IP_ Vol 24 No 3.indd
IP_ Vol 24 No 3.indd
IP_ Vol 24 No 3.indd
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Vol</strong> <strong>24</strong>, <strong>No</strong>. 3/2010 ISSN 0970 5074<br />
VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010<br />
India<br />
Perspectives<br />
Sketsa India House, London, oleh Sir Herbert Baker, Juli 1930<br />
Redaktur<br />
Navdeep Suri<br />
Redaktur Pembantu<br />
Neelu Rohra<br />
India Perspectives diterbitkan dalam bahasa-bahasa Arab, Indonesia, Bengali, Inggris, Prancis, Jerman, Hindi, Italia, Pashto,<br />
Persia, Portugis, Rusia, Sinhala, Spanyol, Tamil, Turki dan Urdu. Pendapat-pendapat yang disampaikan dalam majalah ini<br />
adalah pendapat para penyumbang tulisan dan bukan pendapat India Perspectives. Semua tulisan yang asli, kecuali yang<br />
diterbitkan ulang oleh India Perspectives, dapat direproduksi dengan bebas dengan menyebutkan sumbernya.<br />
Sumbangan tulisan dan surat-surat supaya dialamatkan kepada<br />
Editor, India Perspectives, 140 ‘A’ Wing, Shastri Bhawan, New Delhi-110001.<br />
Telepon: +91-11-23389471, 23388873, Fax: +91-11-23385549<br />
E-mail: jspd@mea.gov.in, Website: http://www.meaindia.nic.in<br />
Untuk mendapatkan majalah India Perspectives, silakan hubungi Kedutaan Besar India di Jakarta.<br />
Edisi ini diterbitkan untuk Kementerian Luar, New Delhi<br />
oleh Navdeep Suri, Joint Secretary, Public Diplomacy Division.<br />
Dirancang dan dicetak oleh Ajanta Offset & Packagings Ltd., Delhi.
Tajuk<br />
Pertama saya ingin menyatakan terima kasih yang tulus kepada semua pembaca kami<br />
atas respon mereka yang antusiastik kepada edisi terakhir India Perspectives yang<br />
dipersembahkan kepada Rabindranath Tagore. Surat-surat anda yang menyatakan<br />
apresiasi anda terhadap edisi tersebut masih berdatangan dan memotivasi kami<br />
untuk berusaha lebih baik lagi. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, kami telah<br />
menempatkan Edisi Khusus yang dipersembahkan kepada Tagore pada website kami<br />
yang baru www.indiandiplomacy.in dalam format yang lebih bersahabat dengan<br />
pembaca. Kami juga telah meng-uploadnya pada Scribd, dengan alamat http://www.<br />
scribd.com/doc/34044322/India-Perspectives-Special-Issue-on-Rabindranath-Tagore<br />
agar dapat diakses oleh pembaca-pembaca baru.<br />
Dalam edisi ini, kami menyajikan pandangan sekilas tentang ekstravagansa<br />
kebudayaan yang sedang diracik untuk dipersembahkan sebagai bagian dari program<br />
Commonwealth Games (Pesta Olah Raga Persemakmuran) yang akan diselenggarakan<br />
di Delhi pada bulan Oktober tahun ini. Dari sebuah perspektif perpelancongan,<br />
aksesibilitas yang mudah ke dan kemegahan Istana-Benteng Neemrana bukan saja<br />
membuatnya sebuah objek turis yang menyenangkan tetapi juga sebuah venue untuk<br />
konferensi-konferensi berprofil tinggi. Sebuah tulisan tentang penginapan-penginapan<br />
di Goa, dengan nada yang sama, telah menyuguhkan sebuah gambaran keindahan<br />
tentang era yang sudah berlalu.<br />
Daksha Sheth yang ekstra-ordiner kiranya tidak perlu diperkenalkan. Seorang puritan<br />
yang tidak pernah takut bereksperimen, kecintaannya kepada seni tari juga diwarisi<br />
oleh putrinya Isha Sharvani, yang telah mempesona penonton dengan pertunjukanpertunjukannya<br />
yang memukau diatas bentangan seutas tali. Sebuah perspektif yang<br />
berbeda mengenai inovasi di bidang seni kami persembahkan pula dalam sebuah<br />
feature tentang Dadi Pudumjee, yang dengan Ishara Puppet Theatre-nya telah<br />
memperkenalkan sebuah dimensi yang sama sekali baru terhadap sebuah bentuk<br />
seni purba.<br />
Di bidang bisnis ada sebuah profil tentang Amul, yang dimulai sebagai sebuah<br />
koperasi petani susu sederhana tetapi kini telah tumbuh menjadi sebuah usaha yang<br />
produk-produknya telah menjadi buah bibir ibu-ibu rumah tangga. Sebuah tulisan<br />
tentang industri farmasi India yang sedang berkembang memperlihatkan semakin<br />
pentingnya bioteknologi dengan sebuah wawancara dengan seorang pelopor dalam<br />
sektor ini. Sebuah laporan terpisah mengungkapkan rencana-rencana India untuk<br />
mencapai target ambisius untuk memproduksi 20.000 MW listrik tenaga surya<br />
menjelang tahun 2022.<br />
Kita menyatakan penghormatan kepada salah seorang musisi besar India, Ustad<br />
Bismillah Khan, yang keterikatannya sepanjang hidupnya kepada kota suci Benaras<br />
telah memperlihatkan ethos sekuler India yang terbaik. Dan kami juga menurunkan<br />
tulisan-tulisan tentang film produksi Raj Kapoor Awaara, tentang seni sulaman Kantha<br />
dan tentang seni lukis mural yang terdapat di India House, London.<br />
Neemrana<br />
Menghidupkan Kembali Sejarah<br />
SANDEEP SILAS 2<br />
Penginapan-Penginapan Tua<br />
Sebuah Perjalanan<br />
Melalui Warisan<br />
Goa<br />
RAMCHANDER PENTUKER 12<br />
India-Afrika<br />
Sebuah Kemistri Bisnis Baru<br />
MANISH CHAND 20<br />
Amul<br />
Sebuah Brand untuk Menambah<br />
Gizi dan Tenaga<br />
R.K. MISHRA 40<br />
Farmasi untuk Dunia<br />
N.B. RAO 46<br />
Menyadap Sang Surya<br />
Energi Surya untuk<br />
Pembangkitan Tenaga Listrik<br />
sebesar 20.000 MW<br />
JOYDEEP GUPTA 52<br />
Institut Desain Nasional<br />
Berubah dengan Zaman<br />
MADHUSREE CHATTERJEE 56<br />
Kantha<br />
Kerajinan Menyulam Yang<br />
Artistik<br />
BIMLA VERMA 62<br />
Melihat Awaara Lagi<br />
SURESH KOHLI 68<br />
Seni Boneka Dewasa Ini<br />
Memimpikan Masa Depan Baru<br />
CHANDANA DUTTA 72<br />
Bismillah & Benaras<br />
JUHI SINHA 84<br />
Ibu dan Putri<br />
Dimana Tari adalah Kehidupan<br />
LEELA VENKATARAMAN 90<br />
Karya Lukis Pada<br />
India House, London<br />
ASOKE MUKERJI 100<br />
Kepada semua pembaca kami terima kasih sekali lagi bagi dukungan anda dan<br />
masukan-masukan anda yang amat berharga!<br />
Navdeep Suri<br />
Commonwealth Games<br />
Sebuah Ekstravagansa Budaya<br />
MADHUSREE CHATTERJEE &<br />
PRAGYA TIWARI 30<br />
Sampul: Sebuah kolaborasi tari dan boneka<br />
kontemporer mengenai tiga karakter dari<br />
Mahabharata: Krishna/boneka, Gandhari<br />
dan Yang Meninggal.<br />
Foto: Vipul Sangoi.
Neemrana<br />
Menghidupkan<br />
Kembali Sejarah<br />
Naskah & Foto: SANDEEP SILAS<br />
Istana-Benteng Neemrana<br />
terletak sekitar 125 km dari<br />
Delhi, di jalan menuju Jaipur.<br />
Sedang asyiknya berkendaraan<br />
di jalan raya yang mulus, anda<br />
barangkali tidak menyadari<br />
bahwa sebuah pengalaman yang<br />
menakjubkan akan anda alami<br />
tidak lama lagi. Setelah melewati<br />
sebuah penunjuk jalan, dan setelah<br />
menempuh sebuah cabang jalan<br />
yang berdebu, sampailah ke<br />
sebuah desa kecil dimana berdiri<br />
sebuah Istana-Benteng yang<br />
mengagumkan dari abad ke-15<br />
dengan pintu gerbangnya yang<br />
bertabur hiasan-hiasan kuningan.<br />
Istana yang sekaligus menjadi<br />
benteng itu menghadirkan sebuah<br />
pemandangan yang sangat<br />
mempesona di desa yang hening<br />
itu.<br />
Istana-Benteng yang sebelumnya<br />
merupakan reruntuhan ini<br />
baru saja habis dipugar untuk<br />
mengembalikannya ke bentuk<br />
aslinya yang megah. Pekerjaan<br />
pemugaran yang dilaksanakan<br />
dengan simulasi desain dan<br />
restrukturisasi yang sangat<br />
hati-hati itu merupakan sebuah<br />
pengalaman yang unik bagi<br />
para turis yang berkunjung ke<br />
Neemrana. Meskipun tempatnya<br />
kelihatan kecil, tetapi dia adalah<br />
sebuah destinasi yang cukup ideal<br />
bagi para wisatawan.<br />
Kemegahan yang telah dikembalikan –<br />
Neemrana dewasa ini.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 2 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 3
Tempat ini dulunya dibangun<br />
sebagai sebuah benteng dan<br />
karena tempat ini merupakan<br />
tempat bermukimnya keturunan<br />
Prithviraj Chauhan III, yang<br />
melarikan diri dari Delhi pada<br />
tahun 1192 M, setelah dikalahkan<br />
oleh Muhammad Ghori, benteng<br />
ini dirubah menjadi sebuah istana.<br />
Pada galibnya, legenda Prithviraj<br />
Chauhan dan “swayamvara”<br />
(sayembara) terkenal dan heroik<br />
tentang Sanyogita sebagaimana kita<br />
kenal dalam sejarah masih segar<br />
dalam ingatan kita. Tetapi saya<br />
sering bertanya tentang nasib<br />
Raja-Raja Hindu yang kalah di Delhi<br />
setelah berdirinya Kesultanan Delhi,<br />
dibawah Qutub-ud-din Aibak pada<br />
tahun 1192 M. Sayangnya, sejarah<br />
hanya menyebut tentang yang<br />
menang, sementara yang kalah<br />
diabaikan begitu saja!<br />
Di Neemrana kita memperoleh<br />
sebuah kesan bahwa setelah<br />
kalahpun, kita masih punya<br />
rasa kebanggaan dan tidak mau<br />
berkompromi dalam nilai-nilai<br />
tradisi dan etika. Setiap batu<br />
di Neemrana akan bercerita<br />
tentang garis keturunan raja-raja<br />
yang tidak pernah terkalahkan<br />
itu. Mereka mungkin saja telah<br />
Hawa Chhat (Anjungan Berangin)<br />
kehilangan Kerajaan, tetapi tidak<br />
kehormatan mereka. Kekayaaan<br />
dan istana-istana mereka memang<br />
telah direnggut dari mereka,<br />
tetapi tidak nasib mereka.<br />
Mahkota mereka telah direbut<br />
dari mereka, tetapi kepala mereka<br />
tidak pernah tertunduk. Tempat<br />
yang sarat dengan sejarah yang<br />
gemilang ini mungkin saja luput<br />
dari perhatian jika tidak ada yang<br />
berimajinasi dan bertekad untuk<br />
menyelamatkannya. Pada tahun<br />
1986 benteng istana yang telah<br />
menjadi reruntuhan ini diputuskan<br />
untuk dipugar, dan pada tahun<br />
1991 istana-benteng tersebut telah<br />
berdiri kembali dengan segala<br />
kemegahan dan keagungannya.<br />
Istana-benteng tersebut setelah<br />
dipugar tetap indah dan megah<br />
seperti sediakala dan namanama<br />
yang diberikan kepada<br />
ruangan-ruangan, kamar-kamar,<br />
lorong-lorong dan pintu-pintu<br />
gerbangnya tetap sama seperti<br />
nama-nama yang diberikan oleh<br />
keluarga-keluarga raja yang<br />
menghuninya untuk pertama kali.<br />
Saya tidak sabar menunggu lebih<br />
lama lagi dan langsung menuju<br />
istana untuk melihat-lihat seperti<br />
Anak-anak tangga menuju Mahal (kanan)<br />
dan pemandangan melalui pintu-pintu<br />
lengkung (bawah).<br />
apa gerangan di dalamnya. Segera<br />
setelah formalitas pemeriksaan<br />
masuk dan acara minum-minum<br />
sebagai tanda selamat datang<br />
selesai, saya langsung menuju<br />
ruang makan dengan melewati<br />
sebuah halaman terbuka. Ruang<br />
perjamuan ini memiliki pintu-pintu<br />
lengkung di semua penjurunya<br />
dengan pemandangan yang<br />
sangat indah ke ladang-ladang,<br />
desa, dan sebuah bukit yang<br />
lebat hutannya. Kita diperlakukan<br />
seperti seorang maharaja di tempat<br />
ini, dengan suguhan berbagai<br />
jenis teh – hanya untuk dicicipi.<br />
Disini terdapat sebuah taman<br />
kecil bertingkat dengan nama<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 4 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 5
Nazara Bagh dan dari taman ini<br />
kita bisa memandang kesemua<br />
sisi benteng dan dibelakangnya<br />
terdapat Holikund. Saya bisa<br />
membayangkan kemeriahan,<br />
kegembiraan, kehingar-bingaran<br />
dan keceriaan masyarakat di<br />
tempat ini pada masa festivalfestival.<br />
Kachcha Chowk, seperti<br />
terbaca dari namanya, adalah<br />
sebuah halaman luas yang terbuka<br />
di depan Chandan Mahal. Pintu<br />
lengkungnya yang memiliki<br />
beberapa anak tangga merupakan<br />
objek favorit untuk berfoto<br />
karena memberikan kesan akan<br />
kemegahan tempat ini.<br />
Royal Descent (halaman samping);<br />
Kachcha Chowk pintu lengkung bertangga<br />
(kanan) dan Taman Bergantung (bawah).<br />
Saya menginap di Moonga Mahal,<br />
dengan pelataran yang sangat<br />
luas. Untunglah, pemugaran yang<br />
dilakukan tidak merubah bentuk<br />
atau desain aslinya, bahkan<br />
jendela-jendela dan pintu-pintunya<br />
di jaga seperti aslinya. Beberapa<br />
jendela sangat kecil ukurannya,<br />
hanya bisa digunakan untuk<br />
mengintip keluar, untuk melihat<br />
apa gerangan yang sedang terjadi<br />
disana. Diluar Moonga Mahal,<br />
yaitu sebuah Istana tersendiri<br />
(saya berani mengatakannya<br />
begitu) terdapat sebuah Shivalinga<br />
yang ditempatkan dengan penuh<br />
penghormatan pada sebuah pintu<br />
lengkung dan sebuah lagi dibawah<br />
sebuah kanopi. Pemilihan kamar<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 6 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 7
untuk tempat saya menginap<br />
bukanlah pilihan saya, tetapi saya<br />
ingat bahwa kemanapun saya<br />
pergi, sebuah Shivalinga selalu<br />
terlihat oleh saya. Hal ini sering<br />
saya alami, baik ketika saya pergi<br />
ke pegunungan, di hutan-hutan,<br />
dan ditengah-tengah reruntuhan<br />
bangunan. Dalam kepercayaan<br />
Hindu, Shivalinga mewakili Dewa<br />
Syiwa yang dianggap sebagai<br />
Dewa Pencipta dan Perusak!<br />
Ketika menoleh keluar dari<br />
jendela kamar, saya melihat<br />
sebuah kolam renang yang tertata<br />
sangat indah dan dikelilingi oleh<br />
Mahal-Mahal (istana-istana) yang<br />
luks. Kolam renang yang tinggi<br />
letaknya dapat dicapai setelah<br />
melewati gang-gang yang berlikuliku<br />
menuju mahal-mahal tersebut<br />
dan setelah mendaki beberapa<br />
anak tangga. Perjalanan mencapai<br />
kolam renang ini seolah-olah<br />
memberikan kesan bahwa badan<br />
kitapun, setelah bekerja keras,<br />
memerlukan istirahat dan relaksasi<br />
dalam air.<br />
Di sebuah tempat yang lebih<br />
tinggi lagi terdapat sebuah taman<br />
bernama Mukut Bagh, yang<br />
sangat cocok untuk orang-orang<br />
yang mendambakan privacy dan<br />
ekslusifitas. Beberapa pekerjaan<br />
renovasi masih berlangsung<br />
disini, tepatnya di bagian yang<br />
disebut Unchha Bagh (Taman<br />
Tinggi). Jelas tempat ini nantinya<br />
akan menjadi bagian yang paling<br />
tinggi di taman ini. Sebuah<br />
tempat bernama Hawa Chhat<br />
Sebuah Fresko atau lukisan dinding (kanan)<br />
dan Dining in style (bawah).<br />
(Anjungan Berangin) menarik<br />
perhatian saya dan saya putuskan<br />
untuk duduk-duduk disana<br />
untuk beberapa saat dibawah<br />
sebuah kanopi. Saya merasakan<br />
tiupan angin yang sepoi-sepoi<br />
basah dan kadang-kadang<br />
cukup kencang. Dibawah terlihat<br />
sebuah taman bernama Hanging<br />
Gardens atau Taman Tergantung.<br />
Barisan pohon-pohon palem<br />
di pinggir-pinggir jalan dan<br />
banyaknya tanaman-tanaman<br />
hijau di taman ini menghadirkan<br />
pemandangan yang kontras<br />
dengan warna batu-batu yang<br />
dipakai untuk membangun<br />
istana ini.<br />
Kawasan Unchha Bagh (kanan) dan<br />
Shivalinga yang terdapat di sebuah kuil<br />
(bawah).<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 8 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 9
Sebuah Amphitheater menarik<br />
perhatian saya. Saya melihat<br />
bahwa di ujungnya yang paling<br />
jauh, Amphitheater ini hampir<br />
seperti amphitheater yang saya<br />
lihat di kota Bath, yang dibangun<br />
oleh bangsa Romawi. Akan<br />
tetapi yang ini lebih besar dan<br />
lebih elaborit dari yang dibangun<br />
kemudian.<br />
Kafilah-kafilah yang melewati<br />
padang pasir Rajasthan, pada<br />
suatu masa tertentu pernah<br />
menggunakan sumur bertingkat<br />
sembilan yang terletak tidak jauh<br />
dari tempat mereka beristirahat.<br />
The Flying Fox, sebuah pesawat<br />
terbang layang, sayangnya tidak<br />
beroperasi ketika saya sedang<br />
berkunjung ke Neemrana.<br />
Kini Neemrana juga telah<br />
menjadi sebuah ajang untuk<br />
menyelenggarakan pertunjukanpertunjukan<br />
kebudayaan oleh para<br />
maestro serta upacara-upacara<br />
pernikahan seperti pada zaman<br />
raja-raja dulu!<br />
Hari semakin terasa panas.<br />
Memperhatikan matahari terbenam<br />
dari istana Neemrana adalah<br />
sebuah pengalaman yang sangat<br />
romantis. Ketika mengabadikan<br />
momen yang langka ini, saya<br />
berusaha menyeimbangkan<br />
Matahari diatas ujung batu yang<br />
mencuat seperti tombak diatas<br />
baluarti benteng pada frame saya.<br />
Barangkali, saya melakukannya<br />
selama sepersekian detik!<br />
Menjelang senja saya berpindah<br />
ke Shatranj Terrace dan Shatranj<br />
Bagh (Shatranj dalam bahasa<br />
Hindi berarti Catur). Sebuah<br />
kereta tua terlihat dipajang disini,<br />
setelah memainkan perannya di<br />
istana ini pada zaman silam. Saya<br />
mengambil beberapa gambar<br />
dari istana yang bersinar terang<br />
itu pada senja hari. Bagi saya,<br />
datangnya senja selalu menarik<br />
untuk lingkungan-lingkungan<br />
seperti ini. Bagaimanapun juga,<br />
keindahan sebuah monumen<br />
selalu bertambah dengan<br />
datangnya suasana senja seperti<br />
ini. Ini adalah saat dimana waktu<br />
menjadi seolah-olah terbuai antara<br />
yang riil dan yang mistis. Malam<br />
hampir tiba dan langitpun mulai<br />
semakin gelap. Dalam suasananya<br />
yang kontras, cahaya yang datang<br />
dari istana tampak semakin terang,<br />
dan lama kelamaan seluruh istana<br />
bercahaya seperti sebuah lampu<br />
sorot di tengah malam.<br />
Malam yang telah saya lalui itu<br />
memang penuh keindahan dan<br />
kenangan. Tetapi matapun belum<br />
puas dengan apa yang telah<br />
Kolam renang di Neemrana (halaman<br />
samping); Sunset Arch (kanan) dan<br />
pemandangan di waktu Senja (bawah).<br />
dilihatnya dan merindukan masih<br />
banyak lagi.<br />
Sambil menikmati suara-suara<br />
burung merak, memperhatikan<br />
merpati-merpati yang asyik<br />
berkeliaran, burung-burung bulbul<br />
yang berdada merah, tupaitupai,<br />
saya seolah-olah dibawa<br />
ke masa silam dan saya pun<br />
mencoba mengarang sebuah lagu<br />
yang dipersembahkan kepada<br />
Neemrana pada pagi harinya. Pada<br />
saat-saat seperti ini seolah-olah<br />
kita merasakan sebuah kesucian<br />
hidup dan kesan ini akan benarbenar<br />
sukar untuk dilupakan.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang birokrat senior dan<br />
penulis perjalanan.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 10 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 11
Siddharth Khandelwal<br />
Penginapan-Penginapan Tua<br />
Sebuah Perjalanan Melalui Warisan Goa<br />
Naskah & Foto: RAMCHANDER PENTUKER<br />
Bagi kebanyakan orang, berkunjung ke bekas koloni Portugis,<br />
Goa, adalah sebuah pengalaman yang mengasyikkan karena<br />
pantai-pantainya yang indah, jalan-jalan pinggir lautnya yang<br />
diteduhi pohon-pohon palem, perahu-perahu kesenangan (pleasure<br />
boats), pubs, kasino-kasino, kafe-kafe di alam terbuka, seafood, port<br />
wine dan sebagainya.<br />
Yang jelas, masih banyak lagi yang dapat dinikmati oleh seseorang asal<br />
dia mau menjelajahi daerah yang selalu hijau ini. Akan tetapi hanya<br />
ada segelintir pelancong yang nekat yang tahu betul bahwa disamping<br />
tempat-tempat yang sudah lazim didatangi orang itu masih ada beberapa<br />
tujuan wisata lainnya yang kaya dengan nilai-nilai dan memiliki<br />
keunikan-keunikannya sendiri. Sebuah daerah kecil di Panjim, yang<br />
lazim dikenal sebagai Kawasan Latin Tua (Old Latin Quarter) – dan<br />
tersohor dengan nama Fontainhas – adalah salah satu diantara<br />
tempat-tempat serupa itu. Tempat ini adalah jantung bersejarah<br />
Goa. Di tempat yang menarik tidak jauh dari Panjim ini anda dapat<br />
mempelajari seluruh suasana kotanya, dimana orang-orang Portugis<br />
membangun rumah-rumah mereka dan hidup sampai akhir 1960-an.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 12 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 13
Siddharth Khandelwal<br />
Gama menemukan jalan laut ke<br />
India pada tahun 1498. Pada periode<br />
inilah Portugis menjadi salah<br />
satu kekuatan maritim terpenting<br />
di dunia, ketika para pelautnya<br />
menemukan banyak daerah-daerah<br />
baru dalam pelayaran-pelayaran<br />
mereka. Mereka adalah bangsa<br />
Eropa pertama yang menginjakkan<br />
kaki di pantai barat India, yang<br />
kemudian diikuti oleh Prancis,<br />
Belanda, lalu Inggris.<br />
Penyair yang juga seorang pelaut<br />
Portugis, Luis Camoes, dalam<br />
eposnya, Os Lusiadas, yang<br />
dikarangnya sekitar 70 tahun setelah<br />
Vasco da Gama menemukan jalan<br />
laut ke India, mengimortalkan<br />
Siddharth Khandelwal<br />
periode besar penemuan<br />
yang dilakukan Portugis dan<br />
pengkolonisasian Goa. Kita bisa<br />
melihat patung mamoth sang<br />
penyair yang kini berdiri di ruang<br />
utama museum di Goa lama.<br />
Pengkolonisasian Goa oleh<br />
Portugis berlanjut terus sampai<br />
sekitar empat setengah abad,<br />
sampai pembebasan Goa pada<br />
tahun 1961.<br />
Kehadiran mereka yang terlalu<br />
lama di Goa telah membuat<br />
bangsa Portugis besar sekali<br />
pengaruhnya terhadap kehidupan<br />
sosial dan agama Goa dan<br />
pengaruh Portugis ini jauh<br />
Panjim, pusat pemerintahan<br />
daerah Goa adalah sebuah kota<br />
taman, dengan gedung-gedung<br />
beratap genteng, jalan-jalan yang<br />
diteduhi oleh pohon-pohon,<br />
candi-candi, gereja-gereja, dan<br />
patung-patung, dan terletak ditepi<br />
sungai Mandovi. Kawasan yang<br />
disebut The Old Latin Quarter<br />
ini dipenuhi oleh gang-gang<br />
yang sempit dan dikedua sisinya<br />
berdiri lusinan rumah-rumah<br />
mungil yang cantik, vila-vila dan<br />
apartemen-apartemen bisnis.<br />
Letak daerah ini adalah dekat ke<br />
sebelah kiri Ourem Creek, yang<br />
dihubungkan dengan sebuah<br />
jalan dengan pusat kota.<br />
Banyak rumah-rumah disini<br />
merupakan warisan Portugis<br />
termasuk rumah-rumah yang<br />
dimiliki oleh keturunan langsung<br />
bangsa Portugis (karena sebagian<br />
mereka masih tinggal disini) dan<br />
kini telah dikonversi menjadi<br />
penginapan-penginapan dan<br />
restoran-restoran dengan gaya<br />
khas, yang menawarkan kepada<br />
para turis apa yang terbaik dari<br />
keramah-tamahan ala Goa.<br />
Sebagian besar penginapanpenginapan<br />
warisan Portugis<br />
ini terlihat simpel dalam<br />
bentuknya, dibangun dengan<br />
gaya khas Portugis, dengan<br />
jendela-jendela khas (shuttered<br />
windows) dan balkon-balkon<br />
yang menggantung. Bahkan<br />
interiornya pun tidak banyak<br />
atau bahkan tidak memiliki<br />
keunikan-keunikan tersendiri.<br />
Namun demikian, karena gayagaya<br />
lama masih memiliki daya<br />
pikatnya, penginapan-penginapan<br />
ini masih dikunjungi para tamu<br />
setiap hari. Hal ini karena, seperti<br />
yang dikatakan oleh seorang turis<br />
Jerman, “Saya merasakan suatu<br />
nostalgia tertentu akan signifikansi<br />
masa silamnya, sehingga saya<br />
memerlukan datang kesini setiap<br />
hari untuk bersantap”.<br />
Yang paling mengesankan<br />
saya tentang penginapan-<br />
penginapan ini adalah warnanya.<br />
Setiap gedung dicat dengan<br />
warna-warna yang menyengat<br />
mata, mulai dari warna-warna<br />
tradisional merah kecoklatan<br />
sampai kepada kuning tua,<br />
jingga, hijau, biru; hampir semua<br />
warna yang ada di bumi. Sudah<br />
menjadi tradisi disini bahwa<br />
semua bangunan harus dicat<br />
ulang setiap tahun setelah musim<br />
hujan. Keceriaan warna-warna<br />
inilah yang menarik perhatian<br />
anda ketika anda sedang berjalanjalan<br />
di kawasan Latin Quarters<br />
ini.<br />
Tidaklah berlebihan apabila<br />
dikatakan bahwa diantara<br />
penginapan-penginapan ini<br />
banyak pula yang telah menjadi<br />
landmark kota dan tetap<br />
memberikan pengaruh dan<br />
memperkaya sejarah dan romansa<br />
tempat ini.<br />
Menurut sejarah, Goa dibangun<br />
oleh para pelaut Portugis sekitar<br />
tahun 1510, setelah Vasco da<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 14 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 15
lebih terasa dan nyata di Latin<br />
Quarters, dimana banyak rumahrumah<br />
dan gereja-gereja yang<br />
dibangun pada zaman Portugis<br />
masih mengingatkan kita kepada<br />
masa silamnya. Bukan hanya<br />
itu, pengaruh Portugis yang<br />
amat dalam itu bahkan terefleksi<br />
dalam bahasa kontemporer rakyat<br />
setempat dan cara berpakaian<br />
sebagian wanitanya dalam<br />
pesta-pesta.<br />
Nama “Fontainhas” jelas<br />
berasal dari bahasa Portugis,<br />
yang barangkali berasal dari<br />
nama sebuah tempat yang sama<br />
namanya di Lisabon, yang berarti<br />
“tempat sebuah pancuran kecil”<br />
atau keran air untuk umum, yang<br />
dibangun Portugis disana. Karena<br />
pada masa itu belum ada air<br />
ledeng, kaum wanita umumnya<br />
mengambil air dari pancuranpancuran<br />
untuk kebutuhan<br />
sehari-hari mereka.<br />
Dengan semakin berkembangnya<br />
kota, kebanyakan dari pancuranpancuran<br />
ini, kecuali sebuah<br />
pancuran yang saya temukan<br />
belakangan dekat sebuah<br />
sekolah, mulai hilang satu demi<br />
