11.07.2015 Views

IP_ Tagore Issue - Final.indd

IP_ Tagore Issue - Final.indd

IP_ Tagore Issue - Final.indd

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Vol 24, No. 2/2010 ISSN 0970 5074 VOL 24 NO. 2/2010IndiaPerspectivesEnam bentuk zumorfik dalam satu garis yang dipamerkan di Paris, 1930.RedakturNavdeep SuriRedaktur TamuUdaya Narayana SinghDirektur, Rabindra Bhavana, Visva-BharatiRedaktur PembantuNeelu RohraIndia Perspectives diterbitkan dalam bahasa-bahasa Arab, Indonesia, Bengali, Inggris, Prancis, Jerman, Hindi, Italia, Pashto,Persia, Portugis, Rusia, Sinhala, Spanyol, Tamil, Turki dan Urdu. Pendapat-pendapat yang disampaikan dalam majalah iniadalah pendapat para penyumbang tulisan dan bukan pendapat India Perspectives. Semua tulisan yang asli, kecuali yangditerbitkan ulang oleh India Perspectives, dapat direproduksi dengan bebas dengan menyebutkan sumbernya.Sumbangan tulisan dan surat-surat supaya dialamatkan kepadaEditor, India Perspectives, 140 ‘A’ Wing, Shastri Bhawan, New Delhi-110001.Telepon: +91-11-23389471, 23388873, Fax: +91-11-23385549E-mail: jspd@mea.gov.in, Website: http://www.meaindia.nic.inUntuk mendapatkan majalah India Perspectives, silakan hubungi Kedutaan Besar India di Jakarta.Edisi ini diterbitkan untuk Kementerian Luar, New Delhioleh Navdeep Suri, Joint Secretary, Public Diplomacy Division.Dirancang dan dicetak oleh Ajanta Offset & Packagings Ltd., Delhi-110052.(1861-1941)


TajukDalam Edisi Khusus ini kami memberikan penghormatan kepada salahseorang putra terbesar India – Rabindranath <strong>Tagore</strong>. Pada waktu duniasedang bersiap-siap untuk merayakan HUT ke-150 kelahiran <strong>Tagore</strong>,India Perspectives mengambil peran terdepan dengan mengumpulkansejumlah tulisan-tulisan yang akan memberikan kepada para pembacakami suatu gambaran yang unik tentang berbagai segi kehidupan daripribadi yang benar-benar cemerlang ini. Dalam kehidupannya yangpenuh pristiwa selama delapan dekade dari 1861 sampai 1941 itu,<strong>Tagore</strong> telah diakui oleh dunia internasional sebagai penulis skenario,penyair, penulis lagu, novelis, pendidik, filosof dan humanis.<strong>Tagore</strong> menulis opera drama pertamanya – Valmiki Pratibha – ketikadia baru berusia dua puluh tahun. Dia terus berkarya dan telahmenulis lebih dari 2000 lagu dan menciptakan Rabindra-sangeetsebagai sebuah genre penting musik Bengali yang diberi namamenurut nama sang pujangga. Dia menerjemahkan sendiri kumpulanpuisi-puisinya, Gitanjali, dari bahasa Bengali kedalam bahasa Inggrisdan menjadi orang Asia pertama yang memenangkan Hadiah Nobelpada tahun 1913. Cerpen-cerpen dan novel-novelnya mendapattempat terhormat dalam kesusasteraan Bengali. Dan barangkalidia adalah satu-satunya penyair yang telah mengarang lagu-lagukebangsaan untuk dua negara: Amar Shonar Bangla untuk Bangladeshdan Jana Gana Mana untuk India. Pada usia 60, dia mengalihkanperhatiannya kepada seni lukis dan telah menghasilkan karya-karyacemerlang pada masa senjanya.Sebagai seorang pendidik, dia menekankan pentingnya gagasannyatentang pendidikan yang sempurna dan holistik dan mendirikanVisva-Bharati di Santiniketan sebagai sebuah institusi dimana“ilusi berupa rintangan-rintangan geografis lenyap dari sekurangkurangnyasatu tempat di India.” Sang ‘pujangga dunia’ ini seringmelakukan lawatan-lawatan, memperoleh banyak teman danpengagum selama perlawatannya ke tigapuluh negara di lima benua.Seperti yang dikatakan Tan Chung dalam tulisannya, “Rakyat Cinaselalu menyenangi tulisan-tulisan dan lagu-lagu <strong>Tagore</strong> karenamereka memancarkan rasa cinta, harapan dan kemanusiaan. Suatu‘<strong>Tagore</strong> Fever’ (Demam <strong>Tagore</strong>) diciptakan di Cina pada tahun1920-an, khususnya untuk menyambut kedatangannya pada tahun1924. Kita kini dapat menyaksikan lagi munculnya ‘<strong>Tagore</strong> Fever’ diCina dalam rangka peringatan secara universal HUT kelahiran <strong>Tagore</strong>yang ke 150…”Sebagai seorang filosof, <strong>Tagore</strong> berusaha untuk menyeimbangkankecintaannya terhadap perjuangan kemerdekaan India dengankepercayaannya kepada humanisme yang universal dankekhawatirannya akan ekses-ekses nasionalisme. Dia sengajamelepaskan gelar kebangsawanan “Knighthood”yang dianugerahkanInggris kepadanya sebagai protes terhadap pembantaian yangdilancarkan tentara Inggris di Jallianwala Bagh di Amritsar padatahun 1919. Dan dia punya nyali, seperti dikemukakan olehProf. Amartya Sen dalam tulisannya, untuk mengeritik kampanyeSwadeshi yang dilancarkan Mahatma Gandhi dan penggunaan alatpemintal benang atau Charkha seperti yang dianjurkan oleh sangMahatma.Dengan selalu bersikap positif dan berorientasi kepada tindakan(action), <strong>Tagore</strong> telah banyak merangsang kita untuk berpikir danbertindak.“Saya telah menjadi seorang yang optimis menurut versi sayasendiri. Jika saya tidak berhasil mencapainya dengan melewati satupintu, saya akan mencobanya dengan melewati pintu yang lain. – atausaya harus membuat sebuah pintu baru. Sesuatu yang luar biasaakan saya capai betapapun gelapnya masa sekarang ini,” katanya.Pikiran seperti inilah yang selalu membuat saya tersenyum: “Sayatidur dan bermimpi bahwa hidup itu menyenangkan. Saya terbangundan melihat bahwa hidup itu adalah pelayanan. Saya bertindak danmengamati, pelayanan itu menyenangkan.”Kami sangat berterima kasih kepada Visva-Bharti University, khususnyakepada Prof. Udaya Narayana Singh, karena telah membantu sayasebagai co-editor edisi khusus ini. Disamping menyumbang tulisantulisanyang mengungkapkan sisi-sisi cemerlang dari kepribadian<strong>Tagore</strong>, Visva-Bharti juga telah menyumbangkan foto-foto langka yangtelah disimpan dan dirawat dengan susah payah untuk memberikangambaran visual yang indah. Bahwa diantara foto-foto tersebut adabeberapa foto yang baru pertama kali disiarkan menjadikan edisi inisebagai sebuah edisi kolektor yang sesungguhnya.Sebagaimana biasanya, kami selalu mengharapkan tanggapantanggapandan masukan-masukan dari para pembaca kami.Navdeep Suri


<strong>Tagore</strong>di abad ke-21Wajah dunia sedang mengalami perubahan, dan dengan berlalunyawaktu, perubahan-perubahan tersebut bisa terlihat denganbanyaknya citra-citra yang mengganggu. Tetapi setiap kaliseseorang merasakan adanya sebuah unsur kehancuran dan kekecewaan,keyakinannya akan hidup muncul kembali tatkala dia mengetahui bahwaada pemikir-pemikir dan pelaku-pelaku kebaikan seperti <strong>Tagore</strong> yangsangat meyakini bahwa pada akhirnya kebenaran dan keindahanlah yangakan menjadi pemenangnya. Kita tidak perlu kaget bahwa Einstein jugameyakini hal yang sama seperti yang diyakini oleh tokoh kesusasteraanIndia, Rabindranath <strong>Tagore</strong> (1861-1941). Berkata Einstein: ‘Idaman-idamanyang telah menerangi jalan saya, dan yang dari waktu ke waktu telahmemberikan semangat baru kepada saya untuk menghadapi hidupdengan penuh kegembiraan adalah ketulusan, keindahan,dan kebenaran.”Kemajuan umat manusia sangat bergantung kepada kesadaran sepertiini. Dalam tukar menukar pendapat dengan Einstein, <strong>Tagore</strong> pernahberkomentar: “Kemajuan jiwa kita sama seperti sebuah puisi yangsempurna. Puisi mempunyai pikiran-pikiran yang tidak terbatas yangapabila telah dilaksanakan membuat semua gerakan penuh dengan maknadan kegembiraan. Tetapi jika kita lepaskan gerakan-gerakannya daripikiran-pikiran yang hakiki itu, jika kita tidak melihat titik perhentiannyayang tak berbatas dan hanya melihat gerakan-gerakan hakikinya, makaeksistensi akan terlihat kepada kita sebagai sebuah monster kejahatan,yang terus bergerak menuju ke sebuah arah yang tak bertujuan dan tak adaakhirnya.” Berapapun kehilangan secara pribadi yang telah diderita <strong>Tagore</strong>,hal itu tidak akan dapat mengalihkannya dari tujuannya untuk bekerjademi negaranya, demi zamannya dan demi bahasa ibunya – bahasa Bangla,atau Bengali yang kini mempersatukan dua bangsa, India dan Bangladesh.Dia tahu bahwa sehabis gelap terbitlah terang, seperti yang dikatakannya:“Awan-awan datang mengambang kedalam kehidupanku, tidak lagimembawa hujan atau mendatangkan badai, tetapi untuk menambah warnakepada langitku pada waktu sang mentari terbenam.”Jika akal dan logika mempunyai tempat penting dalam pemikiran danrencana-rencana <strong>Tagore</strong>, kekuatan batin dan kepercayaan terhadap dirisendiri dan pengetahuan secara intuitif sama pentingnya. <strong>Tagore</strong> pernahberkata: “Pikiran yang seluruhnya adalah logika sama seperti sebuahpisau yang seluruhnya berbentuk mata pisau. Dia membuat tangan yangmenggunakannya berdarah.” Memang benar pernyataan diatas dalam konteksmenciptakan sebuah ruang untuk unsur-unsur halus dalam kehidupanseseorang dan dalam proses pembelajaran seseorang. Penulisan yang kreatif,pertunjukan-pertunjukan yang penuh makna, kesenian yang imajinatif,dan musik yang menggugah semangat mempunyai peranan besar dalammembentuk pikiran manusia sama seperti peranan yang dimainkan olehperkakas, teknologi dan sumber-sumber kekayaan yang tersimpan di bumi.Pada saat-saat dunia sedang bersiap-siap untuk merayakan HUT ke-150 kelahiran Rabindranath <strong>Tagore</strong> antara Mei 2010 dan 2011, sudahsepantasnya kita memberikan penghormatan kepada putra besar India iniyang telah membuat kita bangga. Oleh karenanya kami sengaja menerbitkanedisi khusus ini sebagai penghormatan kepadanya yang memuat hampirdua lusin tulisan dan visual-visual yang sangat penting dan langka – darifoto-foto sampai kepada lukisan-lukisannya. Diantara tulisan-tulisantersebut ada yang sudah pernah diterbitkan sebelumnya – umumnya dalampenerbitan-penerbitan yang dikeluarkan oleh Visva-Bharati, tetapi telahdiedit kembali untuk edisi khusus ini. Kami berharap agar persembahankami ini dapat diterima oleh para pembaca India Perspetives di duniainternasional dan edisi ini bisa menjadi sebuah collector’s item untukdikenang dan dibicarakan untuk jangka waktu yang lama. Kami berterimakasih kepada para penulis serta kepada Visva-Bharati pada umumnya, dankepada staf yang mengurus arsip di Rabindra Bhavana, khususnya. Kamiingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menyatakan penghargaan kamikepada Bagian Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri India atas minatdan kerjasama mereka dalam penerbitan edisi ini.Udaya Narayana SinghSantiniketan; Maret 2010INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 2 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 3


