13.07.2015 Views

the role of geodesy in earthquake prediction - kelompok keilmuan ...

the role of geodesy in earthquake prediction - kelompok keilmuan ...

the role of geodesy in earthquake prediction - kelompok keilmuan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Analisis Status Geometrik Titik Kerangka Dasar Pemetaan NasionalHeri Andreas, H.Z. Abid<strong>in</strong>, Irwan G, D.A. Sarsito , M. GamalKelompok Keilmuan Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi KebumianInstitut Teknologi BandungLABTEX IXC Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 - IndonesiaEmail: heri@gd.itb.ac.idABSTRAKUntuk membantu kegiatan survey dan pemetaan nasional (termasuk pemetaantematik), maka diperlukan Jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan atau titik referensi(contoh titik triangulasi, titik orde 0,1,2,3,4, dan la<strong>in</strong>-la<strong>in</strong>). Representasi titik-titikkerangka dasar pemetaan tersebut di lapangan berupa Bench Mark/ tugu yangmemiliki nilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif, yang ter<strong>in</strong>tegrasi baik secara sistem nasional, bahkandi l<strong>in</strong>gkup praktis global.Bumi bersifat d<strong>in</strong>amis (earth is a dynamic planet). D<strong>in</strong>amika kerak bumi sepertipergerakan lempeng, deformasi akibat mekanisme gempa bumi merupakan beberapacontoh yang memperlihatkan sifat bumi d<strong>in</strong>amis.. Sifat d<strong>in</strong>amis bumi <strong>in</strong>i akanmemberikan konsekuensi terhadap status geometrik jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasarpemetaan. Sebagai contoh dari hasil survey geodetik (GPS) pasca gempa bumi diAceh Andaman tahun 2004 memperlihatkan hasil co-seismic deformation di wilayah <strong>in</strong>imencapai nilai 2-5 meter. Dari s<strong>in</strong>i terlihat jelas akibat terdeformas<strong>in</strong>ya sebagian kerakbumi <strong>in</strong>i dapat mempengaruhi status geometrik jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan.Bench Mark/tugu-tugu titik referensi ikut terdeformasi, seh<strong>in</strong>gga mempengaruhi nilaikoord<strong>in</strong>at yang telah didef<strong>in</strong>isikan atau ditentukan sebelumnya.Perubahan status geometrik titik-titik kerangka dasar nasional akibat efek d<strong>in</strong>amikabumi <strong>in</strong>i dirasa akan mempengaruhi pekerjaan survey dan pemetaan. Sementara itukesalahan prosedur, atau kekurang-cermatan dalam pengolahan data GPS juga akanmempengaruhi status geometrik titik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut, yangakhirnya akan pula mempengaruhi pekerjaan survey dan pemetaan seperti dimaksuddi atas. Tulisan yang dibuat <strong>in</strong>i mencoba menjelaskan beberapa hasil analisis statusgeometrik titik-titik kerangka dasar pemetaan, kaitannya dengan d<strong>in</strong>amika bumi yangterjadi dan kesalahan atau ketidak-cermatan prosedur yang dilakukan dalampengolahan data GPS, kemudian memberikan alternatif solusi dalam menghadapipermasalahan <strong>in</strong>i, diantaranya dengan membuat sistem semi dynamic datum.Keyword : Titik kerangka dasar pemetaan, d<strong>in</strong>amika bumi, semi dynamic datum.1. PendahuluanUntuk membuat suatu peta tematik atau peta jenis la<strong>in</strong>nya melalui kegiatansurvey dan pemetaan, sudah pasti dibutuhkan adanya titik atau jar<strong>in</strong>gan titikkerangka dasar pemetaan (nasional). Di wilayah nasional kita, telah banyakdibangun jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan nasional atau titik referens<strong>in</strong>asional (contoh titik triangulasi dalam datum toposentrik, orde 0,1,2,3,4 dalamdatum geosentrik DGN95). Representasi titik-titik kontrol tersebut di lapanganberupa bench Mark/ tugu dengan spesifikasi tertentu (baik ukuran dan warna,