satu.<br />
Semua penginapan yang menjadi<br />
warisan dari zaman Portugis<br />
dan terdapat di Latin Quarters<br />
Siddharth Khandelwal<br />
berasal dari periode yang sama<br />
dan dipelihara kelestariannya<br />
dengan susah payah oleh para<br />
pemiliknya.<br />
Barangkali karena aspeknya yang<br />
indah dan unik inilah atau karena<br />
ada pertalian sejarahnya dengan<br />
masa lampau penginapanpenginapan<br />
ini masih terpelihara<br />
dan terawat sampai sekarang.<br />
Para pemiliknya mafhum<br />
sepenuhnya akan manfaat yang<br />
bakal mereka peroleh dengan<br />
melestarikan dan memelihara<br />
Panjim Inn (Penginapan Panjim) dengan<br />
dekor tradisionalnya, dengan sebuah<br />
gambar pemilik aslinya, seorang Portugis,<br />
tergantung pada pintu masuk (bawah).<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 16 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 17
kecantikan bangunan mereka<br />
untuk merefleksikan suasana<br />
masa silamnya.<br />
Contoh terbaik dari penginapanpenginapan<br />
ini adalah sebuah<br />
penginapan bernama Panjim<br />
Inn, yang telah menjadi the most<br />
recognized landmark di kota ini,<br />
yang terletak di Ourem Creek<br />
Road, menghadap ke sebuah<br />
jembatan lengkung.<br />
Panjim Inn berwarna merah<br />
kecoklatan dan masih terpelihara<br />
keasliannya dan lingkungan<br />
tradisional Goa-nya. Dapurnya<br />
menyediakan masakan lokal dan<br />
kontinental untuk dihidangkan<br />
di restorannya. Bangunan elegan<br />
yang dibangun pada tahun 1880<br />
ini adalah milik seorang wanita<br />
Hindu. Dia pernah dipakai untuk<br />
sebuah sekolah sebelum dirubah<br />
menjadi sebuah hotel.<br />
Tidak semua penginapan<br />
disini sama besarnya dan sama<br />
reputasinya dengan Panjim Inn.<br />
Ada juga yang berukuran lebih<br />
kecil, bising dengan suara-suara<br />
orang mencicipi minuman lokal<br />
‘Fenni.’<br />
Dalam perjalanan pulang ke<br />
hotel, saya berhenti di sebuah<br />
lapangan lain yang lebih kecil<br />
dekat gereja St. Sebastian. Afonso<br />
Guest House, yang berdiri persis<br />
dibawah bayangan gereja ini<br />
adalah sebuah bangunan yang<br />
sangat menarik. Bangunan bercat<br />
kuning tua ini sangat kontras<br />
dengan warna gereja yang putih<br />
seperti mutiara. Guest House<br />
yang diberi nama menurut nama<br />
raja Portugal pertama, Afonso<br />
Henriques, dimiliki oleh Ny.<br />
Patung pelaut-penyair Portugis Luis Camoes<br />
di ruangan sebuah Museum di Goa.<br />
Jeanette Afonso yang mengaku<br />
sebagai keturunan langsung dari<br />
raja tersebut.<br />
Penginapan-penginapan yang<br />
kini menjadi warisan sejarah ini<br />
mungkin saja tidak seglamor yang<br />
kita harapkan, tetapi anda masih<br />
bisa meyakini segala kenikmatan<br />
yang ditawarkannya sebagai hotel<br />
atau penginapan, dan tidak perlu<br />
diragukan bahwa mereka cukup<br />
bersih dan hijau suasananya.<br />
Sementara anda sibuk menjelajahi<br />
lorong-lorong sempit Old Latin<br />
Quarters, keinginan untuk<br />
mengetahui dan merasakan<br />
sendiri keindahan dan keunikan<br />
suasana masa silamnya sangat<br />
kuatnya. Seolah-olah anda ingin<br />
kembali selangkah ke masa silam<br />
untuk menikmati suasananya<br />
yang langka dan unik ini.<br />
Mengapa suasana masa silam<br />
lebih banyak menarik perhatian<br />
orang? Hal ini akan kita pahami<br />
setelah kita mencoba menjelajahi<br />
dengan santai lorong-lorong yang<br />
terdapat di bagian kota tua ini.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang penulis dan<br />
fotografer kondang.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 18 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 19
India-Afrika<br />
Sebuah Kemistri Bisnis Baru<br />
Dalam bulan Mei,<br />
perusahaan telekom<br />
raksasa India Bharti Airtel<br />
mengakuisisi aset Afrika milik<br />
Zain Group di Kuwait dengan<br />
nilai 10,7 miliar Dollar AS, sebagai<br />
suatu puncak kerjasama baru di<br />
bidang bisnis antara India dan<br />
Afrika. Akuisisi aset terbesar yang<br />
dilakukan sebuah perusahaan<br />
India di benua Afrika ini telah<br />
mengalihkan sorotan ke pasar<br />
kelas menengah yang sedang<br />
MANISH CHAND<br />
marak di Afrika dan semakin<br />
tumbuhnya win-win partnership<br />
antara ekonomi nomor dua<br />
paling cepat perkembangannya<br />
di dunia dan benua Afrika yang<br />
terdiri dari 53 negara yang kaya<br />
akan sumber-sumber kekayaan.<br />
Persetujuan akuisisi yang ramai<br />
diberitakan media India dan<br />
internasional ini merupakan hasil<br />
pertumbuhan kumulatif yang<br />
terus menanjak selama beberapa<br />
S.M. Krishna, Menteri Luar Negeri India; Y.M. John Dramani Mahama, Wakil Presiden Republik Ghana<br />
dan Anand Sharma, Menteri Perdagangan dan Industri India, pada pembukaan the 6th Conclave<br />
on India-Africa Project Partnership (tanggal 15 Maret 2010).<br />
tahun belakangan di bidang<br />
perdagangan dan investasi antara<br />
India dan Afrika, yang keduanya<br />
tidak terkena dampak resesi<br />
global.<br />
Sinergi bisnis baru ini dimotori<br />
oleh badan tertinggi bisnis India,<br />
yakni Confederation of Indian<br />
Industries (CII) dan EXIM Bank,<br />
yang bergandengan tangan<br />
untuk melakukan suatu prakarsa<br />
pemelopor yang disebut “The<br />
India-Africa Project Partnership<br />
Conclave,” pada tahun 2005.<br />
Konklaf atau kerjasama yang<br />
didukung oleh Kementerian<br />
Luar Negeri dan Kementerian<br />
Perdagangan India ini kini<br />
telah menjadi sebuah event<br />
yang banyak ditunggu-tunggu,<br />
sebagai bentuk nyata dari<br />
upaya kerjasama di bidang<br />
ekonomi yang diwariskan oleh<br />
perjuangan anti-kolonial dalam<br />
rangka kerjasama non-blok dan<br />
solidaritas Asia-Afrika.<br />
Kita bisa melihat bagaimana<br />
bekerjanya kemistri bisnis<br />
ini pada konklaf India-Afrika<br />
ke-6 yang diselenggarakan<br />
pertengahan Maret lalu dengan<br />
partisipasi 34 negara Afrika.<br />
Sekitar 1000 orang pelaku bisnis,<br />
para pemimpin politik, para<br />
banker dan policy maker dari<br />
India dan Afrika berdatangan ke<br />
ibu kota India untuk menyadap<br />
potensi bisnis baru antara dua<br />
kawasan di dunia yang terus<br />
berkembang ditengah-tengah<br />
resesi. Taruhannya cukup<br />
besar: proyek-proyek seharga<br />
Para hadirin pada sesi pembukaan Konklaf.<br />
10,06 miliar Dolar telah<br />
disepakati. Bidang-bidang yang<br />
dicakupinya mulai dari tenaga<br />
listrik, pengolahan pupuk dan<br />
pertanian sampai ke pendidikan,<br />
usaha-usaha kecil dan menengah<br />
(UKM) dan telekomunikasi, dan<br />
satu hal yang menggembirakan<br />
adalah bahwa suasana tegang<br />
yang biasanya menandai jalannya<br />
perundingan-perundingan tidak<br />
terlihat disini. Bahkan para<br />
pengusaha dan peserta lainnya<br />
terlihat sangat akrab dalam<br />
berbicara, yang kadang-kadang<br />
diselingi oleh lelucon-lelucon dan<br />
gelak tawa.<br />
Ketika masalah bisnis dibicarakan<br />
dengan rasa persaudaraan dan<br />
kedekatan hubungan ideologi,<br />
maka hasil yang diperoleh lebih<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 20 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 21
Atas: Jonathan Wutawunashe, Ketua Korp<br />
Diplomatik & Duta Besar Zimbabwe di<br />
India; Sanjay Kirloskar, Ketua, CII Africa<br />
Committee; S.M. Krishna, Menteri Luar<br />
Negeri India; John Dramani Mahama, Wakil<br />
Presiden Republik Ghana; Anand Sharma,<br />
Menteri Perdagangan & Industri India,<br />
Chandrajit Banerjee, Direktur Jenderal, CII.<br />
Kanan: Sanjay Kirloskar, Ketua, CII Africa<br />
Committee & Ketua Kirloskar Brothers Ltd;<br />
Vivek Katju, Sekretaris (Barat), Kementerian<br />
Luar Negeri India; S.E.M. Gilbert Fossoun<br />
Houngbo, Perdana Menteri Republik Togo<br />
dan Syamal Gupta, Ketua Emeritus, CII<br />
Africa Committee & Ketua TCE Ltd.<br />
banyak dari hanya sekedar<br />
deal-deal. “Hasil yang kita<br />
peroleh adalah sebuah kemitraan<br />
yang berkelanjutan dengan<br />
masa depan yang panjang,” ujar<br />
John Dramani Mahama, Wakil<br />
Presiden, Republik Ghana yang<br />
menjadi Tamu Kehormatan<br />
pada Partnership Conclave<br />
tersebut. “Dalam suasana positif<br />
seperti ini, tidak ada yang<br />
Jardine Omar, Konselor (Ekonomi), Komisi<br />
Tinggi (Kedubes) Afrika Selatan di India;<br />
Jose Maria Morais, Komisaris Tinggi (Dubes)<br />
Mozambik untuk India; Nn. Maria Gustava,<br />
Direktur Asia & Oceania, Kementerian Luar<br />
Negeri & Kerjasama; Robert Appelbaum,<br />
Direktur Edward Nathan Sonnenburg, Afrika<br />
Selatan; Sumanta Chaudhuri, Joint Secretary,<br />
Departemen Perdagangan & Industri dan<br />
Nn. Donnée Kruger, Manager, Perdagangan<br />
dan Investasi KwaZulu-Natal.<br />
dapat menghalangi peningkatan<br />
bisnis dan kemitraan,” kata S.M.<br />
Krishna, Menteri Luar Negeri<br />
India. Dia sangat menghargai<br />
sektor swasta yang telah<br />
berusaha memperluas profil<br />
mereka di benua Afrika dan<br />
mengembangkan pendekatan<br />
investasi India dengan<br />
memfokuskan perhatian pada<br />
pengembangan kapasitas<br />
(capacity building) dan pelatihan<br />
ketrampilan yang dapat lebih<br />
memacu pembangunan di Afrika.<br />
“Hubungan India-Afrika telah<br />
semakin matang dan berkembang<br />
menjadi sebuah hubungan yang<br />
hidup dan bergairah. Di banyak<br />
bagian Afrika kita melihat para<br />
investor dan bisnismen India<br />
giat berusaha mengembangkan<br />
perdagangan, membangun<br />
kapasitas dan memberikan<br />
kontribusi bagi tujuan-tujuan<br />
pembangunan mitra-mitra kita di<br />
Afrika dengan cara yang mudah<br />
terlihat,” tambahnya.<br />
Sanjay Kirloskar, seorang<br />
industrialist dengan berbagai<br />
investasi di Afrika dan Ketua<br />
Komite Afrika CII, menempatkan<br />
hubungan antara kedua belah<br />
pihak dalam konteks yang lebih<br />
luas, yaitu dengan mengalihkan<br />
geografi kekuatan ekonomi<br />
dari Barat ke Timur. “Konklaf<br />
ini menghadirkan sebuah<br />
peluang yang sangat besar bagi<br />
kita semua untuk menjajagi<br />
kemungkinan-kemungkinan<br />
yang maha luas dalam kerjasama<br />
India-Afrika, memperkuat<br />
kemitraan-kemitraan sinergistik<br />
dan mengembangkan sebuah visi<br />
baru untuk kerjasama India-Afrika<br />
dalam jangka panjang, yang pada<br />
gilirannya nanti akan menentukan<br />
arah Kerjasama Selatan-Selatan.”<br />
Pertemuan atau konklaf ini telah<br />
memilih empat daerah kunci<br />
untuk meningkatkan kerjasama<br />
ekonomi antara India dan Afrika:<br />
(i) memperkuat hubungan<br />
khusus antara India dan Afrika;<br />
(ii) mengembangkan ekonomi<br />
pedesaan di kedua kawasan;<br />
(iii) memajukan pengembangan<br />
ketrampilan dan capacity building<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 22 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 23
Kanan: Pemain Kriket Afrika Selatan<br />
Jonty Rhodes menyampaikan pidato pada<br />
Konklaf tersebut.<br />
Bawah: Menanda tangani Exim Bank LOC<br />
dengan Pemerintah Senegal: terlihat dalam<br />
gambar Karim Wade, Menteri Kerjasama<br />
Internasional, Infrastruktur, Pengembangan<br />
Tanah dan Angkutan Udara, Pemerintah<br />
Senegal dan Nn. Kavneet Kaur, CMD, Exim<br />
Bank of India.<br />
untuk Afrika di hari esok; dan<br />
(iv) memacu pelaksanaan agenda<br />
hijau.<br />
Dengan dipimpin oleh sektor<br />
swasta, dibawah kebijakan<br />
Pemerintahan India yang<br />
difokuskan kepada Afrika (Focus<br />
Africa Policy), perdagangan<br />
bilateral telah bertumbuh<br />
menjadi 39 miliar Dolar AS, suatu<br />
peningkatan sebesar sepuluh<br />
kali lipat dalam masa 15 tahun<br />
terakhir. Hampir setiap minggu,<br />
ada saja sebuah perusahaan<br />
India yang mengumumkan suatu<br />
usaha bisnis baru di sebuah<br />
negara Afrika. Bus-bus Tata<br />
dan pompa-pompa Kirloskar,<br />
yang dibuat oleh perusahaanperusahaan<br />
India, telah menjadi<br />
sebuah iconic brand names<br />
di banyak negara Afrika.<br />
Jonathan Wutawunashe, Duta<br />
Besar Zimbabwe di India, suka<br />
bercerita bahwa jika seseorang<br />
kehilangan jalannya di desa-desa<br />
Afrika, dia disuruh pergi ke<br />
pompa Kirloskar dan disanalah<br />
dia akan menemukan jalannya!<br />
Adi Godrej, seorang industrialis<br />
top India, adalah pengusaha<br />
terakhir yang ikut bergabung<br />
dengan dunia usaha India di<br />
Afrika, dimana perusahaannya<br />
Penandatangan MOU pada Konklaf ke-6 antara BEDIA, Botswana & CII, India<br />
baru-baru ini membeli Tura<br />
Group di Nigeria. Afrika adalah<br />
“benua di masa depan”, kata<br />
Godrej, sebagai pernyataan<br />
optimisme para pengusaha India<br />
dalam berinvestasi di Afrika.<br />
Kini cukup banyak perusahaanperusahaan<br />
yang berminat untuk<br />
menanam modal di Afrika,<br />
dengan perusahaan-perusahaan<br />
besar India berada di ujung<br />
tombak. Essar Group telah<br />
menginvestasikan 100 juta Dolar<br />
AS untuk Essar Telecom Kenya<br />
Holdings. Yu brand milik Essar<br />
mempunyai 400.000 pelanggan<br />
telekom di Kenya. Perusahaan<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 <strong>24</strong> INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 25
ini menguasai 50 persen saham<br />
di Kenya Petroleum Refineries<br />
dimana dia berencana untuk<br />
menginvestasikan $300 juta. Tata<br />
Steel KZN telah mengakuisisi<br />
$120 juta dalam sebuah<br />
Greenfield ferrochrome venture<br />
di Afrika Selatan. The Vedanta<br />
Group telah membangun 55<br />
pusat pelatihan untuk melatih<br />
28.500 tenaga setiap tahun, dan<br />
sejak 1997 sampai sekarang<br />
telah melatih hampir 150.000<br />
orang mahasiswa. ONGC Videsh,<br />
cabang luar negeri perusahaan<br />
minyak terbesar India, Oil<br />
and Natural Gas Commission,<br />
mengoperasikan aset minyak<br />
senilai $2,1 miliar di Libya, Sudan,<br />
Cote d’Ivoire (Pantai Gading)<br />
dan Mesir, yang menjadikannya<br />
sebagai investor India terbesar di<br />
Afrika.<br />
Meskipun sektor swasta India<br />
berada di garis terdepan<br />
dalam penanaman modal di<br />
Afrika, Pemerintah India pun<br />
telah membuka jalan dengan<br />
menempuh kebijakan yang<br />
proaktif dan menawarkan<br />
berbagai perangsang untuk<br />
memacu lajunya perdagangan<br />
dan investasi dua arah.<br />
Menyebut garis-garis besar<br />
policy pemerintah India terhadap<br />
Afrika yang disimpulkan dalam<br />
tiga T (Trade, Technology dan<br />
Training), Perdana Menteri<br />
Manmohan Singh mengumumkan<br />
serangkaian langkah-langkah<br />
pada pembukaan India-Africa<br />
Forum Summit pada bulan<br />
April, 2008 yang mencakup<br />
pemberian akses pasar secara<br />
preferensial kepada 34 negara<br />
Afrika yang belum begitu pesat<br />
Para anggota delegasi dari Afrika dan India membicarakan soal bisnis pada Konklaf<br />
perkembangannya. Dia juga<br />
mengumumkan penggandaan<br />
pemberian kredit menjadi $5,4<br />
miliar dan menjanjikan bantuan<br />
sebesar $500 juta untuk proyekproyek<br />
pembangunan kapasitas<br />
dan pengembangan sumber daya<br />
manusia. Akses pasar diharapkan<br />
dapat meningkatkan ekspor<br />
Afrika mulai dari kapas, cocoa<br />
dan aluminium sampai ke biji<br />
tembaga dan biji jambu monyet.<br />
Azas-azas keikutsertaan India<br />
dalam pembangunan di Afrika<br />
telah diperkuat lagi oleh rencana<br />
aksi bersama yang diluncurkan<br />
India dan Afrika awal Maret<br />
tahun ini. Berdasarkan rencana<br />
aksi ini India akan mendirikan<br />
19 lembaga pendidikan di<br />
Afrika bersama African Union<br />
Commission dan negara-negara<br />
anggota komisi ini di bidangbidang<br />
pemolesan berlian, IT,<br />
pendidikan vokasional dan<br />
perdagangan luar negeri. Rencana<br />
aksi ini dimaksudkan untuk<br />
dapat mengembangkan prakarsaprakarsa<br />
pemeloporan seperti<br />
proyek Pan-Afrika e-network<br />
bantuan India untuk memberikan<br />
pendidikan dan pengobatan jarak<br />
jauh (tele-education and telemedicine)<br />
kepada rakyat Afrika<br />
dengan menjembatani jurang<br />
digital di benua tersebut.<br />
Para pemimpin Afrika<br />
meresponnya dengan penuh<br />
antusias. “India adalah sebuah<br />
contoh hebat dimana Afrika<br />
dapat belajar tentang arah<br />
pembangunan dan pengalaman<br />
India,” kata Perdana Menteri<br />
Republik Tongo dan Tamu<br />
Kehormatan, Gilbert Fossoun<br />
Houngbo, pada konklaf<br />
tersebut. Seperti kata mantan<br />
Presiden Ghana, John Agyekum<br />
Kufuor: “Jika pengalaman<br />
India dikawinkan dengan<br />
sumber-sumber kekayaan<br />
Afrika yang begitu luas, hal<br />
ini akan mempercepat proses<br />
pembangunan di Afrika.”<br />
Simbiosis ini akan membuka<br />
kemungkinan-kemungkinan<br />
kerjasama yang tidak terbatas<br />
di bidang-bidang mulai<br />
pertanian, keamanan pangan,<br />
infrastruktur dan hydrocarbon<br />
sampai kepada IT dan frontier<br />
areas of human knowledge.<br />
Karena India dianggap semakin<br />
mantap sebagai sumber Tiga A<br />
(Appropriate, Affordable dan<br />
Adaptable technologies), New<br />
Delhi dianggap semakin mampu<br />
menggantikan negara-negara<br />
Barat sebagai sumber-sumber<br />
teknologi, produk-produk dan<br />
jasa bagi negara-negara Afrika<br />
yang selama ini bergantung<br />
kepada Barat. “Rakyat Afrika<br />
telah meraih banyak manfaat dari<br />
alih teknologi yang dilakukan<br />
oleh India,” Hannah Tetteh,<br />
Menteri Perdagangan dan Industri<br />
Republik Ghana mengatakan<br />
dalam sebuah wawancara.<br />
Jacob Zuma, Presiden Republik<br />
Afrikia Selatan, yang melakukan<br />
kunjungan kenegaraan selama<br />
tiga hari di India pada bulan<br />
Juni lalu dengan membawa<br />
200 lebih pengusaha top dari<br />
negerinya, sangat optimistik<br />
dengan semakin berkembangnya<br />
kemistri bisnis antara India dan<br />
Afrika. Dia berkata bahwa dalam<br />
cakrawala yang lebih luas, India<br />
dan Afrika dapat bekerjasama<br />
untuk membangun Afrika sebagai<br />
Pameran ketika Konklaf berlangsung<br />
kekuatan ekonomi berikutnya,<br />
hanya satu hari setelah kedua<br />
belah pihak membuka India-<br />
South Africa Chief Executives’<br />
Forum di Mumbai.<br />
“India dan Afrika Selatan secara<br />
bersama dapat memberikan<br />
sumbangan yang signifikan untuk<br />
membangun Afrika sebagai pusat<br />
pertumbuhan global berikutnya,”<br />
sebagaimana dikatakan Presiden<br />
Zuma kepada top Indian business<br />
chambers di New Delhi.<br />
Ada keuntungan secara<br />
timbal balik bagi kedua belah<br />
pihak karena India dapat<br />
membantu Afrika meningkatkan<br />
kemampuannya melalui alih<br />
teknologi dan ketrampilanketrampilan.<br />
Sebuah laporan<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 26 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 27
aru dari investor internasional<br />
McKinsey, yang dengan tepat<br />
disebut “Lions on the Move,”<br />
(Singa-Singa Sedang Bergerak)<br />
mengatakan pertumbuhan<br />
ekonomi telah dipercepat di 27<br />
dari 30 ekonomi paling luas di<br />
benua Afrika, baik yang kaya<br />
ataupun yang miskin akan<br />
sumber-sumber kekayaannya.<br />
Jumlah pelanggan cell phone<br />
(HP) telah meningkat menjadi<br />
316 juta, lebih banyak dari<br />
seluruh penduduk Amerika<br />
Serikat. Tanpa terpengaruh oleh<br />
resesi global, India, pun, sedang<br />
bangkit dan yakin akan mencapai<br />
8,2 persen pertumbuhan GDP<br />
atau Produk Domestik Bruto pada<br />
tahun 2010-11.<br />
Pertumbuhan ekonomi ini,<br />
yang distimulir oleh sebuah visi<br />
strategis yang lebih luas untuk<br />
memperoleh peranan yang<br />
lebih besar dalam masalahmasalah<br />
internasional, termasuk<br />
memperoleh keanggotaan India<br />
di Dewan Keamanan PBB, akan<br />
mendorong kedua belah pihak<br />
untuk lebih dekat lagi dalam<br />
rangka menciptakan abad Asia<br />
dan Afrika. “India ingin menjadi<br />
mitra dalam kebangkitan Afrika.<br />
Dengan saling bekerjasama, dua<br />
miliar rakyat Asia dan Afrika<br />
dapat memberikan contoh<br />
bagi sebuah kerjasama yang<br />
saling bermanfaat di dunia<br />
berkembang,” ujar Perdana<br />
Menteri Manmohan Singh pada<br />
KTT tahun 2008 tersebut.<br />
◆<br />
Penulis adalah Redaktur, Africa Quarterly,<br />
yang diterbitkan oleh Indian Council for<br />
Cultural Relations, New Delhi.<br />
Sebuah Pertunjukan Kebudayaan pada<br />
waktu Konklaf.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 28 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 29
Commonwealth Games<br />
Sebuah Ekstravagansa Budaya<br />
Naskah: MADHUSREE CHATTERJEE & PRAGYA TIWARI<br />
Foto: DEEPAK MUDGAL<br />
Sebuah pertunjukan kebudayaan India yang meriah akan dipertontonkan dengan penuh<br />
kebanggaan pada Pesta Olah Raga Persemakmuran (Commonwealth Games) ke-19<br />
untuk memproyeksikan kekuatan lunak (soft power) India kepada dunia pada pekan<br />
olah raga yang diselengggarakan sekali dalam empat tahun ini, pada tanggal 3-14 Oktober<br />
2010 yang diikuti oleh 8000 atlit dari 71 negara dan teritori untuk berkompetisi dalam 17<br />
cabang olah raga.<br />
Ekstravagansa Kebudayaan yang menjadi jantung sebuah prakarsa raksasa di bidang<br />
kepariwisataan Persemakmuran untuk memposisikan India sebagai sebuah destinasi<br />
turisme kebudayaan dan olah raga akan berlangsung selama sekitar dua pekan.<br />
Penyelenggaraan pesta olah raga ini dilakukan dengan kerjasama antara Pemerintah Delhi<br />
dan Panitia Penyelenggara Commonwealth Games 2010 dibawah pimpinan Suresh Kalmadi.<br />
Shera – sang maskot ikut serta dalam sebuah pertunjukan tari<br />
Upacara pembukaannya yang<br />
oleh para offisial dilukiskan<br />
sebagai “the much-awaited<br />
prelude to the Games” akan<br />
menampilkan tarian-tarian yang<br />
dikoreograf oleh Geeta Chandran,<br />
Shovana Narayan dan Astad<br />
Deboo – tiga penari ternama<br />
India.<br />
Spotlight akan diarahkan<br />
kepada resital-resital secara<br />
berkelompok. Chandran dan<br />
grupnya akan menampilkan<br />
sebuah sendratari selama satu jam<br />
dengan judul “Ananya”, dengan<br />
The Commonwealth Games 2010 Delhi<br />
akan memfokuskan diri pada kebudayaan<br />
India selama hampir dua minggu. Shovana<br />
Narayan akan mempertunjukkan tarian<br />
Bharatanatyam dan Kathak (kanan) dan<br />
sebuah resital tarian berkelompok (bawah).<br />
mengambil tempat di Purana<br />
Qila (Benteng Tua) yang berasal<br />
dari abad ke-16 di New Delhi,<br />
tempat dilangsungkannya acara<br />
kebudayaan tersebut.<br />
Sang koreografer berkata<br />
bahwa karyanya akan<br />
mendokumentasikan kebudayaankebudayaan<br />
purba India yang<br />
telah memberikan inspirasi<br />
kepada beragam bentuk tari<br />
klasik, dengan menonjolkan baik<br />
isi, gaya maupun evolusinya.<br />
Penari tersohor Shovana Narayan<br />
akan mengetengahkan sebuah<br />
group show yang memadukan<br />
tarian-tarian Bharatanatyam dan<br />
Kathak untuk memperlihatkan<br />
asal-usul bentuk-bentuk<br />
gerakan tarian India dan<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 30 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 31
pengaruh-pengaruh yang telah<br />
berasimilasi dengannya selama<br />
bertahun-tahun. Penari veteran<br />
kontemporer Astad Deboo dan<br />
kelompoknya akan menampilkan<br />
sebuah opera tari yang akan<br />
bercerita tentang kisah-kisah yang<br />
diambil dari naskah-naskah kuno<br />
India dan disajikan dalam konteks<br />
modern.<br />
Musik yang akan menyertainya<br />
secara esensial adalah musik<br />
klasik, dan para maestro<br />
Tugu Peringatan Pahlawan Tidak Dikenal,<br />
The India Gate, (halaman samping); Purana<br />
Qila (Benteng Lama) yang berasal dari abad<br />
ke-16, tempat untuk menyelenggarakan<br />
even-even kebudayaan (kanan) dan Astad<br />
Deboo, penyanyi kontemporer kondang<br />
akan mengadakan pertunjukan dengan<br />
grupnya pada waktu berlangsungnya Pesta<br />
Olah Raga tersebut (bawah).<br />
akan tampil bersama untuk<br />
mempersatukan bakat dan<br />
kebolehan mereka dalam sebuah<br />
konser vokal dan instrumental<br />
sebagai mega openingnya.<br />
“Tetapi mengingat bahwa<br />
sebagian besar dari penontonnya<br />
adalah atlit-atlit Persemakmuran<br />
yang masih muda-muda –<br />
dibawah 35 tahun – panitia telah<br />
mengundang fusion troupes dari<br />
berbagai daerah di India untuk<br />
menampilkan tarian-tarian baru<br />
multi rasial sebagai sebuah bentuk<br />
mosaik kebudayaan India,” ujar<br />
seorang offisial.<br />
Pemerintah telah memilih 15<br />
venue di seluruh kota Delhi<br />
untuk penyelenggaran festival<br />
kebudayaan pada tanggal 3-14<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 32 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 33