Daya Pikat:Lirik dan Melodi <strong>Tagore</strong>LADLY MUKHOPADHYAY 6<strong>Tagore</strong> danPembangunan DesaUMA DASGUPTA 86❝Bersama ribuan rakyat senegerinya saya banyakberhutang budi kepada seseorang yang dengankejeniusannya sebagai penyair dan keluhuran budidan peri kehidupannya telah mengangkat martabatIndia di mata dunia. Tetapi saya merasa lebihbanyak lagi behutang budi kepadanya. Bukankahdia yang menampung di Santiniketan para jemaatAshram saya yang mendahului kedatangansaya dari Afrika Selatan? Masih banyak lagiikatan-ikatan dan kenang-kenangan yang begitusuci untuk disebutkan di depan publik sebagaipenghormatan kepadanya.❞M.K. GandhiSabarmati, Ahmedabad<strong>Tagore</strong> dengan Gandhi di SantiniketanSekolah Sang PenyairSUPRIYO TAGORE 12<strong>Tagore</strong>, Gitanjalidan Hadiah NobelNILANJAN BANERJEE 20Rabindranath <strong>Tagore</strong>sebagai PelukisSANJOY KUMAR MALLIK 26Mencari sebuahbahasa baruuntuk TeaterABHIJIT SEN 38Sifat Ilmuwan pada <strong>Tagore</strong>PARTHA GHOSE 46<strong>Tagore</strong>:Peramal dan PenafsirERNEST RHYS 50Penyair PengelanaAMRIT SEN 52Agama <strong>Tagore</strong>SABUJKOLI SEN 60Gandhi dan <strong>Tagore</strong>AMARTYA SEN 66Tersentuh oleh <strong>Tagore</strong>MARTIN KÄMPCHEN 70<strong>Tagore</strong> dan Zamannya:Ide tentang AsiaSUGATA BOSE 90<strong>Tagore</strong>:Jembatan Emas antaraPeradaban BesarIndia dan CinaTAN CHUNG 96Kunjungan <strong>Tagore</strong> danDampaknya terhadapDunia Sastra CinaYIN XINAN 101Manusia di TengahJagad Raya:Ide-ide <strong>Tagore</strong> MengenaiPendidikanUDAYA NARAYANA SINGH 104<strong>Tagore</strong> danPendidikan TeknikB.N. PATNAIK 110Musik Yang Setara:Pengaruh <strong>Tagore</strong> atas paraPelukis lainINA PURI 116<strong>Tagore</strong>:Dari Perspektif Abad ke-21ILKE ANGELA MARÉCHAL 122<strong>Tagore</strong> dan Swadeshi Samaj:Perdebatan MengenaiNasionalismeBIKASH CHAKRAVARTY 76‘Syukur saya dilahirkan dinegeri ini’:Sketsa Riwayat Hidup<strong>Tagore</strong>PURBA BANERJEE 127Sambhu SahaPeranan Rabindranath DalamEmansipasi WanitaKATHLEEN M. O’CONNELL 80


Daya PikatLirik dan Melodi <strong>Tagore</strong>LADLY MUKHOPADHYAYRabindranath <strong>Tagore</strong> sekaliwaktu pernah berkata:Musik kita adalah musikuntuk satu, musik untukketerasingan”, tetapi bukanberarti satu orang yangtersudut. Dia adalah ‘satu’yang mewakili sesuatu yanguniversal, yang menyeluruh.Musik <strong>Tagore</strong> berkembangatas dasar keinginan untukmempersatukan kesatuanindividual dengan yanguniversal dan menyeluruh.Musik Rabindranath <strong>Tagore</strong>telah menambahkansebuah dimensi barukepada konsep musik Indiapada umumnya dan konsepmusik Bengala khususnya.Rabindrasangeet (MusikRabindranath), sebagai kekayaankebudayaan masyarakatBengala (termasuk masyarakatBangladesh) memiliki daya tarikyang abadi dan menyentuhsemua pendengarnya. Kataorang lagu-lagu Rabindranath<strong>Tagore</strong> merupakan hasilperkembangan kesusasteraandan kebudayaan yang dialamioleh masyarakat Bengala selamaratusan tahun.Rabindranath <strong>Tagore</strong> sekaliwaktu pernah berkata: Musikkita adalah musik untuk satu,musik untuk keterasingan”,tetapi bukan berarti satu orangyang tersudut. Dia adalah ‘satu’yang mewakili sesuatu yanguniversal, yang menyeluruh.Musik <strong>Tagore</strong> berkembangatas dasar keinginan untukmempersatukan kesatuanyang individual dengan yanguniversal dan menyeluruh.Sebetulnya komposisi-komposisi<strong>Tagore</strong> merupakan pencerminanindah dari kepedihan kegagalandalam mencapai kesatuan inidan kegembiraan yang intenskarena telah mencapainya.Tubuh musik yang diciptakanRabindranath <strong>Tagore</strong> dalammasa 64 tahun antara 1877dan 1941 secara garis besardapat diklasifikasikankedalam dua kategori. Yangberbasiskan melodi yangdisebut ‘Suradharmi’ dan yangberbasiskan lirik yang disebut‘Kavyadharmi’.Pertama mari kita lihatkomposisi-komposisi <strong>Tagore</strong>yang berbasis melodi. <strong>Tagore</strong>tumbuh dan besar dalam tradisimusik klasik Hindustani (‘raagasangeet’). Dari autobiografinya,kita mengetahui tentang latihanmusik yang dijalaninya padamasa kanak-kanaknya. Diaadalah murid Jadunath Bhatta(1840-1883), Pundit (tokohmusik) terkenal dari aliran(Gharana) Vishnupur. Dalamaliran musik klasik India ini,seorang pemusik mampumemperdengarkan keindahanRaaga (nada-nada musik khasIndia) melalui nomor pembukayang disebut ‘Aalaap’. Aalaapadalah sebuah gubahan yangsimpel, tanpa dibebani olehornamentasi yang berat dankaku, dan sangat digemariuntuk pertunjukan ‘Dhrupad’(sebuah bentuk musik vokalklasik India Utara, biasanyadengan tempo yang lambat).Rabindranath dibesarkan dalamtradisi ‘Dhrupad’ dan dalamperkembangan selanjutnyadia menggunakannya dengansangat mahir sekali tanpaperlu terikat penuh kepadaaturan-aturan yang kaku.Misalnya, ambil sebuah contohdhrupad yang sudah cukupterkenal ‘Mahabiswe Mahakashemahakala majhe’. Disini <strong>Tagore</strong>bereksperimen dengan dhrupadtunes dengan menggunakanberbagai ritme (seperti ‘Jortal’,‘Jhanptal’, ‘Sur Phanktal’Kanan: <strong>Tagore</strong> sedang bernyanyi denganiringan musik oleh Abanindranath <strong>Tagore</strong>.Rabindra-Bhavana, Visva-BharatiINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 6 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 7


dan ‘Teora’ – yang biasanyahanya diketahui oleh para ahlimusik klasik Hindustani) danmenggubah 104 lagu.<strong>Tagore</strong> menggunakan bentukklasik yang disebut khayal(sejenis bentuk lagu) danthumri (lagu percintaan) untukmenciptakan hampir 300lagu, yang mencakup semuagaya musik klasik Hindustani.Misalnya dia menggunakan gaya‘tappa’ dalam musiknya, dimananaskah lagunya sangat pendekdan tidak serumit sebuah nomorkhayal atau thumri yang sangatterstruktur. Tappa mempunyaidua gaya yang berbeda, satuyang berkembang di Punjab,dalam garis keturunan ShoriMiyan, dan yang satu lagiadalah yang telah diadaptasioleh Ramnidhi Gupta, dengannama Nidhubabu di Bengala.Sejak dari kecilnya <strong>Tagore</strong> telahterbiasa dengan kedua gaya ini.<strong>Tagore</strong> mengadaptasi ‘tappas’nya dari kedua gaya ini, danmelepaskan ‘tappa’ bergayaPunjabi, tetapi ketika diamenulis dalam bahasa ibunya(Bahasa Bengali) lagu-lagunyamenjadi lembut dan maniskedengarannya. Misalnya lagu‘Ke bosile hridayasane aaji,bhubaneshwara prabhu’, yangdipengaruhi oleh irama sebuahPunjabi tappa, tetapi lebihlembut dalam melodi.Rabindranath menggunakanirama berbasis lagu-lagu rakyat(folk) secara ekstensif. Diapernah tinggal di perkebunanSilaidah dan Patisar sehinggadia sangat dekat dan sangatmengenal lagu-lagu rakyatBengala yang penuh dengansemangat hidup sepertiBhatiyali, Kirtan, Ramprashadi,Shari, Baul dan Jhumur. Diaberkenalan dengan lagu-laguLalan Fakir (1774-1890) danmuridnya Gagan Harkaradan sangat terpengaruh olehmereka berdua. Pada masagerakan kemerdekaan IndiaRabindranath mengarang banyaklagu-lagu rakyat dalam berbagaigaya, yang menyentuh hatirakyat biasa dan menjadi sumberinspirasi. Sebagai contoh,Lagu kebangsaan Bangladesh‘Amar Sonar Bangla’ banyakdipengaruhi oleh lagu-lagu baulgubahan Rabindranath.Upaya pertama <strong>Tagore</strong> di bidangmusik adalah ‘Bhanusingherpadabali’ sebuah komposisiyang dipengaruhi oleh gayaPadabali Kirtan dari zamanpertengahan. Dia menggubahbeberapa lagu dalam gaya inidan adaptasi yang dilakukannyamembuat lagu-lagu tersebutmodern. ‘Je chilo amar sapanocharini’ adalah sebuah contohdari gaya ini.<strong>Tagore</strong> mengadaptasi irama(tunes) dari berbagai daerah diseluruh India: Gujarat, Kannada,Punjab, Tamil serta musikringan Hindi, termasuk Bhajans(himne) dan menciptakanmusiknya sendiri. Lagu-lagu inidikenal dengan nama BhangaGaan (secara harfiah berarti‘Broken songs’). Sebuah lagunyayang terkenal ‘Basanti, heybhubonmohini’ yang berasaldari sebuah lagu dari candiMeenakshi di Madurai (sebuahlagu purba yang ditulis olehMuthuswami Dikshitar) adalahsebuah contoh ‘Bhanga Gaan’.Lagu-lagu yang juga mendapatpengaruh dari musik Barat itujuga termasuk kedalam kategoriini. Pemahamannya mengenaikarakter dan ciri-ciri khas musikIndia dan Barat pada masanyatelah memungkinnya untukmenciptakan sebuah perpaduanyang perfek. ‘Purano sei dinerkatha’, adaptasi yang dibuatRabindranath <strong>Tagore</strong> dari lagurakyat Skotlandia merupakansebuah contoh yang sangatbagus mengenai irama atau tuneserupa itu.Taal atau beat adalah salah satuaspek penting dari sebuah lagu.<strong>Tagore</strong> bereksperimen denganbeat-beat yang sudah ada sepertiDhamar – sebuah taal 14-beatdan menggubah 16 tune denganmenggunakan beat jenis ini.Dia juga menciptakan beberapabeat atau taal baru. Salahsatunya adalah Shasti-taal yangmempunyai enam hitungan,tetapi berbeda dengan beat 6hitungan yang standar dimanaDadra dibagi dalam 3/3 taalbaru ini dibagi dalam 2/4. Navataaladalah beat serupa yanglain yang khusus diciptakanuntuk ‘pakhwaj’ (sebuah drumberkepala dua).<strong>Tagore</strong> selalu menekankanbahwa sebuah lagu yang idealadalah lagu yang dihasilkandari suatu perpaduan yangRabindra-Bhavana, Visva-Bharatisempurna antara lirik danmelodi, dimana keduanyabergandengan dengan selaras.Lagu-lagu <strong>Tagore</strong> menyuguhkansebuah perpaduan yangsmooth antara melodi danlirik dimana keduanya tidakdapat dipisahkan satu samalain, dan keduanya menyatudalam suatu bahasa musik yangunik. Suchitra Mitra berkata,‘menyanyikan nada-nadalagu <strong>Tagore</strong> saja tidaklahberarti apa-apa... penyanyinyaharus mengerti liriknya. .. dia memakai irama ataumenciptakan beat-beat barukarena tuntutan ritme syairsyairnya’.Hal ini akan menjadi semakinjelas jika kita mengkaji lagu-laguyang berbasiskan syair atau lirik– lagu-lagu dalam Kavyadharmiatau kategori lirikal. Sebetulnya,ketika dia sedang menelitikompendium semua lagu-lagu –Gitabitan (1938), Rabindranathpernah berkata bahwa diaingin mengembangkannyasedemikian rupa sehinggakompendium tersebut tidak sajadilihat sebagai sebuah koleksilagu-lagu tetapi juga harus dapatditerima sebagai bahan bacaantanpa melodi. Tetapi dalammusikal-musikalnya sepertiValmiki Pratibha, Shyama atauChandalika kita dapat melihatbagaimana dia menggunakanbahasa keseharian denganmelodi modern yang pas.Menyangkut variasi struktural,komposisi-komposisi musikRabindranath memperlihatkanINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 8 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 9


