serta hal la<strong>in</strong>nya) yang memiliki nilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif baik dalam sistemkoord<strong>in</strong>at geodetik, atau sistem koord<strong>in</strong>at proyeksi, yang ter<strong>in</strong>tegrasi baiksecara sistem nasional, bahkan dalam l<strong>in</strong>gkup praktis global.Bumi terdef<strong>in</strong>isi bersifat d<strong>in</strong>amis (earth is a dynamic planet). D<strong>in</strong>amika kerakbumi seperti pergerakan lempeng, deformasi pada batas antar lempeng,deformasi akibat mekanisme gempa bumi (<strong>in</strong>terseismik, co-seismic, postseismic)merupakan beberapa contoh yang memperlihatkan sifat bumi d<strong>in</strong>amis,disamp<strong>in</strong>g bentuk d<strong>in</strong>amika la<strong>in</strong>nya yang begitu kompleks dan beragam. Sifatd<strong>in</strong>amis bumi <strong>in</strong>i akan memberikan konsekuensi terhadap status geometrikjar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan. Sebagai contoh dari hasil survey geodetik(GPS) pasca gempa bumi di Aceh Andaman tahun 2004 memperlihatkan hasilco-seismic deformation di wilayah Aceh mencapai nilai 2-3 meter, dan bahkanmencapai 5 meter untuk wilayah Andaman. Sementara itu wilayah yang jauhdari pusat gempa seperti Sampali, Semenanjung Malaysia dan Phuket Thailandturut pula terdeformasi dalam orde sentimeter dan desimeter (Vigny, 2005;Irwan et.al.,2005). Dari fakta <strong>in</strong>i terlihat jelas akibat terdeformas<strong>in</strong>ya sebagiankerak bumi <strong>in</strong>i dapat mempengaruhi status geometrik jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasarpemetaan yang berada di sekitar wilayah tersebut. Bench Mark/tugu-tugu titikreferensi ikut terdeformasi, seh<strong>in</strong>gga mempengaruhi nilai koord<strong>in</strong>at yang telahditentukan ada sebelumnya.Sementara itu kesalahan prosedur, atau kekurang-cermatan dalam pengolahandata GPS juga akan mempengaruhi status geometrik titik-titik kerangka dasarpemetaan. Beberapa hasil re-analisis pengolahan data GPS titik-titik kerangkadasar pemetaan nasional kita, memperlihatkan masalah status geometrik darititik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut.Permasalahan status geometrik titik-titik kerangka dasar nasional akibat efekd<strong>in</strong>amika bumi dan ketidak-cermatan dalam proses pengolahan data, dirasaakan mempengaruhi pekerjaan survey dan pemetaan, seperti untuk membuatpeta tematik atau membuat peta jenis la<strong>in</strong>nya. Melalui pembuatan tulisan <strong>in</strong>iakan dicoba dijelaskan beberapa hasil analisis status geometrik titik-titikkerangka dasar nasional, kaitannya dengan d<strong>in</strong>amika bumi yang terjadi dankesalahan prosedur yang dilakukan dalam pengolahan data GPS, danmemberikan altenatif solusi dalam menghadapi permasalahan <strong>in</strong>i, diantaranyadengan membuat sistem semi dynamic datum.2. Jar<strong>in</strong>g titik Kerangka Dasar Pemetaan NasionalJar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar pemetaan nasional atau titik referensi nasionaldibangun di seluruh wilayah Indonesia, untuk membantu kegiatan survey danpemetaan, termasuk pemetaan tematik. Kita mengenal titik kerangka dasarpemetaan nasional secara spesifik berupa titik-titik triangulasi, titik-titik kontrolorde 0, 1, 2, 3 dan 4, dan titik-titik la<strong>in</strong>nya. Representasi titik-titik kerangkadasar pemetaan tersebut di lapangan berupa bench mark/ tugu yang memilik<strong>in</strong>ilai koord<strong>in</strong>at def<strong>in</strong>itif, yang ter<strong>in</strong>tegrasi baik secara sistem lokal, nasional,bahkan di l<strong>in</strong>gkup praktis global.
Secara lebih spesifik, desa<strong>in</strong> bentuk bench mark/tugu, ukuran bench mark/tugu,marker pada bench mark/tugu, serta warna bench mark/tugu pun mempunyaispesifikasi yang beragam. Sebagai contoh bench mark/tugu orde 2 mempuyaiukuran 40 x 40 sentimeter, sementara bench mark/tugu orde 3 mempunyaiukuran 30 x 30 sentimeter, dan orde 4 berukuran 20 x 20 sentimeter. Untukspesifikasi warna, sebagai contoh bench mark/tugu orde 2,3,dan 4 semuanyadiberi warna biru langit.Kerapatan dari jar<strong>in</strong>gan titik kerangka dasar pemetaan di lapangan (sebaranbench mark/tugu) juga dibuat dengan spesifikasi tertentu, yang nant<strong>in</strong>ya dapatdigunakan dalam membantu proses survey dan pemetaan dalam suatu sistemnasional secara efektif dan efisien. Contoh untuk desa<strong>in</strong> spasi orde 0, orde 1,orde 2, orde 3, dan orde 4 dapat dilihat pada tabel 1 di bawah <strong>in</strong>i :Tabel 1. Desa<strong>in</strong> spasi tipikal jar<strong>in</strong>g titik kerangka dasar/kontrol Nasional orde 0,orde 1, orde 2, orde 3 dan orde 4Titik Kontrol Lokasi Pengelola Spasi tipikal antar titikOrde - 0 Ibukota Prov<strong>in</strong>si dan Bakosurtanal 200 – 1000 kilometerkota-kota besarOrde - 1 Ibukota kabupaten Bakosurtanal 100 – 200 kilometerdan kotamadyaOrde - 2 Pemukiman, diluar BPN 10 - 15 kilometerkawasan hutanOrde - 3 Pemukiman, diluar BPN1 - 2 kilometerkawasan hutanOrde - 4 Pemukiman, diluar BPN~ 500 meterkawasan hutanRatusan bahkan ribuan titik kerangka dasar pemetaan telah di bangun dilapangan dari rencana ratusan ribu titik dengan sebaran yang ideal untukseluruh wilayah Nusantara. Di bawah <strong>in</strong>i (gambar 1) dapat dilihat contoh darirepresentasi titik kerangka dasar pemetaan di lapangan dan sebaran jar<strong>in</strong>gantitik kerangka dasar pemetaan orde 1 dan 2 yang dikelola oleh Bakosurtanaldan BPN yang telah dibangun di wilayah Prov<strong>in</strong>si Nangroo Aceh Darussalam.Gambar 1 Contoh Bench mark/tugu representasi titik kerangka dasar pemetaan dilapangan dan sebaran titik-titik Bako dan BPN di Wilayah Prov<strong>in</strong>si Aceh (Courtesy BPN)