Oktober yang akan datang.<br />
“Program-programnya telah<br />
dipilih secara hati-hati karena<br />
Panitia ingin agar para penonton<br />
dapat mengapresiasi apa yang<br />
mereka tonton itu untuk jangka<br />
waktu yang lama,” tambahnya.<br />
Sutradara teater Amir Raza<br />
Hussain akan menyuguhkan<br />
sebuah drama di Red Fort<br />
(Benteng Merah) dan di Benteng<br />
Quli Khan di Mehrauli, dua<br />
monumen bersejarah. Sebuah<br />
kapsul multi-media dengan<br />
durasi 45-menit akan menambah<br />
daya tarik kota Delhi dengan<br />
menampilkan pertunjukan sound<br />
and light khusus yang bercerita<br />
tentang sejarah Delhi untuk para<br />
Menara Qutub Minar yang tinggi (kanan)<br />
dan Makam Humayun (bawah).<br />
tamu selama berlangsungnya<br />
Commonwealth Games.<br />
Pertunjukan di Mehrauli, dengan<br />
judul Dastaan-e-Dilli, akan<br />
bercerita tentang sejarah Delhi<br />
mulai dari zaman kerajaannya<br />
sampai kepada kota tersebut<br />
menjadi pusat pemerintahan India<br />
merdeka.<br />
Sebuah perusahaan pembuat<br />
film sedang mendesain sebuah<br />
pertunjukan sound-and-light<br />
yang elaborit di Red Fort<br />
untuk mengisahkan sejarah<br />
benteng merah tersebut mulai<br />
dari zaman benteng tersebut<br />
dijadikan pusat pemerintahan<br />
kaisar Mughal, Shah Jahan,<br />
sampai kepada digunakannya<br />
benteng tersebut oleh tentara<br />
Inggris sebagai markas besar<br />
mereka dan kini sebagai salah<br />
satu situs arkeologi paling<br />
terkenal di ibu kota India ini<br />
yang dikunjungi oleh ribuan turis<br />
setiap hari. Dari Benteng Merah<br />
(Red Fort) ini pulalah Perdana<br />
Menteri India menyampaikan<br />
pidatonya keseluruh bangsa India<br />
dalam rangka peringatan hari<br />
Kemerdekaan India pada tanggal<br />
15 Agustus setiap tahun.<br />
Murid-murid dari 2000 sekolah<br />
lebih akan ikut ambil bagian<br />
dalam sebuah kompetisi kesenian,<br />
dengan judul “My Dream Sport”<br />
(Olah Raga Impian Saya), untuk<br />
menempatkan seni dan olah raga<br />
pada platform yang sama dan<br />
untuk memajukan bakat-bakat<br />
baru sebagai watak inklusif pesta<br />
olah raga tersebut.<br />
Sekelompok seniman yang<br />
meluncur bebas (free-wheeling)<br />
sibuk mencat tembok-tembok di<br />
ibu kota dengan warna-warna<br />
khas Persemakmuran dan untuk<br />
mempercantik ibu kota sehari<br />
sebelum pesta olah raga ini<br />
dimulai sebagai bagian dari Wall<br />
Project.<br />
Pada bulan Maret lalu, senimanseniman<br />
kontemporer kondang<br />
mulai melukis sebuah kanvas<br />
sepanjang 200 kaki sebagai<br />
bagian dari sebuah proyek seni<br />
Persemakmuran secara beranting.<br />
Prakarsa-prakarsa di bidang<br />
kesenian ini akan berkulminasi<br />
dalam sebuah grand finale<br />
dengan sebuah pameran<br />
keliling pertengahan September<br />
yang akan menyentuh tempat<br />
penyelenggaraan Pesta Olah<br />
Raga ini.<br />
Geeta Chandran (kiri) akan mementaskan<br />
sebuah sendratari, Ananya, di Purana Qila.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 34 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 35
Selain dari aspek kebudayaan,<br />
Commonwealth Games akan<br />
memberikan kesempatan<br />
kepada ibu kota India untuk<br />
mempertontonkan kebolehannya<br />
sebagai tempat penyelenggaraan<br />
pesta besar olah raga global dan<br />
karenanya tidaklah mengejutkan<br />
jika a sense of excitement<br />
and urgency kini sedang<br />
berkobar di New Delhi dengan<br />
sepasukan offisial sibuk bekerja<br />
dengan kecepatan tinggi untuk<br />
meyakinkan bahwa segala<br />
sesuatunya akan berjalan menurut<br />
rencana untuk peristiwa besar ini.<br />
Dalam prosesnya, dan dengan<br />
dana besar yang dikeluarkan<br />
pemerintah sebanyak Rs.150<br />
miliar ($3 miliar), New Delhi<br />
telah mengalami perubahan total,<br />
lebih-lebih lagi dengan enam<br />
klaster venu dan lima stadion<br />
terpisah yang sedang direnovasi<br />
dengan fasilitas-fasilitas canggih,<br />
kereta api bawah tanah (Metro<br />
Rail) yang sedang melebarkan<br />
sayapnya, komplek-komplek<br />
perbelanjaan yang sedang<br />
diupgrade, tempat-tempat<br />
kunjungan wisatawan yang<br />
sedang dikembangkan, jembatanjembatan<br />
layang yang sedang<br />
dalam tahap penyelesaian untuk<br />
memperlancar arus lalulintas,<br />
jalan-jalan utama yang sedang<br />
diperlebar dan sebuah armada<br />
commuter buses yang bergerak<br />
cepat agar perjalanan di ibu kota<br />
menjadi lebih nyaman bagi semua<br />
orang.<br />
Sebuah perkampungan atlit<br />
(Games Village) yang baru sedang<br />
dibangun diatas lahan seluas 63,5<br />
hektar lebih dekat tepi sungai<br />
Yamuna yang membelah kota<br />
New Delhi. Games Village ini<br />
memiliki 34 menara dengan 1168<br />
apartemen, masing-masingnya<br />
sangat bersahabat dengan<br />
penyandang cacat dan dilengkapi<br />
dengan teknologi canggih mulai<br />
dari pesawat TV layar datar<br />
sampai kepada dapur yang<br />
lengkap peralatannya.<br />
Penyambutan secara tradisional dengan semprotan air yang diberikan kepada penerbangan internasional<br />
pertama dan konter-konter imigrasi pada Terminal 3 yang baru diresmikan di Indira Gandhi International<br />
Airport, Delhi (halaman samping) dan Delhi Metro Rail – jalur kereta api bawah tanah Delhi (bawah).<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 36 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 37
Fasilitas-fasilitas baru ini telah<br />
menggoda Chief Minister<br />
(Gubernur) Delhi, Sheila Dikshit,<br />
untuk dengan bangga menyebut<br />
kota Delhi sebagai sebuah<br />
kota Olimpiade (Olympic city).<br />
Begitu juga dengan administrator<br />
olah raga kota Delhi Randhir<br />
Singh yang menyarankan agar<br />
event berikutnya untuk dapat<br />
diselengggarakan di kota ini<br />
adalah Asian Games, yang pernah<br />
dua kali diselenggarakan disini,<br />
dan bahkan Olimpiade sekalipun.<br />
“Commonwealth Games akan<br />
menjadi sebuah springboard<br />
atau batu loncatan untuk<br />
penyelenggaraan Olimpiade.<br />
Dengan infrastruktur yang<br />
ada sekarang ini, India dapat<br />
menawarkan diri untuk menjadi<br />
tuan rumah Asian Games,”<br />
kata Randhir Singh, Wakil<br />
Ketua Panitia Penyelenggara<br />
Commonwealth Games dan<br />
Sekjen Asosiasi Olimpiade India.<br />
Hampir semua stadion telah diuji<br />
coba bahkan ketika masih dalam<br />
tahap penyelesaian.<br />
Pengaturan-pengaturan keamanan<br />
yang sangat ketat juga sedang<br />
dilakukan untuk pesta olah raga<br />
ini. Polisi Delhi mengatakan<br />
bahwa mereka sudah siap untuk<br />
mengamankan pesta olah raga<br />
ini dengan melakukan segala<br />
sesuatunya dari segi pengamanan.<br />
“Kita tetap waspada dan terus<br />
melakukan survei keamanan,<br />
pemeriksaan-pemeriksaan dan<br />
berbagai upaya peningkatan.<br />
Kami secara reguler terus<br />
melakukan manuver-manuver<br />
anti-sabotase. Personil keamanan<br />
dan pengamanan kami selalu<br />
siaga dan waspada,” kata<br />
Delhi Police Commissioner<br />
(Kapolda Delhi) Y.S. Dadwal,<br />
dan menambahkan: “Kami ingin<br />
melihat bahwa pesta olah raga<br />
Persemakmuran ini berlangsung<br />
meriah dan sangat aman.”<br />
Infrastruktur bagi kepentingan<br />
publik di Delhi juga sedang<br />
direnovasi dan dirombak secara<br />
menyeluruh.<br />
Hal ini dapat dibuktikan dari fakta<br />
bahwa dana sebesar Rs.3 miliar<br />
($64 juta) telah dialokasikan<br />
untuk mempercantik kota, antara<br />
lain untuk membangun jalanjalan<br />
layang, jembatan-jembatan<br />
layang, jalan-jalan, trotoar-trotoar<br />
baru, dengan menyediakan<br />
furnitur-furnitur yang lebih<br />
baik di jalan-jalan dan untuk<br />
membersihkan kota.<br />
Juga akan disediakan jalur<br />
Metro khusus dari bandara ke<br />
Connaught Place, pusat bisnis dan<br />
kompleks pertokoan di Delhi,<br />
yang kini sedang direnovasi.<br />
Rajpath, sebuah bulevar sepanjang<br />
dua setengah kilometer di tengah<br />
kota Delhi yang membentang<br />
dari Rashtrapati Bhavan (Istana<br />
Presiden) ke India Gate, tugu<br />
peringatan Pahlawan Tak Dikenal,<br />
juga sedang dipercantik.<br />
Monumen-monumen yang<br />
kaya dengan warisan sejarah<br />
yang menjadi bagian yang tak<br />
terpisahkan dari kota ini sedang<br />
dibersihkan dan dipugar. Sebagai<br />
bagian dari rencana ini, Red<br />
Fort (Benteng Merah), Qutub<br />
Minar, Humayun’s Tomb (Makam<br />
Humayum) dan Purana Qila<br />
(Benteng Lama) akan dilengkapi<br />
dengan cafe-cafe untuk para tamu.<br />
Sekitar 25.000 kamar akan<br />
disediakan untuk menampung<br />
para tamu dan atlit dari dalam<br />
dan luar negeri. Diperkirakan<br />
bahwa 11.028 kamar akan tersedia<br />
pada penginapan-penginapan<br />
yang telah memperoleh lisensi<br />
dan fasilitas ini akan dilengkapi<br />
dengan skim “Bed and Breakfast”<br />
yang dilancarkan oleh pemerintah<br />
Delhi dengan menjaring para<br />
pemilik rumah-rumah dan<br />
apartemen-apartemen pribadi.<br />
Pemerintah juga telah menyetujui<br />
dana sebesar Rs.700 juta ($15 juta)<br />
untuk pengembangan destinasidestinasi<br />
turis yang terdapat di<br />
sekitar kota Delhi. Agra, kota<br />
dimana Taj Mahal berdiri, dan<br />
Jaipur adalah dua kota yang<br />
dipilih untuk maksud ini. Dalam<br />
istilah turisme, Delhi, Agra dan<br />
Jaipur disebut sebagai “golden<br />
triangle” atau segi tiga emas.<br />
Sebuah aspek lain yang perlu<br />
diperhatikan adalah bahwa<br />
Commonwealth Games akan<br />
mewariskan sebuah konsep yang<br />
sama sekali baru, yaitu yang<br />
menyangkut para relawan yang<br />
berjumlah sekitar 22.000 pria<br />
dan wanita yang telah menanda<br />
tangani suatu program latihan<br />
untuk tiga bidang: basic etiquette,<br />
venue specific dan safety training.<br />
“Perekrutan relawan sebagai<br />
sebuah konsep kiranya kurang<br />
dikenal di India. Perekrutan para<br />
relawan sekarang ini adalah<br />
pertama kalinya untuk melatih<br />
orang dalam jumlah yang begitu<br />
besar,” ujar Devya Patney,<br />
ketua panitia penyelenggara<br />
yang bertanggung jawab untuk<br />
pelatihan relawan.<br />
“Commonwealth Games 2010<br />
akan meninggalkan sebuah<br />
warisan yang akan bertahan<br />
lama bukan saja dalam bentuk<br />
infrastruktur dan fasilitas-fasilitas<br />
olah raga, tetapi juga dalam<br />
bentuk bagaimana caranya<br />
kita berhasil mengembangkan<br />
ketrampilan sumber-sumber<br />
daya manusia kita,” tambah<br />
Pandey.<br />
Pada bulan Oktober nanti Delhi<br />
akan menyaksikan menyebarnya<br />
para petugas lelaki dan wanita<br />
yang berpakaian seragam,<br />
berperilaku baik dan informatif,<br />
siap untuk memperlihatkan<br />
kepada dunia wajah keramahtamahan<br />
India.<br />
Para atlit dan penggemar olah raga dengan Queen’s Baton 2010 Delhi<br />
Dan, sama seperti yang dilakukan<br />
Beijing untuk Olimpiade 2008,<br />
Delhi juga memanfaatkan<br />
teknologi modern untuk<br />
membebaskan kota Delhi dari<br />
polusi selama berlangsungnya<br />
pesta olah raga Persemakmuran<br />
dan untuk jangka waktu yang<br />
lama sesudahnya.<br />
Melihat semua ini, optimisme<br />
yang diucapkan oleh Ketua<br />
Asosiasi Olimpiade India, Randhir<br />
Singh, tentang kesanggupan<br />
kota Delhi untuk menjadi tuan<br />
rumah Olimpaide kiranya tidaklah<br />
berlebihan. Namun demikian,<br />
hal itu paling cepat bisa terjadi<br />
pada tahun 2020, karena pada<br />
tahun 2012 Olimpiade akan<br />
diselenggarakan di London dan<br />
pada tahun 2016 di Rio de Janerio.<br />
◆<br />
(Para penulis adalah wartawan-wartawan<br />
IANS)<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 38 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 39
Amul<br />
Sebuah Brand untuk Menambah Gizi dan Tenaga<br />
R.K. MISHRA<br />
Bermula sebagai sebuah koperasi kecil-kecilan sekitar enam dasawarsa<br />
yang lalu di sebuah kota yang tidak terlalu besar di negara bagian Gujarat,<br />
sebelah barat India, Amul kini telah berkembang menjadi sebuah ikon<br />
pemberdayaan desa, yang terus berkembang dan berproses sebagai ‘revolusi<br />
putih’ yang telah memacu India menjadi produsen susu terbesar di dunia.<br />
Pada tahun 1946 seorang pemuda cerdas dikirim untuk mengambil bidang studi<br />
Dairy Engineering (Peternakan Susu) di Michigan State University, AS, dengan<br />
beasiswa pemerintah, tetapi dia pulang ke India malah dengan gelar Master in<br />
Metallurgy and Nuclear Physics.<br />
Namun demikian, tak ada yang dapat merubah nasib yang telah diperuntukkan<br />
bagi Dr. Verghese Kurien, yang berkat usaha-usahanya kearah revolusi putih<br />
telah memenangkannya World Food Prize dan Magsaysay Award, disamping<br />
berbagai pengakuan lainnya dari dalam dan luar India.<br />
Terlahir sebagai seorang Kristen Suriah di negara bagian Kerala, India Selatan,<br />
Kurien pindah ke kota Anand yang penuh debu untuk mendirikan sebuah<br />
koperasi susu dan karena prestasi yang diraihnya, orang memanggilnya, sebagai<br />
tanda penghargaan, ‘the milkman of India’ atau lelaki pemerah susu dari India.<br />
Barangkali, testimoni terbaik mengenai prestasinya adalah berbagai jenis produk<br />
yang kini di jual di banyak toko di seluruh India dan luar negeri, mulai dari<br />
susu sampai kepada pasteurised butter (mentega), keju, es krim, coklat, clarified<br />
butter, sweets (manis-manisan) dan produk-produk lain, termasuk susu probiotik<br />
dan es krim bebas gula.<br />
Melihat perkembangannya yang begitu pesat, nama Amul sebagai sebuah<br />
brand name bersama maskot ikoniknya, seorang gadis cilik yang lucu memakai<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 40 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 41
ok polka-dot dan dengan<br />
slogan-slogan yang catchy,<br />
bahkan kini telah mengalahkan<br />
perusahaan induknya, Gujarat<br />
Cooperative Milk Marketing<br />
Federation, dari segi nama dan<br />
ketenaran.<br />
“Amul adalah sebuah brand name<br />
bagi hampir tiga juta petani,<br />
anggota-anggota 15.300 koperasi<br />
susu desa di seluruh Gujarat. Ini<br />
adalah jantungnya Amul,” kata<br />
Kurien, yang sudah pensiun.<br />
“Inilah yang telah memberikan<br />
kekuatan kepada Amul, dan hal<br />
ini pulalah yang membuat Amul<br />
begitu spesial.”<br />
IANS<br />
Perjalanan Amul – kata ini berasal<br />
dari kata Sanskerta “amulya” yang<br />
berarti sangat mulya – bermula<br />
pada masa-masa pergolakan<br />
sebelum India merdeka dan<br />
ketika itu koperasi susu ini<br />
didirikan dibawah pengarahan<br />
Vallabhbhai Patel, yang pada<br />
waktu itu menjadi Ketua Partai<br />
Congress dan kemudian menjadi<br />
menteri dalam negeri India<br />
pertama.<br />
Dua tahun kemudian, Kurien<br />
kembali dari AS dan pada<br />
tahun 1949 dia berhenti sebagai<br />
pegawai negeri untuk membantu<br />
mendirikan koperasi baru dengan<br />
nama Kaira District Cooperative<br />
Milk Producers’ Union.<br />
Pendirian Union ini dalam<br />
perjalanannya akhirnya<br />
melahirkan Amul, sementara yang<br />
lain tinggal sejarah, sebagaimana<br />
sering dikatakan orang.<br />
Pada tahun 1946, Amul baru<br />
mampu memperoleh 1000 liter<br />
susu setiap hari, tetapi sekarang<br />
jumlahnya telah meningkat<br />
menjadi sekitar 9,3 juta liter.<br />
Koperasi dengan nilai $1,7 miliar<br />
ini memiliki 15.300 masyarakat<br />
desa sebagai anggota-anggotanya,<br />
yang mencakup 2,9 juta produsen<br />
susu.<br />
Dalam tahun keuangan 2010-11,<br />
omzet penjualan koperasi ini<br />
diharapkan akan mencapai $2,2<br />
miliar lebih.<br />
“Amul adalah lambang prestasi<br />
koperasi susu selama kurun<br />
waktu 65 tahun lebih belakangan<br />
ini,” ujar B.M. Vyas, mantan<br />
Managing Director koperasi<br />
tersebut.<br />
“Secara sederhana, dapat<br />
IANS<br />
dikatakan bahwa Amul<br />
melambangkan genesis sebuah<br />
koperasi besar, kemenangan<br />
teknologi asli India, kemampuan<br />
pemasaran sebuah organisasi<br />
petani, sebuah contoh<br />
pengembangan produk susu yang<br />
telah terbukti keberhasilannya,<br />
produk-produk berkualitas tinggi<br />
dengan harga terjangkau, dan<br />
secara ringkas dapat kita katakan<br />
bahwa sebuah bangsa yang<br />
percaya diri sedang bangkit.”<br />
Menurut Ramsinh Parmar, Ketua,<br />
Kaira District Milk Union, upaya<br />
pertama untuk mengorganisir<br />
koperasi-koperasi susu<br />
sebetulnya telah dimulai setelah<br />
pemberlakuan Undang-Undang<br />
Koperasi (Cooperative Societies<br />
Act) tahun 1912.<br />
“Tetapi baru pada tahun 1940-an<br />
para petani di distrik (kabupaten)<br />
Kaira mengorganisir diri kedalam<br />
sebuah koperasi susu dan<br />
memutuskan untuk mengolah<br />
dan menjual susu langsung<br />
Dr. Verghese Kurien<br />
setelah mengumpulkannya<br />
dari anggota-anggota mereka<br />
sendiri,” kata Parmar. Kelahiran<br />
Amul di Anand ikut mendorong<br />
pertumbuhan koperasi susu di<br />
India. Hal ini dimungkinkan<br />
karena kepemimpinan yang<br />
berdedikasi tinggi dan komited<br />
dari Ketua/Pendiri Amul,<br />
Tribhuvandas Patel, dan karena<br />
visi dan profesionalisme dari<br />
ayah Revolusi Putih, Dr. Verghese<br />
Kurien, yang bekerja sebagai<br />
seorang professional manager di<br />
Amul.<br />
Statistik memperlihatkan bahwa<br />
walaupun langkah-langkah<br />
untuk meningkatkan mutu ternak<br />
perahan telah dimulai pada Pelita<br />
Pertama (1951-1956), ketiadaan<br />
sebuah pasar yang stabil dan<br />
remuneratif untuk susu membuat<br />
produksi susu stagnan.<br />
Antara tahun 1951 dan 1970,<br />
produksi susu meningkat hanya<br />
sekitar satu persen setiap tahun<br />
sementara pada kenyataannya<br />
ketersediaan susu per kapita<br />
menurun dengan angka yang<br />
sama.<br />
Lalu dilancarkanlah “Operation<br />
Flood” atau Operasi Banjir Susu.<br />
“Operation Flood inilah, yang<br />
dilaksanakan oleh National Dairy<br />
Development Board atau Badan<br />
Pengembangan Susu Nasional<br />
dari tahun 1970 sampai 1996 oleh<br />
ketua-pendirinya, Dr. Kurien,<br />
yang selama 33 tahun tanpa<br />
putus-putusnya yang telah<br />
merobah secara radikal cara-cara<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 42 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 43
pengembangan produk susu di<br />
India,” kata pembantu dekatnya.<br />
Program pengembangan susu<br />
memberi jaminan kepada<br />
koperasi-koperasi produsen susu<br />
untuk dapat mengembangkan<br />
usaha-usaha mereka di<br />
desa-desa mereka dan untuk<br />
mendapatkan teknologi modern.<br />
Mereka juga dijamin untuk<br />
dapat meningkatkan produksi<br />
dan memperoleh peningkatan<br />
penghasilan, tanpa melalui<br />
perantara.<br />
Yang lebih penting lagi, program<br />
pengembangan susu ini telah<br />
memberdayakan para produsen<br />
susu skala kecil di desa-desa dan<br />
memberikan lapangan kerja di<br />
rumah-rumah mereka dengan<br />
hasil yang tetap.<br />
Kepemilikan tanah secara<br />
marginal tercatat sekitar 57 persen<br />
untuk penduduk di pedesaan<br />
dan berkat koperasi-koperasi<br />
serupa ini, usaha pemerasan<br />
susu menjadi pilihan yang<br />
menguntungkan bagi yang tidak<br />
punya tanah. Hampir 70 juta<br />
rumah tangga India memiliki<br />
ternak dengan jumlah total 98<br />
juta ekor sapi dan kerbau.<br />
Sebagian besar produsen<br />
susu memiliki satu atau dua<br />
ekor ternak perahan dan<br />
para produsen skala kecil ini<br />
menghasilkan sekitar 70 persen<br />
dari seluruh produksi susu India.<br />
Secara pukul rata, 22,5 persen<br />
penghasilan penduduk desa<br />
berasal dari susu.<br />
“Operation Flood pada esensinya<br />
merupakan replika dari pola<br />
Anand yang dilaksanakan<br />
di seluruh India, dengan<br />
menggabungkan koperasikoperasi<br />
tingkat desa untuk<br />
membentuk union-union di<br />
tingkat distrik (kabupaten) yang<br />
pada gilirannya bergabung<br />
dengan federasi-federasi<br />
pemasaran pada tingkat negara<br />
bagian (provinsi),” ujar P.A.<br />
Joseph.<br />
“Dengan demikian seluruh<br />
struktur koperasi federal<br />
ditentukan oleh produsen susu<br />
primer.”<br />
Koperasi susu yang lebih besar<br />
skalanya juga telah menjadi<br />
sebuah role model yang ingin<br />
ditiru oleh banyak negara<br />
berkembang. Sekitar awal tahun<br />
ini, delegasi-delegasi tingkat<br />
tinggi dari Tanzania, Kenya,<br />
Ethiopia dan Uganda berkunjung<br />
ke Amul dan menyatakan<br />
keinginan mereka untuk meniru<br />
revolusi putih dengan model<br />
yang sama di negara mereka<br />
masing-masing. Bahkan Bank<br />
Dunia telah mengumumkan<br />
sebuah program ‘South-South<br />
Experience Exchange Facility’<br />
untuk meniru model Amul bagi<br />
pengembangan proyek persusuan<br />
di Afrika.<br />
Gerakan koperasi susu telah<br />
terasa dampaknya dalam<br />
meningkatkan taraf hidup rakyat<br />
di banyak negara lainnya. Banas<br />
Dairy, misalnya, yang juga<br />
anggota koperasi Amul, telah<br />
memulai sebuah prakarsa unik<br />
yang disebut Internet Sewa<br />
Project di distrik Banaskantha,<br />
negara bagian Gujarat.<br />
Internet Sewa Project ini<br />
merupakan sebuah usaha tingkat<br />
desa untuk menjembatani jurang<br />
digital dengan menyediakan kioskios<br />
informasi pada koperasikoperasi<br />
tingkat desa. Formulirformulir<br />
resmi, lamaran-lamaran<br />
pendidikan dan harga-harga pasar<br />
setempat disediakan di kios-kios<br />
informasi ini sehingga orang tidak<br />
perlu harus pergi ke ibu kota<br />
kabupaten untuk mendapatkan<br />
informasi-informasi tersebut.<br />
Dari Banaskantha ke ibu kota<br />
IT, Bangalore, Amul telah<br />
mengharumkan namanya dalam<br />
kehidupan setiap orang India.<br />
Produk-produk yang dihasilkan<br />
Amul antaranya adalah susu<br />
dan mentega, curd, keju,<br />
coklat dan es krim yang telah<br />
disucihamakan.<br />
Demikianlah cerita tentang Amul,<br />
dan juga tentang India.<br />
Seperti yang dikatakan<br />
oleh Kurien: “Misi Amul<br />
Amul yang dikenal dengan humor<br />
topikalnya dalam mengiklankan produkproduknya<br />
mencoba mengganggu Paul sang<br />
Oktopus pada Piala Dunia FIFA 2010.<br />
adalah pemberdayaan dan<br />
pengembangan para petani,<br />
nutrisi untuk masyarakat dan,<br />
jauh dalam lubuk sanubarinya,<br />
pembangunan India secara<br />
nyata.”<br />
Amul tidak bisa dilihat secara<br />
sederhana sebagai sebuah<br />
usaha bisnis. Dia adalah sebuah<br />
lembaga yang diciptakan oleh<br />
para produsen susu sendiri<br />
terutama untuk memelihara<br />
kepentingan mereka sendiri<br />
di bidang ekonomi, sosial dan<br />
demokrasi. Dalam hal Amul,<br />
keuntungan yang diperolehnya<br />
disalurkan kembali kepada para<br />
petani. Sirkulasi modal dengan<br />
nilai tambah seperti ini tidak<br />
saja menguntungkan para petani<br />
sebagai final beneficiary, tetapi<br />
pada gilirannya juga memberikan<br />
sumbangan bagi pembangunan<br />
masyarakat desa. Inilah yang<br />
merupakan kontribusi paling<br />
signifikan yang diberikan oleh<br />
koperasi-koperasi model Amul.<br />
Kini Amul adalah sebuah<br />
lambang untuk banyak hal:<br />
untuk produk-produk berkualitas<br />
tinggi yang dijual dengan harga<br />
terjangkau, untuk jaringan<br />
koperasi dengan gerak cepat,<br />
untuk kemenangan teknologi asli<br />
dalam negeri, untuk kemampuan<br />
pemasaran oleh organisasi<br />
petani. Dan yang terpenting<br />
lagi adalah bahwa Amul telah<br />
tumbuh menjadi sebuah model<br />
pembangunan desa yang paling<br />
sukses.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang wartawan.<br />
Foto-foto: Disumbangkan oleh Amul.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 44 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 45
FARMASI UNTUK DUNIA<br />
N.B. RAO<br />
Tetapi kinerja obat-obat nonbranded<br />
(generik) diperkirakan<br />
akan terus menguat pada tahuntahun<br />
mendatang. Menurut data<br />
IMS, penjualan obat-obat generik<br />
dari resep dokter di seluruh<br />
dunia meningkat sebesar 7,7<br />
persen selama 12 bulan sampai<br />
akhir September 2009, dibanding<br />
3,6 persen pada tahun 2008.<br />
Para ahli IMS Health<br />
memperkirakan pasar farmasi<br />
global akan mengalami<br />
pertumbuhan sebesar empat<br />
sampai enam persen pada 2010,<br />
dengan nilai total penjualan<br />
lebih dari US$ 825 miliar. Tahun<br />
Clinigene, sebuah anak perusahaan Biocon,<br />
adalah sebuah Organisasi Penelitian Klinikal<br />
kelas dunia.<br />
lalu, produk obat-obat generik<br />
global terjual kurang dari US$ 85<br />
miliar.<br />
Perusahaan konsultan AS ini<br />
meramalkan bahwa penjualan<br />
produk-produk farmasi global<br />
akan mengalami pertumbuhan<br />
empat sampai tujuh persen<br />