Kiri: Rabindranath dengan kakaknyaJyotirindranath.tiga fase utama. Fase pertamaterdiri dari lagu-lagu yangdigubahnya antara tahun 1881dan 1900. Pada periode ini lagulagunyakuat mencerminkanpengaruh-pengaruh musikklasik Hindustani sertapengaruh-pengaruh musikdaerah lainnya dan musikBarat. Masa dua dasarwarsaberikutnya antara 1900 dan1920 menandai fase keduaatau fase eksperimental dimanastruktur klasik tetap utuhwalaupun dia menambahkannuansa musikalnya sendiriuntuk lebih mematangkannya.Dia menulis banyak lagu-laguperjuangan (kira 62 lagu) selamaperiode ini. Masyarakat Bengalapatut merasa bangga bahwalagu-lagu kebangsaan duanegara Asia Selatan, India danBangladesh, adalah komposisi<strong>Tagore</strong>. Periode 1921 sampai1940, merupakan fase ketigadimana lagu-lagu <strong>Tagore</strong>memperlihatkan kejeniusan danwatak yang berbeda dan musikgenrenya ini kemudian dikenaldengan istilah ‘Rabindrasangeet’(lagu Rabindranath) yang jugaterkenal di seluruh dunia karenagayanya yang khas.Dalam Gitabitan diamenciptakan sebuah koleksikhusus dengan nama Pujayang berisikan lagu-lagupemujaan (sekitar 650jumlahnya). Diantara lagu-laguini ada yang dikenal sebagai‘Brahmasangeet’. ‘Bipulataranga re’ (Oh gelombanggelombangraksasa ini) adalahsalah satu dari komposisi yangdiciptakannya atas dasar raga‘bhim palasri’ atau bhim palashi.Putra termuda Rabindranath,Samindranath (1896-1907)meninggal dunia ketika baruberusia sebelas tahun. Beberapahari setelah putranya inimeninggal, <strong>Tagore</strong> menulis laguini. Tetapi lagu ini bukanlahsama sekali tentang sesuatukehilangan, sebaliknya laguini berbicara mengenai misteridan kegembiraan yang abadidalam siklus kehidupan yangtak pernah ada akhirnya denganmelodi yang benar-benarmenggugah.Lagu-lagu tentang percintaandan kasih sayang (dalam seksiatau bab berjudul ‘Prem’ )juga banyak jumlahnya, yakni150 lagu lebih. Banyak yangberpendapat sangat sulit untukmengkategorikan lagu-lagudengan cara seperti ini. Banyakdiantara lagu-lagu percintaantersebut dapat dipersepsikansebagai lagu-lagu pemujaankepada dewa-dewa dan banyakpula lagu-lagu pemujaan (Puja)dapat dipersepsikan sebagailagu-lagu percintaan.<strong>Tagore</strong> menulis hampir 140lagu-lagu ekswisit tentangpergantian ‘musim’. Diamengajar kita untuk melihatalam dalam banyak cara padawaktu yang sama, melaluimelodi dan kata-katanya yangdijalin dengan sangat indahnya.Dia juga menulis lagu-laguuntuk berbagai acara sepertiulang tahun, pernikahan,membajak sawah, memanen,penanaman pohon, Tahun Baru,dan sebagainya.Ketika kita mendengarlagu-lagunya sulit untukmembedakan bagian manadari lagu tersebut yang adapengaruh Baratnya dan bagianmana yang asli klasik India ataulagu rakyat (tradisi Baul). Padaakhirnya kita akan merasakanbahwa perpaduan yangdipersembahkannya seolaholahmerupakan kreasi aslinyasendiri, ‘Rabindrasangeet’.Apabila kita mempelajari koleksikomposisi-komposisinya yangbegitu banyak jumlahnya,semakin jelas, sebagaimanayang diterangkan oleh maestromusik <strong>Tagore</strong> , SantidevGhosh (1910-1999), “KatakataRabindrasangeet sangatmenggetarkan dan memikat,mampu menampilkan sebuahpanorama yang luas darikehidupan dan pengalamanpengalamanmanusia dengansegala suka dukanya, dan selainitu dia juga mampu melihat jauhke depan.” . . . Itulah sebabnyamusiknya menjadi sebuahpendamping dalam menjalaniberbagai momen dalamkehidupan kita.◆Penulis adalah seorang sineas danfilm-filmnya sering tampil dalam film-filmIndia yang disertakan pada festival-festivalinternasional. Dia juga telah menulisbanyak esei dalam bahasa Bengali danpernah membuat 14 buah film dokumenterpendek tentang berbagai aspek <strong>Tagore</strong>.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 10 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 11


<strong>Tagore</strong> sedang mengajar di Patha-Bhavana, sekolah di udara terbuka di SantiniketanSekolah Sang PenyairRabindra-Bhavana, Visva-Bharatianak-anaknya sendiri. Dan yanglain lagi berpendapat bahwasebagai seorang visioner dalambidang pendidikan, <strong>Tagore</strong> inginmendirikan sebuah sekolahteladan.Semua keterangan ini mungkinada benarnya. Tetapi satuhal yang jelas adalah: <strong>Tagore</strong>menginginkan sekolahnyadikembangkan menurut modelTapovana (hermitage ataupertapaan) seperti pada zamanIndia kuno, dan dia inginmelaksanakan gagasan-gagasanyang dikembangkan di Tapovana.Apakah itu berarti bahwa diaingin kembali ke masa silam?Jawabannya jelas ‘Tidak’. <strong>Tagore</strong>adalah seorang tokoh modernsehingga tidak mungkin diamenolak yang ada sekarang ini.Apa yang yang ingin dipinjam<strong>Tagore</strong> dari gagasan Tapovanaadalah sebagai berikut: (a)kedekatan dengan alam, jauhdari hiruk pikuk kehidupan kota;(b) hubungan yang erat antaraGuru dan murid, dalam suasanakekeluargaan; (c) keinginanuntuk mencapai kebenaran yanglebih hakiki, sesuatu yang seringdisinggung dalam kitab-kitabUpanishad di zaman India purba.Jadi dia pindah dari Kolkatake sebuah tempat bernamaSantiniketan, yang pernahdipilih oleh ayahnya, MaharshiDevendranath, untuk bermeditasidan kegiatan-kegiatan religiouslainnya. Tidak lama kemudianberdirilah sebuah sekolah yangterus mengalami perkembangan.Para siswanya datang dariberbagai lapisan masyarakat dandaerah-daerah lain di seluruhIndia. Para orang tua yang tidaksanggup mengawasi anak-anakmereka mengirim mereka keSantiniketan.Santiniketan adalah sebuahtempat yang jauh dari kota-kotabesar yang sibuk; disini tidakada penghalang antara manusiadan alam. Anak-anak dapatmerasakan dampak dari berbagaimusim; mereka berbasah-basahpada musim hujan, bermandikancahaya matahari dan menikmatimalam-malam bermandikancahaya rembulan.SUPRIYO TAGORESebuah kelas di udara terbuka di sekolah Santiniketan pada tahun-tahun pertamanya<strong>Tagore</strong> menginginkan sekolahnya dikembangkan menurutmodel Tapovana (hermitage atau pertapaan) sepertipada zaman India kuno, dan dia ingin melaksanakangagasan-gagasan yang dikembangkan di Tapovana.Sekolah yang didirikan oleh Rabindranath <strong>Tagore</strong> dewasa inidikenal dengan nama ‘Patha-Bhavana’ . Ulang tahunnya yangkeseratus diselenggarakan sembilan tahun yang lalu. Kini sekolahtersebut telah semakin besar. Mahasiswanya berasal dari semua daerahdi negara bagian Bengala Barat (West Bengal) dan reputasinya cukupbagus. Sekolah yang didirikan oleh pujangga besar India ini dimulaidengan sangat sederhana sekali. Pada bulan Desember 1901, <strong>Tagore</strong>memulai sekolah ini dengan hanya lima orang siswa; salah seorangdari mereka adalah putranya sendiri.Pada permulaan abad ke-20, <strong>Tagore</strong> telah menjadi seorang Pujanggaternama. Lalu mengapa dia sampai memikirkan untuk mendirikansebuah sekolah? Para ahli berbeda pendapat dalam masalah ini.Ada yang merasa bahwa pengalaman tragis <strong>Tagore</strong> sendiri dengansekolah-sekolah yang digagas oleh penjajah Inggris mungkinmenjadi salah satu alasannya. Yang lain berpendapat bahwa <strong>Tagore</strong>menganggap perlu untuk mendirikan sebuah sekolah guna mendidikINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 12 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 13


Pelajaran atau kelas-kelasnyadiselenggarakan di luar gedungatau di alam terbuka, dibawahrindangan pohon-pohon. Dansetiap habis satu pelajarananak-anak pindah dari satutempat ke tempat lain sehinggamereka tidak merasa bosan ataujenuh. Para guru memberikanpelajaran pada tempat yang tetap,sementara murid-muridnya harusberpindah-pindah tempat demikesenangan mereka.Disamping mata-mata pelajaranyang diberikan secara akademisdi sekolah-sekolah, anak-anakjuga diajari seni musik dan tari,berbagai jenis kerajinan dan senidrama. Pada sore hari merekamenikmati berbagai permainan(games). <strong>Tagore</strong> berpendapatbahwa manusia dilahirkan kedunia dengan pesan dari Tuhanantara lain ‘Ekspresikan dirimu’.Karenanya anak-anak dariSebuah kelas di udara terbuka diPatha-Bhavana dewasa ini (kiri) dan acaraperingatan Basantotsav (bawah).Samiran Nandy, Rabindra-Bhavana, Visva-BharatiSamiran Nandy, Rabindra-Bhavana, Visva-BharatiINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 14 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 15


