Menjamin Akses Layanan KesehatanContoh: Penanganan Kesehatan di NTT dan Pencegahan HIV/Keluarga BerencanaPerbaikan Sistem Pemberian LayananKesehatan di NTTSistem penanganan kesehatan di Indonesia,khususnya di NTT, tidak memberikanpelayanan dasar rumah sakit yang memuaskankepada rakyat. Kekurangannyaterlihat jelas pada peralatan rumah sakit yangburuk, motivasi pekerja yang rendah dankualitas layanan yang rendah.Pemerintah Indonesia telah meminta bantuanKerjasama Keuangan (FC) untuk meningkatkansistem layanan kesehatan di Nusa TenggaraTimur (NTT), dan kemudian pada tahun1999 proyek „Peningkatan Sistem PemberianLayanan Kesehatan di NTT” dimulai.Di samping itu, sebuah proyek KerjasamaTeknis (TC) di sektor kesehatan di ProvinsiNTT telah dimulai. Berdasarkan hasil studikelayakan dan proposal dari para mitra diIndonesia, maka komponen-komponen proyekFC dan TC didefinisikan menjadi proyekbersama yang melibatkan baik KfW, yangbertanggung jawab atas Kerjasama Keuangan(FC), maupun GTZ, yang bertanggung jawabatas Kerjasama Teknis (TC). Tujuan proyekbersama ini adalah untuk memperbaiki sistempelayanan kesehatan di tingkat kabupaten danmeningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatankabupaten oleh penduduk.Peningkatan sistem kesehatan kabupatendirencanakan melalui: peningkatan infrastruktur rumah sakit di12 kabupaten dan sebuah rumah sakitprovinsi (konstruksi dan peralatan, berikutpelayanan teknis), peningkatan sistem pemeliharaan rumahsakit, peningkatan manajemen rumah sakit, dukungan bagi otoritas perencana pelayanankesehatan di tingkat provinsi dankabupaten, dan dukungan bagi lembaga-lembaga pelatihandi sektor kesehatan.Konsep proyek ini sejalan dengan upayapemerintah Indonesia untuk mendesentralisasikanpemberian pelayanan kesehatan danuntuk mengembangkan rumah sakit umummenjadi satu unit pelayanan kesehatan yangproaktif dan mandiri. Sebelum mengirimkanperalatan kepada 13 rumah sakit, rencanabisnis dari tiap rumah sakit terlebih dahuludipaparkan dalam lokakarya bersama.Pendekatan ini diharapkan dapat mengungkapkanprioritas dari pihak Indonesia sertamenjamin kesinambungan dari investasi yangtelah dilakukan. Peningkatan fisik, prosedurpengadaan dan konsep pemeliharaan rumahsakit di kabupaten akan didasarkan pada8 <strong>Indonesian</strong> - <strong>German</strong> Develop<strong>ment</strong> <strong>Cooperation</strong>
encana bisnis tersebut. Sebuah badansupervisi yang terdiri dari perwakilanmanajemen rumah sakit dan pemerintahdaerah akan memantau fungsi rumah sakitdan aktivitas penyampaian informasinya.Komponen proyek Kerjasama Teknis(SISKES) dititikberatkan pada peningkatansistem kesehatan secara keseluruhan yangterdesentralisasi, termasuk layanan rumahsakit. SISKES digulirkan di dua kabupatenNTT, Alor dan Sumba Timur, dan menerapkanpendekatan sistem. Komponen ini memberikansaran menyangkut kebijakan yangtepat untuk reformasi di bidang kesehatan.SISKES terfokus pada orientasi pelayanan yangmemenuhi kebutuhan penduduk. Pelatihanpetugas kesehatan, melalui kerja sama denganBapelkes (lembaga pelatihan untuk petugaskesehatan di level provinsi), juga merupakankomponen utama proyek ini. Selain itu,proyek ini juga ditujukan untuk melibatkanmasyarakat dalam perencanaan kesehatan.Langkah-Langkah Pencegahan HIV danKeluarga BerencanaAngka kelahiran yang tinggi, terutama bilatidak dikehendaki, termasuk penyebabutama kemiskinan. Keluarga Berencana,menurut