Compound Annual Growth<br />
Rate (CAGR) pada tahun<br />
2013, dengan nilai pasar<br />
global produk-produk farmasi<br />
diperkirakan akan mencapai<br />
hampir US$ 1 trilyun dalam masa<br />
tiga tahun.<br />
India adalah salah satu dari tujuh<br />
‘pharmerging’ markets atau pasar<br />
farmasi yang sedang bertumbuh,<br />
bersama dengan negara-negara<br />
BRIC lainnya: Brazil, Russia<br />
dan China, disamping Turki,<br />
Korea Selatan dan Mexico, yang<br />
diperkirakan akan mendorong<br />
India sedang mengalami<br />
pertumbuhan cepat sebagai<br />
pusat industri farmasi untuk<br />
dunia, dimana produsenprodusen<br />
obat domestik dan<br />
internasional berlomba dalam<br />
penanaman modal besar untuk<br />
mendirikan unit-unit manufaktur,<br />
laboratorium-laboratorium<br />
penelitian dan pengembangan<br />
dan fasilitas-fasilitas lainnya.<br />
Industri farmasi internasional<br />
tengah mengalami perubahanperubahan<br />
dramatis, karena<br />
pemerintah, baik di negaranegara<br />
maju maupun negaranegara<br />
berkembang, sedang<br />
berpikir untuk memangkas<br />
anggaran kesehatan yang harus<br />
mereka sediakan dalam jumlah<br />
yang sangat besar. Dengan<br />
semakin banyaknya jumlah obatobat<br />
populer yang sudah habis<br />
masa patentnya di tahun-tahun<br />
mendatang, banyak negara akan<br />
memilih untuk memproduksi<br />
obat-obat generik dengan harga<br />
yang jauh lebih rendah, untuk<br />
menghemat ongkos-ongkos.<br />
IMS Health, sebuah perusahaan<br />
yang bergerak di bidang<br />
informasi konsultan kesehatan<br />
di AS, memperkirakan bahwa<br />
dalam masa lima tahun yang<br />
akan datang, produk-produk<br />
yang sekarang ini penjualannya<br />
bisa menghasilkan US$ 137<br />
miliar diperkirakan harus<br />
berkompetisi dengan obatobat<br />
generik. Produk-produk<br />
tersebut mencakup antaranya<br />
blockbuster drugs (masingmasing<br />
dengan omzet penjualan<br />
US$ 1 miliar lebih per tahun)<br />
seperti Lipitor (produksi Pfizer,<br />
salah satu perusahaan farmasi<br />
terbesar di dunia), Plavix<br />
(Bristol Meyer Squibb, Sanofi-<br />
Aventis) dan Seretide/Advair<br />
(GlaxoSmithKline – GSK).<br />
Lipitor, obat untuk menurunkan<br />
tingkat kolesterol, menghasilkan<br />
omzet penjualan sebesar US$<br />
12 miliar untuk Pfizer tahun<br />
lalu, tetapi akan menghadapi<br />
kompetisi dengan obat-obat<br />
generik mulai tahun 2011.<br />
Plavix, obat untuk mencegah<br />
pengentalan darah, yang<br />
mendatangkan penghasil sebesar<br />
US$ 6,1 miliar lebih pada<br />
tahun 2009 untuk Bristol Meyer<br />
Squibb akan kehilangan hak<br />
patennya pada tahun 2012. Obat<br />
ini sedang dipasarkan secara<br />
bersama oleh Sanofi-Aventis.<br />
GSK, yang berhasil menangguk<br />
US$ 4 miliar dari penjualan obat<br />
penyembuh asma, Seretide/<br />
Advair, akan habis masa<br />
patentnya pada tahun 2010 ini.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 46 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 47
Bagaimana anda melihat<br />
prospek untuk sektor farmasi<br />
India dalam masa beberapa<br />
tahun mendatang, khususnya<br />
dengan semakin banyaknya<br />
obat-obat yang akan habis<br />
masa berlaku patennya yang<br />
nilainya miliaran dolar?<br />
Perusahaan-perusahaan farmasi<br />
India sangat bagus posisinya<br />
untuk memanfaatkan peluang<br />
yang diberikan oleh obat-obat<br />
blockbuster yang akan habis<br />
masa berlaku hak patennya<br />
dalam beberapa tahun<br />
mendatang. Para pengusaha<br />
obat-obatan India tidak saja<br />
telah mendapat persetujuan dari<br />
US FDA, tetapi mereka juga<br />
telah dilengkapi sebaik-baiknya<br />
dengan ekosistim produksi yang<br />
kuat dan cost-effective.<br />
Para produsen obat-pobat<br />
generik India dapat menarik<br />
manfaat yang sebesar-besarnya<br />
dengan beralihnya AS, pasar<br />
farmasi terbesar di dunia,<br />
kepada obat-obat generik<br />
untuk mengurangi tekanan<br />
atas anggaran pemeliharaan<br />
kesehatan dan semakin<br />
keringnya obat-obat baru di<br />
AS karena FDA mulai hati-hati<br />
dalam memberikan persetujuanpersetujuan.<br />
‘Perusahaan-perusahaan farma<br />
India bisa berharap untuk mencapai<br />
pertumbuhan yang signifikan’<br />
Sebuah wawancara dengan Kiran Mazumdar-Shaw,<br />
Ketua dan Managing Director, Biocon Ltd, perusahaan<br />
obat-obatan terkemuka di India.<br />
Lebih-lebih lagi, dalam strategi<br />
baru mereka perusahaanperusahaan<br />
global akan<br />
memangkas ongkos-ongkos<br />
guna meningkatkan margin<br />
setelah resesi ekonomi.<br />
Mereka sedang berupaya<br />
untuk menemukan dan<br />
mengembangkan obat-obat<br />
baru dengan ongkos yang lebih<br />
rendah melalui outsourcing<br />
dan contract research,<br />
yang pada gilirannya akan<br />
membantu bertumbuhnya<br />
penelitian klinikal India yang<br />
mampu bersaing di bidang<br />
harga dan kegiatan-kegiatan<br />
manufakturingnya.<br />
Disamping ekspor, konsumsi<br />
obat-obatan domestik<br />
diperkirakan akan mengalami<br />
peningkatan bersamaan<br />
dengan meningkatnya tingkat<br />
income masyarakat kelas<br />
menengah India yang sedang<br />
semakin tumbuh. Jadi, secara<br />
keseluruhan perusahaanperusahaan<br />
obat-obatan<br />
India dapat mengharapkan<br />
suatu pertumbuhan yang<br />
signifikan.<br />
Apakah anda melihat<br />
perusahaan-perusahaan<br />
multi-national (MNCs) dapat<br />
mengambil manfaat dari<br />
trend ini dan dari pendirian<br />
fasilitas-fasilitas research and<br />
development (R&D), fabrikfabrik<br />
obat dan jaringan<br />
distribusi di India?<br />
Saya melihat akan semakin<br />
banyaknya kerjasama di frront<br />
obat-obat generik seperti yang<br />
sudah ada antara Pfizer dan<br />
Aurobindo, Claris dan Strides,<br />
dan GlaxoSmithKline dengan<br />
Dr Reddy’s Laboratories.<br />
Saya tidak dapat meramalkan<br />
perlunya MNCs untuk<br />
mendirikan R&D atau fasilitasfasilitas<br />
manufakturing di<br />
India untuk obat-obat generik<br />
karena mereka telah memiliki<br />
infrastruktur pemasaran, yang<br />
mungkin akan mereka gunakan<br />
untuk menyalurkan obat-obat<br />
generik.<br />
Pasar-pasar yang sedang<br />
tumbuh seperti India jelas<br />
adalah sebuah peluang besar<br />
untuk memasarkan obat-obat<br />
generik yang sedang dilirik<br />
oleh MNCs dengan penuh<br />
minat. Pengaturan kerjasama<br />
dengan perusahaan-perusahaan<br />
India adalah sebuah win-win<br />
bagi kedua belah pihak dan<br />
memberikan kepada MNCs<br />
sebuah pintu masuk yang<br />
cost-effective melalui jaringan<br />
pemasaran yang sudah mereka<br />
miliki.<br />
Bagaimana tentang ekspor<br />
produk-produk farmasi India?<br />
Apakah anda optimistik tentang<br />
perusahaan-perusahaan<br />
India yang akan memperluas<br />
kehadiran mereka di seberang<br />
laut?<br />
Seperti yang saya katakan,<br />
ekspor obat-obatan India<br />
akan mencapai peningkatan<br />
baru dalam beberapa tahun<br />
mendatang. Perusahaanperusahaan<br />
obat India sudah<br />
hadir secara substansial di<br />
Amerika Serikat, pasar obat<br />
terbesar di dunia, dan di tujuh<br />
negara Eropa.<br />
Kita juga telah hadir secara<br />
meyakinkan di pasar-pasar<br />
yang sedang mengalami<br />
pertumbuhan seperti Russia,<br />
Amerika Latin, dan Afrika.<br />
Sektor industri obat India<br />
telah mengalami peningkatan<br />
dalam volume ekspornya<br />
dalam tahun-tahun terakhir ini.<br />
Perusahaan-perusahaan India<br />
dan cabang-cabangnya juga<br />
telah memperoleh Approval<br />
(persetujuan) untuk beberapa<br />
Abbreviated New Drug<br />
Applications (ANDAs) di AS.<br />
Apakah anda memperkirakan<br />
perusahaan-perusahan<br />
obat-obatan India untuk<br />
meningkatkan kehadiran<br />
internasional mereka, dan terus<br />
melakukan akuisisi di luar<br />
negeri?<br />
Bahkan ketika MNCs melakukan<br />
kerjasama dengan perusahaanperusahaan<br />
India untuk pasar<br />
domestik kita, para pengusaha<br />
obat India kemungkinan akan<br />
terus memperluas kehadiran<br />
global mereka melalu merger<br />
dan akuisisi (M&A). Akuisisiakuisisi<br />
ini mungkin saja tidak<br />
bersifat transformational,<br />
tetapi sebagai gantinya<br />
akuisisi ini akan memperkuat<br />
kemampuan strategi mereka<br />
dengan membantu pihak<br />
India memperoleh intellectual<br />
property assets atau akses<br />
kepada jaringan-jaringan<br />
pemasaran dan distribusi.<br />
Sebuah contoh yang bagus<br />
adalah akuisisi yang dilakukan<br />
Biocon terhadap mitra kami,<br />
<strong>No</strong>bex Corporation, sebuah<br />
perusahaan intellectual<br />
property (<strong>IP</strong>) di AS. Akuisisi<br />
ini memberikan kepada kita<br />
sebuah <strong>IP</strong> platform yang sangat<br />
berharga serta pemilikan atas<br />
program-program oral insulin<br />
and oral brain-type natriuretic<br />
peptide (BNP) untuk pengobatan<br />
penyakit jantung (cardiovascular<br />
disease).<br />
Bagaimana bentuk trend<br />
global menurut persepsi anda<br />
dalam bisnis obatan-obatan<br />
internasional? Bagaimanakah<br />
kemungkinan dampak biotechnology<br />
atas sektor ini?<br />
Ada empat trend yang jelas,<br />
yang mengindikasikan bahwa<br />
industri obat-obatan sedang<br />
membenahi kembali diri mereka<br />
untuk menghadapi tantangantantangan<br />
sekarang ini, seperti<br />
miskinnya produktivitas R&D<br />
dan munculnya peluangpeluang<br />
pasar dengan<br />
menjalankan strategi-strategi<br />
yang melibatkan:<br />
• Diversifikasi Portofolio<br />
untuk menyertakan produkproduk<br />
yang batas waktu<br />
pengaturannya lebih pendek.<br />
Misalnya, diagnostics, devices,<br />
delivery systems obat-obat baru,<br />
vaccines, obat-obat generik,<br />
bio-similars, dan sebagainya.<br />
• Memfokuskan perhatian pada<br />
pasar-pasar yang baru muncul<br />
untuk mencapai pertumbuhan<br />
yang top line.<br />
• Mengakuisisi aset-aset<br />
R&D untuk mengisi kembali<br />
R&D pipeline yang sedang<br />
mengalami kekeringan dengan<br />
program-program yang dapat<br />
mempercepat waktu pemasaran.<br />
• Mengurangi resiko-resiko dan<br />
ongkos-ongkos R&D dengan<br />
model-model baru programprogram<br />
bersama yang memikul<br />
resiko secara bersama dan<br />
pelayanan-pelayanan penelitian<br />
melalui outsourcing.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 48 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 49
pertumbuhan industri farmasi<br />
global dalam tahun-tahun<br />
mendatang.<br />
Yang menarik, pasar<br />
produk-produk farmasi India<br />
diperkirakan akan mengalami<br />
pertumbuhan dengan laju yang<br />
lebih kencang. Perusahaan<br />
konsultasi internasional,<br />
McKinsey & Company,<br />
memperkirakan bahwa pasar<br />
domestik akan tumbuh antara<br />
10 dan 14 persen per tahun,<br />
dengan total pemasukan sebesar<br />
US$ 20 miliar menjelang tahun<br />
2015.<br />
Secara keseluruhan, sektor<br />
farmasi di India, termasuk<br />
penjualan domestik, ekspor,<br />
off-shoring oleh perusahaanperusahaan<br />
global, contract<br />
manufacturing dan R&D – juga<br />
diperkirakan akan menjadi dua<br />
kali lipat mencapai angka US$<br />
40 miliar pada tahun 2015.<br />
Perusahaan-perusahaan<br />
manufaktur farmasi terkemuka<br />
di India termasuk Cipla Ltd,<br />
Dr Reddy’s Laboratories,<br />
Ranbaxy Laboratories Ltd, Sun<br />
Pharmaceutical Industries Ltd,<br />
Lupin Ltd, Piramal Healthcare,<br />
Glenmark Pharmaceuticals Ltd<br />
dan Jubilant Organosys Ltd<br />
adalah diantara perusahaanperusahaan<br />
yang diperkirakan<br />
akan meraih keuntungan secara<br />
signifikan karena peralihannya<br />
ke pembuatan obat-obat generik<br />
dalam tahun-tahun yang akan<br />
datang.<br />
Perusahaan-perusahaan obatobatan<br />
India mengekspor<br />
produk-produk mereka ke 200<br />
lebih negara di dunia termasuk<br />
pasar-pasar AS, Eropa Barat,<br />
Jepang dan Australia, yang<br />
sangat ketat aturan-aturannya.<br />
Semakin tumbuhnya kehadiran<br />
para manufaktur obat-obatan<br />
India di AS telah mendorong<br />
Badan Pengawasan Makanan<br />
dan Obat-obatan AS (US Food<br />
and Drug Administration<br />
– US FDA) menerima produk-<br />
produk sekitar 175 perusahaan<br />
obat-obatan di India. US<br />
FDA juga telah membuka<br />
kantor-kantornya di New<br />
Delhi dan Mumbai untuk<br />
mengkoordinasikan kegiatankegiatannya<br />
di India.<br />
Kehadiran perusahaan farmasi<br />
India di AS dewasa ini sedang<br />
mengalami pertumbuhan<br />
yang signifikan. Pada tahun<br />
2009, misalnya, dari 483<br />
jenis produk generik yang<br />
diterima oleh US FDA, 138<br />
diantaranya disumbangkan<br />
oleh perusahaan-perusahaan<br />
India yang dalam istilah mereka<br />
disebut Abbreviated New Drug<br />
Applications (ANDAs).<br />
Sebaliknya, perusahaanperusahaan<br />
obat internasional<br />
juga giat meningkatkan<br />
kehadirannya di India, dan<br />
berusaha untuk meningkatkan<br />
ketrampilannya di bidang R&D<br />
dan keahlian para sainstis dan<br />
teknisi India. Karena India ikut<br />
menanda tangani Trade-Related<br />
Aspects of Intellectual Property<br />
Rights-compliant patent regime,<br />
perusahaan-perusahaan farmasi<br />
internasional kini sedang<br />
memperkuat kehadiran mereka<br />
di India.<br />
India kini sedang mengalami<br />
pertumbuhan sebagai pasar<br />
penting obat-obatan, khususnya<br />
dengan semakin banyaknya<br />
jumlah asuransi-asuransi<br />
kesehatan dan menjamurnya<br />
fasilitas-fasilitas pemeliharaan<br />
kesehatan yang top-class di<br />
banyak kota.<br />
Pertumbuhan sektor farmasi<br />
secara sehat di India ini akan<br />
terus menarik investasi-investasi<br />
secara besar-besaran, baik<br />
dari perusahaan-perusahaan<br />
internasional maupun domestik,<br />
pada tahun-tahun yang akan<br />
datang. Dan dunia akan<br />
semakin bergantung kepada<br />
India sebagai sumber penting<br />
obat-obat bermutu dengan harga<br />
terjangkau.<br />
◆<br />
(Sumber: IBEF)<br />
Sebuah unit dari Laboratorium Dr. Reddy bernama The Active Pharmaceutical Ingredients Unit<br />
Fasilitas Manufacturing pada Ranbaxy Laboratories Ltd.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 50 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 51
MENYADAP SANG SURYA<br />
ENERGI SURYA UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA<br />
LISTRIK SEBESAR 20.000 MW<br />
JOYDEEP GUPTA<br />
Sebuah peradaban purba<br />
seperti India selalu<br />
menyembah matahari<br />
sebagai dewa yang menciptakan<br />
kehidupan dan memeliharanya.<br />
Dan, seperti yang dikatakan oleh<br />
Perdana Menteri Manmohan<br />
Singh: “Kepada sumber<br />
energi inilah umat manusia<br />
harus berpaling untuk dapat<br />
memenuhi tantangan ganda,<br />
yaitu pengamanan energi dan<br />
perubahan iklim.”<br />
Untuk mencapai tujuan ini,<br />
India telah merumuskan<br />
rencana-rencana ambisius untuk<br />
membangkitkan tenaga listrik<br />
sebesar 20.000 MW dari tenaga<br />
surya menjelang tahun 2022,<br />
peningkatan seratus kali lipat<br />
dalam masa 12 tahun berikutnya,<br />
sebuah proyek tenaga listrik<br />
terbesar di dunia.<br />
Dalam pernyataannya bahwa<br />
India telah mulai bergerak maju<br />
dalam pemanfaatan tenaga surya<br />
dengan peluncuran Jawaharlal<br />
Nehru National Solar Mission oleh<br />
Perdana Menteri awal tahun ini<br />
dibawah brand name Solar India,<br />
Menteri Tenaga Listrik Baru dan<br />
Yang Dapat Diperbarui, Farooq<br />
Abdullah, mengatakan bahwa<br />
sekitar 1000 MW tenaga listrik<br />
akan dibangkitkan melalui ratusan<br />
solar power plants di seluruh<br />
India dalam masa tiga tahun yang<br />
akan datang.<br />
“Dalam fase kedua, kami<br />
bermaksud untuk membangkit<br />
tenaga listrik sebesar 2000 MW<br />
lagi menjelang 2015 dan terus<br />
berusaha untuk mencapai target<br />
20.000 MW menjelang 2022.<br />
Dengan semakin banyaknya para<br />
pemain yang ingin ikut ambil<br />
bagian dalam pendirian solar<br />
power plant, biaya pendirian<br />
sebuah power plant akan<br />
menurun sehingga tenaga surya<br />
dapat dinikmati semua orang<br />
dengan harga terjangkau,” ucap<br />
Abdullah.<br />
Tenaga surya dapat merubah<br />
India dalam banyak cara. Seperti<br />
yang dikatakan Perdana Menteri<br />
pada waktu peluncuran tersebut,<br />
hal ini dapat menjadi scientific<br />
and technological frontier<br />
berikutnya bagi India setelah<br />
mencapai kemajuan-kemajuan<br />
di bidang tenaga atom, ruang<br />
angkasa dan teknologi informasi.<br />
Kesuksesan misi ini “mempunyai<br />
potensi untuk merubah prospek<br />
India di bidang tenaga listrik serta<br />
memberikan sumbangan kepada<br />
upaya-upaya nasional dan global<br />
untuk mengatasi perubahan<br />
iklim.”<br />
Target pembangunan kapasitas<br />
pembangkitan tenaga listrik<br />
sebesar 20.000 MW pada tahun<br />
2022 “memang ambisius”, aku<br />
Perdana Menteri Manmohan<br />
Singh, “tetapi saya percaya<br />
dengan tulus bahwa target ini<br />
adalah dua kali lipat lebih besar<br />
dan kita bisa bekerja dengan<br />
serius untuk mencapainya sebagai<br />
sebuah upaya dengan prioritas<br />
nasional.”<br />
Sebagai negara yang melimpah<br />
tenaga suryanya hampir sepanjang<br />
tahun, India berada pada posisi<br />
yang sangat menguntungkan<br />
untuk mengembangkan tenaga<br />
surya. India memperoleh sekitar<br />
5000 trilyun kWh per tahun<br />
diatas kawasan daratannya yang<br />
sebagian besarnya menerima 4-7<br />
kWh per meter persegi setiap hari.<br />
Masalah pokok dengan<br />
penyadapan cepat tenaga surya<br />
adalah ongkosnya yang tinggi<br />
dibandingkan dengan sumbersumber<br />
tenaga yang lain seperti<br />
batu bara. Diperkirakan bahwa<br />
untuk menghasilkan satu unit<br />
tenaga listrik surya, dibutuhkan<br />
biaya sekitar Rs.17,50, lebih dari<br />
dua kali lipat biaya pembangkitan<br />
listrik dengan batu bara.<br />
Kementerian Tenaga Listrik Baru<br />
dan Yang Dapat Diperbarui<br />
atau The Ministry of New and<br />
Renewable Energy (MNRE),<br />
mengatakan bahwa tujuan misi ini<br />
ialah “untuk menciptakan kondisi<br />
melalui peningakatan cepat<br />
kapasitas dan inovasi teknologi,<br />
guna menurunkan ongkos-ongkos<br />
pembangkitan tenaga listrik.”<br />
“Misi ini merencanakan untuk<br />
mencapai paritas grid menjelang<br />
tahun 2022 dan paritas dengan<br />
tenaga listrik dari batu bara pada<br />
tahun 2030,” kata dokumen misi<br />
MNRE.<br />
Faktor-faktor ekonomi tenaga<br />
listrik surya tampaknya lebih<br />
baik karena harga listrik yang<br />
dibangkitkan oleh sumber-sumber<br />
lain terus meningkat. Harga listrik<br />
yang diperdagangkan secara<br />
internal telah mencapai Rs.7 per<br />
unit untuk base loads dan sekitar<br />
Rs.8,50 per unit pada periodeperiode<br />
puncak.<br />
Ongkos ini bisa meningkat lagi<br />
karena negara berencana untuk<br />
menggunakan batu bara impor<br />
guna memenuhi kebutuhan<br />
listriknya. Harga listrik harus<br />
disesuaikan dengan ketersediaan<br />
batu bara di pasar internasional<br />
dan harga untuk membangun<br />
infrastruktur impor. Hal lain yang<br />
harus diperhatikan adalah karena<br />
ongkos degradasi lingkungan<br />
bergantung kepada penambangan<br />
batu bara, harga bahan mentah ini<br />
akan terus naik.<br />
Karena masalah kekurangan<br />
tenaga listrik semakin serius,<br />
India sedang meningkatkan<br />
penggunaan tenaga listrik<br />
diesel yang harganya sangat<br />
mahal, Rs.15 per unit. Dalam<br />
situasi inilah keharusan untuk<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 52 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 53
“Juga perlu dilakukan upayaupaya<br />
untuk menjamin agar<br />
lampu-lampu LED (Light Emitting<br />
Diode) dipakai secara luas<br />
untuk penerangan jalan-jalan,<br />
kantor-kantor pemerintah,<br />
gedung-gedung komersil dan<br />
rumah-rumah tangga guna<br />
mengurangi pemakaian bohlam<br />
konvensional dan lampu-lampu<br />
compact fluorescent lamps (CFL)<br />
yang kurang efisien dan boros<br />
listrik,” Menteri Farooq Abdullah<br />
menambahkan.<br />
memanfaatkan tenaga surya<br />
dianggap urgen dan layak agar<br />
negara dapat memenuhi kebutuhan<br />
listriknya untuk jangka panjang.<br />
Misi Tenaga Surya India ini akan<br />
mengadopsi sebuah pendekatan<br />
tiga fase, dengan sisa pelaksanaan<br />
Pelita 11 dan tahun pertama Pelita<br />
12 (sampai 2012-13) sebagai<br />
Fase 1, sisanya selama empat<br />
tahun lagi dari Pelita 12 (2013-17)<br />
sebagai Fase 2 dan Pelita 13<br />
(2017-22) sebagai Fase 3.<br />
Menurut MNRE, fase pertama<br />
akan difokuskan kepada mencari<br />
pilihan-pilihan ringan dalam<br />
pembangkitan listrik tenaga surya;<br />
mempromosikan off-grid systems<br />
untuk melayani penduduk tanpa<br />
harus memakai tenaga listrik<br />
komersial dan penambahan<br />
kapasitas secara sederhana dalam<br />
grid-based systems. Pada Fase<br />
2, setelah mempertimbangkan<br />
pengalaman-pengalaman yang<br />
diperoleh pada tahun-tahun<br />
pertama, kapasitas pembangkitan<br />
akan ditingkatkan untuk<br />
menciptakan kondisi untuk<br />
meningkatkan produksi tenaga<br />
listrik surya di India.<br />
Tujuan ini, kata MNRE, akan<br />
dicapai dengan membangun<br />
kolektor tenaga surya pada areal<br />
seluas 15 juta meter persegi<br />
menjelang 2017 dan 20 juta meter<br />
persegi menjelang 2022.<br />
“Target yang ambisius ini untuk<br />
tahun 2022 sebesar 20.000 MW<br />
atau lebih akan bergantung kepada<br />
pembelajaran pada dua fase<br />
pertama, yang jika berhasil, dapat<br />
menciptakan kondisi-kondisi<br />
bagi pembangkitan tenaga listrik<br />
tenaga surya yang kompetitif,”<br />
kata kertas kerja misi ini.<br />
Pemerintah, melalui undangundang,<br />
akan mengharuskan<br />
gedung-gedung untuk dilengkapi<br />
dengan solar heater dan<br />
menciptakan mekanisme yang<br />
efektif untuk pensertifikasian<br />
dan penentuan rating bagi<br />
para pengusaha yang ingin<br />
mengajukan permohonan bagi<br />
pembangkitan listrik bertenaga<br />
surya.<br />
Misi Solar India akan memfasilitasi<br />
pengembangan alat-alat<br />
pembangkitan listrik tenaga<br />
surya secara individual melalui<br />
badan-badan kelistrikan setempat,<br />
dan mendukung peningkatan<br />
teknologi dan kapasitas<br />
pembangkitan melalui pinjamanpinjaman<br />
lunak.<br />
Seperti yang disampaikan Perdana<br />
Menteri, “inovasi di bidang<br />
teknologi akan menjadi faktor<br />
kunci untuk menjamin suksesnya<br />
misi ini.”<br />
“Kita perlu menemukan<br />
cara-cara untuk mengurangi<br />
intensitas ruang untuk aplikasi<br />
pembangkitan tenaga listrik surya,<br />
termasuk melalui penggunaan<br />
teknologi-nano. Cost-effective dan<br />
penyimpanan tenaga surya setelah<br />
jam-jam panas terik akan menjadi<br />
sangat kritis bagi kemunculannya<br />
sebagai sebuah sumber tenaga<br />
listrik utama. Sementara itu, kita<br />
perlu juga menjajagi solusi-solusi<br />
hibrida yang menggabungkan<br />
pembangkitan listrik tenaga<br />
surya dengan tenaga listrik yang<br />
dibangkitkan dengan gas, biomass<br />
atau bahkan batu bara,” katanya.<br />
Industri-industri di India jelas<br />
harus memainkan peranan utama<br />
untuk menjamin keberhasilan<br />
misi ini, dan untuk ini mereka<br />
harus mendirikan “Solar Valleys”<br />
atau Lembah Surya di seluruh<br />
India seperti Lembah Silikon”<br />
yang telah berdiri, kata Perdana<br />
Menteri.<br />
“Lembah-lembah ini akan<br />
menjadi pusat pengembangan<br />
solar science, solar engineering<br />
dan solar research, fabrikasi<br />
dan manufakturingnya. Saya<br />
mendesak agar industri-industri<br />
di India untuk dapat melihat misi<br />
solar nasional ini sebagai sebuah<br />
peluang bisnis yang sangat besar.”<br />
Di pihaknya, Menteri Abdullah<br />
mengakui bahwa ongkos<br />
pendirian sebuah solar power<br />
plant cukup tinggi – Rs.150<br />
juta untuk 1 MW – tetapi<br />
menambahkan bahwa dalam<br />
jangka panjang, listrik dari<br />
sumber energi yang bersih<br />
dan tidak akan habis ini akan<br />
sangat menguntungkan dalam<br />
banyak hal dibanding dengan<br />
sumber-sumber energi dari bahan<br />
bakar fosil dan sumber-sumber<br />
konvensional.<br />
“Kami sedang merencanakan<br />
untuk memasang solar panel di<br />
sekitar 20.000 menara seluler di<br />
seluruh India untuk mengganti<br />
gen-set diesel yang digunakan<br />
untuk mengoperasikan menaramenara<br />
tersebut dan mengurangi<br />
dampak jeleknya terhadap<br />
lingkungan,” ujarnya.<br />
Untuk mengurangi pemakaian<br />
kayu bakar dan gas untuk<br />
memasak, Menteri Abdullah<br />
menyarankan peningkatan<br />
pemakaian solar cooker dan solar<br />
heater.<br />
