03.04.2014 Views

IP_ Vol 24 No 3.indd

IP_ Vol 24 No 3.indd

IP_ Vol 24 No 3.indd

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Vol</strong> <strong>24</strong>, <strong>No</strong>. 3/2010 ISSN 0970 5074<br />

VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010<br />

India<br />

Perspectives<br />

Sketsa India House, London, oleh Sir Herbert Baker, Juli 1930<br />

Redaktur<br />

Navdeep Suri<br />

Redaktur Pembantu<br />

Neelu Rohra<br />

India Perspectives diterbitkan dalam bahasa-bahasa Arab, Indonesia, Bengali, Inggris, Prancis, Jerman, Hindi, Italia, Pashto,<br />

Persia, Portugis, Rusia, Sinhala, Spanyol, Tamil, Turki dan Urdu. Pendapat-pendapat yang disampaikan dalam majalah ini<br />

adalah pendapat para penyumbang tulisan dan bukan pendapat India Perspectives. Semua tulisan yang asli, kecuali yang<br />

diterbitkan ulang oleh India Perspectives, dapat direproduksi dengan bebas dengan menyebutkan sumbernya.<br />

Sumbangan tulisan dan surat-surat supaya dialamatkan kepada<br />

Editor, India Perspectives, 140 ‘A’ Wing, Shastri Bhawan, New Delhi-110001.<br />

Telepon: +91-11-23389471, 23388873, Fax: +91-11-23385549<br />

E-mail: jspd@mea.gov.in, Website: http://www.meaindia.nic.in<br />

Untuk mendapatkan majalah India Perspectives, silakan hubungi Kedutaan Besar India di Jakarta.<br />

Edisi ini diterbitkan untuk Kementerian Luar, New Delhi<br />

oleh Navdeep Suri, Joint Secretary, Public Diplomacy Division.<br />

Dirancang dan dicetak oleh Ajanta Offset & Packagings Ltd., Delhi.


Tajuk<br />

Pertama saya ingin menyatakan terima kasih yang tulus kepada semua pembaca kami<br />

atas respon mereka yang antusiastik kepada edisi terakhir India Perspectives yang<br />

dipersembahkan kepada Rabindranath Tagore. Surat-surat anda yang menyatakan<br />

apresiasi anda terhadap edisi tersebut masih berdatangan dan memotivasi kami<br />

untuk berusaha lebih baik lagi. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, kami telah<br />

menempatkan Edisi Khusus yang dipersembahkan kepada Tagore pada website kami<br />

yang baru www.indiandiplomacy.in dalam format yang lebih bersahabat dengan<br />

pembaca. Kami juga telah meng-uploadnya pada Scribd, dengan alamat http://www.<br />

scribd.com/doc/34044322/India-Perspectives-Special-Issue-on-Rabindranath-Tagore<br />

agar dapat diakses oleh pembaca-pembaca baru.<br />

Dalam edisi ini, kami menyajikan pandangan sekilas tentang ekstravagansa<br />

kebudayaan yang sedang diracik untuk dipersembahkan sebagai bagian dari program<br />

Commonwealth Games (Pesta Olah Raga Persemakmuran) yang akan diselenggarakan<br />

di Delhi pada bulan Oktober tahun ini. Dari sebuah perspektif perpelancongan,<br />

aksesibilitas yang mudah ke dan kemegahan Istana-Benteng Neemrana bukan saja<br />

membuatnya sebuah objek turis yang menyenangkan tetapi juga sebuah venue untuk<br />

konferensi-konferensi berprofil tinggi. Sebuah tulisan tentang penginapan-penginapan<br />

di Goa, dengan nada yang sama, telah menyuguhkan sebuah gambaran keindahan<br />

tentang era yang sudah berlalu.<br />

Daksha Sheth yang ekstra-ordiner kiranya tidak perlu diperkenalkan. Seorang puritan<br />

yang tidak pernah takut bereksperimen, kecintaannya kepada seni tari juga diwarisi<br />

oleh putrinya Isha Sharvani, yang telah mempesona penonton dengan pertunjukanpertunjukannya<br />

yang memukau diatas bentangan seutas tali. Sebuah perspektif yang<br />

berbeda mengenai inovasi di bidang seni kami persembahkan pula dalam sebuah<br />

feature tentang Dadi Pudumjee, yang dengan Ishara Puppet Theatre-nya telah<br />

memperkenalkan sebuah dimensi yang sama sekali baru terhadap sebuah bentuk<br />

seni purba.<br />

Di bidang bisnis ada sebuah profil tentang Amul, yang dimulai sebagai sebuah<br />

koperasi petani susu sederhana tetapi kini telah tumbuh menjadi sebuah usaha yang<br />

produk-produknya telah menjadi buah bibir ibu-ibu rumah tangga. Sebuah tulisan<br />

tentang industri farmasi India yang sedang berkembang memperlihatkan semakin<br />

pentingnya bioteknologi dengan sebuah wawancara dengan seorang pelopor dalam<br />

sektor ini. Sebuah laporan terpisah mengungkapkan rencana-rencana India untuk<br />

mencapai target ambisius untuk memproduksi 20.000 MW listrik tenaga surya<br />

menjelang tahun 2022.<br />

Kita menyatakan penghormatan kepada salah seorang musisi besar India, Ustad<br />

Bismillah Khan, yang keterikatannya sepanjang hidupnya kepada kota suci Benaras<br />

telah memperlihatkan ethos sekuler India yang terbaik. Dan kami juga menurunkan<br />

tulisan-tulisan tentang film produksi Raj Kapoor Awaara, tentang seni sulaman Kantha<br />

dan tentang seni lukis mural yang terdapat di India House, London.<br />

Neemrana<br />

Menghidupkan Kembali Sejarah<br />

SANDEEP SILAS 2<br />

Penginapan-Penginapan Tua<br />

Sebuah Perjalanan<br />

Melalui Warisan<br />

Goa<br />

RAMCHANDER PENTUKER 12<br />

India-Afrika<br />

Sebuah Kemistri Bisnis Baru<br />

MANISH CHAND 20<br />

Amul<br />

Sebuah Brand untuk Menambah<br />

Gizi dan Tenaga<br />

R.K. MISHRA 40<br />

Farmasi untuk Dunia<br />

N.B. RAO 46<br />

Menyadap Sang Surya<br />

Energi Surya untuk<br />

Pembangkitan Tenaga Listrik<br />

sebesar 20.000 MW<br />

JOYDEEP GUPTA 52<br />

Institut Desain Nasional<br />

Berubah dengan Zaman<br />

MADHUSREE CHATTERJEE 56<br />

Kantha<br />

Kerajinan Menyulam Yang<br />

Artistik<br />

BIMLA VERMA 62<br />

Melihat Awaara Lagi<br />

SURESH KOHLI 68<br />

Seni Boneka Dewasa Ini<br />

Memimpikan Masa Depan Baru<br />

CHANDANA DUTTA 72<br />

Bismillah & Benaras<br />

JUHI SINHA 84<br />

Ibu dan Putri<br />

Dimana Tari adalah Kehidupan<br />

LEELA VENKATARAMAN 90<br />

Karya Lukis Pada<br />

India House, London<br />

ASOKE MUKERJI 100<br />

Kepada semua pembaca kami terima kasih sekali lagi bagi dukungan anda dan<br />

masukan-masukan anda yang amat berharga!<br />

Navdeep Suri<br />

Commonwealth Games<br />

Sebuah Ekstravagansa Budaya<br />

MADHUSREE CHATTERJEE &<br />

PRAGYA TIWARI 30<br />

Sampul: Sebuah kolaborasi tari dan boneka<br />

kontemporer mengenai tiga karakter dari<br />

Mahabharata: Krishna/boneka, Gandhari<br />

dan Yang Meninggal.<br />

Foto: Vipul Sangoi.


Neemrana<br />

Menghidupkan<br />

Kembali Sejarah<br />

Naskah & Foto: SANDEEP SILAS<br />

Istana-Benteng Neemrana<br />

terletak sekitar 125 km dari<br />

Delhi, di jalan menuju Jaipur.<br />

Sedang asyiknya berkendaraan<br />

di jalan raya yang mulus, anda<br />

barangkali tidak menyadari<br />

bahwa sebuah pengalaman yang<br />

menakjubkan akan anda alami<br />

tidak lama lagi. Setelah melewati<br />

sebuah penunjuk jalan, dan setelah<br />

menempuh sebuah cabang jalan<br />

yang berdebu, sampailah ke<br />

sebuah desa kecil dimana berdiri<br />

sebuah Istana-Benteng yang<br />

mengagumkan dari abad ke-15<br />

dengan pintu gerbangnya yang<br />

bertabur hiasan-hiasan kuningan.<br />

Istana yang sekaligus menjadi<br />

benteng itu menghadirkan sebuah<br />

pemandangan yang sangat<br />

mempesona di desa yang hening<br />

itu.<br />

Istana-Benteng yang sebelumnya<br />

merupakan reruntuhan ini<br />

baru saja habis dipugar untuk<br />

mengembalikannya ke bentuk<br />

aslinya yang megah. Pekerjaan<br />

pemugaran yang dilaksanakan<br />

dengan simulasi desain dan<br />

restrukturisasi yang sangat<br />

hati-hati itu merupakan sebuah<br />

pengalaman yang unik bagi<br />

para turis yang berkunjung ke<br />

Neemrana. Meskipun tempatnya<br />

kelihatan kecil, tetapi dia adalah<br />

sebuah destinasi yang cukup ideal<br />

bagi para wisatawan.<br />

Kemegahan yang telah dikembalikan –<br />

Neemrana dewasa ini.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 2 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 3


Tempat ini dulunya dibangun<br />

sebagai sebuah benteng dan<br />

karena tempat ini merupakan<br />

tempat bermukimnya keturunan<br />

Prithviraj Chauhan III, yang<br />

melarikan diri dari Delhi pada<br />

tahun 1192 M, setelah dikalahkan<br />

oleh Muhammad Ghori, benteng<br />

ini dirubah menjadi sebuah istana.<br />

Pada galibnya, legenda Prithviraj<br />

Chauhan dan “swayamvara”<br />

(sayembara) terkenal dan heroik<br />

tentang Sanyogita sebagaimana kita<br />

kenal dalam sejarah masih segar<br />

dalam ingatan kita. Tetapi saya<br />

sering bertanya tentang nasib<br />

Raja-Raja Hindu yang kalah di Delhi<br />

setelah berdirinya Kesultanan Delhi,<br />

dibawah Qutub-ud-din Aibak pada<br />

tahun 1192 M. Sayangnya, sejarah<br />

hanya menyebut tentang yang<br />

menang, sementara yang kalah<br />

diabaikan begitu saja!<br />

Di Neemrana kita memperoleh<br />

sebuah kesan bahwa setelah<br />

kalahpun, kita masih punya<br />

rasa kebanggaan dan tidak mau<br />

berkompromi dalam nilai-nilai<br />

tradisi dan etika. Setiap batu<br />

di Neemrana akan bercerita<br />

tentang garis keturunan raja-raja<br />

yang tidak pernah terkalahkan<br />

itu. Mereka mungkin saja telah<br />

Hawa Chhat (Anjungan Berangin)<br />

kehilangan Kerajaan, tetapi tidak<br />

kehormatan mereka. Kekayaaan<br />

dan istana-istana mereka memang<br />

telah direnggut dari mereka,<br />

tetapi tidak nasib mereka.<br />

Mahkota mereka telah direbut<br />

dari mereka, tetapi kepala mereka<br />

tidak pernah tertunduk. Tempat<br />

yang sarat dengan sejarah yang<br />

gemilang ini mungkin saja luput<br />

dari perhatian jika tidak ada yang<br />

berimajinasi dan bertekad untuk<br />

menyelamatkannya. Pada tahun<br />

1986 benteng istana yang telah<br />

menjadi reruntuhan ini diputuskan<br />

untuk dipugar, dan pada tahun<br />

1991 istana-benteng tersebut telah<br />

berdiri kembali dengan segala<br />

kemegahan dan keagungannya.<br />

Istana-benteng tersebut setelah<br />

dipugar tetap indah dan megah<br />

seperti sediakala dan namanama<br />

yang diberikan kepada<br />

ruangan-ruangan, kamar-kamar,<br />

lorong-lorong dan pintu-pintu<br />

gerbangnya tetap sama seperti<br />

nama-nama yang diberikan oleh<br />

keluarga-keluarga raja yang<br />

menghuninya untuk pertama kali.<br />

Saya tidak sabar menunggu lebih<br />

lama lagi dan langsung menuju<br />

istana untuk melihat-lihat seperti<br />

Anak-anak tangga menuju Mahal (kanan)<br />

dan pemandangan melalui pintu-pintu<br />

lengkung (bawah).<br />

apa gerangan di dalamnya. Segera<br />

setelah formalitas pemeriksaan<br />

masuk dan acara minum-minum<br />

sebagai tanda selamat datang<br />

selesai, saya langsung menuju<br />

ruang makan dengan melewati<br />

sebuah halaman terbuka. Ruang<br />

perjamuan ini memiliki pintu-pintu<br />

lengkung di semua penjurunya<br />

dengan pemandangan yang<br />

sangat indah ke ladang-ladang,<br />

desa, dan sebuah bukit yang<br />

lebat hutannya. Kita diperlakukan<br />

seperti seorang maharaja di tempat<br />

ini, dengan suguhan berbagai<br />

jenis teh – hanya untuk dicicipi.<br />

Disini terdapat sebuah taman<br />

kecil bertingkat dengan nama<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 4 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 5


Nazara Bagh dan dari taman ini<br />

kita bisa memandang kesemua<br />

sisi benteng dan dibelakangnya<br />

terdapat Holikund. Saya bisa<br />

membayangkan kemeriahan,<br />

kegembiraan, kehingar-bingaran<br />

dan keceriaan masyarakat di<br />

tempat ini pada masa festivalfestival.<br />

Kachcha Chowk, seperti<br />

terbaca dari namanya, adalah<br />

sebuah halaman luas yang terbuka<br />

di depan Chandan Mahal. Pintu<br />

lengkungnya yang memiliki<br />

beberapa anak tangga merupakan<br />

objek favorit untuk berfoto<br />

karena memberikan kesan akan<br />

kemegahan tempat ini.<br />

Royal Descent (halaman samping);<br />

Kachcha Chowk pintu lengkung bertangga<br />

(kanan) dan Taman Bergantung (bawah).<br />

Saya menginap di Moonga Mahal,<br />

dengan pelataran yang sangat<br />

luas. Untunglah, pemugaran yang<br />

dilakukan tidak merubah bentuk<br />

atau desain aslinya, bahkan<br />

jendela-jendela dan pintu-pintunya<br />

di jaga seperti aslinya. Beberapa<br />

jendela sangat kecil ukurannya,<br />

hanya bisa digunakan untuk<br />

mengintip keluar, untuk melihat<br />

apa gerangan yang sedang terjadi<br />

disana. Diluar Moonga Mahal,<br />

yaitu sebuah Istana tersendiri<br />

(saya berani mengatakannya<br />

begitu) terdapat sebuah Shivalinga<br />

yang ditempatkan dengan penuh<br />

penghormatan pada sebuah pintu<br />

lengkung dan sebuah lagi dibawah<br />

sebuah kanopi. Pemilihan kamar<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 6 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 7


untuk tempat saya menginap<br />

bukanlah pilihan saya, tetapi saya<br />

ingat bahwa kemanapun saya<br />

pergi, sebuah Shivalinga selalu<br />

terlihat oleh saya. Hal ini sering<br />

saya alami, baik ketika saya pergi<br />

ke pegunungan, di hutan-hutan,<br />

dan ditengah-tengah reruntuhan<br />

bangunan. Dalam kepercayaan<br />

Hindu, Shivalinga mewakili Dewa<br />

Syiwa yang dianggap sebagai<br />

Dewa Pencipta dan Perusak!<br />

Ketika menoleh keluar dari<br />

jendela kamar, saya melihat<br />

sebuah kolam renang yang tertata<br />

sangat indah dan dikelilingi oleh<br />

Mahal-Mahal (istana-istana) yang<br />

luks. Kolam renang yang tinggi<br />

letaknya dapat dicapai setelah<br />

melewati gang-gang yang berlikuliku<br />

menuju mahal-mahal tersebut<br />

dan setelah mendaki beberapa<br />

anak tangga. Perjalanan mencapai<br />

kolam renang ini seolah-olah<br />

memberikan kesan bahwa badan<br />

kitapun, setelah bekerja keras,<br />

memerlukan istirahat dan relaksasi<br />

dalam air.<br />

Di sebuah tempat yang lebih<br />

tinggi lagi terdapat sebuah taman<br />

bernama Mukut Bagh, yang<br />

sangat cocok untuk orang-orang<br />

yang mendambakan privacy dan<br />

ekslusifitas. Beberapa pekerjaan<br />

renovasi masih berlangsung<br />

disini, tepatnya di bagian yang<br />

disebut Unchha Bagh (Taman<br />

Tinggi). Jelas tempat ini nantinya<br />

akan menjadi bagian yang paling<br />

tinggi di taman ini. Sebuah<br />

tempat bernama Hawa Chhat<br />

Sebuah Fresko atau lukisan dinding (kanan)<br />

dan Dining in style (bawah).<br />

(Anjungan Berangin) menarik<br />

perhatian saya dan saya putuskan<br />

untuk duduk-duduk disana<br />

untuk beberapa saat dibawah<br />

sebuah kanopi. Saya merasakan<br />

tiupan angin yang sepoi-sepoi<br />

basah dan kadang-kadang<br />

cukup kencang. Dibawah terlihat<br />

sebuah taman bernama Hanging<br />

Gardens atau Taman Tergantung.<br />

Barisan pohon-pohon palem<br />

di pinggir-pinggir jalan dan<br />

banyaknya tanaman-tanaman<br />

hijau di taman ini menghadirkan<br />

pemandangan yang kontras<br />

dengan warna batu-batu yang<br />

dipakai untuk membangun<br />

istana ini.<br />

Kawasan Unchha Bagh (kanan) dan<br />

Shivalinga yang terdapat di sebuah kuil<br />

(bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 8 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 9


Sebuah Amphitheater menarik<br />

perhatian saya. Saya melihat<br />

bahwa di ujungnya yang paling<br />

jauh, Amphitheater ini hampir<br />

seperti amphitheater yang saya<br />

lihat di kota Bath, yang dibangun<br />

oleh bangsa Romawi. Akan<br />

tetapi yang ini lebih besar dan<br />

lebih elaborit dari yang dibangun<br />

kemudian.<br />

Kafilah-kafilah yang melewati<br />

padang pasir Rajasthan, pada<br />

suatu masa tertentu pernah<br />

menggunakan sumur bertingkat<br />

sembilan yang terletak tidak jauh<br />

dari tempat mereka beristirahat.<br />

The Flying Fox, sebuah pesawat<br />

terbang layang, sayangnya tidak<br />

beroperasi ketika saya sedang<br />

berkunjung ke Neemrana.<br />

Kini Neemrana juga telah<br />

menjadi sebuah ajang untuk<br />

menyelenggarakan pertunjukanpertunjukan<br />

kebudayaan oleh para<br />

maestro serta upacara-upacara<br />

pernikahan seperti pada zaman<br />

raja-raja dulu!<br />

Hari semakin terasa panas.<br />

Memperhatikan matahari terbenam<br />

dari istana Neemrana adalah<br />

sebuah pengalaman yang sangat<br />

romantis. Ketika mengabadikan<br />

momen yang langka ini, saya<br />

berusaha menyeimbangkan<br />

Matahari diatas ujung batu yang<br />

mencuat seperti tombak diatas<br />

baluarti benteng pada frame saya.<br />

Barangkali, saya melakukannya<br />

selama sepersekian detik!<br />

Menjelang senja saya berpindah<br />

ke Shatranj Terrace dan Shatranj<br />

Bagh (Shatranj dalam bahasa<br />

Hindi berarti Catur). Sebuah<br />

kereta tua terlihat dipajang disini,<br />

setelah memainkan perannya di<br />

istana ini pada zaman silam. Saya<br />

mengambil beberapa gambar<br />

dari istana yang bersinar terang<br />

itu pada senja hari. Bagi saya,<br />

datangnya senja selalu menarik<br />

untuk lingkungan-lingkungan<br />

seperti ini. Bagaimanapun juga,<br />

keindahan sebuah monumen<br />

selalu bertambah dengan<br />

datangnya suasana senja seperti<br />

ini. Ini adalah saat dimana waktu<br />

menjadi seolah-olah terbuai antara<br />

yang riil dan yang mistis. Malam<br />

hampir tiba dan langitpun mulai<br />

semakin gelap. Dalam suasananya<br />

yang kontras, cahaya yang datang<br />

dari istana tampak semakin terang,<br />

dan lama kelamaan seluruh istana<br />

bercahaya seperti sebuah lampu<br />

sorot di tengah malam.<br />

Malam yang telah saya lalui itu<br />

memang penuh keindahan dan<br />

kenangan. Tetapi matapun belum<br />

puas dengan apa yang telah<br />

Kolam renang di Neemrana (halaman<br />

samping); Sunset Arch (kanan) dan<br />

pemandangan di waktu Senja (bawah).<br />

dilihatnya dan merindukan masih<br />

banyak lagi.<br />

Sambil menikmati suara-suara<br />

burung merak, memperhatikan<br />

merpati-merpati yang asyik<br />

berkeliaran, burung-burung bulbul<br />

yang berdada merah, tupaitupai,<br />

saya seolah-olah dibawa<br />

ke masa silam dan saya pun<br />

mencoba mengarang sebuah lagu<br />

yang dipersembahkan kepada<br />

Neemrana pada pagi harinya. Pada<br />

saat-saat seperti ini seolah-olah<br />

kita merasakan sebuah kesucian<br />

hidup dan kesan ini akan benarbenar<br />

sukar untuk dilupakan.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang birokrat senior dan<br />

penulis perjalanan.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 10 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 11


Siddharth Khandelwal<br />

Penginapan-Penginapan Tua<br />

Sebuah Perjalanan Melalui Warisan Goa<br />

Naskah & Foto: RAMCHANDER PENTUKER<br />

Bagi kebanyakan orang, berkunjung ke bekas koloni Portugis,<br />

Goa, adalah sebuah pengalaman yang mengasyikkan karena<br />

pantai-pantainya yang indah, jalan-jalan pinggir lautnya yang<br />

diteduhi pohon-pohon palem, perahu-perahu kesenangan (pleasure<br />

boats), pubs, kasino-kasino, kafe-kafe di alam terbuka, seafood, port<br />

wine dan sebagainya.<br />

Yang jelas, masih banyak lagi yang dapat dinikmati oleh seseorang asal<br />

dia mau menjelajahi daerah yang selalu hijau ini. Akan tetapi hanya<br />

ada segelintir pelancong yang nekat yang tahu betul bahwa disamping<br />

tempat-tempat yang sudah lazim didatangi orang itu masih ada beberapa<br />

tujuan wisata lainnya yang kaya dengan nilai-nilai dan memiliki<br />

keunikan-keunikannya sendiri. Sebuah daerah kecil di Panjim, yang<br />

lazim dikenal sebagai Kawasan Latin Tua (Old Latin Quarter) – dan<br />

tersohor dengan nama Fontainhas – adalah salah satu diantara<br />

tempat-tempat serupa itu. Tempat ini adalah jantung bersejarah<br />

Goa. Di tempat yang menarik tidak jauh dari Panjim ini anda dapat<br />

mempelajari seluruh suasana kotanya, dimana orang-orang Portugis<br />

membangun rumah-rumah mereka dan hidup sampai akhir 1960-an.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 12 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 13


Siddharth Khandelwal<br />

Gama menemukan jalan laut ke<br />

India pada tahun 1498. Pada periode<br />

inilah Portugis menjadi salah<br />

satu kekuatan maritim terpenting<br />

di dunia, ketika para pelautnya<br />

menemukan banyak daerah-daerah<br />

baru dalam pelayaran-pelayaran<br />

mereka. Mereka adalah bangsa<br />

Eropa pertama yang menginjakkan<br />

kaki di pantai barat India, yang<br />

kemudian diikuti oleh Prancis,<br />

Belanda, lalu Inggris.<br />

Penyair yang juga seorang pelaut<br />

Portugis, Luis Camoes, dalam<br />

eposnya, Os Lusiadas, yang<br />

dikarangnya sekitar 70 tahun setelah<br />

Vasco da Gama menemukan jalan<br />

laut ke India, mengimortalkan<br />

Siddharth Khandelwal<br />

periode besar penemuan<br />

yang dilakukan Portugis dan<br />

pengkolonisasian Goa. Kita bisa<br />

melihat patung mamoth sang<br />

penyair yang kini berdiri di ruang<br />

utama museum di Goa lama.<br />

Pengkolonisasian Goa oleh<br />

Portugis berlanjut terus sampai<br />

sekitar empat setengah abad,<br />

sampai pembebasan Goa pada<br />

tahun 1961.<br />

Kehadiran mereka yang terlalu<br />

lama di Goa telah membuat<br />

bangsa Portugis besar sekali<br />

pengaruhnya terhadap kehidupan<br />

sosial dan agama Goa dan<br />

pengaruh Portugis ini jauh<br />

Panjim, pusat pemerintahan<br />

daerah Goa adalah sebuah kota<br />

taman, dengan gedung-gedung<br />

beratap genteng, jalan-jalan yang<br />

diteduhi oleh pohon-pohon,<br />

candi-candi, gereja-gereja, dan<br />

patung-patung, dan terletak ditepi<br />

sungai Mandovi. Kawasan yang<br />

disebut The Old Latin Quarter<br />

ini dipenuhi oleh gang-gang<br />

yang sempit dan dikedua sisinya<br />

berdiri lusinan rumah-rumah<br />

mungil yang cantik, vila-vila dan<br />

apartemen-apartemen bisnis.<br />

Letak daerah ini adalah dekat ke<br />

sebelah kiri Ourem Creek, yang<br />

dihubungkan dengan sebuah<br />

jalan dengan pusat kota.<br />

Banyak rumah-rumah disini<br />

merupakan warisan Portugis<br />

termasuk rumah-rumah yang<br />

dimiliki oleh keturunan langsung<br />

bangsa Portugis (karena sebagian<br />

mereka masih tinggal disini) dan<br />

kini telah dikonversi menjadi<br />

penginapan-penginapan dan<br />

restoran-restoran dengan gaya<br />

khas, yang menawarkan kepada<br />

para turis apa yang terbaik dari<br />

keramah-tamahan ala Goa.<br />

Sebagian besar penginapanpenginapan<br />

warisan Portugis<br />

ini terlihat simpel dalam<br />

bentuknya, dibangun dengan<br />

gaya khas Portugis, dengan<br />

jendela-jendela khas (shuttered<br />

windows) dan balkon-balkon<br />

yang menggantung. Bahkan<br />

interiornya pun tidak banyak<br />

atau bahkan tidak memiliki<br />

keunikan-keunikan tersendiri.<br />

Namun demikian, karena gayagaya<br />

lama masih memiliki daya<br />

pikatnya, penginapan-penginapan<br />

ini masih dikunjungi para tamu<br />

setiap hari. Hal ini karena, seperti<br />

yang dikatakan oleh seorang turis<br />

Jerman, “Saya merasakan suatu<br />

nostalgia tertentu akan signifikansi<br />

masa silamnya, sehingga saya<br />

memerlukan datang kesini setiap<br />

hari untuk bersantap”.<br />

Yang paling mengesankan<br />

saya tentang penginapan-<br />

penginapan ini adalah warnanya.<br />

Setiap gedung dicat dengan<br />

warna-warna yang menyengat<br />

mata, mulai dari warna-warna<br />

tradisional merah kecoklatan<br />

sampai kepada kuning tua,<br />

jingga, hijau, biru; hampir semua<br />

warna yang ada di bumi. Sudah<br />

menjadi tradisi disini bahwa<br />

semua bangunan harus dicat<br />

ulang setiap tahun setelah musim<br />

hujan. Keceriaan warna-warna<br />

inilah yang menarik perhatian<br />

anda ketika anda sedang berjalanjalan<br />

di kawasan Latin Quarters<br />

ini.<br />

Tidaklah berlebihan apabila<br />

dikatakan bahwa diantara<br />

penginapan-penginapan ini<br />

banyak pula yang telah menjadi<br />

landmark kota dan tetap<br />

memberikan pengaruh dan<br />

memperkaya sejarah dan romansa<br />

tempat ini.<br />

Menurut sejarah, Goa dibangun<br />

oleh para pelaut Portugis sekitar<br />

tahun 1510, setelah Vasco da<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 14 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 15


