You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
EKONOMI<br />
dari periode 1942-1951 adalah bahwa pembelian aset<br />
besar-besaran oleh the Fed tidak harus berakhir pahit.<br />
Dan pengurangan stimulus tidak harus berarti kenaikan<br />
borrowing cost secara masif.<br />
Isu yang mungkin perlu diwaspadai adalah risiko<br />
gagal bayar (default) utang Amerika Serikat, yang bisa<br />
mengacaukan tingkat kepercayaan di pasar surat utang<br />
global, mengingat Amerika Serikat merupakan salah<br />
satu negara dengan peringkat utang terbaik di dunia.<br />
Namun dalam laporannya tanggal 20 November 2013,<br />
U.S. Congressional Budget Office memperkirakan bahwa<br />
Amerika Serikat masih dapat menunda menaikkan<br />
plafon utangnya hingga Juni 2014. Meski Congress<br />
AS menunda menaikkan plafon utang hingga Februari<br />
2014, namun departemen keuangan AS (US Treasury<br />
Department) masih dapat menggunakan beberapa cara<br />
untuk mencegah gagal bayar, misalnya dengan menunda<br />
pembayaran manfaat pensiun. Selain itu, kenaikan<br />
penerimaan pajak di sekitar tanggal 15 April seiring<br />
dengan waktu pelaporan pajak tahunan mungkin dapat<br />
memberikan cukup pendapatan bagi pemerintah AS<br />
guna memenuhi kewajiban pembayaran hingga Juni.<br />
menaikkan suku bunga untuk sementara waktu, namun<br />
hanya akan mengurangi pembelian aset. Lebih lanjut, the<br />
Fed kemungkinan besar tidak akan menjual kepemilikan<br />
obligasinya di pasar untuk beberapa tahun ke depan;<br />
malah the Fed bersedia membeli kembali jika pasar<br />
menjadi “kacau”.<br />
Kondisi demikian lebih menyerupai apa yang<br />
terjadi selama kurun 1942-1951, di mana saat itu Amerika<br />
Serikat menghadapi situasi yang lebih parah dari krisis<br />
finansial 2008: Perang Dunia II dan kondisi pasca perang.<br />
Program pembelian obligasi the Fed saat itu hampir<br />
sama besarnya dengan saat ini - kepemilikan obligasi<br />
oleh the Fed mencapai 11% dari PDB di tahun 1945 vs.<br />
saat ini 12%) - dan dari tingkat urgensinya juga kurang<br />
lebih sama. Program Quantitative Easing versi 1940an<br />
juga dimaksudkan untuk menjaga ongkos pinjaman<br />
(borrowing cost) rendah guna membiayai perang.<br />
Akan tetapi, meskipun neraca the Fed terkuras<br />
secara masif, namun situasi tidak berakhir buruk.<br />
Pengurangan (unwinding) berjalan secara bertahap<br />
dan sedikit-sedikit, tidak secara seketika. The Fed<br />
menyampaikan dengan jelas bahwa the Fed akan<br />
melakukan apapun untuk mempertahankan tatanan di<br />
pasar sekuritas (serupa dengan gaya komunikasi the<br />
Fed saat ini). Selain itu, suku bunga juga dipertahankan<br />
rendah setelah unwinding, tidak naik melampaui 2%<br />
sampai tahun 1955. Tentu saja, ada banyak perbedaan<br />
antara kondisi pasar saat ini dengan periode pasca<br />
perang, serta lebih banyak pelaku pasar dan negara<br />
yang terlibat. Namun pelajaran yang dapat dipetik<br />
Foto: ISTIMEWA<br />
Zona Euro<br />
Dalam laporan World Economic Report Oktober<br />
2013, IMF menyatakan bahwa langkah kebijakan di<br />
Euro telah berhasil mengurangi beberapa risiko di zona<br />
Euro dan menstabilkan pasar finansialnya. Pertumbuhan<br />
ekonomi sudah mulai nampak, namun masih sangat<br />
lemah. Setelah 18 bulan mengalami kontraksi, data terkini<br />
menunjukkan bahwa perekonomian zona euro tumbuh<br />
0,1% selama kuartal ketiga 2013 (Juli-September 2013),<br />
turun dibandingkan pertumbuhan di kuartal kedua (April-<br />
Juni 2013) sebesar 0,3%. Pertumbuhan ekonomi di negaranegara<br />
terbesar di zona Euro juga masih mengecewakan:<br />
perekonomian Jerman - negara terbesar di zona<br />
Euro - 0,3% di kuartal ketiga 2013, turun dari 0,7% di<br />
kuartal kedua. Perancis yang merupakan negara kedua<br />
terbesar di zona Euro, mengalami kontraksi 0,1% di<br />
kuartal ketiga, setelah di kuartal kedua berhasil keluar<br />
dari resesi dengan membukukan pertumbuhan 0,5%.<br />
Negara ketiga terbesar, Italia, masih mencatat kontraksi,<br />
sebesar masing-masing 0,1% dan 0,3% di kuartal ketiga<br />
dan kedua tahun ini. Spanyol berhasil keluar dari resesi<br />
dengan membukukan pertumbuhan sebesar 0,1%<br />
sementara Portugis 0,2% di kuartal ketiga tahun ini.<br />
Angka pengangguran juga sangat tinggi<br />
dan ketegangan sosial-politik masih menghambat<br />
momentum reformasi di zona Euro. Data terkini dari<br />
Eurostat (per September 2013) menunjukkan bahwa<br />
angka pengangguran di zona Euro adalah sebesar 12,2%,<br />
sementara angka pengangguran di kalangan penduduk<br />
berusia 25 tahun sebesar 24,1%.<br />
Yang menarik, dalam makalahnya yang berjudul<br />
“Fiscal Brag”, Dario Perkins dari Lombard Street Research<br />
menyatakan bahwa sebenarnya Amerika Serikat<br />
menjalankan pengetatan fiskal (austerity measures)<br />
yang lebih drastis dibandingkan zona Euro dan berhasil<br />
mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.<br />
Dengan menggunakan data yang dirilis International<br />
Monetary Fund (IMF) dan Organization for Economic<br />
Cooperation and Development (OECD), Perkins<br />
menunjukkan bahwa Amerika Serikat mengetatkan<br />
anggaran sebesar 4,9% dari PDB selama kurun 2010-<br />
2013, sementara Inggris 3,7%, Italia 2,8% dan Spanyol<br />
4,2%. Akan tetapi ekonomi AS tercatat tumbuh rata-rata<br />
sebesar 2,1% per tahun selama 2010-2012 sementara<br />
36 ASAtunews | edisi 08/th. I/Desember 2013