sekolah ‘Pujangga’ ini dibiarkanuntuk mengekspresikan dirimereka melalui nada dan irama,garis-garis dan warna, danmelalui tari dan akting. Padasetiap hari Selasa diselenggarakanpertemuan-pertemuan sastrawiyang mengambil tempat di‘ashrama’ dimana anak-anakmembacakan puisi-puisidan cerita-cerita mereka,bernyanyi dan menari danmempertunjukkan drama-dramapendek di depan para penghuniashrama. Di dalam kelaspun mereka didorong untukmengekspresikan diri dan tidakdijegal dengan pertanyaanpertanyaandan jawaban-jawaban.Mereka didorong untukmenggunakan anggota-anggotabadan dalam kelas untukmempelajari seni kerajinan danberkebun. Sang Pujangga percayabahwa dengan menggunakananggota-anggota badan, bahkananak-anak yang terbelakangsekalipun dapat meningkatkankemampuan akademis mereka.<strong>Tagore</strong> berpendapat bahwaanak-anak memiliki hubungantiga tingkat dengan lingkunganmereka, terutama dalamhubungan antara Alam danManusia.Pada tingkat paling rendah,anak-anak belajar bagaimanamenggunakan lingkunganmereka. Tingkat ini disebut‘Karma’ (aksi). Manusiamenggunakan lingkungannyasebagai bekal hidupnya:dia harus menggarap tanah,membangun rumahnya, danmenenun pakaiannya. Olehsebab itu anak-anak harusdilatih dalam berbagai kegiatanfisik. Pada tingkat berikutnya,mereka harus mengumpulkanilmu pengetahuan tentanglingkungan mereka. Merekaharus mencari aturan-aturan alamdan korelasinya, lalu mengambilkesimpulan-kesimpulan. Merekaharus berusaha mencari kesatuandalam dunia yang penuhkebhinnekaan. Barulah kemudianmereka mampu mencapai Jnanaatau ‘pengetahuan’ yang hakiki.Dengan cara ini para murid akanberusaha untuk mengumpulkantentang Alam dan Manusia.Pada tingkat yang tertinggi, yangdisebut Prema (cinta) manusiasecara individu akan menjalinhubungan dengan Alam dandengan dunia Manusia. Melaluicinta seorang individu akankehilangan identitasnya danmenjadi satu dengan dunia. Disekolah yang dikembangkan olehsang Pujangga in, semua bentukhubungan terus dipupuk dandikembangkan.<strong>Tagore</strong> adalah seseorang yangpercaya kepada unity ataupersatuan dimana setiap unsurmemiliki space atau ruangnyatersendiri. Dengan demikianpengkotak-kotakan pengetahuandan ketrampilan seseoranguntuk sesuatu pekerjaan tertentudan kecintaan akan pekerjaantersebut bukanlah secaraeksklusif milik mereka sendiri,tetapi mereka selalu overlapatau saling berkaitan. Pembagianatau pengkotak-kotakan serupaitu sengaja dibuat untuk lebihmendalami masalahnya.<strong>Tagore</strong> juga percaya bahwatidak satupun dari ketiga tingkatini dapat diabaikan begitusaja demi pengembangankepribadian secara wajar. Kitaharus memberikan sepenuhnyaapa yang seharusnya diberikankepada Karma, Jnana danPrema untuk pengembangankepribadian manusia secara utuh.Hal-hal terbagus dalam hidup initidak dapat diajarkan di sebuahkelas. Anak-anak menyerapnyadari lingkungan mereka atau darikepribadian-kepribadian yangterdapat disekitar mereka. <strong>Tagore</strong>percaya bahwa sifat-sifat inisudah ada dalam diri anak. Olehsebab itu, penting sekali untukmenciptakan suatu lingkunganyang menunjang di sekolahuntuk menumbuhkan danmemupuk sifat-sifat terpuji dalamdiri seorang anak. Karenanya,lingkungan yang diciptakan diSantiniketan paling cocok untukpendidikan anak. Disini anak-anaktumbuh dan berkembang dalamlingkungan alam. Tetapi kedekatandengan alam saja belum cukup;harus ada suatu encounter atauinteraksi secara sadar.Santiniketan adalah sebuahtempat yang indah denganditeduhi oleh pohon-pohonmangga dan pohon-pohonbuah-buahan lainnya, dandibawah pohon-pohoninilah anak-anak bersekolah.Jalan-jalannya diteduhi olehpohon-pohon Sal yang tinggi.Anak-anak mempunyai kebunkebunsendiri untuk merekapelihara. Kurikulum mereka jugamencakup Nature-study ataupelajaran tentang alam. Dibawahkurikulum ini mereka belajartentang pohon-pohon, burungburungdan serangga di Ashrama.Sekolah juga menyelenggarakanfestival-festival musiman agaranak-anak menyadari semangatyang terkandang dalam setiapmusim, dan supaya mereka dapatberkoneksi dengan siklus pertanian.Bagi anak-anak adalahmerupakan sebuah pengalamantersendiri untuk menyanyikanlagu-lagu <strong>Tagore</strong>, denganmengelilingi Ashrama padamalam terang bulan untukmerasakan semangat musimsemi dalam fikiran mereka.Adakah cara yang lebih baikdari ini dalam membesarkan danmembina anak di alam terbuka?Pelajaran Melukis Kala Bhavana sedang berlangsung pada tahun-tahun pertamanya<strong>Tagore</strong> merasa bahwa seseorangbelum fit untuk menjadi gurujika sang anak dalam pikirannyamasih belum hidup danberkembang. Para guru harusmembagi pengalaman merekadengan anak-anak didik mereka.Lalu anak-anak dibuat sadar akanmasalah-masalah penduduk yangtinggal di desa-desa disekitarSantiniketan. Mereka secarareguler melakukan kunjungankunjunganke desa-desa sekitarmereka untuk mempelajarikehidupan dan masalah-masalahmereka.Pelajaran-pelajaran di sekolahdiajarkan melalui eksperimen-eksperimen dan berbagai jenispengalaman-pengalaman praktis.Kreativitas pada anak-anak selaludiupayakan untuk dikembangkan.Sekolah libur pada hari Rabu,bukan hari Minggu.Sekali dalam seminggu anakanakberkumpul di aula padapagi harinya untuk berdoa.Upacara berdoa ini bersifatnon-denominasional, yaitu tidakdidasarkan kepada satu ataulebih agama-agama dominan.Lagu-lagu pemujaan ciptaan<strong>Tagore</strong> selalu dinyanyikanpada acara berdoa ini. Doa-doatersebut disusun sedemikianRabindra-Bhavana, Visva-BharatiINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 16 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 17


upa sehingga dapat diterimaoleh semua orang apapunagama mereka. Suatu ketika<strong>Tagore</strong> pernah ditanya apakahdia bersedia merekomendasikanpelajaran agama apa yang harusdiberikan di sekolahnya. Diadengan lantang menjawab bahwapelajaran agama apapun tidakboleh diberikan di sekolahsekolah.Malah yang harusdiupayakan adalah bagaimanacaranya kita dapat menanamkan‘sense of infinity’ di pikirananak-anak. Kita harus dapatmenanamkan di pikiran merekabahwa kita adalah bagian darisuatu penciptaan yang maha luasdan maha agung.Santiniketan seperti sebuahkeluarga besar. Para gurumengenali semua muridmuridnyasecara pribadi, danbegitu pula sebaliknya. Isteri-isteriguru seperti ibu bagi muridmurid.Jadi, lembaga pendidikanini tidak perlu besar agarcita-cita <strong>Tagore</strong> dapat berhasil.Lembaga-lembaga yang besarmempunyai logika mereka sendiriyang berbeda. Dengan demikianlembaga binaan <strong>Tagore</strong> ini adalahsebuah lingkungan yang ditandaidengan keindahan, kecintaan dankerjasama. Kompetisi tidak punyatempat disini. <strong>Tagore</strong> memakaikata ‘becoming’ (rukun) yangmenurut pikirannya lebih pentingartinya dari apa saja yang ada disekolah binaan Pujangga.◆Penulis adalah Kepala Sekolah Patha-Bhavana, sekolah yang didirikan olehRabindranath <strong>Tagore</strong> di Santiniketan.Samiran NandyUpacara Berdoa Bersama dewasa ini yangdiselenggarakan di Upasana-griha (RuangBerdoa).INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 18 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 19


<strong>Tagore</strong>, Gitanjalidan Hadiah NobelNILANJAN BANERJEE<strong>Tagore</strong> merasa “homesick” untuk dunia yang luas ini. Lebih lanjut,dia secara konstan berjuang untuk mengatasi bahasa sebagaiperintang. Dia berpendapat bahwa Hadiah Nobel yang diberikanoleh Swedish Academy “telah membawa yang jauh menjadi dekat,dan membuat orang yang tidak dikenal menjadi saudara.”Rabindranath <strong>Tagore</strong>, dalam sepucuk surat kepada E.J. Thompson,menulis pada tahun 1916, “Saya merasa homesick untuk dunia yangluas ini.” Beberapa tahun sebelum dia meninggal, <strong>Tagore</strong> mengeritikpuisinya sendiri karena tidak universal dalam berekspresi, sementaralukisan-lukisannya lebih mampu menembus rintangan-rintangan berupabahasa. Mungkin saja bahwa <strong>Tagore</strong>, yang sedang mencari sebuahkerukunan yang universal tidak akan pernah merasa puas denganmembatasi dirinya sendiri kepada suatu masyarakat pembaca tertentu, yaitumasyarakat Bengala yang belum terpecah di zaman kolonial dimana dialahir dan dibesarkan pada pertengahan kedua abad ke-19. Rabindranath,yang menerjemahkan karya Shakespeare, Macbeth, pada usia tiga belastahun, menjadi penulis yang prolifik dalam dua bahasa. Dia gemar sekalimenerjemahkan karya-karyanya sendiri kedalam bahasa Inggris.Pada bulan Juni 1912 Rabindranath ingin agar temannya, seorang pelukisInggris bernama William Rothenstein (1872-1945) di London, (Rothensteinkemudian menjadi Principalof the Royal College of Art)ikut membaca terjemahanInggris dari puisi-puisinya.Sebuah tas kulit yang berisikanterjemahan karya-karya <strong>Tagore</strong>yang dipercayakan untukdisimpan oleh putranya bernamaRathindranath (1888-1961),ternyata hilang. Rathindranathlalu bergegas mencarinya keBagian Koper-Koper Hilangdi setasiun kereta api bawahtanah dan berhasil menemukankoper yang ditinggalkannyadi atas kereta api itu ketikaakan turun di stasiun CharingCross. Rathindranath menulisdalam autobiografinya, “Sayasering bertanya-tanya pristiwaapakah yang bakal terjadi jikanaskah Gitanjali tersebut hilangkarena keteledoran saya.”Terjemahan-terjemahan yangberhasil ditemukan kembali itulalu diterbitkan dalam bentukbuku dengan judul Gitanjali(Lagu-Lagu Persembahan),pada tanggal 1 November, 1912oleh India Society of Londondengan sebuah kata pengantaroleh penyair Inggris W.B. Yeats(1865-1939).Pada tahun 1910, <strong>Tagore</strong>menerbitkan sebuah bukuberisikan puisi-puisinya dalambahasa Bengali dengan judulGitanjali. Pada waktu itu diatelah mapan sebagai seorangpenyair, seorang esais, seorangnovelis, seorang penulis cerpen,komposer bebagai jenis lagu,dan seorang pendidik yangunik dengan sebuah sekolahpercobaan untuk anak-anak diSantiniketan. Dia mengalamiMedali Nobel (paling atas), bagian belakangmedali (tengah) dan halaman judul(title page) dari Gitanjali 1912.berbagai tragedi pribadi ketikaGitanjali diterbitkan. <strong>Tagore</strong>kehilangan ibunya SaradaDevi (1875), ipar perempuantercintanya Kadambari (1884),isterinya Mrinalini (1902),putri keduanya Renuka(1903), ayahnya Debendranath(1905), dan putra bungsunyaSamindranath (1907) dalammasa pendek tiga puluh duatahun. Pengalaman pahitnyadengan kematian bahkan telahmemperhalus sensibilitasnyadan memberinya doronganuntuk menjalani hidup dengankenyataan-kenyataan yangkontras dengan tekun dan tabah.Pada permulaan tahun 1912,<strong>Tagore</strong> sakit keras. Setelahmembatalkan rencanakunjungannya ke Inggris,dia pergi ke desanya diSilaidah (kini di Bangladesh)ditepi sungai Padma untukberganti suasana dimana diamenerjemahkan beberapapuisinya dari bentuk aslinyadalam bahasa Bengali. Setelahsembuh dia berlayar ke Inggrispada bulan Mei 1912, tanpa misikhusus. Selama dalam pelayaranyang panjang ke Inggris itu, diamelanjutkan eksperimennyadengan penerjemahanpenerjemahanbarangkalidengan keinginan untukberkoneksi dengan sebuahcakrawala yang jauh dan luas.Sebelum tahun 1912, <strong>Tagore</strong>baru menerjemahkan hanya duabuah puisinya.William Rothenstein, yangmengenal Rabindranathsejak kunjungannya keIndia pada tahun 1910-1911,INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 20 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 21


