aktifitas- Terdapat pemahaman bahwa dalammelakukan sertifikasi kompetensi danbadan usaha, LPJK lebih identik dengankumpulan pelaku usaha dari pada sebagaisebuah lembaga independen yang berdiridi atas semua pelaku usaha.Paparan fakta-fakta tersebut menggiringLPJK untuk membekali anggotanya denganpemahaman menyeluruh mengenai UUNo.5/1999. Di samping itu, mereka jugamenuai tuntutan lain yaitu perlunyameningkatkan mutu dan daya saingpelaku jasa konstruksi, tidak hanya untukmenghadapi tantangan ke depan, namunjuga untuk mempersiapkan diri mengisipeluang yang ada. Dengan demikian, UUNo.5/1999 sebagai rujukan utama dalammenciptakan persaingan sehat di sektor jasakonstruksi harus dipahami dengan baik olehpelaku usaha di sektor ini.Mencermati permasalahan tersebut,maka Badan Pembinaan Konstruksi danSumber Daya Manusia Departemen PekerjaanUmum (BPKSDM) mengambil langkah cerdasdengan menggandeng <strong>KPPU</strong> dalam kegiatanpembekalan untuk memilih anggota yangakan duduk dalam Dewan Pengurus LPJKuntuk tingkat daerah Periode 2007 – 2011.Kegiatan tersebut diselenggarakan dengantujuan agar pelaksanaan Tugas dan FungsiLPJK sesuai dengan Undang-Undang No. 18<strong>Tahun</strong> 1999 tentang Jasa Konstruksi dan paracalon tersebut memahami UU No.5/1999.Sejumlah isu persaingan sehat di sektorjasa konstruksi menjadi materi utama yangdidalami oleh peserta pembekalan tersebut.Sebagai catatan, berikut disampaikan isu-isuyang kerap dibahas, yaitu:1. Tentang pelaksanaan tenderPrinsip-prinsip dasar pengadaan barang/jasapemerintah sesuai Keppres No. 80 <strong>Tahun</strong>2003 adalah efisien, efektif, adil dannon diskriminatif, terbuka dan bersaingsecara sehat, transparan dan akuntabel.Di sisi lain, terdapat pasal dalam UUNo.5/1999 yang terkait dengan tenderyaitu pasal 22. Berdasarkan penjelasanPasal 22 UU No. 5/1999, maka tenderdidefinisikan sebagai tawaran mengajukanharga untuk memborong suatu pekerjaan,untuk mengadakan barang-barang atauuntuk menyediakan jasa. Sedangkan,persekongkolan dalam tender adalahkerjasama antara dua pihak atau lebih untukmemenangkan peserta tender tertentu dandapat dibedakan menjadi persekongkolanhorizontal, persekongkolan vertikal, dangabungan persekongkolan vertikal danhorizontal. Pada pelaksanaan tender untukpengadaan barang/jasa pemerintah, dasarhukum yang harus digunakan adalahKeppres No. 80/2003. Selanjutnya, jikaterdapat persyaratan khusus mengenaispesifikasi teknis yang mengarah ke merektertentu atau persyaratan sertifikasi (ISO),maka hal tersebut harus dirujuk kembalidalam ketentuan pengadaan barang/jasa.Wewenang <strong>KPPU</strong> dalam kegiatan tenderadalah pada saat pemenang tender telahditentukan, dengan cara ditelusuri melaluiprosedur yang berlaku, apakah kegiatantender tersebut melanggar UU No.5/1999.2. Tentang bagaimana suatu kasusdijadikan perkara di <strong>KPPU</strong>Kasus-kasus persaingan usaha ditanganioleh <strong>KPPU</strong> dapat berasal dari laporan atauinisiatif <strong>KPPU</strong>. Laporan adalah materi yangdisampaikan oleh pihak lain dan dilaporkanke <strong>KPPU</strong>, sedangkan inisiatif berasaldari hasil penelitian Sekretariat <strong>KPPU</strong>berdasarkan informasi yang diperoleh darihasil kajian maupun monitoring pelakuusaha. Keduanya dapat dijadikan dasarsebagai pemeriksaan pendahuluan setelahmelalui tahap Penelitian dan KlarifikasiLaporan, Pemberkasan dan Gelar Laporansesuai ketentuan dalam Peraturan KomisiNo. 