lebih terasa dan nyata di Latin<br />

Quarters, dimana banyak rumahrumah<br />

dan gereja-gereja yang<br />

dibangun pada zaman Portugis<br />

masih mengingatkan kita kepada<br />

masa silamnya. Bukan hanya<br />

itu, pengaruh Portugis yang<br />

amat dalam itu bahkan terefleksi<br />

dalam bahasa kontemporer rakyat<br />

setempat dan cara berpakaian<br />

sebagian wanitanya dalam<br />

pesta-pesta.<br />

Nama “Fontainhas” jelas<br />

berasal dari bahasa Portugis,<br />

yang barangkali berasal dari<br />

nama sebuah tempat yang sama<br />

namanya di Lisabon, yang berarti<br />

“tempat sebuah pancuran kecil”<br />

atau keran air untuk umum, yang<br />

dibangun Portugis disana. Karena<br />

pada masa itu belum ada air<br />

ledeng, kaum wanita umumnya<br />

mengambil air dari pancuranpancuran<br />

untuk kebutuhan<br />

sehari-hari mereka.<br />

Dengan semakin berkembangnya<br />

kota, kebanyakan dari pancuranpancuran<br />

ini, kecuali sebuah<br />

pancuran yang saya temukan<br />

belakangan dekat sebuah<br />

sekolah, mulai hilang satu demi<br />

satu.<br />

Semua penginapan yang menjadi<br />

warisan dari zaman Portugis<br />

dan terdapat di Latin Quarters<br />

Siddharth Khandelwal<br />

berasal dari periode yang sama<br />

dan dipelihara kelestariannya<br />

dengan susah payah oleh para<br />

pemiliknya.<br />

Barangkali karena aspeknya yang<br />

indah dan unik inilah atau karena<br />

ada pertalian sejarahnya dengan<br />

masa lampau penginapanpenginapan<br />

ini masih terpelihara<br />

dan terawat sampai sekarang.<br />

Para pemiliknya mafhum<br />

sepenuhnya akan manfaat yang<br />

bakal mereka peroleh dengan<br />

melestarikan dan memelihara<br />

Panjim Inn (Penginapan Panjim) dengan<br />

dekor tradisionalnya, dengan sebuah<br />

gambar pemilik aslinya, seorang Portugis,<br />

tergantung pada pintu masuk (bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 16 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 17


kecantikan bangunan mereka<br />

untuk merefleksikan suasana<br />

masa silamnya.<br />

Contoh terbaik dari penginapanpenginapan<br />

ini adalah sebuah<br />

penginapan bernama Panjim<br />

Inn, yang telah menjadi the most<br />

recognized landmark di kota ini,<br />

yang terletak di Ourem Creek<br />

Road, menghadap ke sebuah<br />

jembatan lengkung.<br />

Panjim Inn berwarna merah<br />

kecoklatan dan masih terpelihara<br />

keasliannya dan lingkungan<br />

tradisional Goa-nya. Dapurnya<br />

menyediakan masakan lokal dan<br />

kontinental untuk dihidangkan<br />

di restorannya. Bangunan elegan<br />

yang dibangun pada tahun 1880<br />

ini adalah milik seorang wanita<br />

Hindu. Dia pernah dipakai untuk<br />

sebuah sekolah sebelum dirubah<br />

menjadi sebuah hotel.<br />

Tidak semua penginapan<br />

disini sama besarnya dan sama<br />

reputasinya dengan Panjim Inn.<br />

Ada juga yang berukuran lebih<br />

kecil, bising dengan suara-suara<br />

orang mencicipi minuman lokal<br />

‘Fenni.’<br />

Dalam perjalanan pulang ke<br />

hotel, saya berhenti di sebuah<br />

lapangan lain yang lebih kecil<br />

dekat gereja St. Sebastian. Afonso<br />

Guest House, yang berdiri persis<br />

dibawah bayangan gereja ini<br />

adalah sebuah bangunan yang<br />

sangat menarik. Bangunan bercat<br />

kuning tua ini sangat kontras<br />

dengan warna gereja yang putih<br />

seperti mutiara. Guest House<br />

yang diberi nama menurut nama<br />

raja Portugal pertama, Afonso<br />

Henriques, dimiliki oleh Ny.<br />

Patung pelaut-penyair Portugis Luis Camoes<br />

di ruangan sebuah Museum di Goa.<br />

Jeanette Afonso yang mengaku<br />

sebagai keturunan langsung dari<br />

raja tersebut.<br />

Penginapan-penginapan yang<br />

kini menjadi warisan sejarah ini<br />

mungkin saja tidak seglamor yang<br />

kita harapkan, tetapi anda masih<br />

bisa meyakini segala kenikmatan<br />

yang ditawarkannya sebagai hotel<br />

atau penginapan, dan tidak perlu<br />

diragukan bahwa mereka cukup<br />

bersih dan hijau suasananya.<br />

Sementara anda sibuk menjelajahi<br />

lorong-lorong sempit Old Latin<br />

Quarters, keinginan untuk<br />

mengetahui dan merasakan<br />

sendiri keindahan dan keunikan<br />

suasana masa silamnya sangat<br />

kuatnya. Seolah-olah anda ingin<br />

kembali selangkah ke masa silam<br />

untuk menikmati suasananya<br />

yang langka dan unik ini.<br />

Mengapa suasana masa silam<br />

lebih banyak menarik perhatian<br />

orang? Hal ini akan kita pahami<br />

setelah kita mencoba menjelajahi<br />

dengan santai lorong-lorong yang<br />

terdapat di bagian kota tua ini.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang penulis dan<br />

fotografer kondang.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 18 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 19


India-Afrika<br />

Sebuah Kemistri Bisnis Baru<br />

Dalam bulan Mei,<br />

perusahaan telekom<br />

raksasa India Bharti Airtel<br />

mengakuisisi aset Afrika milik<br />

Zain Group di Kuwait dengan<br />

nilai 10,7 miliar Dollar AS, sebagai<br />

suatu puncak kerjasama baru di<br />

bidang bisnis antara India dan<br />

Afrika. Akuisisi aset terbesar yang<br />

dilakukan sebuah perusahaan<br />

India di benua Afrika ini telah<br />

mengalihkan sorotan ke pasar<br />

kelas menengah yang sedang<br />

MANISH CHAND<br />

marak di Afrika dan semakin<br />

tumbuhnya win-win partnership<br />

antara ekonomi nomor dua<br />

paling cepat perkembangannya<br />

di dunia dan benua Afrika yang<br />

terdiri dari 53 negara yang kaya<br />

akan sumber-sumber kekayaan.<br />

Persetujuan akuisisi yang ramai<br />

diberitakan media India dan<br />

internasional ini merupakan hasil<br />

pertumbuhan kumulatif yang<br />

terus menanjak selama beberapa<br />

S.M. Krishna, Menteri Luar Negeri India; Y.M. John Dramani Mahama, Wakil Presiden Republik Ghana<br />

dan Anand Sharma, Menteri Perdagangan dan Industri India, pada pembukaan the 6th Conclave<br />

on India-Africa Project Partnership (tanggal 15 Maret 2010).<br />

tahun belakangan di bidang<br />

perdagangan dan investasi antara<br />

India dan Afrika, yang keduanya<br />

tidak terkena dampak resesi<br />

global.<br />

Sinergi bisnis baru ini dimotori<br />

oleh badan tertinggi bisnis India,<br />

yakni Confederation of Indian<br />

Industries (CII) dan EXIM Bank,<br />

yang bergandengan tangan<br />

untuk melakukan suatu prakarsa<br />

pemelopor yang disebut “The<br />

India-Africa Project Partnership<br />

Conclave,” pada tahun 2005.<br />

Konklaf atau kerjasama yang<br />

didukung oleh Kementerian<br />

Luar Negeri dan Kementerian<br />

Perdagangan India ini kini<br />

telah menjadi sebuah event<br />

yang banyak ditunggu-tunggu,<br />

sebagai bentuk nyata dari<br />

upaya kerjasama di bidang<br />

ekonomi yang diwariskan oleh<br />

perjuangan anti-kolonial dalam<br />

rangka kerjasama non-blok dan<br />

solidaritas Asia-Afrika.<br />

Kita bisa melihat bagaimana<br />

bekerjanya kemistri bisnis<br />

ini pada konklaf India-Afrika<br />

ke-6 yang diselenggarakan<br />

pertengahan Maret lalu dengan<br />

partisipasi 34 negara Afrika.<br />

Sekitar 1000 orang pelaku bisnis,<br />

para pemimpin politik, para<br />

banker dan policy maker dari<br />

India dan Afrika berdatangan ke<br />

ibu kota India untuk menyadap<br />

potensi bisnis baru antara dua<br />

kawasan di dunia yang terus<br />

berkembang ditengah-tengah<br />

resesi. Taruhannya cukup<br />

besar: proyek-proyek seharga<br />

Para hadirin pada sesi pembukaan Konklaf.<br />

10,06 miliar Dolar telah<br />

disepakati. Bidang-bidang yang<br />

dicakupinya mulai dari tenaga<br />

listrik, pengolahan pupuk dan<br />

pertanian sampai ke pendidikan,<br />

usaha-usaha kecil dan menengah<br />

(UKM) dan telekomunikasi, dan<br />

satu hal yang menggembirakan<br />

adalah bahwa suasana tegang<br />

yang biasanya menandai jalannya<br />

perundingan-perundingan tidak<br />

terlihat disini. Bahkan para<br />

pengusaha dan peserta lainnya<br />

terlihat sangat akrab dalam<br />

berbicara, yang kadang-kadang<br />

diselingi oleh lelucon-lelucon dan<br />

gelak tawa.<br />

Ketika masalah bisnis dibicarakan<br />

dengan rasa persaudaraan dan<br />

kedekatan hubungan ideologi,<br />

maka hasil yang diperoleh lebih<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 20 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 21


Atas: Jonathan Wutawunashe, Ketua Korp<br />

Diplomatik & Duta Besar Zimbabwe di<br />

India; Sanjay Kirloskar, Ketua, CII Africa<br />

Committee; S.M. Krishna, Menteri Luar<br />

Negeri India; John Dramani Mahama, Wakil<br />

Presiden Republik Ghana; Anand Sharma,<br />

Menteri Perdagangan & Industri India,<br />

Chandrajit Banerjee, Direktur Jenderal, CII.<br />

Kanan: Sanjay Kirloskar, Ketua, CII Africa<br />

Committee & Ketua Kirloskar Brothers Ltd;<br />

Vivek Katju, Sekretaris (Barat), Kementerian<br />

Luar Negeri India; S.E.M. Gilbert Fossoun<br />

Houngbo, Perdana Menteri Republik Togo<br />

dan Syamal Gupta, Ketua Emeritus, CII<br />

Africa Committee & Ketua TCE Ltd.<br />

banyak dari hanya sekedar<br />

deal-deal. “Hasil yang kita<br />

peroleh adalah sebuah kemitraan<br />

yang berkelanjutan dengan<br />

masa depan yang panjang,” ujar<br />

John Dramani Mahama, Wakil<br />

Presiden, Republik Ghana yang<br />

menjadi Tamu Kehormatan<br />

pada Partnership Conclave<br />

tersebut. “Dalam suasana positif<br />

seperti ini, tidak ada yang<br />

Jardine Omar, Konselor (Ekonomi), Komisi<br />

Tinggi (Kedubes) Afrika Selatan di India;<br />

Jose Maria Morais, Komisaris Tinggi (Dubes)<br />

Mozambik untuk India; Nn. Maria Gustava,<br />

Direktur Asia & Oceania, Kementerian Luar<br />

Negeri & Kerjasama; Robert Appelbaum,<br />

Direktur Edward Nathan Sonnenburg, Afrika<br />

Selatan; Sumanta Chaudhuri, Joint Secretary,<br />

Departemen Perdagangan & Industri dan<br />

Nn. Donnée Kruger, Manager, Perdagangan<br />

dan Investasi KwaZulu-Natal.<br />

dapat menghalangi peningkatan<br />

bisnis dan kemitraan,” kata S.M.<br />

Krishna, Menteri Luar Negeri<br />

India. Dia sangat menghargai<br />

sektor swasta yang telah<br />

berusaha memperluas profil<br />

mereka di benua Afrika dan<br />

mengembangkan pendekatan<br />

investasi India dengan<br />

memfokuskan perhatian pada<br />

pengembangan kapasitas<br />

(capacity building) dan pelatihan<br />

ketrampilan yang dapat lebih<br />

memacu pembangunan di Afrika.<br />

“Hubungan India-Afrika telah<br />

semakin matang dan berkembang<br />

menjadi sebuah hubungan yang<br />

hidup dan bergairah. Di banyak<br />

bagian Afrika kita melihat para<br />

investor dan bisnismen India<br />

giat berusaha mengembangkan<br />

perdagangan, membangun<br />

kapasitas dan memberikan<br />

kontribusi bagi tujuan-tujuan<br />

pembangunan mitra-mitra kita di<br />

Afrika dengan cara yang mudah<br />

terlihat,” tambahnya.<br />

Sanjay Kirloskar, seorang<br />

industrialist dengan berbagai<br />

investasi di Afrika dan Ketua<br />

Komite Afrika CII, menempatkan<br />

hubungan antara kedua belah<br />

pihak dalam konteks yang lebih<br />

luas, yaitu dengan mengalihkan<br />

geografi kekuatan ekonomi<br />

dari Barat ke Timur. “Konklaf<br />

ini menghadirkan sebuah<br />

peluang yang sangat besar bagi<br />

kita semua untuk menjajagi<br />

kemungkinan-kemungkinan<br />

yang maha luas dalam kerjasama<br />

India-Afrika, memperkuat<br />

kemitraan-kemitraan sinergistik<br />

dan mengembangkan sebuah visi<br />

baru untuk kerjasama India-Afrika<br />

dalam jangka panjang, yang pada<br />

gilirannya nanti akan menentukan<br />

arah Kerjasama Selatan-Selatan.”<br />

Pertemuan atau konklaf ini telah<br />

memilih empat daerah kunci<br />

untuk meningkatkan kerjasama<br />

ekonomi antara India dan Afrika:<br />

(i) memperkuat hubungan<br />

khusus antara India dan Afrika;<br />

(ii) mengembangkan ekonomi<br />

pedesaan di kedua kawasan;<br />

(iii) memajukan pengembangan<br />

ketrampilan dan capacity building<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 22 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 23


Kanan: Pemain Kriket Afrika Selatan<br />

Jonty Rhodes menyampaikan pidato pada<br />

Konklaf tersebut.<br />

Bawah: Menanda tangani Exim Bank LOC<br />

dengan Pemerintah Senegal: terlihat dalam<br />

gambar Karim Wade, Menteri Kerjasama<br />

Internasional, Infrastruktur, Pengembangan<br />

Tanah dan Angkutan Udara, Pemerintah<br />

Senegal dan Nn. Kavneet Kaur, CMD, Exim<br />

Bank of India.<br />

untuk Afrika di hari esok; dan<br />

(iv) memacu pelaksanaan agenda<br />

hijau.<br />

Dengan dipimpin oleh sektor<br />

swasta, dibawah kebijakan<br />

Pemerintahan India yang<br />

difokuskan kepada Afrika (Focus<br />

Africa Policy), perdagangan<br />

bilateral telah bertumbuh<br />

menjadi 39 miliar Dolar AS, suatu<br />

peningkatan sebesar sepuluh<br />

kali lipat dalam masa 15 tahun<br />

terakhir. Hampir setiap minggu,<br />

ada saja sebuah perusahaan<br />

India yang mengumumkan suatu<br />

usaha bisnis baru di sebuah<br />

negara Afrika. Bus-bus Tata<br />

dan pompa-pompa Kirloskar,<br />

yang dibuat oleh perusahaanperusahaan<br />

India, telah menjadi<br />

sebuah iconic brand names<br />

di banyak negara Afrika.<br />

Jonathan Wutawunashe, Duta<br />

Besar Zimbabwe di India, suka<br />

bercerita bahwa jika seseorang<br />

kehilangan jalannya di desa-desa<br />

Afrika, dia disuruh pergi ke<br />

pompa Kirloskar dan disanalah<br />

dia akan menemukan jalannya!<br />

Adi Godrej, seorang industrialis<br />

top India, adalah pengusaha<br />

terakhir yang ikut bergabung<br />

dengan dunia usaha India di<br />

Afrika, dimana perusahaannya<br />

Penandatangan MOU pada Konklaf ke-6 antara BEDIA, Botswana & CII, India<br />

baru-baru ini membeli Tura<br />

Group di Nigeria. Afrika adalah<br />

“benua di masa depan”, kata<br />

Godrej, sebagai pernyataan<br />

optimisme para pengusaha India<br />

dalam berinvestasi di Afrika.<br />

Kini cukup banyak perusahaanperusahaan<br />

yang berminat untuk<br />

menanam modal di Afrika,<br />

dengan perusahaan-perusahaan<br />

besar India berada di ujung<br />

tombak. Essar Group telah<br />

menginvestasikan 100 juta Dolar<br />

AS untuk Essar Telecom Kenya<br />

Holdings. Yu brand milik Essar<br />

mempunyai 400.000 pelanggan<br />

telekom di Kenya. Perusahaan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 <strong>24</strong> INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 25


ini menguasai 50 persen saham<br />

di Kenya Petroleum Refineries<br />

dimana dia berencana untuk<br />

menginvestasikan $300 juta. Tata<br />

Steel KZN telah mengakuisisi<br />

$120 juta dalam sebuah<br />

Greenfield ferrochrome venture<br />

di Afrika Selatan. The Vedanta<br />

Group telah membangun 55<br />

pusat pelatihan untuk melatih<br />

28.500 tenaga setiap tahun, dan<br />

sejak 1997 sampai sekarang<br />

telah melatih hampir 150.000<br />

orang mahasiswa. ONGC Videsh,<br />

cabang luar negeri perusahaan<br />

minyak terbesar India, Oil<br />

and Natural Gas Commission,<br />

mengoperasikan aset minyak<br />

senilai $2,1 miliar di Libya, Sudan,<br />

Cote d’Ivoire (Pantai Gading)<br />

dan Mesir, yang menjadikannya<br />

sebagai investor India terbesar di<br />

Afrika.<br />

Meskipun sektor swasta India<br />

berada di garis terdepan<br />

dalam penanaman modal di<br />

Afrika, Pemerintah India pun<br />

telah membuka jalan dengan<br />

menempuh kebijakan yang<br />

proaktif dan menawarkan<br />

berbagai perangsang untuk<br />

memacu lajunya perdagangan<br />

dan investasi dua arah.<br />

Menyebut garis-garis besar<br />

policy pemerintah India terhadap<br />

Afrika yang disimpulkan dalam<br />

tiga T (Trade, Technology dan<br />

Training), Perdana Menteri<br />

Manmohan Singh mengumumkan<br />

serangkaian langkah-langkah<br />

pada pembukaan India-Africa<br />

Forum Summit pada bulan<br />

April, 2008 yang mencakup<br />

pemberian akses pasar secara<br />

preferensial kepada 34 negara<br />

Afrika yang belum begitu pesat<br />

Para anggota delegasi dari Afrika dan India membicarakan soal bisnis pada Konklaf<br />

perkembangannya. Dia juga<br />

mengumumkan penggandaan<br />

pemberian kredit menjadi $5,4<br />

miliar dan menjanjikan bantuan<br />

sebesar $500 juta untuk proyekproyek<br />

pembangunan kapasitas<br />

dan pengembangan sumber daya<br />

manusia. Akses pasar diharapkan<br />

dapat meningkatkan ekspor<br />

Afrika mulai dari kapas, cocoa<br />

dan aluminium sampai ke biji<br />

tembaga dan biji jambu monyet.<br />

Azas-azas keikutsertaan India<br />

dalam pembangunan di Afrika<br />

telah diperkuat lagi oleh rencana<br />

aksi bersama yang diluncurkan<br />

India dan Afrika awal Maret<br />

tahun ini. Berdasarkan rencana<br />

aksi ini India akan mendirikan<br />

19 lembaga pendidikan di<br />

Afrika bersama African Union<br />

Commission dan negara-negara<br />

anggota komisi ini di bidangbidang<br />

pemolesan berlian, IT,<br />

pendidikan vokasional dan<br />

perdagangan luar negeri. Rencana<br />

aksi ini dimaksudkan untuk<br />

dapat mengembangkan prakarsaprakarsa<br />

pemeloporan seperti<br />

proyek Pan-Afrika e-network<br />

bantuan India untuk memberikan<br />

pendidikan dan pengobatan jarak<br />

jauh (tele-education and telemedicine)<br />

kepada rakyat Afrika<br />

dengan menjembatani jurang<br />

digital di benua tersebut.<br />

Para pemimpin Afrika<br />

meresponnya dengan penuh<br />

antusias. “India adalah sebuah<br />

contoh hebat dimana Afrika<br />

dapat belajar tentang arah<br />

pembangunan dan pengalaman<br />

India,” kata Perdana Menteri<br />

Republik Tongo dan Tamu<br />

Kehormatan, Gilbert Fossoun<br />

Houngbo, pada konklaf<br />

tersebut. Seperti kata mantan<br />

Presiden Ghana, John Agyekum<br />

Kufuor: “Jika pengalaman<br />

India dikawinkan dengan<br />

sumber-sumber kekayaan<br />

Afrika yang begitu luas, hal<br />

ini akan mempercepat proses<br />

pembangunan di Afrika.”<br />

Simbiosis ini akan membuka<br />

kemungkinan-kemungkinan<br />

kerjasama yang tidak terbatas<br />

di bidang-bidang mulai<br />

pertanian, keamanan pangan,<br />

infrastruktur dan hydrocarbon<br />

sampai kepada IT dan frontier<br />

areas of human knowledge.<br />

Karena India dianggap semakin<br />

mantap sebagai sumber Tiga A<br />

(Appropriate, Affordable dan<br />

Adaptable technologies), New<br />

Delhi dianggap semakin mampu<br />

menggantikan negara-negara<br />

Barat sebagai sumber-sumber<br />

teknologi, produk-produk dan<br />

jasa bagi negara-negara Afrika<br />

yang selama ini bergantung<br />

kepada Barat. “Rakyat Afrika<br />

telah meraih banyak manfaat dari<br />

alih teknologi yang dilakukan<br />

oleh India,” Hannah Tetteh,<br />

Menteri Perdagangan dan Industri<br />

Republik Ghana mengatakan<br />

dalam sebuah wawancara.<br />

Jacob Zuma, Presiden Republik<br />

Afrikia Selatan, yang melakukan<br />

kunjungan kenegaraan selama<br />

tiga hari di India pada bulan<br />

Juni lalu dengan membawa<br />

200 lebih pengusaha top dari<br />

negerinya, sangat optimistik<br />

dengan semakin berkembangnya<br />

kemistri bisnis antara India dan<br />

Afrika. Dia berkata bahwa dalam<br />

cakrawala yang lebih luas, India<br />

dan Afrika dapat bekerjasama<br />

untuk membangun Afrika sebagai<br />

Pameran ketika Konklaf berlangsung<br />

kekuatan ekonomi berikutnya,<br />

hanya satu hari setelah kedua<br />

belah pihak membuka India-<br />

South Africa Chief Executives’<br />

Forum di Mumbai.<br />

“India dan Afrika Selatan secara<br />

bersama dapat memberikan<br />

sumbangan yang signifikan untuk<br />

membangun Afrika sebagai pusat<br />

pertumbuhan global berikutnya,”<br />

sebagaimana dikatakan Presiden<br />

Zuma kepada top Indian business<br />

chambers di New Delhi.<br />

Ada keuntungan secara<br />

timbal balik bagi kedua belah<br />

pihak karena India dapat<br />

membantu Afrika meningkatkan<br />

kemampuannya melalui alih<br />

teknologi dan ketrampilanketrampilan.<br />

Sebuah laporan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 26 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 27


aru dari investor internasional<br />

McKinsey, yang dengan tepat<br />

disebut “Lions on the Move,”<br />

(Singa-Singa Sedang Bergerak)<br />

mengatakan pertumbuhan<br />

ekonomi telah dipercepat di 27<br />

dari 30 ekonomi paling luas di<br />

benua Afrika, baik yang kaya<br />

ataupun yang miskin akan<br />

sumber-sumber kekayaannya.<br />

Jumlah pelanggan cell phone<br />

(HP) telah meningkat menjadi<br />

316 juta, lebih banyak dari<br />

seluruh penduduk Amerika<br />

Serikat. Tanpa terpengaruh oleh<br />

resesi global, India, pun, sedang<br />

bangkit dan yakin akan mencapai<br />

8,2 persen pertumbuhan GDP<br />

atau Produk Domestik Bruto pada<br />

tahun 2010-11.<br />

Pertumbuhan ekonomi ini,<br />

yang distimulir oleh sebuah visi<br />

strategis yang lebih luas untuk<br />

memperoleh peranan yang<br />

lebih besar dalam masalahmasalah<br />

internasional, termasuk<br />

memperoleh keanggotaan India<br />

di Dewan Keamanan PBB, akan<br />

mendorong kedua belah pihak<br />

untuk lebih dekat lagi dalam<br />

rangka menciptakan abad Asia<br />

dan Afrika. “India ingin menjadi<br />

mitra dalam kebangkitan Afrika.<br />

Dengan saling bekerjasama, dua<br />

miliar rakyat Asia dan Afrika<br />

dapat memberikan contoh<br />

bagi sebuah kerjasama yang<br />

saling bermanfaat di dunia<br />

berkembang,” ujar Perdana<br />

Menteri Manmohan Singh pada<br />

KTT tahun 2008 tersebut.<br />

◆<br />

Penulis adalah Redaktur, Africa Quarterly,<br />

yang diterbitkan oleh Indian Council for<br />

Cultural Relations, New Delhi.<br />

Sebuah Pertunjukan Kebudayaan pada<br />

waktu Konklaf.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 28 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 29


Commonwealth Games<br />

Sebuah Ekstravagansa Budaya<br />

Naskah: MADHUSREE CHATTERJEE & PRAGYA TIWARI<br />

Foto: DEEPAK MUDGAL<br />

Sebuah pertunjukan kebudayaan India yang meriah akan dipertontonkan dengan penuh<br />

kebanggaan pada Pesta Olah Raga Persemakmuran (Commonwealth Games) ke-19<br />

untuk memproyeksikan kekuatan lunak (soft power) India kepada dunia pada pekan<br />

olah raga yang diselengggarakan sekali dalam empat tahun ini, pada tanggal 3-14 Oktober<br />

2010 yang diikuti oleh 8000 atlit dari 71 negara dan teritori untuk berkompetisi dalam 17<br />

cabang olah raga.<br />

Ekstravagansa Kebudayaan yang menjadi jantung sebuah prakarsa raksasa di bidang<br />

kepariwisataan Persemakmuran untuk memposisikan India sebagai sebuah destinasi<br />

turisme kebudayaan dan olah raga akan berlangsung selama sekitar dua pekan.<br />

Penyelenggaraan pesta olah raga ini dilakukan dengan kerjasama antara Pemerintah Delhi<br />

dan Panitia Penyelenggara Commonwealth Games 2010 dibawah pimpinan Suresh Kalmadi.<br />

Shera – sang maskot ikut serta dalam sebuah pertunjukan tari<br />

Upacara pembukaannya yang<br />

oleh para offisial dilukiskan<br />

sebagai “the much-awaited<br />

prelude to the Games” akan<br />

menampilkan tarian-tarian yang<br />

dikoreograf oleh Geeta Chandran,<br />

Shovana Narayan dan Astad<br />

Deboo – tiga penari ternama<br />

India.<br />

Spotlight akan diarahkan<br />

kepada resital-resital secara<br />

berkelompok. Chandran dan<br />

grupnya akan menampilkan<br />

sebuah sendratari selama satu jam<br />

dengan judul “Ananya”, dengan<br />

The Commonwealth Games 2010 Delhi<br />

akan memfokuskan diri pada kebudayaan<br />

India selama hampir dua minggu. Shovana<br />

Narayan akan mempertunjukkan tarian<br />

Bharatanatyam dan Kathak (kanan) dan<br />

sebuah resital tarian berkelompok (bawah).<br />

mengambil tempat di Purana<br />

Qila (Benteng Tua) yang berasal<br />

dari abad ke-16 di New Delhi,<br />

tempat dilangsungkannya acara<br />

kebudayaan tersebut.<br />

Sang koreografer berkata<br />

bahwa karyanya akan<br />

mendokumentasikan kebudayaankebudayaan<br />

purba India yang<br />

telah memberikan inspirasi<br />

kepada beragam bentuk tari<br />

klasik, dengan menonjolkan baik<br />

isi, gaya maupun evolusinya.<br />

Penari tersohor Shovana Narayan<br />

akan mengetengahkan sebuah<br />

group show yang memadukan<br />

tarian-tarian Bharatanatyam dan<br />

Kathak untuk memperlihatkan<br />

asal-usul bentuk-bentuk<br />

gerakan tarian India dan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 30 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 31


pengaruh-pengaruh yang telah<br />

berasimilasi dengannya selama<br />

bertahun-tahun. Penari veteran<br />

kontemporer Astad Deboo dan<br />

kelompoknya akan menampilkan<br />

sebuah opera tari yang akan<br />

bercerita tentang kisah-kisah yang<br />

diambil dari naskah-naskah kuno<br />

India dan disajikan dalam konteks<br />

modern.<br />

Musik yang akan menyertainya<br />

secara esensial adalah musik<br />

klasik, dan para maestro<br />

Tugu Peringatan Pahlawan Tidak Dikenal,<br />

The India Gate, (halaman samping); Purana<br />

Qila (Benteng Lama) yang berasal dari abad<br />

ke-16, tempat untuk menyelenggarakan<br />

even-even kebudayaan (kanan) dan Astad<br />

Deboo, penyanyi kontemporer kondang<br />

akan mengadakan pertunjukan dengan<br />

grupnya pada waktu berlangsungnya Pesta<br />

Olah Raga tersebut (bawah).<br />

akan tampil bersama untuk<br />

mempersatukan bakat dan<br />

kebolehan mereka dalam sebuah<br />

konser vokal dan instrumental<br />

sebagai mega openingnya.<br />

“Tetapi mengingat bahwa<br />

sebagian besar dari penontonnya<br />

adalah atlit-atlit Persemakmuran<br />

yang masih muda-muda –<br />

dibawah 35 tahun – panitia telah<br />

mengundang fusion troupes dari<br />

berbagai daerah di India untuk<br />

menampilkan tarian-tarian baru<br />

multi rasial sebagai sebuah bentuk<br />

mosaik kebudayaan India,” ujar<br />

seorang offisial.<br />

Pemerintah telah memilih 15<br />

venue di seluruh kota Delhi<br />

untuk penyelenggaran festival<br />

kebudayaan pada tanggal 3-14<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 32 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 33


