Info Baru 120Direktur Pengembangan Air Minum, Tamin Zakaria (kanan) saat melakukan gerakan menanam500 pohon di Bekasi.mempunyai kontribusi sebanyak 18%terhadap terjadinya pemanasan global.Sebagai gambaran, jumlah CO2 dari kotoranyang dihasilkan oleh seekor sapi selama 1tahun adalah sama dengan jumlah CO2 yangdihasilkan oleh mobil bepergian menempuhjarak 70.000km. dengan kita mengurangikonsumsi daging maka setidaknya kita bisamengurangi jumlah kebutuhan sapi yangharus disediakan oleh industri peternakan.2. Membatasi emisi karbondioksidaHal ini dilakukan dengan mencari sumberenergi alternatif yang tidak menghasilkan emisiCO2 seperti tenaga matahari, angin , air danlain-lain. Selain itu kita dapat melakukannyadengan mengurangi penggunaan kendaraanbermotor pribadi dan beralih ke penggunaankendaraan umum, sepeda atau berjalankaki.3. Menanam lebih banyak pohonPenghijauan sangat perlu dilakukankarena tanaman hijau menyerap banyak gasCO2 dan menyimpannya dalam jaringannya.Berdasarkan sebuah penelitian, setia acrepepohonan hijau dapat menangkap karbonyang cukup untuk mengimbangi emisi yangdihasilkan dari mengendarai mobil selamasetahun. Memperbanyak jumlah ruangterbuka hijau di kawasan perkotaan dapat pulamembantu mengurangi gas CO2 terutamadi kawasan perkotaan sebagai akibat daripenggunaan kendaraan bermotor.4. Mengelola sampah denganmenerapkan konsep 3R (reduce,reuse dan recycle).Pengelolaan sampah dengan konsep3R diharapkan dapat mengurangi jumlahsampah yang dihasilkan oleh kegiatanmanusia. Konsep 3R ini menekankan padapengurangan pemakaian bahan-bahan yangbisa merusak lingkungan, penguranganpemakain tisu, kertas maupun kantongplastik, menggunakan kembali barang-barangyang masih bagus dan bisa digunakan sertamendaur ulang barang. Sebagai gambaran,di Indonesia pada tahun 1995, rata-rataorang yang tinggal di kawasan perkotaanmenghasilkan sampah 0.8 kg per hari danterus meningkat hingga 1 kg per hari padatahun 2000, sehingga diperkirakan timbunansampah pada tahun 2020 untuk tiap orangper hari adalah sebesar 2,1 kg. Diperkirakan1 ton sampah padat menghasilkan sekitar50 kg gas metana yang merupakan salahsatu emisi gas rumah kaca. Jika dikalkulasimaka dapat diperkirakan pada tahun 2020Indonesia dapat menghasilkan gas metanasekitar 9500 ton per tahun, dengan asumsisampah yang dihasilkan sekitar 190 ribu tonper tahun (Kompas, 2009).Jika mitigasi lebih bersifat global, makaadaptasi terhadap efek pemanasan global inisifatnya lebih lokal yang disesuaikan denganpermasalahan dan kondisi negara tersebut.Adaptasi akan menekan dampak daripemanasan global dengan meningkatkandaya tahan lingkungan dan masyarakat.Adaptasi dilakukan dengan berbagaitingkatan dari skala individu, kelompokmasyarakat, regional hingga skala nasional.Adaptasi terhadap pemanasan global inidapat bersifat reaktif terhadap efek yangsudah terjadi maupun antisipasi terhadapkemungkinan efek yang akan terjadi di masadepan. Adaptasi ini merupakan hal yangmendesak perlu dilakukan karena efek daripemanasan global ini berjalan begitu cepattanpa kita sadari.Beberapa negara di dunia telahmelakukan adaptasi seperti Thailandyang sedang berusaha untuk melindungikawasan pantainya dari ancaman kenaikanpermukaan air laut, Inggris memperkuatsistem