serta hal la<strong>in</strong>nya) yang memiliki nilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif baik dalam sistemkoord<strong>in</strong>at geodetik, atau sistem koord<strong>in</strong>at proyeksi, yang ter<strong>in</strong>tegrasi baiksecara sistem nasional, bahkan dalam l<strong>in</strong>gkup praktis global.Bumi terdef<strong>in</strong>isi bersifat d<strong>in</strong>amis (earth is a dynamic planet). D<strong>in</strong>amika kerakbumi seperti pergerakan lempeng, deformasi pada batas antar lempeng,deformasi akibat mekanisme gempa bumi (<strong>in</strong>terseismik, co-seismic, postseismic)merupakan beberapa contoh yang memperlihatkan sifat bumi d<strong>in</strong>amis,disamp<strong>in</strong>g bentuk d<strong>in</strong>amika la<strong>in</strong>nya yang begitu kompleks dan beragam. Sifatd<strong>in</strong>amis bumi <strong>in</strong>i akan memberikan konsekuensi terhadap status geometrikjar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan. Sebagai contoh dari hasil survey geodetik(GPS) pasca gempa bumi di Aceh Andaman tahun 2004 memperlihatkan hasilco-seismic deformation di wilayah Aceh mencapai nilai 2-3 meter, dan bahkanmencapai 5 meter untuk wilayah Andaman. Sementara itu wilayah yang jauhdari pusat gempa seperti Sampali, Semenanjung Malaysia dan Phuket Thailandturut pula terdeformasi dalam orde sentimeter dan desimeter (Vigny, 2005;Irwan et.al.,2005). Dari fakta <strong>in</strong>i terlihat jelas akibat terdeformas<strong>in</strong>ya sebagiankerak bumi <strong>in</strong>i dapat mempengaruhi status geometrik jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasarpemetaan yang berada di sekitar wilayah tersebut. Bench Mark/tugu-tugu titikreferensi ikut terdeformasi, seh<strong>in</strong>gga mempengaruhi nilai koord<strong>in</strong>at yang telahditentukan ada sebelumnya.Sementara itu kesalahan prosedur, atau kekurang-cermatan dalam pengolahandata GPS juga akan mempengaruhi status geometrik titik-titik kerangka dasarpemetaan. Beberapa hasil re-analisis pengolahan data GPS titik-titik kerangkadasar pemetaan nasional kita, memperlihatkan masalah status geometrik darititik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut.Permasalahan status geometrik titik-titik kerangka dasar nasional akibat efekd<strong>in</strong>amika bumi dan ketidak-cermatan dalam proses pengolahan data, dirasaakan mempengaruhi pekerjaan survey dan pemetaan, seperti untuk membuatpeta tematik atau membuat peta jenis la<strong>in</strong>nya. Melalui pembuatan tulisan <strong>in</strong>iakan dicoba dijelaskan beberapa hasil analisis status geometrik titik-titikkerangka dasar nasional, kaitannya dengan d<strong>in</strong>amika bumi yang terjadi dankesalahan prosedur yang dilakukan dalam pengolahan data GPS, danmemberikan altenatif solusi dalam menghadapi permasalahan <strong>in</strong>i, diantaranyadengan membuat sistem semi dynamic datum.2. Jar<strong>in</strong>g titik Kerangka Dasar Pemetaan NasionalJar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan nasional atau titik referensi nasionaldibangun di seluruh wilayah Indonesia, untuk membantu kegiatan survey danpemetaan, termasuk pemetaan tematik. Kita mengenal titik kerangka dasarpemetaan nasional secara spesifik berupa titik-titik triangulasi, titik-titik kontrolorde 0, 1, 2, 3 dan 4, dan titik-titik la<strong>in</strong>nya. Representasi titik-titik kerangkadasar pemetaan tersebut di lapangan berupa bench mark/ tugu yang memilik<strong>in</strong>ilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif, yang ter<strong>in</strong>tegrasi baik secara sistem lokal, nasional,bahkan di l<strong>in</strong>gkup praktis global.


