21.06.2013 Views

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Melalui hukum<br />

kekal, belas kasihan<br />

tidak dapat<br />

diulurkan kecuali<br />

ada seseorang<br />

yang bersedia dan<br />

mampu menanggung<br />

utang kita<br />

serta membayar<br />

harga dan<br />

mengatur syaratsyaratnya<br />

bagi<br />

penebusan kita.<br />

58 <strong>Liahona</strong><br />

“Keadilanlah yang menuntut agar Anda<br />

menepati perjanjian itu atau menerima hukumannya,”<br />

si pemberi utang menjawab. ”Itulah<br />

hukumnya. Anda telah menyetujuinya dan begitulah<br />

seharusnya. Belas kasihan tidak dapat<br />

merampas keadilan.”<br />

Demikianlah mereka: Yang satu menuntut<br />

keadilan, yang lain memohon belas kasihan.<br />

Yang satu tidak dapat menang kecuali dengan<br />

mengurbankan yang lain.<br />

“Jika Anda tidak melupakan utang itu maka<br />

tidak akan ada belas kasihan,” si terutang<br />

memohon.<br />

“Jika saya melakukannya, maka tidak akan<br />

ada keadilan,” itulah jawabannya.<br />

Kedua hukum itu, tampaknya, tidak dapat<br />

dipenuhi. Ada dua keinginan yang tampaknya<br />

berlawanan satu sama lain. Tidak adakah cara<br />

bagi keadilan untuk sepenuhnya dijalankan,<br />

demikian juga dengan belas kasihan?<br />

Ada sebuah cara! Hukum keadilan dapat sepenuhnya<br />

dipuaskan dan belas kasihan dapat<br />

sepenuhnya diberikan—namun itu membutuhkan<br />

orang lain. Dan itulah yang terjadi saat ini.<br />

Pengantaranya<br />

Si terutang memiliki seorang teman. Dia<br />

datang untuk menolong. Dia mengenal si<br />

terutang dengan baik. Dia tahu si terutang<br />

berpandangan dangkal. Dia mengganggapnya<br />

bodoh karena melibatkan dirinya dalam<br />

dilema semacam itu. Meskipun demikian, dia<br />

ingin menolong karena dia mengasihinya. Dia<br />

berdiri di tengah-tengah mereka, menghadap<br />

si pemberi utang, dan membuat tawaran ini.<br />

“Saya akan membayar utangnya jika Anda<br />

mau membebaskan si terutang dari perjanjiannya<br />

agar dia tetap dapat memiliki barang<br />

miliknya dan tidak dipenjarakan.”<br />

Sewaktu si pemberi utang memikirkan tawaran<br />

itu, si penengah tersebut menambahkan,<br />

“Anda menuntut keadilan. Meskipun dia tidak<br />

dapat membayar Anda, sayalah yang akan membayarnya.<br />

Anda akan ditangani secara adil dan<br />

tidak dapat meminta lebih. Itu jadinya tidak adil.”<br />

Maka si pemberi utang itu setuju.<br />

Si penengah lalu berpaling kepada si terutang.<br />

”Jika saya membayarkan utang Anda,<br />

maukah Anda menerima saya sebagai pemberi<br />

utang Anda?”<br />

“O ya, ya,” seru si terutang. “Anda menyelamatkan<br />

saya dari penjara dan memperlihatkan<br />

belas kasihan kepada saya.”<br />

“Jadi,” tutur si penengah [orang yang<br />

menolong], “Anda akan membayar utang itu<br />

kepada saya dan saya akan menentukan syarat-syaratnya.<br />

Itu tidak akan mudah, namun<br />

itu mungkin. Saya akan menyediakan sebuah<br />

cara. Anda tidak perlu dipenjara.”<br />

Dan demikianlah jadinya si pemberi utang<br />

dibayar lunas. Dia telah diperlakukan dengan<br />

adil. Tidak ada perjanjian yang telah dilanggar.<br />

Si Terutang, sebaliknya, telah diberi belas<br />

kasihan. Kedua hukum itu telah dipenuhi.<br />

Karena ada seorang penengah, keadilan telah<br />

menuntut bagiannya secara penuh, dan belas<br />

kasihan telah dipuaskan seutuhnya.<br />

Pengantara Kita<br />

Kita masing-masing hidup dalam suatu<br />

jenis kredit rohani, suatu utang. Kelak laporan<br />

akan ditutup, sebuah pemberesan dituntut.<br />

Tetapi secara iseng kita dapat melihatnya<br />

sekarang, ketika hari itu tiba dan penutupan<br />

sebentar lagi [dekat], kita akan mencari dalam<br />

kepedihan mendalam seseorang, siapa pun,<br />

untuk menolong kita.<br />

Dan melalui hukum kekal, belas kasihan<br />

tidak dapat diulurkan kecuali ada seseorang<br />

yang bersedia dan mampu menanggung utang<br />

kita serta membayar harga dan mengatur<br />

syarat-syaratnya bagi penebusan kita.<br />

Kecuali ada seorang pengantara, kecuali<br />

kita memiliki seorang teman, keadilan sepenuhnya<br />

harus jatuh ke atas kita. Pembayaran<br />

seutuhnya untuk setiap pelanggaran, betapa<br />

pun kecil atau betapa pun dalam, akan diangkat<br />

[diambil] dari kita sepenuhnya.<br />

Namun ketahuilah ini: Kebenaran, kebenaran<br />

agung, menyatakan ada seorang Pengantara seperti<br />

itu. “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia<br />

yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia,<br />

yaitu manusia Yesus Kristus” (1 Timotius<br />

2:5). Melalui Dia belas kasihan dapat sepenuhnya<br />

diulurkan kepada kita masing-masing tanpa<br />

melanggar hukum kekal keadilan.<br />

Penguluran belas kasihan tidak akan otomatis.<br />

Itu akan melalui perjanjian dengan-Nya.<br />

Itu akan mengikuti syarat-syarat-Nya, syaratsyarat-Nya<br />

yang murah hati, yang mencakup,<br />

sebagai suatu esensi mutlak, baptisan dengan<br />

pencelupan untuk pengampunan dosa-dosa.<br />

Seluruh umat manusia dapat dilindungi<br />

dengan hukum keadilan, dan sekaligus kita<br />

masing-masing secara individu dapat diuluri<br />

berkat penebusan dan penyembuhan dari<br />

belas kasihan. ◼<br />

Dari “<strong>The</strong> Mediator,” Ensign, Mei 1977, 54–56.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!