pengendalian banjir di sepanjangSungai Thames serta Chicago di AmerikaSerikat yang tengah mengembangkan atapbangunan yang mampu menyerap sedikitpanas sehingga bisa menurunkan suhu dangelombang panas.Mau tidak mau pemanasan globaldanperubahan iklim telah terjadi di bumi kita.Sekarang yang bisa kita lakukan adalahmengurangi dampak buruknya danmengurangi faktor penyebabnya agar tidakbertambah buruk di masa depan. Negaranegaradi dunia kini mulai berkomitmen untukmenghadapi permasalahan pemanasanglobal dan perubahan iklim yang ditandaidengan peran aktif dan komitmen merekadalam konferensi perubahan iklim yang telahdilakukan pada tahun 2007 di Bali, Indonesiadan pada tahun 2009 di Kopenhagen,Denmark.Konferensi ini menghasilkan kesepakatanantar negara-negara di dunia untuk menekanlaju pertumbuhan emisi gas rumah kaca danberadaptasi menghadapi efek pemanasanglobal dan perubahan iklim. Hasil konferensiini nantinya akan diterjemahkan dalamkebijakan setiap negara untuk menghadapipemanasan global dan perubahan iklim.Namun kita tidak perlu menunggu hinggakebijakan pemanasan global itu terealisasi,kita juga dapat berkontribusi dalam mitigasidan adaptasi terhadp pemanasan global.Untuk itu kita dapat mulai melakukan hal-halkecil di lingkungan sekitar kita yang dapatberkontribusi untuk mengurangi emisi gasrumah kaca. Jadi, mulailah dari sekaranguntuk turut berpartisipasi menghadapipemanasan global dan perubahan iklimkarena efeknya sangat mengancamkehidupan umat manusia.*) Staf Subdit Kawasan MetropolitanDirektorat Pengembangan Permukiman
Info Baru 2Menteri PU, Djoko Kirmanto (kedua dari kanan), Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih (kedua dari kiri) menerima penghargaan dalam acaraKonferensi Sanitasi Nasional 2009.Koferensi Sanitasi Nasional (KSN) 2009Momentum PembaharuanPembangunan SanitasiOleh: Indah Raftiarty *)Konferensi Sanitasi Nasional (KSN) kembalidiselenggarakan untuk kedua kalinya oleh Tim TeknisPembangunan Sanitasi (TTPS) pada tanggal 8-10Desember 2009 lalu di Hotel Millenium, Jakarta. Sepertipada konferensi tahun yang lalu, KSN ini merupakanupaya advokasi pembangunan sanitasi di Indonesia bagipencapaian target pembangunan nasional. Dengan tema“Mempercepat Pembanguan Sanitasi untuk MemenuhiPelayanan Dasar Masyarakat” KSN 2009 ini mengupaskondisi sanitasi yang terjadi di Indonesia dengan berbagaikendalanya.KSN kali ini dibuka oleh Wakil PresidenBoediono di Istana Wakil Presidenpada hari Selasa 8 Desember 2009.Turut hadir Menteri <strong>Pekerjaan</strong> <strong>Umum</strong> DjokoKirmanto, Menteri Kesehatan EndangRahayu Sedyaningsih, Menteri Dalam NegeriGamawan Fauzi, Menteri Negara LingkunganHidup Gusti Muhammad, Kepala BadanPerencanaan Nasional (Bapennas) ArmidaAlisjahbana, dan Gubernur DKI Jakarta FauziBowo.Terdapat beberapa event yang dilakukandalam KSN 2009 kali ini, seperti talkshowpara menteri, pemberian penghargaankepada kota pioner percepatan sanitasi,pameran sanitasi, diskusi media, pemutaranfilm, Rakernas AKOPSI (Aliansi Kota PeduliSanitasi), penampilan para duta sanitasi,diskusi inovasi pengelolaan persampahandan air limbah, drainase perkotaan, sanitasisekolah serta kunjungan ke lapangan.Wakil Presiden Indonesia Boedionomenaruh perhatian besar dalam masalah21