Jika Gitanjali dalam bahasaBengali diterbitkan tanpasesuatu persembahan, <strong>Tagore</strong>mempersembahkan antologiInggris pertama puisi-puisinyakepada Rothenstein sebagaitanda persahabatan mereka yangberlanjut sampai akhir hayatsang pujangga ini pada tahun1941.<strong>Tagore</strong>, meninggalkan Inggrispada bulan Oktober 1912 danberangkat menuju Amerikasebelum Gitanjali versiInggrisnya dapat diterbitkan dankembali ke India pada bulanSeptember 1913. Ezra Pounddan Harriet Monroe (1860-1936)berinisiatif untuk menerbitkanenam puisi <strong>Tagore</strong> di majalahAmerika yang prestigiousPoetry dengan sebuah catatanoleh Pound pada Desember,1912. Gitanjali memperolehsambutan hebat dalam beberapasuratkabar dan majalah sastraAmerika termasuk antara lainThe Times Literary Supplement,Manchester Guardian, dan TheNation, tidak lama setelah bukutersebut diterbitkan.Sastrawan Inggris ThomasSturge Moore, dalam kapasitasindividualnya sebagai Fellow ofthe Royal Society of Literatureof the United Kingdommerekomendasikan namaRabindranath <strong>Tagore</strong> untukmendapatkan Hadiah Nobeluntuk sastra kepada SwedishAcademy sementara sembilanpuluh tujuh orang lainnyaanggota Society secara kolektifmerekomendasikan namanovelist Thomas Hardy untukhadiah yang sama. Pada awalnyanominasi <strong>Tagore</strong> ditentang kerasoleh Ketua Academy, HaraldHijarne. Anggota–anggotaAcademy lainnya yang vokalseperti Per Hallstorm, EsaisHenrik Vilhelm Tenger (yangbisa berbahasa Bengali) dan CarlGustaf Verner von Heidenstam,yang familiar dengan kejeniusanPiagam Hadiah Nobel‘Dimana pikiran tanpa rasa takut!’ (Where the mind is without fear!)’: Sebuah puisi dari Gitanjali dalam kaligrafi <strong>Tagore</strong>.memperkenalkan <strong>Tagore</strong> danpuisi-puisinya kepada temantemannyapesohornya termasukW.B. Yeats, Thomas SturgeMoore (1870-1944), Ernest Rhys(1859-1946), Ezra Pound (1885-1972), May Sinclair (atau MaryAmelia St. Clair, 1863-1946),Stopford Brooke (1832-1916)dan banyak yang lainnya.Mereka sangat terpesonadengan visinya yang mistis dankeindahan retorika puisi-puisi<strong>Tagore</strong>. Yeats menyarankanperubahan-perubahan kecildalam terjemahan-terjemahanlagu-lagu Gitanjali. Berbicaratentang keindahan Gitanjali,Yeats menulis dalam katapengantarnya:“… These prose translations havestirred my blood as nothing hasfor years. …I have carried themanuscript of these translationswith me for days, reading it inrailway trains, or on the top ofomnibuses and in restaurants, andI have often had to close it lestsome stranger would see howmuch it moved me.” (Terjemahanterjemahanprosa ini telahmembangkitkan semangat saya,yang belum pernah saya alamiselama bertahun-tahun.... Sayamembawa naskah terjemahan iniselama berhari-hari, membacanyadiatas kereta api, diatas omnibusdan di restoran-restoran, dansering-sering harus saya tutupsupaya tidak dilihat orangbagaimana tergugahnya saya).Jika Gitanjali dalam bahasaBengali mempunyai seratusdelapan puluh tiga puisi,versi Inggrisnya terdiri dariseratus tiga puisi. Berkat upayaRothenstein, India Society ofLondon berhasil menerbitkanterjemahan-terjemahan ini dalambentuk sebuah buku, yangdicetak sebanyak tujuh ratuslima puluh eksemplar, dua ratuslima puluh diantaranya dijual kemasyarakat. Buku ini mendapatsambutan yang antusias diInggris dan Macmillan Press diLondon tidak menyia-nyiakanpeluang ini untuk membelicopy right-nya, dan selanjutnyamenerbitkan sepuluh edisi lagidari judul yang sama dalamwaktu sembilan bulan antaraMaret dan November 1913.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 22 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 23


<strong>Tagore</strong> di bidang sastra, dengansepenuh hati mendukungnominasi pujangga Indiaini. Nama <strong>Tagore</strong> akhirnyadiputuskan untuk menerimahadiah tersebut dari dua puluhdelapan nominasi “karenabait-baitnya yang sangat sensitif,segar dan indah, melalui mana,dengan ketrampilannya yangsempurna, dia telah menjadikanfikiran-fikiran puitisnya, yangdiekspresikan melalui kata-kataInggrisnya sendiri, sebagaibagian dari sastra Barat.”Sebuah cablegram dari PanitiaHadiah Nobel diterima diKolkata pada tanggal 14November 1913 dan beritatersebut disampaikan ke<strong>Tagore</strong> di Santiniketan melaluiserangkaian telegram-telegram.Seluruh khalayak di Santiniketanbergembira ria dengan prestasisang Pujangga.Jika sebagian murid-muridnyaberdalih bahwa <strong>Tagore</strong>berhasil memperoleh ‘HadiahNobel’ berkat kemuliannya,yang lain berpendapat bahwahadiah ‘Nobel’ berhasildigaet Santiniketan berkatnovel-novel yang telah ditulis<strong>Tagore</strong>. Ditengah-tengahpeluapan kegembiraan ini,diselenggarakan sebuah acarabesar pada tanggal 23 Nopember1913 di Santiniketan sebagaipenghormatan kepada sangPujangga dengan dipimpin olehseorang ilmuwan, teman dekat<strong>Tagore</strong>, Jagadish Chandra Bose(1858-1937). Sebuah keretaapi khusus dengan lima ratuspenumpang, pengagum <strong>Tagore</strong>,tiba di Bolpur dari Kolkata.<strong>Tagore</strong> dibawa ke tempatupacara dimana dia melihatbeberapa orang yang pernahmengeritiknya secara pribadidi berbagai kesempatan dimasa lalu. Orang-orang ini kiniberkumpul untuk memberikanpenghormatan kepadanyakarena sang Pujangga telahmemperoleh pengakuan di luarnegeri. Pidato <strong>Tagore</strong>, yangmelantunkan perasaan sakithatinya ketika melihat parapengeritiknya itu mengecewakanbanyak orang yang betul-betulmengaguminya ketika diaberkata, “Saya hanya bisamengangkat gelas kehormatananda ini ke bibir saya, tetapisaya tidak bisa meminumnyadengan sepenuh hati saya.”Tak lama kemudian <strong>Tagore</strong>dibanjiri oleh perhatian danpuji-pujian yang mendorongnyauntuk menulis ke Rothensteinpada tahun 1913, “Hampirseperti mengikatkan sebuahkaleng ke ekor seekor anjingyang membuatnya tak mungkinbergerak tanpa menimbulkankeributan dan mengundangperhatian orang banyak.”<strong>Tagore</strong> tidak bisa hadir diSwedia untuk menerima HadiahNobel tersebut sebagai orangAsia pertama yang menerimanyadan sebuah telegram dari<strong>Tagore</strong> dibacakan pada BanketNobel yang diselenggarakansecara tradisional dimanadia menyatakan “Saya inginFaksimili sebuah halaman dari harianThe Statesman edisi 15 Nopember 1913yang memberitakan bahwa Rabindranath<strong>Tagore</strong> memenangkan Hadiah Nobel.menyampaikan kepada SwedishAcademy rasa terima kasihdan penghargaan saya ataspengertian yang mendalamyang telah membawa yangjauh menjadi dekat dan telahmembuat seorang yang takdikenal menjadi saudara.”Medali Nobel besertapiagamnya dikirimkan kepadaLord Carmichael (1859-1926),Gubernur Bengala, yangkemudian menyerahkannyakepada sang Pujanggadalam sebuah upacara yangdiselenggarakan pada tanggalSebuah potret <strong>Tagore</strong>, karya lukis WilliamRothenstein, temannya yang pelukis (kanan)dan <strong>Tagore</strong> dengan Rothenstein dan putra<strong>Tagore</strong>, Rathindranath.29 Januari, 1914 di RumahGubernur di Kolkata.Gitanjali dan Hadiah Nobeltelah menghantarkan <strong>Tagore</strong>ke panggung dunia danmengangkat statusnya menjadiseorang Pujangga Dunia(Visva Kabi), yang menjalanikehidupannya tanpa mengenalbatas-batas apapun.“Saya telah menerima undanganuntuk ikut dalam festivaldunia ini, jadi hidup sayatelah memperoleh rahmat.Kedua mata saya telah melihatdan kedua telinga saya telahmendengarnya (Gitanjali, 16).◆Penulis adalah seorang penyair danpelukis yang dewasa ini sedang mendesainbeberapa museum mengenai kehidupandan zaman Rabindranath <strong>Tagore</strong> untukVisva Bharati.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 24 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 25


RABINDRANATH TAGORESEBAGAI PELUKISSANJOY KUMAR MALLIKDengan kepribadian yang beraneka ragam,Rabindranath memiliki banyak cara untuk melahirkanperasaannya, tetapi dia terjun ke dunia lukis sudahagak terlambat dalam hidupnya.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 27


Dalam sepucuk suratkepada putrinya,Rabindranath <strong>Tagore</strong>pernah berkomentar bahwamelukis bukanlah kekuatannyayang sebenarnya – jika senilukis memang telah menjadibidangnya dia pasti telahmemperlihatkan apa yangharus dikerjakannya. Tetapijauh sebelum keluhanini diutarakannya, dalamsepucuk surat kepada J.C.Bose (1858-1937), dia pernahberkata dengan nada gembirabahwa J.C. Bose pasti kagetbila mengetahui bahwadia sering melukis denganpensil dalam sebuah bukugambar, meskipun upayanyaitu sering dimentahkan olehkaret penghapus. Lukisannyademikian bagusnya sehinggaRaphael tidak akan bisa tidurnyenyak dalam kuburannyatanpa rasa takut akantertandingi olehnya.Dengan kepribadian yangberaneka ragam, Rabindranathmemiliki banyak cara untukmelahirkan perasaannya, tetapidia terjun ke dunia lukis sudahagak terlambat. Bukunya yangberjudul Purabi, sebuah bukupuisi yang diterbitkan padatahun 1924, secara konvensionaldianggap sebagai buktipertama pengekspresiannyamelalui citra-citra visual. Dalamproses penyuntingan danpengubahan kata-kata dalampuisi-puisinya, sang penyairmulai menggabungkan kata-katayang dicoret dengan pola-polaberirama yang kemudianmenghasilkan suatu bentukvisual yang fantastis. Tentangproses ini, dia kemudian<strong>Tagore</strong> sedang menyeleksi lukisan-lukisannya di Moscow<strong>Tagore</strong> pada pamerannya di Gallery Pigalledengan Victoria Ocampo (duduk).menulis: “Saya akhirnyamenyadari bahwa irama dapatmenjadikan realita kepadasesuatu yang tidak jelas dantidak berarti apa-apa. Dan olehkarenanya, ketika coretancoretanyang saya lakukanterhadap manuskrip sayamenangis seperti para pendosa,memohon keselamatandan menyerang mata sayadengan segala kejelekan danirelevansinya, saya seringmenghabiskan banyak waktuuntuk menyelamatkan mereka.Koreksi-koreksi yang dilakukanterhadap naskah Purabi tersebutdengan menghapus kata-katayang tidak perlu atau tidakdiinginkan akhirnya berfusikedalam suatu kesatuan desain;tetapi yang lebih pentinglagi artinya adalah bahwaketerhubungan yang ritmis inimelahirkan bentuk-bentuk yangSemua lukisan yang di ilustrasikan dalamedisi ini adalah karya Rabindranath <strong>Tagore</strong>.unik. Bentuk-bentuk unik yangterlahir hampir dibawah sadarini dan muncul secara tiba-tibadiatas sehelai kertas, merupakanhasil dari keprihatinan sangpenyair terhadap ritme. Yanglebih menarik baginya bukanlahkeindahan motif-motif arabeskyang menggulung, tetapibentuk-bentuk atau makhlukmakhlukyang muncul secaratak terduga. Makhluk-makhlukini mungkin saja tidak sesuaidengan klasifikasi berdasarkankonvensi-konvensi zoologi yangdibuat secara ketat, tetapi cukupvalid sebagai entitas-entitasdalam dunia seorang pelukis.Mereka bahkan menampakkanmood-mood, emosi-emosidan karakteristik yang mudahterbaca sehingga merekadapat dikategorikan kedalampersonalitas-personalitastersendiri dan bukan sebagaibentuk-bentuk kosong.Manuskrip adalah sebuahranah yang privat danpersonal. Karena kehadiranbentuk-bentuk yang munculdengan tiba-tiba ini mulaimenuntut eksistensi yanglebih independen, sangpenyair-pelukis ini mulaiberalih ke seni lukis secarapenuh. Akan tetapi, karenalukisan-lukisannya terbentukdari penggerakan-penggerakankaret penghapus dibawah sadar,gambar-gambar yang dibuatRabindranath mengandungstigma sebagai dilettante’sdabble. Memang benar bahwadia tidak memiliki pendidikanakademis untuk berkecimpungdalam seni visual dan jugatidak pernah belajar melukispada masa kecilnya, sepertiyang dilakukan kebanyakananak, dari guru-guru yangdidatangkan ke rumah.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 28 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 29


