09.02.2014 Views

Presiden SBY Hanya Berduka lewat Twitter

2gbABU

2gbABU

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

KRIMINAL<br />

Foto: ISTIMEWA<br />

Srengenge, yang membawa nama Salihara dalam<br />

melakukan kekerasan terhadap perempuan. Salihara,<br />

yang mengklaim diri hendak “Bersama Publik Merawat<br />

Kebebasan”, nyata-nyata melakukan pembiaran<br />

atas tindakan kekerasan seksual yang dilakukan<br />

seorang kuratornya. Tindakan tersebut merupakan<br />

pengkhianatan terhadap kebebasan sehingga jelas<br />

bahwa Salihara telah gagal merawat kebebasan di dalam<br />

lingkungan lembaga itu sendiri. Kami mengecam keras<br />

tindakan sebagian anggota Salihara yang membodohi<br />

publik dengan mengkampanyekan bahwa tindakan<br />

tersebut adalah tanggung jawab individu yang terlepas<br />

dari institusi, dengan hanya berpijak pada pengakuan<br />

Sitok Srengenge tanpa mendengar kesaksian korban.<br />

6. Kami menghargai liputan media yang<br />

mengangkat kasus ini sehingga publik mengetahuinya.<br />

Namun kami mencatat ada pola pemberitaan beberapa<br />

media yang tidak peka terhadap kasus ini, juga tidak<br />

bersimpati terhadap kondisi korban. Bahkan beberapa<br />

media tersebut sempat menyebarkan identitas korban,<br />

tindakan yang membuahkan teror terhadap korban,<br />

keluarga, dan teman-teman terdekatnya. Kami menilai<br />

bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan seharusnya<br />

tidak menjadi komoditas industri media.<br />

7. Kami menyerukan agar lingkungan akademik<br />

dan masyarakat luas menghentikan penghakiman<br />

terhadap korban. Kekerasan seksual merupakan<br />

pengalaman buruk yang sangat berat ditanggung oleh<br />

korban, masyarakat hendaknya menunjukkan solidaritas<br />

dan membantu korban menjalani proses pemulihan alihalih<br />

menciptakan lingkaran kekerasan berikutnya secara<br />

psikis dan verbal.<br />

8. Kami menyerukan kepada otoritas kampus FIB<br />

UI supaya memberikan dispensasi akademik kepada<br />

korban berupa cuti (di luar cuti terhitung) selama proses<br />

hukum berlangsung sampai ada keputusan in kracht<br />

sebagai salah satu bentuk dukungan kepada korban.<br />

Depok, 5 Desember 2013. Solidaritas Alumni FIB UI.”<br />

Sementara itu Siaran pers yang dikeluarkan<br />

Komunitas Salihara, Jakarta, terkait kasus dugaaan<br />

pemerkosaan yang membelit aktivis sekaligus<br />

kuratornya, Sitok Srengenge, dikecam kawan-kawan<br />

sealmamater RW, korban yang melaporkan Sitok ke<br />

polisi. Kawan-kawan sealmamater RW menamakan diri<br />

mereka sebagai Solidaritas Alumni Fakultas Ilmu Budaya<br />

Universitas Indonesia (FIB UI).<br />

Dalam siaran pers-nya yang kami terima hari<br />

ini, Jumat (6/12), Solidaritas Alumni FIB UI <strong>lewat</strong> juru<br />

bicaranya, Wisnu Suryapratama, mengatakan mengecam<br />

Komunitas Salihara yangt tidak tegas menindak Sitok<br />

Srengenge atas penyalahgunaan nama institusi oleh<br />

dirinya sebagai kurator Salihara untuk memperdayai<br />

korban.<br />

“Salihara telah sangat menyepelekan masalah<br />

yang ditimbulkan oleh Sitok Srengenge, yang membawa<br />

nama komunitas seni itu dalam melakukan kekerasan<br />

terhadap perempuan,” ungkap Wisnu. Salihara yang<br />

mengklaim diri hendak “Bersama Publik Merawat<br />

Kebebasan”, lanjut Wisnu, nyata-nyata melakukan<br />

pembiaran atas tindakan kekerasan seksual yang<br />

dilakukan seorang kuratornya.<br />

“Tindakan tersebut merupakan pengkhianatan<br />

terhadap kebebasan sehingga jelas Salihara telah gagal<br />

merawat kebebasan di dalam lingkungan lembaga itu<br />

sendiri,” ujar Wisnu lagi.<br />

Pihaknya juga mengecam keras tindakan sebagian<br />

anggota Salihara yang membodohi publik dengan<br />

mengampanyekan tindakan tersebut sebagai tanggung<br />

jawab individu semata yang terlepas dari institusi,<br />

dengan hanya berpijak pada pengakuan Sitok Srengenge<br />

tanpa mendengar kesaksian korban.<br />

Dalam siaran persnya, komunitas menyatakan<br />

bahwa kasus yang membelit Sitok tidak melibatkan<br />

pemanfaatan fasilitas dan jabatan di Komunitas Salihara.<br />

Mereka pun menyerahkan masalah ini kepada kepolisian.<br />

“Komunitas Salihara menghormati proses hukum<br />

yang sedang berjalan. Kami berharap melalui proses<br />

hukum ini tercapai jaminan perlindungan bagi korban dan<br />

rasa keadilan,” ungkap siaran pers Komunitas Salihara.<br />

Komunitas Salihara juga menerima permintaan<br />

pengunduran diri Sitok sebagai kurator, tapi tidak pernah<br />

menjelaskan mengapa permintaan pengunduran diri<br />

itu diterima dan apa alasan yang diajukan Sitok ketika<br />

melakukan pengunduran diri itu.<br />

ASN<br />

ASAtunews | edisi 08/th. I/Desember 2013<br />

27

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!