikan Jawa Timur yang berhalangan hadirdalam acara ini pun ikut menyatakan rasa bangga danharapannya pada IGI yang telah berhasil memotivasidan membimbing para guru menulis hingga terbitnyabuku Hope and Dream, Memoar Guru.“Apa yang telah dilakukan para guru dan IGIsangat tepat dan merupakan tindakan tanggap untukmenghadapi pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PKGuru) yang akan dimulai tahun 2013 ini. PenilaianKinerja Guru (PKG) dilaksanakan sesuai denganPermendiknas No. 35 tahun 2010 tentang PetunjukTeknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru danAngka Kreditnya. Penilaian Penilaian kinerja diperlukanuntuk kenaikan pangkat dan golongan berdasarkanPermenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009. DalamPKG itu, para guru sejak golongan III-b ke atas dituntutuntuk menulis karya ilmiah atau karya inovatif sebagaipersyaratan untuk naik pangkat. Jadi, sudah tidakada alasan lagi bagi para guru untuk segera belajarmenulis dan menulis, “ ungkap Pak Kresno yang saat inimenjabat sebagai Kepala Seksi Tenaga Pendidik danKependidikan (Tendik) Dinas Pendidikan Jawa Timur.Pihak Telkom, sebagai tuan rumah, diwakiliHendrianto, Manager Direct Chanel Telkom Jatim, jugamengucapkan selamat atas penerbitan buku ini. Beliausecara gamblang juga menyampaikan dukunganTelkom terhadap para guru baik dalam peningkatankualitas pembelajaran melalui program internet khususguru -Pesona Edu- dan selalu membuka pintu untukmemberikan dukungan kepada kegiatan IGI selama ini.Usai sambutan dari ketiga tokoh tersebut, acarakemudian dilanjutkan dengan acara inti yaitu launchingbuku Hope and Dream, Memoar Guru. Diawali ucapansyukur, kemudian para penulis diwakili oleh FaradinaIzdhiary, Eko Prasetyo, dan Icha Hariyan, para petinggiIGI yaitu Mohammad Ihsan (Sekjen IGI) dan Prof. Dr.Gatot Hari Priowirjanto serta Drs. Kresno Herlambangdan Hendriatno, beserta seluruh hadirin yang berjumlahhampir 150 orang bersama-sama mengangkat buku itudengan penuh kebahagiaan.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |77


JURNAL EDUKASI IGIGambar 7. Suasana Bedah Buku ‘Hope and DreamMemoar Guru’ di Surabaya.Usai launching yang meriah tersebut, acaradilanjutkan dengan kegiatan seminar menulis.Narasumber yang tampil hari itu adalah Prof. Gatot HariPriowirjanto, Istiqomah S.Pd, M.Pd (nama asli FaradinaIzdhihary, penulis dan guru SMA Negeri 1 Batu), danEko Prasetyo (penulis dan editor Jawa Pos).Prof. Dr Gatot Hari Priowirjanto, Ketua DewanPembina IGI, yang juga dosen ITB dan DirekturSEAMOLEC (Sout Asean Minister of EducationOrganization Regional Open Learning Centre) langsungmembuatkan kelas Guru Belajar Menulis di Edmododan menunjuk Istiqomah, koordinator penulis Hopeand Dream, Memoar Guru untuk mengajar di kelasonline tersebut.