You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
KRIMINAL<br />
Foto: ISTIMEWA<br />
Srengenge, yang membawa nama Salihara dalam<br />
melakukan kekerasan terhadap perempuan. Salihara,<br />
yang mengklaim diri hendak “Bersama Publik Merawat<br />
Kebebasan”, nyata-nyata melakukan pembiaran<br />
atas tindakan kekerasan seksual yang dilakukan<br />
seorang kuratornya. Tindakan tersebut merupakan<br />
pengkhianatan terhadap kebebasan sehingga jelas<br />
bahwa Salihara telah gagal merawat kebebasan di dalam<br />
lingkungan lembaga itu sendiri. Kami mengecam keras<br />
tindakan sebagian anggota Salihara yang membodohi<br />
publik dengan mengkampanyekan bahwa tindakan<br />
tersebut adalah tanggung jawab individu yang terlepas<br />
dari institusi, dengan hanya berpijak pada pengakuan<br />
Sitok Srengenge tanpa mendengar kesaksian korban.<br />
6. Kami menghargai liputan media yang<br />
mengangkat kasus ini sehingga publik mengetahuinya.<br />
Namun kami mencatat ada pola pemberitaan beberapa<br />
media yang tidak peka terhadap kasus ini, juga tidak<br />
bersimpati terhadap kondisi korban. Bahkan beberapa<br />
media tersebut sempat menyebarkan identitas korban,<br />
tindakan yang membuahkan teror terhadap korban,<br />
keluarga, dan teman-teman terdekatnya. Kami menilai<br />
bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan seharusnya<br />
tidak menjadi komoditas industri media.<br />
7. Kami menyerukan agar lingkungan akademik<br />
dan masyarakat luas menghentikan penghakiman<br />
terhadap korban. Kekerasan seksual merupakan<br />
pengalaman buruk yang sangat berat ditanggung oleh<br />
korban, masyarakat hendaknya menunjukkan solidaritas<br />
dan membantu korban menjalani proses pemulihan alihalih<br />
menciptakan lingkaran kekerasan berikutnya secara<br />
psikis dan verbal.<br />
8. Kami menyerukan kepada otoritas kampus FIB<br />
UI supaya memberikan dispensasi akademik kepada<br />
korban berupa cuti (di luar cuti terhitung) selama proses<br />
hukum berlangsung sampai ada keputusan in kracht<br />
sebagai salah satu bentuk dukungan kepada korban.<br />
Depok, 5 Desember 2013. Solidaritas Alumni FIB UI.”<br />
Sementara itu Siaran pers yang dikeluarkan<br />
Komunitas Salihara, Jakarta, terkait kasus dugaaan<br />
pemerkosaan yang membelit aktivis sekaligus<br />
kuratornya, Sitok Srengenge, dikecam kawan-kawan<br />
sealmamater RW, korban yang melaporkan Sitok ke<br />
polisi. Kawan-kawan sealmamater RW menamakan diri<br />
mereka sebagai Solidaritas Alumni Fakultas Ilmu Budaya<br />
Universitas Indonesia (FIB UI).<br />
Dalam siaran pers-nya yang kami terima hari<br />
ini, Jumat (6/12), Solidaritas Alumni FIB UI <strong>lewat</strong> juru<br />
bicaranya, Wisnu Suryapratama, mengatakan mengecam<br />
Komunitas Salihara yangt tidak tegas menindak Sitok<br />
Srengenge atas penyalahgunaan nama institusi oleh<br />
dirinya sebagai kurator Salihara untuk memperdayai<br />
korban.<br />
“Salihara telah sangat menyepelekan masalah<br />
yang ditimbulkan oleh Sitok Srengenge, yang membawa<br />
nama komunitas seni itu dalam melakukan kekerasan<br />
terhadap perempuan,” ungkap Wisnu. Salihara yang<br />
mengklaim diri hendak “Bersama Publik Merawat<br />
Kebebasan”, lanjut Wisnu, nyata-nyata melakukan<br />
pembiaran atas tindakan kekerasan seksual yang<br />
dilakukan seorang kuratornya.<br />
“Tindakan tersebut merupakan pengkhianatan<br />
terhadap kebebasan sehingga jelas Salihara telah gagal<br />
merawat kebebasan di dalam lingkungan lembaga itu<br />
sendiri,” ujar Wisnu lagi.<br />
Pihaknya juga mengecam keras tindakan sebagian<br />
anggota Salihara yang membodohi publik dengan<br />
mengampanyekan tindakan tersebut sebagai tanggung<br />
jawab individu semata yang terlepas dari institusi,<br />
dengan hanya berpijak pada pengakuan Sitok Srengenge<br />
tanpa mendengar kesaksian korban.<br />
Dalam siaran persnya, komunitas menyatakan<br />
bahwa kasus yang membelit Sitok tidak melibatkan<br />
pemanfaatan fasilitas dan jabatan di Komunitas Salihara.<br />
Mereka pun menyerahkan masalah ini kepada kepolisian.<br />
“Komunitas Salihara menghormati proses hukum<br />
yang sedang berjalan. Kami berharap melalui proses<br />
hukum ini tercapai jaminan perlindungan bagi korban dan<br />
rasa keadilan,” ungkap siaran pers Komunitas Salihara.<br />
Komunitas Salihara juga menerima permintaan<br />
pengunduran diri Sitok sebagai kurator, tapi tidak pernah<br />
menjelaskan mengapa permintaan pengunduran diri<br />
itu diterima dan apa alasan yang diajukan Sitok ketika<br />
melakukan pengunduran diri itu.<br />
ASN<br />
ASAtunews | edisi 08/th. I/Desember 2013<br />
27