“Solar cooker kini telah dipakai<br />
secara luas di Shirdi, negara<br />
bagian Maharashtra, Mount Abu di<br />
Rajasthan dan Tirupati di Andhra<br />
Pradesh untuk memasak bagi<br />
sekitar 20.000-25.000 orang setiap<br />
hari. Hal ini perlu ditingkatkan<br />
secara besar-besaran untuk<br />
melestarikan sumber-sumber alam<br />
dan mengurangi ketergantungan<br />
kepada impor bahan-bahan bakar<br />
fosil,” ujarnya.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang wartawan freelance.<br />
Foto: Sumbangan Ministry of New &<br />
Renewable Energy, Government of India.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 54 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 55
Institut Desain Nasional<br />
Berubah dengan Zaman<br />
pada desain-desain produk,<br />
tekstil, grafis, otomatif, transpor<br />
dan interior.<br />
NID, seperti yang dikatakan<br />
oleh piagam tujuan-tujuannya,<br />
dimaksudkan untuk memelopori<br />
desain industri dan sainstifik<br />
pada tahun 1960-an, karena pada<br />
waktu itu bentuk pertumbuhan<br />
yang diinginkan oleh Perdana<br />
Menteri pertama India, Jawaharlal<br />
Nehru, memberi penekanan<br />
kepada perangkat keras industri.<br />
NID dikembangkan menurut<br />
model Bauhaus and Ulm School<br />
of Design di Jerman.<br />
Tetapi globalisasi dan<br />
pertumbuhan sektor-sektor<br />
industri sekunder dan tertier<br />
yang lunak dan berkembang<br />
sesuai desain telah<br />
mengharuskan lembaga ini<br />
untuk mereorientasikan policy<br />
pendidikan dan tujuan-tujuannya.<br />
Peningkatan kepedulian<br />
terhadap masalah lingkungan<br />
dan peningkatan ongkos-ongkos<br />
telah merangsang NID untuk<br />
mempertimbangkan programprogram<br />
masa depan yang<br />
lebih berkesinambungan dan<br />
bersahabat dengan lingkungan.<br />
“NID sedang memusatkan<br />
perhatian pada program-program<br />
desain yang lebih inklusif,<br />
eco-friendly, bertanggung jawab<br />
dan berkesinambungan dengan<br />
sebuah perspektif global,” kata<br />
Direkturnya, Pradyumna Vyas.<br />
Namun demikian, Vyas, yang<br />
sedang memelopori sebuah<br />
modul pendidikan yang baru<br />
untuk NID, menjelaskan bahwa<br />
“disamping berusaha untuk<br />
merumuskan arahan yang lebih<br />
mengglobal dalam creative<br />
designing, NID juga ingin<br />
mempertahankan identitasnya<br />
dan sistim-sistim kebudayaan<br />
tradisional India.”<br />
“Kami sedang berusaha untuk<br />
meninjau kembali kursus-kursus<br />
yang diberikan dan memperbaiki<br />
sistim pendidikan desain dan<br />
MADHUSREE CHATTERJEE<br />
Institut Desain Nasional atau<br />
The National Institute of<br />
Design (NID) yang terletak di<br />
kota bisnis dan industri tekstil,<br />
Ahmedabad, di negara bagian<br />
Gujarat di pantai barat India, akan<br />
berumur 50 tahun pada tahun 2011.<br />
Lembaga ini berfungsi sebagai<br />
badan berotonomi dibawah<br />
Departemen Policy dan Promosi<br />
Industri dari Kementerian<br />
Perdagangan dan Industri dan<br />
terdaftar sebagai salah satu dari<br />
25 Sekolah Tinggi Desain top<br />
di Asia dan Eropa. NID sering<br />
digambarkan sebagai tulang<br />
punggung India di bidang desain,<br />
yang telah berhasil memelopori<br />
gerakan desain selama beberapa<br />
dasawarsa terakhir.<br />
Menjelang peringatan HUTnya<br />
yang ke-50, NID akan<br />
melancarkan serangkaian event<br />
selama satu tahun yang akan<br />
mencapai puncaknya dengan<br />
sebuah acara yang gemerlapan<br />
pada bulan Desember 2011.<br />
Tetapi, sebagai jantung peringatan<br />
tahun emasnya ini adalah<br />
sebuah perubahan penting<br />
dalam kebijakan desain NID,<br />
yang kini mempromosikan<br />
sebuah pendekatan yang lebih<br />
inklusif dan hijau terhadap<br />
desain, beda dengan masa empat<br />
dasawarsa terakhir, dimana dia<br />
menyalurkan energi kreatifnya<br />
untuk menciptakan desainerdesainer<br />
yang dinamis yang dapat<br />
memberikan bentuk kepada<br />
industri desain India berkembang<br />
dalam masa tiga dasawarsa penuh<br />
pristiwa terakhir ini dengan<br />
memberikan pendidikan khusus.<br />
Bidang keahlian NID terletak<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 56 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 57
infrastruktur sehingga dia bisa<br />
berkesinambungan untuk periode<br />
50 tahun berikutnya,” kata<br />
Direktur NID.<br />
Sebuah komponen penting<br />
dalam modul desain yang baru<br />
NID adalah sebuah program<br />
untuk melakukan intervensi<br />
katalisit dan keikutsertaan pada<br />
industri-industri milik pemerintah<br />
maupun swasta. Hal ini sesuai<br />
dengan National Design Policy<br />
yang diumumkan pada tahun<br />
2007 yang berusaha untuk<br />
mengkonsolidasikan secara<br />
strategis arti penting desain<br />
dalam pembangunan di bidang<br />
sosial, industri dan ekonomi<br />
guna meningkatkan mutu<br />
produk-produk dan pelayanan;<br />
dan memposisikan India sebagai<br />
international design brand yang<br />
telah teruji secara global.<br />
Design Clinic yang baru milik<br />
NID, yang dibangun dengan<br />
biaya sekitar Rs.730 juta ($15<br />
juta), sebuah program intervensi<br />
yang unik untuk perusahaanperusahaan<br />
mikro, kecil dan<br />
menengah yang terus bertumbuh<br />
berdasarkan program National<br />
Manufacturing Competitiveness<br />
Programme. Program yang<br />
dirancang dan dilaksanakan<br />
oleh NID ini dengan kerjasama<br />
pemerintah, akan membantu<br />
industri-industri pada sektorsektor<br />
mikro, kecil dan menengah<br />
meningkatkan value chain<br />
mereka dengan membantu<br />
mereka di bidang desain dalam<br />
proses produksinya.<br />
Sebagian besar industri-industri<br />
berskala mikro, kecil dan<br />
menengah di India masih belum<br />
menyadari pentingnya desain<br />
dalam proses produksi dan<br />
packaging, sehingga sering kalah<br />
bersaing dalam pasar global, ujar<br />
Vyas. Klinik-klinik desain NID<br />
akan menjangkau 200 perusahaan<br />
mikro, kecil dan menengah<br />
melalui lokakarya-lokakarya,<br />
sensitisasi, seminar-seminar<br />
dan intervensi langsung selama<br />
periode dua setengah tahun.<br />
Sekolah desain ini juga membantu<br />
pemerintah mengembangkan<br />
G-Mark, sebuah standar desain<br />
seperti sertifikasi International<br />
Organisation for Standardisation<br />
(ISO) untuk menjamin uniformitas<br />
yang kualitatif dalam desaindesain.<br />
“Inilah bidang-bidang dimana NID<br />
dapat memainkan peranan paling<br />
menentukan dalam membantu<br />
India memetakan sebuah designcourse<br />
yang berkesinambungan,<br />
bersahabat lingkungan dan<br />
berorientasi ke pasar,” kata Vyas.<br />
Skim yang sungguhpun futuristik<br />
ini cocok dengan moto konseptual<br />
NID tentang sebuah program<br />
desain yang multi disipliner, baik<br />
dari segi pendidikan maupun<br />
jangkauan keluarnya (outreach),<br />
tambah Vyas.<br />
Dalam sebuah studi persiapan<br />
(preparatory study) pada tahun<br />
1958, berjudul “India Report”<br />
oleh desainer-desainer industrial<br />
Amerika, Charles dan Ray<br />
Eames, mereka menekankan<br />
perlunya untuk “untuk<br />
mempersatukan semua disiplin<br />
yang telah muncul dalam zaman<br />
kita – sosiologi, engineering,<br />
filosofi, arsitektur, ekonomi,<br />
komunikasi, fisika, psikologi,<br />
sejarah, melukis, antropologi”<br />
dalam menciptakan desain-desain<br />
produksi modern.<br />
Kedua Eames yang datang ke<br />
India dengan Beasiswa Ford<br />
Foundation ini diminta oleh<br />
pemerintah untuk membuat<br />
sebuah asesmen tentang apa yang<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 58 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 59
diperlukan oleh desain-desain<br />
produk dan industri di India pada<br />
tahun 1960-an.<br />
Laporan mereka, sebuah<br />
pernyataan tentang kepedulian<br />
dan strategi-strategi yang<br />
ditimbulkan oleh Industrial<br />
Policy Resolution India tahun<br />
1953, lebih lanjut menyatakan:<br />
“... Kami merekomendasikan<br />
pendirian sebuah institute of<br />
design, research and service<br />
yang akan menjadi sebuah<br />
tempat pelatihan lanjut. Lembaga<br />
ini akan berada dibawah<br />
Kementerian Perdagangan dan<br />
Industri – tetapi harus memiliki<br />
otonomi yang cukup untuk<br />
melindungi tujuan utamanya dari<br />
disintegrasi birokratik.”<br />
Laporan tersebut menjadi dasar<br />
bagi pendirian NID.<br />
NID mempunyai tiga kampus,<br />
sebuah kampus untuk pascasarjana<br />
kini sedang dibangun di<br />
Gandhinagar di negara bagian<br />
Gujarat dan sebuah pusat<br />
Penelitian dan Pengembangan<br />
di Bengaluru dan kampus utama<br />
untuk belajar di Ahmedabad. NID<br />
menawarkan program-program<br />
pendidikan profesional pada<br />
tingkat under-graduate dan postgraduate<br />
dengan lima fakultas/<br />
jurusan dan 16 design domain<br />
yang berbeda.<br />
NID telah memiliki programprogram<br />
pertukaran dan<br />
hubungan pedagogis dengan<br />
35 institusi di luar negeri. Dia<br />
mencadangkan 10 persen<br />
bangkunya untuk mahasiswamahasiswa<br />
asing.<br />
NID siap untuk meluaskan<br />
jaringannya ke empat lokasi lagi<br />
di seluruh India, masing-masing<br />
di Andhra Pradesh, Assam,<br />
Haryana dan Madhya Pradesh.<br />
“Kampus-kampus baru ini<br />
merupakan kampus-kampus<br />
independen seperti IIT (Indian<br />
Institutes of Technology)<br />
dalam operasinya, tetapi NID-<br />
Ahmedabad akan menstruktur<br />
kembali strategi, kurikulum dan<br />
pengembangan infrastrukturnya,”<br />
ujar Direktur NID.<br />
Struktur Program NID secara<br />
keseluruhannya merupakan<br />
kombinasi antara teori,<br />
ketrampilan-ketrampilan, proyekproyek<br />
desain dan pengalamanpengalaman<br />
lapangan, didukung<br />
oleh studio-studio desain yang<br />
canggih, skills and innovation<br />
labs dan knowledge management<br />
centres. Studi-studi desain interdiscipliner<br />
dalam sains dan seniseni<br />
liberal dapat memperluas<br />
perspektif mahasiswanya.<br />
NID berusaha untuk dapat meraih<br />
manfaat yang sebesar-besarnya<br />
dari pertumbuhan besar di bidang<br />
desain sebagai sebuah pilihan<br />
karir yang banyak dicari orang.<br />
Sebelumnya pada tahun ini<br />
NID membentuk India Design<br />
Council atau Dewan Desain India<br />
dibawah pimpinan industrialis<br />
Anand Mahindra, yang akan<br />
bertindak sebagai sebuah badan<br />
pembina untuk pendidikan<br />
desain, mempersiapkan sebuah<br />
data base untuk lembaga-lembaga<br />
desain dan untuk membimbing<br />
para mahasiswa dan orang tua<br />
dalam membantu mereka memilih<br />
program-program desain yang<br />
terbaik.<br />
Dewan ini akan mengkaji<br />
keuntungan-keuntungan<br />
perpajakan untuk investasi di<br />
bidang desain dalam industri,<br />
badan-badan litbang dan institusiinstitusi.<br />
Untuk menjadikannya lebih<br />
relevan dari segi sosial sebagai<br />
bagian dari upaya-upaya untuk<br />
mencapai jangkauan-jangkauan<br />
yang lebih jauh, NID bekerjasama<br />
dengan International Institute<br />
of Information Design di<br />
Jepang untuk merumuskan<br />
pengembangan-pengembangan<br />
dan perubahan yang ada<br />
hubungannya dengan desain<br />
dalam gaya hidup masyarakat<br />
di seluruh India, dan juga<br />
untuk meningkatkan pelayanan<br />
pemeliharaan kesehatan.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang wartawan.<br />
Foto-foto: Disumbangkan oleh NID.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 60 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 61
Warisan Kerajinan<br />
Karya-karya seni menjahit<br />
yang dikenal dengan nama<br />
Kantha pada esensinya<br />
terbuat dari material-material lama<br />
dan saree dan disulam dengan<br />
jahitan-jahitan tanpa putus-putus.<br />
Kantha mempunyai sejumlah<br />
pola-pola tradisional berdasarkan<br />
simbol-simbol agama, dongengdongeng<br />
dan legenda, kegiatan<br />
penduduk dan pemandangan di<br />
desa-desa, bunga-bunga, burungburung,<br />
binatang-binatang<br />
Kantha<br />
Kerajinan Menyulam Yang Artistik<br />
Dr. BIMLA VERMA<br />
dan tanaman-tanaman dengan<br />
perpaduan warna yang menarik.<br />
Sejak ratusan tahun silam sulaman<br />
tangan telah digunakan untuk<br />
mendekorasi tekstil dan garmen.<br />
Penggalian-penggalian arkeologis<br />
telah menemukan jarum-jarum<br />
sulaman dari perunggu yang<br />
diperkirakan berasal dari tahun<br />
2300-1500 SM serta figurin-figurin<br />
yang dibalut dengan pakaianpakaian<br />
bersulam. Tekstil-tekstil<br />
bersulam yang serupa juga<br />
terlihat pada patung-patung<br />
Budha yang berasal dari abad<br />
kedua dan pertama SM; patungpatung<br />
Kushan dan fresko-fresko<br />
di Ajanta.<br />
Di India, setiap daerah memiliki<br />
corak dan gaya yang sulaman<br />
yang berbeda. Karya-karya<br />
sulaman tangan India paling<br />
terkenal adalah sulaman-sulaman<br />
Phulkari dari Punjab, Chikankari<br />
dari Lucknow, Kasauti dari<br />
Karnataka, Toda dari Tamil<br />
Nadu, sulaman-sulaman dengan<br />
cermin-cermin kecil (Mirror<br />
work) dari Gujarat dan Rajasthan,<br />
Kasida dari Kashmir, sulaman<br />
Chamba di Himachal Pradesh,<br />
karya Appliqué di Orissa, Gujarat,<br />
Rajasthan dan Tamil Nadu serta<br />
sulaman Kantha di Bengala Barat<br />
(West Bengal).<br />
Sulaman Kantha secara esensial<br />
dikerjakan oleh kaum wanita dan<br />
kerajinan ini masih hidup sampai<br />
sekarang di Bengala, dimana<br />
kaum wanita mengisi waktuwaktu<br />
luang mereka dengan<br />
menyulam. Saree-saree lama<br />
banyak yang dijadikan bahan<br />
untuk membuat sulaman Kantha<br />
dengan cara melapiskan dua<br />
atau tiga helai saree lalu dijahit<br />
bersamaan dan disulam. Untuk<br />
menjaga agar lapisan-lapisan<br />
saree tersebut sama dan uniform,<br />
pada keempat ujungnya ditarok<br />
pemberat, lalu dijahit secara<br />
bersamaan dengan teknik close<br />
running stitches.<br />
Sulaman-sulaman Kantha terdiri<br />
dari beragam bentuk dan gaya<br />
untuk dipakai pada event-event<br />
yang berbeda. Rumal, misalnya,<br />
adalah sejenis sulaman Kantha<br />
berbentuk sapu tangan atau<br />
handkerchief. Pada umumnya,<br />
Rumal dihiasi dengan sebuah<br />
desain lotus (bunga teratai) di<br />
tengah-tengahnya yang dikelilingi<br />
oleh motif-motif lain. Dalam<br />
Dilip Banerjee<br />
Dilip Banerjee<br />
Dilip Banerjee<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 62 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 63
Dilip Banerjee<br />
bahasa Bengali, Arshilata berarti<br />
sebuah pembungkus yang<br />
digunakan untuk membungkus<br />
buku-buku seremonial,<br />
barang-barang berharga dan<br />
lain-lain. Bentuknya persegi<br />
empat (square), dengan pinggirpinggirnya<br />
yang lebar dan dihiasi<br />
dengan sebarisan figur-figur<br />
manusia dan binatang dengan<br />
sebuah lotus ditengah-tengahnya<br />
dan floral patterns (pola-pola<br />
bunga) di keempat sudutnya.<br />
Kaum wanita di Bengala juga<br />
membuat sarung-sarung bantal<br />
dengan motif-motif khusus<br />
dengan hiasan-hiasan berbentuk<br />
garis-garis lurus dan hiasanhiasan<br />
konvensional berbentuk<br />
pohon-pohon dan burungburung.<br />
Selain karya-karya ini,<br />
mereka juga membuat Sujni yang<br />
paling banyak dekorasinya, yang<br />
dipakai sebagai seprei, dengan<br />
bentuk empat persegi panjang<br />
dan dihiasi dengan berbagai<br />
desain dengan pinggir-pinggir<br />
yang menarik.<br />
Dalam motif Sujni, ditengahtengahnya<br />
terdapat sebuah<br />
bunga teratai yang dikelilingi<br />
oleh berbagai jenis creepers<br />
(tanaman-tanaman rambat),<br />
binatang, burung, bunga dan<br />
sebagainya. Kadang-kadang<br />
sulamannya dikerjakan langsung<br />
dengan benang katun, dan<br />
ornamentasinya dikerjakan<br />
dengan teknik chain stitch<br />
sementara latar belakangnya<br />
dikerjakan dengan teknik<br />
Dr. Bimla Verma<br />
Dr. Bimla Verma<br />
Dilip Banerjee<br />
Dr. Bimla Verma<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 64 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 65
unning stitch dengan pola<br />
yang disebut scale pattern.<br />
Kuilt atau selimut tebal hampir<br />
sama bentuknya dengan Sujni,<br />
Kuilt selalu diisi dengan kapas<br />
sehingga menjadi tebal, dan<br />
disain dengan indah di dekorasi<br />
dengan banyak warna. Kuilt<br />
sebetulnya adalah sejenis selimut<br />
tebal yang umumnya digunakan<br />
untuk musim dingin.<br />
sulaman mereka dengan polapola<br />
bertemakan sosial seperti<br />
adegan-adegan pernikahan,<br />
rombongan-rombongan musisi,<br />
suasana pada waktu panen,<br />
kereta-kereta lembu, suasana<br />
perburuan dan adegan-adegan<br />
dari Ramayana, Mahabharata<br />
dan epos-epos Hindu lainnya.<br />
Lambang-lambang kesucian<br />
seperti ikan, sangkakala, kerang,<br />
bunga teratai, pohon kehidupan,<br />
mandala dan kalash juga sering<br />
dipakai.<br />
Pada umumnya, para penyulam<br />
bebas-sebebasnya untuk<br />
berinovasi dalam pengerjaan<br />
desainya. Meskipun sulaman<br />
Kantha memiliki motif-motif<br />
Sujni dan Kuilt memberi<br />
kebebasan penuh kepada para<br />
penyulam untuk menggunakan<br />
segala keahlian menyulam<br />
mereka dalam membuat motif<br />
dan pola-pola serta menentukan<br />
corak dan warna-warna mereka<br />
sendiri.<br />
Jika para penyulam ingin<br />
menggunakan motif-motif<br />
tradisional, motif-motif tersebut<br />
dikerjakan pada permukaannya,<br />
sementara dasar untuk motifmotif<br />
tersebut dikerjakan<br />
dengan teknik close, long and<br />
short running stitches, dengan<br />
menggunakan benang yang<br />
diambil atau ditarik dari pinggir<br />
saree-saree usang. Disini saya<br />
ingin menambahkan bahwa<br />
saree-saree katun Bengala<br />
memiliki pinggir-pinggir yang<br />
indah dalam banyak warna.<br />
Para penyulam Kantha sangat<br />
gemar dengan motif-motif teratai,<br />
binatang-binatang, khususnya<br />
gajah dan kuda, burung-burung,<br />
terutama merak, bunga – teratai<br />
mulai dari yang berdaun lima<br />
sampai seratus. Mereka senang<br />
menghiasi karya-karya sulaman<br />
mereka dengan berbagai desain<br />
dengan bantuan tanam-tanaman<br />
dan bunga-bunga. Mereka juga<br />
sering menghiasi sulaman-<br />
Dr. Bimla Verma<br />
Dilip Banerjee<br />
Dr. Bimla Verma<br />
Dr. Bimla Verma<br />
dan desain-desain yang tidak<br />
terbatas jumlahnya, tetapi desaindesain<br />
“Mandala” dan “Kalash”<br />
khusus diperuntukkan untuk<br />
festival-festival dan acara-acara<br />
keagamaan untuk memenuhi<br />
sumpah-sumpah tertentu.<br />
Apabila para penyulam memakai<br />
motif teratai, meraka selalu<br />
memulai pengerjaannya dari<br />
tengah, lalu meneruskannya<br />
dalam bentuk sirkular (bulat).<br />
Tetapi dalam pengerjaan<br />
desain-desain lain, mereka<br />
memulainya dari sudut, seperti<br />
pohon kehidupan, lalu terus ke<br />
tengah. Kadangkala, setiknya<br />
(stitches) dibuat sedemikian rupa<br />
Dilip Banerjee<br />
sehingga desainnya kelihatan<br />
sama di kedua sisinya dan hampir<br />
tidak mungkin bagi kita untuk<br />
membedakan antara sisi depan<br />
dengan yang belakang.<br />
Warna-warna paling populer<br />
adalah biru, kuning, merah,<br />
hitam atau coklat dan putih.<br />
Sekarang para penyulam<br />
memakai banyak warna diatas<br />
latarbelakang-latarbelakang<br />
dengan warna-warna berbeda.<br />
Secara tradisional mereka hanya<br />
menggunakan saree-saree dengan<br />
warna kuning gading (off white).<br />
Hasil-hasil karya sulaman Kantha<br />
kini banyak dibuat dari bahanbahan<br />
katun, sutera, tussar, sutera<br />
Dilip Banerjee<br />
monga, cambric, semi cotton,<br />
terry cotton dan bahkan kain-kain<br />
sintetis dengan skema pewarnaan<br />
yang artistik dan indah.<br />
Desain-desain yang mereka<br />
pakai bersifat tradisional maupun<br />
modern. Banyak para fesyen<br />
desainer yang juga menggunakan<br />
sulaman Kantha dengan<br />
kombinasi hiasan cermin atau<br />
sekuin.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang wartawan dan<br />
fotografer freelance.<br />
Dilip Banerjee Dilip Banerjee<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 66 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 67
Tinjauan Buku<br />
“Saya tidak berpikir sama sekali<br />
bahwa Raj Kapoor telah membuat<br />
sebuah film yang lebih bagus<br />
dari Awaara. Barangkali saya<br />
telah menonton film ini seratus<br />
kali. Disamping segala bentuk<br />
pujian yang memang pantas<br />
diberikan kepada banyak aspek<br />
film tersebut, Raj Kapoor juga<br />
telah membuat sejarah dengan<br />
menampilkan empat generasi<br />
dari keluarga aktor-aktor kita<br />
ini – mulai dari ayah kakek<br />
saya, kakek saya, ayah saya,<br />
Om dan akhirnya saya sendiri,”<br />
kata Randhir Kapoor dalam Kata<br />
Pengantarnya (Foreword) untuk<br />
buku The Dialogue of Awaara<br />
oleh Nasreen Munni Kabir<br />
(Niyogi Books). Tetapi sebelum<br />
kita membicarakan film dengan<br />
edisi tulisan/bahasa three-in-one<br />
ini (Hindi, Urdu dan Latin) demi<br />
melestarikan tradisi film-film<br />
Bollywood yang immortal, atau<br />
nilai-nilai produksinya yang<br />
elegan dan estetis, mari kita lihat<br />
kembali sejarah pra-produksinya.<br />
Khwaja Ahmad Abbas, seorang<br />
penulis Urdu terkenal, dan<br />
seorang wartawan pada tahun<br />
1950-an pertama menulis sebuah<br />
cerpen tentang keturunan<br />
dan lingkungan yang sengaja<br />
dipilihnya untuk bercerita<br />
tentang sebuah real life incident<br />
dari sejarah sebuah keluarga<br />
yang penuh pristiwa. Penyair<br />
Maulana Hali adalah ayah dari<br />
kakek Abbas. Tetapi cerita ini<br />
adalah tentang pamannya yang<br />
MELIHAT AWAARA LAGI<br />
Naskah: SURESH KOHLI<br />
Foto: S.M.M. AUSAJA<br />
sudah meninggal, seorang<br />
Hakim yang sedang aktif yang<br />
memegang teguh kepercayaan<br />
kepada genetic nobility (sifat<br />
mulia karena keturunan), sampai<br />
pada suatu hari – suatu kejadian<br />
yang membuatnya shock dan<br />
sangat kecewa – putranya<br />
sendiri yang telah menjadi anak<br />
brandal tertangkap dalam kasus<br />
perampokan. Ceritanya memang<br />
berkisar tentang temanya, tetapi<br />
dibatasi hanya sampai kepada<br />
konflik antara ayah dan putranya.<br />
Abbas menceritakan kisah<br />
tersebut kepada temannya V.P.<br />
Sathe yang lalu merubahnya<br />
menjadi sebuah cerita film, dan<br />
dalam pikirannya akan dibintangi<br />
oleh Prithviraj Kapoor, dan<br />
putranya Raj Kapoor, seorang<br />
aktor yang sedang naik daun.<br />
Ide mengenai casting ini datang<br />
dari produksi Prithvi Theatre<br />
Pathan dimana duo ayah-anak ini<br />
bermain bersama untuk pertama<br />
kalinya.<br />
Ketika Mehboob Khan, yang<br />
bersinar dengan keberhasilan<br />
film Andaz, mendengar tentang<br />
kisah ini, dia ingin mengambil<br />
alih untuk dijadikan produksinya<br />
sendiri. Tetapi ketika Abbas<br />
bersikeras mengenai kondisi<br />
casting, Mehboob Khan mundur.<br />
Dia tidak berkeberatan untuk<br />
meng-casting Prithviraj tetapi<br />
bukan putranya, Raj Kapoor.<br />
Untuk mengganti Raj Kapoor,<br />
Mehboob ingin meng-casting<br />
aktor favoritnya, Dilip Kumar.<br />
Ketika Raj Kapoor mendengar<br />
insiden ini, dia melakukan<br />
pendekatan terhadap Abbas<br />
untuk mendapatkan narasinya,<br />
dan ditempat itu juga dia membeli<br />
scriptnya dengan memberi<br />
Abbas dan Sathe uang Satu<br />
Rupee sebagai signing amount.<br />
Disamping itu, juga ada cerita<br />
tentang bagaimana tokoh besar<br />
Pathan, yaitu Prithviraj Kapoor,<br />
dijaring untuk mau ikut main<br />
dengan peran sebagai seorang<br />
ayah dan pada waktu itu dia<br />
memang sedang memainkan<br />
peran-peran sebagai tokoh<br />
terkemuka di teater.<br />
Alasan-alasan utama bagi bertahan<br />
lamanya dan besarnya daya pikat<br />
Awaara adalah temanya yang<br />
mulia dan kehebatan castingnya,<br />
script yang simpel, dialog yang<br />
penuh arti, dan penyutradaraan<br />
yang imajinatif. Dalam kata-kata<br />
Abbas sendiri: “Raj Kapoor<br />
menghabiskan waktu dua tahun<br />
untuk memproduksi Awaara.<br />
Produksi ini cukup unik – semua<br />
adegan dan dialog saya ada<br />
disana, setelah dipoles oleh<br />
sentuhan-sentuhan komedi, lagulagu<br />
dan tarian-tarian Raj Kapoor<br />
sendiri yang disesuaikan oleh Raj<br />
dengan ceritanya. Dan sebelum<br />
masyarakat menerimanya sebagai<br />
sebuah hit, orang-orang yang<br />
begerak di bidang industri film<br />
telah lebih dulu menyatakannya<br />
sebagai flop atau gagal total<br />
persis pada malam premiernya,<br />
meskipun hal ini bukanlah<br />
kejadian yang pertama atau<br />
terakhir kali di box-office, dimana<br />
sebuah film yang diramalkan<br />
