April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Dalam cara yang sama, Anda dan saya dapat<br />
menempatkan Kristus sebagai pusat dari kehidupan<br />
kita dan menjadi satu dengan-Nya sebagaimana<br />
Dia adalah satu dengan Bapa (lihat<br />
Yohanes 17:20–23). Kita dapat mulai dengan<br />
melepaskan apa pun dari hidup kita dan kemudian<br />
menyatukannya kembali dalam urutan<br />
prioritas dengan Juruselamat sebagai pusatnya.<br />
Kita hendaknya mengutamakan hal-hal yang<br />
memungkinkan untuk selalu mengingat-Nya—<br />
doa dan penelaahan tulisan suci yang sering,<br />
penelaahan yang saksama akan ajaran-ajaran<br />
kerasulan, persiapan mingguan untuk mengambil<br />
sakramen secara layak, peribadatan hari<br />
Minggu, serta mencatat dan mengingat apa<br />
yang Roh dan pengalaman ajarkan kepada kita<br />
mengenai kemuridan.<br />
Hal-hal lainnya mungkin muncul dalam<br />
benak Anda yang terutama cocok bagi Anda<br />
pada momen ini dalam kehidupan Anda.<br />
Sekali kita menyediakan cukup waktu dan<br />
sarana untuk masalah ini dalam memfokuskan<br />
hidup kita pada Kristus, kita dapat mulai<br />
menambahkan tanggung jawab dan hal-hal<br />
berharga lainnya, seperti pendidikan dan<br />
tanggung jawab keluarga. Dengan cara ini<br />
hal-hal penting tidak akan dianugerahkan<br />
dalam hidup kita melalui hal-hal baik semata,<br />
dan hal-hal yang tidak bernilai akan mendapat<br />
prioritas lebih rendah atau hilang sama sekali.<br />
Saya tahu bahwa menyelaraskan kehendak<br />
kita dengan kehendak Yesus Kristus sebagaimana<br />
Dia menyelaraskan kehendak-Nya<br />
dengan kehendak Bapa adalah hal yang tidak<br />
mudah dipenuhi. Presiden Brigham Young<br />
(1801–1977) berbicara dengan penuh simpati<br />
tentang tantangan kita ketika dia menuturkan,<br />
“Setelah semua yang dikatakan dan dilakukan,<br />
setelah Dia memimpin umat ini sedemikian<br />
lama, apakah Anda tidak merasa<br />
bahwa ada ketidakyakinan kepada Allah kita?<br />
Dapatkah Anda merasakannya dalam diri Anda<br />
sendiri? Anda mungkin bertanya, ‘[Brother]<br />
Brigham, apakah Anda merasakannya dalam<br />
diri Anda sendiri?’ Ya, saya menyadari bahwa<br />
saya masih kurang yakin, dalam beberapa hal,<br />
kepada Dia yang saya percayai.—Mengapa? Karena<br />
saya tidak memiliki kuasa, sebagai akibat<br />
dari yang kejatuhan bawa pada diri saya ....<br />
… Sesuatu timbul dalam diri saya,<br />
kadang-kadang[,] yang membuat garis pemisah<br />
antara minat saya dengan minat Bapa saya<br />
di surga; sesuatu yang membuat minat saya<br />
dan minat Bapa saya di surga tidak menyatu.<br />
Saya tahu bahwa kita hendaknya merasakan<br />
dan memahami, sejauh mungkin, sejauh<br />
sifat kejatuhan akan mengizinkan kita, sejauh<br />
kita dapat memperoleh iman dan pengetahuan<br />
untuk memahami diri kita sendiri,<br />
bahwa tujuan Allah yang kita layani adalah<br />
tujuan kita, dan bahwa kita tidak memiliki<br />
yang lainnya, baik dalam waktu fana maupun<br />
dalam kekekalan.” 1<br />
Meskipun tidak mudah, kita dapat secara<br />
konsisten maju terus dengan iman kepada<br />
Tuhan. Saya dapat meyakinkan bahwa sering<br />
kali hasrat dan kemampuan kita untuk<br />
selalu mengingat dan mengikuti Juruselamat<br />
akan tumbuh. Kita hendaknya dengan sabar<br />
bekerja untuk mencari gol itu dan selalu<br />
berdoa memohon kemampuan memperbedakan<br />
dan bantuan ilahi yang kita perlukan.<br />
Nefi menasihati, “Tetapi lihatlah, aku berkata<br />
kepadamu bahwa kamu mesti berdoa selalu,<br />
dan janganlah melemah; bahwa kamu mesti<br />
tidak melakukan apa pun bagi Tuhan kecuali<br />
pertama-tama kamu akan berdoa kepada<br />
Bapa dalam nama Kristus, bahwa Dia akan<br />
mempersucikan kinerjamu bagimu, agar kinerjamu<br />
boleh untuk kesejahteraan jiwamu”<br />
(2 Nefi 32:9).<br />
Saya melihat sebuah teladan sederhana<br />
tentang jenis doa ini ketika Penatua Dallin H.<br />
Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul dan saya<br />
ditugasi untuk memimpin sebuah wawancara<br />
video konferensi dengan satu pasangan<br />
di negara lain. Tak lama sebelum masuk ke<br />
studio, saya mengkaji sekali lagi informasi<br />
yang telah kami kumpulkan tentang pasangan<br />
itu dan merasa saya siap untuk wawancara<br />
tersebut. Beberapa menit sebelum waktu yang<br />
ditetapkan, saya melihat Penatua Oaks duduk<br />
sendirian dengan kepala tertunduk. Sejenak<br />
dia mengangkat kepalanya dan berkata, “Saya<br />
baru saja menyelesaikan doa saya dalam<br />
persiapan untuk wawancara ini. Kita akan<br />
memerlukan karunia memperbedakan.” Dia<br />
tidak mengabaikan persiapan paling penting,<br />
sebuah doa untuk menguduskan kinerja kami<br />
demi kebaikan kami dan kemuliaan Tuhan.<br />
<strong>April</strong> <strong>2011</strong> 23