catatan UNICEF, dapat “memberikanlebih banyak manfaat kepada masyarakat,dengan biaya lebih rendah, dari pada teknologiapa pun yang tersedia bagi umat manusiadewasa ini”. Kebutuhan akan pelayananKeluarga Berencana yang tidak terpenuhisangatlah tinggi. Banyak pasangan suami-istridiperkirakan tidak menghendaki kelahirananak, baik untuk se<strong>ment</strong>ara maupun untukseterusnya, namun metode kontrasepsimodern tidak tersedia atau tidak terjangkau.Program kependudukan harus memberikanakses terhadap produk dan layanan keluargaberencana yang bermutu kepada setiap orang.Indonesia masih tergolong negara berprevalensirendah dalam hal infeksi HIV. Belakanganini, telah terdeteksi angka infeksi yang sangattinggi di beberapa kelompok kecil penduduk(wanita tuna susila, pengguna narkoba, dll.),hal ini telah menjadi ciri khas dalam perkembanganepidemi. Jika perkembangan tersebuttetap tidak terkendali dan jika Indonesia tidakmempersiapkan diri, epidemi akan menyebarke masyarakat umum. Dalam tahap awal ini,peningkatan kewaspadaan sangatlah penting.Program Keluarga Berencana dan pencegahanHIV yang dibiayai oleh pemerintah Jermanmelalui KfW, bertujuan untuk meningkatkanakses pasangan suami-istri, terutama darikelompok berpenghasilan rendah danberisiko tinggi, terhadap metode kontrasepsidan pencegahan HIV yang handal danterjangkau. Strategi pemasaran sosialadalah metode yang dipilih untuk mencapaitujuan ini. Alat kontrasepsi biasanyadidistribusikan oleh sektor swasta denganbiaya penuh atau oleh pemerintah secaracuma-cuma. Cara ini sering tidak efisien.Pemasaran sosial memadukan keduakekuatan cara distribusi itu: efisiensi solusipasar dengan dukungan bagi kaum miskinmelalui pemberian subsidi. Teknik-teknikpemasaran modern digunakan sebagaiinstrumen yang tepat untuk mengubah sikapmasyarakat dan untuk meningkatkan citraKeluarga Berencana dan pencegahan HIV.Dengan menggunakan instrumen dan saluraninformasi khusus, program ini dapatdifokuskan pada kelompok sasaran(kelompok berisiko tinggi, lapisan pendudukmiskin). Jaringan sektor swasta digunakanuntuk menjamin pengiriman produk-produkKeluarga Berencana dengan biaya rendah.Subsidi membuat produk-produk ituterjangkau oleh kaum miskin. Karenabanyaknya jumlah alat kontrasepsi yangdisediakan dan sistem eceran yang relatifmurah, maka subsidi menjadi cukup rendah.Proyek Pemasaran Sosial Indonesia yangdilaksanakan oleh yayasan DKT Internationalbermula pada tahun 1996 dan didukung olehsumbangan keuangan dari pemerintahJerman di bawah „Program Langkah-langkahPencegahan HIV”. Pada tahun 2000, suatuprogram baru untuk Keluarga Berencanadan pencegahan HIV dicanangkan dan DKTIndonesia kembali ditugaskan untukmenangani pelaksanaannya.Program ini menyediakan bermacam-macamalat kontrasepsi – kondom, alat kontrasepsioral dan suntik. Kondom, yang masih menjadialat kontrasepsi utama pada program ini,dipromosikan baik untuk mencegah penyakitmaupun untuk Keluarga Berencana. Selamatahun 2000, program ini menjual 27,6 jutakondom, hampir satu juta kontrasepsi oral,dan 936.000 unit kontrasepsi suntik. Dengandemikian, 5,7 juta pasangan suami-istri telahmemperoleh perlindungan, 1,4 juta kelahiranbayi tidak dikehendaki berhasil dicegah, danselain itu 114.000 kematian ibu dan bayi serta7.800 kasus infeksi HIV berhasil dihindari.<strong>Indonesian</strong>-<strong>German</strong> Develop<strong>ment</strong> <strong>Cooperation</strong> 9