Oktober yang akan datang.<br />

“Program-programnya telah<br />

dipilih secara hati-hati karena<br />

Panitia ingin agar para penonton<br />

dapat mengapresiasi apa yang<br />

mereka tonton itu untuk jangka<br />

waktu yang lama,” tambahnya.<br />

Sutradara teater Amir Raza<br />

Hussain akan menyuguhkan<br />

sebuah drama di Red Fort<br />

(Benteng Merah) dan di Benteng<br />

Quli Khan di Mehrauli, dua<br />

monumen bersejarah. Sebuah<br />

kapsul multi-media dengan<br />

durasi 45-menit akan menambah<br />

daya tarik kota Delhi dengan<br />

menampilkan pertunjukan sound<br />

and light khusus yang bercerita<br />

tentang sejarah Delhi untuk para<br />

Menara Qutub Minar yang tinggi (kanan)<br />

dan Makam Humayun (bawah).<br />

tamu selama berlangsungnya<br />

Commonwealth Games.<br />

Pertunjukan di Mehrauli, dengan<br />

judul Dastaan-e-Dilli, akan<br />

bercerita tentang sejarah Delhi<br />

mulai dari zaman kerajaannya<br />

sampai kepada kota tersebut<br />

menjadi pusat pemerintahan India<br />

merdeka.<br />

Sebuah perusahaan pembuat<br />

film sedang mendesain sebuah<br />

pertunjukan sound-and-light<br />

yang elaborit di Red Fort<br />

untuk mengisahkan sejarah<br />

benteng merah tersebut mulai<br />

dari zaman benteng tersebut<br />

dijadikan pusat pemerintahan<br />

kaisar Mughal, Shah Jahan,<br />

sampai kepada digunakannya<br />

benteng tersebut oleh tentara<br />

Inggris sebagai markas besar<br />

mereka dan kini sebagai salah<br />

satu situs arkeologi paling<br />

terkenal di ibu kota India ini<br />

yang dikunjungi oleh ribuan turis<br />

setiap hari. Dari Benteng Merah<br />

(Red Fort) ini pulalah Perdana<br />

Menteri India menyampaikan<br />

pidatonya keseluruh bangsa India<br />

dalam rangka peringatan hari<br />

Kemerdekaan India pada tanggal<br />

15 Agustus setiap tahun.<br />

Murid-murid dari 2000 sekolah<br />

lebih akan ikut ambil bagian<br />

dalam sebuah kompetisi kesenian,<br />

dengan judul “My Dream Sport”<br />

(Olah Raga Impian Saya), untuk<br />

menempatkan seni dan olah raga<br />

pada platform yang sama dan<br />

untuk memajukan bakat-bakat<br />

baru sebagai watak inklusif pesta<br />

olah raga tersebut.<br />

Sekelompok seniman yang<br />

meluncur bebas (free-wheeling)<br />

sibuk mencat tembok-tembok di<br />

ibu kota dengan warna-warna<br />

khas Persemakmuran dan untuk<br />

mempercantik ibu kota sehari<br />

sebelum pesta olah raga ini<br />

dimulai sebagai bagian dari Wall<br />

Project.<br />

Pada bulan Maret lalu, senimanseniman<br />

kontemporer kondang<br />

mulai melukis sebuah kanvas<br />

sepanjang 200 kaki sebagai<br />

bagian dari sebuah proyek seni<br />

Persemakmuran secara beranting.<br />

Prakarsa-prakarsa di bidang<br />

kesenian ini akan berkulminasi<br />

dalam sebuah grand finale<br />

dengan sebuah pameran<br />

keliling pertengahan September<br />

yang akan menyentuh tempat<br />

penyelenggaraan Pesta Olah<br />

Raga ini.<br />

Geeta Chandran (kiri) akan mementaskan<br />

sebuah sendratari, Ananya, di Purana Qila.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 34 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 35


Selain dari aspek kebudayaan,<br />

Commonwealth Games akan<br />

memberikan kesempatan<br />

kepada ibu kota India untuk<br />

mempertontonkan kebolehannya<br />

sebagai tempat penyelenggaraan<br />

pesta besar olah raga global dan<br />

karenanya tidaklah mengejutkan<br />

jika a sense of excitement<br />

and urgency kini sedang<br />

berkobar di New Delhi dengan<br />

sepasukan offisial sibuk bekerja<br />

dengan kecepatan tinggi untuk<br />

meyakinkan bahwa segala<br />

sesuatunya akan berjalan menurut<br />

rencana untuk peristiwa besar ini.<br />

Dalam prosesnya, dan dengan<br />

dana besar yang dikeluarkan<br />

pemerintah sebanyak Rs.150<br />

miliar ($3 miliar), New Delhi<br />

telah mengalami perubahan total,<br />

lebih-lebih lagi dengan enam<br />

klaster venu dan lima stadion<br />

terpisah yang sedang direnovasi<br />

dengan fasilitas-fasilitas canggih,<br />

kereta api bawah tanah (Metro<br />

Rail) yang sedang melebarkan<br />

sayapnya, komplek-komplek<br />

perbelanjaan yang sedang<br />

diupgrade, tempat-tempat<br />

kunjungan wisatawan yang<br />

sedang dikembangkan, jembatanjembatan<br />

layang yang sedang<br />

dalam tahap penyelesaian untuk<br />

memperlancar arus lalulintas,<br />

jalan-jalan utama yang sedang<br />

diperlebar dan sebuah armada<br />

commuter buses yang bergerak<br />

cepat agar perjalanan di ibu kota<br />

menjadi lebih nyaman bagi semua<br />

orang.<br />

Sebuah perkampungan atlit<br />

(Games Village) yang baru sedang<br />

dibangun diatas lahan seluas 63,5<br />

hektar lebih dekat tepi sungai<br />

Yamuna yang membelah kota<br />

New Delhi. Games Village ini<br />

memiliki 34 menara dengan 1168<br />

apartemen, masing-masingnya<br />

sangat bersahabat dengan<br />

penyandang cacat dan dilengkapi<br />

dengan teknologi canggih mulai<br />

dari pesawat TV layar datar<br />

sampai kepada dapur yang<br />

lengkap peralatannya.<br />

Penyambutan secara tradisional dengan semprotan air yang diberikan kepada penerbangan internasional<br />

pertama dan konter-konter imigrasi pada Terminal 3 yang baru diresmikan di Indira Gandhi International<br />

Airport, Delhi (halaman samping) dan Delhi Metro Rail – jalur kereta api bawah tanah Delhi (bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 36 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 37


Fasilitas-fasilitas baru ini telah<br />

menggoda Chief Minister<br />

(Gubernur) Delhi, Sheila Dikshit,<br />

untuk dengan bangga menyebut<br />

kota Delhi sebagai sebuah<br />

kota Olimpiade (Olympic city).<br />

Begitu juga dengan administrator<br />

olah raga kota Delhi Randhir<br />

Singh yang menyarankan agar<br />

event berikutnya untuk dapat<br />

diselengggarakan di kota ini<br />

adalah Asian Games, yang pernah<br />

dua kali diselenggarakan disini,<br />

dan bahkan Olimpiade sekalipun.<br />

“Commonwealth Games akan<br />

menjadi sebuah springboard<br />

atau batu loncatan untuk<br />

penyelenggaraan Olimpiade.<br />

Dengan infrastruktur yang<br />

ada sekarang ini, India dapat<br />

menawarkan diri untuk menjadi<br />

tuan rumah Asian Games,”<br />

kata Randhir Singh, Wakil<br />

Ketua Panitia Penyelenggara<br />

Commonwealth Games dan<br />

Sekjen Asosiasi Olimpiade India.<br />

Hampir semua stadion telah diuji<br />

coba bahkan ketika masih dalam<br />

tahap penyelesaian.<br />

Pengaturan-pengaturan keamanan<br />

yang sangat ketat juga sedang<br />

dilakukan untuk pesta olah raga<br />

ini. Polisi Delhi mengatakan<br />

bahwa mereka sudah siap untuk<br />

mengamankan pesta olah raga<br />

ini dengan melakukan segala<br />

sesuatunya dari segi pengamanan.<br />

“Kita tetap waspada dan terus<br />

melakukan survei keamanan,<br />

pemeriksaan-pemeriksaan dan<br />

berbagai upaya peningkatan.<br />

Kami secara reguler terus<br />

melakukan manuver-manuver<br />

anti-sabotase. Personil keamanan<br />

dan pengamanan kami selalu<br />

siaga dan waspada,” kata<br />

Delhi Police Commissioner<br />

(Kapolda Delhi) Y.S. Dadwal,<br />

dan menambahkan: “Kami ingin<br />

melihat bahwa pesta olah raga<br />

Persemakmuran ini berlangsung<br />

meriah dan sangat aman.”<br />

Infrastruktur bagi kepentingan<br />

publik di Delhi juga sedang<br />

direnovasi dan dirombak secara<br />

menyeluruh.<br />

Hal ini dapat dibuktikan dari fakta<br />

bahwa dana sebesar Rs.3 miliar<br />

($64 juta) telah dialokasikan<br />

untuk mempercantik kota, antara<br />

lain untuk membangun jalanjalan<br />

layang, jembatan-jembatan<br />

layang, jalan-jalan, trotoar-trotoar<br />

baru, dengan menyediakan<br />

furnitur-furnitur yang lebih<br />

baik di jalan-jalan dan untuk<br />

membersihkan kota.<br />

Juga akan disediakan jalur<br />

Metro khusus dari bandara ke<br />

Connaught Place, pusat bisnis dan<br />

kompleks pertokoan di Delhi,<br />

yang kini sedang direnovasi.<br />

Rajpath, sebuah bulevar sepanjang<br />

dua setengah kilometer di tengah<br />

kota Delhi yang membentang<br />

dari Rashtrapati Bhavan (Istana<br />

Presiden) ke India Gate, tugu<br />

peringatan Pahlawan Tak Dikenal,<br />

juga sedang dipercantik.<br />

Monumen-monumen yang<br />

kaya dengan warisan sejarah<br />

yang menjadi bagian yang tak<br />

terpisahkan dari kota ini sedang<br />

dibersihkan dan dipugar. Sebagai<br />

bagian dari rencana ini, Red<br />

Fort (Benteng Merah), Qutub<br />

Minar, Humayun’s Tomb (Makam<br />

Humayum) dan Purana Qila<br />

(Benteng Lama) akan dilengkapi<br />

dengan cafe-cafe untuk para tamu.<br />

Sekitar 25.000 kamar akan<br />

disediakan untuk menampung<br />

para tamu dan atlit dari dalam<br />

dan luar negeri. Diperkirakan<br />

bahwa 11.028 kamar akan tersedia<br />

pada penginapan-penginapan<br />

yang telah memperoleh lisensi<br />

dan fasilitas ini akan dilengkapi<br />

dengan skim “Bed and Breakfast”<br />

yang dilancarkan oleh pemerintah<br />

Delhi dengan menjaring para<br />

pemilik rumah-rumah dan<br />

apartemen-apartemen pribadi.<br />

Pemerintah juga telah menyetujui<br />

dana sebesar Rs.700 juta ($15 juta)<br />

untuk pengembangan destinasidestinasi<br />

turis yang terdapat di<br />

sekitar kota Delhi. Agra, kota<br />

dimana Taj Mahal berdiri, dan<br />

Jaipur adalah dua kota yang<br />

dipilih untuk maksud ini. Dalam<br />

istilah turisme, Delhi, Agra dan<br />

Jaipur disebut sebagai “golden<br />

triangle” atau segi tiga emas.<br />

Sebuah aspek lain yang perlu<br />

diperhatikan adalah bahwa<br />

Commonwealth Games akan<br />

mewariskan sebuah konsep yang<br />

sama sekali baru, yaitu yang<br />

menyangkut para relawan yang<br />

berjumlah sekitar 22.000 pria<br />

dan wanita yang telah menanda<br />

tangani suatu program latihan<br />

untuk tiga bidang: basic etiquette,<br />

venue specific dan safety training.<br />

“Perekrutan relawan sebagai<br />

sebuah konsep kiranya kurang<br />

dikenal di India. Perekrutan para<br />

relawan sekarang ini adalah<br />

pertama kalinya untuk melatih<br />

orang dalam jumlah yang begitu<br />

besar,” ujar Devya Patney,<br />

ketua panitia penyelenggara<br />

yang bertanggung jawab untuk<br />

pelatihan relawan.<br />

“Commonwealth Games 2010<br />

akan meninggalkan sebuah<br />

warisan yang akan bertahan<br />

lama bukan saja dalam bentuk<br />

infrastruktur dan fasilitas-fasilitas<br />

olah raga, tetapi juga dalam<br />

bentuk bagaimana caranya<br />

kita berhasil mengembangkan<br />

ketrampilan sumber-sumber<br />

daya manusia kita,” tambah<br />

Pandey.<br />

Pada bulan Oktober nanti Delhi<br />

akan menyaksikan menyebarnya<br />

para petugas lelaki dan wanita<br />

yang berpakaian seragam,<br />

berperilaku baik dan informatif,<br />

siap untuk memperlihatkan<br />

kepada dunia wajah keramahtamahan<br />

India.<br />

Para atlit dan penggemar olah raga dengan Queen’s Baton 2010 Delhi<br />

Dan, sama seperti yang dilakukan<br />

Beijing untuk Olimpiade 2008,<br />

Delhi juga memanfaatkan<br />

teknologi modern untuk<br />

membebaskan kota Delhi dari<br />

polusi selama berlangsungnya<br />

pesta olah raga Persemakmuran<br />

dan untuk jangka waktu yang<br />

lama sesudahnya.<br />

Melihat semua ini, optimisme<br />

yang diucapkan oleh Ketua<br />

Asosiasi Olimpiade India, Randhir<br />

Singh, tentang kesanggupan<br />

kota Delhi untuk menjadi tuan<br />

rumah Olimpaide kiranya tidaklah<br />

berlebihan. Namun demikian,<br />

hal itu paling cepat bisa terjadi<br />

pada tahun 2020, karena pada<br />

tahun 2012 Olimpiade akan<br />

diselenggarakan di London dan<br />

pada tahun 2016 di Rio de Janerio.<br />

◆<br />

(Para penulis adalah wartawan-wartawan<br />

IANS)<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 38 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 39


Amul<br />

Sebuah Brand untuk Menambah Gizi dan Tenaga<br />

R.K. MISHRA<br />

Bermula sebagai sebuah koperasi kecil-kecilan sekitar enam dasawarsa<br />

yang lalu di sebuah kota yang tidak terlalu besar di negara bagian Gujarat,<br />

sebelah barat India, Amul kini telah berkembang menjadi sebuah ikon<br />

pemberdayaan desa, yang terus berkembang dan berproses sebagai ‘revolusi<br />

putih’ yang telah memacu India menjadi produsen susu terbesar di dunia.<br />

Pada tahun 1946 seorang pemuda cerdas dikirim untuk mengambil bidang studi<br />

Dairy Engineering (Peternakan Susu) di Michigan State University, AS, dengan<br />

beasiswa pemerintah, tetapi dia pulang ke India malah dengan gelar Master in<br />

Metallurgy and Nuclear Physics.<br />

Namun demikian, tak ada yang dapat merubah nasib yang telah diperuntukkan<br />

bagi Dr. Verghese Kurien, yang berkat usaha-usahanya kearah revolusi putih<br />

telah memenangkannya World Food Prize dan Magsaysay Award, disamping<br />

berbagai pengakuan lainnya dari dalam dan luar India.<br />

Terlahir sebagai seorang Kristen Suriah di negara bagian Kerala, India Selatan,<br />

Kurien pindah ke kota Anand yang penuh debu untuk mendirikan sebuah<br />

koperasi susu dan karena prestasi yang diraihnya, orang memanggilnya, sebagai<br />

tanda penghargaan, ‘the milkman of India’ atau lelaki pemerah susu dari India.<br />

Barangkali, testimoni terbaik mengenai prestasinya adalah berbagai jenis produk<br />

yang kini di jual di banyak toko di seluruh India dan luar negeri, mulai dari<br />

susu sampai kepada pasteurised butter (mentega), keju, es krim, coklat, clarified<br />

butter, sweets (manis-manisan) dan produk-produk lain, termasuk susu probiotik<br />

dan es krim bebas gula.<br />

Melihat perkembangannya yang begitu pesat, nama Amul sebagai sebuah<br />

brand name bersama maskot ikoniknya, seorang gadis cilik yang lucu memakai<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 40 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 41


ok polka-dot dan dengan<br />

slogan-slogan yang catchy,<br />

bahkan kini telah mengalahkan<br />

perusahaan induknya, Gujarat<br />

Cooperative Milk Marketing<br />

Federation, dari segi nama dan<br />

ketenaran.<br />

“Amul adalah sebuah brand name<br />

bagi hampir tiga juta petani,<br />

anggota-anggota 15.300 koperasi<br />

susu desa di seluruh Gujarat. Ini<br />

adalah jantungnya Amul,” kata<br />

Kurien, yang sudah pensiun.<br />

“Inilah yang telah memberikan<br />

kekuatan kepada Amul, dan hal<br />

ini pulalah yang membuat Amul<br />

begitu spesial.”<br />

IANS<br />

Perjalanan Amul – kata ini berasal<br />

dari kata Sanskerta “amulya” yang<br />

berarti sangat mulya – bermula<br />

pada masa-masa pergolakan<br />

sebelum India merdeka dan<br />

ketika itu koperasi susu ini<br />

didirikan dibawah pengarahan<br />

Vallabhbhai Patel, yang pada<br />

waktu itu menjadi Ketua Partai<br />

Congress dan kemudian menjadi<br />

menteri dalam negeri India<br />

pertama.<br />

Dua tahun kemudian, Kurien<br />

kembali dari AS dan pada<br />

tahun 1949 dia berhenti sebagai<br />

pegawai negeri untuk membantu<br />

mendirikan koperasi baru dengan<br />

nama Kaira District Cooperative<br />

Milk Producers’ Union.<br />

Pendirian Union ini dalam<br />

perjalanannya akhirnya<br />

melahirkan Amul, sementara yang<br />

lain tinggal sejarah, sebagaimana<br />

sering dikatakan orang.<br />

Pada tahun 1946, Amul baru<br />

mampu memperoleh 1000 liter<br />

susu setiap hari, tetapi sekarang<br />

jumlahnya telah meningkat<br />

menjadi sekitar 9,3 juta liter.<br />

Koperasi dengan nilai $1,7 miliar<br />

ini memiliki 15.300 masyarakat<br />

desa sebagai anggota-anggotanya,<br />

yang mencakup 2,9 juta produsen<br />

susu.<br />

Dalam tahun keuangan 2010-11,<br />

omzet penjualan koperasi ini<br />

diharapkan akan mencapai $2,2<br />

miliar lebih.<br />

“Amul adalah lambang prestasi<br />

koperasi susu selama kurun<br />

waktu 65 tahun lebih belakangan<br />

ini,” ujar B.M. Vyas, mantan<br />

Managing Director koperasi<br />

tersebut.<br />

“Secara sederhana, dapat<br />

IANS<br />

dikatakan bahwa Amul<br />

melambangkan genesis sebuah<br />

koperasi besar, kemenangan<br />

teknologi asli India, kemampuan<br />

pemasaran sebuah organisasi<br />

petani, sebuah contoh<br />

pengembangan produk susu yang<br />

telah terbukti keberhasilannya,<br />

produk-produk berkualitas tinggi<br />

dengan harga terjangkau, dan<br />

secara ringkas dapat kita katakan<br />

bahwa sebuah bangsa yang<br />

percaya diri sedang bangkit.”<br />

Menurut Ramsinh Parmar, Ketua,<br />

Kaira District Milk Union, upaya<br />

pertama untuk mengorganisir<br />

koperasi-koperasi susu<br />

sebetulnya telah dimulai setelah<br />

pemberlakuan Undang-Undang<br />

Koperasi (Cooperative Societies<br />

Act) tahun 1912.<br />

“Tetapi baru pada tahun 1940-an<br />

para petani di distrik (kabupaten)<br />

Kaira mengorganisir diri kedalam<br />

sebuah koperasi susu dan<br />

memutuskan untuk mengolah<br />

dan menjual susu langsung<br />

Dr. Verghese Kurien<br />

setelah mengumpulkannya<br />

dari anggota-anggota mereka<br />

sendiri,” kata Parmar. Kelahiran<br />

Amul di Anand ikut mendorong<br />

pertumbuhan koperasi susu di<br />

India. Hal ini dimungkinkan<br />

karena kepemimpinan yang<br />

berdedikasi tinggi dan komited<br />

dari Ketua/Pendiri Amul,<br />

Tribhuvandas Patel, dan karena<br />

visi dan profesionalisme dari<br />

ayah Revolusi Putih, Dr. Verghese<br />

Kurien, yang bekerja sebagai<br />

seorang professional manager di<br />

Amul.<br />

Statistik memperlihatkan bahwa<br />

walaupun langkah-langkah<br />

untuk meningkatkan mutu ternak<br />

perahan telah dimulai pada Pelita<br />

Pertama (1951-1956), ketiadaan<br />

sebuah pasar yang stabil dan<br />

remuneratif untuk susu membuat<br />

produksi susu stagnan.<br />

Antara tahun 1951 dan 1970,<br />

produksi susu meningkat hanya<br />

sekitar satu persen setiap tahun<br />

sementara pada kenyataannya<br />

ketersediaan susu per kapita<br />

menurun dengan angka yang<br />

sama.<br />

Lalu dilancarkanlah “Operation<br />

Flood” atau Operasi Banjir Susu.<br />

“Operation Flood inilah, yang<br />

dilaksanakan oleh National Dairy<br />

Development Board atau Badan<br />

Pengembangan Susu Nasional<br />

dari tahun 1970 sampai 1996 oleh<br />

ketua-pendirinya, Dr. Kurien,<br />

yang selama 33 tahun tanpa<br />

putus-putusnya yang telah<br />

merobah secara radikal cara-cara<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 42 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 43


pengembangan produk susu di<br />

India,” kata pembantu dekatnya.<br />

Program pengembangan susu<br />

memberi jaminan kepada<br />

koperasi-koperasi produsen susu<br />

untuk dapat mengembangkan<br />

usaha-usaha mereka di<br />

desa-desa mereka dan untuk<br />

mendapatkan teknologi modern.<br />

Mereka juga dijamin untuk<br />

dapat meningkatkan produksi<br />

dan memperoleh peningkatan<br />

penghasilan, tanpa melalui<br />

perantara.<br />

Yang lebih penting lagi, program<br />

pengembangan susu ini telah<br />

memberdayakan para produsen<br />

susu skala kecil di desa-desa dan<br />

memberikan lapangan kerja di<br />

rumah-rumah mereka dengan<br />

hasil yang tetap.<br />

Kepemilikan tanah secara<br />

marginal tercatat sekitar 57 persen<br />

untuk penduduk di pedesaan<br />

dan berkat koperasi-koperasi<br />

serupa ini, usaha pemerasan<br />

susu menjadi pilihan yang<br />

menguntungkan bagi yang tidak<br />

punya tanah. Hampir 70 juta<br />

rumah tangga India memiliki<br />

ternak dengan jumlah total 98<br />

juta ekor sapi dan kerbau.<br />

Sebagian besar produsen<br />

susu memiliki satu atau dua<br />

ekor ternak perahan dan<br />

para produsen skala kecil ini<br />

menghasilkan sekitar 70 persen<br />

dari seluruh produksi susu India.<br />

Secara pukul rata, 22,5 persen<br />

penghasilan penduduk desa<br />

berasal dari susu.<br />

“Operation Flood pada esensinya<br />

merupakan replika dari pola<br />

Anand yang dilaksanakan<br />

di seluruh India, dengan<br />

menggabungkan koperasikoperasi<br />

tingkat desa untuk<br />

membentuk union-union di<br />

tingkat distrik (kabupaten) yang<br />

pada gilirannya bergabung<br />

dengan federasi-federasi<br />

pemasaran pada tingkat negara<br />

bagian (provinsi),” ujar P.A.<br />

Joseph.<br />

“Dengan demikian seluruh<br />

struktur koperasi federal<br />

ditentukan oleh produsen susu<br />

primer.”<br />

Koperasi susu yang lebih besar<br />

skalanya juga telah menjadi<br />

sebuah role model yang ingin<br />

ditiru oleh banyak negara<br />

berkembang. Sekitar awal tahun<br />

ini, delegasi-delegasi tingkat<br />

tinggi dari Tanzania, Kenya,<br />

Ethiopia dan Uganda berkunjung<br />

ke Amul dan menyatakan<br />

keinginan mereka untuk meniru<br />

revolusi putih dengan model<br />

yang sama di negara mereka<br />

masing-masing. Bahkan Bank<br />

Dunia telah mengumumkan<br />

sebuah program ‘South-South<br />

Experience Exchange Facility’<br />

untuk meniru model Amul bagi<br />

pengembangan proyek persusuan<br />

di Afrika.<br />

Gerakan koperasi susu telah<br />

terasa dampaknya dalam<br />

meningkatkan taraf hidup rakyat<br />

di banyak negara lainnya. Banas<br />

Dairy, misalnya, yang juga<br />

anggota koperasi Amul, telah<br />

memulai sebuah prakarsa unik<br />

yang disebut Internet Sewa<br />

Project di distrik Banaskantha,<br />

negara bagian Gujarat.<br />

Internet Sewa Project ini<br />

merupakan sebuah usaha tingkat<br />

desa untuk menjembatani jurang<br />

digital dengan menyediakan kioskios<br />

informasi pada koperasikoperasi<br />

tingkat desa. Formulirformulir<br />

resmi, lamaran-lamaran<br />

pendidikan dan harga-harga pasar<br />

setempat disediakan di kios-kios<br />

informasi ini sehingga orang tidak<br />

perlu harus pergi ke ibu kota<br />

kabupaten untuk mendapatkan<br />

informasi-informasi tersebut.<br />

Dari Banaskantha ke ibu kota<br />

IT, Bangalore, Amul telah<br />

mengharumkan namanya dalam<br />

kehidupan setiap orang India.<br />

Produk-produk yang dihasilkan<br />

Amul antaranya adalah susu<br />

dan mentega, curd, keju,<br />

coklat dan es krim yang telah<br />

disucihamakan.<br />

Demikianlah cerita tentang Amul,<br />

dan juga tentang India.<br />

Seperti yang dikatakan<br />

oleh Kurien: “Misi Amul<br />

Amul yang dikenal dengan humor<br />

topikalnya dalam mengiklankan produkproduknya<br />

mencoba mengganggu Paul sang<br />

Oktopus pada Piala Dunia FIFA 2010.<br />

adalah pemberdayaan dan<br />

pengembangan para petani,<br />

nutrisi untuk masyarakat dan,<br />

jauh dalam lubuk sanubarinya,<br />

pembangunan India secara<br />

nyata.”<br />

Amul tidak bisa dilihat secara<br />

sederhana sebagai sebuah<br />

usaha bisnis. Dia adalah sebuah<br />

lembaga yang diciptakan oleh<br />

para produsen susu sendiri<br />

terutama untuk memelihara<br />

kepentingan mereka sendiri<br />

di bidang ekonomi, sosial dan<br />

demokrasi. Dalam hal Amul,<br />

keuntungan yang diperolehnya<br />

disalurkan kembali kepada para<br />

petani. Sirkulasi modal dengan<br />

nilai tambah seperti ini tidak<br />

saja menguntungkan para petani<br />

sebagai final beneficiary, tetapi<br />

pada gilirannya juga memberikan<br />

sumbangan bagi pembangunan<br />

masyarakat desa. Inilah yang<br />

merupakan kontribusi paling<br />

signifikan yang diberikan oleh<br />

koperasi-koperasi model Amul.<br />

Kini Amul adalah sebuah<br />

lambang untuk banyak hal:<br />

untuk produk-produk berkualitas<br />

tinggi yang dijual dengan harga<br />

terjangkau, untuk jaringan<br />

koperasi dengan gerak cepat,<br />

untuk kemenangan teknologi asli<br />

dalam negeri, untuk kemampuan<br />

pemasaran oleh organisasi<br />

petani. Dan yang terpenting<br />

lagi adalah bahwa Amul telah<br />

tumbuh menjadi sebuah model<br />

pembangunan desa yang paling<br />

sukses.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan.<br />

Foto-foto: Disumbangkan oleh Amul.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 44 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 45