“Melalui kelas di Edmodo, para guru bisa salingmengajar dan menampilkan video pembelajaranyang lebih interaktif dan menarik,” jelas beliau sambilmenayangkan contoh kelas pembelajaran online diEdmodo yang sudah ada dan beranggotan para guruSMK dan guru-guru dari negara-negara lain. Parapembaca yang berminat, dapat bergabung di kelasGuru Belajar Menulis Seamolec + IGI.Pembicara kedua, Eko Prasetyo, mantan guruBahasa Inggris di sebuah SMP di Kabupaten Malangini dengan penuh semangat memotivasi para guruuntuk menulis. Beliau dengan penuh semangat dankebanggaan menceritakan tulisannya dalam Hopeand Dream berjudul Pak Bon yang menceritakankisah seorang penjaga sekolah (tukang kebon) yangkemudian berhasil menjadi kepala SMA dan trainer IT.Tidak hanya bercerita, beliau juga menghadirkan sosokPak Bon yaitu Pak Sukari untuk memotivasi para guruagar tidak puas dengan apa yang diperoleh saat ini.“Kisah Pak Bon ini benar-benar inspiratif danmembuat saya tergerak untuk membagikan inspirasitersebut pada para guru,” katanya sambil menguraikanbanyak keuntungan yang bisa diperoleh seseorangmelalui tulisannya.Pembicara ketiga, komandan penerbitan Hope andDream, Istiqomah, S.Pd, M.Pd tampil tidak kalah dengandua pembicara sebelumnya. Dengan gaya bicaranyayang meledak-ledak, guru yang juga penulis novelSafir Cinta ini memotivasi para guru untuk menulis.Dalam kesempatan itu ia membagikan tips untuk parapemula agar menggunakan strategi copy the master,yaitu sebuah strategi belajar dan pembelajar menulis78| VOL. 01 Tahun I - September 2013dengan menggunakan sebuah tulisan yang baik yangdijadikan model.“Ambil sebuah tulisan, misalnya PTK yang baik, bacadengan teliti. Pelajari bagian demi bagian. Analisislahapa isi bagian-bagian tersebut. Misalnya, baca bagianlatar belakang. Analisislah latar belakang tersebut.Kemudian gantilah kondisi yang digambarkan penulisitu dengan kondisi yang Bapak dan Ibu temukan dikelas. Ganti masalahnya dengan masalah yang BapakIbu temukan, demikian seterusnya hingga setiapbagian dari PTK itu telah kita ganti sesuai dengan apayang kita temukan, kita rencanakan, kita lakukan, dankita analisis.”Guru berjilbab ini kemudian mengundang paraguru untuk bergabung di Klub Guru IGI Menulis diFacebook. “Insyaallah saya siap berbagi. Ibarat sebuahperusahaaan, saat ini adalah saatnya saya memberikanCSR, “ katanya sambil menjelaskan secara singkatprofesi lain yang juga ia geluti yaitu sebagai seorangghost writer.Usai pemaparan dari ketiga narasumber yangsangat inspiratif, berikutnya dibuka sesi tanya jawab.Para peserta sangat antusias hingga berebut untukmendapat kesempatan bertanya. Pertanyaan yangpaling banyak muncul adalah tentang bagaimanauntuk bisa bergabung di Klub IGI Menulis sertabagaimana agar bisa mengikuti audisi buku Hope andDream, Memoar Guru sekuel berikutnya.“Kami akan membuat pengumuman terbuka. Untuksaat ini, sekuel kedua naskah sedang dalam prosespembimbingan. Jadi sambil menunggu pengumumansekuel ketiga, Bapak Ibu bisa mempersiapkan tulisan.”Ada juga peserta yang mengusulkan agar Hopeand Dream berikutnya mengangkat tema tentangpembelajaran. Pertanyaan ini langsung dijawabdengan lugas oleh Istiqomah.