Dalam kenang-kenangannyaberjudul Chelebela (hari-harimasa kecilku) Rabindranathmenceritakan kembalibagaimana guru keseniannyadatang ke rumah begituguru pendidikan jasmaninyameninggalkan rumahnya. Dalamsebuah kenang-kenangannyayang lain berjudul Jeebansmriti(Kenang-kenanganku) diamenceritakan pengalaman masakecil yang lain yang agak sedikitberbeda – ketika akan tidur diasuka memperhatikan pola-polapengelupasan cat dindingrumahnya, dan ini merangsangterciptanya serangkaianbentuk-bentuk visual dalamimajinasinya. Orang bolehmengambil kesimpulanbahwa Rabindranath memilikikekuatan yang elemental dalamberimajinasi.Pada tahun 1930 Rabindranathmulai yakin akan kekuatannyasebagai pelukis. Dalam sepucukINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 30 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 31


surat tertanggal 26 April yangdialamatkan kepada IndiraDevi (1873-1960), dia menulisbahwa Indira pasti akan kagetketika dia mengetahui bahwaRabindranath yang dulunyapenyair kini telah berubahidentitas sebagai pelukis,meskipun dia harus menunggusampai punya cucu untukmenyampaikan berita inikepadanya. Dia selanjutnyamenulis bahwa peresmianpamerannya direncanakan padatanggal 2 Mei 1930.Pujian terhadap Rabindranathkarena serangkaian pameranpameranlukisannya di luarnegeri (1930) bahkan sebelumada yang diselenggarakandi negerinya sendiri adalahsebab lainnya mengapa orangsudah lama mencurigai pujianpujianitu. Tetapi keraguan inidibantah oleh kehausannyaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 32 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 33


untuk menggambar dan hasilhasilkaryanya yang cukupbanyak – ada yang mengatakanbahwa dia membawa empatratus lukisan untuk pameranpamerannyadi tahun 1930.Dibalik angka-angka ituyang menarik juga adalahpilihan-pilihan yang dilakukanRabindranath sebagai seorangpelukis. Dalam sebuah periodedimana revivalisme nasionalismenang di dalam negeri,dia bersikeras agar dalamhal-hal yang menyangkutpengekspresian diri secarakreatif, jangan sampai dibatasioleh batasan-batasan yangsifatnya nasional dan geografis.Sebetulnya menarik untukmelihat seni melukis yangdigeluti Rabindranath dari segifrase yang menjadi guidingmotto bagi universitas yangdidirikannya Visva Bharati:yatra vis´va bhavati eka nidamyang berarti dimana seluruhdunia bertemu dalam satuwadah. Keluasan arti motonyaini merupakan lukisan dariproses kreatif Rabindranathsendiri, dan dengan demikianpendekatannya terhadap notionof tradition (pengertian tentangtradisi) menjadi lebih liberal.Disamping itu, kunjungankunjungannyake Eropabarangkali besar pengaruhnyaterhadap dirinya. Tetapikalau kita mencoba untukmengidentifikasi, misalnya,gema ekspressionistik dalamlukisan-lukisan Rabindranath,akan terlihat bahwa lukisan-lukisannya dalam totalitasnyasebagai bahasa visual sangatindividual sehingga sulit untukmengkategorikannya menurutperiode atau gerakan-gerakandalam dunia seni.Oleh karena itu, kita perlumemahami pemilihan tema-temaoleh Rabindranath sebagaimanapemilihan yang dibuatnya,sebagai konsekuensi logisnya,dibawah ruang lingkup bahasagambar. Dia tidak saja tidakmau terikat kepada tradisi-tradisimenggambar di masa lalu, diajuga menolak karya-karyanyadihubungkan dengan duniasastra. Apa yang terungkapdidepan mata seorang penontonlukisan-lukisan ini adalahsebuah naratif yang diceritakansecara ekslusif melalui bahasavisual – dan dimaksudkanuntuk dibaca demikian juga.Gambar-gambar yang dibuatnyauntuk kedua bukunya Shey danKhapchara adalah sesuai dengansemangat yang sebenarnya dariiluminasi dan pengekspresiansecara bebas dalam batasanbatasanmereka sendiri.Lalu ada wajah-wajah – lelakimaupun perempuan – danini bukan merupakan potretpotretilusif untuk seorangindividual. Potret-potret inimungkin diangkat dari seorangindividual tertentu, tetapi dalambentuknya yang terakhir lebihbanyak menjadi characterstudies daripada impresi-impresivisual. Jadi gambar-gambarini tidak punya kekurangandari segi personalitasnya danekspresi-ekspresinya punberagam mulai dari murung danmasygul sampai kepada tenangdan terkendali, dan ada jugayang riang gembira walaupunini jarang terlihat. Akan tetapiekspresi khas apapun yangditonjolkan, wajah-wajah yangterlukis itu selalu memancarkansebuah perasaan atau misteriyang sulit dibaca, seolah-olahseluruh kepribadiannya sulitdipahami.Begitu pula dengan lukisanlukisanpemandanganRabindranath. Karya-karyalukisnya dalam bentuklanskap sulit untuk dibaca danmenentukan dimana lokasinya.Walaupun begitu, langit yangterlihat terang dan berwarnakekuning-kuningan dibaliksiluet pohon-pohon dilatardepan jelas menggambarkankeadaan alam di Santiniketan.Tetapi sekali lagi disinipunterlihat bahwa lanskapnyasebagian besarnya tetap nonspesifik,walaupun terdapatsecara garis besar daerahnyadapat diidentifikasi.Tetapi yang lebih pentingdari semuanya itu, apa yangmengundang perhatian kitaterhadap seluruh koleksinyaadalah serangkaian fotografINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 34 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 35


yang dibuat ulang. Visva-Bharati News edisi Mei 1934memuat sebuah photo-portraitRabindranath pada sampulnya.Sejumlah sampul bergambar<strong>Tagore</strong> ini dilukis lagi olehnyadengan tinta, pastel dan cat airsehingga wajah-wajah dalamsampul tersebut masing-masingberubah menjadi identitasidentitasyang berbeda. Dandiantara wajah-wajah yangtelah berubah itu, matanyatetap memancarkan cahayakarena tidak disentuh olehtinta. Sementara yang lain,yang jumlahnya tidak seberapa,matanya ikut diwarnai pula.Cara yang dilakukannya initidak saja telah menanggulangiisu tentang ‘the real’ sebagaisebuah penampilan yang ilusifyang merupakan sebuah objek,tetapi juga mengangkat isuidentitas, apalagi kalau disadaribahwa diantara wajah-wajahyang telah dirubah itu adayang terlihat persis sepertiperempuan.Mengenai masalah-masalahyang implikasinya jauh lebihluas daripada yang langsungmenjadi kepedulian parakontemporernya di bidangseni visual, Rabindranathmempersonifikasikan sebuahvisi yang jauh lebih luasdimensinya. Dalam mendekatibahasa gambar dari cakrawalayang luas, dia memberikansebuah arahan yang dapatdijadikan contoh dalamkesenian India modern.◆Penulis mengajar Sejarah Kesenian di Visva-Bharati, Santiniketan dan juga mengajar diMaharaja Sayajirao University of Baroda.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 36 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 37


MENCARI SEBUAHBAHASA BARUUNTUK TEATERABHIJIT SENMeskipun Rabindranath tetap berusaha mencari sebuahbahasa alternatif untuk teater, namun perlu diingat bahwadalam pertunjukan yang sebenarnya dia tidak pernahbersikap kaku atau tidak fleksibel. Dia memadukan dalamdirinya peranan sebagai penulis-aktor-produser, karenanyadia selalu waspada terhadap kebutuhan-kebutuhan produksidan resepsi dan terus mencari azas-azas baru dalam senipanggung dengan maksud untuk memberikan suatu perspektifyang luas kepada teaternya.tahun 1835) atau raja-rajaPaikpara, semuanya menirumodel Barat. Ciri pentinglainnya dari teater Bengaliadalah karakter urbannya.Teater Bengali berkembang didaerah perkotaan saja, denganmendapat dukungan dari kaumelit dan orang-orang kaya,sementara bentuk–bentukseni panggung tradisionalsebelumnya seperti jatra(sebuah bentuk teater musikaldimana penonton dudukdisekeliling panggung),kathakata (tradisi berceritasecara didaktis), kabigan(lagu-lagu penyair), panchali(lagu-lagu pujaan kepadadewa-dewa), atau kirtan(lagu-lagu religious yangdinyanyikan bersama). Bentukbentukini dianggap rendahdan hanya cocok untuk orangkampung, begitu juga denganupacara agama Hindu yangdianggap sebagai hiburan untukmasyarakat kelas bawah.Rabindranath dan saudarasaudaranyasangat dekat denganteater. Salah seorang saudaranyaJyotirindranath (1849-1925),pernah menulis beberapaSebuah adegan dari sebuah sendratari karya <strong>Tagore</strong> yang juga terlihat dalam gambardrama untuk teater profesional,dan sering bereksperimendengan melodi-melodi Barat,yang diduga telah mengilhalmieksperimentasi-eksperimentasiRabindranath sendiri dengankarya-karya opera terdahuluseperti Valmiki Pratibha(1881), Kalmrigaya (1882)dan Mayar Khela (1888).Meskipun beberapa karyanyapernah dipentaskan di teaterpublik, Rabindranath sendiriseolah-olah tidak peduli banyakterhadap teater profesionalkontemporer. Dia tampaknyasedang menjajagi sebuah ‘teaterTidak perlu pemandangan yangdilukis; yang saya perlukanadalah pemandangan yangterbentuk dalam fikiran. Disinicitra-citranya akan dilukisoleh sapuan-sapuan kuas yangtersusun dalam nada-nadayang merdu.Dalam sebuah adeganpendahuluan yangditambahkannyakepada dramanya Phalguni,Rabindranath <strong>Tagore</strong>menyuruh Kabisekhar(penyair) mengucapkankata-kata ini, dan ketika diaterus memainkan peran iniselama pertunjukan Phalguni(1915), yang diciptakan dansang pencipta seolah-olahberbicara dalam suara yangsama. Rabindranath sendiridiketahui pernah membuatpernyataan-pernyataan yangserupa mengenai teater danbahasa yang perlu diadopsinya,lebih-lebih lagi dalam kontekssosial-budaya India.Teater Bengali pada abad ke-19yang muncul sebagai produkRenaisans Bengala, pertamaadalah sebagai produk yangdiimpor oleh kaum penjajah,dan kedua sebagai sebuahfenomena perkotaan. TeaterInggris di Calcutta yangdipentaskan dengan tujuanutama untuk menghiburmasyarakat Inggris yang tinggaldi kota ini, menjadi model bagiteater-teater Bengali baboos(orang Bengali kaya baru);jadi teater Prasannakumar<strong>Tagore</strong> (1801-1886) atau teaterNabinchandra Basu (dengankaryanya Vidyasundar padaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 38 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 39


paralel’ yang sangat beda dariteater profesional kontemporer.Pencarian untuk sebuah‘teater paralel’ telah membuatRabindranath sibuk denganseluruh karirnya di bidangdrama, meskipun dia mulaidengan drama model Barat –pertama dengan eksperimentasieksperimentasiopera sepertidalam pementasan Valmiki-Pratibha (1881), Kalmrigaya(1882) dan Mayar Khela (1888);berikut, dia mencoba dengansebuah struktur tragis alaShakespeare seperti dalam RajaO Rani (1889) dan Visarjan(1890). Sebagian besar daripementasan-pementasan iniditandai dengan penggunaankebiasaan-kebiasaan panggungyang sangat realistis, apakahdalam bentuk sebuah ilusitentang hutan yang diciptakandengan pohon-pohon yangsebenarnya seperti padapementasan Valmiki-Pratibha(1890), atau panggung yangdipadati dengan barang-barangsungguhan seperti padapementasan Visarjan (juga 1890).Antara Visarjan pada tahun1890 dan Sarodatsav padatahun 1908, meskipun adaupaya-upaya sporadis untukpenulisan skenario, praktis adagap selama hampir delapanbelas tahun. Pertunjukan dramasecara serius mulai dilakukanlagi pada tahun 1908 denganpementasan Sarodatsav dan halini menandai sebuah perubahanpenting, tidak saja secaradramaturgikal atau teatrikaltetapi bahkan ideologikal.Di lain pihak, Rabindranathmasih punya sense of regardatau penghargaan untuk“great English” (semua yangdianggapnya bagus dalamkebudayan Inggris) untukmembedakannya dengan “little<strong>Tagore</strong> (kiri) dan dengan Indira Devi (bawah) dalam Valmiki PratibhaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 40 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 41


