12.07.2015 Views

Download - Ditjen Cipta Karya - Departemen Pekerjaan Umum

Download - Ditjen Cipta Karya - Departemen Pekerjaan Umum

Download - Ditjen Cipta Karya - Departemen Pekerjaan Umum

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Liputan Khusus10Kurang lebih demikian uneg-uneg Ir.Peodjastanto, CES., DEA, mantanDirektur Pengembangan Air MinumDirektorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> dalam kurunwaktu 2005 – 2007, kepada Redaksi Buletin<strong>Cipta</strong> karya di Jakarta beberapa waktu lalu.Pembangunan sistem air minum di Indonesia(terutama di perkotaan) dimulai pada tahun1960-an yang sebagian besar merupakanhibah dari luar negeri terutama untuk kota-kotabesar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung,Surabaya, Makassar, Pontianak, Padang,dan Semarang. Pada periode tahun 1970-an sejalan dengan perubahan pemerintahdan politik di Indonesia, pembangunandidasarkan pada Pelita (PembangunanLima Tahunan) yang didasarkan pada suatukebijakan Pemerataan Pembangunan danberdasarkan target/besaran (biasanya jumlahlokasi atau jumlah unit tertentu misalnya liter/detik). Pelita ini berkelanjutan sempai dengan6 periode.Namun ia melihat beberapa hal yangmasih menjadi pekerjaan rumah parapemangku kebijakan saat ini dan masamendatang. Sebut saja misalnya, kebijakanyang belum menyentuh pembangunan pascakonstruksi,aspek engineering, peraturanperundangan, manajemen institusional,investasi, hingga pengkajian dan penerapankebijakan.Pembangunan pascakonstruksiKebijakan air minum sejak duludiakui Poedjastanto selalu mengarah kepembangunan konstruksi, tidak pernah adakebijakan yang mengarah pada pembinaanSumber Daya Manusia (SDM) pascakonstruksi.Akibat kebijakan ini, infrastrukturyang dibangun banyak yang tidak dijalankandengan benar dan baik, padahal sepertihalnya listrik, infrastruktur air minum bersifatfisik – dinamik yang tetap harus dijalankanuntuk memenuhi hajat hidup orang banyak.Poedjas menilai saat itu Dep. PUdengan sangat gagahnya datang kePemda membawa semen dan besi untukmembangun Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM), tanpa mempedulikan Pemdasanggup mengoperasikan atau tidak.Mestinya saat itu Pemda juga diwejangagar merawat prasarana tersebut denganbaik agar memberikan keuntungan bagimasyarakat dan bagi Pemda sendiri denganmeningkatnya PAD. Saat ini memang sudahAnak-anak SD Marunda Jakarta Utara asyik bermain air bersih. Sekitar 47% (Capaianada Bantuan Teknis kepada PDAM berupabantuan program dan bantuan manajemen,namun menurut Poedjas kebijakan ini sudahterlambat, atau mengapa tidak dilakukansejak dulu. Ia mengkhawatirkan programprogramyang ada saat ini diterima mereka ilo– ilo (sambil lalu, red), karena tidak mendasar.Hal mendasar yang perlu diajarkan kepadapara pengelola air minum di daerah, menurutPoedjas, adalah aspek teknologi.Meskipun operator air minum di daerahsudah banyak yang sarjana teknik, namunkarena kebijakan sentralistik yang kuat padaera Orde Baru, maka tak heran jika merekatidak diberikan kesempatan mengenyampengalaman dan berlatih karena semuanyadipegang pusat.Uneg – uneg di atas wajar sajadiungkapkan Poedjas karena dia lahir dariera Orde Baru yang sentralistik. Namun diera itu ia adalah ahli di bidang teknologi airminum. Salah satu karya mengagumkanyang hingga saat ini masih dipakai menjadiacuan model water treatment plant (WTP)atau Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA)adalah IPA Kedasih. Kedasih adalah akronimdari Keluaran Direktorat Air Bersih. Cirimenonjol dari IPA model Kedasih adalahbangunannya berupa segi enam, sepertiyang diterapkan di IPA Benteng Jambi.Dulu, IPA Benteng dibangun oleh Belanda,namun berkat kepiawaian Poedjas denganmenggabungkan konsep Kedasih, kapasitasIPA tersebut meningkat 10 kali lipat darisebelumnya. (lebih jauh mengenai IPAKedasih dapat dibaca di artikel lain dalamEdisi ini).Tak dipungkiri, Poedjas adalahpeletak dasar teknologi IPA Paket yanglebih murah, efisien, dan mudah dalampemeliharaan. Awalnya ia tak mendugabisa merancang konsep IPA seperti itu. AtasInstruksi Sekretaris Jenderal <strong>Pekerjaan</strong><strong>Umum</strong> Radinal Moochtar saat itu, Poedjasdiamanahi membina beberapa pabrikan IPAPaket. Dari sinilah kemudian keluhan ituberawal, dari seorang wakil Pusat bernamaPoedjas yang harus mensosialisasikanbagaimana pengoperasian dan perawatanIPA Kedasih, ternyata tidak didukung dengan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!