“Sekuel kedua yang sedang diolah di meja redaksimengangkat tema besar tentang pembelajaran.Tujuannya adalah agar Bapak dan Ibu Guru pembacaterutama dapat memperoleh inspirasi bagaimanamelaksanakan pembelajaran yang menyenangkan danefektif. Alasan utamanya adalah, bila hal ini dituliskandalam bentuk tulisan ilmiah seperti laporan penelitianatau jurnal ilmiah, tak akan banyak guru yang tertarikmembacanya. Dengan menampilkan sebagai tulisanpopuler, kisah-kisah tersebut diharapkan akan lebihmudah dicerna dan menginspirasi para guru.”Istiqomah juga menjelaskan pada para guru proesaudisi hingga penerbitan naskah karya anggota IGIyang berbeda dengan proses di penerbitan lain.Perbedaannya adalah setelah naskah dinyatakanlolos, dilakukan pendampingan pada penulis untukmemperbaiki tulisannya. Pendampingan ini dlakukandua atau tiga kali revisi. Terakhir barulah guru energikini bekerja sama dengan Eko Prasetyo melakukan tahapmemoles tulisan para guru dan mengeditnya hinggaenak dibaca dan layak terbit.Launching Hope and Dream, Memoir Guru danSeminar Guru menulis hari itu berjalan dengan meriahdan penuh semangat. Banyak peserta yang pada akhiracara mengerubungi para penulis dan Sekjen IGI dan


JURNAL EDUKASI IGIberminat dengan Klub Guru IGI Menulis di Facebook.“Launching buku ini benar-benar menjadimomentum IGI untuk menunjukkan kepada guru danmasyarakat luas bahwa IGI benar-benar concern untukmembimbing dan mendampingi para guru untukmenulis,” demikian komentar Mohammad Ihsan kepadabeberapa pengurus IGI yang hadir usai acara. Untukitu, ke depan IGI daerah diminta menyambut baik dansegera mempersiapkan diri untuk menyelenggarakanberbagai kegiatan yang sejalan dengan Gerakan GuruMenulis yang dicanangkan IGI.IGI tidak hanya punya program, tetapi juga punyasemangat, kesungguhan, dan SDM yang qualifieduntuk membimbing para guru menulis.SELESAIVOL. 01 Tahun I - September 2013 |79


JURNAL EDUKASI IGIbiodata penulisNama: SuhardiNo. KTA IGI:Pendidikan Terakhir: S-2Pendidikan Bahasa IndonesiaGuru Mapel: Bahasa IndonesiaUnit Kerja: SMA Negeri 1 Sumber,Kab. Rembang, Jawa TengahAlamat Unit Kerja: Jalan RayaSumber-RembangAlamat Rumah: RT 02 / RW 02 Desa Sumber, Kec. Sumber,Kab. Rembang, Jawa TengahEmail: suhardiahmad67@yahoo.comWeb/ Blog: hardi-guru-bhs-indonesia.blogspot.comNo. HP: 085 290 932 247Nama: Wijaya KusumahNo. KTA IGI: 0210-04-000043Pendidikan Terakhir: S-2 TP-UNJGuru Mapel: TIK SMP LabschoolRawamangun, JakartaUnit Kerja: SMP LabschoolRawamangun, JakartaAlamat Unit Kerja: Jalan PemudaKomplek UNJ Rawamangun 13220Alamat Rumah: Jalan Pemuda Komplek UNJ RawamangunJakarta TimurEmail: wijayalabs@gmail.comWeb/ Blog: http://wijayalabs.comNo. HP: 081 591 555 15Nama: AmirullahNo. KTA IGI:Pendidikan Terakhir:Guru Mapel: MatematikaUnit Kerja:Alamat Unit Kerja:Alamat Rumah:Email:Web/ Blog:Nama: Joko WahyonoNo. KTA IGI: 0541-01-000158Pendidikan Terakhir: S-2Manajemen Pendidikan UNJGuru Mapel:Unit Kerja: Yayasan FastabiqulKhairat SamarindaAlamat Unit Kerja: Jalan AW.Syahranie 14 Pandan WangiSamarinda KaltimAlamat Rumah: Sempaja Residence Blok F No.2 Jalan BatuCermin Samarinda KaltimEmail: Jokow2008@gmail.comWeb/ Blog: www.jokowahyono.comNo. HP: 0811581034 / 085350105575Nama: Ameliasari Tauresia KesumaNo. KTA IGI: 0298-01-000019Pendidikan Terakhir: S-1 EkonomiGuru Mapel: Ekonomi/AkuntansiUnit Kerja: MAN SalatigaAlamat Unit Kerja: Jalan WahidHasyim No. 12 