FARMASI UNTUK DUNIA<br />

N.B. RAO<br />

Tetapi kinerja obat-obat nonbranded<br />

(generik) diperkirakan<br />

akan terus menguat pada tahuntahun<br />

mendatang. Menurut data<br />

IMS, penjualan obat-obat generik<br />

dari resep dokter di seluruh<br />

dunia meningkat sebesar 7,7<br />

persen selama 12 bulan sampai<br />

akhir September 2009, dibanding<br />

3,6 persen pada tahun 2008.<br />

Para ahli IMS Health<br />

memperkirakan pasar farmasi<br />

global akan mengalami<br />

pertumbuhan sebesar empat<br />

sampai enam persen pada 2010,<br />

dengan nilai total penjualan<br />

lebih dari US$ 825 miliar. Tahun<br />

Clinigene, sebuah anak perusahaan Biocon,<br />

adalah sebuah Organisasi Penelitian Klinikal<br />

kelas dunia.<br />

lalu, produk obat-obat generik<br />

global terjual kurang dari US$ 85<br />

miliar.<br />

Perusahaan konsultan AS ini<br />

meramalkan bahwa penjualan<br />

produk-produk farmasi global<br />

akan mengalami pertumbuhan<br />

empat sampai tujuh persen<br />

Compound Annual Growth<br />

Rate (CAGR) pada tahun<br />

2013, dengan nilai pasar<br />

global produk-produk farmasi<br />

diperkirakan akan mencapai<br />

hampir US$ 1 trilyun dalam masa<br />

tiga tahun.<br />

India adalah salah satu dari tujuh<br />

‘pharmerging’ markets atau pasar<br />

farmasi yang sedang bertumbuh,<br />

bersama dengan negara-negara<br />

BRIC lainnya: Brazil, Russia<br />

dan China, disamping Turki,<br />

Korea Selatan dan Mexico, yang<br />

diperkirakan akan mendorong<br />

India sedang mengalami<br />

pertumbuhan cepat sebagai<br />

pusat industri farmasi untuk<br />

dunia, dimana produsenprodusen<br />

obat domestik dan<br />

internasional berlomba dalam<br />

penanaman modal besar untuk<br />

mendirikan unit-unit manufaktur,<br />

laboratorium-laboratorium<br />

penelitian dan pengembangan<br />

dan fasilitas-fasilitas lainnya.<br />

Industri farmasi internasional<br />

tengah mengalami perubahanperubahan<br />

dramatis, karena<br />

pemerintah, baik di negaranegara<br />

maju maupun negaranegara<br />

berkembang, sedang<br />

berpikir untuk memangkas<br />

anggaran kesehatan yang harus<br />

mereka sediakan dalam jumlah<br />

yang sangat besar. Dengan<br />

semakin banyaknya jumlah obatobat<br />

populer yang sudah habis<br />

masa patentnya di tahun-tahun<br />

mendatang, banyak negara akan<br />

memilih untuk memproduksi<br />

obat-obat generik dengan harga<br />

yang jauh lebih rendah, untuk<br />

menghemat ongkos-ongkos.<br />

IMS Health, sebuah perusahaan<br />

yang bergerak di bidang<br />

informasi konsultan kesehatan<br />

di AS, memperkirakan bahwa<br />

dalam masa lima tahun yang<br />

akan datang, produk-produk<br />

yang sekarang ini penjualannya<br />

bisa menghasilkan US$ 137<br />

miliar diperkirakan harus<br />

berkompetisi dengan obatobat<br />

generik. Produk-produk<br />

tersebut mencakup antaranya<br />

blockbuster drugs (masingmasing<br />

dengan omzet penjualan<br />

US$ 1 miliar lebih per tahun)<br />

seperti Lipitor (produksi Pfizer,<br />

salah satu perusahaan farmasi<br />

terbesar di dunia), Plavix<br />

(Bristol Meyer Squibb, Sanofi-<br />

Aventis) dan Seretide/Advair<br />

(GlaxoSmithKline – GSK).<br />

Lipitor, obat untuk menurunkan<br />

tingkat kolesterol, menghasilkan<br />

omzet penjualan sebesar US$<br />

12 miliar untuk Pfizer tahun<br />

lalu, tetapi akan menghadapi<br />

kompetisi dengan obat-obat<br />

generik mulai tahun 2011.<br />

Plavix, obat untuk mencegah<br />

pengentalan darah, yang<br />

mendatangkan penghasil sebesar<br />

US$ 6,1 miliar lebih pada<br />

tahun 2009 untuk Bristol Meyer<br />

Squibb akan kehilangan hak<br />

patennya pada tahun 2012. Obat<br />

ini sedang dipasarkan secara<br />

bersama oleh Sanofi-Aventis.<br />

GSK, yang berhasil menangguk<br />

US$ 4 miliar dari penjualan obat<br />

penyembuh asma, Seretide/<br />

Advair, akan habis masa<br />

patentnya pada tahun 2010 ini.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 46 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 47


Bagaimana anda melihat<br />

prospek untuk sektor farmasi<br />

India dalam masa beberapa<br />

tahun mendatang, khususnya<br />

dengan semakin banyaknya<br />

obat-obat yang akan habis<br />

masa berlaku patennya yang<br />

nilainya miliaran dolar?<br />

Perusahaan-perusahaan farmasi<br />

India sangat bagus posisinya<br />

untuk memanfaatkan peluang<br />

yang diberikan oleh obat-obat<br />

blockbuster yang akan habis<br />

masa berlaku hak patennya<br />

dalam beberapa tahun<br />

mendatang. Para pengusaha<br />

obat-obatan India tidak saja<br />

telah mendapat persetujuan dari<br />

US FDA, tetapi mereka juga<br />

telah dilengkapi sebaik-baiknya<br />

dengan ekosistim produksi yang<br />

kuat dan cost-effective.<br />

Para produsen obat-pobat<br />

generik India dapat menarik<br />

manfaat yang sebesar-besarnya<br />

dengan beralihnya AS, pasar<br />

farmasi terbesar di dunia,<br />

kepada obat-obat generik<br />

untuk mengurangi tekanan<br />

atas anggaran pemeliharaan<br />

kesehatan dan semakin<br />

keringnya obat-obat baru di<br />

AS karena FDA mulai hati-hati<br />

dalam memberikan persetujuanpersetujuan.<br />

‘Perusahaan-perusahaan farma<br />

India bisa berharap untuk mencapai<br />

pertumbuhan yang signifikan’<br />

Sebuah wawancara dengan Kiran Mazumdar-Shaw,<br />

Ketua dan Managing Director, Biocon Ltd, perusahaan<br />

obat-obatan terkemuka di India.<br />

Lebih-lebih lagi, dalam strategi<br />

baru mereka perusahaanperusahaan<br />

global akan<br />

memangkas ongkos-ongkos<br />

guna meningkatkan margin<br />

setelah resesi ekonomi.<br />

Mereka sedang berupaya<br />

untuk menemukan dan<br />

mengembangkan obat-obat<br />

baru dengan ongkos yang lebih<br />

rendah melalui outsourcing<br />

dan contract research,<br />

yang pada gilirannya akan<br />

membantu bertumbuhnya<br />

penelitian klinikal India yang<br />

mampu bersaing di bidang<br />

harga dan kegiatan-kegiatan<br />

manufakturingnya.<br />

Disamping ekspor, konsumsi<br />

obat-obatan domestik<br />

diperkirakan akan mengalami<br />

peningkatan bersamaan<br />

dengan meningkatnya tingkat<br />

income masyarakat kelas<br />

menengah India yang sedang<br />

semakin tumbuh. Jadi, secara<br />

keseluruhan perusahaanperusahaan<br />

obat-obatan<br />

India dapat mengharapkan<br />

suatu pertumbuhan yang<br />

signifikan.<br />

Apakah anda melihat<br />

perusahaan-perusahaan<br />

multi-national (MNCs) dapat<br />

mengambil manfaat dari<br />

trend ini dan dari pendirian<br />

fasilitas-fasilitas research and<br />

development (R&D), fabrikfabrik<br />

obat dan jaringan<br />

distribusi di India?<br />

Saya melihat akan semakin<br />

banyaknya kerjasama di frront<br />

obat-obat generik seperti yang<br />

sudah ada antara Pfizer dan<br />

Aurobindo, Claris dan Strides,<br />

dan GlaxoSmithKline dengan<br />

Dr Reddy’s Laboratories.<br />

Saya tidak dapat meramalkan<br />

perlunya MNCs untuk<br />

mendirikan R&D atau fasilitasfasilitas<br />

manufakturing di<br />

India untuk obat-obat generik<br />

karena mereka telah memiliki<br />

infrastruktur pemasaran, yang<br />

mungkin akan mereka gunakan<br />

untuk menyalurkan obat-obat<br />

generik.<br />

Pasar-pasar yang sedang<br />

tumbuh seperti India jelas<br />

adalah sebuah peluang besar<br />

untuk memasarkan obat-obat<br />

generik yang sedang dilirik<br />

oleh MNCs dengan penuh<br />

minat. Pengaturan kerjasama<br />

dengan perusahaan-perusahaan<br />

India adalah sebuah win-win<br />

bagi kedua belah pihak dan<br />

memberikan kepada MNCs<br />

sebuah pintu masuk yang<br />

cost-effective melalui jaringan<br />

pemasaran yang sudah mereka<br />

miliki.<br />

Bagaimana tentang ekspor<br />

produk-produk farmasi India?<br />

Apakah anda optimistik tentang<br />

perusahaan-perusahaan<br />

India yang akan memperluas<br />

kehadiran mereka di seberang<br />

laut?<br />

Seperti yang saya katakan,<br />

ekspor obat-obatan India<br />

akan mencapai peningkatan<br />

baru dalam beberapa tahun<br />

mendatang. Perusahaanperusahaan<br />

obat India sudah<br />

hadir secara substansial di<br />

Amerika Serikat, pasar obat<br />

terbesar di dunia, dan di tujuh<br />

negara Eropa.<br />

Kita juga telah hadir secara<br />

meyakinkan di pasar-pasar<br />

yang sedang mengalami<br />

pertumbuhan seperti Russia,<br />

Amerika Latin, dan Afrika.<br />

Sektor industri obat India<br />

telah mengalami peningkatan<br />

dalam volume ekspornya<br />

dalam tahun-tahun terakhir ini.<br />

Perusahaan-perusahaan India<br />

dan cabang-cabangnya juga<br />

telah memperoleh Approval<br />

(persetujuan) untuk beberapa<br />

Abbreviated New Drug<br />

Applications (ANDAs) di AS.<br />

Apakah anda memperkirakan<br />

perusahaan-perusahan<br />

obat-obatan India untuk<br />

meningkatkan kehadiran<br />

internasional mereka, dan terus<br />

melakukan akuisisi di luar<br />

negeri?<br />

Bahkan ketika MNCs melakukan<br />

kerjasama dengan perusahaanperusahaan<br />

India untuk pasar<br />

domestik kita, para pengusaha<br />

obat India kemungkinan akan<br />

terus memperluas kehadiran<br />

global mereka melalu merger<br />

dan akuisisi (M&A). Akuisisiakuisisi<br />

ini mungkin saja tidak<br />

bersifat transformational,<br />

tetapi sebagai gantinya<br />

akuisisi ini akan memperkuat<br />

kemampuan strategi mereka<br />

dengan membantu pihak<br />

India memperoleh intellectual<br />

property assets atau akses<br />

kepada jaringan-jaringan<br />

pemasaran dan distribusi.<br />

Sebuah contoh yang bagus<br />

adalah akuisisi yang dilakukan<br />

Biocon terhadap mitra kami,<br />

<strong>No</strong>bex Corporation, sebuah<br />

perusahaan intellectual<br />

property (<strong>IP</strong>) di AS. Akuisisi<br />

ini memberikan kepada kita<br />

sebuah <strong>IP</strong> platform yang sangat<br />

berharga serta pemilikan atas<br />

program-program oral insulin<br />

and oral brain-type natriuretic<br />

peptide (BNP) untuk pengobatan<br />

penyakit jantung (cardiovascular<br />

disease).<br />

Bagaimana bentuk trend<br />

global menurut persepsi anda<br />

dalam bisnis obatan-obatan<br />

internasional? Bagaimanakah<br />

kemungkinan dampak biotechnology<br />

atas sektor ini?<br />

Ada empat trend yang jelas,<br />

yang mengindikasikan bahwa<br />

industri obat-obatan sedang<br />

membenahi kembali diri mereka<br />

untuk menghadapi tantangantantangan<br />

sekarang ini, seperti<br />

miskinnya produktivitas R&D<br />

dan munculnya peluangpeluang<br />

pasar dengan<br />

menjalankan strategi-strategi<br />

yang melibatkan:<br />

• Diversifikasi Portofolio<br />

untuk menyertakan produkproduk<br />

yang batas waktu<br />

pengaturannya lebih pendek.<br />

Misalnya, diagnostics, devices,<br />

delivery systems obat-obat baru,<br />

vaccines, obat-obat generik,<br />

bio-similars, dan sebagainya.<br />

• Memfokuskan perhatian pada<br />

pasar-pasar yang baru muncul<br />

untuk mencapai pertumbuhan<br />

yang top line.<br />

• Mengakuisisi aset-aset<br />

R&D untuk mengisi kembali<br />

R&D pipeline yang sedang<br />

mengalami kekeringan dengan<br />

program-program yang dapat<br />

mempercepat waktu pemasaran.<br />

• Mengurangi resiko-resiko dan<br />

ongkos-ongkos R&D dengan<br />

model-model baru programprogram<br />

bersama yang memikul<br />

resiko secara bersama dan<br />

pelayanan-pelayanan penelitian<br />

melalui outsourcing.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 48 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 49


pertumbuhan industri farmasi<br />

global dalam tahun-tahun<br />

mendatang.<br />

Yang menarik, pasar<br />

produk-produk farmasi India<br />

diperkirakan akan mengalami<br />

pertumbuhan dengan laju yang<br />

lebih kencang. Perusahaan<br />

konsultasi internasional,<br />

McKinsey & Company,<br />

memperkirakan bahwa pasar<br />

domestik akan tumbuh antara<br />

10 dan 14 persen per tahun,<br />

dengan total pemasukan sebesar<br />

US$ 20 miliar menjelang tahun<br />

2015.<br />

Secara keseluruhan, sektor<br />

farmasi di India, termasuk<br />

penjualan domestik, ekspor,<br />

off-shoring oleh perusahaanperusahaan<br />

global, contract<br />

manufacturing dan R&D – juga<br />

diperkirakan akan menjadi dua<br />

kali lipat mencapai angka US$<br />

40 miliar pada tahun 2015.<br />

Perusahaan-perusahaan<br />

manufaktur farmasi terkemuka<br />

di India termasuk Cipla Ltd,<br />

Dr Reddy’s Laboratories,<br />

Ranbaxy Laboratories Ltd, Sun<br />

Pharmaceutical Industries Ltd,<br />

Lupin Ltd, Piramal Healthcare,<br />

Glenmark Pharmaceuticals Ltd<br />

dan Jubilant Organosys Ltd<br />

adalah diantara perusahaanperusahaan<br />

yang diperkirakan<br />

akan meraih keuntungan secara<br />

signifikan karena peralihannya<br />

ke pembuatan obat-obat generik<br />

dalam tahun-tahun yang akan<br />

datang.<br />

Perusahaan-perusahaan obatobatan<br />

India mengekspor<br />

produk-produk mereka ke 200<br />

lebih negara di dunia termasuk<br />

pasar-pasar AS, Eropa Barat,<br />

Jepang dan Australia, yang<br />

sangat ketat aturan-aturannya.<br />

Semakin tumbuhnya kehadiran<br />

para manufaktur obat-obatan<br />

India di AS telah mendorong<br />

Badan Pengawasan Makanan<br />

dan Obat-obatan AS (US Food<br />

and Drug Administration<br />

– US FDA) menerima produk-<br />

produk sekitar 175 perusahaan<br />

obat-obatan di India. US<br />

FDA juga telah membuka<br />

kantor-kantornya di New<br />

Delhi dan Mumbai untuk<br />

mengkoordinasikan kegiatankegiatannya<br />

di India.<br />

Kehadiran perusahaan farmasi<br />

India di AS dewasa ini sedang<br />

mengalami pertumbuhan<br />

yang signifikan. Pada tahun<br />

2009, misalnya, dari 483<br />

jenis produk generik yang<br />

diterima oleh US FDA, 138<br />

diantaranya disumbangkan<br />

oleh perusahaan-perusahaan<br />

India yang dalam istilah mereka<br />

disebut Abbreviated New Drug<br />

Applications (ANDAs).<br />

Sebaliknya, perusahaanperusahaan<br />

obat internasional<br />

juga giat meningkatkan<br />

kehadirannya di India, dan<br />

berusaha untuk meningkatkan<br />

ketrampilannya di bidang R&D<br />

dan keahlian para sainstis dan<br />

teknisi India. Karena India ikut<br />

menanda tangani Trade-Related<br />

Aspects of Intellectual Property<br />

Rights-compliant patent regime,<br />

perusahaan-perusahaan farmasi<br />

internasional kini sedang<br />

memperkuat kehadiran mereka<br />

di India.<br />

India kini sedang mengalami<br />

pertumbuhan sebagai pasar<br />

penting obat-obatan, khususnya<br />

dengan semakin banyaknya<br />

jumlah asuransi-asuransi<br />

kesehatan dan menjamurnya<br />

fasilitas-fasilitas pemeliharaan<br />

kesehatan yang top-class di<br />

banyak kota.<br />

Pertumbuhan sektor farmasi<br />

secara sehat di India ini akan<br />

terus menarik investasi-investasi<br />

secara besar-besaran, baik<br />

dari perusahaan-perusahaan<br />

internasional maupun domestik,<br />

pada tahun-tahun yang akan<br />

datang. Dan dunia akan<br />

semakin bergantung kepada<br />

India sebagai sumber penting<br />

obat-obat bermutu dengan harga<br />

terjangkau.<br />

◆<br />

(Sumber: IBEF)<br />

Sebuah unit dari Laboratorium Dr. Reddy bernama The Active Pharmaceutical Ingredients Unit<br />

Fasilitas Manufacturing pada Ranbaxy Laboratories Ltd.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 50 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 51


MENYADAP SANG SURYA<br />

ENERGI SURYA UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA<br />

LISTRIK SEBESAR 20.000 MW<br />

JOYDEEP GUPTA<br />

Sebuah peradaban purba<br />

seperti India selalu<br />

menyembah matahari<br />

sebagai dewa yang menciptakan<br />

kehidupan dan memeliharanya.<br />

Dan, seperti yang dikatakan oleh<br />

Perdana Menteri Manmohan<br />

Singh: “Kepada sumber<br />

energi inilah umat manusia<br />

harus berpaling untuk dapat<br />

memenuhi tantangan ganda,<br />

yaitu pengamanan energi dan<br />

perubahan iklim.”<br />

Untuk mencapai tujuan ini,<br />

India telah merumuskan<br />

rencana-rencana ambisius untuk<br />

membangkitkan tenaga listrik<br />

sebesar 20.000 MW dari tenaga<br />

surya menjelang tahun 2022,<br />

peningkatan seratus kali lipat<br />

dalam masa 12 tahun berikutnya,<br />

sebuah proyek tenaga listrik<br />

terbesar di dunia.<br />

Dalam pernyataannya bahwa<br />

India telah mulai bergerak maju<br />

dalam pemanfaatan tenaga surya<br />

dengan peluncuran Jawaharlal<br />

Nehru National Solar Mission oleh<br />

Perdana Menteri awal tahun ini<br />

dibawah brand name Solar India,<br />

Menteri Tenaga Listrik Baru dan<br />

Yang Dapat Diperbarui, Farooq<br />

Abdullah, mengatakan bahwa<br />

sekitar 1000 MW tenaga listrik<br />

akan dibangkitkan melalui ratusan<br />

solar power plants di seluruh<br />

India dalam masa tiga tahun yang<br />

akan datang.<br />

“Dalam fase kedua, kami<br />

bermaksud untuk membangkit<br />

tenaga listrik sebesar 2000 MW<br />

lagi menjelang 2015 dan terus<br />

berusaha untuk mencapai target<br />

20.000 MW menjelang 2022.<br />

Dengan semakin banyaknya para<br />

pemain yang ingin ikut ambil<br />

bagian dalam pendirian solar<br />

power plant, biaya pendirian<br />

sebuah power plant akan<br />

menurun sehingga tenaga surya<br />

dapat dinikmati semua orang<br />

dengan harga terjangkau,” ucap<br />

Abdullah.<br />

Tenaga surya dapat merubah<br />

India dalam banyak cara. Seperti<br />

yang dikatakan Perdana Menteri<br />

pada waktu peluncuran tersebut,<br />

hal ini dapat menjadi scientific<br />

and technological frontier<br />

berikutnya bagi India setelah<br />

mencapai kemajuan-kemajuan<br />

di bidang tenaga atom, ruang<br />

angkasa dan teknologi informasi.<br />

Kesuksesan misi ini “mempunyai<br />

potensi untuk merubah prospek<br />

India di bidang tenaga listrik serta<br />

memberikan sumbangan kepada<br />

upaya-upaya nasional dan global<br />

untuk mengatasi perubahan<br />

iklim.”<br />

Target pembangunan kapasitas<br />

pembangkitan tenaga listrik<br />

sebesar 20.000 MW pada tahun<br />

2022 “memang ambisius”, aku<br />

Perdana Menteri Manmohan<br />

Singh, “tetapi saya percaya<br />

dengan tulus bahwa target ini<br />

adalah dua kali lipat lebih besar<br />

dan kita bisa bekerja dengan<br />

serius untuk mencapainya sebagai<br />

sebuah upaya dengan prioritas<br />

nasional.”<br />

Sebagai negara yang melimpah<br />

tenaga suryanya hampir sepanjang<br />

tahun, India berada pada posisi<br />

yang sangat menguntungkan<br />

untuk mengembangkan tenaga<br />

surya. India memperoleh sekitar<br />

5000 trilyun kWh per tahun<br />

diatas kawasan daratannya yang<br />

sebagian besarnya menerima 4-7<br />

kWh per meter persegi setiap hari.<br />

Masalah pokok dengan<br />

penyadapan cepat tenaga surya<br />

adalah ongkosnya yang tinggi<br />

dibandingkan dengan sumbersumber<br />

tenaga yang lain seperti<br />

batu bara. Diperkirakan bahwa<br />

untuk menghasilkan satu unit<br />

tenaga listrik surya, dibutuhkan<br />

biaya sekitar Rs.17,50, lebih dari<br />

dua kali lipat biaya pembangkitan<br />

listrik dengan batu bara.<br />

Kementerian Tenaga Listrik Baru<br />

dan Yang Dapat Diperbarui<br />

atau The Ministry of New and<br />

Renewable Energy (MNRE),<br />

mengatakan bahwa tujuan misi ini<br />

ialah “untuk menciptakan kondisi<br />

melalui peningakatan cepat<br />

kapasitas dan inovasi teknologi,<br />

guna menurunkan ongkos-ongkos<br />

pembangkitan tenaga listrik.”<br />

“Misi ini merencanakan untuk<br />

mencapai paritas grid menjelang<br />

tahun 2022 dan paritas dengan<br />

tenaga listrik dari batu bara pada<br />

tahun 2030,” kata dokumen misi<br />

MNRE.<br />

Faktor-faktor ekonomi tenaga<br />

listrik surya tampaknya lebih<br />

baik karena harga listrik yang<br />

dibangkitkan oleh sumber-sumber<br />

lain terus meningkat. Harga listrik<br />

yang diperdagangkan secara<br />

internal telah mencapai Rs.7 per<br />

unit untuk base loads dan sekitar<br />

Rs.8,50 per unit pada periodeperiode<br />

puncak.<br />

Ongkos ini bisa meningkat lagi<br />

karena negara berencana untuk<br />

menggunakan batu bara impor<br />

guna memenuhi kebutuhan<br />

listriknya. Harga listrik harus<br />

disesuaikan dengan ketersediaan<br />

batu bara di pasar internasional<br />

dan harga untuk membangun<br />

infrastruktur impor. Hal lain yang<br />

harus diperhatikan adalah karena<br />

ongkos degradasi lingkungan<br />

bergantung kepada penambangan<br />

batu bara, harga bahan mentah ini<br />

akan terus naik.<br />

Karena masalah kekurangan<br />

tenaga listrik semakin serius,<br />

India sedang meningkatkan<br />

penggunaan tenaga listrik<br />

diesel yang harganya sangat<br />

mahal, Rs.15 per unit. Dalam<br />

situasi inilah keharusan untuk<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 52 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 53


“Juga perlu dilakukan upayaupaya<br />

untuk menjamin agar<br />

lampu-lampu LED (Light Emitting<br />

Diode) dipakai secara luas<br />

untuk penerangan jalan-jalan,<br />

kantor-kantor pemerintah,<br />

gedung-gedung komersil dan<br />

rumah-rumah tangga guna<br />

mengurangi pemakaian bohlam<br />

konvensional dan lampu-lampu<br />

compact fluorescent lamps (CFL)<br />

yang kurang efisien dan boros<br />

listrik,” Menteri Farooq Abdullah<br />

menambahkan.<br />

memanfaatkan tenaga surya<br />

dianggap urgen dan layak agar<br />

negara dapat memenuhi kebutuhan<br />

listriknya untuk jangka panjang.<br />

Misi Tenaga Surya India ini akan<br />

mengadopsi sebuah pendekatan<br />

tiga fase, dengan sisa pelaksanaan<br />

Pelita 11 dan tahun pertama Pelita<br />

12 (sampai 2012-13) sebagai<br />

Fase 1, sisanya selama empat<br />

tahun lagi dari Pelita 12 (2013-17)<br />

sebagai Fase 2 dan Pelita 13<br />

(2017-22) sebagai Fase 3.<br />

Menurut MNRE, fase pertama<br />

akan difokuskan kepada mencari<br />

pilihan-pilihan ringan dalam<br />

pembangkitan listrik tenaga surya;<br />

mempromosikan off-grid systems<br />

untuk melayani penduduk tanpa<br />

harus memakai tenaga listrik<br />

komersial dan penambahan<br />

kapasitas secara sederhana dalam<br />

grid-based systems. Pada Fase<br />

2, setelah mempertimbangkan<br />

pengalaman-pengalaman yang<br />

diperoleh pada tahun-tahun<br />

pertama, kapasitas pembangkitan<br />

akan ditingkatkan untuk<br />

menciptakan kondisi untuk<br />

meningkatkan produksi tenaga<br />

listrik surya di India.<br />

Tujuan ini, kata MNRE, akan<br />

dicapai dengan membangun<br />

kolektor tenaga surya pada areal<br />

seluas 15 juta meter persegi<br />

menjelang 2017 dan 20 juta meter<br />

persegi menjelang 2022.<br />

“Target yang ambisius ini untuk<br />

tahun 2022 sebesar 20.000 MW<br />

atau lebih akan bergantung kepada<br />

pembelajaran pada dua fase<br />

pertama, yang jika berhasil, dapat<br />

menciptakan kondisi-kondisi<br />

bagi pembangkitan tenaga listrik<br />

tenaga surya yang kompetitif,”<br />

kata kertas kerja misi ini.<br />

Pemerintah, melalui undangundang,<br />

akan mengharuskan<br />

gedung-gedung untuk dilengkapi<br />

dengan solar heater dan<br />

menciptakan mekanisme yang<br />

efektif untuk pensertifikasian<br />

dan penentuan rating bagi<br />

para pengusaha yang ingin<br />

mengajukan permohonan bagi<br />

pembangkitan listrik bertenaga<br />

surya.<br />

Misi Solar India akan memfasilitasi<br />

pengembangan alat-alat<br />

pembangkitan listrik tenaga<br />

surya secara individual melalui<br />

badan-badan kelistrikan setempat,<br />

dan mendukung peningkatan<br />

teknologi dan kapasitas<br />

pembangkitan melalui pinjamanpinjaman<br />

lunak.<br />

Seperti yang disampaikan Perdana<br />

Menteri, “inovasi di bidang<br />

teknologi akan menjadi faktor<br />

kunci untuk menjamin suksesnya<br />

misi ini.”<br />

“Kita perlu menemukan<br />

cara-cara untuk mengurangi<br />

intensitas ruang untuk aplikasi<br />

pembangkitan tenaga listrik surya,<br />

termasuk melalui penggunaan<br />

teknologi-nano. Cost-effective dan<br />

penyimpanan tenaga surya setelah<br />

jam-jam panas terik akan menjadi<br />

sangat kritis bagi kemunculannya<br />

sebagai sebuah sumber tenaga<br />

listrik utama. Sementara itu, kita<br />

perlu juga menjajagi solusi-solusi<br />

hibrida yang menggabungkan<br />

pembangkitan listrik tenaga<br />

surya dengan tenaga listrik yang<br />

dibangkitkan dengan gas, biomass<br />

atau bahkan batu bara,” katanya.<br />

Industri-industri di India jelas<br />

harus memainkan peranan utama<br />

untuk menjamin keberhasilan<br />

misi ini, dan untuk ini mereka<br />

harus mendirikan “Solar Valleys”<br />

atau Lembah Surya di seluruh<br />

India seperti Lembah Silikon”<br />

yang telah berdiri, kata Perdana<br />

Menteri.<br />

“Lembah-lembah ini akan<br />

menjadi pusat pengembangan<br />

solar science, solar engineering<br />

dan solar research, fabrikasi<br />

dan manufakturingnya. Saya<br />

mendesak agar industri-industri<br />

di India untuk dapat melihat misi<br />

solar nasional ini sebagai sebuah<br />

peluang bisnis yang sangat besar.”<br />

Di pihaknya, Menteri Abdullah<br />

mengakui bahwa ongkos<br />

pendirian sebuah solar power<br />

plant cukup tinggi – Rs.150<br />

juta untuk 1 MW – tetapi<br />

menambahkan bahwa dalam<br />

jangka panjang, listrik dari<br />

sumber energi yang bersih<br />

dan tidak akan habis ini akan<br />

sangat menguntungkan dalam<br />

banyak hal dibanding dengan<br />

sumber-sumber energi dari bahan<br />

bakar fosil dan sumber-sumber<br />

konvensional.<br />

“Kami sedang merencanakan<br />

untuk memasang solar panel di<br />

sekitar 20.000 menara seluler di<br />

seluruh India untuk mengganti<br />

gen-set diesel yang digunakan<br />

untuk mengoperasikan menaramenara<br />

tersebut dan mengurangi<br />

dampak jeleknya terhadap<br />

lingkungan,” ujarnya.<br />

Untuk mengurangi pemakaian<br />

kayu bakar dan gas untuk<br />

memasak, Menteri Abdullah<br />

menyarankan peningkatan<br />

pemakaian solar cooker dan solar<br />

heater.<br />

“Solar cooker kini telah dipakai<br />

secara luas di Shirdi, negara<br />

bagian Maharashtra, Mount Abu di<br />

Rajasthan dan Tirupati di Andhra<br />

Pradesh untuk memasak bagi<br />

sekitar 20.000-25.000 orang setiap<br />

hari. Hal ini perlu ditingkatkan<br />

secara besar-besaran untuk<br />

melestarikan sumber-sumber alam<br />

dan mengurangi ketergantungan<br />

kepada impor bahan-bahan bakar<br />

fosil,” ujarnya.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan freelance.<br />

