02.07.2013 Views

marthasari

marthasari

marthasari

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ukunya, melepas sepatunya lalu mencuci tangan<br />

dan kakinya sebelum berganti pakaian.<br />

“Makanlah segera! Ayah, ibu, dan adik sudah<br />

makan lebih dulu. Mengapa engkau terlambat<br />

pulang?” tanya ibunya.<br />

Sapri tidak langsung makan. Didekatinya ibunya<br />

dan diceritakannya kesusahan temannya,<br />

Samsu.<br />

“Kasihan, Bu, Samsu. Sudah dua hari dia tidak<br />

masuk sekolah. Mana ibunya sakit. Ayahnya<br />

menjual buah-buahan di pasar. Hasil penjualan<br />

yang diharapkannya dapat dipakai untuk melunasi<br />

uang SPP anak-anaknya ternyata tidak<br />

mencukupi.” Mendengar cerita anaknya itu, Ibu<br />

Sapri sangat terharu. Ia pun bersyukur kepada<br />

Tuhan bahwa keluarganya tidak perlu menderita<br />

seperti itu.<br />

Keesokan harinya, Sapri berangkat sekolah<br />

lebih pagi. Dia singgah di rumah Samsu. Sesampainya<br />

di sana dilihatnya ayah Samsu ada di<br />

rumah. Sapri merasa gembira. Tentu temannya<br />

sudah mempunyai uang untuk membayar SPP.<br />

Samsu kelihatan menunggu Sapri di serambi rumah.<br />

Air mukanya masih tampak kurang gembira.<br />

“Selamat pagi, Sam! Ayo, kita berangkat! Kita<br />

akan menghadap Bapak Hidayat.”<br />

Kedua anak itu lalu minta izin kepada ayah<br />

dan ibu Samsu sebelum keluar pintu pekarangan.<br />

Samsu berhenti dan membisikkan sesuatu kepada<br />

Sapri.<br />

“Sapri, ayah sudah kembali dan buah-buahan<br />

dagangannya habis terjual, ....”<br />

“Nah, syukur. Jadi, kamu sudah membawa<br />

uang untuk membayar SPP?”<br />

“Tunggu dulu! Rezeki tentu ada. Kami bergembira.<br />

Hanya sayang sekali tidak cukup untuk<br />

membayar uang SPP itu. Ibu ‘kan sakit.<br />

Sebagian uang laba digunakan untuk membeli<br />

obat dan untuk belanja kemarin dan hari ini.<br />

Sisanya tinggal lima ratus rupiah. Padahal uang<br />

SPP saya enam ratus, ‘kan?”<br />

Sambil berjalan, Sapri menarik tangan temannya<br />

lalu bertanya, “Uang itu kamu bawa sekarang?”<br />

“Ya. Ayah takut uang itu terpakai. Nanti kalau<br />

ada untung lagi, tinggal menambah lagi.”<br />

“Baik, Sam. Kita lekas-lekas menghadap kepala<br />

sekolah sebelum kita mulai belajar. Sebaiknya<br />

kamu lunasi uang SPP-mu hari ini.<br />

Kebetulan aku membawa uang seratus rupiah<br />

Pembelajaran 4 - Kompetensi Dasar 2.4<br />

39<br />

untuk membeli buku tulis, tapi buku itu tidak<br />

kuperlukan sekarang. Boleh kamu pinjam dulu<br />

untuk mencukupi uang SPP-mu.”<br />

“Ah, jangan Pri! Nanti ayah dan ibumu marah!”<br />

“Tidak, Sam. Sungguh. Ini bukan uang<br />

pemberian ayah atau ibu tetapi pemberian<br />

paman. Memang ayah dan ibu tahu bahwa saya<br />

diberi uang.” “Baiklah kalau begitu. Jadi, hari ini<br />

saya dapat melunasi uang SPP? Wah, bukan<br />

main. Sungguh kau baik hati. Engkau memang<br />

seorang sahabat bukan sekedar teman.<br />

Pertolongan yang sangat tepat waktunya. Nanti<br />

akan saya beritahukan kepada orang tuaku.”<br />

Sepulang dari sekolah kedua anak itu menceritakan<br />

pengalamannya kepada orang tuanya<br />

masing-masing. Ibu Samsu mukanya mulai berseri<br />

karena gembira. Waktu Sapri bercerita tentang<br />

pertolongannya, ibunya mengangguk-angguk<br />

lalu berkata, “Aku bangga akan sikapmu,<br />

Sapri. Pertolonganmu sangat tepat dan pasti<br />

mendapat pahala.”<br />

4.2.2 Kelas Kata, Sinonim, dan<br />

Antonim<br />

Kalian tentu masih ingat tentang ketiga materi<br />

ini yang pernah dipelajari di kelas X. Ketiga materi<br />

tersebut akan kembali dipelajari secara sekilas.<br />

Dalam bahasa Indonesia, jenis-jenis kelas kata dapat<br />

digambarkan dengan bagan halaman 40.<br />

Sinonim adalah kata yang bentuknya berbeda,<br />

tetapi maksudnya sama. Contoh:<br />

melihat sinonimnya memandang, melirik,<br />

menoleh, mengintip<br />

mati sinonimnya meninggal, wafat, gugur<br />

Antonim adalah kata yang maknanya berlawanan.<br />

Contoh:<br />

besar antonimnya kecil<br />

pria antonimnya wanita<br />

baik antonimnya jelek

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!