Salatiga 50714Alamat Rumah: Jalan Kauman No.3 RT 02 RW 02 Salatiga 50714Email: leaguie@gmail.comWeb/ Blog: http://untukanakbangsa.blogspot.comhttp://belajarseru.comNo. HP: 081 577 770 81Nama: Tri AndayaniNo. KTA IGI: 0272-01-000018Pendidikan Terakhir: S-2Guru Mapel: Bahasa IndonesiaUnit Kerja: SMP Negeri 1Banyudono Boyolali, Jawa TengahAlamat Unit Kerja: Jalan KuwiranNomor 02 Banyudono BoyolaliAlamat Rumah: Jalan KuwiranNomor 02 Banyudono Boyolali Jawa TengahEmail: triandayani676@yahoo.comWeb/ Blog: http://Hai-tri.blogspot.comNo. HP: 081 327 093 56780| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGINama: Umi NurainiNo. KTA IGI: 0310-02-000567Pendidikan Terakhir: S-1Pendidikan Akuntansi UNESAGuru Mapel: Ekonomi – AkuntansiUnit Kerja: SMA Wachid Hasyim 2Taman, SidoarjoAlamat Unit Kerja: Jalan RayaNgelom No. 86 Taman, Sidoarjo61257Alamat Rumah: Kalijaten RT 21 RW 03 No. 58 Taman,Sidoarjo 61257Email: me_rayniz@yahoo.com / ainimee@gmail.comWeb/ Blog: www.aynee.guru-indonesia.net/ nickyacc.blogspot.comNo. HP: 0818315896 / 081553631396Nama: Dini WidiasihNo. KTA IGI:Pendidikan Terakhir: S-1 TeknikElektro ITS – SurabayaGuru Mapel: TIKUnit Kerja: SMA Wachid Hasyim 2Taman, SidoarjoAlamat Unit Kerja: Jalan RayaNgelom No. 86 Taman, Sidoarjo61257Alamat Rumah: Jalan Hayam Wuruk Dodik G-46 Surabaya60242Email: bundaseby@gmail.comWeb/ Blog: www.dheenee.guru-indonesia.netNo. HP: 081235183546Nama: ChustiniNo. KTA IGI: 0341-01-000341Pendidikan Terakhir: S1-PAUDGuru Mapel: Guru KelasUnit Kerja: TK Muslimat NU 34Alamat Unit Kerja: Jalan SelorejoMasjid No. 60 H, Malang 65141Alamat Rumah: Jalan Selorejo 11B,Malang 65141Email: chustini_ama@yahoo.co.idWeb/ Blog: -No. HP:0341-9060008 / 088 155 231 29Nama: Dwi Imroatu JulaikahNo. KTA IGI: 031-01-001036Pendidikan Terakhir: S-2Pendidikan Bahasa, UniversitasNegeri SurabayaGuru Mapel: Bahasa JermanUnit Kerja: Prodi Bahasa JermanAlamat Unit Kerja: SurabayaAlamat Rumah: SurabayaEmail: dwiimroah@yahoo.comWeb/ Blog: www.dwiimroatu.blogspot.comNo. HP:085648906595Nama: Hening WulandariNo. KTA IGI:Pendidikan Terakhir: S-1 IKIPNegeri YogyakartaGuru Mapel: Bahasa IndonesiaUnit Kerja: SMP N 3 Bonang, Kab.Demak, Jawa TengahAlamat Unit Kerja: JalanKalikondang-Boyolangu KM 5Bonang, DemakAlamat Rumah: Perum Wijaya Kusuma II Blok J No. 6KatonsariEmail: hening.wulandari@yahoo.co.idWeb/ Blog:No. HP: 085 712 815 426Nama: Yani Pieter PitoyNo. KTA IGI: 0431-01-000001Pendidikan Terakhir: SarjanaPendidikan Matematika (UniversitasNegeri Manado)Guru Mapel: Matematika, KKPI,Produktif MultimediaUnit Kerja: SMK Negeri 1 SonderKabupaten Minahasa - SulawesiUtaraAlamat Unit Kerja: Jalan Siswa Nomor 173 TouneletKecamatan Sonder Kabupaten Minahasa - SulutAlamat Rumah: Jalan Siswa Nomor 173 Tounelet KecamatanSonder Kabupaten Minahasa - Sulawesi UtaraEmail: pieter73@ymail.comWeb/ Blog: yanipieterpitoy.comNo. HP: 081 244 152 24Nama: Dhitta Puti SarasvatiNo. KTA IGI:Pendidikan Terakhir: S-2 Pendidikan Matematika, Universityof Bristol, UKGuru Mapel: MatematikaUnit Kerja: Sampoerna School of EducationAlamat Unit Kerja: JakartaAlamat Rumah: JakartaEmail: puti@igi.or.idWeb/ Blog:No. HP: 081 284 111 811VOL. 01 Tahun I - September 2013 |81