Foto: Sumbangan Ministry of New &<br />

Renewable Energy, Government of India.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 54 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 55


Institut Desain Nasional<br />

Berubah dengan Zaman<br />

pada desain-desain produk,<br />

tekstil, grafis, otomatif, transpor<br />

dan interior.<br />

NID, seperti yang dikatakan<br />

oleh piagam tujuan-tujuannya,<br />

dimaksudkan untuk memelopori<br />

desain industri dan sainstifik<br />

pada tahun 1960-an, karena pada<br />

waktu itu bentuk pertumbuhan<br />

yang diinginkan oleh Perdana<br />

Menteri pertama India, Jawaharlal<br />

Nehru, memberi penekanan<br />

kepada perangkat keras industri.<br />

NID dikembangkan menurut<br />

model Bauhaus and Ulm School<br />

of Design di Jerman.<br />

Tetapi globalisasi dan<br />

pertumbuhan sektor-sektor<br />

industri sekunder dan tertier<br />

yang lunak dan berkembang<br />

sesuai desain telah<br />

mengharuskan lembaga ini<br />

untuk mereorientasikan policy<br />

pendidikan dan tujuan-tujuannya.<br />

Peningkatan kepedulian<br />

terhadap masalah lingkungan<br />

dan peningkatan ongkos-ongkos<br />

telah merangsang NID untuk<br />

mempertimbangkan programprogram<br />

masa depan yang<br />

lebih berkesinambungan dan<br />

bersahabat dengan lingkungan.<br />

“NID sedang memusatkan<br />

perhatian pada program-program<br />

desain yang lebih inklusif,<br />

eco-friendly, bertanggung jawab<br />

dan berkesinambungan dengan<br />

sebuah perspektif global,” kata<br />

Direkturnya, Pradyumna Vyas.<br />

Namun demikian, Vyas, yang<br />

sedang memelopori sebuah<br />

modul pendidikan yang baru<br />

untuk NID, menjelaskan bahwa<br />

“disamping berusaha untuk<br />

merumuskan arahan yang lebih<br />

mengglobal dalam creative<br />

designing, NID juga ingin<br />

mempertahankan identitasnya<br />

dan sistim-sistim kebudayaan<br />

tradisional India.”<br />

“Kami sedang berusaha untuk<br />

meninjau kembali kursus-kursus<br />

yang diberikan dan memperbaiki<br />

sistim pendidikan desain dan<br />

MADHUSREE CHATTERJEE<br />

Institut Desain Nasional atau<br />

The National Institute of<br />

Design (NID) yang terletak di<br />

kota bisnis dan industri tekstil,<br />

Ahmedabad, di negara bagian<br />

Gujarat di pantai barat India, akan<br />

berumur 50 tahun pada tahun 2011.<br />

Lembaga ini berfungsi sebagai<br />

badan berotonomi dibawah<br />

Departemen Policy dan Promosi<br />

Industri dari Kementerian<br />

Perdagangan dan Industri dan<br />

terdaftar sebagai salah satu dari<br />

25 Sekolah Tinggi Desain top<br />

di Asia dan Eropa. NID sering<br />

digambarkan sebagai tulang<br />

punggung India di bidang desain,<br />

yang telah berhasil memelopori<br />

gerakan desain selama beberapa<br />

dasawarsa terakhir.<br />

Menjelang peringatan HUTnya<br />

yang ke-50, NID akan<br />

melancarkan serangkaian event<br />

selama satu tahun yang akan<br />

mencapai puncaknya dengan<br />

sebuah acara yang gemerlapan<br />

pada bulan Desember 2011.<br />

Tetapi, sebagai jantung peringatan<br />

tahun emasnya ini adalah<br />

sebuah perubahan penting<br />

dalam kebijakan desain NID,<br />

yang kini mempromosikan<br />

sebuah pendekatan yang lebih<br />

inklusif dan hijau terhadap<br />

desain, beda dengan masa empat<br />

dasawarsa terakhir, dimana dia<br />

menyalurkan energi kreatifnya<br />

untuk menciptakan desainerdesainer<br />

yang dinamis yang dapat<br />

memberikan bentuk kepada<br />

industri desain India berkembang<br />

dalam masa tiga dasawarsa penuh<br />

pristiwa terakhir ini dengan<br />

memberikan pendidikan khusus.<br />

Bidang keahlian NID terletak<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 56 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 57


infrastruktur sehingga dia bisa<br />

berkesinambungan untuk periode<br />

50 tahun berikutnya,” kata<br />

Direktur NID.<br />

Sebuah komponen penting<br />

dalam modul desain yang baru<br />

NID adalah sebuah program<br />

untuk melakukan intervensi<br />

katalisit dan keikutsertaan pada<br />

industri-industri milik pemerintah<br />

maupun swasta. Hal ini sesuai<br />

dengan National Design Policy<br />

yang diumumkan pada tahun<br />

2007 yang berusaha untuk<br />

mengkonsolidasikan secara<br />

strategis arti penting desain<br />

dalam pembangunan di bidang<br />

sosial, industri dan ekonomi<br />

guna meningkatkan mutu<br />

produk-produk dan pelayanan;<br />

dan memposisikan India sebagai<br />

international design brand yang<br />

telah teruji secara global.<br />

Design Clinic yang baru milik<br />

NID, yang dibangun dengan<br />

biaya sekitar Rs.730 juta ($15<br />

juta), sebuah program intervensi<br />

yang unik untuk perusahaanperusahaan<br />

mikro, kecil dan<br />

menengah yang terus bertumbuh<br />

berdasarkan program National<br />

Manufacturing Competitiveness<br />

Programme. Program yang<br />

dirancang dan dilaksanakan<br />

oleh NID ini dengan kerjasama<br />

pemerintah, akan membantu<br />

industri-industri pada sektorsektor<br />

mikro, kecil dan menengah<br />

meningkatkan value chain<br />

mereka dengan membantu<br />

mereka di bidang desain dalam<br />

proses produksinya.<br />

Sebagian besar industri-industri<br />

berskala mikro, kecil dan<br />

menengah di India masih belum<br />

menyadari pentingnya desain<br />

dalam proses produksi dan<br />

packaging, sehingga sering kalah<br />

bersaing dalam pasar global, ujar<br />

Vyas. Klinik-klinik desain NID<br />

akan menjangkau 200 perusahaan<br />

mikro, kecil dan menengah<br />

melalui lokakarya-lokakarya,<br />

sensitisasi, seminar-seminar<br />

dan intervensi langsung selama<br />

periode dua setengah tahun.<br />

Sekolah desain ini juga membantu<br />

pemerintah mengembangkan<br />

G-Mark, sebuah standar desain<br />

seperti sertifikasi International<br />

Organisation for Standardisation<br />

(ISO) untuk menjamin uniformitas<br />

yang kualitatif dalam desaindesain.<br />

“Inilah bidang-bidang dimana NID<br />

dapat memainkan peranan paling<br />

menentukan dalam membantu<br />

India memetakan sebuah designcourse<br />

yang berkesinambungan,<br />

bersahabat lingkungan dan<br />

berorientasi ke pasar,” kata Vyas.<br />

Skim yang sungguhpun futuristik<br />

ini cocok dengan moto konseptual<br />

NID tentang sebuah program<br />

desain yang multi disipliner, baik<br />

dari segi pendidikan maupun<br />

jangkauan keluarnya (outreach),<br />

tambah Vyas.<br />

Dalam sebuah studi persiapan<br />

(preparatory study) pada tahun<br />

1958, berjudul “India Report”<br />

oleh desainer-desainer industrial<br />

Amerika, Charles dan Ray<br />

Eames, mereka menekankan<br />

perlunya untuk “untuk<br />

mempersatukan semua disiplin<br />

yang telah muncul dalam zaman<br />

kita – sosiologi, engineering,<br />

filosofi, arsitektur, ekonomi,<br />

komunikasi, fisika, psikologi,<br />

sejarah, melukis, antropologi”<br />

dalam menciptakan desain-desain<br />

produksi modern.<br />

Kedua Eames yang datang ke<br />

India dengan Beasiswa Ford<br />

Foundation ini diminta oleh<br />

pemerintah untuk membuat<br />

sebuah asesmen tentang apa yang<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 58 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 59


diperlukan oleh desain-desain<br />

produk dan industri di India pada<br />

tahun 1960-an.<br />

Laporan mereka, sebuah<br />

pernyataan tentang kepedulian<br />

dan strategi-strategi yang<br />

ditimbulkan oleh Industrial<br />

Policy Resolution India tahun<br />

1953, lebih lanjut menyatakan:<br />

“... Kami merekomendasikan<br />

pendirian sebuah institute of<br />

design, research and service<br />

yang akan menjadi sebuah<br />

tempat pelatihan lanjut. Lembaga<br />

ini akan berada dibawah<br />

Kementerian Perdagangan dan<br />

Industri – tetapi harus memiliki<br />

otonomi yang cukup untuk<br />

melindungi tujuan utamanya dari<br />

disintegrasi birokratik.”<br />

Laporan tersebut menjadi dasar<br />

bagi pendirian NID.<br />

NID mempunyai tiga kampus,<br />

sebuah kampus untuk pascasarjana<br />

kini sedang dibangun di<br />

Gandhinagar di negara bagian<br />

Gujarat dan sebuah pusat<br />

Penelitian dan Pengembangan<br />

di Bengaluru dan kampus utama<br />

untuk belajar di Ahmedabad. NID<br />

menawarkan program-program<br />

pendidikan profesional pada<br />

tingkat under-graduate dan postgraduate<br />

dengan lima fakultas/<br />

jurusan dan 16 design domain<br />

yang berbeda.<br />

NID telah memiliki programprogram<br />

pertukaran dan<br />

hubungan pedagogis dengan<br />

35 institusi di luar negeri. Dia<br />

mencadangkan 10 persen<br />

bangkunya untuk mahasiswamahasiswa<br />

asing.<br />

NID siap untuk meluaskan<br />

jaringannya ke empat lokasi lagi<br />

di seluruh India, masing-masing<br />

di Andhra Pradesh, Assam,<br />

Haryana dan Madhya Pradesh.<br />

“Kampus-kampus baru ini<br />

merupakan kampus-kampus<br />

independen seperti IIT (Indian<br />

Institutes of Technology)<br />

dalam operasinya, tetapi NID-<br />

Ahmedabad akan menstruktur<br />

kembali strategi, kurikulum dan<br />

pengembangan infrastrukturnya,”<br />

ujar Direktur NID.<br />

Struktur Program NID secara<br />

keseluruhannya merupakan<br />

kombinasi antara teori,<br />

ketrampilan-ketrampilan, proyekproyek<br />

desain dan pengalamanpengalaman<br />

lapangan, didukung<br />

oleh studio-studio desain yang<br />

canggih, skills and innovation<br />

labs dan knowledge management<br />

centres. Studi-studi desain interdiscipliner<br />

dalam sains dan seniseni<br />

liberal dapat memperluas<br />

perspektif mahasiswanya.<br />

NID berusaha untuk dapat meraih<br />

manfaat yang sebesar-besarnya<br />

dari pertumbuhan besar di bidang<br />

desain sebagai sebuah pilihan<br />

karir yang banyak dicari orang.<br />

Sebelumnya pada tahun ini<br />

NID membentuk India Design<br />

Council atau Dewan Desain India<br />

dibawah pimpinan industrialis<br />

Anand Mahindra, yang akan<br />

bertindak sebagai sebuah badan<br />

pembina untuk pendidikan<br />

desain, mempersiapkan sebuah<br />

data base untuk lembaga-lembaga<br />

desain dan untuk membimbing<br />

para mahasiswa dan orang tua<br />

dalam membantu mereka memilih<br />

program-program desain yang<br />

terbaik.<br />

Dewan ini akan mengkaji<br />

keuntungan-keuntungan<br />

perpajakan untuk investasi di<br />

bidang desain dalam industri,<br />

badan-badan litbang dan institusiinstitusi.<br />

Untuk menjadikannya lebih<br />

relevan dari segi sosial sebagai<br />

bagian dari upaya-upaya untuk<br />

mencapai jangkauan-jangkauan<br />

yang lebih jauh, NID bekerjasama<br />

dengan International Institute<br />

of Information Design di<br />

Jepang untuk merumuskan<br />

pengembangan-pengembangan<br />

dan perubahan yang ada<br />

hubungannya dengan desain<br />

dalam gaya hidup masyarakat<br />

di seluruh India, dan juga<br />

untuk meningkatkan pelayanan<br />

pemeliharaan kesehatan.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan.<br />

Foto-foto: Disumbangkan oleh NID.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 60 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 61


Warisan Kerajinan<br />

Karya-karya seni menjahit<br />

yang dikenal dengan nama<br />

Kantha pada esensinya<br />

terbuat dari material-material lama<br />

dan saree dan disulam dengan<br />

jahitan-jahitan tanpa putus-putus.<br />

Kantha mempunyai sejumlah<br />

pola-pola tradisional berdasarkan<br />

simbol-simbol agama, dongengdongeng<br />

dan legenda, kegiatan<br />

penduduk dan pemandangan di<br />

desa-desa, bunga-bunga, burungburung,<br />

binatang-binatang<br />

Kantha<br />

Kerajinan Menyulam Yang Artistik<br />

Dr. BIMLA VERMA<br />

dan tanaman-tanaman dengan<br />

perpaduan warna yang menarik.<br />

Sejak ratusan tahun silam sulaman<br />

tangan telah digunakan untuk<br />

mendekorasi tekstil dan garmen.<br />

Penggalian-penggalian arkeologis<br />

telah menemukan jarum-jarum<br />

sulaman dari perunggu yang<br />

diperkirakan berasal dari tahun<br />

2300-1500 SM serta figurin-figurin<br />

yang dibalut dengan pakaianpakaian<br />

bersulam. Tekstil-tekstil<br />

bersulam yang serupa juga<br />

terlihat pada patung-patung<br />

Budha yang berasal dari abad<br />

kedua dan pertama SM; patungpatung<br />

Kushan dan fresko-fresko<br />

di Ajanta.<br />

Di India, setiap daerah memiliki<br />

corak dan gaya yang sulaman<br />

yang berbeda. Karya-karya<br />

sulaman tangan India paling<br />

terkenal adalah sulaman-sulaman<br />

Phulkari dari Punjab, Chikankari<br />

dari Lucknow, Kasauti dari<br />

Karnataka, Toda dari Tamil<br />

Nadu, sulaman-sulaman dengan<br />

cermin-cermin kecil (Mirror<br />

work) dari Gujarat dan Rajasthan,<br />

Kasida dari Kashmir, sulaman<br />

Chamba di Himachal Pradesh,<br />

karya Appliqué di Orissa, Gujarat,<br />

Rajasthan dan Tamil Nadu serta<br />

sulaman Kantha di Bengala Barat<br />

(West Bengal).<br />

Sulaman Kantha secara esensial<br />

dikerjakan oleh kaum wanita dan<br />

kerajinan ini masih hidup sampai<br />

sekarang di Bengala, dimana<br />

kaum wanita mengisi waktuwaktu<br />

luang mereka dengan<br />

menyulam. Saree-saree lama<br />

banyak yang dijadikan bahan<br />

untuk membuat sulaman Kantha<br />

dengan cara melapiskan dua<br />

atau tiga helai saree lalu dijahit<br />

bersamaan dan disulam. Untuk<br />

menjaga agar lapisan-lapisan<br />

saree tersebut sama dan uniform,<br />

pada keempat ujungnya ditarok<br />

pemberat, lalu dijahit secara<br />

bersamaan dengan teknik close<br />

running stitches.<br />

Sulaman-sulaman Kantha terdiri<br />

dari beragam bentuk dan gaya<br />

untuk dipakai pada event-event<br />

yang berbeda. Rumal, misalnya,<br />

adalah sejenis sulaman Kantha<br />

berbentuk sapu tangan atau<br />

handkerchief. Pada umumnya,<br />

Rumal dihiasi dengan sebuah<br />

desain lotus (bunga teratai) di<br />

tengah-tengahnya yang dikelilingi<br />

oleh motif-motif lain. Dalam<br />

Dilip Banerjee<br />

Dilip Banerjee<br />

Dilip Banerjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 62 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 63


Dilip Banerjee<br />

bahasa Bengali, Arshilata berarti<br />

sebuah pembungkus yang<br />

digunakan untuk membungkus<br />

buku-buku seremonial,<br />

barang-barang berharga dan<br />

lain-lain. Bentuknya persegi<br />

empat (square), dengan pinggirpinggirnya<br />

yang lebar dan dihiasi<br />

dengan sebarisan figur-figur<br />

manusia dan binatang dengan<br />

sebuah lotus ditengah-tengahnya<br />

dan floral patterns (pola-pola<br />

bunga) di keempat sudutnya.<br />

Kaum wanita di Bengala juga<br />

membuat sarung-sarung bantal<br />

dengan motif-motif khusus<br />

dengan hiasan-hiasan berbentuk<br />

garis-garis lurus dan hiasanhiasan<br />

konvensional berbentuk<br />

pohon-pohon dan burungburung.<br />

Selain karya-karya ini,<br />

mereka juga membuat Sujni yang<br />

paling banyak dekorasinya, yang<br />

dipakai sebagai seprei, dengan<br />

bentuk empat persegi panjang<br />

dan dihiasi dengan berbagai<br />

desain dengan pinggir-pinggir<br />

yang menarik.<br />

Dalam motif Sujni, ditengahtengahnya<br />

terdapat sebuah<br />

bunga teratai yang dikelilingi<br />

oleh berbagai jenis creepers<br />

(tanaman-tanaman rambat),<br />

binatang, burung, bunga dan<br />

sebagainya. Kadang-kadang<br />

sulamannya dikerjakan langsung<br />

dengan benang katun, dan<br />

ornamentasinya dikerjakan<br />

dengan teknik chain stitch<br />

sementara latar belakangnya<br />

dikerjakan dengan teknik<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dilip Banerjee<br />

Dr. Bimla Verma<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 64 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 65


unning stitch dengan pola<br />

yang disebut scale pattern.<br />

Kuilt atau selimut tebal hampir<br />

sama bentuknya dengan Sujni,<br />

Kuilt selalu diisi dengan kapas<br />

sehingga menjadi tebal, dan<br />

disain dengan indah di dekorasi<br />

dengan banyak warna. Kuilt<br />

sebetulnya adalah sejenis selimut<br />

tebal yang umumnya digunakan<br />

untuk musim dingin.<br />

sulaman mereka dengan polapola<br />

bertemakan sosial seperti<br />

adegan-adegan pernikahan,<br />

rombongan-rombongan musisi,<br />

suasana pada waktu panen,<br />

kereta-kereta lembu, suasana<br />

perburuan dan adegan-adegan<br />

dari Ramayana, Mahabharata<br />

dan epos-epos Hindu lainnya.<br />

Lambang-lambang kesucian<br />

seperti ikan, sangkakala, kerang,<br />

bunga teratai, pohon kehidupan,<br />

mandala dan kalash juga sering<br />

dipakai.<br />

Pada umumnya, para penyulam<br />

bebas-sebebasnya untuk<br />

berinovasi dalam pengerjaan<br />

desainya. Meskipun sulaman<br />

Kantha memiliki motif-motif<br />

Sujni dan Kuilt memberi<br />

kebebasan penuh kepada para<br />

penyulam untuk menggunakan<br />

segala keahlian menyulam<br />

mereka dalam membuat motif<br />

dan pola-pola serta menentukan<br />

corak dan warna-warna mereka<br />

sendiri.<br />

Jika para penyulam ingin<br />

menggunakan motif-motif<br />

tradisional, motif-motif tersebut<br />

dikerjakan pada permukaannya,<br />

sementara dasar untuk motifmotif<br />

tersebut dikerjakan<br />

dengan teknik close, long and<br />

short running stitches, dengan<br />

menggunakan benang yang<br />

diambil atau ditarik dari pinggir<br />

saree-saree usang. Disini saya<br />

ingin menambahkan bahwa<br />

saree-saree katun Bengala<br />

memiliki pinggir-pinggir yang<br />

indah dalam banyak warna.<br />

Para penyulam Kantha sangat<br />

gemar dengan motif-motif teratai,<br />

binatang-binatang, khususnya<br />

gajah dan kuda, burung-burung,<br />

terutama merak, bunga – teratai<br />

mulai dari yang berdaun lima<br />

sampai seratus. Mereka senang<br />

menghiasi karya-karya sulaman<br />

mereka dengan berbagai desain<br />

dengan bantuan tanam-tanaman<br />

dan bunga-bunga. Mereka juga<br />

sering menghiasi sulaman-<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dilip Banerjee<br />

Dr. Bimla Verma<br />

Dr. Bimla Verma<br />

dan desain-desain yang tidak<br />

terbatas jumlahnya, tetapi desaindesain<br />

“Mandala” dan “Kalash”<br />

khusus diperuntukkan untuk<br />

festival-festival dan acara-acara<br />

keagamaan untuk memenuhi<br />

sumpah-sumpah tertentu.<br />

Apabila para penyulam memakai<br />

motif teratai, meraka selalu<br />

memulai pengerjaannya dari<br />

tengah, lalu meneruskannya<br />

dalam bentuk sirkular (bulat).<br />

Tetapi dalam pengerjaan<br />

desain-desain lain, mereka<br />

memulainya dari sudut, seperti<br />

pohon kehidupan, lalu terus ke<br />

tengah. Kadangkala, setiknya<br />

(stitches) dibuat sedemikian rupa<br />

Dilip Banerjee<br />

sehingga desainnya kelihatan<br />

sama di kedua sisinya dan hampir<br />

tidak mungkin bagi kita untuk<br />

membedakan antara sisi depan<br />

dengan yang belakang.<br />

Warna-warna paling populer<br />

adalah biru, kuning, merah,<br />

hitam atau coklat dan putih.<br />

Sekarang para penyulam<br />

memakai banyak warna diatas<br />

latarbelakang-latarbelakang<br />

dengan warna-warna berbeda.<br />

Secara tradisional mereka hanya<br />

menggunakan saree-saree dengan<br />

warna kuning gading (off white).<br />

Hasil-hasil karya sulaman Kantha<br />

kini banyak dibuat dari bahanbahan<br />

katun, sutera, tussar, sutera<br />

Dilip Banerjee<br />

monga, cambric, semi cotton,<br />

terry cotton dan bahkan kain-kain<br />

sintetis dengan skema pewarnaan<br />

yang artistik dan indah.<br />

Desain-desain yang mereka<br />

pakai bersifat tradisional maupun<br />

modern. Banyak para fesyen<br />

desainer yang juga menggunakan<br />

sulaman Kantha dengan<br />

kombinasi hiasan cermin atau<br />

sekuin.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang wartawan dan<br />

fotografer freelance.<br />

Dilip Banerjee Dilip Banerjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 66 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 67


Tinjauan Buku<br />

“Saya tidak berpikir sama sekali<br />

bahwa Raj Kapoor telah membuat<br />

sebuah film yang lebih bagus<br />

dari Awaara. Barangkali saya<br />

telah menonton film ini seratus<br />

kali. Disamping segala bentuk<br />

pujian yang memang pantas<br />

diberikan kepada banyak aspek<br />

film tersebut, Raj Kapoor juga<br />

telah membuat sejarah dengan<br />

menampilkan empat generasi<br />

dari keluarga aktor-aktor kita<br />

ini – mulai dari ayah kakek<br />

saya, kakek saya, ayah saya,<br />

Om dan akhirnya saya sendiri,”<br />

kata Randhir Kapoor dalam Kata<br />

Pengantarnya (Foreword) untuk<br />

buku The Dialogue of Awaara<br />

oleh Nasreen Munni Kabir<br />

(Niyogi Books). Tetapi sebelum<br />

kita membicarakan film dengan<br />

edisi tulisan/bahasa three-in-one<br />

ini (Hindi, Urdu dan Latin) demi<br />

melestarikan tradisi film-film<br />

Bollywood yang immortal, atau<br />

nilai-nilai produksinya yang<br />

elegan dan estetis, mari kita lihat<br />

kembali sejarah pra-produksinya.<br />

Khwaja Ahmad Abbas, seorang<br />

penulis Urdu terkenal, dan<br />

seorang wartawan pada tahun<br />

1950-an pertama menulis sebuah<br />

cerpen tentang keturunan<br />

dan lingkungan yang sengaja<br />

dipilihnya untuk bercerita<br />

tentang sebuah real life incident<br />

dari sejarah sebuah keluarga<br />

yang penuh pristiwa. Penyair<br />

Maulana Hali adalah ayah dari<br />

kakek Abbas. Tetapi cerita ini<br />

adalah tentang pamannya yang<br />

MELIHAT AWAARA LAGI<br />

Naskah: SURESH KOHLI<br />

Foto: S.M.M. AUSAJA<br />

sudah meninggal, seorang<br />

Hakim yang sedang aktif yang<br />

memegang teguh kepercayaan<br />

kepada genetic nobility (sifat<br />

mulia karena keturunan), sampai<br />

pada suatu hari – suatu kejadian<br />

yang membuatnya shock dan<br />

sangat kecewa – putranya<br />

sendiri yang telah menjadi anak<br />

brandal tertangkap dalam kasus<br />

perampokan. Ceritanya memang<br />

berkisar tentang temanya, tetapi<br />

dibatasi hanya sampai kepada<br />

konflik antara ayah dan putranya.<br />

Abbas menceritakan kisah<br />

tersebut kepada temannya V.P.<br />

Sathe yang lalu merubahnya<br />

menjadi sebuah cerita film, dan<br />

dalam pikirannya akan dibintangi<br />

oleh Prithviraj Kapoor, dan<br />

putranya Raj Kapoor, seorang<br />

aktor yang sedang naik daun.<br />

Ide mengenai casting ini datang<br />

dari produksi Prithvi Theatre<br />

Pathan dimana duo ayah-anak ini<br />

bermain bersama untuk pertama<br />

kalinya.<br />

Ketika Mehboob Khan, yang<br />

bersinar dengan keberhasilan<br />

film Andaz, mendengar tentang<br />

kisah ini, dia ingin mengambil<br />

alih untuk dijadikan produksinya<br />

sendiri. Tetapi ketika Abbas<br />

bersikeras mengenai kondisi<br />

casting, Mehboob Khan mundur.<br />

Dia tidak berkeberatan untuk<br />

meng-casting Prithviraj tetapi<br />

bukan putranya, Raj Kapoor.<br />

Untuk mengganti Raj Kapoor,<br />

Mehboob ingin meng-casting<br />

aktor favoritnya, Dilip Kumar.<br />

Ketika Raj Kapoor mendengar<br />

insiden ini, dia melakukan<br />

pendekatan terhadap Abbas<br />

untuk mendapatkan narasinya,<br />

dan ditempat itu juga dia membeli<br />

scriptnya dengan memberi<br />

Abbas dan Sathe uang Satu<br />

Rupee sebagai signing amount.<br />

Disamping itu, juga ada cerita<br />

tentang bagaimana tokoh besar<br />

Pathan, yaitu Prithviraj Kapoor,<br />

dijaring untuk mau ikut main<br />

dengan peran sebagai seorang<br />

ayah dan pada waktu itu dia<br />

memang sedang memainkan<br />

peran-peran sebagai tokoh<br />

terkemuka di teater.<br />

Alasan-alasan utama bagi bertahan<br />

lamanya dan besarnya daya pikat<br />

Awaara adalah temanya yang<br />

mulia dan kehebatan castingnya,<br />

script yang simpel, dialog yang<br />

penuh arti, dan penyutradaraan<br />

yang imajinatif. Dalam kata-kata<br />

Abbas sendiri: “Raj Kapoor<br />

menghabiskan waktu dua tahun<br />

untuk memproduksi Awaara.<br />

Produksi ini cukup unik – semua<br />

adegan dan dialog saya ada<br />

disana, setelah dipoles oleh<br />

sentuhan-sentuhan komedi, lagulagu<br />

dan tarian-tarian Raj Kapoor<br />

sendiri yang disesuaikan oleh Raj<br />

dengan ceritanya. Dan sebelum<br />

masyarakat menerimanya sebagai<br />

sebuah hit, orang-orang yang<br />

begerak di bidang industri film<br />

telah lebih dulu menyatakannya<br />

sebagai flop atau gagal total<br />

persis pada malam premiernya,<br />

meskipun hal ini bukanlah<br />

kejadian yang pertama atau<br />

terakhir kali di box-office, dimana<br />

sebuah film yang diramalkan<br />

gagal malah tebukti sukses dan<br />

begitu pula sebaliknya.<br />

The Dialogue of Awaara adalah<br />

sebuah buku bacaan di kedai<br />

kopi yang diproduksi dengan<br />

elegan dan kaya dengan<br />

ilustrasi. Melihat foto-fotonya<br />

(stills) adegan-adegan dalam<br />

film tersebut langsung muncul<br />

lagi dalam benak kita dan<br />

begitupun dengan sentuhansentuhan<br />

lunak yang, menurut<br />

Abbas, dimasukkan Raj Kapoor<br />

kedalamnya tanpa merubah<br />

struktur naratifnya. Dalam bab<br />

introductory yang diberi judul<br />

dengan tepat ‘The Road to<br />

Awaara’, Nasreen Munni Kabir<br />

bercerita dengan lancar dan<br />

hidup tentang evolusi Raj Kapoor<br />

sebagai seorang yang cepat<br />

belajar menjadi seorang sineas<br />

yang sempurna yang pada masa<br />

pembuatan film Aag dan Barsaat<br />

telah menyadari pentingnya arti<br />

sebuah team yang bisa dipercaya<br />

penuh untuk merubah fantasifantasinya<br />

menjadi kenyataaan,<br />

dan bagaimana dia menjalankan<br />

misinya. Jadi, ketika Jal Mistry<br />

menolak untuk bergabung<br />

dengannya, dan lebih suka<br />

menjadi seorang sinematografer<br />

freelance, Raj Kapoor lalu<br />

mengajak Radhu Karmakar.<br />

Langkah berikutnya, dia merayu<br />

M.R. Archekar untuk ikut bersama<br />

timnya. Archekar yang awalnya<br />

enggan adalah seorang “yang<br />

sangat terlatih dan berpengalaman<br />

di bidang fotografi, lithografi,<br />

melukis potret dan seorang<br />

konseptor yang andal” untuk<br />

menangani bidang pencahayaan;<br />

Shankar dan Jaikishen, menjadi<br />

dua orang asisten komponis<br />

Ram Ganguly, yang telah<br />

membuktikan kebolehan mereka<br />

dengan musik Barsaat. Seorang<br />

kondektur bus dengan peran<br />

double sebagai seorang penyair,<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 68 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 69