Secara lebih spesifik, desa<strong>in</strong> bentuk bench mark/tugu, ukuran bench mark/tugu,marker pada bench mark/tugu, serta warna bench mark/tugu pun mempunyaispesifikasi yang beragam. Sebagai contoh bench mark/tugu orde 2 mempuyaiukuran 40 x 40 sentimeter, sementara bench mark/tugu orde 3 mempunyaiukuran 30 x 30 sentimeter, dan orde 4 berukuran 20 x 20 sentimeter. Untukspesifikasi warna, sebagai contoh bench mark/tugu orde 2,3,dan 4 semuanyadiberi warna biru langit.Kerapatan dari jar<strong>in</strong>gan titik kerangka dasar pemetaan di lapangan (sebaranbench mark/tugu) juga dibuat dengan spesifikasi tertentu, yang nant<strong>in</strong>ya dapatdigunakan dalam membantu proses survey dan pemetaan dalam suatu sistemnasional secara efektif dan efisien. Contoh untuk desa<strong>in</strong> spasi orde 0, orde 1,orde 2, orde 3, dan orde 4 dapat dilihat pada tabel 1 di bawah <strong>in</strong>i :Tabel 1. Desa<strong>in</strong> spasi tipikal jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar/kontrol Nasional orde 0,orde 1, orde 2, orde 3 dan orde 4Titik Kontrol Lokasi Pengelola Spasi tipikal antar titikOrde - 0 Ibukota Prov<strong>in</strong>si dan Bakosurtanal 200 – 1000 kilometerkota-kota besarOrde - 1 Ibukota kabupaten Bakosurtanal 100 – 200 kilometerdan kotamadyaOrde - 2 Pemukiman, diluar BPN 10 - 15 kilometerkawasan hutanOrde - 3 Pemukiman, diluar BPN1 - 2 kilometerkawasan hutanOrde - 4 Pemukiman, diluar BPN~ 500 meterkawasan hutanRatusan bahkan ribuan titik kerangka dasar pemetaan telah di bangun dilapangan dari rencana ratusan ribu titik dengan sebaran yang ideal untukseluruh wilayah Nusantara. Di bawah <strong>in</strong>i (gambar 1) dapat dilihat contoh darirepresentasi titik kerangka dasar pemetaan di lapangan dan sebaran jar<strong>in</strong>gantitik kerangka dasar pemetaan orde 1 dan 2 yang dikelola oleh Bakosurtanaldan BPN yang telah dibangun di wilayah Prov<strong>in</strong>si Nangroo Aceh Darussalam.Gambar 1 Contoh Bench mark/tugu representasi titik kerangka dasar pemetaan dilapangan dan sebaran titik-titik Bako dan BPN di Wilayah Prov<strong>in</strong>si Aceh (Courtesy BPN)


3. Bumi D<strong>in</strong>amis (Geod<strong>in</strong>amika dan Deformasi)Sudah bukan teori lagi kita melihat bumi sebagai bumi d<strong>in</strong>amis. Prosesgeod<strong>in</strong>amika dan deformasi berlangsung setiap saat dan berlaku secarakont<strong>in</strong>yu di bumi kita <strong>in</strong>i. Beberapa bentuk proses geod<strong>in</strong>amika dan deformasiyang umum diketahui yaitu pergerakan antar lempeng, <strong>in</strong>teraksi antar lempeng,gempa bumi, aktivitas deformasi gunungapi, serta landslide (gambar 2).Gambar 2 Gambar dari kiri atas ke kanan, ke bawah, mas<strong>in</strong>g-mas<strong>in</strong>g ilustrasi pergerakanlempeng Sunda Block, Co-seismic Gempa Jogja 2006, Inflasi gunung Papandayan letusan2002, Landslide Ciloto [Vigny et al 2004, Irwan et.al 2006, Abid<strong>in</strong> et. al 2003 2004]Proses geod<strong>in</strong>amika dan deformasi sedikit banyaknya pasti akanmempengaruhi status geometrik titik-titik kerangka dasar pemetaan. Akibatproses geod<strong>in</strong>amika dan deformasi, bench Mark/tugu-tugu titik kerangka dasarpemetaan dapat berubah posis<strong>in</strong>ya, seh<strong>in</strong>gga jelas akan mempengaruhi nilaikoord<strong>in</strong>at yang telah didef<strong>in</strong>isikan sebelumnya.4. Prosedur pengolahan data GPS titik-titik kerangka dasar pemetaanHampir sebagian besar koord<strong>in</strong>at titik-titik kerangka dasar pemetaan dipe<strong>role</strong>hdari hasil survey GPS. Untuk itu prosedur pengamatan dan pengolahan dataGPS haruslah dijalankan dengan baik. Apabila tidak, maka akan timbulpermasalahan dalam hal status geometrik titik-titik kerangka dasar pemetaantersebut. Adapun gambaran prosedur pengolahan data GPS secara umumdalam rangka penetapan koord<strong>in</strong>at titik-titik kerangka dasar pemetaan antarala<strong>in</strong> berupa : pemilihan titik ikat yang benar, penanganan kesalahan dan biasdata GPS yang sesuai, penentuan ambiguitas fase yang tepat, dan la<strong>in</strong> la<strong>in</strong>.