English” (yang ditemukannyapada pejabat-pejabat kolonialyang menguasai India). Di lainpihak, dia terpengaruh olehtumbuhnya gerakan-gerakannasionalis dan ideologi antikolonialyang terus memperolehmomentum.Diantara keduanya Rabindranathmulai ‘membayangkan’ sebuahbangsa India modern yangtelah menemukan kembalikeagungan-keagunganmasa silamnya yang telahhilang. Desakan hatinya inidiartikulasikan dalam beberapapuisi, lagu-lagu dan esei-eseiyang dikarangnya selamaperiode ini (diantaranya adaesei-esei seperti “PrachyaO Paschatya Sabhyata”:1901, “Nation ki”: 1901,“Bharatvarsher Samaj”: 1901,“Bharatvarsher Itihas”: 1902,“Swadeshi Samaj”: 1904). Disinidia dengan penuh kesadaransedang berusaha untukmeninggalkan sistim pendidikanInggris dengan mendirikansebuah sekolah di Santiniketan,untuk melaksanakan konsepIndia tentang tapovan (1901).Dia bahkan terlibat aktif dalamprotes-protes politik yangmenentang kebijakan Inggrisuntuk memekarkan Bengala;dia ikut terjun ke jalan-jalandengan menyanyikan lagu-lagudan merayakan Rakshabandhanantara masyarakat Hindu danMuslim (1905).Bersamaan dengan itu, dia juga‘membayangkan’ sejenis teaterbaru, yang secara signifikanakan berbeda dengan mimikriatau teater tiruan kolonialyang dipraktekkan waktuitu di panggung-panggung.Teori baru tentang teaterini dirumuskannya dalamesei “Rangamancha” (1903),dimana dia menyuarakanketidaksetujuannya terhadapmodel-model teater Barat,khususnya yang bersifatrealistis, dan menyarankanuntuk kembali kepadatradisi lama yang asli India.Upaya Rabindranath untukmelancarkan jatra cukupsignifikan karena hal inimenunjukkan ketidaksetujuannya terhadap teaterBengali baik yang berbaukolonial maupun yang bersifaturban atau perkotaan. Dalamkata pendahuluan Tapati (1929)dia mengecam realisme yangsangat gamblang pada teater,khususnya penggambaranpemandangan dengan lukisan.Dalam membayangkan sebuah“teater paralel”, <strong>Tagore</strong> berusahauntuk membersihkannya daripernak-pernik kolonial daninfleksi urban yang tidak perlu.<strong>Tagore</strong> sebetulnya sedangberusaha untuk memastikanbahwa imajinasi para penontonjangan sampai dibatasi.Ketika dia pindah keSantiniketan dimana diamendirikan sekolah-asrama(ashrama-school) denganlingkungan alam terbuka,Rabindranath dapatmelaksanakan ide ataugagasannya tentang teater‘baru’/’paralel’ – dalambahasa-bahasa dramatis danteatrikal – khususnya dalammemproduksi drama-dramamusiman seperti Sarodotsavdan Phalguni. Dalampementasan drama produksitahun 1911, Sarodatsav,(dimana Rabindranathberperan sebagai Sannyasi,atau pertapa), murid-muridnya“mendekorasi panggungdengan bunga-bunga teratai,kash, daun-daun dan tanamantanaman”.Rabindranath hanyamengizinkan pemakaianselembar kain biru untukmenggambarkan langit, danmenyuruh Abanindranathuntuk memindahkan payungyang ditaburi dengan mika:“Rabikaka tidak menyukainya,dan bertanya, ‘Mengapamenggunakan payung kerajaan?Panggung harus tetap bersihdan segar’; setelah berkatademikian, dia menyuruh untukmemindahkan payungnya.”Panggung kosong adalahsetting yang cocok untukkedua adegan dalam dramaini: adegan yang mengambiltempat di jalan, dan yang keduamengambil tempat di tepiSungai Betashini.Lagi, untuk pementasan pertamaPhalguni di Santiniketan (25April 1915), dekorasi panggungdisesuaikan dengan strukturpuitik dramanya. Seperti kataSita Devi, “panggungnyapenuh dengan daun-daundan bunga-bunga. Di keduasisinya ada dua buah ayunandimana dua orang bocah lelakikecil berayun dengan rianggembira dengan iringan lagu. . .” Indira Devi, mengenangpementasan Jorasanko padatahun 1916 (sebuah pertunjukanamal untuk membantu korbanmusim paceklik di Bankura),berkomentar: “Untuk menggantisebuah dekor tiruan dari Barat,digunakan latar belakangberwarna biru, yang masihdipakai sampai sekarang.Di depannya diletakkancabang sebuah pohon, yangdiujungnya terdapat sebuahbunga berwarna merah”. Dalamsebuah tinjauan, harian TheStatesman (1 Februari 1916)mengatakan: “ ‘Phalguni’semarak dengan warna dansuara dan kegembiraan. 1 ”Sekitar periode ini,Rabindranath juga menulis,yang dianggap sebagaidrama-dramanya yang lebihmatang, Raja (1910), Dakghar(1917), Muktadhara (1922),Raktakarabi (1924) dan TasherDesh (1933). Dalam setiapdrama dia bereksperimendengan struktur dramaturgikal.1<strong>Tagore</strong> sebagai Raghupati dalam VisarjanDalam Rudraprasad Chakrabarty,Rangamancha O Rabindranath: SamakalinPratrikiya, hal. 125-126.Pementasan kedua dramamusiman ini di alam terbukadi Santiniketan mencerminkanpemikiran-pemikirannyatentang senografi teater baru.Meskipun Raja, Dakghar danTasher Desh diproduksi olehRabindranath, dia tidak bisamementaskan Muktadharadan Raktakarabi, padahal diatelah membacakannya didepanbanyak orang di berbagaikesempatan.Pada tahun 1926, Rabindranathmengambil langkah beranilagi dengan memperkenalkanseni tari sebagai sebuahmedium ekspresi teatrikaldalam dramanya Natir Puja.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 42 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 43


Ketika diputuskan untukmementaskan produksinyadi Calcutta, ada rasa tidaknyaman karena ini adalahpertama kalinya seorang anakgadis dari keluarga terhormat,Gouri, putri seniman NandalalBose, akan terlihat menaridalam sebuah pertunjukandrama. Untuk mengatasimasalah ini, Rabindranathmenciptakan karakter lelakiAdegan dari sebuah sendratari karya <strong>Tagore</strong>satu-satunya bernama Upalidan memainkan sendiri perantersebut. Untuk drama-dramatari atau sendratari berikutnya,dia memastikan untuk bisaterlihat di panggung denganmaksud untuk memberikanlegitimasi kepada pertunjukanpertunjukannya.The Statesmanmencatat dan menyetujuikehadiran Rabindranath diataspanggung dalam pementasanParishodh (versi asli Shyama)di bulan Oktober 1936: “Diamembuat panggung humanatau manusiawi. Semuapemain-pemain lain diataspanggung mungkin sedangberakting, tetapi dia tidak. Diaadalah sebuah realita. Lebihlebihlagi dia memberikansebuah keagungan kepadapementasan.” 2Rabindranath pada masa initelah melakukan beberapakunjungan ke Timur Jauh: keJepang tiga kali, dua kali padatahun 1916, dan lagi pada tahun1924; ke Jawa dan Bali padatahun 1927. Baginya, tarianJepang “seolah-olah sepertimelodi yang diekspresikanmelalui postur-postur fisik …Tarian-tarian Eropa … separoakrobat, separo tari … TarianJepang adalah tarian yangkomplit.” 3 Diantara tarian-tarianJawa dia berpendapat: “Dalampertunjukan-pertunjukanmereka yang dramatis [diamemakai istilah yatra], adatari dari awal sampai akhir,dilihat dari gerakan-gerakanmereka, dalam adegan-adeganpertempuran dan percintaan,bahkan dalam beraktingsebagai badut – semuanyaadalah tari.” 4 Pengalamanlangsungnya dengan bahasa-234The Statesman, 14 Oktober 1936; tersebutRudraprasad Chakrabarty, Rangamancha ORabindranath: Samakalin Pratrikiya, hal.298;Japan yatri, Rabindra Rachanabali (CompleteWorks) Visva-Bharati Edition, vol. 10(Calcutta: Visva-Bharati, 1990) hal. 428.Java-yatrir patra, Rabindra Rachanabali,(Complete Works) Visva-Bharati Edition,vol. 10, 1990, hal. 525.bahasa tari Timur Jauh telahmengilhami Rabindranath untukmerumuskan teorinya sendiritentang ‘teater sebagai tari’,yang menghasilkan beberapasendratari yang dimulai denganShapmochan (1931). Dengantrio berikut ini – Chitrangada(1936), Chandalika (1939), danShyama (1939) – Rabindranathmalah bereksperimen lebih jauhlagi dengan bentuk sendratari.Rabindranath mengadopsigaya kathakata, sehinggabait-bait prosanya (pada tahun1933) dengan mudah dapatdiselaraskan. The Statesmanmelihat bahwa “Teknik dancedramadalam ‘Chandalika’dalam banyak hal merupakanpengulangan kembali daribentuk sendratari India purbadimana dialog-dialognyadikonversi kedalam lagu-lagusebagai musik latar, dan secarasimbolik diinterpretasikan olehkarakter-karakternya melaluitarian-tarian. 5 ”Meskipun Rabindranath terusmencari sebuah bahasa alternatifuntuk teater, tapi perlu diingatbahwa dalam pementasan yangsebenarnya dia tidak pernahkaku atau tidak fleksibel.Karena dia memadukan dalamdirinya peran-peran sebagaipenulis-aktor-produser, diaselalu waspada terhadap apayang diperlukan oleh produksi,terus mengadaptasi azas-azas5The Statesman, 10 February 1939, setelahpementasan di Sree Theatre di Calcutta(9 & 10 Feb); tersebut dalam RudraprasadChakrabarty, Rangamancha O Rabindranath:Samakalin Pratrikiya, hal. 271-272.pementasan secara wajar, dandengan demikian memberikansebuah perspektif yang luaskepada teaternya.Jika <strong>Tagore</strong> sukamembayangkan sebuah konsepyang komprehensif danliberal untuk sebuah bangsa,dia juga membayangkansebuah teater yang lebihinklusif, seperti terbukti darieksperimen-eksperimennyadi kemudian hari (sebagaiaktor dan produser). Dia tetapmenyenangi sumber-sumberasli India tetapi tidak pernahmau meniru secara membabibuta model jatra atau yatra.Pada waktu yang sama,meskipun dia sering kritisterhadap pengimporan gayapanggung Barat, dia tidakmenolaknya begitu saja jika halitu dapat memenuhi maksuduntuk pertunjukan teatrikal.Sebagai seorang produser,dia sering menyerah kepadakondisi-kondisi panggung yangsebenarnya untuk menciptakansebuah model teater elektikdimana komponen-komponenyang realistik atau non-realistik,urban atau rural (pedesaan),yang dipinjam dari luar atauyang asli India, Barat atauTimur, dapat hidup salingberdampingan.◆Penulis adalah Dosen Sastra BahasaInggris di Jurusan Bahasa Inggris danBahasa-Bahasa Eropa Modern Lainnya,Visva-Bharati, Santiniketan.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 44 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 45


