12.07.2015 Views

Asasi September- Oktober 2011... - Elsam

Asasi September- Oktober 2011... - Elsam

Asasi September- Oktober 2011... - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ANALISIS DOKUMENTASI HAK ASASI MANUSIAmonitoring sidangKejanggalan Peradilan Petani UrutsewuOleh Akhmad Murtajib(Direktur Institut Studi untuk Penguatan Masyarakat/ INDIPT Kebumen)Kawasan Urutsewu dikenal luas sejak kasuspenembakan secara brutal oleh pasukan TNIAngkatan Darat terhadap petani setempat diDesa Setrojenar, 16 April <strong>2011.</strong> Media masamemberitakan kejadian itu sebagai 'bentrok' antaraPetani Urutsewu vs TNI. Korban kejadian itu 12 orangluka, tujuh di antaranya terkena luka tembakanpeluru, 12 motor hancur dan tanaman warga rusakparah. Sedang dari pihak TNI, gapura TNI dangudang senjata sedikit rusak.Sampai beberapa hari paska kejadian, situasikawasan Setrojenar sangat mencekam. Wargamengalami ketakutan, trauma, apalagi pada malamharinya muncul isu sweeping terhadap warga. WargaSetrojenar, terutama laki-laki mengungsi di berbagaitempat. Beberapa diantaranya menyempatkanpulang di siang hari untuk mengurus ladang, tapimengungsi kembali saat petang. Semingguan lebihsituasi mencekam di Setrojenar berlangsung.Pengadilan dan Kriminalisasi WargaDalam kasus Urutsewu ini beberapa wargaditangkap dan ditahan aparat kepolisian. Sebagiandilepaskan, tetapi beberapa dari mereka ditahan, dandalam beberapa minggu kemudian diseret kepengadilan. Tercatat empat orang diseret kepengadilan dengan tuduhan melakukan perusakangapura Markas Dislitbang TNI. Sedangkan dua wargalain yang ditahan adalah warga Desa Setrojenar danDesa Bercong dalam kasus lima hari sebelumnya,tetapi masih dalam satu rangkaian kasus Urutsewu.Keenam orang diseret pengadilan dalamkasus ini nampaknya berbeda, tapi sejatinya dalamsatu rangkaian. Empat di antaranya adalah Solekhan,Mulyono, Adi Wiluyo dan Sobirin (selanjutnya disebutSolekhan Cs). Mereka diseret ke pengadilan dengandakwaan perusakan Gapura TNI, dijerat Pasal 170ayat (1) KUHP dengan tuntutan masing-masing satutahun penjara. Sedang dua orang lainnya, yakniAsmarun dan Sutriono (selanjutnya disebut AsmarunCs) dituduh telah melakukan pemukulan terhadapseseorang yang akan mengirimkan makanan untukprajurit TNI AD. Mereka juga dijerat dengan pasalKUHP yang sama, plus pasal penganiayaan.Proses pengadilan terhadap keenam petaniUrutsewu tersebut diwarnai dengan kejangalankejanggalan.Pertama, persidangan terkesan lepasatau dilepaskan dari konteks kasus Urutsewu secarautuh. Perspektif Jaksa Penuntut Umum, yang bisadilihat dari dakwaan, begitu kuat menggiring kasusUrutsewu sebagai semata tindak pidana murni yangtidak berkait dengan peristiwa yang melatarbelakangiyakni penolakan warga Urutsewu terhadap tempatlatihan TNI AD. Padahal, kedua kasus Asmarun Csdan Solekhan Cs itu hampir mustahil dilakukan tanpaadanya peristiwa yang melatari. Melepaskan kasusini dari konteks kejadiannya sama saja kriminalisasiterhadap terdakwa.Begitu pula dengan majelis hakimnya.Misalnya, dalam sesi persidangan saat penasehathukum terdakwa meminta penangguhan penahanan.Atas permintaan itu, hakim mengajukan syarat bilapara terdakwa bisa menunjukkan bukti kepemilikantanah Urutsewu maka permohonan Tim PenasehatHukum bisa dipenuhi. Syarat yang sebenarnya takterkait langsung dengan pokok perkara kriminalisasi.Tetapi begitu dalam sidang berikutnya penasehathukum terdakwa dapat menunjukkan buktikepemilikan tanah warga berupa Letter C dansertifikat, pihak hakim tidak jadi memenuhipermintaan penangguhan penahanan tersebut.Pada satu sisi, permintaan hakim memintabukti kepemilikan tanah dianggap oleh rakyat sebagaibentuk apresiasi terhadap kontek peristiwa kasusUrutsewu. Namun pada kenyataannya, buktikepemilikan tanah itu pun tidak bisa jadi jaminanpenangguhan penahanan. Dan sampai persidanganberakhir, bukti kepemilikan tanah itu juga tidakmenjadi landasan untuk pembebasan petani.Kedua, pengadilan petani Urutsewu sejakpenyidikan terkesan sangat dipaksakan untuk segeraselesai. Kesan dipaksanakan tersebut jugamenunjukkan bahwa pengadilan itu memang sudahby design. Hal ini tercermin dalam BAP (Berita AcaraPemeriksaan) yang dibuat untuk kedua kasus baikSolekhan cs maupun Asmarun Cs, yakni bahwa BAPdibuat sebelum adanya laporan polisi. Untuk kasusSolekhan cs, BAP dibuat satu jam sebelumpemeriksaan dilakukan, sedang untuk kasusAsmarun Cs, BAP dibuat setengah jam sebelumnya.Logikanya, penyidik terlebih dahulumelaksanakan tindakan mengumpulkan barang buktisetelah adanya laporan dari korban. Baru kemudianpenyidik melakukan tindakan pemeriksaan terhadapsaksi korban. Majunya waktu satu jam (untuk kasusSolekhan Cs) dan setengah jam (untuk kasusAsmarun Cs) mengindikasikan sudah ada tandatandakriminalisasi terhadap para terdakwa. Merekasudah dikorbankan jauh sebelum persidangandimulai. Kesan bahwa pemeriksaan di kepolisian inidipaksakan untuk segera dilimpahkan ke kejaksaandan pengadilan.Dalam proses awal di kepolisian terlihat daritidak adanya penasehat hukum baik untuk terdakwaAsmarun cs maupun Solekhan Cs. Padahal, untukkasus pelanggaran Pasal 170 ayau (1) KUHAP paraterdakwa wajib didampingi oleh penasehat hukum,20ASASI EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!