gagal malah tebukti sukses dan<br />
begitu pula sebaliknya.<br />
The Dialogue of Awaara adalah<br />
sebuah buku bacaan di kedai<br />
kopi yang diproduksi dengan<br />
elegan dan kaya dengan<br />
ilustrasi. Melihat foto-fotonya<br />
(stills) adegan-adegan dalam<br />
film tersebut langsung muncul<br />
lagi dalam benak kita dan<br />
begitupun dengan sentuhansentuhan<br />
lunak yang, menurut<br />
Abbas, dimasukkan Raj Kapoor<br />
kedalamnya tanpa merubah<br />
struktur naratifnya. Dalam bab<br />
introductory yang diberi judul<br />
dengan tepat ‘The Road to<br />
Awaara’, Nasreen Munni Kabir<br />
bercerita dengan lancar dan<br />
hidup tentang evolusi Raj Kapoor<br />
sebagai seorang yang cepat<br />
belajar menjadi seorang sineas<br />
yang sempurna yang pada masa<br />
pembuatan film Aag dan Barsaat<br />
telah menyadari pentingnya arti<br />
sebuah team yang bisa dipercaya<br />
penuh untuk merubah fantasifantasinya<br />
menjadi kenyataaan,<br />
dan bagaimana dia menjalankan<br />
misinya. Jadi, ketika Jal Mistry<br />
menolak untuk bergabung<br />
dengannya, dan lebih suka<br />
menjadi seorang sinematografer<br />
freelance, Raj Kapoor lalu<br />
mengajak Radhu Karmakar.<br />
Langkah berikutnya, dia merayu<br />
M.R. Archekar untuk ikut bersama<br />
timnya. Archekar yang awalnya<br />
enggan adalah seorang “yang<br />
sangat terlatih dan berpengalaman<br />
di bidang fotografi, lithografi,<br />
melukis potret dan seorang<br />
konseptor yang andal” untuk<br />
menangani bidang pencahayaan;<br />
Shankar dan Jaikishen, menjadi<br />
dua orang asisten komponis<br />
Ram Ganguly, yang telah<br />
membuktikan kebolehan mereka<br />
dengan musik Barsaat. Seorang<br />
kondektur bus dengan peran<br />
double sebagai seorang penyair,<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 68 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 69
Hasrat Jaipuri, yang bertemu<br />
dengan Raj Kapoor dalam<br />
sebuah konser dan membuat<br />
Raj terkesan dengan liriknya<br />
Jiya bekaraar hai dan seorang<br />
Marxist yang jadi pegawai kereta<br />
api, Shailendra, adalah pilihanpilihannya<br />
berikutnya. Beberapa<br />
orang lainnya direkrut dari tim<br />
Prithvi Theatre guna melengkapi<br />
tim back-upnya. Dengan memilih<br />
Nargis sebagai heroinnya dan<br />
didukung oleh Abbas sebagai<br />
seorang penulis andal, Raj Kapoor<br />
dapat dipastikan akan meraih<br />
sukses besar yang akhirnya<br />
dapat disebut sebagai ‘the Great<br />
Showman’.<br />
“Setelah setahun melakukan<br />
persiapan pra-produksi, syuting<br />
Awaara mulai dilakukan<br />
bertepatan dengan hari ulang<br />
tahun ke-25 Raj Kapoor (14<br />
Desember 1949) di Rang<br />
Mahal Studio di Dadar. Seluruh<br />
keluarga Kapoor hadir untuk<br />
menyaksikan the mahurat shot<br />
atau syuting pembukaan ketika<br />
Prithviraj sedang berdoa,” tulis<br />
Kabir dan menambahkan bahwa<br />
“tantangan terbesar yang dihadapi<br />
Raj Kapoor adalah bagaimana<br />
memunculkan sekuen mimpi<br />
(dream sequence) sehingga<br />
tampak hidup yang selalu menjadi<br />
bagian dari screenplay aslinya.<br />
R K Studio masih dalam tahap<br />
pembangunan pada waktu itu,<br />
tetapi Raj Kapoor menginginkan<br />
sekuen mimpi ini untuk menjadi<br />
adegan pertama untuk disyuting<br />
disana (R.K.Studio), walaupun<br />
untuk itu harus dibangun setsnya<br />
diatas panggung yang tidak<br />
beratap.” Sekuen lagu selama<br />
sembilan menit yang terkenal itu<br />
dikoreograf oleh Madame Simkie,<br />
seorang penari Prancis yang<br />
pernah bekerja dengan Uday<br />
Shankar. Lagu atau title song<br />
Awaara Hoon “sampai sekarang<br />
ini tetap menjadi lagu India paling<br />
terkenal di dunia.”<br />
Dalam upayanya untuk<br />
merekonstruksi ceritanya<br />
dengan sebaik-baiknya, Kabir<br />
berkisah demikian: “Dalam<br />
persidangan mengenai percobaan<br />
pembunuhan atas Hakim<br />
Raghunath (yang diperankan<br />
oleh Prithiviraj Kapoor dengan<br />
sangat bagusnya), si maling<br />
Raj (Raj Kapoor) dibela oleh<br />
pengacaranya Rita (Nargis) yang<br />
adalah kekasihnya sendiri, yang<br />
kebetulan juga adalah perawat<br />
Raghunath sendiri. Setelah<br />
Rita diinterogasi, keduanya,<br />
Raghunath dan Raj, dipaksa untuk<br />
mengungkapkan pristiwa-pristiwa<br />
masa silam mereka. Ceritanya<br />
berlanjut dalam dua kilas balik<br />
(flashbacks): yang pertama<br />
bercerita tentang bagaimana<br />
Raghunath meninggalkan<br />
isterinya (Leela Chitnis) dan bayi<br />
mereka yang belum lahir yang<br />
kebetulan adalah Raj – sebuah<br />
fakta yang tidak disadari oleh<br />
ayah dan putranya (‘Kya aap<br />
bata sakte hai aap ne kyon aur<br />
kis haal mein apni patni ko ghar<br />
se bahar nikala’ – mengapa<br />
kamu mengusir isterimu dari<br />
rumah -- yang dinyanyikan oleh<br />
Nargis dengan suaranya yang<br />
melengking masih bergema dalam<br />
ingatan kita). Kilas balik yang<br />
kedua memperlihatkan bagaimana<br />
Raj yang telah berusia sepuluh<br />
tahun itu, karena pengaruh<br />
buruk bandit Jagga (K.N. Singh),<br />
menjadi seorang penjahat (sang<br />
bandit menculik isteri (yang<br />
sedang hamil) Hakim Raghunath<br />
untuk membalas dendam karena<br />
telah dijatuhi hukuman oleh<br />
Raghunath).”<br />
Maksud yang tersirat dibalik buku<br />
ini adalah untuk menceritakan<br />
kembali demi kepentingan anak<br />
cucu kita dan untuk melestarikan<br />
dalam bentuk yang permanen<br />
sebuah screenplay yang sangat<br />
bagus dan dialog yang disusun<br />
oleh K.A. Abbas – berdasarkan<br />
sebuah cerita oleh Abbas dan<br />
Sathe. Dialog dalam bahasa<br />
Hindustani (percampuran<br />
antara Urdu dan Hindi) sangat<br />
bagus, menggelitik, penuh ironi<br />
dan kaya dengan pemakaian<br />
bahasa secara elegan…<br />
Dialognya juga telah memakai<br />
sebuah catchphrase untuk<br />
menggambarkan seorang karakter<br />
“yang kemudian menjadi sangat<br />
populer dalam film-film Hindi dan<br />
dialog-dialog dalam, banyak film<br />
selalu diingat berkat catchphrase<br />
(ungkapan khusus) ini.”<br />
Buku ini “dengan cermat telah<br />
mentranskripsikan seluruh dialog<br />
dan lirik-lirik lagu dari original<br />
soundtrack dan direproduksi<br />
dalam bahasa-bahasa Hindi, Urdu<br />
dan Romanised Hindi (bahasa<br />
Hindi dengan tulisan Latin)<br />
sementara terjemahan Inggrisnya<br />
berusaha untuk mempertahankan<br />
nuansa aslinya”. Buku ini “juga<br />
kaya dengan endnotes atau<br />
catatan akhir yang memberikan<br />
informasi dan komentarkomentar.”<br />
Tidak ada yang<br />
ketinggalan dari naratif aslinya,<br />
baik dari segi script maupun<br />
dialog, sementara foto-fotonya<br />
memberikan visual graph yang<br />
bagus sebagai pengganti footage<br />
aslinya. Foto-foto berwarna dari<br />
R K Studio yang dibuat oleh<br />
Adam Bortos yang menetap di<br />
New York tidak saja memperkaya<br />
warisan Raj Kapoor tetapi juga<br />
membuat film-filmnya immortal.<br />
Raj Kapoor sendiri pernah<br />
menyelenggarakan tour pertama<br />
atas kompleks studionya beserta<br />
Sanctum Sanctorumnya untuk<br />
kepentingan penulis ini pada<br />
pertengahan tahun tujuhpuluhan,<br />
yang sampai sekarang masih<br />
segar di benak saya.<br />
Secara kilas balik, adanya<br />
persamaan-persamaan tertentu<br />
membuat kita terbelalak.<br />
Screenplay asli Henna, untuk<br />
peluncuran film ini Raj Kapoor<br />
harus melakukan sendiri<br />
pekerjaan keadministrasiannya,<br />
lagi-lagi merupakan hasil karya<br />
Abbas (meskipun tidak disebut<br />
dalam credit titlesnya) meskipun<br />
penyutradaraannya oleh<br />
Randhir Kapoor setelah ayahnya<br />
meninggal banyak kekurangankekurangannya).<br />
Tim K.A. Abbas-<br />
Raj Kapoor berlangsung selama<br />
empat dasawarsa. Fakta bahwa<br />
mereka meninggal pada waktu<br />
yang hampir bersamaan, (seolaholah<br />
mereka dipertemukan<br />
kembali di alam sana), karena<br />
terpisah hanya dalam waktu<br />
tepat satu tahun – Abbas<br />
menghembuskan nafasnya yang<br />
terakhirnya di sebuah nursing<br />
home di luar kota Mumbai<br />
pada tanggal 1 Juni 1987, dan<br />
jenazah Raj Kapoor dipindahkan<br />
dari sebuah Rumah Sakit ke R<br />
K Studios pada tanggal 2 June<br />
1988. Abbas meningal pada usia<br />
73 sementara Raj Kapoor pada<br />
usia 63 tahun – keduanya dalam<br />
keadaan setengah koma.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang sineas film<br />
dokumenter.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 70 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 71
Seni Boneka Dewasa Ini<br />
Memimpikan Masa Depan Baru<br />
CHANDANA DUTTA<br />
Hampir tiga puluh tahun yang lalu, saya pertama kali membaca<br />
sebuah artikel mengenai puppetry atau pertunjukan boneka<br />
dalam majalah Target, sebuah majalah populer untuk anakanak.<br />
Ketertarikan saya kepada artikel tersebut karena dia berbicara<br />
tentang saudara saya dan beberapa teman-temannya, yang menerima<br />
langsung latihan-latihan membuat boneka dari seorang pedalang<br />
boneka terkenal Dadi Pudumjee. Seni boneka memang telah<br />
menarik perhatian saya pada masa itu. Dalam perjalanan waktu, saya<br />
telah mengenal lebih dalam tentang seni boneka dan orang yang<br />
Figur-figur bertopeng (bawah) dan sebuah kerjasama kontemporer di bidang seni tari dan<br />
boneka tentang tiga karakter dari Mahabharata – Krishna/boneka, Gandhari dan yang telah meninggal.<br />
Dadi Pudumjee<br />
Vipul Sangoi<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 72 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 73
Indira Gandhi National Centre for the Arts<br />
dan mengapresiasi apa artinya<br />
bentuk seni boneka. Pandangan<br />
Meschke terhadap seni boneka<br />
berbeda sama sekali, yang<br />
menggabungkan ide-ide dari<br />
bentuk-bentuk seni lainnya dan<br />
merubah seni boneka menjadi<br />
sebuah bentuk yang serba<br />
kompleks. Falsafah ini besar<br />
pengaruhnya terhadap Dadi.<br />
Pada kenyataannya, Dadi selalu<br />
memberikan penilaian yang tinggi<br />
kepada persamaan-persamaan<br />
yang melekat pada seni boneka<br />
di seluruh dunia dan tetap<br />
mengakui besarnya kekuatan<br />
bentuk yang disaksikannya pada<br />
tradisi-tradisi tertentu lainnya<br />
seperti Bunraku di Jepang dan<br />
gaya-gaya boneka pada bekas<br />
negara-negara blok sosialis yang<br />
besar pengaruhnya terhadap<br />
konseptualisasi dan penciptaan<br />
karakter-karakternya sendiri.<br />
Meninjau kembali fase kreatif<br />
pertamanya, dia berkata,<br />
“Pekerjaan pertama saya di<br />
ISRO SAC di Ahmedabad adalah<br />
dengan serial Hun and Hann<br />
dimana saya menggunakan<br />
boneka-boneka modern untuk<br />
TV. Pada waktu itu, ini mungkin<br />
pertunjukan boneka pertama<br />
untuk TV dengan menggunakan<br />
karakter-karakter boneka yang<br />
khusus dibuat dan ditulis<br />
ceritanya untuk medium ini,<br />
dan bukan boneka-boneka yang<br />
dipakai untuk pertunjukan teater.”<br />
Berbicara mengenai perpaduan<br />
antara yang tradisional dan<br />
modern pada masa dahulu dan<br />
sekarang, dia menemukan bahwa<br />
bentuk-bentuk tradisional jarang<br />
stagnan dan dimana bentukbentuk<br />
ini belum hilang, mereka<br />
pasti telah mengalami perubahanmempeloporinya.<br />
Dibawah ini<br />
saya ingin memaparkan secara<br />
ringkas bentuk seni yang telah<br />
berakar dalam tradisi naratif<br />
India, yang telah menyaksikan<br />
perubahan-perubahan besar<br />
selama ini dan telah berhasil<br />
melalui sebuah fase kebangkitan<br />
untuk mengembalikan<br />
kemasyhurannya dan dapat<br />
diterima kembali dan terus<br />
mendapat apresiasi masyarakat.<br />
Pertunjukan boneka adalah<br />
sebuah bentuk seni dan Dadi<br />
Pudumjee yakin akan asal usul<br />
kedewataannya. Dia berkata,<br />
bagi seorang bocah, sebuah<br />
boneka mungkin sebuah<br />
mainan, bagi orang dewasa,<br />
ia barangkali adalah sebuah<br />
cermin yang menarik tentang<br />
potret kehidupan dan bagi<br />
seorang cendekiawan boneka<br />
adalah sumber yang tak pernah<br />
kering untuk cerita-cerita dan<br />
citra-citra yang menghubungkan<br />
dan menstimulir alam bawah<br />
sadar kita. Tetapi bagi seorang<br />
dalang, dia adalah sebuah citra<br />
suci yang tidak seharusnya<br />
dijadikan bahan lelucon atau<br />
objek mati yang diberi hidup<br />
untuk sementara, seperti orang<br />
sering memperlakukannya pada<br />
zaman modern ini. Baginya,<br />
sebagaimana halnya dalam<br />
pengertiannya yang tradisional,<br />
mata boneka-boneka adalah<br />
titik fokus dan fitur utamanya.<br />
Di India, sebagian besar para<br />
dalang dan pembuat boneka,<br />
bahkan sampai sekarang pun,<br />
akan melakukan pengecatan<br />
matanya terakhir sekali sebagai<br />
sentuhan terakhir, seolah-olah<br />
untuk memberinya kehidupan.<br />
Karenanya, dalam banyak bahasa<br />
di India, misalnya bahasa Hindi,<br />
Sanskerta dan Bengali, kata untuk<br />
sebuah boneka adalah putli<br />
atau putul, panchalika, puttikaa<br />
atau putulika, yang semuanya<br />
punya arti ganda: pupil atau<br />
biji mata dan boneka. Banyak<br />
bahasa-bahasa lainnya juga<br />
mempunyai variasi bunyi yang<br />
hampir sama. Pada galibnya, kata<br />
Inggris – puppet – untuk boneka<br />
berasal dari bahasa Latin Pupa<br />
Satya ke Pratirup (Citra-Citra Kebenaran), sebuah pertunjukan mengenai filosofi Mahatma Gandhi<br />
Dadi Pudumjee<br />
Kalpataru – sebuah pertunjukan wayang, objek dan gerakan-gerakannya didasarkan kepada<br />
The Giving Tree atau Pohon Pemberi.<br />
atau Pupula, yang keduanya<br />
menggambarkan seorang gadis<br />
cilik atau sebuah doll (boneka<br />
mainan untuk anak-anak).<br />
Pupula juga berarti ‘pupil’ atau<br />
biji mata. Dalam bahasa Jerman,<br />
kata untuk boneka (puppet)<br />
adalah ‘Puppe’, dan dalam bahasa<br />
Prancis ‘Poupee’. Kata-kata<br />
ini melukiskan kemampuan<br />
observasi boneka untuk menoleh<br />
ke masa silam dan melihat ke<br />
masa depan, yang menjadikan<br />
bentuk seni ini sebagai sebuah<br />
seni tradisional baik di masa<br />
silam maupun pada zaman<br />
kontemporer ini. Bagi Dadi, dan<br />
barangkali bagi banyak para<br />
pedalang boneka, inilah kuncinya<br />
yang menjadikan seni boneka<br />
sebuah bentuk seni global.<br />
Dadi Pudumjee memasuki bidang<br />
ini sebagai seorang antusias<br />
muda pada tahun 1958. Kini dia<br />
dikenal sebagai seorang perintis<br />
terkenal seni boneka modern<br />
di India, tetapi sebagaimana<br />
diakuinya, pada zamannya dulu<br />
di Pune dia memperlakukan<br />
boneka umumnya sebagai sebuah<br />
hobi, yang suka mengadakan<br />
pertunjukan keliling dengan<br />
boneka-boneka yang digerakkan<br />
dengan benang (string puppets).<br />
Dia belum banyak mengetahui<br />
tentang seni ini dan pengetahuan<br />
yang dimilikinya baru terbatas<br />
kepada boneka-boneka (puppets)<br />
Rajasthan saja. Baru kemudian<br />
ketika belajar di Darpana<br />
Academy of Performing Arts di<br />
kota Ahmedabad dia mengetahui<br />
tentang begitu banyaknya teknik<br />
dan gaya boneka-boneka India<br />
dibawah bimbingan almarhum<br />
Meher R. Contractor. Kemudian,<br />
pada pertengahan tahun<br />
1970-an di Swedia dibawah<br />
bimbingan Michael Meschke<br />
dari Swedish Marionette Theatre<br />
Institute, dia mulai memahami<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 74 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 75
perubahan, ada perubahan untuk<br />
yang lebih baik sementara yang<br />
lainnya tidak begitu bagus. Secara<br />
keseluruhan, dia menganggap<br />
bahwa seni pertunjukan boneka<br />
(puppetry) di India telah<br />
memanfaatkan waktunya dengan<br />
sangat baik, dimana bentuk seni<br />
ini banyak mengalami kesuksesan<br />
dan perkembangan baru.<br />
Sebagai seorang pedalang<br />
boneka, Dadi sangat gembira<br />
karena telah mengembangkan<br />
hobinya menjadi sebuah profesi<br />
setelah belajar di Ahmedabad<br />
dan Swedia. Dan adalah suatu<br />
momen yang sangat bersejarah<br />
bagi India karena selama dua<br />
tahun terakhir ini dia adalah<br />
tokoh non-Eropa pertama yang<br />
menjadi Presiden dalam sejarah<br />
badan dunia yang telah berusia<br />
delapan puluh tahun UNIMA,<br />
yang tercatat sebagai organisasi<br />
teater-boneka internasional<br />
pertama di dunia (www.unima.<br />
org). Sebagai penghargaan<br />
terhadap prestasi ini dengan<br />
semangat yang sebenarnya, kita<br />
perlu menyadari bukan saja<br />
tentang India dan tradisi-tradisi<br />
lokalnya yang beragam, tetapi<br />
adanya sekitar enam puluh empat<br />
national centres yang tersebar di<br />
dunia yang aktif terlibat dalam<br />
seni puppetry, aspirasi-aspirasi<br />
mereka dan masalah-masalah<br />
yang sedang mereka hadapi,<br />
serta usaha-usaha mereka untuk<br />
terus mengatasinya. Bagi seorang<br />
pedalang boneka, penting<br />
untuk memahami terminologi-<br />
S. Thyagarajan<br />
Dhola Maru – didasarkan kepada<br />
Gatha Dhola Maru dari Rajasthan,<br />
dipertunjukkan dengan figur-figur besar<br />
bertopeng, aktor-aktor dan pedalang dan<br />
kesenian tradisional Rajasthani kathputli.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 76 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 77
terminologi dan ide-ide yang<br />
terdapat di Barat yang kadangkadang<br />
bisa sangat berbeda<br />
dengan yang terdapat di timur<br />
dan timur dekat.<br />
Seperti yang dilihat Dadi, di<br />
India ada sebuah fase tradisional<br />
yang diikuti oleh fase modern<br />
dimana terjadi banyak perubahan<br />
terhadap bentuk-bentuk lama.<br />
Lalu ada fase kohesif, dimana<br />
diupayakan adanya suatu<br />
keseimbangan antara kedua<br />
fase penting itu, khususnya dari<br />
segi isi dan ekspresi. Sekarang<br />
terdapat banyak seniman muda<br />
yang sedang berusaha untuk<br />
menciptakan ceruk atau wadah<br />
mereka sendiri di bidang ini.<br />
Tetapi, yang lain masih terpaku<br />
kepada yang lama atau awal abad<br />
kesembilan belas. Dilihat dari<br />
peralihan bentuk, isi, cerita, dan<br />
lain sebagainya antara yang lama<br />
dan yang baru, antara pedalangpedalang<br />
modern pertama<br />
dengan pedalang-pedalang muda<br />
dewasa ini, perubahan-perubahan<br />
besar seolah-olah banyak terjadi<br />
di perkotaan. Tampaknya kita<br />
lebih memerlukan lagi agar<br />
banyak grup dapat diekspos<br />
ke trend-trend modern dan<br />
kontemporer yang juga sedang<br />
marak dewasa ini. Disamping<br />
itu, kita perlu juga menciptakan<br />
vokabulari-vokabulari,<br />
Prosesi boneka-boneka raksasa untuk Commonwealth Youth Games, Pune<br />
kontek-kontek dan tema-tema<br />
individualistik kita sendiri,<br />
dan sementara itu berupaya<br />
membenahi bidang ini dengan<br />
nafas baru. Aliran-aliran dan trend<br />
pertama puppetry modern India<br />
umumnya berasal dari Kolkata<br />
dan Ahmedabad, tetapi sekarang<br />
ini banyak pedalang-pedalang<br />
boneka muda yang terjun ke<br />
bidang ini dengan ide-ide dan<br />
ekspresi-ekspresi mereka sendiri.<br />
Bagi Dadi kekhawatirannya<br />
adalah bahwa para pedalang<br />
boneka sekarang ini tampaknya<br />
semakin terobsesi dengan teknik<br />
agar kelihatan ‘modern” dan<br />
mengabaikan esensi dari bentuk<br />
seni itu sendiri.<br />
Dadi kebetulan juga adalah<br />
Pendiri-Direktur Ishara Puppet<br />
Theatre Trust, yang mulai<br />
aktif pada tahun 1986 untuk<br />
memperkenalkan rakyat kepada<br />
puppetry. Setelah mengalami<br />
kesukesan dan pertumbuhan<br />
dalam beberapa tahun ini,<br />
timnya merencanakan untuk<br />
mengadakan Festival Ishara<br />
setiap tahun, yang sekarang telah<br />
memasuki tahun kedelapan.<br />
Kesenian ini telah mengalami<br />
perkembangan yang sangat<br />
besar dengan dukungan Ishara<br />
Puppet Theatre Trust, dibantu<br />
Transposisi – berdasarkan sebuah cerita<br />
Vikram Betal dan Transposed Heads oleh<br />
Thomas Mann, yang dipertunjukkan dengan<br />
para penari, boneka-boneka dan topeng<br />
(kanan & bawah).<br />
oleh Teamwork Productions,<br />
dan Indian Council for Cultural<br />
Relations, Sangeet Natak<br />
Akademi, National Centre<br />
for Performing Arts dan Ford<br />
Foundation. Disamping produksiproduksi<br />
mereka sendiri, Ishara<br />
Trust dengan kerjasama banyak<br />
pihak juga memproduksi bonekaboneka<br />
dan topeng-topeng<br />
untuk berbagai acara TV, video<br />
dan berbagai pertunjukan.<br />
Badan ini telah memperluas<br />
pemakaian Muppets dan Marrots<br />
di bidang pendidikan melalui<br />
folk tales dan satire. Ishara juga<br />
menyelenggarakan loka-loka<br />
karya dalam berbagai bentuk<br />
seni boneka untuk anak-anak,<br />
orang dewasa dan grup-grup<br />
Dadi Pudumjee<br />
Sanjoy Roy<br />
Dadi Pudumjee<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 78 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 79
teater. Keinginan Dadi adalah<br />
untuk memodernisir seni<br />
boneka ke suatu tingkat dimana<br />
teater boneka dapat diterima<br />
menjadi sebuah medium<br />
pendidikan.<br />
Setelah banyak bekerja keras,<br />
seni boneka kini tampaknya<br />
telah berhasil “break even,”<br />
dimana penontonnya bersedia<br />
merogoh kocek untuk menikmati<br />
pertunjukan seni boneka. Oleh<br />
sebab itu, seni boneka tengah<br />
meniti jalannya yang mulus untuk<br />
menjadi sebuah bentuk seni yang<br />
dapat berkesinambungan secara<br />
komersial. Setelah menerima<br />
Haran Kumar<br />
dorongan yang menggembirakan<br />
selama delapan tahun dari<br />
penontonnya di Delhi dan<br />
Gurgaon, tim Ishara pun telah<br />
melebarkan sayapnya dengan<br />
menyelenggarakan festival di<br />
Mumbai dalam masa dua tahun<br />
terakhir dimana mereka juga<br />
memperoleh sukses besar. Kini<br />
Dadi sedang menyusun sebuah<br />
rencana untuk membawa<br />
rombongannya ke kota-kota lain<br />
di India. Ishara Festival jelas telah<br />
Simple Dreams – sebuah puisi visual tentang<br />
alam dan kehidupan (kiri) dan Chunouti<br />
(Tantangan) – sebuah pertunjukan untuk<br />
menciptakan kesadaran terhadap HIV dan<br />
penyalah gunaan obat-obatan (bawah).<br />
menciptakan sebuah wadah bagi<br />
para pedalang boneka untuk<br />
mempertontonkan karya-karya<br />
mereka di India, tetapi mereka<br />
masih memerlukan dukungan<br />
yang besar dari pemerintah,<br />
organisasi-organisasi kebudayaan,<br />
perusahaan-perusahaan dan<br />
lembaga-lembaga serupa lainnya<br />
demi masa depan mereka dan<br />
demi menghadirkan mereka<br />
di pentas pertunjukan boneka<br />
internasional.<br />
Tentu saja ada poin-poin yang<br />
perlu diperhatikan dan yang<br />
paling penting barangkali<br />
adalah perlu diciptakan<br />
suatu keseimbangan yang<br />
menggembirakan antara yang<br />
modern dan tradisional. Meskipun<br />
kesuksesan seni boneka modern<br />
ikut mendorong gaya seni boneka<br />
dan seniman tradisional di India,<br />
sebagian pedalang boneka<br />
secara diam-diam memanfaatkan<br />
bebarapa teknik lama yang<br />
sangat kuat, tanpa menyebutkan<br />
dari mana mereka menirunya.<br />
Hal ini jelas memperlihatkan<br />
sikap mereka yang tidak<br />
menaruh hormat terhadap gaya<br />
tradisional. Dipihak lain, para<br />
pedalang tradisional perlu juga<br />
Boneka-Boneka raksasa dalam sebuah pertunjukan tari<br />
Dadi Pudumjee<br />
Dadi Pudumjee<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 80 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 81
Anay Mann<br />
Vipul Sangoi<br />
Dadi Pudumjee dengan boneka Parsee (kiri) dan dalam sebuah kerjasama tarian dan boneka kontemporer<br />
Dadi D. Pudumjee,<br />
Managing Trustee and Artistic<br />
Director dari Ishara Puppet<br />
Theatre Trust, dewasa ini<br />
adalah Presiden UNIMA. Dia<br />
mendapat pendidikan dan<br />
latihan di bidang Komunikasi<br />
Visual dari National Institute<br />
of Design, Ahmedabad,<br />
dan kemudian di bidang<br />
teater boneka dari Darpana<br />
Academy of Performing Arts,<br />
Ahmedabad, the Marionette<br />
Theatre Institute Stockholm,<br />
Swedia dan the Vår Theatre<br />
Stockholm, Swedia. Diantara<br />
berbagai posisi profesional<br />
yang pernah didudukinya<br />
antaranya adalah Guest<br />
Director, Puppen Theatre,<br />
Berlin; Pedagogue di Vår<br />
Theater Stockholm, Swedia,<br />
Artistic Director dan Pendiri<br />
Sutradhar Puppet Theatre,<br />
Shri Ram Center for Art and<br />
Culture, New Delhi; Curator<br />
of Man, Mask and Mind<br />
Exhibition of Masks, IGNCA,<br />
New Delhi dan Festival<br />
Director, Sangeet Natak<br />
Akademi, National Puppet<br />
Festival pada bulan Maret<br />
2003. Dia adalah seorang<br />
penerima Sangeet Natak<br />
Akademi National Award<br />
untuk karyanya di bidang seni<br />