Hasrat Jaipuri, yang bertemu<br />

dengan Raj Kapoor dalam<br />

sebuah konser dan membuat<br />

Raj terkesan dengan liriknya<br />

Jiya bekaraar hai dan seorang<br />

Marxist yang jadi pegawai kereta<br />

api, Shailendra, adalah pilihanpilihannya<br />

berikutnya. Beberapa<br />

orang lainnya direkrut dari tim<br />

Prithvi Theatre guna melengkapi<br />

tim back-upnya. Dengan memilih<br />

Nargis sebagai heroinnya dan<br />

didukung oleh Abbas sebagai<br />

seorang penulis andal, Raj Kapoor<br />

dapat dipastikan akan meraih<br />

sukses besar yang akhirnya<br />

dapat disebut sebagai ‘the Great<br />

Showman’.<br />

“Setelah setahun melakukan<br />

persiapan pra-produksi, syuting<br />

Awaara mulai dilakukan<br />

bertepatan dengan hari ulang<br />

tahun ke-25 Raj Kapoor (14<br />

Desember 1949) di Rang<br />

Mahal Studio di Dadar. Seluruh<br />

keluarga Kapoor hadir untuk<br />

menyaksikan the mahurat shot<br />

atau syuting pembukaan ketika<br />

Prithviraj sedang berdoa,” tulis<br />

Kabir dan menambahkan bahwa<br />

“tantangan terbesar yang dihadapi<br />

Raj Kapoor adalah bagaimana<br />

memunculkan sekuen mimpi<br />

(dream sequence) sehingga<br />

tampak hidup yang selalu menjadi<br />

bagian dari screenplay aslinya.<br />

R K Studio masih dalam tahap<br />

pembangunan pada waktu itu,<br />

tetapi Raj Kapoor menginginkan<br />

sekuen mimpi ini untuk menjadi<br />

adegan pertama untuk disyuting<br />

disana (R.K.Studio), walaupun<br />

untuk itu harus dibangun setsnya<br />

diatas panggung yang tidak<br />

beratap.” Sekuen lagu selama<br />

sembilan menit yang terkenal itu<br />

dikoreograf oleh Madame Simkie,<br />

seorang penari Prancis yang<br />

pernah bekerja dengan Uday<br />

Shankar. Lagu atau title song<br />

Awaara Hoon “sampai sekarang<br />

ini tetap menjadi lagu India paling<br />

terkenal di dunia.”<br />

Dalam upayanya untuk<br />

merekonstruksi ceritanya<br />

dengan sebaik-baiknya, Kabir<br />

berkisah demikian: “Dalam<br />

persidangan mengenai percobaan<br />

pembunuhan atas Hakim<br />

Raghunath (yang diperankan<br />

oleh Prithiviraj Kapoor dengan<br />

sangat bagusnya), si maling<br />

Raj (Raj Kapoor) dibela oleh<br />

pengacaranya Rita (Nargis) yang<br />

adalah kekasihnya sendiri, yang<br />

kebetulan juga adalah perawat<br />

Raghunath sendiri. Setelah<br />

Rita diinterogasi, keduanya,<br />

Raghunath dan Raj, dipaksa untuk<br />

mengungkapkan pristiwa-pristiwa<br />

masa silam mereka. Ceritanya<br />

berlanjut dalam dua kilas balik<br />

(flashbacks): yang pertama<br />

bercerita tentang bagaimana<br />

Raghunath meninggalkan<br />

isterinya (Leela Chitnis) dan bayi<br />

mereka yang belum lahir yang<br />

kebetulan adalah Raj – sebuah<br />

fakta yang tidak disadari oleh<br />

ayah dan putranya (‘Kya aap<br />

bata sakte hai aap ne kyon aur<br />

kis haal mein apni patni ko ghar<br />

se bahar nikala’ – mengapa<br />

kamu mengusir isterimu dari<br />

rumah -- yang dinyanyikan oleh<br />

Nargis dengan suaranya yang<br />

melengking masih bergema dalam<br />

ingatan kita). Kilas balik yang<br />

kedua memperlihatkan bagaimana<br />

Raj yang telah berusia sepuluh<br />

tahun itu, karena pengaruh<br />

buruk bandit Jagga (K.N. Singh),<br />

menjadi seorang penjahat (sang<br />

bandit menculik isteri (yang<br />

sedang hamil) Hakim Raghunath<br />

untuk membalas dendam karena<br />

telah dijatuhi hukuman oleh<br />

Raghunath).”<br />

Maksud yang tersirat dibalik buku<br />

ini adalah untuk menceritakan<br />

kembali demi kepentingan anak<br />

cucu kita dan untuk melestarikan<br />

dalam bentuk yang permanen<br />

sebuah screenplay yang sangat<br />

bagus dan dialog yang disusun<br />

oleh K.A. Abbas – berdasarkan<br />

sebuah cerita oleh Abbas dan<br />

Sathe. Dialog dalam bahasa<br />

Hindustani (percampuran<br />

antara Urdu dan Hindi) sangat<br />

bagus, menggelitik, penuh ironi<br />

dan kaya dengan pemakaian<br />

bahasa secara elegan…<br />

Dialognya juga telah memakai<br />

sebuah catchphrase untuk<br />

menggambarkan seorang karakter<br />

“yang kemudian menjadi sangat<br />

populer dalam film-film Hindi dan<br />

dialog-dialog dalam, banyak film<br />

selalu diingat berkat catchphrase<br />

(ungkapan khusus) ini.”<br />

Buku ini “dengan cermat telah<br />

mentranskripsikan seluruh dialog<br />

dan lirik-lirik lagu dari original<br />

soundtrack dan direproduksi<br />

dalam bahasa-bahasa Hindi, Urdu<br />

dan Romanised Hindi (bahasa<br />

Hindi dengan tulisan Latin)<br />

sementara terjemahan Inggrisnya<br />

berusaha untuk mempertahankan<br />

nuansa aslinya”. Buku ini “juga<br />

kaya dengan endnotes atau<br />

catatan akhir yang memberikan<br />

informasi dan komentarkomentar.”<br />

Tidak ada yang<br />

ketinggalan dari naratif aslinya,<br />

baik dari segi script maupun<br />

dialog, sementara foto-fotonya<br />

memberikan visual graph yang<br />

bagus sebagai pengganti footage<br />

aslinya. Foto-foto berwarna dari<br />

R K Studio yang dibuat oleh<br />

Adam Bortos yang menetap di<br />

New York tidak saja memperkaya<br />

warisan Raj Kapoor tetapi juga<br />

membuat film-filmnya immortal.<br />

Raj Kapoor sendiri pernah<br />

menyelenggarakan tour pertama<br />

atas kompleks studionya beserta<br />

Sanctum Sanctorumnya untuk<br />

kepentingan penulis ini pada<br />

pertengahan tahun tujuhpuluhan,<br />

yang sampai sekarang masih<br />

segar di benak saya.<br />

Secara kilas balik, adanya<br />

persamaan-persamaan tertentu<br />

membuat kita terbelalak.<br />

Screenplay asli Henna, untuk<br />

peluncuran film ini Raj Kapoor<br />

harus melakukan sendiri<br />

pekerjaan keadministrasiannya,<br />

lagi-lagi merupakan hasil karya<br />

Abbas (meskipun tidak disebut<br />

dalam credit titlesnya) meskipun<br />

penyutradaraannya oleh<br />

Randhir Kapoor setelah ayahnya<br />

meninggal banyak kekurangankekurangannya).<br />

Tim K.A. Abbas-<br />

Raj Kapoor berlangsung selama<br />

empat dasawarsa. Fakta bahwa<br />

mereka meninggal pada waktu<br />

yang hampir bersamaan, (seolaholah<br />

mereka dipertemukan<br />

kembali di alam sana), karena<br />

terpisah hanya dalam waktu<br />

tepat satu tahun – Abbas<br />

menghembuskan nafasnya yang<br />

terakhirnya di sebuah nursing<br />

home di luar kota Mumbai<br />

pada tanggal 1 Juni 1987, dan<br />

jenazah Raj Kapoor dipindahkan<br />

dari sebuah Rumah Sakit ke R<br />

K Studios pada tanggal 2 June<br />

1988. Abbas meningal pada usia<br />

73 sementara Raj Kapoor pada<br />

usia 63 tahun – keduanya dalam<br />

keadaan setengah koma.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang sineas film<br />

dokumenter.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 70 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 71


Seni Boneka Dewasa Ini<br />

Memimpikan Masa Depan Baru<br />

CHANDANA DUTTA<br />

Hampir tiga puluh tahun yang lalu, saya pertama kali membaca<br />

sebuah artikel mengenai puppetry atau pertunjukan boneka<br />

dalam majalah Target, sebuah majalah populer untuk anakanak.<br />

Ketertarikan saya kepada artikel tersebut karena dia berbicara<br />

tentang saudara saya dan beberapa teman-temannya, yang menerima<br />

langsung latihan-latihan membuat boneka dari seorang pedalang<br />

boneka terkenal Dadi Pudumjee. Seni boneka memang telah<br />

menarik perhatian saya pada masa itu. Dalam perjalanan waktu, saya<br />

telah mengenal lebih dalam tentang seni boneka dan orang yang<br />

Figur-figur bertopeng (bawah) dan sebuah kerjasama kontemporer di bidang seni tari dan<br />

boneka tentang tiga karakter dari Mahabharata – Krishna/boneka, Gandhari dan yang telah meninggal.<br />

Dadi Pudumjee<br />

Vipul Sangoi<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 72 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 73


Indira Gandhi National Centre for the Arts<br />

dan mengapresiasi apa artinya<br />

bentuk seni boneka. Pandangan<br />

Meschke terhadap seni boneka<br />

berbeda sama sekali, yang<br />

menggabungkan ide-ide dari<br />

bentuk-bentuk seni lainnya dan<br />

merubah seni boneka menjadi<br />

sebuah bentuk yang serba<br />

kompleks. Falsafah ini besar<br />

pengaruhnya terhadap Dadi.<br />

Pada kenyataannya, Dadi selalu<br />

memberikan penilaian yang tinggi<br />

kepada persamaan-persamaan<br />

yang melekat pada seni boneka<br />

di seluruh dunia dan tetap<br />

mengakui besarnya kekuatan<br />

bentuk yang disaksikannya pada<br />

tradisi-tradisi tertentu lainnya<br />

seperti Bunraku di Jepang dan<br />

gaya-gaya boneka pada bekas<br />

negara-negara blok sosialis yang<br />

besar pengaruhnya terhadap<br />

konseptualisasi dan penciptaan<br />

karakter-karakternya sendiri.<br />

Meninjau kembali fase kreatif<br />

pertamanya, dia berkata,<br />

“Pekerjaan pertama saya di<br />

ISRO SAC di Ahmedabad adalah<br />

dengan serial Hun and Hann<br />

dimana saya menggunakan<br />

boneka-boneka modern untuk<br />

TV. Pada waktu itu, ini mungkin<br />

pertunjukan boneka pertama<br />

untuk TV dengan menggunakan<br />

karakter-karakter boneka yang<br />

khusus dibuat dan ditulis<br />

ceritanya untuk medium ini,<br />

dan bukan boneka-boneka yang<br />

dipakai untuk pertunjukan teater.”<br />

Berbicara mengenai perpaduan<br />

antara yang tradisional dan<br />

modern pada masa dahulu dan<br />

sekarang, dia menemukan bahwa<br />

bentuk-bentuk tradisional jarang<br />

stagnan dan dimana bentukbentuk<br />

ini belum hilang, mereka<br />

pasti telah mengalami perubahanmempeloporinya.<br />

Dibawah ini<br />

saya ingin memaparkan secara<br />

ringkas bentuk seni yang telah<br />

berakar dalam tradisi naratif<br />

India, yang telah menyaksikan<br />

perubahan-perubahan besar<br />

selama ini dan telah berhasil<br />

melalui sebuah fase kebangkitan<br />

untuk mengembalikan<br />

kemasyhurannya dan dapat<br />

diterima kembali dan terus<br />

mendapat apresiasi masyarakat.<br />

Pertunjukan boneka adalah<br />

sebuah bentuk seni dan Dadi<br />

Pudumjee yakin akan asal usul<br />

kedewataannya. Dia berkata,<br />

bagi seorang bocah, sebuah<br />

boneka mungkin sebuah<br />

mainan, bagi orang dewasa,<br />

ia barangkali adalah sebuah<br />

cermin yang menarik tentang<br />

potret kehidupan dan bagi<br />

seorang cendekiawan boneka<br />

adalah sumber yang tak pernah<br />

kering untuk cerita-cerita dan<br />

citra-citra yang menghubungkan<br />

dan menstimulir alam bawah<br />

sadar kita. Tetapi bagi seorang<br />

dalang, dia adalah sebuah citra<br />

suci yang tidak seharusnya<br />

dijadikan bahan lelucon atau<br />

objek mati yang diberi hidup<br />

untuk sementara, seperti orang<br />

sering memperlakukannya pada<br />

zaman modern ini. Baginya,<br />

sebagaimana halnya dalam<br />

pengertiannya yang tradisional,<br />

mata boneka-boneka adalah<br />

titik fokus dan fitur utamanya.<br />

Di India, sebagian besar para<br />

dalang dan pembuat boneka,<br />

bahkan sampai sekarang pun,<br />

akan melakukan pengecatan<br />

matanya terakhir sekali sebagai<br />

sentuhan terakhir, seolah-olah<br />

untuk memberinya kehidupan.<br />

Karenanya, dalam banyak bahasa<br />

di India, misalnya bahasa Hindi,<br />

Sanskerta dan Bengali, kata untuk<br />

sebuah boneka adalah putli<br />

atau putul, panchalika, puttikaa<br />

atau putulika, yang semuanya<br />

punya arti ganda: pupil atau<br />

biji mata dan boneka. Banyak<br />

bahasa-bahasa lainnya juga<br />

mempunyai variasi bunyi yang<br />

hampir sama. Pada galibnya, kata<br />

Inggris – puppet – untuk boneka<br />

berasal dari bahasa Latin Pupa<br />

Satya ke Pratirup (Citra-Citra Kebenaran), sebuah pertunjukan mengenai filosofi Mahatma Gandhi<br />

Dadi Pudumjee<br />

Kalpataru – sebuah pertunjukan wayang, objek dan gerakan-gerakannya didasarkan kepada<br />

The Giving Tree atau Pohon Pemberi.<br />

atau Pupula, yang keduanya<br />

menggambarkan seorang gadis<br />

cilik atau sebuah doll (boneka<br />

mainan untuk anak-anak).<br />

Pupula juga berarti ‘pupil’ atau<br />

biji mata. Dalam bahasa Jerman,<br />

kata untuk boneka (puppet)<br />

adalah ‘Puppe’, dan dalam bahasa<br />

Prancis ‘Poupee’. Kata-kata<br />

ini melukiskan kemampuan<br />

observasi boneka untuk menoleh<br />

ke masa silam dan melihat ke<br />

masa depan, yang menjadikan<br />

bentuk seni ini sebagai sebuah<br />

seni tradisional baik di masa<br />

silam maupun pada zaman<br />

kontemporer ini. Bagi Dadi, dan<br />

barangkali bagi banyak para<br />

pedalang boneka, inilah kuncinya<br />

yang menjadikan seni boneka<br />

sebuah bentuk seni global.<br />

Dadi Pudumjee memasuki bidang<br />

ini sebagai seorang antusias<br />

muda pada tahun 1958. Kini dia<br />

dikenal sebagai seorang perintis<br />

terkenal seni boneka modern<br />

di India, tetapi sebagaimana<br />

diakuinya, pada zamannya dulu<br />

di Pune dia memperlakukan<br />

boneka umumnya sebagai sebuah<br />

hobi, yang suka mengadakan<br />

pertunjukan keliling dengan<br />

boneka-boneka yang digerakkan<br />

dengan benang (string puppets).<br />

Dia belum banyak mengetahui<br />

tentang seni ini dan pengetahuan<br />

yang dimilikinya baru terbatas<br />

kepada boneka-boneka (puppets)<br />

Rajasthan saja. Baru kemudian<br />

ketika belajar di Darpana<br />

Academy of Performing Arts di<br />

kota Ahmedabad dia mengetahui<br />

tentang begitu banyaknya teknik<br />

dan gaya boneka-boneka India<br />

dibawah bimbingan almarhum<br />

Meher R. Contractor. Kemudian,<br />

pada pertengahan tahun<br />

1970-an di Swedia dibawah<br />

bimbingan Michael Meschke<br />

dari Swedish Marionette Theatre<br />

Institute, dia mulai memahami<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 74 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 75


perubahan, ada perubahan untuk<br />

yang lebih baik sementara yang<br />

lainnya tidak begitu bagus. Secara<br />

keseluruhan, dia menganggap<br />

bahwa seni pertunjukan boneka<br />

(puppetry) di India telah<br />

memanfaatkan waktunya dengan<br />

sangat baik, dimana bentuk seni<br />

ini banyak mengalami kesuksesan<br />

dan perkembangan baru.<br />

Sebagai seorang pedalang<br />

boneka, Dadi sangat gembira<br />

karena telah mengembangkan<br />

hobinya menjadi sebuah profesi<br />

setelah belajar di Ahmedabad<br />

dan Swedia. Dan adalah suatu<br />

momen yang sangat bersejarah<br />

bagi India karena selama dua<br />

tahun terakhir ini dia adalah<br />

tokoh non-Eropa pertama yang<br />

menjadi Presiden dalam sejarah<br />

badan dunia yang telah berusia<br />

delapan puluh tahun UNIMA,<br />

yang tercatat sebagai organisasi<br />

teater-boneka internasional<br />

pertama di dunia (www.unima.<br />

org). Sebagai penghargaan<br />

terhadap prestasi ini dengan<br />

semangat yang sebenarnya, kita<br />

perlu menyadari bukan saja<br />

tentang India dan tradisi-tradisi<br />

lokalnya yang beragam, tetapi<br />

adanya sekitar enam puluh empat<br />

national centres yang tersebar di<br />

dunia yang aktif terlibat dalam<br />

seni puppetry, aspirasi-aspirasi<br />

mereka dan masalah-masalah<br />

yang sedang mereka hadapi,<br />

serta usaha-usaha mereka untuk<br />

terus mengatasinya. Bagi seorang<br />

pedalang boneka, penting<br />

untuk memahami terminologi-<br />

S. Thyagarajan<br />

Dhola Maru – didasarkan kepada<br />

Gatha Dhola Maru dari Rajasthan,<br />

dipertunjukkan dengan figur-figur besar<br />

bertopeng, aktor-aktor dan pedalang dan<br />

kesenian tradisional Rajasthani kathputli.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 76 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 77


terminologi dan ide-ide yang<br />

terdapat di Barat yang kadangkadang<br />

bisa sangat berbeda<br />

dengan yang terdapat di timur<br />

dan timur dekat.<br />

Seperti yang dilihat Dadi, di<br />

India ada sebuah fase tradisional<br />

yang diikuti oleh fase modern<br />

dimana terjadi banyak perubahan<br />

terhadap bentuk-bentuk lama.<br />

Lalu ada fase kohesif, dimana<br />

diupayakan adanya suatu<br />

keseimbangan antara kedua<br />

fase penting itu, khususnya dari<br />

segi isi dan ekspresi. Sekarang<br />

terdapat banyak seniman muda<br />

yang sedang berusaha untuk<br />

menciptakan ceruk atau wadah<br />

mereka sendiri di bidang ini.<br />

Tetapi, yang lain masih terpaku<br />

kepada yang lama atau awal abad<br />

kesembilan belas. Dilihat dari<br />

peralihan bentuk, isi, cerita, dan<br />

lain sebagainya antara yang lama<br />

dan yang baru, antara pedalangpedalang<br />

modern pertama<br />

dengan pedalang-pedalang muda<br />

dewasa ini, perubahan-perubahan<br />

besar seolah-olah banyak terjadi<br />

di perkotaan. Tampaknya kita<br />

lebih memerlukan lagi agar<br />

banyak grup dapat diekspos<br />

ke trend-trend modern dan<br />

kontemporer yang juga sedang<br />

marak dewasa ini. Disamping<br />

itu, kita perlu juga menciptakan<br />

vokabulari-vokabulari,<br />

Prosesi boneka-boneka raksasa untuk Commonwealth Youth Games, Pune<br />

kontek-kontek dan tema-tema<br />

individualistik kita sendiri,<br />

dan sementara itu berupaya<br />

membenahi bidang ini dengan<br />

nafas baru. Aliran-aliran dan trend<br />

pertama puppetry modern India<br />

umumnya berasal dari Kolkata<br />

dan Ahmedabad, tetapi sekarang<br />

ini banyak pedalang-pedalang<br />

boneka muda yang terjun ke<br />

bidang ini dengan ide-ide dan<br />

ekspresi-ekspresi mereka sendiri.<br />

Bagi Dadi kekhawatirannya<br />

adalah bahwa para pedalang<br />

boneka sekarang ini tampaknya<br />

semakin terobsesi dengan teknik<br />

agar kelihatan ‘modern” dan<br />

mengabaikan esensi dari bentuk<br />

seni itu sendiri.<br />

Dadi kebetulan juga adalah<br />

Pendiri-Direktur Ishara Puppet<br />

Theatre Trust, yang mulai<br />

aktif pada tahun 1986 untuk<br />

memperkenalkan rakyat kepada<br />

puppetry. Setelah mengalami<br />

kesukesan dan pertumbuhan<br />

dalam beberapa tahun ini,<br />

timnya merencanakan untuk<br />

mengadakan Festival Ishara<br />

setiap tahun, yang sekarang telah<br />

memasuki tahun kedelapan.<br />

Kesenian ini telah mengalami<br />

perkembangan yang sangat<br />

besar dengan dukungan Ishara<br />

Puppet Theatre Trust, dibantu<br />

Transposisi – berdasarkan sebuah cerita<br />

Vikram Betal dan Transposed Heads oleh<br />

Thomas Mann, yang dipertunjukkan dengan<br />

para penari, boneka-boneka dan topeng<br />

(kanan & bawah).<br />

oleh Teamwork Productions,<br />

dan Indian Council for Cultural<br />

Relations, Sangeet Natak<br />

Akademi, National Centre<br />

for Performing Arts dan Ford<br />

Foundation. Disamping produksiproduksi<br />

mereka sendiri, Ishara<br />

Trust dengan kerjasama banyak<br />

pihak juga memproduksi bonekaboneka<br />

dan topeng-topeng<br />

untuk berbagai acara TV, video<br />

dan berbagai pertunjukan.<br />

Badan ini telah memperluas<br />

pemakaian Muppets dan Marrots<br />

di bidang pendidikan melalui<br />

folk tales dan satire. Ishara juga<br />

menyelenggarakan loka-loka<br />

karya dalam berbagai bentuk<br />

seni boneka untuk anak-anak,<br />

orang dewasa dan grup-grup<br />

Dadi Pudumjee<br />

Sanjoy Roy<br />

Dadi Pudumjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 78 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 79


teater. Keinginan Dadi adalah<br />

untuk memodernisir seni<br />

boneka ke suatu tingkat dimana<br />

teater boneka dapat diterima<br />

menjadi sebuah medium<br />

pendidikan.<br />

Setelah banyak bekerja keras,<br />

seni boneka kini tampaknya<br />

telah berhasil “break even,”<br />

dimana penontonnya bersedia<br />

merogoh kocek untuk menikmati<br />

pertunjukan seni boneka. Oleh<br />

sebab itu, seni boneka tengah<br />

meniti jalannya yang mulus untuk<br />

menjadi sebuah bentuk seni yang<br />

dapat berkesinambungan secara<br />

komersial. Setelah menerima<br />

Haran Kumar<br />

dorongan yang menggembirakan<br />

selama delapan tahun dari<br />

penontonnya di Delhi dan<br />

Gurgaon, tim Ishara pun telah<br />

melebarkan sayapnya dengan<br />

menyelenggarakan festival di<br />

Mumbai dalam masa dua tahun<br />

terakhir dimana mereka juga<br />

memperoleh sukses besar. Kini<br />

Dadi sedang menyusun sebuah<br />

rencana untuk membawa<br />

rombongannya ke kota-kota lain<br />

di India. Ishara Festival jelas telah<br />

Simple Dreams – sebuah puisi visual tentang<br />

alam dan kehidupan (kiri) dan Chunouti<br />

(Tantangan) – sebuah pertunjukan untuk<br />

menciptakan kesadaran terhadap HIV dan<br />

penyalah gunaan obat-obatan (bawah).<br />

menciptakan sebuah wadah bagi<br />

para pedalang boneka untuk<br />

mempertontonkan karya-karya<br />

mereka di India, tetapi mereka<br />

masih memerlukan dukungan<br />

yang besar dari pemerintah,<br />

organisasi-organisasi kebudayaan,<br />

perusahaan-perusahaan dan<br />

lembaga-lembaga serupa lainnya<br />

demi masa depan mereka dan<br />

demi menghadirkan mereka<br />

di pentas pertunjukan boneka<br />

internasional.<br />

Tentu saja ada poin-poin yang<br />

perlu diperhatikan dan yang<br />

paling penting barangkali<br />

adalah perlu diciptakan<br />

suatu keseimbangan yang<br />

menggembirakan antara yang<br />

modern dan tradisional. Meskipun<br />

kesuksesan seni boneka modern<br />

ikut mendorong gaya seni boneka<br />

dan seniman tradisional di India,<br />

sebagian pedalang boneka<br />

secara diam-diam memanfaatkan<br />

bebarapa teknik lama yang<br />

sangat kuat, tanpa menyebutkan<br />

dari mana mereka menirunya.<br />

Hal ini jelas memperlihatkan<br />

sikap mereka yang tidak<br />

menaruh hormat terhadap gaya<br />

tradisional. Dipihak lain, para<br />

pedalang tradisional perlu juga<br />

Boneka-Boneka raksasa dalam sebuah pertunjukan tari<br />

Dadi Pudumjee<br />

Dadi Pudumjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 80 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 81


Anay Mann<br />

Vipul Sangoi<br />

Dadi Pudumjee dengan boneka Parsee (kiri) dan dalam sebuah kerjasama tarian dan boneka kontemporer<br />

