12.07.2015 Views

Oseana, Volume XVII, Nomor 4 - Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI

Oseana, Volume XVII, Nomor 4 - Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI

Oseana, Volume XVII, Nomor 4 - Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sumber:www.oseanografi.lipi.go.idKerusakan atau perubahan komunitasbahari oleh limbah air panas mungkin terjadidi sekitar muara saluran pelimbahankarena organisme tropis hidup pada suhuhanya beberapa derajat lebih dekat padabatas suhu letal tertinggi (COLES 1977).Oleh karena itu peningkatan suhu yang lebihkecil dari suhu alami dapat menimbulkanakibat yang fatal (KASTORO 1977).Faktor lainnya adalah kebanyakan ikan daninvertebrata memiliki toleransi suhu yangsempit. Keadaan ini menyempitkan kelulushidupanbagi biota itu bila menghadapikenaikan suhu secara mendadak. Perubahanyang demikian ini banyak dijumpai di perairanyang berdekatan dengan pembangkitlistrik tenaga uap dengan daya terpasangratusan megawatt.Makalah ini merupakan rangkumanmengenai berbagai tulisan mengenai dampaklimbah air panas yang dipublikasikan diIndonesia maupun manca negara. Diuraikanjuga mengenai suhu sebagai faktor lingkungandan uraian singkat mengenai fiingsidan manfaat beberapa ekosistem laut dangkal.SUHU SEBAGAI FAKTORLINGKUNGANMenurut Hukum Van't Hoff, kenaikansuhu 10°C akan menaikkan kecepatanreaksi kimia dua kali lipat. Walaupun hukumini tidak dapat diterapkan begitu saja, namundapat diperkirakan bahwa perubahansuhu lingkungan hidup dapat mempengaruhiproses-proses hayati di dalam organismekarena proses-proses tersebut bersifat kimiawi.Suhu juga merupakan faktor pembatasterhadap sebaran biota dan mempengaruhiviskositas air. Viskositas air menurun denganmeningkatnya suhu. Mengingat hal-hal tersebutdi atas, suhu merupakan faktor ekologiyangpenting.Suatu keuntungan dalam lingkunganhidup akuatik ialah tingginya panas jenisair, dimana air lambat menyerap panas danlambat pula melepaskannya. Akibatnya suhuair laut relatif konstan, jarang terjadi perubahansuhu yang sangat tajam. Panas jenisair yang tinggi memungkinkan dipindahkannyakalor (panas) dalam jumlah besar lewatgerakan-gerakan massa air tanpa atau sedikitmenaikkan suhu air. Kenyataan di alam menunjukkanbahwa kisaran suhu yang dapatditoleransi oleh berbagai biota bahari berbeda-beda.Organisme yang dapat mentoleransikisaran suhu yang besar dikatakanbersifat euritermal, sedangkan yang hanyadapat mentoleransi kisaran suhu yang sempitdisebut stenotermal.Biota adalah sebuah sistem hayatiyang hetferogen, artinya proses-proses hiduppada biota bersifat kimiawi dan fisik. Telahumum diketahui bahwa resistensi reaksreaksikimia terhadap suhu menurun denganmeningkatnya suhu. Kenaikan suhu akanmempercepat reaksi-reaksi kimia. Tetapikecepatan reaksi kimia di dalam tubuhbiota juga dipengaruhi oleh faktor fisikmisalnya difusi. Karenanya, pada kenaikansuhu yang sama, percepatan proses-proseshidup tidak perlu sama dengan percepatanreaksi-reaksi kimia dalam tabung. Jadihukum Van't Hoff yang menyatakan bahwanaiknya suhu dengan 10°C akan mempercepatproses-proses faal dua kali lipat (dinyatakansebagai Q 10 = 2 dalam ilmu faal)sebenarnya bukanlah suatu hukum tetapihendaknya dipandang sebagai suatu prinsipumum saja. Denyut jantung, laju pernapasan,konsumsi oksigen, produksi CO2,138<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XVII</strong> No. 4, 1992

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!