1/2006 tentang Tata Cara PenangananPerkara di <strong>KPPU</strong>.3. Tentang penanganan kasus-kasuspersaingan di daerahKasus-kasus persaingan di daerahditangani melalui mekanisme pelaporanatau monitoring atas dugaan pelanggaranUU No. 5/1999 sesuai ketentuan yangberlaku. Beberapa kasus yang terjadidi daerah yang merupakan wilayahkerja Kantor Perwakilan Daerah (KPD)<strong>KPPU</strong> dapat disampaikan ke KPD. Padaprinsipnya, KPD didirikan dengan tujuanmembantu Pemerintah Daerah di dalampembinaan dan pengawasan terhadapprilaku pelaku usaha di daerah. Selain itu,KPD juga menjadi strategic partner bagiPemerintah Daerah di dalam menciptakansuasana regulasi yang kondusif terhadappersaingan usaha. pAndi Zubaida AssafPentingnya Persaingan Sehatdalam Industri BukuKomisi Pengawas Persaingan Usaha (<strong>KPPU</strong>) menerima kunjunganBambang Sudibyo, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) pada hariJumat tanggal 9 Februari 2007. Mendiknas beserta jajarannya, yaituSekjen Depdiknas, Dodi Nandika beserta staf, bermaksud menggalireferensi prinsip-prinsip hukum persaingan usaha di Indonesia,sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No 5 tahun 1999 tentangLarangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.Pada kesempatan tersebut Mendiknasmelontarkan permasalahan pengadaanbuku teks pelajaran yang telah diaturdengan pemberlakuan Peraturan Mendiknas(Permendiknas) No. 5 <strong>Tahun</strong> 2005 dan diikutidengan Permendiknas No. 11 <strong>Tahun</strong> 2005tentang Buku Teks Pelajaran. Disampaikanpula bahwa peserta didik dan sekolahmemiliki banyak pilihan buku yang sesuaidengan basis kompetensi sekolah.Namun, sebagaimana disampaikan olehMendiknas kepada Ketua <strong>KPPU</strong>, MohammadIqbal, kebijakan tersebut masih berujung padakontroversi dalam implementasinya. Semula,18 <strong>Edisi</strong> <strong>10</strong> <strong>2008</strong>
Dok. KOMPETISIGatot M SutejoAudiensi dengan Mendiknas.kebijakan tersebut dikeluarkan sebagai upayamenangani masalah pengadaan buku yangsering dikeluhkan masyarakat. PermendiknasNo. 11 <strong>Tahun</strong> 2005 menegaskan bahwa guru,tenaga kependidikan atau komite sekolah tidakdibenarkan melakukan penjualan buku kepadapeserta didik. Esensinya adalah pemerintahingin agar toko-toko buku dan pasar bukuloak menjadi hidup kembali, penulisan bukulebih kompetitif, dan terdapat perbaikanstruktur pasar buku, sehingga potensiindustri perbukuan dapat meningkat danmenghidupkan usaha kecil dan menengah.Hanya saja dalam implementasinya,Permendiknas tersebut ditentang olehsejumlah penerbit yang selama ini telahmenikmati kondisi pasar buku sebelumnya. Disisi lain, pemerintah masih dituding melakukanpraktek monopoli dengan ikut menentukanbuku mana yang akan dipakai oleh sekolahdengan mengeluarkan daftar sejumlah bukuyang telah ditetapkan oleh Menteri.Ketua <strong>KPPU</strong> menyambut baik kedatanganMendiknas yang memberikan gambaransecara jelas mengenai industri buku