boneka, Sanskriti Pratisthan<br />
Award for Puppetry, the<br />
Delhi Natya Sangh Award for<br />
Puppetry dan Delhi Parsee<br />
Anjuman Cultural Award.<br />
Dia pernah bekerja dan<br />
bekerjasama dengan beberapa<br />
individu dan organisasiorganisasi<br />
dalam penggunaan<br />
seni boneka untuk<br />
pendidikan dan hiburan, di<br />
India dan luar negeri. Dia<br />
sering menyelenggarakan<br />
pertunjukan-pertunjukan<br />
dan workshops di Eropa,<br />
AS, Rusia, Jepang, Kanada,<br />
Indonesia, Iran, Turki,<br />
Singapura, Brazil, Australia,<br />
Inggris, Sri Lanka, China dan<br />
lain-lain. Dianggap sebagai<br />
pedalang boneka modern<br />
paling kreatif di India, dia<br />
memadukan seni boneka<br />
dengan seni tari, teater dan<br />
seni-seni terkait. Dia berkarya<br />
dengan tema-tema yang ada<br />
relevansi sosialnya dengan<br />
menggunakan seni boneka<br />
dan teater, dan memperoleh<br />
penghargaan karena telah<br />
menciptakan sebuah sintesa<br />
kreatifnya untuk medium<br />
boneka dan pesan-pesan yang<br />
disampaikannya.<br />
Nukad Natak (Drama Bertetangga) – sebuah<br />
pertunjukan bertopeng untuk menciptakan<br />
kesadaran terhadap HIV dan penyalah<br />
obat-obat terlarang (atas); Ishara Workshop<br />
– memberi kehidupan kepada boneka<br />
(kanan) dan figur-figur bertopeng (kanan<br />
bawah).<br />
memahami perubahan zaman<br />
dan menyadari perlunya mereka<br />
untuk merubah gaya dan teknik<br />
produksi mereka, kualitas<br />
pendalangan dan bercerita untuk<br />
menyesuaikan diri dengan selera<br />
penonton. Oleh sebab itu, perlu<br />
sekali bagi semua yang terlibat<br />
dalam bentuk seni boneka untuk<br />
memahami sedalam-dalamnya<br />
bahasa seni boneka dan<br />
vokabulari zaman.<br />
Terakhir mungkin tepat apa yang<br />
dikatakan Dadi tentang apa arti<br />
seni boneka sebagai sebuah<br />
bentuk seni. “Saya menganggap<br />
Dadi Pudumjee<br />
diri saya sejajar dengan seorang<br />
pelukis, penulis atau dramawan<br />
yang memakai teknik-teknik baru<br />
dalam suatu konteks tertentu<br />
untuk meningkatkan derajat<br />
karyanya ke tingkat universal dan<br />
kontemporer yang dapat diterima<br />
oleh masyarakat. Jika bentuk<br />
seni ini tetap statis dia pasti akan<br />
kehilangan penonton.” Dan sikap<br />
statis inilah yang berusaha untuk<br />
didobraknya.<br />
◆<br />
Penulis adalah mantan Assistant Director<br />
bagian penerbitan Katha, sebuah usaha<br />
perintis nirlaba di bidang penerjemahan.<br />
Dia menerbitkan Indialog sebagai Chief<br />
Editor, dan pernah juga menjadi Editor,<br />
Indian Horizons, sebuah jurnal triwulanan<br />
mengenai seni dan kebudayaan yang<br />
diterbitkan oleh Indian Council for Cultural<br />
Relations, New Delhi.<br />
Dadi Pudumjee<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 82 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 83
Penghormatan<br />
Avinash Pasricha<br />
Bismillah<br />
&<br />
Benaras<br />
JUHI SINHA<br />
Juhi Sinha<br />
Saya dan tim saya telah<br />
berada di Benaras selama<br />
tujuh hari, dan dua hari<br />
diantaranya kami pergunakan<br />
untuk menemui Ustad<br />
Bismillah Khan. Pekerjaan<br />
kami untuk menyuting kota<br />
Benaras, sungainya, the ghats<br />
dan Benteng Ramnagar telah<br />
selesai, tetapi pertemuan kami<br />
dengan Penerima Bharat Ratna<br />
Ustad Bismillah Khan masih<br />
pending, dan saya tidak bisa<br />
meninggalkan Benaras, tanpa<br />
bertemu dengan orang paling<br />
terkenal di kota tersebut,<br />
Bismillah Khan. Akhirnya, ketika<br />
saya hampir kehilangan harapan,<br />
Benaras: Candi, Mesjid dan Ghat<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 84 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 85
saya menerima pesan telepon<br />
bahwa saya diberi waktu untuk<br />
bertemu dengan Ustad Bismillah<br />
Khan pada pukul sebelas besok<br />
paginya.<br />
Bismillah Khan lahir pada<br />
tanggal 21 Maret 1916, di kota<br />
kecil Dumraon, negara bagian<br />
Bihar, di India Timur. Sebelum<br />
dia, ayah dan kakeknya adalah<br />
pemain-pemain Shehnai pada<br />
istana pangeran Dumraon. Ketika<br />
Bismillah Khan berusia empat<br />
tahun, dia, ibunya, dan seorang<br />
kakak lelakinya, Shamsuddin,<br />
pindah ke Benaras untuk tinggal<br />
bersama kakek Bismillah (ayah<br />
dari Ibunya) dan keluarganya.<br />
Ayah Bismillah, Paighamber Bux,<br />
merasa bahwa Benaras, sebagai<br />
pusat penting seni musik dan<br />
kesenian-kesenian lainnya akan<br />
memberikan peluang-peluang<br />
yang lebih bagus kepada putraputranya.<br />
Apalagi, paman-paman<br />
mereka yang menetap di Benaras<br />
adalah pemain-pemain Shehnai<br />
terkenal dan dapat membimbing<br />
kedua bersaudara ini di bidang<br />
musik.<br />
Dalam perjalanan untuk menemui<br />
Bismillah Khan, saya melewati<br />
jalan-jalan sempit di Benia<br />
Bazar, yang menuju ke sebuah<br />
rumah sederhana yang sekurangkurangnya<br />
telah berumur seratus<br />
tahun, dan memang demikian<br />
kenyataannya. Di kamar tempat<br />
menerima tamu, saya disambut<br />
oleh menantu lelaki Bismillah<br />
Khan Sahib dan sekretarisnya<br />
Khan, Javed, dan putra kedua<br />
dari kelima orang putranya,<br />
Nayyar Hussain. Kamarnya<br />
dingin, dan gembira mendengar<br />
bahwa Bismillah Khan berada di<br />
lantai atas, di teras paling atas.<br />
Saya dan rombongan dibawa ke<br />
atas untuk menemui Khan Sahib<br />
(Pak Khan), karena turun naik<br />
tangga yang sempit dan tua itu<br />
sangat sulit bagi lututnya yang<br />
menderita arthritis itu. Toh, dia<br />
juga sudah berumur delapan<br />
puluh tujuh tahun.<br />
Kesan pertama saya tentang Khan<br />
Sahib adalah senyumnya: hangat,<br />
spontan dan membuat sudutsudut<br />
matanya berkerut sebagai<br />
tanda bahwa dia tulus dan<br />
gembira menerima kedatangan<br />
kami. Tidak lama kemudian<br />
kamera saya mulai beraksi dan<br />
Khan Sahib mulai berbicara.<br />
Saya segera bisa menyimpulkan<br />
bahwa dia dilahirkan sebagai<br />
pencerita, dia senang bercerita,<br />
yang diselang-selingi oleh<br />
anekdot-anekdot nakal dan<br />
menggelitik tentang masa kanakkanaknya,<br />
sampai kepada masa<br />
remaja, pengalaman-pengalaman<br />
spritualnya di tepi sungai Ganga,<br />
pandangannya tentang musik<br />
dan keyakinan bahwa musik ada<br />
unsur ketuhanannya. “Musik, Sur<br />
(nada), Namaz (salat) semuanya<br />
sama. Mereka semuanya menuju<br />
Allah!”<br />
Guru dan mentor Khan Sahib<br />
adalah pamannya (dari garis ibu),<br />
Ustad Ali Baksh, seorang pemain<br />
Shehnai yang terlatih yang main<br />
secara reguler di Kuil Vishwanath.<br />
Seperti yang dipercayai rakyat<br />
setempat, para dewa di banyak<br />
kuil di Benaras ‘terbangun’ pada<br />
waktu subuh, setelah mendengar<br />
alunan musik Shehnai yang<br />
sangat indah dan syahdu. Ali<br />
Baksh mendidik dan melatih<br />
sendiri keponakannya, dan<br />
memperkenalkannya, tidak saja<br />
kepada musik, tetapi juga kepada<br />
berbagai jenis kuliner yang lezat<br />
di Benaras. Kota ini terkenal<br />
Avinash Pasricha<br />
akan sweetnya (penganan yang<br />
manis-manis), dan Bismillah<br />
sangat menyenangi berbagai<br />
jenis makanan yang ditawarkan<br />
Benares. Paman dan keponakan<br />
khusus menikmati ‘mallaiya’,<br />
sejenis es krim khas Benares.<br />
Tetapi dalam kunjungannya ke<br />
Dumraon, kakek Bismillah Khan,<br />
Rasool Bux , memperingatkannya<br />
akan bahaya terlalu banyak<br />
makan, apalagi seorang pemain<br />
Shehnai perlu menjaga kekuatan<br />
hebat paru-parunya. Nasehatnya<br />
kepada cucunya sederhana<br />
sekali, “<strong>No</strong> health, no breath, no<br />
music,” yang maksudnya: kalau<br />
tidak sehat, tidak punya nafas<br />
panjang, maka tidak bisa main<br />
musik. Maka mulailah Bismillah<br />
berolah raga dengan ketat di<br />
tepi sungai Ganga. ‘Kushti’ atau<br />
gulat adalah sejenis olah raga<br />
dari zaman bahelak yang populer<br />
di Benaras, dan Bismillah rutin<br />
melakukannya. Setelah berlatih<br />
musik selama berjam-jam dan<br />
berolah raga dan mandi di sungai<br />
Ganga, dia pulang untuk berlatih<br />
lagi.<br />
Dalam perjalanan pulang, Khan<br />
Sahib melewati Dal Mandi,<br />
sebuat tempat yang terkenal<br />
dengan para penyanyinya. Para<br />
wanita disini menghibur kaum<br />
lelaki dengan lagu-lagu mereka<br />
di malam hari dan diantara<br />
para penyanyi berbakat dan<br />
terkenal India berasal dari Dal<br />
Mandi. Tertarik dengan musik<br />
dan lagu-lagu yang datang dari<br />
rumah-rumah para penyanyi<br />
ini, Bismillah bercerita bahwa<br />
dia akan berhenti di luar<br />
setiap rumah yang dilewatinya<br />
untuk menikmati lagu-lagu<br />
mereka yang merdu. Dalam<br />
tahun-tahun berikutnya,<br />
banyak diantara lagu-lagu ini<br />
menjadi bagian yang permanen<br />
dari repertoirenya, dan dia<br />
memainkannya bahkan pada<br />
konser-konser resmi. Dalam<br />
perjalanannya melalui Dal Mandi<br />
inilah Bismillah Khan menghisap<br />
rokok pertamanya bermerek<br />
“Wills!”, ujarnya, kedua matanya<br />
bersinar mengingat peristiwa<br />
tersebut dengan perasaan geli.<br />
Avinash Pasricha<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 86 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 87
Ketika Khan Sahib tumbuh<br />
menjadi pemuda belasan<br />
tahun, dia, seperti ‘Mamu’ nya<br />
(paman dari garis ibu) biasa<br />
bangun pukul 4-30 pagi, berjalan<br />
menuju sebuah kamar berukuran<br />
kecil, yang terletak tinggi datas<br />
tepi sungai Ganga, dan mulai<br />
latihan-latihan rutinnya setiap<br />
hari.<br />
“Di satu sisi terdapat kuil Balaji,<br />
di sisi lain kuil Mangala Maiyya.<br />
Dibawah mengalir sungai Ganga,<br />
dan diantara tempat-tempat suci<br />
ini, saya latihan meniup Shehnai<br />
setiap pagi dalam suasana subuh<br />
yang hening.”<br />
Dan disinilah Khan Sahib<br />
mengalami pengalaman<br />
spritualnya yang pertama yang<br />
tidak pernah dilupakannya. Dia<br />
melihat sebuah penampakan<br />
Baba Vishwanath berdiri di<br />
depan Shehnainya dia meminta<br />
kepada Khan Sahib untuk<br />
memainkan musiknya untuknya,<br />
tetapi anak yang baru berusia<br />
belasan itu, karena ketakutan,<br />
tidak bisa. Orang yang terlihat<br />
dalam penampakan itu tertawa<br />
dan berkata kepada Khan bahwa<br />
dia akan menikmati hidupnya.<br />
Melalui hidupnya, Bismillah<br />
Khan percaya bahwa berkat Baba<br />
Vishwanath itulah dia sukses<br />
sebagai pemusik.<br />
Benaras telah memberikan<br />
banyak seniman kepada India,<br />
tetapi hanya beberapa orang<br />
seniman saja yang memilih<br />
tetap tinggal disana sepanjang<br />
hidupnya. Tetapi antara<br />
Bismillah Khan dan Benaras serta<br />
sungai Ganga terjalin sebuah<br />
ikatan emosional yang begitu<br />
kuat sehingga sulit baginya<br />
untuk meninggalkan kota ini.<br />
Banyak kota lain yang akan<br />
menyambutnya dengan baik<br />
tetapi batinnya tetap tertambat<br />
kepada Benaras. Sekali pristiwa,<br />
ketika berkunjung ke AS, seorang<br />
kaya yang mengaguminya<br />
meminta Bismillah Khan untuk<br />
tinggal di AS secara permanen.<br />
Apapun yang diinginkannya,<br />
akan disediakannya, janjinya.<br />
Bismillah lalu bertanya apakah<br />
dia dapat memindahkan<br />
sungai Ganga, Kuil Shiva dan<br />
mesjidnya ke AS? Jika tidak, maka<br />
apapun tidak bisa membuatnya<br />
meninggalkan Benaras, karena<br />
Perdana Menteri Dr. Manmohan Singh merilis perangko peringatan Ustad Bismillah Khan di New Delhi pada tanggal 21 Agustus 2008.<br />
Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi, A. Raja dan Menteri Negara Komunikasi dan Teknologi Informasi,<br />
Jyotiraditya Madhavrao Scindia juga terlihat dalam gambar.<br />
Avinash Pasricha<br />
kemanapun dia bepergian di<br />
dunia ini, katanya, batinnya selalu<br />
ada di Benaras.<br />
Pertemuan saya dengan Bismillah<br />
Khan telah selesai, dan ketika<br />
saya meninggalkan rumahnya<br />
saya tahu bahwa saya akan<br />
selalu merasa terhormat bahwa<br />
saya pernah bertemu dengan,<br />
tidak saja salah seorang seniman<br />
terbesar yang pernah dimiliki<br />
India, tetapi seorang yang begitu<br />
luar biasa dan sederhana. Status<br />
monumental sebagai seorang<br />
seniman, suksesnya yang luar<br />
biasa di dunia musik, sangat<br />
berbeda dengan kepribadian<br />
dan gaya hidupnya yang simpel.<br />
Dia telah meraih setiap bentuk<br />
national award, termasuk award<br />
tertinggi yang diberikan kepada<br />
seorang sipil, yakni Bharat<br />
Ratna, dan setiap konser yang<br />
diselenggarakannya selalu<br />
membawa jumlah besar uang<br />
kedalam pundi-pundinya.<br />
Tetapi kebutuhan-kebutuhannya<br />
sendiri minim sekali.<br />
Penghasilannya tidak saja<br />
untuk membiayai keluarganya<br />
yang besar tetapi juga banyak<br />
keluarga-keluarga lain dan<br />
tetangga-tetangganya yang<br />
kekurangan.<br />
Pada tanggal 21 Agustus 2006,<br />
Bismillah Khan meninggal<br />
dunia. Bangsa India bersedih<br />
dengan kehilangan salah seorang<br />
seniman besar mereka ini. Dia<br />
diberi penghormatan dengan<br />
21 tembakan meriam dan<br />
pengibaran bendera nasional<br />
India setengah tiang. Tributes<br />
atau penghormatan berdatangan<br />
dari seluruh dunia, dan semua<br />
saluran televisi menyiarkan<br />
langsung upacara pemakamannya<br />
dari Benaras. Saya pun ikut<br />
menyatakan rasa belasungkawa,<br />
tetapi bagaimanapun juga<br />
kenang-kenangan saya yang<br />
langgeng dengan Bismillah Khan<br />
sebagai seorang yang pernah saya<br />
temui di Benaras adalah bahwa<br />
dia adalah seorang lelaki yang<br />
penuh daya hidup yang pada usia<br />
hampir sembilan puluh tahun,<br />
masih bisa tersenyum terhadap<br />
ketimpangan-ketimpangan dan<br />
keanehan-keanehan hidup dan<br />
dunia.<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang sineas film<br />
dokumenter.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 88 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 89
Sebuah kombinasi yang luar<br />
biasa berbakat antara Ibu<br />
dan Putrinya, Daksha Sheth<br />
dan Isha, walaupun sama-sama<br />
cinta berat kepada seni tari, tetapi<br />
mereka sangat berbeda, masingmasing<br />
punya kepribadian sendirisendiri.<br />
Daksha punya reputasi<br />
sebagai choreographer/penari<br />
dengan keahlian pada seni tari<br />
Kathak, Mayurbhanj Chhau dan<br />
Kalarippayattu. Isha yang masih<br />
muda dan ahli main anggar dan<br />
Ibu dan Putri<br />
Dimana Tari adalah Kehidupan<br />
LEELA VENKATARAMAN<br />
Kalarippayattu, adalah seorang<br />
penari, seorang aktris teater dan<br />
film serta seorang aerialist, yang<br />
sangat cekatan dengan teknik<br />
menyeimbangkan diri diatas seutas<br />
tali, sebuah seni akrobatik yang<br />
berasal dari Mallakhamb, Kerala.<br />
Kita mungkin bisa salah<br />
menilai Daksha Sheth, melihat<br />
dari luarnya yang kasual dan<br />
sederhana. Tetapi kita dengan<br />
mudah bisa mengetahui bahwa<br />
Daksha dan Isha di kamar rias<br />
figur yang mungil dan pendiam<br />
ini memiliki tekad yang kuat,<br />
watak yang keras, orang yang<br />
sepanjang hidupnya keras<br />
mempertahankan pilihanpilihannya,<br />
apapun resikonya.<br />
“Takdir telah menentukan<br />
nasib saya dengan Tari. Kalau<br />
bukan, bagaimana orang bisa<br />
menerangkan bahwa Ibu saya<br />
yang kebetulan sedang sibuk<br />
mencari seorang guru tari Kathak<br />
yang bagus untuk saya, di kota<br />
Ahmedabad, (dimana kata Kathak<br />
itu sendiri bahkan tidak dikenal<br />
orang), tiba-tiba bertemu dengan<br />
Kumud Behen (Kumudini Lakhia,<br />
koreografer/guru tari Kathak<br />
terkenal) yang , setelah menikah<br />
dengan seorang lelaki Gujarat,<br />
datang ke kota Ahmedabad untuk<br />
menetap disana!” Guru utama<br />
tari Kathaknya, Kumudini Lakhia,<br />
(yang banyak membantu Daksha<br />
Sheth dalam menjadikannya<br />
seorang penari Kathak terkenal,<br />
dengan sikap tubuhnya yang<br />
berdiri lurus dan berjalan penuh<br />
percaya diri seperti seorang ratu)<br />
menambahkan, “Ibunya membawa<br />
dia kepada saya sebagai seorang<br />
gadis cilik. Melihat dia memakai<br />
sepatu yang tumitnya miring, saya<br />
putuskan bahwa yang pertama<br />
kali yang harus saya lakukan<br />
Subi Samuel<br />
adalah melatihnya bagaimana cara<br />
menyeimbangkan diri sepenuhnya<br />
pada waktu berdiri. Kini dapat<br />
saya katakan bahwa dia adalah<br />
salah seorang seniwati terbaik<br />
yang telah berhasil saya bentuk.”<br />
Memang demikian kenyataannya.<br />
Diatas panggung, Daksha adalah<br />
seorang pribadi yang telah<br />
berubah, setiap gerakannya sarat<br />
dengan kekuatan dan ketenangan<br />
yang dramatis, kualitas yang<br />
mungkin selama bertahun-tahun<br />
belum berhasil dikuasai seorang<br />
penari. Dengan tubuhnya yang<br />
sangat bagus keseimbangannya,<br />
dia adalah pilihan yang tepat<br />
dan alami untuk menarikan<br />
Mayurbhanj Chhau, dengan satu<br />
Isha (kiri) dan Daksha (bawah) dalam<br />
pose-pose yang memukau.<br />
Devissaro<br />
Devissaro<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 90 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 91
Devissaro<br />
kaki digoyang-goyangkan diudara,<br />
dan satu kaki lagi bertahan diatas<br />
lantai. Bahkan dalam tarian<br />
yang harus dibawakan secara<br />
berkelompok pun, dia selalu<br />
terlihat lebih lincah dari penaripenari<br />
lain. Pada awal 1980-an<br />
pada waktu penyelenggaraan<br />
Kathak Mahotsav (Festival<br />
Tarian-Tarian Kathak) yang<br />
diselenggarakan oleh sebuah<br />
lembaga bernama Kathak Kendra,<br />
penari ini (Daksha Sheth) dalam<br />
presentasi solonya membawakan<br />
sebuah tarian berjudul “The<br />
Seasons”, yang gerakan-gerakan<br />
khas tarian Kathak dikoregrafnya<br />
sendiri, matching dengan musik<br />
ciptaan komposer Barat Vivaldi.<br />
Sebagian besar generasi muda<br />
para penari Kathak tradisional,<br />
dengan mata terbelalak seolaholah<br />
tidak percaya dan tidak<br />
setuju dengannya, langsung<br />
mengerumuninya dibalik pentas<br />
untuk memberikan ucapan<br />
selamat dan menyatakan<br />
kekaguman mereka terhadapnya.<br />
“Bagi saya, menciptakan karya<br />
sendiri seperti Toda, Tukda atau<br />
Tihai adalah sebuah kebanggaan<br />
dan kepuasan. Bukankah ini<br />
hadiah paling besar yang dapat<br />
dipersembahkan seorang murid<br />
kepada gurunya? Sama saja<br />
seperti orang tua yang merasa<br />
bangga dengan prestasi dan<br />
keberuntungan anak-anaknya<br />
melebihi mereka. Cara saya ini<br />
dalam menciptakan kesegaran<br />
terhadap kesenian kita sendiri,<br />
dan menambahkan bahwa apa<br />
yang telah diberikan guru kepada<br />
saya seperti “Kummiben” dan<br />
Maharajji telah memberikan<br />
kepuasan tersendiri bagi saya.”<br />
Ketika ditanya mengapa dia masih<br />
menginginkan latihan-latihan<br />
Daksha dengan Devissaro (atas) dan dalam<br />
Search for my Tongue (halaman samping).<br />
dibawah bimbingan Pandit Birju<br />
Maharaj, setelah bertahun-tahun<br />
sukses dalam menciptakan inovasi<br />
sendiri dibawah bimbingan<br />
Kumudini Lakhia, Daksha<br />
Sheth menjawab, “Untuk dapat<br />
memahami dalamnya tradisi tarian<br />
Kathak ini. Saya tidak mencari<br />
koreografi-koreografi baru dari<br />
Maharajji. Dia adalah seorang<br />
‘gharanedar’, (pendukung<br />
tradisi), saya menemuinya untuk<br />
memahami lagi dengan sebaikbaiknya<br />
rahasia-rahasia tradisi,<br />
dan dia memberikannya dalam<br />
jumlah yang sangat banyak.”<br />
Tetapi rasa lapar Daksha<br />
yang belum terpuaskan akan<br />
pengalaman-pengalaman di<br />
bidang seni tari, pada hal Pandit<br />
Birju Maharaj dan Kumudini<br />
Lakhia telah mewariskan<br />
semuanya kepadanya, telah<br />
mendorongnya untuk belajar<br />
ke Mayurbhanj Chhau,<br />
setelah Daksha menyaksikan<br />
Guru Krishnachandra Nayak<br />
memberikan pelajaran tari di<br />
Bharatiya Kala Kendra. Disini<br />
jugalah dia (Daksha ) bertemu<br />
dengan penari Australia, dengan<br />
gaya footloose dan fancy-freenya,<br />
bernama Devissaro, yang<br />
Dhiraj Chawla<br />
ditakdirkan untuk menjadi parner<br />
hidupnya. Tinggal sekamar<br />
dengan seorang murid pemusik<br />
Dhrupad Fahimuddin Dagar,<br />
Devissaro yang menyukai seni<br />
Dhrupad (musik vokal klasik<br />
India) memiliki pengetahuan<br />
yang mendalam tentang musik<br />
India. Karena sama-sama<br />
berpikiran independen, dan tidak<br />
terintimidasi oleh masyarakat dan<br />
kebiasaan-kebiasaannya, Daksha<br />
dan Devissaro segera menjadi<br />
pasangan yang tak terpisahkan,<br />
Daksha malah sampai mau<br />
(bahkan membuat Devissaro<br />
kaget) dibawa ber-hitchhiking<br />
dengan membonceng pada sepeda<br />
Devissaro yang sudah sering<br />
masuk bengkel itu, dan berkalikali<br />
onderdilnya diganti. Karena<br />
sering menjadi bahan gosip yang<br />
enak, dimana cewek-cewek<br />
mau diboncengi oleh cowok<br />
dengan sepedanya adalah suatu<br />
hal yang sangat tidak lumrah di<br />
India, pasangan ini memutuskan<br />
untuk menikah. Kedua orang<br />
tua Daksha (ayahnya seorang<br />
businessman kaya) tidak gembira<br />
ketika dia memperlihatkan<br />
sebuah foto Devissaro dengan<br />
pakaian Yoga, yang menegaskan<br />
kekhawatirannya bahwa<br />
putrinya telah menetapkan<br />
pilihan yang bertentangan<br />
dengan keinginan mereka. Lalu<br />
datanglah sebuah telegram<br />
bahwa ibu Daksha sedang sakit,<br />
ini berarti sebuah alasan yang<br />
kuat untuk menjauhkan Daksha<br />
dari Devissaro. Tetapi Daksha<br />
menjawab dengan tenang bahwa<br />
ada empat orang anak lagi di<br />
rumah yang dapat merawat<br />
Ibu jika memang diperlukan.<br />
Tetapi dalam perjalanan waktu<br />
dan melalui interaksi-interaksi<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 92 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 93
Devissaro<br />
Devissaro<br />
Daksha dalam komposisi-komposisi berbeda (atas dan halaman samping)<br />
Avinash Pasricha<br />
yang lebih dekat, kedua orang<br />
tuanya akhirnya berubah sikap<br />
dan, untuk mengutip Devissaro,<br />
“Kedua mertua saya, yang<br />
sebelumnya enggan menerima<br />
saya, ternyata paling manis dan<br />
kooperatif.”<br />
Tanpa sepengetahuan guru-guru<br />
tari Kathaknya, Daksha pergi<br />
ke Baripada (di Orissa), tempat<br />
asalnya aliran Mayurbhanj<br />
Chhau. Walaupun kota ini<br />
terbagi kedalam kasta-kasta<br />
(para penari dianggap berkasta<br />
tinggi di salah satu sisi sungai<br />
dekat istana, dan terpisah dari<br />
orang-orang berkasta rendah<br />
yang tinggal di sisi lainnya),<br />
Daksha tidak mengindahkan<br />
para tetua yang melarangnya<br />
dan menyuruhnya kembali ke<br />
tempat asalnya karena Chhau<br />
hanya diperuntukkan bagi kaum<br />
lelaki dan bukan untuk seorang<br />
gadis “berkasta tinggi”. Setelah<br />
banyak belajar dari tokoh-tokoh<br />
seperti Lal Mohan Patro, seorang<br />
musisi yang banyak mengetahui<br />
tentang tari, Krishnachandra Sen<br />
dan lain-lain, Daksha berhasil<br />
menguasai banyak komposisi,<br />
sebuah tape recorder kepunyaan<br />
seorang teman Amerikanya<br />
telah membantunya merekam<br />
semua lagu-lagunya. “Chhau<br />
telah merubah persepsi saya<br />
dan membuka banyak pintu<br />
bagi saya, karena saya selalu<br />
menyenangi gerakan-gerakan<br />
kaki di udara, kontras dengan<br />
gerakan-gerakan kaki di lantai<br />
pada tari Kathak. Dengan<br />
gerakan-gerakan indah kaki di<br />
udara, aliran tari Chhau telah<br />
memberikan suatu keseimbangan<br />
vokabulari yang bagus bagi saya<br />
untuk berkarya.”<br />
Setelah menikah, pasangan<br />
Daksha-Devissaro pindah ke<br />
Brindavan. “Sayalah yang selalu<br />
mengambil keputusan-keputusan<br />
berdasarkan intuisi-intuisi, tanpa<br />
memperdulikan baik buruknya.<br />
Dan Brindavan dengan penyair<br />
oktogenaria (berusia 80-an)<br />
Kavi Kalyan Sharma, pada masa<br />
itu menjadi sorga yang penuh<br />
peluang dengan syair-syairnya<br />
yang sering dinyanyikan. Dengan<br />
mengklaim Vallabhacharya<br />
sebagai guru keluarganya,<br />
Dhrupad, Dhamar, seluruh<br />
koleksi syair penyair Ashtachhap<br />
bisa diperoleh melaluinya.<br />
“Saya punya seorang teman<br />
penyanyi hebat dari Barsana,<br />
dan Kalyanjilah yang menulis<br />
kembali komposisi Govindlila<br />
sendiri, untuk membuatnya<br />
cocok untuk ditarikan. Ketika<br />
saya mengkoreograf tari Kathak<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 94 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 95
Devissaro<br />
Isha dalam Sarpa-gati (halaman samping) dan dalam Bhukham<br />
Devissaro<br />
sesuai dengan komposisikomposisi<br />
ini, para penonton<br />
sangat menyukainya dan kuil-kuil<br />