Dadi D. Pudumjee,<br />

Managing Trustee and Artistic<br />

Director dari Ishara Puppet<br />

Theatre Trust, dewasa ini<br />

adalah Presiden UNIMA. Dia<br />

mendapat pendidikan dan<br />

latihan di bidang Komunikasi<br />

Visual dari National Institute<br />

of Design, Ahmedabad,<br />

dan kemudian di bidang<br />

teater boneka dari Darpana<br />

Academy of Performing Arts,<br />

Ahmedabad, the Marionette<br />

Theatre Institute Stockholm,<br />

Swedia dan the Vår Theatre<br />

Stockholm, Swedia. Diantara<br />

berbagai posisi profesional<br />

yang pernah didudukinya<br />

antaranya adalah Guest<br />

Director, Puppen Theatre,<br />

Berlin; Pedagogue di Vår<br />

Theater Stockholm, Swedia,<br />

Artistic Director dan Pendiri<br />

Sutradhar Puppet Theatre,<br />

Shri Ram Center for Art and<br />

Culture, New Delhi; Curator<br />

of Man, Mask and Mind<br />

Exhibition of Masks, IGNCA,<br />

New Delhi dan Festival<br />

Director, Sangeet Natak<br />

Akademi, National Puppet<br />

Festival pada bulan Maret<br />

2003. Dia adalah seorang<br />

penerima Sangeet Natak<br />

Akademi National Award<br />

untuk karyanya di bidang seni<br />

boneka, Sanskriti Pratisthan<br />

Award for Puppetry, the<br />

Delhi Natya Sangh Award for<br />

Puppetry dan Delhi Parsee<br />

Anjuman Cultural Award.<br />

Dia pernah bekerja dan<br />

bekerjasama dengan beberapa<br />

individu dan organisasiorganisasi<br />

dalam penggunaan<br />

seni boneka untuk<br />

pendidikan dan hiburan, di<br />

India dan luar negeri. Dia<br />

sering menyelenggarakan<br />

pertunjukan-pertunjukan<br />

dan workshops di Eropa,<br />

AS, Rusia, Jepang, Kanada,<br />

Indonesia, Iran, Turki,<br />

Singapura, Brazil, Australia,<br />

Inggris, Sri Lanka, China dan<br />

lain-lain. Dianggap sebagai<br />

pedalang boneka modern<br />

paling kreatif di India, dia<br />

memadukan seni boneka<br />

dengan seni tari, teater dan<br />

seni-seni terkait. Dia berkarya<br />

dengan tema-tema yang ada<br />

relevansi sosialnya dengan<br />

menggunakan seni boneka<br />

dan teater, dan memperoleh<br />

penghargaan karena telah<br />

menciptakan sebuah sintesa<br />

kreatifnya untuk medium<br />

boneka dan pesan-pesan yang<br />

disampaikannya.<br />

Nukad Natak (Drama Bertetangga) – sebuah<br />

pertunjukan bertopeng untuk menciptakan<br />

kesadaran terhadap HIV dan penyalah<br />

obat-obat terlarang (atas); Ishara Workshop<br />

– memberi kehidupan kepada boneka<br />

(kanan) dan figur-figur bertopeng (kanan<br />

bawah).<br />

memahami perubahan zaman<br />

dan menyadari perlunya mereka<br />

untuk merubah gaya dan teknik<br />

produksi mereka, kualitas<br />

pendalangan dan bercerita untuk<br />

menyesuaikan diri dengan selera<br />

penonton. Oleh sebab itu, perlu<br />

sekali bagi semua yang terlibat<br />

dalam bentuk seni boneka untuk<br />

memahami sedalam-dalamnya<br />

bahasa seni boneka dan<br />

vokabulari zaman.<br />

Terakhir mungkin tepat apa yang<br />

dikatakan Dadi tentang apa arti<br />

seni boneka sebagai sebuah<br />

bentuk seni. “Saya menganggap<br />

Dadi Pudumjee<br />

diri saya sejajar dengan seorang<br />

pelukis, penulis atau dramawan<br />

yang memakai teknik-teknik baru<br />

dalam suatu konteks tertentu<br />

untuk meningkatkan derajat<br />

karyanya ke tingkat universal dan<br />

kontemporer yang dapat diterima<br />

oleh masyarakat. Jika bentuk<br />

seni ini tetap statis dia pasti akan<br />

kehilangan penonton.” Dan sikap<br />

statis inilah yang berusaha untuk<br />

didobraknya.<br />

◆<br />

Penulis adalah mantan Assistant Director<br />

bagian penerbitan Katha, sebuah usaha<br />

perintis nirlaba di bidang penerjemahan.<br />

Dia menerbitkan Indialog sebagai Chief<br />

Editor, dan pernah juga menjadi Editor,<br />

Indian Horizons, sebuah jurnal triwulanan<br />

mengenai seni dan kebudayaan yang<br />

diterbitkan oleh Indian Council for Cultural<br />

Relations, New Delhi.<br />

Dadi Pudumjee<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 82 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 83


Penghormatan<br />

Avinash Pasricha<br />

Bismillah<br />

&<br />

Benaras<br />

JUHI SINHA<br />

Juhi Sinha<br />

Saya dan tim saya telah<br />

berada di Benaras selama<br />

tujuh hari, dan dua hari<br />

diantaranya kami pergunakan<br />

untuk menemui Ustad<br />

Bismillah Khan. Pekerjaan<br />

kami untuk menyuting kota<br />

Benaras, sungainya, the ghats<br />

dan Benteng Ramnagar telah<br />

selesai, tetapi pertemuan kami<br />

dengan Penerima Bharat Ratna<br />

Ustad Bismillah Khan masih<br />

pending, dan saya tidak bisa<br />

meninggalkan Benaras, tanpa<br />

bertemu dengan orang paling<br />

terkenal di kota tersebut,<br />

Bismillah Khan. Akhirnya, ketika<br />

saya hampir kehilangan harapan,<br />

Benaras: Candi, Mesjid dan Ghat<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 84 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 85


saya menerima pesan telepon<br />

bahwa saya diberi waktu untuk<br />

bertemu dengan Ustad Bismillah<br />

Khan pada pukul sebelas besok<br />

paginya.<br />

Bismillah Khan lahir pada<br />

tanggal 21 Maret 1916, di kota<br />

kecil Dumraon, negara bagian<br />

Bihar, di India Timur. Sebelum<br />

dia, ayah dan kakeknya adalah<br />

pemain-pemain Shehnai pada<br />

istana pangeran Dumraon. Ketika<br />

Bismillah Khan berusia empat<br />

tahun, dia, ibunya, dan seorang<br />

kakak lelakinya, Shamsuddin,<br />

pindah ke Benaras untuk tinggal<br />

bersama kakek Bismillah (ayah<br />

dari Ibunya) dan keluarganya.<br />

Ayah Bismillah, Paighamber Bux,<br />

merasa bahwa Benaras, sebagai<br />

pusat penting seni musik dan<br />

kesenian-kesenian lainnya akan<br />

memberikan peluang-peluang<br />

yang lebih bagus kepada putraputranya.<br />

Apalagi, paman-paman<br />

mereka yang menetap di Benaras<br />

adalah pemain-pemain Shehnai<br />

terkenal dan dapat membimbing<br />

kedua bersaudara ini di bidang<br />

musik.<br />

Dalam perjalanan untuk menemui<br />

Bismillah Khan, saya melewati<br />

jalan-jalan sempit di Benia<br />

Bazar, yang menuju ke sebuah<br />

rumah sederhana yang sekurangkurangnya<br />

telah berumur seratus<br />

tahun, dan memang demikian<br />

kenyataannya. Di kamar tempat<br />

menerima tamu, saya disambut<br />

oleh menantu lelaki Bismillah<br />

Khan Sahib dan sekretarisnya<br />

Khan, Javed, dan putra kedua<br />

dari kelima orang putranya,<br />

Nayyar Hussain. Kamarnya<br />

dingin, dan gembira mendengar<br />

bahwa Bismillah Khan berada di<br />

lantai atas, di teras paling atas.<br />

Saya dan rombongan dibawa ke<br />

atas untuk menemui Khan Sahib<br />

(Pak Khan), karena turun naik<br />

tangga yang sempit dan tua itu<br />

sangat sulit bagi lututnya yang<br />

menderita arthritis itu. Toh, dia<br />

juga sudah berumur delapan<br />

puluh tujuh tahun.<br />

Kesan pertama saya tentang Khan<br />

Sahib adalah senyumnya: hangat,<br />

spontan dan membuat sudutsudut<br />

matanya berkerut sebagai<br />

tanda bahwa dia tulus dan<br />

gembira menerima kedatangan<br />

kami. Tidak lama kemudian<br />

kamera saya mulai beraksi dan<br />

Khan Sahib mulai berbicara.<br />

Saya segera bisa menyimpulkan<br />

bahwa dia dilahirkan sebagai<br />

pencerita, dia senang bercerita,<br />

yang diselang-selingi oleh<br />

anekdot-anekdot nakal dan<br />

menggelitik tentang masa kanakkanaknya,<br />

sampai kepada masa<br />

remaja, pengalaman-pengalaman<br />

spritualnya di tepi sungai Ganga,<br />

pandangannya tentang musik<br />

dan keyakinan bahwa musik ada<br />

unsur ketuhanannya. “Musik, Sur<br />

(nada), Namaz (salat) semuanya<br />

sama. Mereka semuanya menuju<br />

Allah!”<br />

Guru dan mentor Khan Sahib<br />

adalah pamannya (dari garis ibu),<br />

Ustad Ali Baksh, seorang pemain<br />

Shehnai yang terlatih yang main<br />

secara reguler di Kuil Vishwanath.<br />

Seperti yang dipercayai rakyat<br />

setempat, para dewa di banyak<br />

kuil di Benaras ‘terbangun’ pada<br />

waktu subuh, setelah mendengar<br />

alunan musik Shehnai yang<br />

sangat indah dan syahdu. Ali<br />

Baksh mendidik dan melatih<br />

sendiri keponakannya, dan<br />

memperkenalkannya, tidak saja<br />

kepada musik, tetapi juga kepada<br />

berbagai jenis kuliner yang lezat<br />

di Benaras. Kota ini terkenal<br />

Avinash Pasricha<br />

akan sweetnya (penganan yang<br />

manis-manis), dan Bismillah<br />

sangat menyenangi berbagai<br />

jenis makanan yang ditawarkan<br />

Benares. Paman dan keponakan<br />

khusus menikmati ‘mallaiya’,<br />

sejenis es krim khas Benares.<br />

Tetapi dalam kunjungannya ke<br />

Dumraon, kakek Bismillah Khan,<br />

Rasool Bux , memperingatkannya<br />

akan bahaya terlalu banyak<br />

makan, apalagi seorang pemain<br />

Shehnai perlu menjaga kekuatan<br />

hebat paru-parunya. Nasehatnya<br />

kepada cucunya sederhana<br />

sekali, “<strong>No</strong> health, no breath, no<br />

music,” yang maksudnya: kalau<br />

tidak sehat, tidak punya nafas<br />

panjang, maka tidak bisa main<br />

musik. Maka mulailah Bismillah<br />

berolah raga dengan ketat di<br />

tepi sungai Ganga. ‘Kushti’ atau<br />

gulat adalah sejenis olah raga<br />

dari zaman bahelak yang populer<br />

di Benaras, dan Bismillah rutin<br />

melakukannya. Setelah berlatih<br />

musik selama berjam-jam dan<br />

berolah raga dan mandi di sungai<br />

Ganga, dia pulang untuk berlatih<br />

lagi.<br />

Dalam perjalanan pulang, Khan<br />

Sahib melewati Dal Mandi,<br />

sebuat tempat yang terkenal<br />

dengan para penyanyinya. Para<br />

wanita disini menghibur kaum<br />

lelaki dengan lagu-lagu mereka<br />

di malam hari dan diantara<br />

para penyanyi berbakat dan<br />

terkenal India berasal dari Dal<br />

Mandi. Tertarik dengan musik<br />

dan lagu-lagu yang datang dari<br />

rumah-rumah para penyanyi<br />

ini, Bismillah bercerita bahwa<br />

dia akan berhenti di luar<br />

setiap rumah yang dilewatinya<br />

untuk menikmati lagu-lagu<br />

mereka yang merdu. Dalam<br />

tahun-tahun berikutnya,<br />

banyak diantara lagu-lagu ini<br />

menjadi bagian yang permanen<br />

dari repertoirenya, dan dia<br />

memainkannya bahkan pada<br />

konser-konser resmi. Dalam<br />

perjalanannya melalui Dal Mandi<br />

inilah Bismillah Khan menghisap<br />

rokok pertamanya bermerek<br />

“Wills!”, ujarnya, kedua matanya<br />

bersinar mengingat peristiwa<br />

tersebut dengan perasaan geli.<br />

Avinash Pasricha<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 86 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 87


Ketika Khan Sahib tumbuh<br />

menjadi pemuda belasan<br />

tahun, dia, seperti ‘Mamu’ nya<br />

(paman dari garis ibu) biasa<br />

bangun pukul 4-30 pagi, berjalan<br />

menuju sebuah kamar berukuran<br />

kecil, yang terletak tinggi datas<br />

tepi sungai Ganga, dan mulai<br />

latihan-latihan rutinnya setiap<br />

hari.<br />

“Di satu sisi terdapat kuil Balaji,<br />

di sisi lain kuil Mangala Maiyya.<br />

Dibawah mengalir sungai Ganga,<br />

dan diantara tempat-tempat suci<br />

ini, saya latihan meniup Shehnai<br />

setiap pagi dalam suasana subuh<br />

yang hening.”<br />

Dan disinilah Khan Sahib<br />

mengalami pengalaman<br />

spritualnya yang pertama yang<br />

tidak pernah dilupakannya. Dia<br />

melihat sebuah penampakan<br />

Baba Vishwanath berdiri di<br />

depan Shehnainya dia meminta<br />

kepada Khan Sahib untuk<br />

memainkan musiknya untuknya,<br />

tetapi anak yang baru berusia<br />

belasan itu, karena ketakutan,<br />

tidak bisa. Orang yang terlihat<br />

dalam penampakan itu tertawa<br />

dan berkata kepada Khan bahwa<br />

dia akan menikmati hidupnya.<br />

Melalui hidupnya, Bismillah<br />

Khan percaya bahwa berkat Baba<br />

Vishwanath itulah dia sukses<br />

sebagai pemusik.<br />

Benaras telah memberikan<br />

banyak seniman kepada India,<br />

tetapi hanya beberapa orang<br />

seniman saja yang memilih<br />

tetap tinggal disana sepanjang<br />

hidupnya. Tetapi antara<br />

Bismillah Khan dan Benaras serta<br />

sungai Ganga terjalin sebuah<br />

ikatan emosional yang begitu<br />

kuat sehingga sulit baginya<br />

untuk meninggalkan kota ini.<br />

Banyak kota lain yang akan<br />

menyambutnya dengan baik<br />

tetapi batinnya tetap tertambat<br />

kepada Benaras. Sekali pristiwa,<br />

ketika berkunjung ke AS, seorang<br />

kaya yang mengaguminya<br />

meminta Bismillah Khan untuk<br />

tinggal di AS secara permanen.<br />

Apapun yang diinginkannya,<br />

akan disediakannya, janjinya.<br />

Bismillah lalu bertanya apakah<br />

dia dapat memindahkan<br />

sungai Ganga, Kuil Shiva dan<br />

mesjidnya ke AS? Jika tidak, maka<br />

apapun tidak bisa membuatnya<br />

meninggalkan Benaras, karena<br />

Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh merilis perangko peringatan Ustad Bismillah Khan di New Delhi pada tanggal 21 Agustus 2008.<br />

Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi, A. Raja dan Menteri Negara Komunikasi dan Teknologi Informasi,<br />

Jyotiraditya Madhavrao Scindia juga terlihat dalam gambar.<br />

Avinash Pasricha<br />

kemanapun dia bepergian di<br />

dunia ini, katanya, batinnya selalu<br />

ada di Benaras.<br />

Pertemuan saya dengan Bismillah<br />

Khan telah selesai, dan ketika<br />

saya meninggalkan rumahnya<br />

saya tahu bahwa saya akan<br />

selalu merasa terhormat bahwa<br />

saya pernah bertemu dengan,<br />

tidak saja salah seorang seniman<br />

terbesar yang pernah dimiliki<br />

India, tetapi seorang yang begitu<br />

luar biasa dan sederhana. Status<br />

monumental sebagai seorang<br />

seniman, suksesnya yang luar<br />

biasa di dunia musik, sangat<br />

berbeda dengan kepribadian<br />

dan gaya hidupnya yang simpel.<br />

Dia telah meraih setiap bentuk<br />

national award, termasuk award<br />

tertinggi yang diberikan kepada<br />

seorang sipil, yakni Bharat<br />

Ratna, dan setiap konser yang<br />

diselenggarakannya selalu<br />

membawa jumlah besar uang<br />

kedalam pundi-pundinya.<br />

Tetapi kebutuhan-kebutuhannya<br />

sendiri minim sekali.<br />

Penghasilannya tidak saja<br />

untuk membiayai keluarganya<br />

yang besar tetapi juga banyak<br />

keluarga-keluarga lain dan<br />

tetangga-tetangganya yang<br />

kekurangan.<br />

Pada tanggal 21 Agustus 2006,<br />

Bismillah Khan meninggal<br />

dunia. Bangsa India bersedih<br />

dengan kehilangan salah seorang<br />

seniman besar mereka ini. Dia<br />

diberi penghormatan dengan<br />

21 tembakan meriam dan<br />

pengibaran bendera nasional<br />

India setengah tiang. Tributes<br />

atau penghormatan berdatangan<br />

dari seluruh dunia, dan semua<br />

saluran televisi menyiarkan<br />

langsung upacara pemakamannya<br />

dari Benaras. Saya pun ikut<br />

menyatakan rasa belasungkawa,<br />

tetapi bagaimanapun juga<br />

kenang-kenangan saya yang<br />

langgeng dengan Bismillah Khan<br />

sebagai seorang yang pernah saya<br />

temui di Benaras adalah bahwa<br />

dia adalah seorang lelaki yang<br />

penuh daya hidup yang pada usia<br />

hampir sembilan puluh tahun,<br />

masih bisa tersenyum terhadap<br />

ketimpangan-ketimpangan dan<br />

keanehan-keanehan hidup dan<br />

dunia.<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang sineas film<br />

dokumenter.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 88 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 89


Sebuah kombinasi yang luar<br />

biasa berbakat antara Ibu<br />

dan Putrinya, Daksha Sheth<br />

dan Isha, walaupun sama-sama<br />

cinta berat kepada seni tari, tetapi<br />

mereka sangat berbeda, masingmasing<br />

punya kepribadian sendirisendiri.<br />

Daksha punya reputasi<br />

sebagai choreographer/penari<br />

dengan keahlian pada seni tari<br />

Kathak, Mayurbhanj Chhau dan<br />

Kalarippayattu. Isha yang masih<br />

muda dan ahli main anggar dan<br />

Ibu dan Putri<br />

Dimana Tari adalah Kehidupan<br />

LEELA VENKATARAMAN<br />

Kalarippayattu, adalah seorang<br />

penari, seorang aktris teater dan<br />

film serta seorang aerialist, yang<br />

sangat cekatan dengan teknik<br />

menyeimbangkan diri diatas seutas<br />

tali, sebuah seni akrobatik yang<br />

berasal dari Mallakhamb, Kerala.<br />

Kita mungkin bisa salah<br />

menilai Daksha Sheth, melihat<br />

dari luarnya yang kasual dan<br />

sederhana. Tetapi kita dengan<br />

mudah bisa mengetahui bahwa<br />

Daksha dan Isha di kamar rias<br />

figur yang mungil dan pendiam<br />

ini memiliki tekad yang kuat,<br />

watak yang keras, orang yang<br />

sepanjang hidupnya keras<br />

mempertahankan pilihanpilihannya,<br />

apapun resikonya.<br />

“Takdir telah menentukan<br />

nasib saya dengan Tari. Kalau<br />

bukan, bagaimana orang bisa<br />

menerangkan bahwa Ibu saya<br />

yang kebetulan sedang sibuk<br />

mencari seorang guru tari Kathak<br />

yang bagus untuk saya, di kota<br />

Ahmedabad, (dimana kata Kathak<br />

itu sendiri bahkan tidak dikenal<br />

orang), tiba-tiba bertemu dengan<br />

Kumud Behen (Kumudini Lakhia,<br />

koreografer/guru tari Kathak<br />

terkenal) yang , setelah menikah<br />

dengan seorang lelaki Gujarat,<br />

datang ke kota Ahmedabad untuk<br />

menetap disana!” Guru utama<br />

tari Kathaknya, Kumudini Lakhia,<br />

(yang banyak membantu Daksha<br />

Sheth dalam menjadikannya<br />

seorang penari Kathak terkenal,<br />

dengan sikap tubuhnya yang<br />

berdiri lurus dan berjalan penuh<br />

percaya diri seperti seorang ratu)<br />

menambahkan, “Ibunya membawa<br />

dia kepada saya sebagai seorang<br />

gadis cilik. Melihat dia memakai<br />

sepatu yang tumitnya miring, saya<br />

putuskan bahwa yang pertama<br />

kali yang harus saya lakukan<br />

Subi Samuel<br />

adalah melatihnya bagaimana cara<br />

menyeimbangkan diri sepenuhnya<br />

pada waktu berdiri. Kini dapat<br />

saya katakan bahwa dia adalah<br />

salah seorang seniwati terbaik<br />

yang telah berhasil saya bentuk.”<br />

Memang demikian kenyataannya.<br />

Diatas panggung, Daksha adalah<br />

seorang pribadi yang telah<br />

berubah, setiap gerakannya sarat<br />

dengan kekuatan dan ketenangan<br />

yang dramatis, kualitas yang<br />

mungkin selama bertahun-tahun<br />

belum berhasil dikuasai seorang<br />

penari. Dengan tubuhnya yang<br />

sangat bagus keseimbangannya,<br />

dia adalah pilihan yang tepat<br />

dan alami untuk menarikan<br />

Mayurbhanj Chhau, dengan satu<br />

Isha (kiri) dan Daksha (bawah) dalam<br />

pose-pose yang memukau.<br />

Devissaro<br />

Devissaro<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 90 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 91


Devissaro<br />

kaki digoyang-goyangkan diudara,<br />

dan satu kaki lagi bertahan diatas<br />

lantai. Bahkan dalam tarian<br />

yang harus dibawakan secara<br />

berkelompok pun, dia selalu<br />

terlihat lebih lincah dari penaripenari<br />

lain. Pada awal 1980-an<br />

pada waktu penyelenggaraan<br />

Kathak Mahotsav (Festival<br />

Tarian-Tarian Kathak) yang<br />

diselenggarakan oleh sebuah<br />

lembaga bernama Kathak Kendra,<br />

penari ini (Daksha Sheth) dalam<br />

presentasi solonya membawakan<br />

sebuah tarian berjudul “The<br />

Seasons”, yang gerakan-gerakan<br />

khas tarian Kathak dikoregrafnya<br />

sendiri, matching dengan musik<br />

ciptaan komposer Barat Vivaldi.<br />

Sebagian besar generasi muda<br />

para penari Kathak tradisional,<br />

dengan mata terbelalak seolaholah<br />

tidak percaya dan tidak<br />

setuju dengannya, langsung<br />

mengerumuninya dibalik pentas<br />

untuk memberikan ucapan<br />

selamat dan menyatakan<br />

kekaguman mereka terhadapnya.<br />

“Bagi saya, menciptakan karya<br />

sendiri seperti Toda, Tukda atau<br />

Tihai adalah sebuah kebanggaan<br />

dan kepuasan. Bukankah ini<br />

hadiah paling besar yang dapat<br />

dipersembahkan seorang murid<br />

kepada gurunya? Sama saja<br />

seperti orang tua yang merasa<br />

bangga dengan prestasi dan<br />

keberuntungan anak-anaknya<br />

melebihi mereka. Cara saya ini<br />

dalam menciptakan kesegaran<br />

terhadap kesenian kita sendiri,<br />

dan menambahkan bahwa apa<br />

yang telah diberikan guru kepada<br />

saya seperti “Kummiben” dan<br />

Maharajji telah memberikan<br />

kepuasan tersendiri bagi saya.”<br />

Ketika ditanya mengapa dia masih<br />

menginginkan latihan-latihan<br />

Daksha dengan Devissaro (atas) dan dalam<br />

Search for my Tongue (halaman samping).<br />

dibawah bimbingan Pandit Birju<br />

Maharaj, setelah bertahun-tahun<br />

sukses dalam menciptakan inovasi<br />

sendiri dibawah bimbingan<br />

Kumudini Lakhia, Daksha<br />

Sheth menjawab, “Untuk dapat<br />

memahami dalamnya tradisi tarian<br />

Kathak ini. Saya tidak mencari<br />

koreografi-koreografi baru dari<br />

Maharajji. Dia adalah seorang<br />

‘gharanedar’, (pendukung<br />

tradisi), saya menemuinya untuk<br />

memahami lagi dengan sebaikbaiknya<br />

rahasia-rahasia tradisi,<br />

dan dia memberikannya dalam<br />

jumlah yang sangat banyak.”<br />

Tetapi rasa lapar Daksha<br />

yang belum terpuaskan akan<br />

pengalaman-pengalaman di<br />

bidang seni tari, pada hal Pandit<br />

Birju Maharaj dan Kumudini<br />

Lakhia telah mewariskan<br />

semuanya kepadanya, telah<br />

mendorongnya untuk belajar<br />

ke Mayurbhanj Chhau,<br />

setelah Daksha menyaksikan<br />

Guru Krishnachandra Nayak<br />

memberikan pelajaran tari di<br />

Bharatiya Kala Kendra. Disini<br />

jugalah dia (Daksha ) bertemu<br />

dengan penari Australia, dengan<br />

gaya footloose dan fancy-freenya,<br />

bernama Devissaro, yang<br />

Dhiraj Chawla<br />

ditakdirkan untuk menjadi parner<br />

hidupnya. Tinggal sekamar<br />

dengan seorang murid pemusik<br />

Dhrupad Fahimuddin Dagar,<br />

Devissaro yang menyukai seni<br />

Dhrupad (musik vokal klasik<br />

India) memiliki pengetahuan<br />

yang mendalam tentang musik<br />

India. Karena sama-sama<br />

berpikiran independen, dan tidak<br />

terintimidasi oleh masyarakat dan<br />

kebiasaan-kebiasaannya, Daksha<br />

dan Devissaro segera menjadi<br />

pasangan yang tak terpisahkan,<br />

Daksha malah sampai mau<br />

(bahkan membuat Devissaro<br />

kaget) dibawa ber-hitchhiking<br />

dengan membonceng pada sepeda<br />

Devissaro yang sudah sering<br />

masuk bengkel itu, dan berkalikali<br />

onderdilnya diganti. Karena<br />

sering menjadi bahan gosip yang<br />

enak, dimana cewek-cewek<br />

mau diboncengi oleh cowok<br />

dengan sepedanya adalah suatu<br />

hal yang sangat tidak lumrah di<br />

India, pasangan ini memutuskan<br />

untuk menikah. Kedua orang<br />

tua Daksha (ayahnya seorang<br />

businessman kaya) tidak gembira<br />

ketika dia memperlihatkan<br />

sebuah foto Devissaro dengan<br />

pakaian Yoga, yang menegaskan<br />

kekhawatirannya bahwa<br />

putrinya telah menetapkan<br />

pilihan yang bertentangan<br />

dengan keinginan mereka. Lalu<br />

datanglah sebuah telegram<br />

bahwa ibu Daksha sedang sakit,<br />

ini berarti sebuah alasan yang<br />

kuat untuk menjauhkan Daksha<br />

dari Devissaro. Tetapi Daksha<br />

menjawab dengan tenang bahwa<br />

ada empat orang anak lagi di<br />

rumah yang dapat merawat<br />

Ibu jika memang diperlukan.<br />

Tetapi dalam perjalanan waktu<br />

dan melalui interaksi-interaksi<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 92 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 93


Devissaro<br />

Devissaro<br />

Daksha dalam komposisi-komposisi berbeda (atas dan halaman samping)<br />

Avinash Pasricha<br />

yang lebih dekat, kedua orang<br />

tuanya akhirnya berubah sikap<br />

dan, untuk mengutip Devissaro,<br />

“Kedua mertua saya, yang<br />

sebelumnya enggan menerima<br />

saya, ternyata paling manis dan<br />

kooperatif.”<br />

Tanpa sepengetahuan guru-guru<br />

tari Kathaknya, Daksha pergi<br />

ke Baripada (di Orissa), tempat<br />

asalnya aliran Mayurbhanj<br />

Chhau. Walaupun kota ini<br />

terbagi kedalam kasta-kasta<br />

(para penari dianggap berkasta<br />

tinggi di salah satu sisi sungai<br />

dekat istana, dan terpisah dari<br />

orang-orang berkasta rendah<br />

yang tinggal di sisi lainnya),<br />

Daksha tidak mengindahkan<br />

para tetua yang melarangnya<br />

dan menyuruhnya kembali ke<br />

tempat asalnya karena Chhau<br />

hanya diperuntukkan bagi kaum<br />

lelaki dan bukan untuk seorang<br />

gadis “berkasta tinggi”. Setelah<br />

banyak belajar dari tokoh-tokoh<br />

seperti Lal Mohan Patro, seorang<br />

musisi yang banyak mengetahui<br />

tentang tari, Krishnachandra Sen<br />

dan lain-lain, Daksha berhasil<br />

menguasai banyak komposisi,<br />

sebuah tape recorder kepunyaan<br />

seorang teman Amerikanya<br />

telah membantunya merekam<br />

semua lagu-lagunya. “Chhau<br />

telah merubah persepsi saya<br />

dan membuka banyak pintu<br />

bagi saya, karena saya selalu<br />

menyenangi gerakan-gerakan<br />

kaki di udara, kontras dengan<br />

gerakan-gerakan kaki di lantai<br />

pada tari Kathak. Dengan<br />

gerakan-gerakan indah kaki di<br />

udara, aliran tari Chhau telah<br />

memberikan suatu keseimbangan<br />

vokabulari yang bagus bagi saya<br />

untuk berkarya.”<br />

Setelah menikah, pasangan<br />

Daksha-Devissaro pindah ke<br />

Brindavan. “Sayalah yang selalu<br />

mengambil keputusan-keputusan<br />

berdasarkan intuisi-intuisi, tanpa<br />

memperdulikan baik buruknya.<br />

Dan Brindavan dengan penyair<br />

oktogenaria (berusia 80-an)<br />

Kavi Kalyan Sharma, pada masa<br />

itu menjadi sorga yang penuh<br />

peluang dengan syair-syairnya<br />

yang sering dinyanyikan. Dengan<br />

mengklaim Vallabhacharya<br />

sebagai guru keluarganya,<br />

Dhrupad, Dhamar, seluruh<br />

koleksi syair penyair Ashtachhap<br />

bisa diperoleh melaluinya.<br />

“Saya punya seorang teman<br />

penyanyi hebat dari Barsana,<br />

dan Kalyanjilah yang menulis<br />

kembali komposisi Govindlila<br />

sendiri, untuk membuatnya<br />

cocok untuk ditarikan. Ketika<br />

saya mengkoreograf tari Kathak<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 94 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 95


