09.02.2014 Views

Presiden SBY Hanya Berduka lewat Twitter

2gbABU

2gbABU

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

LapORANUTAMA<br />

Foto: ISTIMEWA<br />

tidak menutup kemungkinan Bosowa akan merangsek<br />

terus untuk menguasai sebagian besar saham Bukopin,<br />

walaupun ada aturan pembatasan kepemilikan bank<br />

dari Bank Indonesia. Seperti diketahui, bank sentral<br />

menetapkan batas kepemilikan 30% untuk investor<br />

swasta non-lembaga keuangan jika ingin memiliki bank.<br />

Sebelum Bosowa masuk, saham Bank Bukopin<br />

dimiliki oleh Koperasi Pegawai Bulog (Kopelindo) sebagai<br />

pemegang saham pengendali (PSP) sebesar 31,7%,<br />

negara sebesar 13%, Yayasan Bina Sejahtera (Yabinstra)<br />

9,3%, Koperasi Panel Kayu Indonesia 5%, dan 41%<br />

dikuasai publik.<br />

Pada tahun 2012 lalu, PSP Bank Bukopin<br />

menyatakan siap melepas 41,4% saham. Bank BRI dan<br />

Jamsostek serta-merta “berebut” menyambut penawaran<br />

itu. Dari persaingan BRI dan Jamsostek itulah muncul<br />

penawaran harga rata-rata Rp 1.200 per lembar saham,<br />

sehingga totalnya sekitar Rp 4 triliun. Belakangan, harga<br />

yang Rp 1.200 per saham itu dijadikan harga penetapan<br />

oleh Bukopin.<br />

Anehnya, transaksi akusisi oleh PT Bosowa<br />

Corporindo justru dihargai Rp 1.050 per lembar saham.<br />

Harga itu lebih rendah Rp 150 dari penetapan semula,<br />

yang Rp 1.200 per lembar saham. Belakangan--ini juga<br />

aneh--BRI yang awalnya berani membeli Rp 1.200 per<br />

lembar saham malah menawar sebesar Rp 800 per<br />

lembar pada penutupan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)<br />

pada Kamis, 13 Juni 2013.<br />

Selain soal Bosowa yang membeli saham<br />

dengan harga jauh lebih murah daripada harga<br />

penetapan, tentu saja pembelian saham Bukopin<br />

oleh Bosowa juga membuat persentasi saham milik<br />

koperasi menjadi sangat kecil. Itu artinya, Bank<br />

Bukopin telah menyeleweng sangat jauh dari tujuan<br />

pendirian awalnya.<br />

Bank Bukopin didirikan pada 1 Juli 1970,<br />

dengan nama awal Bank Umum Koperasi Indonesia<br />

(BUKI). Tujuan pendiriannya: untuk membesarkan<br />

usaha koperasi di Indonesia. Sejak 1 September 1989,<br />

BUKI resmi berubah nama menjadi Bank Bukopin dan<br />

merupakan bank swasta terbesar di Indonesia. Pada<br />

tahun 1998, Bank Bukopin secara resmi beroperasi<br />

sebagai perbankan swasta nasional, yang sahamnya<br />

dipegang oleh Telkom dan PLN hingga 31 Desember<br />

2001.Sejak saat itulah Bank Bukopin mulai melupakan<br />

tujuan awal pendiriannya. Bank Bukopin malah<br />

memfokuskan usahanya ke sektor komersial, industri,<br />

dan perdagangan. Koperasi nyaris dilupakan.<br />

Kepemilikan saham oleh Telkom dan PLN juga<br />

digantikan oleh pemegang saham pengendali (PSP)<br />

sebesar 31,7% oleh Koperasi Pegawai Bulog (Kopelindo).<br />

Menurut sumber di Kementerian Keuangan (Kemenkeu),<br />

status kepemilikan saham pengendali sebesar 31,7% itu<br />

disinyalir bermasalah dengan hukum.<br />

Persoalan itu muncul lantaran dana sebesar Rp<br />

200 miliar untuk membeli saham pengendali tersebut<br />

diduga bukan berasal dari uang Perum Bulog, melainkan<br />

uang yang bersumber dari negara (dana non-budgeter).<br />

Belakangan diketahui, kepemilikan saham PSP oleh<br />

Kopelindo itu melalui pasar modal sebesar 5 persen.<br />

TIM ASATUNEWS<br />

ASAtunews | edisi 08/th. I/Desember 2013<br />

23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!