seperti Radha Raman, Banke<br />
Bihari, Govindlila, semuanya<br />
mulai mengundang saya untuk<br />
menarikan Kathak sebagai<br />
persembahan kepada Dewa. Ini<br />
benar-benar sebuah pengalaman<br />
yang tak terlupakan, sebab ketika<br />
sebuah tarian menjadi sebuah<br />
persembahan kepada dewa,<br />
(nritya-seva), nadanya sangat<br />
indah sekali. Hanya saya, tarian,<br />
dengan Dewa yang ada di depan.<br />
“Kami menghadirkan sebuah<br />
pemandangan yang ganjil, karena<br />
pada waktu itu saya dan kedua<br />
anak-anak dan Isha yang masih<br />
berusia enam tahun dan Tao<br />
yang lebih kecil akan masuk<br />
dulu kedalam sebuah riksya,<br />
lalu diikuti oleh para musisi<br />
mengikuti dari belakang dengan<br />
riksya lain. Maka menjadilah kami<br />
sebuah rombongan pemusik<br />
pengelana dan masyarakat pun<br />
ikut memberikan dorongan<br />
besar mereka. Tetapi masa-masa<br />
yang sangat menggembirakan<br />
ini tiba-tiba berakhir dengan<br />
meninggalnya Kalyanji yang<br />
menderita TBC stadium akhir<br />
(kami tidak pernah tahu hal ini),<br />
dan hidup di Brindavan menjadi<br />
sulit. Kami putuskan untuk<br />
pindah.”<br />
Kemudian keluarga ini memulai<br />
usaha lain lagi setelah pindah<br />
ke Thiruvananthapuram<br />
(Trivandrum) di Kerala, dimana<br />
setelah melalui tahun-tahun<br />
pertama yang sulit, pasangan ini<br />
mendirikan sebuah kampus yang<br />
cukup bagus. Keempat mereka,<br />
selama bertahun-tahun dengan<br />
menggunakan kenderaan roda<br />
dua, berkeliling, bukan untuk<br />
berpiknik tetapi untuk memajukan<br />
usaha mereka. Mereka bahkan<br />
pernah mengalami sebuah<br />
kecelakaan, tetapi tidak ada<br />
dari mereka yang terluka. Ayah<br />
Daksha tidak lama kemudian<br />
mengirimkan sebuah mobil untuk<br />
mereka, dan berkata, “Pakai<br />
mobil ini. Tidak boleh lagi pakai<br />
kenderaan roda dua karena saya<br />
belum siap mendengar kalian<br />
mendapat kecelakaan lagi.”<br />
Meniti karir sebagai senimanseniman<br />
mapan di bidang seni<br />
tari Kathakali dan Kalarippayattu,<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 96 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 97
tidaklah mudah. Meskipun<br />
kurang cocok, mereka menyewa<br />
beberapa penari muda untuk ikut<br />
mereka, “yang kami gaji untuk<br />
mempelajari seni tari dan menjadi<br />
bagian dari rombongan tari kami.<br />
Saya pikir hanya kamilah contoh<br />
guru-guru tari yang membayar<br />
murid-muridnya yang mau datang<br />
untuk belajar, dan bukannya<br />
dibayar untuk mengajar. Tetapi,<br />
berkat masa-masa sulit yang<br />
kami lalui itu, mutu karya-karya<br />
kami dan undangan-undangan<br />
untuk mengadakan pertunjukan<br />
di luar negeri, telah membuat<br />
kami berkesinambungan.<br />
Profesionalisme kami,<br />
pencayahaan kami, ketrampilan<br />
organisatoris kami, semuanya<br />
mendapat penghargaan.”<br />
Rombongan kami diminta untuk<br />
mengadakan pertunjukan di<br />
Kennedy Centre, New York, tahun<br />
berikutnya. Setelah berkeliling ke<br />
berbagai negara, Daksha berkata<br />
bahwa pengalamannya yang<br />
paling bagus dan mengesankan<br />
adalah mengadakan pertunjukan<br />
di Indonesia, “meskipun kami<br />
memperoleh standing ovation<br />
dimana-mana.”<br />
Dimana rumah kami disitulah<br />
jantung kami – hal ini jelas dari<br />
ucapan pasangan ini tentang<br />
rumah mereka. “Kami telah<br />
menanam 600 batang pohon di<br />
halaman kami. Kami bertetangga<br />
dengan sebuah keluarga yang<br />
memelihara banyak anjing dan<br />
kucing – dan jangan lupa ular-ular<br />
kobra yang sering berkunjung ke<br />
studio kami ketika kami sedang<br />
berlatih. Kami mengusir mereka<br />
secara pelan-pelan dan mereka<br />
pun pergi secara diam-diam, dan<br />
kami pun terus berlatih. Semua<br />
orang tahu bahwa disini tidak<br />
seorang pun boleh membunuh<br />
makhluk hidup apapun. Kita<br />
harus berbagi bumi ini,” kata<br />
Devissaro tegas.<br />
Dengan memadukannya<br />
dengan apa yang diperolehnya<br />
dari aliran-aliran Kathak, dari<br />
Kalarippayattu, dari Chhau dan<br />
inovasi-inovasinya sendiri, karyakarya<br />
Daksha mempunyai ciri-ciri<br />
dan gaya yang unik, dimana yang<br />
tradisional bercampur dengan<br />
yang kontemporer dalam suatu<br />
bentuk baru. ‘Sarpa-gati’ pada<br />
tahun 1996, dengan Isha dan<br />
Daksha dalam sebuah postur yang menonjol<br />
parner prianya mempertunjukkan<br />
Mallakhamb dengan merayap<br />
seperti ular turun naik tali yang<br />
tergantung dari loteng cukup<br />
membuat penonton ternganga.<br />
Mahishasura-mardini, Bhukham,<br />
Kal Chakra, Vastra (karya ini<br />
sedang dalam penyelesaian),<br />
Silence is a Rhythm, Govindlila,<br />
Ashtayam, Yagna , Chhaya,<br />
Time Piece, – semua karya-karya<br />
Daksha ini adalah ciptaannya<br />
dalam berbagai manifestasi.<br />
Dalam menarikan, Search for my<br />
Tongue Daksha secara tiba-tiba<br />
muncul dari tumpukan daun-daun<br />
Avinash Pasricha<br />
kering dengan gerakan-gerakan<br />
yang dramatis. Period costume,<br />
pencahayaan, konsepsualisasi<br />
musik dan aural direction adalah<br />
ide Devissaro. Dengan menyebut<br />
dirinya sebagai seorang penjudi<br />
yang alami, Daksha mengakui<br />
bahwa dia memang nyaman<br />
dengan ketidakpastian. “Saya<br />
mendambakan keberhasilan,<br />
tetapi saya tidak khawatir dengan<br />
kegagalan”.<br />
Anak-anak dari pasangan ini yang<br />
sangat berbeda dari senimanseniman<br />
biasa lainnya harus<br />
bersikap individual menurut<br />
kemampuan sendiri. Dan memang<br />
begitulah adanya.<br />
Putra mereka, Tao, yang telah<br />
menjadi sebuah rhythm machine<br />
pada waktu baru berumur dua<br />
tahun, dan mahir bermain dengan<br />
matra-matra 7,9, dan 11, padahal<br />
dia baru saja mulai belajar bicara,<br />
kini telah menjadi seorang<br />
pemusik hebat dengan semua<br />
jenis alat perkusi.<br />
Putri mereka, Isha yang sibuk<br />
berlatih setiap hari dari pukul 6.30<br />
sampai 8.30 malam, menganggap<br />
dirinya seorang aktor yang juga<br />
menari atau seorang penari<br />
yang juga kadang-kadang juga<br />
berakting. “Saya berpendapat<br />
bahwa saya termasuk hanya<br />
kedalam satu kategori saja, yaitu<br />
seorang performing artist. Dan<br />
ibu telah merencanakan karir<br />
saya seperti itu, sehingga saya<br />
bisa siap dengan peran apa saja<br />
yang diinginkan oleh peran apa<br />
saja, kapan saja. Saya juga berlatih<br />
Yoga, dan itulah yang membuat<br />
saya bisa menjalani skedul-skedul<br />
saya yang berat dalam menekuni<br />
pekerjaan saya,” ujar Isha.<br />
Duet tali Sarpa-gati<br />
“Menurut anda, apakah prestasi anda<br />
terbesar dalam hidup sejauh ini?”<br />
“Sejak dari dulu saya menilai<br />
bahwa saya dilatih oleh orang<br />
tua saya dalam gaya hidup satvik,<br />
sejak di Kerala, kampung saya.<br />
Kami sangat dekat dengan bumi.<br />
Kami cinta dengan aromanya,<br />
kami menanam bahan-bahan<br />
pangan dan sayur-sayuran kami<br />
sendiri – kami berbagi lahan<br />
dengan makhluk-makhluk hidup<br />
lainnya, bekerja mengolah tanah<br />
berjam-jam setiap hari, makan<br />
makanan satvik. Bukan saja Yoga<br />
sebagai olah raga kami, tetapi<br />
menjalankan hidup sebagai<br />
Peyoga. Kakak lelaki saya menjadi<br />
anggota sebuah Band dan hebat<br />
dalam ritme(rhythm). Saya<br />
mencintai hidup ini.”<br />
Devissaro<br />
Bagaimana karir anda<br />
dibandingkan dengan karir dalam<br />
industri film?<br />
“Sangat berbeda”, katanya sambil<br />
tertawa. “Di dalam studio saya<br />
tidak akan berpikir dua kali untuk<br />
menyapu lantai tempat saya<br />
menari. Saya tidak bisa melakukan<br />
ini ketika sedang berlatih untuk<br />
film. Tetapi saya tidak suka<br />
mencari glamour seperti itu.<br />
Hidup ini terlalu pendek. Saya<br />
ingin memanfaatkan hidup ini<br />
sepenuhnya. – semakin banyak<br />
ketrampilan yang bisa saya raih,<br />
semakin bagus. Saya selalu<br />
berusaha sebaik-baiknya untuk<br />
apapun yang saya kerjakan.”<br />
Bagaimana dengan ikatan<br />
romantisnya?<br />
“Belum ada sampai saat ini. Saya<br />
sudah merasa senang karena<br />
dapat melakukan apa yang ingin<br />
saya lakukan. Saya tidak suka<br />
berakting untuk iklan-iklan, ini<br />
bukan sebuah pernyataan. Jadi<br />
diri saya sendiri adalah penting<br />
bagi saya.”<br />
Secara ringkas Isha berkata<br />
tentang karirnya. “Bagi saya<br />
bekerja adalah adalah hidup. Saya<br />
tidak perduli tentang bagaimana<br />
orang menyebutnya: sukses,<br />
gagal. Saya tidak mengejar<br />
pakaian-pakaian sesuai mode dan<br />
bagus-bagus. Saya adalah apa<br />
adanya saya. Kegembiraan itu<br />
ada dalam perjalanan hidup itu<br />
sendiri, bukan dalam mencapai<br />
apa yang diangan-angankan.<br />
Kebahagiaan terletak dalam<br />
keinginan itu sendiri.”<br />
◆<br />
Penulis adalah seorang pengamat seni tari<br />
dan telah menulis sejumlah buku tentang<br />
seni tari klasik India.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 98 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 99
Karya Lukis Pada<br />
India House, London<br />
ASOKE MUKERJI<br />
Ketika Sir Herbert Baker mendesain gedung baru untuk Komisi Tinggi India<br />
(India House) di London pada tahun 1920-an, dia merencanakan high vaulted<br />
ceilings (atap-atap lengkung yang tinggi) untuk lantai dasar, serta sebuah<br />
kubah tengah yang besar, sebagai ruang-ruang (spaces) yang siap untuk didekorasi.<br />
Komisaris Tinggi India, Sir Atul Chatterjee, yang mengusulkan pembangunan India<br />
House pada tahun 1925, diminta oleh Sir William Rothenstein (1872-1945), Principal<br />
(Dekan) Royal College of Art di London, agar memilih para pelukis dari India<br />
untuk melukis ruang-ruang kosong ini di bagian resepsi gedung baru itu. Pekerjaan<br />
membuat lukisan-lukisan dinding (murals) itu baru dimulai setelah gedung tersebut<br />
diresmikan pembukaannya pada tanggal 8 Juli 1930 oleh Raja King George V, dan<br />
rampung pada bulan Januari 1932.<br />
Ciri yang paling mengesankan dari India House dilihat dari bidang seni adalah<br />
ikatan organisnya dengan gerakan-gerakan kontemporer dalam kesenian<br />
India, khususnya Aliran Kesenian Bengala. Kenyataan ini pada umumnya lebih<br />
disebabkan oleh visi Rothenstein, yang pernah aktif dalam Royal Society of<br />
Arts di London. Bersama dengan Ernest Binfield Havell (1861-1934), mantan<br />
Dekan The Government School of Art di Calcutta pada tahun 1896-1905, Ananda<br />
Coomaraswamy (1877-1947), Lady Christiana Herringham (1852-1947), dan Thomas<br />
Arnold, antara lain, Rothenstein mendirikan India Society pada tanggal 13 Januari<br />
1910 dengan maksud agar masyarakat dapat menghargai seni rupa India. Adalah<br />
Coomaraswamy yang memperkenalkan Rothenstein kepada karya-karya seniman<br />
terkemuka India dari aliran “Calcutta”, Abanindranath Tagore.<br />
Rothenstein dalam sebuah tulisannya menceritakan tentang kunjungannya ke<br />
India yang disebutnya sebagai “An Indian Pilgrimage”, bahwa keputusannya untuk<br />
melancong ke India pada tahun 1910 untuk menyaksikan sendiri perkembangan<br />
kesenian di India adalah berkat Lady Herringham. Sebelum melakukan kunjungan<br />
ke India, Rothenstein pernah diperingatkan oleh Sir Richmond Ritchie, Secretary<br />
pada Political and Secret Department di India Office, bahwa “simpatinya untuk<br />
bangsa India dan segala sesuatu yang berbau India akan mendorong kaum<br />
Nasionalis” tetapi peringatan ini tidak diindahkannya.<br />
Kuadran Barat yang dilukis oleh Sudhansu Sekhar Choudhury<br />
Kuadran Timur dilukis oleh Lalit Mohan Sen<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 100 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 101
Masa kanak-kanak (Balyavastha) oleh Dhirendra Krishna Deb Barman<br />
Kerja (Karma) oleh Dhirendra Krishna Deb Barman<br />
Kunjungan Rothenstein ke Benaras meninggalkan kesan yang mendalam pada<br />
dirinya, “pemandangan yang padat dengan manusia, sarat dengan warna-warna dan<br />
sangat sibuk” itu mengingatkannya kepada sebuah “kota klasik; kepada Corinth atau<br />
Carthage; dan lagi-lagi kepada jalan-jalan yang padat dengan manusia, pada zaman<br />
pertengahan di Roma”. Lukisannya berjudul “Sunset at Benaras” dihadiahkan kepada<br />
India House setelah gedung tersebut dibuka pada tahun 1930, dan tergantung di<br />
Nehru Hall gedung tersebut dewasa ini.<br />
Ketika tiba di Calcutta, Rothenstein disambut oleh Abanindranath Tagore, dan<br />
saudaranya Goganendranath, yang membawanya ke rumah keluarga mereka,<br />
Jorasanko. Rothenstein dipertemukan dan berinteraksi dengan para seniman yang<br />
tergabung dalam Indian Society of Oriental Art di Calcutta. Selain Abanindranath dan<br />
Goganendranath Tagore, kelompok ini juga dianggotai oleh Nandalal Bose dan Asit<br />
Halder. Abanindranath dan para kontemporernya telah mempopulerkan gerakan seni<br />
kontemporer mereka, yang kemudian terkenal sebagai “Bengal School” atau Aliran<br />
Bengala. Mereka melihat ke mural-mural purba dan lukisan-lukisan miniatur India<br />
dari zaman pertengahan untuk mendapatkan inspirasi dalam pemilihan subject matter<br />
dan dalam penggunaan bahan-bahan seperti tempera. Secara signifikan, gaya-gaya<br />
dan pengaruh-pengaruh ini diekspresikan secara ekswisit dalam corak kesenian India<br />
House dua puluh tahun kemudian.<br />
Pada bulan Februari 1911, Rothenstein untuk pertama kalinya bertemu dengan<br />
paman Abanindranath, Rabindranath Tagore. Rothenstein sangat terkesan dengan<br />
Rabindranath, yang dilukiskannya sebagai “salah seorang manusia paling cemerlang<br />
pada masa ini.” Pertemuan antara pujangga India dan seniman Inggris ini terbukti<br />
sangat penting artinya dalam mempropagandakan daya tarik dan kreativitas pemikiran<br />
kaum nasionalis India di Barat. Rabindranath mengunjungi Inggris pada tahun 1912<br />
dan 1913. Diatas kapal yang ditumpanginya, dia membawa puisi-puisinya dalam<br />
Gitanjali, menuliskan terjemahan-terjemahan Inggrisnya dalam sebuah buku catatan.<br />
Setelah tiba di Inggris pada tanggal 16 Juni 1912, Tagore mencari Rothenstein, yang<br />
mengambil buku catatan Tagore yang berisi terjemahan-terjemahan puisi-puisinya itu<br />
dan mengetik salinannya. Pada tanggal 7 Juli 1912 Rothenstein mempersiapkan sebuah<br />
acara untuk pembacaan puisi-puisi Tagore tersebut di rumah sewaannya di Hampstead<br />
oleh penyair W.B. Yeats. Pada tanggal 1 <strong>No</strong>pember 1912, India Society menerbitkan<br />
sebuah edisi terbatas (750 eksemplar, 500 diantaranya untuk anggota dan 250 untuk<br />
dijual kepada umum) dari Gitanjali: Song Offerings berisikan terjemahan-terjemahan<br />
Inggris dari 103 puisi, dengan sebuah kata pengantar oleh Yeats dan sebuah sketsa<br />
(lukisan) pensil dari diri Tagore yang dibuat oleh Rothenstein. Gitanjali memenangkan<br />
Hadiah <strong>No</strong>bel untuk Sastra pada tahun 1913. Tagore mempersembahkan penerbitan<br />
tersebut kepada Rothenstein.<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 102 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 103
Viceroy’s House – sekarang menjadi Rashtrapati Bhawan (Istana<br />
Presiden) – di New Delhi. Dia juga adalah salah seorang yang ikut<br />
kompetisi untuk membuat lukisan-lukisan mural di India House.<br />
Ranada Charan Ukil adalah yang termuda dari Ukil Bersaudara<br />
yang terkenal itu. Sarada Ukil (1889-1940), adalah mantan murid<br />
Abanindranath Tagore, yang datang ke Delhi pada tahun 1918 sebagai<br />
Guru Seni (Arts Teacher) pertama di Modern School, yang terletak di<br />
Daryaganj <strong>No</strong>. <strong>24</strong> dan dikelola oleh teman Sarada Lala Raghubir Singh.<br />
The Sarada Ukil School of Art didirikan di Delhi pada tahun 1926. Dua<br />
tahun kemudian, melalui “inisiatif yang aktif dan sungguh-sungguh<br />
dari Ukil Bersaudara yang terkenal itu: Sarada, Barada dan Ranada”,<br />
berdirilah All India Fine Arts and Crafts Society (AIFACS) di New Delhi,<br />
untuk “menyebarluaskan seni dan kebudayaan di India dan di luar<br />
negeri, dan untuk mengupayakan peningkatan dan perbaikan nasib<br />
seniman-seniman di India khususnya.”<br />
Dhirendra Krishna Deb Barman, lahir tahun 1903, belajar seni di<br />
Santiniketan dibawah bimbingan Nandalal Bose antara 1919 dan 1928.<br />
Dia meneruskan kuliahnya untuk berspesialisasi di bidang melukis<br />
mural di Royal College of Art in London. Setelah menyelesaikan<br />
proyeknya di India House, dia ditunjuk sebagai Principal dari Kala<br />
Bhawan di Santiniketan.<br />
Kubah Tengah yang megah<br />
Komisaris Tinggi Sir Atul Chatterjee meneruskan proposal untuk<br />
melukis interior India House tersebut kepada Pemerintah India di<br />
New Delhi. Chief Commissioner Delhi, Sir John Perronet Thomson,<br />
mengetuai sebuah panitia tingkat tinggi dan pantia inilah yang memilih<br />
empat orang seniman dari delapan puluh orang yang melamar.<br />
Keempat seniman yang sukses ini adalah Lalit Mohan Sen (Lucknow),<br />
Ranada Charan Ukil (Delhi), Dhirendra Krishna Deb Barman<br />
(Santiniketan) dan Sudhansu Sekhar Choudhury (Calcutta). Mereka<br />
diberangkatkan ke Inggris untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut di<br />
Royal College of Art dibawah pengarahan Rothenstein.<br />
Sudhansu Sekhar Choudhury, lahir pada tahun 1903, belajar dibawah<br />
bimbingan Abanindranath dan Gogendranath Tagore di Indian Society<br />
of Oriental Arts, Calcutta. Dia mengunjungi Thailand dan Kamboja<br />
pada tahun 1928, dan juga ikut kompetisi melukis mural di India<br />
House setahun kemudian. Choudhury, yang tinggal di Inggris antara<br />
Lantai ruang masuk mempunyai dua belas lambang-lambang indah<br />
dari provinsi-provinsi di India<br />
Keempat seniman ini relatif kurang dikenal, tetapi lukisan-lukisan<br />
mereka memiliki semangat seni dan teknik seni kontemporer India.<br />
Lalit Mohan Sen, lahir di kota Nadia di Bengala pada tahun 1898,<br />
pindah ke Lucknow pada tahun 1912. Setelah mempelajari seni lukis<br />
dinding (mural) di Royal College of Art, London, pada tahun 1926, dia<br />
kembali ke Lucknow untuk bekerja sebagai Superintendent, Drawing<br />
and Teacher’s Training Class (Sekolah Guru Melukis dan Menggambar)<br />
pada tahun 1929. Pada tahun itu, juga Sen terpilih untuk medekor<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 104 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 105
1929 dan 1932, pernah menyelenggarakan eksebisi solo di Fine Arts Society yang<br />
prestigious di New Bond Street, London. Setelah kembali ke India, Choudhury<br />
membuat lukisan-lukisan mural di berbagai bioskop di India utara.<br />
Keempat pelukis muda ini dikirim ke London pada bulan Agustus 1929 dengan<br />
beasiswa pemerintah. Mereka juga melakukan kunjungan-kunjungan ke Florence,<br />
Roma dan kota-kota Eropa lainnya untuk mempelajari teknik melukis diatas plaster.<br />
Setelah menyelesaikan latihan-latihan mereka, para pelukis tersebut dipekerjakan<br />
untuk mendekorasi India House.<br />
Mereka mulai mengerjakan persiapan-persiapan di sebuah studio sementara yang<br />
didirikan dalam sebuah ruangan (dengan diterangi cahaya matahari) diatas lantai<br />
atas India House. Mereka menghabiskan waktu kira-kira sepuluh bulan untuk<br />
merampungkan persiapan-persiapan mereka. Pada tanggal 9 April 1931 para pelukis<br />
tersebut mulai melukis. Karena alasan-alasan teknis mereka terpaksa memutuskan<br />
untuk menggunakan tempera-telur yang dibuat dengan mencampurkan tepung<br />
pigmen-pigmen dengan kuning telur dan air – sebagai pengganti minyak. Dalam<br />
tradisi Bengal School, mitologi India dan sejarah India memberikan inspirasi yang<br />
tematis.<br />
Pada Entrance Hall (Ruang Masuk), dua orang dari keempat pelukis ini, Ukil dan<br />
Choudhury, melukis delapan bagian pendentif yang menggambarkan enam musim<br />
di India, serta senja dan subuh. Sapuan-sapuan kuas yang halus dalam pemilihan<br />
tema dilakukan dengan sangat indahnya di sekitar puisi lirikal gubahan penyair<br />
Roza (Puasa) oleh R. Ukil (halaman samping) dan<br />
Buddha dengan murid-muridnya oleh Lalit Mohan Sen (bawah).<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 106 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 107
Varsha (musim hujan, Juli/Agustus)<br />
Sheet (musim dingin, Desember/Januari)<br />
Kalidasa berjudul Ritusamhara, atau “The Pageant of Seasons”. Musimmusim<br />
itu adalah Grishm, (musim panas, Mei/Juni); Varsha (musim<br />
hujan, Juli/Agustus); Sharad (awal musim gugur, September/Oktober);<br />
Hemant (musim gugur akhir, <strong>No</strong>vember/Desember); Sheet (musim<br />
dingin, Desember/Januari) dan Basant (musim bunga, Maret/April).<br />
Dalam lunet-lunet yang terdapat di Ruang Tamu/Ruang Baca di lantai<br />
dasar terdapat sebuah legenda yang menyedihkan tentang Anarkali,<br />
serta tema mengenai Shasti Puja (menyembah dewi kesuburan) yang<br />
dilukis oleh Choudhury. Dua lunet lainnya, End of Roza (Akhir Puasa)<br />
dan tema Todi Ragini, dilukis oleh Ukil.<br />
Di lobi yang terdapat di lantai pertama, Barman melukis satu set<br />
yang terdiri dari delapan pendentif untuk menggambarkan delapan<br />
fase hidup: Kelahiran (Janma), Masa Kanak-Kanak (Balyavastha),<br />
Masa-Masa Sekolahan (Vidyarthi Jeewan), Cinta (Prem), kehidupan<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 108 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 109
erkeluarga (Grahstha), masa-masa bekerja (Karma), masa penolakan atau<br />
renunsiasi (Vanprastha), dan akhirnya Nirvana (Sorga).<br />
Dalam Ruangan Perpustakaan dimana Raja George V secara resmi meresmikan<br />
penggunaan gedung baru India House pada bulan Juli 1930, Sen melukis lunet<br />
Buddha dengan Murid-Muridnya.<br />
Secara keseluruhan keindahan lukisan-lukisan mural yang terdapat di India House<br />
paling bagus terlihat di Kubah Tengah yang magnificent itu, yang merupakan ciri<br />
Shasti Puja (pemujaan terhadap dewi kesuburan) dilukis oleh Choudhury<br />
paling dominan dari gedung ini. Mural-mural yang terdapat di Kubah ini saling<br />
berpadu dengan sangat harmonisnya, yang menggambarkan empat penguasa dalam<br />
sejarah India. Keempat pelukis ini berusaha keras selama sepuluh bulan lebih untuk<br />
mentransformasikan pristiwa-pristiwa bersejarah yang spektakuler kedalam muralmural<br />
yang kaya warna; daun-daun emas <strong>24</strong>-karat digunakan sebagai latar belakang<br />
untuk lukisan-lukisan yang dibuat dengan menghabiskan biaya sebesar seribu rupee<br />
ini, yang pada waktu adalah sebuah jumlah yang sangat besar.<br />
Kuadran selatan dilukis oleh Ukil, melukiskan adegan dimana Alexander the<br />
Great (Iskandar Yang Agung) memberi hormat kepada keperkasaan Raja India<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 110 INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 111
Porus setelah kekalahannya dalam Pertempuran Sungai Hydaspes (kini Jhelum)<br />
pada tahun 326 SM. Kuadran Barat dilukis oleh Choudhury, yang memperlihatkan<br />
Kaisar Chandragupta, Maurya, yang naik tahta Magadha pada tahun 322 SM, yang<br />
sedang menerima penghormatan pada pagi hari dari pasukan bodyguardnya yang<br />
terdiri dari serdadu-serdadu wanita. Deb Barman melukis Kuadran utara yang<br />
memperlihatkan Kaisar Ashoka (304 SM-232 SM) mengirim putrinya Sanghamitra<br />
ke Sri Lanka untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Buddha. Kuadran Timur dilukis<br />
oleh Sen, dengan menggambarkan Kaisar Mughal Akbar (1542-1605) dan arsiteknya<br />
sedang membicarakan rencana untuk pembangunan ibu kota yang baru di<br />
Fatehpur Sikri.<br />
Ukil dan Choudhury melukis “Langit dan Burung-Burung (Balaka)” pada coved<br />
ring diatas kubah serta kubah dan langit-langit sebagai basis bergantungnya lampu<br />
kristalnya. Lukisan-lukisan ini termasuk kedalam sebuah kelompok lukisan yang<br />
terdiri dari delapan panil, yang dikerjakan dengan warna-warna pastel ringan,<br />
menggambarkan burung-burung yang sedang berkelahi di langit yang berawan.<br />
Rabindranath Tagore mengunjungi India House pada tahun 1931 bersama<br />
Rothenstein untuk menemui para pelukis tersebut. Tagore gembira melihat bahwa<br />
semua subyek dan tema-tema yang dipilih untuk mural-mural ini semuanya khas<br />
India. Pembuatan lukisan-lukisan mural dirampungkan pada bulan Januari 1932.<br />
Semangat nasionalisme India telah menemukan ekspresi kreatifnya di jantung kota<br />
London.<br />
◆<br />
Penulis pernah menjabat sebagai Deputy High Commissioner of India untuk Inggris.<br />
“Matahari Terbenam di Benaras” oleh Sir William Rothenstein (bawah) dan Todi Ragini oleh Ukil (halaman samping)<br />
INDIA PERSPECTIVES VOL <strong>24</strong> NO. 3/2010 112