5. Analisis Status Geometrik titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan5.1 Efek d<strong>in</strong>amika bumiMelihat wilayah negara kita sebagai salah satu daerah geod<strong>in</strong>amik dandeformasi pal<strong>in</strong>g aktif di dunia (bisa disebut juga dynamic nation), maka sudahmenjadi kenyataan bahwa status geometrik titik-titik kerangka dasar pemetaandi negara kita terpengaruh oleh proses geod<strong>in</strong>amika dan deformasi. Tidaksedikit bench Mark/tugu-tugu titik kerangka dasar pemetaan telah berubahposis<strong>in</strong>ya, seh<strong>in</strong>gga nilai koord<strong>in</strong>at yang telah didef<strong>in</strong>isikan sebelumnya akanikut terpengaruh pula.Pergerakan sunda block telah merubah jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan diwilayah Kalimantan sekitar 20 sentimeter dalam kurun waktu 10 tahun (gambar5). Sementara itu deformasi akibat gempa Jogjakarta yang terjadi pada tanggal27 mei 2006 lalu telah merubah jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan di sekitarwilayah Jogjakarta sekitar 1-2 desimeter (gambar 4).Di bawah <strong>in</strong>i (tabel 2, gambar 3) adalah contoh hasil survey GPS danpemodelan perubahan Jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar orde 2 BPN Prov<strong>in</strong>si Aceh(Aceh bagian Barat) akibat efek gempa bumi Aceh Andaman 2004menggunakan formulasi elastic half space Okada dalam s<strong>of</strong>tware RGNCHN.Besar perubahan titik-titik kerangka orde 2 dalam tabel dapat dilihat berkisar 97sentimeter sampai dengan 2,56 meter untuk komponen east<strong>in</strong>g, 30 sentimetersampai dengan 1,38 meter untuk arah north<strong>in</strong>g.Tabel 2. Hasil pemodelan perubahan Jar<strong>in</strong>g referensi orde 2 BPN Aceh bagian Baratakibat efek gempa bumi Aceh Andaman 2004 menggunakan s<strong>of</strong>tware RGNCHNModel Perubahan Titik referensi Nasional orde 2 (BPN) Prov<strong>in</strong>si Aceh(Aceh Bagian Barat ) akibat efek gempa Aceh Andaman 2004No. Nama titik Perubahan ke arah komponenEast<strong>in</strong>g (dalam sentimeter)Perubahan ke arah komponenNorth<strong>in</strong>g (dalam sentimeter)1 01180 -103.880 -31.1102 01179 -105.650 -30.5603 01178 -126.090 -39.0604 01177 -98.070 -32.2005 01176 -97.670 -30.7106 01175 -105.870 -32.9807 01174 -132.960 -44.8608 01173 -107.840 -37.5709 01172 -114.550 -40.01010 01171 -120.190 -40.34011 01170 -125.870 -48.98012 01169 -122.690 -42.83013 01168 -139.210 -50.60014 01167 -135.950 -52.42015 01166 -107.480 -40.51016 01165 -125.160 -53.05017 01164 -124.650 -49.59018 01163 -140.870 -58.940


19 01162 -149.330 -62.18020 01161 -159.540 -65.81021 01160 -173.650 -76.47022 01159 -131.340 -56.77023 01158 -146.610 -63.25024 01157 -181.670 -83.11025 01156 -131.280 -55.27026 01155 -141.350 -61.53027 01153 -175.450 -80.40028 01152 -162.620 -76.33029 01151 -189.850 -90.07030 01150 -155.940 -72.87031 01149 -167.550 -79.26032 01148 -194.770 -94.61033 01147 -190.570 -94.11034 01146 -201.300 -101.98035 01145 -208.490 -105.02036 01144 -212.520 -109.14037 01143 -222.260 -114.62038 01142 -240.960 -126.31039 01141 -243.970 -128.58040 01140 -213.830 -111.49041 01139 -246.810 -130.95042 01138 -222.080 -117.13043 01137 -255.670 -136.91044 01136 -235.060 -126.12045 01135 -256.610 -138.19046 01134 -242.530 -130.37047 01133 -240.760 -129.48048 01132 -226.960 -121.58049 01131 -216.010 -115.16050 01130 -226.980 -121.73051 01129 -231.680 -124.71052 01128 -233.580 -125.93053 01127 -226.740 -121.99054 01126 -212.300 -113.53055 01125 -182.060 -95.7502 meterGambar 3. Ilustrasi pergeseran titik-titik BPN orde 2 Prov<strong>in</strong>si Aceh (Bagian barat Aceh)


