21.06.2013 Views

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

April 2011 Liahona - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sebelum wahyu yang menenteramkan kepada Joseph<br />

dan Oliver, Nabi mengalami suatu pengalaman menyedihkan<br />

dan menyakitkan yang mengajarinya untuk memandang<br />

Juruselamat dan tidak gentar pada opini, tekanan,<br />

dan ancaman manusia.<br />

Pada bulan Juni 1828 Joseph mengizinkan Martin Harris<br />

membawa 116 halaman pertama naskah Kitab Mormon<br />

dari Harmony, Pennsylvania, untuk diperlihakan kepada<br />

anggota keluarga di Palmyra, New York. Setelah Martin gagal<br />

mengembalikan sebagaimana yang dijanjikan, Joseph<br />

yang galau melakukan perjalanan dengan gerobak sewaan<br />

ke rumah orang tuanya di Manchester Township, New<br />

York. Nabi segera memanggil Martin. Ketika Martin tiba,<br />

dia mengakui bahwa dia tidak memiliki naskah itu atau<br />

tidak tahu keberadaan naskah itu.<br />

Joseph menjerit, “Ah! Allahku, Allahku … Semuanya<br />

hilang, hilang sudah. Apa yang harus saya lakukan? Saya<br />

telah berdosa. Sayalah yang telah menggoda kemurkaan<br />

Allah dengan meminta kepada-Nya untuk apa yang bukan<br />

merupakan hak saya untuk memintanya … Atas teguran<br />

apakah saya tidak layak dari malaikat Yang Mahatinggi?<br />

Esok harinya Nabi kembali ke Harmony. Setibanya<br />

di sana, dia berkata, “Saya mulai merendahkan hati saya<br />

dalam doa yang kuat di hadapan Tuhan … agar jika<br />

mungkin saya bolehlah mendapatkan belas kasihan dari<br />

tangan-Nya dan diampuni dari semua yang telah saya<br />

lakukan yang bertentangan dengan kehendak-Nya.” 2<br />

Setelah mendera Joseph karena lebih takut kepada manusia<br />

daripada kepada Allah, Tuhan berfirman kepadanya,<br />

“Engkau adalah Joseph, dan engkau dipilih untuk melakukan<br />

pekerjaan Tuhan, tetapi karena pelanggaran, jika<br />

engkau tidak mawas diri engkau akan jatuh.<br />

Tetapi ingatlah, Allah penuh belas kasihan; oleh karena<br />

itu, bertobatlah dari apa yang telah engkau lakukan yang<br />

bertentangan dengan perintah yang Aku berikan kepadamu,<br />

dan engkau masih dipilih, dan kembali dipanggil<br />

pada pekerjaan itu” (A&P 3:9–10).<br />

“Untuk sesaat, Tuhan mengambil Urim dan Tumim serta<br />

lempengan-lempengan itu dari Joseph. Tetapi hal-hal ini<br />

segera dipulihkan kepadanya. ‘Malaikat itu bersukacita<br />

ketika dia memberikan kembali kepada saya Urim dan<br />

Tumim,’ kenang Nabi, ‘dan berkata bahwa Allah berkenan<br />

dengan kesetiaan dan kerendahan hati saya, serta mengasihi<br />

saya karena penyesalan dan ketekunan saya dalam<br />

doa, karena saya telah melakukan kewajiban saya sedemikian<br />

baik sehingga … dapat memasuki pekerjaan penerjemahan<br />

lagi.’ Sewaktu Joseph melanjutkan dalam pekerjaan<br />

besar di hadapannya, dia kini dikuatkan dengan perasaan<br />

manis telah menerima pengampunan Tuhan dan suatu<br />

tekad yang diperbarui untuk melakukan kehendak-Nya.” 3<br />

Tekad Nabi untuk bersandar pada Allah dan tidak takut<br />

pada apa yang dapat manusia lakukan menjadi kuat setelah<br />

pengalaman ini. Kehidupannya setelah itu merupakan<br />

teladan hebat tentang apa artinya mengingat Kristus dengan<br />

bersandar pada kuasa dan belas kasihan-Nya. Joseph mengungkapkan<br />

pemahaman ini selama penahanannya yang<br />

sulit dan keras di Liberty, Missouri, dalam kata-kata ini,<br />

“Kamu tahu, saudara-saudara, bahwa sebuah kapal<br />

yang sangat besar memperoleh manfaat sangat banyak<br />

dari sebuah kemudi yang sangat kecil pada waktu ada<br />

badai, dengan dipertahankan cara kerjanya terhadap angin<br />

dan ombak.<br />

Oleh karena itu, saudara-saudara terkasih yang tersayang,<br />

marilah kita dengan riang melakukan segala sesuatu<br />

yang berada dalam kuasa kita; dan kemudian bolehlah<br />

kita tetap bergeming, dengan keyakinan sepenuhnya,<br />

untuk melihat keselamatan dari Allah, dan untuk diungkapkannya<br />

lengan-Nya” A&P 123:16–17).<br />

Singkatnya, untuk “selalu mengingat-Nya” artinya<br />

bahwa kita tidak menjalani kehidupan kita dalam ketakutan.<br />

Kita tahu bahwa tantangan, kekecewaan, dan<br />

kemalangan akan datang kepada kita masing-masing dalam<br />

cara-cara yang berbeda, namun kita juga tahu bahwa<br />

pada akhirnya, karena Pengantara ilahi kita, segala hal<br />

dapat dimungkinkan untuk bekerja bersama demi kebaikan<br />

kita (lihat A&P 90:24; 98:3). Adalah iman yang<br />

dinyatakan dengan sedemikian sederhana oleh Presiden<br />

Gordon B. Hinckley (1910–2008) ketika dia akan mengatakan,<br />

“Segalanya akan teratasi.” 4 Ketika kita selalu mengingat<br />

Juruselamat, kita dapat “dengan riang melakukan<br />

segala hal yang ada dalam kekuasaan kita,” yakin bahwa<br />

kuasa dan kasih-Nya bagi kita akan menjaga kita.<br />

Semoga kita selalu mengingat-Nya—“agar [kita] boleh<br />

selalu memiliki Roh-Nya bersama [kita]” (A&P 20:77). Saya<br />

memberikan kesaksian saya tentang kuasa Pendamaian<br />

Yesus Kristus. Saya memberikan kesaksian tentang kenyataan<br />

Tuhan yang hidup dan telah bangkit. Saya memberikan<br />

kesaksian tentang kasih besar dan pribadi Bapa dan<br />

Putra bagi kita masing-masing, dan saya berdoa semoga<br />

kita akan hidup dalam ingatan konstan akan kasih itu<br />

dalam segala pengungkapannya. ◼<br />

Dari sebuah ceramah yang disampaikan di Universitas Brigham<br />

Young–Idaho tanggal 27 Januari 2009. Untuk mendengarkan<br />

ceramah dalam bahasa Inggris, kunjungilah web .byui .edu/<br />

devotionalsandspeeches/ default .aspx.<br />

CATATAN<br />

1. Brigham Young, “Discourse,” Deseret News, 10 September 1856, 212.<br />

2. Lihat Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph Smith (2007), 81.<br />

3. Ajaran-Ajaran: Joseph Smith, 82.<br />

4. Dalam Jeffrey R. Holland, “President Gordon B. Hinckley: Stalwart<br />

and Brave He Stands,” <strong>Liahona</strong>, Juni 1995 edisi khusus, 6.<br />

<strong>April</strong> <strong>2011</strong> 27

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!