saatini. <strong>KPPU</strong> kembali menegaskan bahwasetiap kebijakan pemerintah tentu harusdicermati dengan mengadopsi nilai-nilaipersaingan usaha yang sehat sesuai denganUU No.5/1999. Setelah mendengarkanketerangan dari Mendiknas tersebut,<strong>KPPU</strong> akan mengkaji permasalahantersebut secara komprehensif.Kajian <strong>KPPU</strong> akan dijadikan bahanuntuk menyampaikan saran danpertimbangan kepada pemerintah.Selanjutnya, Ketua <strong>KPPU</strong> jugamenilai bahwa kunjungan kaliini merupakan salah satu bentukmeningkatnya keterlibatan pemerintahdalam menumbuhkanbudaya persaingan sehat, danjuga m e r u p a k a n d u k u n g a npemerintah terhadap tugasdan wewenang lembaga <strong>KPPU</strong>.Kunjungan Mendiknas tersebutjuga telah menjadi salah satumasukan berguna bagi rumusansaran pertimbangan yang disusun<strong>KPPU</strong> untuk menanggapi KebijakanPerbukuan Nasional.Dalam saran pertimbangan yangdisampaikan melalui surat kepadaPresiden RI tanggal 30 Agustus2007, <strong>KPPU</strong> mengidentifikasiaktifitaspermasalahan kebijakan perbukuan nasionalmeliputi terdistorsinya sistem ideal yangdiinginkan pemerintah, kurang efektif danlemahnya implementasi kebijakan tersebutdan terdapat potensi persaingan usaha tidaksehat dalam bentuk kartel penerbit yangjustru banyak difasilitasi pejabat Pemerintah.Analisis permasalahan yang dituangkandalam kajian <strong>KPPU</strong> terhadap sejumlahpotensi permasalahan di atas menghasilkansaran pertimbangan sebagai berikut:1. Apabila Pemerintah ingin mempertahankanbentuk pengaturan saat ini, makaPemerintah harus memperkuat kebijakantersebut dengan:a. Mengembangkan program-programturunan dari kebijakan yang telahdibuat saat ini, antara lain dengan:mengembangkan peraturan teknisdari kebijakan yang telah ada danmengembangkan toko buku sebagaiujung tombak industri buku.b. Menegakan sanksi bagi pihak-pihakyang melanggar ketentuan yang telahditetapkan, terutama ditujukan kepadapejabat dan pelaksana pendidikannasional yang mendistorsi sistemmelalui kewenangannya.2. Terkait kebijakan harga buku nasional,mengingat potensi oligopoli dalamindustri buku sangat besar, maka untukmenghindari terjadinya eksploitasikonsumen, Pemerintah disarankanuntuk menetapkan batas atas hargabuku. Hal tersebut dilakukan sebagaiupaya pencegahan terhadap potensieksploitasi siswa oleh pelaku usaha. Disisi lain, kebijakan tersebut memberiruang persaingan yang seluas-luasnyasehingga upaya efisiensi pelaku usahatetap terjadi.3. Memperhatikan nilai strategis perbukuandalam pendidikan nasional dan lemahnyaimplementasi kebijakan saat ini,disarankan agar pengaturan perbukuanmenggunakan peraturan perundanganyang lebih tinggi yang mengikat setiapwarga negara yang menjadi obyeknya.Diusulkan bahwa bentuk pengaturanyang tepat adalah dalam bentuk Undang-Undang.Pada akhirnya, saran pertimbangan<strong>KPPU</strong> tersebut juga ditujukan agar padaakhirnya Pemerintah dapat menyiapkanRancangan Undang-Undang PerbukuanNasional. Dengan demikian tumbuhnyabudaya persaingan sehat akan berujung padaefektifitas penegakan hukum persainganusaha yang membawa manfaat bagimasyarakat luas. pAndi Zubaida Assaf<strong>Edisi</strong> <strong>10</strong> <strong>2008</strong>19