Gambar 4. Ilustrasi pergeseran titik kerangka dasar pemetaan nasional di wilayahJogjakarta dan sekitarnya akibat efek deformasi gempa Jogjakarta 200620 cm/10thGambar 5. Ilustrasi pergeseran titik kerangka dasar pemetaan nasional di wilayahKalimantan akibat efek pergerakan sunda block5.2 Kekurang-cermatan pengolahan dataTitik kerangka dasar pemetaan nasional orde 0,1,2,3 terkecuali orde 4 didapatdari hasil survey GPS. Untuk mendapatkan koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif yang benar darititik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut jelas diperlukan prosedurpengamatan dan pengolahan data GPS yang benar pula. Apabila tidak, makaakan timbul permasalahan dalam hal status geometrik titik-titik kerangka dasarpemetaan tersebut. Strategi pengamatan yang benar, strategi pengolahanyang benar (contoh: pemilihan titik ikat yang benar, penanganan kesalahan danbias data GPS yang sesuai, penentuan ambiguitas fase yang tepat, dan la<strong>in</strong>la<strong>in</strong>) menjadi kunc<strong>in</strong>ya.Beberapa hasil re-analisis pengolahan data GPS titik-titik kerangka dasarpemetaan nasional kita, ternyata memperlihatkan masalah status geometrikdari titik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut. Koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif dari


eberapa titik kerangka dasar pemetaan nasional di beberapa tempat kasuspenelitian ternyata ada yang tidak sesuai dengan sistem koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif darijar<strong>in</strong>gan titik ikat nasional secara keseluruhan. Hal <strong>in</strong>i dimungk<strong>in</strong>kan terjadikarena kekurang-cermatan ketika melakukan pengolahan data GPS dalam halpemilihan titik ikat yang benar, penanganan kesalahan dan bias yang sesuai,atau penentuan nilai ambiguitas fase yang tepat.Tabel dibawah <strong>in</strong>i (tabel 3 dan 4) memperlihatkan contoh nilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itifdari beberapa titik kerangka dasar pemetaan yang terlihat terdapatpermasalahan dalam hal status geometriknya. Hasil re-process<strong>in</strong>g datamenunjukkan perbedaan nilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif untuk komponen east<strong>in</strong>gbernilai sekitar 20-30 sentimeter, dan untuk komponen north<strong>in</strong>g bernilai sekitar80-100 sentimeter. Hasil re-process<strong>in</strong>g, menggunakan data penelitian yanglebih baik, serta proses pengolahan data yang lebih terandalkan (penggunaans<strong>of</strong>tware ilmiah Bernese 5.0, penanganan kesalahan dan bias yang lebihkomprehensif, dan la<strong>in</strong>-la<strong>in</strong>)Tabel 3. Koord<strong>in</strong>at data titik kerangka dasar pemetaan dan koord<strong>in</strong>at data hasil reprocess<strong>in</strong>gkasus penelitian status geometrik titik kerangka dasar pemetaan fungsi daripermasalahan ketidak-cermatan pengolahan dataTabel Koord<strong>in</strong>at data titik kerangka dasar pemetaan dan koord<strong>in</strong>at data hasil reprocess<strong>in</strong>gdi daerah kasus penelitianNama titik Data titik kerangka pemetaan Data hasil re-process<strong>in</strong>gEast<strong>in</strong>g (m) North<strong>in</strong>g (m) East<strong>in</strong>g (m) North<strong>in</strong>g (m)262 698248.7930 9229855.8160 698249.1135 9229856.7740263 694683.1340 9243319.5900 694683.5778 9243320.5356266 716886.3650 9228069.2180 716886.7177 9228070.1613CBDK 697902.3830 9237543.2200 697902.7685 9237544.1894CBBR 734335.4600 9232615.2140 734335.8340 9232616.32360416 223905.8910 9220842.7410 223906.1125 9220843.6240369 191449.3990 9221124.9320 191449.6874 9221125.844CNRU 231342.4290 9224355.4200 231342.6972 9224356.2870410 221864.3220 9233928.2790 221864.6174 9233929.1480383 202044.7620 9235588.0280 202045.0777 9235588.868Tabel 4. Selisih koord<strong>in</strong>at data titik kerangka dasar pemetaan dan koord<strong>in</strong>at data hasilre-process<strong>in</strong>g kasus penelitian status geometrik titik kerangka dasar pemetaan fungsidari permasalahan ketidak-cermatan pengolahan dataSelisih Koord<strong>in</strong>at data titik kerangka dasar pemetaan dan koord<strong>in</strong>at data hasil reprocess<strong>in</strong>gdi daerah kasus penelitianNo. Nama titik Perubahan ke arah komponenEast<strong>in</strong>g (dalam meter)Perubahan ke arah komponenNorth<strong>in</strong>g (dalam meter)1 262 0.321 0.9582 263 0.444 0.9463 266 0.353 0.9434 CBDK 0.385 0.969