JURNAL EDUKASI IGIKAIDAH PENULISAN JURNAL IGI DAN KETENTUN PEMUATANTulisan yang dapat dimuat dala Jurnal Edukasi hendaknyamengikuti rambu-rambu berikut ini:KAIDAH PENULISAN JURNAL IGI1. Berbentuk karya hasil penelitian (PTK, PTS,Pengembangan, korelatif, studi kasus, dll); atau berupaartikel konseptual (hasil pemikiran); yang terkait langsungdengan perbaikan pendidikan dan pembelajaran di TanahAir.2. Panjang tulisan antara 10 s.d 20 halaman, diketik padakertas A4, font Arial 11, spasi 1,5; margin: 2-2-2-23. Sistematika karya ilmiah hasil penelitian:a. Pendahuluan (berisi latar belakang masalah, identifikasimasalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuanpenelitian, manfaat penelitian), sepanjang kira-kira 1-2halamanb. Landasan teoretis (berisi kajian teori yang terkaitvariabel X, kajian teori yang terkait variabel Y, kerangkaberpikir, dan hipotesis tindakan), sepanjang kira-kira3-4 halaman.c. Metode Penelitian (berisi seting penelitian,subjek penelitian, teknik pengumpulan data daninstrumentasinya, teknik analisis data, prosedurpenelitian, dan indikator keberhasilan tindakan),sepanjang kira-kira 1-2 halaman.d. Hasil Penelitian dan Pembahasannya (berisi sajiandata hasil penelitian dalam bentuk desktripsi hasilyang diperkuat dengan sajian tabel/grafik; danpembahasannya) sepanjang kira-kira 7-10 halaman.e. Penutup (berisi simpulan dan saran), sepanjang kirakira1-2 halaman.f. Daftar Pustaka (hanya mencantumkan bibliografi yangbenar-benar dikutip dalam tubuh tulisan).4. Sistematika karya ilmiah konseptual (hasil pemikiran):a. Pendahuluan (berisi latar belakang masalah, identifikasimasalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuanpembahasan, manfaat pembahasan), sepanjang kirakira1-2 halaman.b. Landasan Teoretis (berisi kajian teori yang terkaitvariabel-variabel yang dibahas, kerangka berpikir, danhipptesis), sepanjang kira-kira 3-4 halaman.c. Pembahasan (berisi uraian pemikiran penulis dalambentuk deskripsi tertulis yang diperkuat dengan sajiantabel/grafik), sepanjang kira-kira 7-10 halaman.d. Penutup (berisi simpulan dan saran), sepanjang kirakira1-2 halaman.e. Daftar Pustaka (hanya mencantumkan bibliografi yangbenar-benar dikutip dalam tubuh tulisan).5. Tidak perlu penomoran judul dan subjudul.6. Minimalkan pemerian (rincian ke bawah dan bernomor),sebaiknya pemerian dibuat dalam bentuk paragraf.7. Teknik citasi (pengutipan) boleh menggunakan kutipanlangsung maupun tak langsung dengan mengikuti kaidahyang lazim dalam tulisan ilmiah.8. Teknik penulisan daftar pustaka mengikuti kaidah yanglazim dalam tulisan ilmiah.KETENTUAN PEMUATAN1. Tulisan harus asli.2. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media/jurmal lain.3. Penulis akan dikenai biaya produksi setelah tulisanditerbitkan. Besarnya biaya produksi akan ditetapkanberdasarkan situasi dan kondisi.82| VOL. 01 Tahun I - September 2013


JURNAL EDUKASI IGIVOL. 01 Tahun I - September 2013 |i


JURNAL EDUKASI IGIii| VOL. 01 Tahun I - September 2013

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!