Devissaro<br />

Isha dalam Sarpa-gati (halaman samping) dan dalam Bhukham<br />

Devissaro<br />

sesuai dengan komposisikomposisi<br />

ini, para penonton<br />

sangat menyukainya dan kuil-kuil<br />

seperti Radha Raman, Banke<br />

Bihari, Govindlila, semuanya<br />

mulai mengundang saya untuk<br />

menarikan Kathak sebagai<br />

persembahan kepada Dewa. Ini<br />

benar-benar sebuah pengalaman<br />

yang tak terlupakan, sebab ketika<br />

sebuah tarian menjadi sebuah<br />

persembahan kepada dewa,<br />

(nritya-seva), nadanya sangat<br />

indah sekali. Hanya saya, tarian,<br />

dengan Dewa yang ada di depan.<br />

“Kami menghadirkan sebuah<br />

pemandangan yang ganjil, karena<br />

pada waktu itu saya dan kedua<br />

anak-anak dan Isha yang masih<br />

berusia enam tahun dan Tao<br />

yang lebih kecil akan masuk<br />

dulu kedalam sebuah riksya,<br />

lalu diikuti oleh para musisi<br />

mengikuti dari belakang dengan<br />

riksya lain. Maka menjadilah kami<br />

sebuah rombongan pemusik<br />

pengelana dan masyarakat pun<br />

ikut memberikan dorongan<br />

besar mereka. Tetapi masa-masa<br />

yang sangat menggembirakan<br />

ini tiba-tiba berakhir dengan<br />

meninggalnya Kalyanji yang<br />

menderita TBC stadium akhir<br />

(kami tidak pernah tahu hal ini),<br />

dan hidup di Brindavan menjadi<br />

sulit. Kami putuskan untuk<br />

pindah.”<br />

Kemudian keluarga ini memulai<br />

usaha lain lagi setelah pindah<br />

ke Thiruvananthapuram<br />

(Trivandrum) di Kerala, dimana<br />

setelah melalui tahun-tahun<br />

pertama yang sulit, pasangan ini<br />

mendirikan sebuah kampus yang<br />

cukup bagus. Keempat mereka,<br />

selama bertahun-tahun dengan<br />

menggunakan kenderaan roda<br />

dua, berkeliling, bukan untuk<br />

berpiknik tetapi untuk memajukan<br />

usaha mereka. Mereka bahkan<br />

pernah mengalami sebuah<br />

kecelakaan, tetapi tidak ada<br />

dari mereka yang terluka. Ayah<br />

Daksha tidak lama kemudian<br />

mengirimkan sebuah mobil untuk<br />

mereka, dan berkata, “Pakai<br />

mobil ini. Tidak boleh lagi pakai<br />

kenderaan roda dua karena saya<br />

belum siap mendengar kalian<br />

mendapat kecelakaan lagi.”<br />

Meniti karir sebagai senimanseniman<br />

mapan di bidang seni<br />

tari Kathakali dan Kalarippayattu,<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 96 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 97


tidaklah mudah. Meskipun<br />

kurang cocok, mereka menyewa<br />

beberapa penari muda untuk ikut<br />

mereka, “yang kami gaji untuk<br />

mempelajari seni tari dan menjadi<br />

bagian dari rombongan tari kami.<br />

Saya pikir hanya kamilah contoh<br />

guru-guru tari yang membayar<br />

murid-muridnya yang mau datang<br />

untuk belajar, dan bukannya<br />

dibayar untuk mengajar. Tetapi,<br />

berkat masa-masa sulit yang<br />

kami lalui itu, mutu karya-karya<br />

kami dan undangan-undangan<br />

untuk mengadakan pertunjukan<br />

di luar negeri, telah membuat<br />

kami berkesinambungan.<br />

Profesionalisme kami,<br />

pencayahaan kami, ketrampilan<br />

organisatoris kami, semuanya<br />

mendapat penghargaan.”<br />

Rombongan kami diminta untuk<br />

mengadakan pertunjukan di<br />

Kennedy Centre, New York, tahun<br />

berikutnya. Setelah berkeliling ke<br />

berbagai negara, Daksha berkata<br />

bahwa pengalamannya yang<br />

paling bagus dan mengesankan<br />

adalah mengadakan pertunjukan<br />

di Indonesia, “meskipun kami<br />

memperoleh standing ovation<br />

dimana-mana.”<br />

Dimana rumah kami disitulah<br />

jantung kami – hal ini jelas dari<br />

ucapan pasangan ini tentang<br />

rumah mereka. “Kami telah<br />

menanam 600 batang pohon di<br />

halaman kami. Kami bertetangga<br />

dengan sebuah keluarga yang<br />

memelihara banyak anjing dan<br />

kucing – dan jangan lupa ular-ular<br />

kobra yang sering berkunjung ke<br />

studio kami ketika kami sedang<br />

berlatih. Kami mengusir mereka<br />

secara pelan-pelan dan mereka<br />

pun pergi secara diam-diam, dan<br />

kami pun terus berlatih. Semua<br />

orang tahu bahwa disini tidak<br />

seorang pun boleh membunuh<br />

makhluk hidup apapun. Kita<br />

harus berbagi bumi ini,” kata<br />

Devissaro tegas.<br />

Dengan memadukannya<br />

dengan apa yang diperolehnya<br />

dari aliran-aliran Kathak, dari<br />

Kalarippayattu, dari Chhau dan<br />

inovasi-inovasinya sendiri, karyakarya<br />

Daksha mempunyai ciri-ciri<br />

dan gaya yang unik, dimana yang<br />

tradisional bercampur dengan<br />

yang kontemporer dalam suatu<br />

bentuk baru. ‘Sarpa-gati’ pada<br />

tahun 1996, dengan Isha dan<br />

Daksha dalam sebuah postur yang menonjol<br />

parner prianya mempertunjukkan<br />

Mallakhamb dengan merayap<br />

seperti ular turun naik tali yang<br />

tergantung dari loteng cukup<br />

membuat penonton ternganga.<br />

Mahishasura-mardini, Bhukham,<br />

Kal Chakra, Vastra (karya ini<br />

sedang dalam penyelesaian),<br />

Silence is a Rhythm, Govindlila,<br />

Ashtayam, Yagna , Chhaya,<br />

Time Piece, – semua karya-karya<br />

Daksha ini adalah ciptaannya<br />

dalam berbagai manifestasi.<br />

Dalam menarikan, Search for my<br />

Tongue Daksha secara tiba-tiba<br />

muncul dari tumpukan daun-daun<br />

Avinash Pasricha<br />

kering dengan gerakan-gerakan<br />

yang dramatis. Period costume,<br />

pencahayaan, konsepsualisasi<br />

musik dan aural direction adalah<br />

ide Devissaro. Dengan menyebut<br />

dirinya sebagai seorang penjudi<br />

yang alami, Daksha mengakui<br />

bahwa dia memang nyaman<br />

dengan ketidakpastian. “Saya<br />

mendambakan keberhasilan,<br />

tetapi saya tidak khawatir dengan<br />

kegagalan”.<br />

Anak-anak dari pasangan ini yang<br />

sangat berbeda dari senimanseniman<br />

biasa lainnya harus<br />

bersikap individual menurut<br />

kemampuan sendiri. Dan memang<br />

begitulah adanya.<br />

Putra mereka, Tao, yang telah<br />

menjadi sebuah rhythm machine<br />

pada waktu baru berumur dua<br />

tahun, dan mahir bermain dengan<br />

matra-matra 7,9, dan 11, padahal<br />

dia baru saja mulai belajar bicara,<br />

kini telah menjadi seorang<br />

pemusik hebat dengan semua<br />

jenis alat perkusi.<br />

Putri mereka, Isha yang sibuk<br />

berlatih setiap hari dari pukul 6.30<br />

sampai 8.30 malam, menganggap<br />

dirinya seorang aktor yang juga<br />

menari atau seorang penari<br />

yang juga kadang-kadang juga<br />

berakting. “Saya berpendapat<br />

bahwa saya termasuk hanya<br />

kedalam satu kategori saja, yaitu<br />

seorang performing artist. Dan<br />

ibu telah merencanakan karir<br />

saya seperti itu, sehingga saya<br />

bisa siap dengan peran apa saja<br />

yang diinginkan oleh peran apa<br />

saja, kapan saja. Saya juga berlatih<br />

Yoga, dan itulah yang membuat<br />

saya bisa menjalani skedul-skedul<br />

saya yang berat dalam menekuni<br />

pekerjaan saya,” ujar Isha.<br />

Duet tali Sarpa-gati<br />

“Menurut anda, apakah prestasi anda<br />

terbesar dalam hidup sejauh ini?”<br />

“Sejak dari dulu saya menilai<br />

bahwa saya dilatih oleh orang<br />

tua saya dalam gaya hidup satvik,<br />

sejak di Kerala, kampung saya.<br />

Kami sangat dekat dengan bumi.<br />

Kami cinta dengan aromanya,<br />

kami menanam bahan-bahan<br />

pangan dan sayur-sayuran kami<br />

sendiri – kami berbagi lahan<br />

dengan makhluk-makhluk hidup<br />

lainnya, bekerja mengolah tanah<br />

berjam-jam setiap hari, makan<br />

makanan satvik. Bukan saja Yoga<br />

sebagai olah raga kami, tetapi<br />

menjalankan hidup sebagai<br />

Peyoga. Kakak lelaki saya menjadi<br />

anggota sebuah Band dan hebat<br />

dalam ritme(rhythm). Saya<br />

mencintai hidup ini.”<br />

Devissaro<br />

Bagaimana karir anda<br />

dibandingkan dengan karir dalam<br />

industri film?<br />

“Sangat berbeda”, katanya sambil<br />

tertawa. “Di dalam studio saya<br />

tidak akan berpikir dua kali untuk<br />

menyapu lantai tempat saya<br />

menari. Saya tidak bisa melakukan<br />

ini ketika sedang berlatih untuk<br />

film. Tetapi saya tidak suka<br />

mencari glamour seperti itu.<br />

Hidup ini terlalu pendek. Saya<br />

ingin memanfaatkan hidup ini<br />

sepenuhnya. – semakin banyak<br />

ketrampilan yang bisa saya raih,<br />

semakin bagus. Saya selalu<br />

berusaha sebaik-baiknya untuk<br />

apapun yang saya kerjakan.”<br />

Bagaimana dengan ikatan<br />

romantisnya?<br />

“Belum ada sampai saat ini. Saya<br />

sudah merasa senang karena<br />

dapat melakukan apa yang ingin<br />

saya lakukan. Saya tidak suka<br />

berakting untuk iklan-iklan, ini<br />

bukan sebuah pernyataan. Jadi<br />

diri saya sendiri adalah penting<br />

bagi saya.”<br />

Secara ringkas Isha berkata<br />

tentang karirnya. “Bagi saya<br />

bekerja adalah adalah hidup. Saya<br />

tidak perduli tentang bagaimana<br />

orang menyebutnya: sukses,<br />

gagal. Saya tidak mengejar<br />

pakaian-pakaian sesuai mode dan<br />

bagus-bagus. Saya adalah apa<br />

adanya saya. Kegembiraan itu<br />

ada dalam perjalanan hidup itu<br />

sendiri, bukan dalam mencapai<br />

apa yang diangan-angankan.<br />

Kebahagiaan terletak dalam<br />

keinginan itu sendiri.”<br />

◆<br />

Penulis adalah seorang pengamat seni tari<br />

dan telah menulis sejumlah buku tentang<br />

seni tari klasik India.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 98 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 99


Karya Lukis Pada<br />

India House, London<br />

ASOKE MUKERJI<br />

Ketika Sir Herbert Baker mendesain gedung baru untuk Komisi Tinggi India<br />

(India House) di London pada tahun 1920-an, dia merencanakan high vaulted<br />

ceilings (atap-atap lengkung yang tinggi) untuk lantai dasar, serta sebuah<br />

kubah tengah yang besar, sebagai ruang-ruang (spaces) yang siap untuk didekorasi.<br />

Komisaris Tinggi India, Sir Atul Chatterjee, yang mengusulkan pembangunan India<br />

House pada tahun 1925, diminta oleh Sir William Rothenstein (1872-1945), Principal<br />

(Dekan) Royal College of Art di London, agar memilih para pelukis dari India<br />

untuk melukis ruang-ruang kosong ini di bagian resepsi gedung baru itu. Pekerjaan<br />

membuat lukisan-lukisan dinding (murals) itu baru dimulai setelah gedung tersebut<br />

diresmikan pembukaannya pada tanggal 8 Juli 1930 oleh Raja King George V, dan<br />

rampung pada bulan Januari 1932.<br />

Ciri yang paling mengesankan dari India House dilihat dari bidang seni adalah<br />

ikatan organisnya dengan gerakan-gerakan kontemporer dalam kesenian<br />

India, khususnya Aliran Kesenian Bengala. Kenyataan ini pada umumnya lebih<br />

disebabkan oleh visi Rothenstein, yang pernah aktif dalam Royal Society of<br />

Arts di London. Bersama dengan Ernest Binfield Havell (1861-1934), mantan<br />

Dekan The Government School of Art di Calcutta pada tahun 1896-1905, Ananda<br />

Coomaraswamy (1877-1947), Lady Christiana Herringham (1852-1947), dan Thomas<br />

Arnold, antara lain, Rothenstein mendirikan India Society pada tanggal 13 Januari<br />

1910 dengan maksud agar masyarakat dapat menghargai seni rupa India. Adalah<br />

Coomaraswamy yang memperkenalkan Rothenstein kepada karya-karya seniman<br />

terkemuka India dari aliran “Calcutta”, Abanindranath Tagore.<br />

Rothenstein dalam sebuah tulisannya menceritakan tentang kunjungannya ke<br />

India yang disebutnya sebagai “An Indian Pilgrimage”, bahwa keputusannya untuk<br />

melancong ke India pada tahun 1910 untuk menyaksikan sendiri perkembangan<br />

kesenian di India adalah berkat Lady Herringham. Sebelum melakukan kunjungan<br />

ke India, Rothenstein pernah diperingatkan oleh Sir Richmond Ritchie, Secretary<br />

pada Political and Secret Department di India Office, bahwa “simpatinya untuk<br />

bangsa India dan segala sesuatu yang berbau India akan mendorong kaum<br />

Nasionalis” tetapi peringatan ini tidak diindahkannya.<br />

Kuadran Barat yang dilukis oleh Sudhansu Sekhar Choudhury<br />

Kuadran Timur dilukis oleh Lalit Mohan Sen<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 100 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 101


Masa kanak-kanak (Balyavastha) oleh Dhirendra Krishna Deb Barman<br />

Kerja (Karma) oleh Dhirendra Krishna Deb Barman<br />

Kunjungan Rothenstein ke Benaras meninggalkan kesan yang mendalam pada<br />

dirinya, “pemandangan yang padat dengan manusia, sarat dengan warna-warna dan<br />

sangat sibuk” itu mengingatkannya kepada sebuah “kota klasik; kepada Corinth atau<br />

Carthage; dan lagi-lagi kepada jalan-jalan yang padat dengan manusia, pada zaman<br />

pertengahan di Roma”. Lukisannya berjudul “Sunset at Benaras” dihadiahkan kepada<br />

India House setelah gedung tersebut dibuka pada tahun 1930, dan tergantung di<br />

Nehru Hall gedung tersebut dewasa ini.<br />

Ketika tiba di Calcutta, Rothenstein disambut oleh Abanindranath Tagore, dan<br />

saudaranya Goganendranath, yang membawanya ke rumah keluarga mereka,<br />

Jorasanko. Rothenstein dipertemukan dan berinteraksi dengan para seniman yang<br />

tergabung dalam Indian Society of Oriental Art di Calcutta. Selain Abanindranath dan<br />

Goganendranath Tagore, kelompok ini juga dianggotai oleh Nandalal Bose dan Asit<br />

Halder. Abanindranath dan para kontemporernya telah mempopulerkan gerakan seni<br />

kontemporer mereka, yang kemudian terkenal sebagai “Bengal School” atau Aliran<br />

Bengala. Mereka melihat ke mural-mural purba dan lukisan-lukisan miniatur India<br />

dari zaman pertengahan untuk mendapatkan inspirasi dalam pemilihan subject matter<br />

dan dalam penggunaan bahan-bahan seperti tempera. Secara signifikan, gaya-gaya<br />

dan pengaruh-pengaruh ini diekspresikan secara ekswisit dalam corak kesenian India<br />

House dua puluh tahun kemudian.<br />

Pada bulan Februari 1911, Rothenstein untuk pertama kalinya bertemu dengan<br />

paman Abanindranath, Rabindranath Tagore. Rothenstein sangat terkesan dengan<br />

Rabindranath, yang dilukiskannya sebagai “salah seorang manusia paling cemerlang<br />

pada masa ini.” Pertemuan antara pujangga India dan seniman Inggris ini terbukti<br />

sangat penting artinya dalam mempropagandakan daya tarik dan kreativitas pemikiran<br />

kaum nasionalis India di Barat. Rabindranath mengunjungi Inggris pada tahun 1912<br />

dan 1913. Diatas kapal yang ditumpanginya, dia membawa puisi-puisinya dalam<br />

Gitanjali, menuliskan terjemahan-terjemahan Inggrisnya dalam sebuah buku catatan.<br />

Setelah tiba di Inggris pada tanggal 16 Juni 1912, Tagore mencari Rothenstein, yang<br />

mengambil buku catatan Tagore yang berisi terjemahan-terjemahan puisi-puisinya itu<br />

dan mengetik salinannya. Pada tanggal 7 Juli 1912 Rothenstein mempersiapkan sebuah<br />

acara untuk pembacaan puisi-puisi Tagore tersebut di rumah sewaannya di Hampstead<br />

oleh penyair W.B. Yeats. Pada tanggal 1 <strong>No</strong>pember 1912, India Society menerbitkan<br />

sebuah edisi terbatas (750 eksemplar, 500 diantaranya untuk anggota dan 250 untuk<br />

dijual kepada umum) dari Gitanjali: Song Offerings berisikan terjemahan-terjemahan<br />

Inggris dari 103 puisi, dengan sebuah kata pengantar oleh Yeats dan sebuah sketsa<br />

(lukisan) pensil dari diri Tagore yang dibuat oleh Rothenstein. Gitanjali memenangkan<br />

Hadiah <strong>No</strong>bel untuk Sastra pada tahun 1913. Tagore mempersembahkan penerbitan<br />

tersebut kepada Rothenstein.<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 102 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 103


Viceroy’s House – sekarang menjadi Rashtrapati Bhawan (Istana<br />

Presiden) – di New Delhi. Dia juga adalah salah seorang yang ikut<br />

kompetisi untuk membuat lukisan-lukisan mural di India House.<br />

Ranada Charan Ukil adalah yang termuda dari Ukil Bersaudara<br />

yang terkenal itu. Sarada Ukil (1889-1940), adalah mantan murid<br />

Abanindranath Tagore, yang datang ke Delhi pada tahun 1918 sebagai<br />

Guru Seni (Arts Teacher) pertama di Modern School, yang terletak di<br />

Daryaganj <strong>No</strong>. <strong>24</strong> dan dikelola oleh teman Sarada Lala Raghubir Singh.<br />

The Sarada Ukil School of Art didirikan di Delhi pada tahun 1926. Dua<br />

tahun kemudian, melalui “inisiatif yang aktif dan sungguh-sungguh<br />

dari Ukil Bersaudara yang terkenal itu: Sarada, Barada dan Ranada”,<br />

berdirilah All India Fine Arts and Crafts Society (AIFACS) di New Delhi,<br />

untuk “menyebarluaskan seni dan kebudayaan di India dan di luar<br />

negeri, dan untuk mengupayakan peningkatan dan perbaikan nasib<br />

seniman-seniman di India khususnya.”<br />

Dhirendra Krishna Deb Barman, lahir tahun 1903, belajar seni di<br />

Santiniketan dibawah bimbingan Nandalal Bose antara 1919 dan 1928.<br />

Dia meneruskan kuliahnya untuk berspesialisasi di bidang melukis<br />

mural di Royal College of Art in London. Setelah menyelesaikan<br />

proyeknya di India House, dia ditunjuk sebagai Principal dari Kala<br />

Bhawan di Santiniketan.<br />

Kubah Tengah yang megah<br />

Komisaris Tinggi Sir Atul Chatterjee meneruskan proposal untuk<br />

melukis interior India House tersebut kepada Pemerintah India di<br />

New Delhi. Chief Commissioner Delhi, Sir John Perronet Thomson,<br />

mengetuai sebuah panitia tingkat tinggi dan pantia inilah yang memilih<br />

empat orang seniman dari delapan puluh orang yang melamar.<br />

Keempat seniman yang sukses ini adalah Lalit Mohan Sen (Lucknow),<br />

Ranada Charan Ukil (Delhi), Dhirendra Krishna Deb Barman<br />

(Santiniketan) dan Sudhansu Sekhar Choudhury (Calcutta). Mereka<br />

diberangkatkan ke Inggris untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut di<br />

Royal College of Art dibawah pengarahan Rothenstein.<br />

Sudhansu Sekhar Choudhury, lahir pada tahun 1903, belajar dibawah<br />

bimbingan Abanindranath dan Gogendranath Tagore di Indian Society<br />

of Oriental Arts, Calcutta. Dia mengunjungi Thailand dan Kamboja<br />

pada tahun 1928, dan juga ikut kompetisi melukis mural di India<br />

House setahun kemudian. Choudhury, yang tinggal di Inggris antara<br />

Lantai ruang masuk mempunyai dua belas lambang-lambang indah<br />

dari provinsi-provinsi di India<br />

Keempat seniman ini relatif kurang dikenal, tetapi lukisan-lukisan<br />

mereka memiliki semangat seni dan teknik seni kontemporer India.<br />

Lalit Mohan Sen, lahir di kota Nadia di Bengala pada tahun 1898,<br />

pindah ke Lucknow pada tahun 1912. Setelah mempelajari seni lukis<br />

dinding (mural) di Royal College of Art, London, pada tahun 1926, dia<br />

kembali ke Lucknow untuk bekerja sebagai Superintendent, Drawing<br />

and Teacher’s Training Class (Sekolah Guru Melukis dan Menggambar)<br />

pada tahun 1929. Pada tahun itu, juga Sen terpilih untuk medekor<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 104 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 105


1929 dan 1932, pernah menyelenggarakan eksebisi solo di Fine Arts Society yang<br />

prestigious di New Bond Street, London. Setelah kembali ke India, Choudhury<br />

membuat lukisan-lukisan mural di berbagai bioskop di India utara.<br />

Keempat pelukis muda ini dikirim ke London pada bulan Agustus 1929 dengan<br />

beasiswa pemerintah. Mereka juga melakukan kunjungan-kunjungan ke Florence,<br />

Roma dan kota-kota Eropa lainnya untuk mempelajari teknik melukis diatas plaster.<br />

Setelah menyelesaikan latihan-latihan mereka, para pelukis tersebut dipekerjakan<br />

untuk mendekorasi India House.<br />

Mereka mulai mengerjakan persiapan-persiapan di sebuah studio sementara yang<br />

didirikan dalam sebuah ruangan (dengan diterangi cahaya matahari) diatas lantai<br />

atas India House. Mereka menghabiskan waktu kira-kira sepuluh bulan untuk<br />

merampungkan persiapan-persiapan mereka. Pada tanggal 9 April 1931 para pelukis<br />

tersebut mulai melukis. Karena alasan-alasan teknis mereka terpaksa memutuskan<br />

untuk menggunakan tempera-telur yang dibuat dengan mencampurkan tepung<br />

pigmen-pigmen dengan kuning telur dan air – sebagai pengganti minyak. Dalam<br />

tradisi Bengal School, mitologi India dan sejarah India memberikan inspirasi yang<br />

tematis.<br />

Pada Entrance Hall (Ruang Masuk), dua orang dari keempat pelukis ini, Ukil dan<br />

Choudhury, melukis delapan bagian pendentif yang menggambarkan enam musim<br />

di India, serta senja dan subuh. Sapuan-sapuan kuas yang halus dalam pemilihan<br />

tema dilakukan dengan sangat indahnya di sekitar puisi lirikal gubahan penyair<br />

Roza (Puasa) oleh R. Ukil (halaman samping) dan<br />

Buddha dengan murid-muridnya oleh Lalit Mohan Sen (bawah).<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 106 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 107


Varsha (musim hujan, Juli/Agustus)<br />

Sheet (musim dingin, Desember/Januari)<br />

Kalidasa berjudul Ritusamhara, atau “The Pageant of Seasons”. Musimmusim<br />

itu adalah Grishm, (musim panas, Mei/Juni); Varsha (musim<br />

hujan, Juli/Agustus); Sharad (awal musim gugur, September/Oktober);<br />

Hemant (musim gugur akhir, <strong>No</strong>vember/Desember); Sheet (musim<br />

dingin, Desember/Januari) dan Basant (musim bunga, Maret/April).<br />

Dalam lunet-lunet yang terdapat di Ruang Tamu/Ruang Baca di lantai<br />

dasar terdapat sebuah legenda yang menyedihkan tentang Anarkali,<br />

serta tema mengenai Shasti Puja (menyembah dewi kesuburan) yang<br />

dilukis oleh Choudhury. Dua lunet lainnya, End of Roza (Akhir Puasa)<br />

dan tema Todi Ragini, dilukis oleh Ukil.<br />

Di lobi yang terdapat di lantai pertama, Barman melukis satu set<br />

yang terdiri dari delapan pendentif untuk menggambarkan delapan<br />

fase hidup: Kelahiran (Janma), Masa Kanak-Kanak (Balyavastha),<br />

Masa-Masa Sekolahan (Vidyarthi Jeewan), Cinta (Prem), kehidupan<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 108 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 109


erkeluarga (Grahstha), masa-masa bekerja (Karma), masa penolakan atau<br />

renunsiasi (Vanprastha), dan akhirnya Nirvana (Sorga).<br />

Dalam Ruangan Perpustakaan dimana Raja George V secara resmi meresmikan<br />

penggunaan gedung baru India House pada bulan Juli 1930, Sen melukis lunet<br />

Buddha dengan Murid-Muridnya.<br />

Secara keseluruhan keindahan lukisan-lukisan mural yang terdapat di India House<br />

paling bagus terlihat di Kubah Tengah yang magnificent itu, yang merupakan ciri<br />

Shasti Puja (pemujaan terhadap dewi kesuburan) dilukis oleh Choudhury<br />

paling dominan dari gedung ini. Mural-mural yang terdapat di Kubah ini saling<br />

berpadu dengan sangat harmonisnya, yang menggambarkan empat penguasa dalam<br />

sejarah India. Keempat pelukis ini berusaha keras selama sepuluh bulan lebih untuk<br />

mentransformasikan pristiwa-pristiwa bersejarah yang spektakuler kedalam muralmural<br />

yang kaya warna; daun-daun emas <strong>24</strong>-karat digunakan sebagai latar belakang<br />

untuk lukisan-lukisan yang dibuat dengan menghabiskan biaya sebesar seribu rupee<br />

ini, yang pada waktu adalah sebuah jumlah yang sangat besar.<br />

Kuadran selatan dilukis oleh Ukil, melukiskan adegan dimana Alexander the<br />

Great (Iskandar Yang Agung) memberi hormat kepada keperkasaan Raja India<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 110 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 111


Porus setelah kekalahannya dalam Pertempuran Sungai Hydaspes (kini Jhelum)<br />

pada tahun 326 SM. Kuadran Barat dilukis oleh Choudhury, yang memperlihatkan<br />

Kaisar Chandragupta, Maurya, yang naik tahta Magadha pada tahun 322 SM, yang<br />

sedang menerima penghormatan pada pagi hari dari pasukan bodyguardnya yang<br />

terdiri dari serdadu-serdadu wanita. Deb Barman melukis Kuadran utara yang<br />

memperlihatkan Kaisar Ashoka (304 SM-232 SM) mengirim putrinya Sanghamitra<br />

ke Sri Lanka untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Buddha. Kuadran Timur dilukis<br />

oleh Sen, dengan menggambarkan Kaisar Mughal Akbar (1542-1605) dan arsiteknya<br />

sedang membicarakan rencana untuk pembangunan ibu kota yang baru di<br />

Fatehpur Sikri.<br />

Ukil dan Choudhury melukis “Langit dan Burung-Burung (Balaka)” pada coved<br />

ring diatas kubah serta kubah dan langit-langit sebagai basis bergantungnya lampu<br />

kristalnya. Lukisan-lukisan ini termasuk kedalam sebuah kelompok lukisan yang<br />

terdiri dari delapan panil, yang dikerjakan dengan warna-warna pastel ringan,<br />

menggambarkan burung-burung yang sedang berkelahi di langit yang berawan.<br />

Rabindranath Tagore mengunjungi India House pada tahun 1931 bersama<br />

Rothenstein untuk menemui para pelukis tersebut. Tagore gembira melihat bahwa<br />

semua subyek dan tema-tema yang dipilih untuk mural-mural ini semuanya khas<br />

India. Pembuatan lukisan-lukisan mural dirampungkan pada bulan Januari 1932.<br />

Semangat nasionalisme India telah menemukan ekspresi kreatifnya di jantung kota<br />

London.<br />

◆<br />

Penulis pernah menjabat sebagai Deputy High Commissioner of India untuk Inggris.<br />

“Matahari Terbenam di Benaras” oleh Sir William Rothenstein (bawah) dan Todi Ragini oleh Ukil (halaman samping)<br />

INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 112

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!