5 CBBR 0.374 1.1106 0416 0.221 0.8837 0369 0.288 0.9128 CNRU 0.268 0.8679 0410 0.295 0.86910 0383 0.316 0.8406. Kesimpulan dan RekomendasiSepert<strong>in</strong>ya telah jelas dan nyata kita menghadapi permasalah status geometrikdari titik-titik kerangka dasar pemetaan nasional akibat konsekuensi darid<strong>in</strong>amika bumi, dan akibat ketidak-cermatan dalam pengolahan data.Permasalahan <strong>in</strong>i baik kita sadari atau tidak akan mempengaruhi pekerjaansurvey dan pemetan seperti pemetaan tematik. Suatu peta tematik akanmempunyai kelemahan di status geometrik-nya apabila dalam prosespembuatannya menggunakan bantuan titik kerangka dasar pemetan yangmempunyai masalah dalam hal status geometriknya.Apabila kita melihat hal di atas benar-benar sebagai masalah, maka sudahsewajibnya untuk dicarikan solusi dari permasalahan tersebut. Alternatif solusiyang mungk<strong>in</strong> dapat menjawab permasalah tersebut antara la<strong>in</strong> sebagaiberikut:• Mulai memikirkan konsep semi dynamic datum (Blick et.al, 200x) untukditerapkan dalam sistem kerangka pemetaan nasional kita• Mulai menyusun model geod<strong>in</strong>amika dan deformasi bagi wilayah kita yangdapat disebut sebagai ‘dynamic nation’• Pen<strong>in</strong>gkatan kemampuan unsur-unsur (contoh sumber daya manusia) yangikut terlibat dalam pembangunan jar<strong>in</strong>gan titik kerangka dasar pemetaannasional• Membangun sistem CORS (Cont<strong>in</strong>uous Operat<strong>in</strong>g GPS Reference System)sebagai alternatif jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan• Dan la<strong>in</strong>-la<strong>in</strong>Semi Dynamic Datum didef<strong>in</strong>isikan ketika set (kumpulan) koord<strong>in</strong>at dari titik-titikbench mark jar<strong>in</strong>g kerangka koord<strong>in</strong>at, mas<strong>in</strong>g-mas<strong>in</strong>g memiliki satu nilai yangditetapkan pada epoch reference tertentu (freeze coord<strong>in</strong>ates), misalnya kitatentukan epoch reference-nya ke 1 januari 2000 (epoch 2000.0). Denganadanya epoch reference tersebut kita dapat mengadopsi pengaruhgeod<strong>in</strong>amika dan deformasi terhadap set (kumpulan) koord<strong>in</strong>at denganpendekatan model transformasi, yang disusun dari pemodelan geod<strong>in</strong>amikadan deformasi itu sendiri. Sebagai contoh jika kita melakukan pengamatangeodetik (GPS) pada tahun 2007 untuk perapatan jar<strong>in</strong>g kerangka pemetaan,setelah data process<strong>in</strong>g selesai, kita dapat tambahkan model geod<strong>in</strong>amika dandeformasi, seh<strong>in</strong>gga hasil akhir koord<strong>in</strong>at jar<strong>in</strong>g perapatan tersebut dapat kitatarik ke epoch yang telah ditentukan seperti 1 januari 2000 di atas.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!