12.07.2015 Views

Jurnal DIGNITAS Edisi HAM dan Realitas Transisional - Elsam

Jurnal DIGNITAS Edisi HAM dan Realitas Transisional - Elsam

Jurnal DIGNITAS Edisi HAM dan Realitas Transisional - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

FOKUSMILISIA ISLAMIShegemonik yang dikontrol oleh negara telah mengalami fragmentasi.Ada banyak kemungkinan yang terjadi di seputar gejala ini, termasukmunculnya situasi kacau yang memberi jalan untuk kembalinyapemerintahan otoritarian. Meskipun demokrasi dalam beberapa halmewujud, ia kemudian diikuti oleh ketidakpastian, karena aturanaturanpermainan terus berubah. Para pemain di dalam era transisitidak bisa bekerja sekadar memenuhi ambisi-ambisi politik sesaatmereka, tapi juga untuk menerapkan kontrol terhadap negara. Didalam konteks ini, transisi, sebagaimana diungkapkan dua teoritisipolitik di atas, sering mendorong terbentuknya struktur koalisi yangmenghubungkan antara “individu-invidu tela<strong>dan</strong>” (exemplaryindividuals) dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang20mewakili massa yang luas.Melihat konteks transisional yang melatari kemunculankelompok-kelompok milisia Islamis di Indonesia ini, hampir adakonsensus di kalangan para pengamat <strong>dan</strong> analis Indonesia bahwafenomena ini merupakan bentuk sindikalisme politik khas Indonesiayang terkait secara eksklusif dengan manuver-manuver faksi elitedominan yang ingin melindungi kepentingan-kepentingan politikmereka berhadapan dengan kalangan oposisi. Para pengamatbiasanya mempersepsikan kelompok-kelompok ini sebagai alat yang21dipakai oleh para manipulator politik yang licik. Tentu, spekulasispekulasisemacam ini tidak bisa diabaikan begitu saja <strong>dan</strong> ada lebihdari cukup fakta yang menegaskan kemungkinannya. Kendatidemikian, saya berpendapat isu-isu yang rumit ini <strong>dan</strong> dasar-dasarproblemnya tidak bisa dijelaskan atau dipahami semata-mataberdasarkan teori konspirasi demikian. Hal yang sama berlaku bagipengamatan yang tidak kritis yang menafsirkan pertumbuhankelompok-kelompok ini sebagai perluasan dari ekspansi terorismeglobal. Pengamatan demikian cenderung mengabaikan dinamikainternal kelompok-kelompok tersebut berkaitan dengan perubahanpolitik, sosial, <strong>dan</strong> budaya setempat.Faktanya, krisis ekonomi Asia pada 1997 yang dampaknyalangsung menggerogoti nilai mata uang rupiah <strong>dan</strong> menyebabkaninflasi, PHK besar-besaran, <strong>dan</strong> pengangguran memicuketidakpercayaan meluas terhadap sistem sekular negara-bangsa <strong>dan</strong>rezim penguasa otoriter yang menopang kelangsungan sistem itu.Krisis kepercayaan semacam ini menjadi pra-kondisi bagi20. Guillermo O'Donnel <strong>dan</strong> Philippe C. Schmitter, Transitions from Authoritarian Rule: Tentative Conclusions aboutUncertain Democracies (Baltimore, MD, and London: John Hopkins University Press, 1986), hal. 48-56; lihat jugaJuan J. Linz and Alfred Stepan, Problems of Democratic Transition and Consolidation: Southern Europe, SouthAmerica, and Post-Communist Europe (Baltimore, MD, and London: The Johns Hopkins University Press, 1996).21. Lihat, sebagai contoh, Damien Kingsbury, The Politics of Indonesia, edisi ke-3. (Oxford: Oxford University Press,2005), hal. 218-29.30

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!