Sifat Ilmuwan pada <strong>Tagore</strong>PARTHA GHOSE<strong>Tagore</strong> adalah sebuah antitesa yang perfek dari dua kebudayaan yangberbeda: sciences dan humanities seperti yang diekspos begitu gamblangnyaoleh C.P. Snow dalam “The Two Cultures” yang ditulisnya. Semua tokohyang benar-benar kreatif dan jenius pasti telah melewatinya.Rabindranath <strong>Tagore</strong> adalahseorang penyair-filosofbesar. Namun dia memilikipikiran yang sangat rasionaldan ilmiah. Dia adalah sebuahantitesa yang perfek darisebuah pemisahan kultural(cultural divide) antara sainsdan humanities seperti yangdiekspos oleh C.P. Snow (1905-1980) dalam bukunya “TheTwo Cultures” (1959). Semuatokoh-tokoh yang benar-benarkreatif dan jenius tercakup dalampembagian kultural ini. Darwin(1809-1882) menulis dalam TheOrigin of Species (1859):There is grandeur in this view oflife, with its several powers, havingbeen originally breathed into afew forms or into one; and that,whilst this planet has gone cyclingon according to the fixed law ofgravity, from so simple a beginningendless forms most beautiful andmost wonderful have been, and arebeing, evolved.Einstein mengakui:A knowledge of the existence ofsomething we cannot penetrate,our perceptions of the profoundestreason and the most radiant beauty,which only in their most primitiveforms are accessible to ourminds – it is this knowledge andthis emotion that constitutes truereligiosity; in this sense, and thisalone, I am a deeply religious man.(From ‘The World as I see it’ 1931).Lagu Rabindranath akash bharasoorjo tara mengekspresikanperasaan yang sama tentang‘kekaguman atau wonder’terhadap alam semesta:The sky studded with the sun andstars, the universe throbbingwith life,In the midst of all these have Ifound my place –In wonder whereof gushes forthmy song.The blood that courses throughmy veins can feel the tugOf the sway of time and the ebband flow that rocks the world –In wonder whereof gushes forthmy song.Stepped have I gently on the grassalong the forest path,My mind beside itself with thestartling fragrance of flowers.The bounty of joy lies spread allaround –In wonder whereof gushes forthmy song.I have strained my ears, openedmy eyes, poured my heart outon the earth,I have searched for the unknownwithin the known –In wonder whereof gushes forthmy song.Yang kira-kira artinya:Langit ditaburi matahari danbintang-bintang, jagad rayabergetar dengan kehidupan,Ditengah semua ini akumenemukan tempatku --Dalam ketakjuban mengalirlaguku,Darah yang mengalir dalamnadi-nadiku dapat merasakantarikanDari perputaran zaman danpasang naik dan turun yangmengguncang dunia –Dalam ketakjuban mengalirlaguku,Aku melangkah dengan lembutkeatas rumput disepanjangjalan ke hutan,Pikiranku terpengaruh olehwanginya bunga-bunga.Kegembiraan ada dimana-mana –Dalam ketakjuban ini mengalirlaguku,Aku telah membuka telingaku,membuka mataku,mencurahkan hatiku ke bumi,Aku telah mencari yang takdikenal dalam yang dikenal –Dalam ketakjuban mengalirlagukuBetapa indahnya sang pujanggamenggambarkan esensi sainsdalam bait ‘Saya telah mencariyang tak diketahui dalamlingkungan yang diketahui’.Aspek sains inilah dibandingnilai kegunaannya yangmembuatnya sebagai sebuahobjek spritual yang telahmempesona Rabindranath.Dalam Kata Pengantar satusatunyabukunya mengenaisains, Visva Parichay (1937),yang dipersembahkan kepadasaintis Satyendranath Bose(1894-1974), dia menulistentang keterpesonaannyaini terhadap sains sejak masakanak-kanaknya – bagaimanagurunya Sitanath Datta seringmembuatnya terpesona denganpercobaan-percobaan sederhanaseperti membuat arus konveksi(convection currents) dalamsebuah gelas berisi air dapatdilihat dengan bantuan serbukgergaji. Perbedaan antaralapisan-lapisan dari suatu massaair yang bergerak yang diperjelasdengan gerakan-gerakanserbuk gergaji itu membuatnyaterkagum-kagum dan perasaankekaguman ini tidak pernahhilang dari pikirannya.Menurutnya, ini adalah pertamakalinya dia menyadari bahwahal-hal yang kita anggap terjadi<strong>Tagore</strong> dan Albert Einsteinbiasa-biasa saja sebenarnyatidaklah demikian halnya –kenyataan ini membuatnya terusbertanya-tanya.Keheranannya berikutnya dialamiketika dia bersama ayahnyaMaharshi Debendranath, pergike daerah perbukitan Dalhousiedi pegunungan Himalaya. Ketikalangit terlihat semakin gelappada sore hari dan bintangbintangbermunculan dengansegala keindahannya dan terlihatsangat rendah sekali, Maharshimenerangkan kepadanya tentangkonstelasi-konstelasi dan planitplanit,dan berapa jaraknya darimatahari, lama peredarannyaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 46 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 47


mengitari matahari dan banyakhal-hal lainnya. Rabindranathsangat terkesima dengan semuaini dan dia mulai menulis tentangapa yang didengarnya dariayahnya. Ini adalah esei panjangpertamanya secara bersambungtentang sains. Ketika dia tumbuhsemakin besar dan dapatmembaca buku-buku berbahasaInggris, dia mulai membacabuku-buku tentang astronomi.Kadang-kadang matematikamembuatnya sulit untukmemahami apa yang sedangdibacanya, tetapi dia terusberusaha untuk menguasainya.Dia paling suka buku Sir RobertBoyle (1627-1691). Setelah itu diamulai membaca esei-esei Huxley(1894-1963) tentang biologi. Diamenulis dalam Kata PengantarVisva Parichay:Alam raya telah menyembunyikandiri-mikronya, memperkecildiri-makronya atau menyimpannyadiatas rak dibalik hordeng. Diamenutup dirinya dengan pakaiandan memperlihatkan dirinya kepadakita dalam bentuk yang dapatdipersepsikan oleh manusia dalamlingkup struktur kekuatannyayang sederhana. Tetapi manusiaadalah segala-galanya tetapisimpel. Manusia adalah makhluksatu-satunya yang mencurigaipersepsinya sendiri yang simpel,menentangnya dan merasa amatsenang telah mengalahkannya.Untuk melewati batas-bataspersepsi yang simpel manusiatelah membawa lebih dekat apayang tadinya jauh, membuatyang tak terlihat menjadi terlihat,dan telah memberikan ekspresikepada apa yang dirasa sulit untukdipahami. Dia terus berusahauntuk mengetahui rahasia-rahasiadan masuk kedalam dunia yangtersembunyi yang berada dibalikdunia nyata untuk mengungkapmisteri-misteri dasar alam raya ini.Mayoritas manusia di dunia initidak memiliki kesempatan ataukekuatan untuk ikut serta dalamupaya-upaya yang telah menjadikansemua ini mungkin. Namunorang-orang yang tidak memilikikekuatan itu tetap hidup terasingdan terabaikan di pinggir-pinggirdunia modern...Tidak perlu dikatakan bahwa sayabukanlah seorang saintis, tetapisejak kecil keinginan kuat sayauntuk menikmati rasa (esensi)dari sains tidak mengenal batas.…Pikiran saya hanya terlatihdengan astronomi dan sains tentangkehidupan. Hal itu tidak dapatdisebut sebagai proper knowledge,dengan kata lain, pengetahuantersebut tidak mempunyai dasarkeilmuan yang kokoh. Tetapidengan banyak membaca telahmelahirkan sikap sainstifik yangalami dalam pikiran saya. Sayatidak pernah merasa bahwa sikapsaya mengenai sains telah merusakpuisi atau imajinasi saya dalam caraapa pun.Kini, pada akhir hidup saya,pikiran saya disibukkan olehteori baru tentang alam –mayavada yang sainstifik. Apayang baca sebelumnya, sayatidak memahaminya sepenuhnya,tetapi saya terus membaca. Kinijuga tidak mungkin bagi sayauntuk memahami semua yangtelah saya baca.Persahabatan <strong>Tagore</strong> yanglama dan intim denganAcharya Jagadish ChandraBose (1858-1937) mungkinjuga ikut membantunya dalampengembangan sikap hormatnyakepada sains. Hidup Acharyadipersembahkan untuk mencarisebab-akibat dalam kerjanyaalam, demi suatu kesatuan dalamkebhinnekaan alam, sebuahsinergi antara spiritualismedan nalar. Pencarian ini tidakterbatas kepada spekulasispekulasifilosofis saja tetapitelah mendorongnya untukmenciptakan instrumeninstrumendengan tingkat presisidan sensitivitas yang tinggi untukmengumpulkan bukti-buktilangsung dari alam. Hal ini jelastelah mendatangkan pengaruhbesar terhadap Rabindranathyang seperti Raja Rammohun(1774-1833), Bankimchandra(1838-1894) dan IswarchandraVidyasagar (1820-1891),perintis Renaisan Bengala, terusmencari sebuah sinergi antaraspiritualisme dan penalarandalam tradisi India. Rabindranathtidak saja telah membantutemannya dengan uang untukmelanjutkan eksperimeneksperimenperintisannya diInggris, dia juga banyak menulistentang mereka dan membuatmereka terkenal kepadamasyarakat Bengala.Dia juga pernah melakukanpercakapan-percakapan ekstensifdengan ilmuwan-ilmuwanterkemuka lainnya pada masanyaseperti Albert Einstein mengenaihakekat realita dan kausalita diJerman pada tahun 1930 dandengan Heisenberg (1901-1976)mengenai implikasi-implikasifilosofis teori kuantum diCalcutta pada tahun 1928.Keterlibatan dan pemahamannyatentang sains telah membantunyamengembangkan interpretasinyasendiri mengenai falsafahUpanishadik tentang Alamyang diperkenalkan kepadanyaoleh ayahnya ketika dia masihkecil. Falsafah ini menyibukkanpikirannya ketika diamenyampaikan kuliah Hibbert diOxford pada tahun 1930. Pikiranpikirannyayang disampaikannyadalam kuliah tersebut kemudianditerbitkan dalam bentuk bukuberjudul Religion of Man.(<strong>Tagore</strong>, 1931).Meskipun dia bersikap kritisterhadap teknologi yangmendominasi pikiran-pikiranmanusia dalam beberapadramanya (Muktadhara,Raktakarabi), dia siap menerimamanfaat-manfaatnya. DiSriniketan dimana penekanandiberikan kepada pembangunanpedesaan dia memperkenalkanbanyak teknologi sepertiteknologi pemintalan, bertukang,Landscape – sebuah lukisan karya <strong>Tagore</strong>industri kulit, dan sebagainya.Dalam Personality (1917) diamenulis:Sains berada di awal invasi duniamateri dan terus berlanjut untukmelakukan penjarahan-penjarahansecara membabi buta. Keadaansering terlihat menyeramkandan materialistik, dan bertentangdengan hakekat manusia sendiri.Tetapi akan datang masanyadimana beberapa kekuatan besaralam siap menerima panggilansemua individu, dan setidaktidaknyakebutuhan-kebutuhanutama untuk hidup akan disediakanbagi semua orang dengan sedikitusaha dan ongkos. Bagi manusia,hidup akan menjadi semudahbernafas, dan semangatnya akanbebas untuk menciptakan dunianyasendiri.Bagi Rabindranath kebenarankebenaransainstifik bukanlahabstraksi-abstraksi danformula-formula sematatetapi konkrit, kebenarankebenaranyang hidup yangtelah mengilhaminya untukmenulis puisi dan mengaranglagu-lagu menakjubkan.Dia mengasimilasikan danmenginternalkan pengetahuansainstifiknya dan merajutnyakedalam dasar-dasar falsafahnyadan ciptaan-ciptaan artistiknya.Fusi antara lagu-lagu dan syairsyairnyabegitu sempurnanyasehingga keduanya seolahberdampingan satu sama lainsebagai karya-karya seni yangbesar terpisah dari dunia sains.◆Penulis adalah Fisikawan ternama denganreputasi internasional, dan spesialismanajemen pendidikan, mengajar diS.N. Bose National Centre for Basic Sciences,Kolkata. Dia telah menulis beberapa bukutermasuk Testing Quantum Mechanics onNew Ground (1999), Cosmic Quest (2000),Riddles in your Tea-cup (1990, denganDipankar Home dan Suparno Chaudhuri),dll.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 48 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 49


TAGORE:PERAMAL DAN PENAFSIRERNEST RHYSSuatu kekuatan yang tajam telah mendorong <strong>Tagore</strong> untuk melihatpenyakit-penyakit pada masanya, dan dia, bukannya menjadi seorangasetik yang tinggal di hutan belantara, tetapi Penyembuhnya, Peramalnya,dan Penafsirnya. Ini dilakukannya dengan magic paling sederhana yaituhati dan pikiran, seperti para penyair dan anak-anak maklum.penyakit pada zamannya, laludia bukannya menjadi asetikyang hidup di pertapaannyadi hutan belantara, tetapiPenyembuh, Peramal danPenafsir penyakit-penyakittersebut.Ini dilakukannya dengan magicpaling sederhana yaitu hati danpikiran, seperti yang sama-samadimaklumi oleh para penyairdan anak-anak. Apabila andaberkata kepadanya, dan berjalandibawah terpaan mataharibersamanya, anda dapatmempelajari rahasianya. Andalihat bagaimana dia dengankekuatan batinnya dia belajarmenggabungkan dua semangat,dua keyakinan, dua daerah.India dan keyakinannya sertafalsafah ketuhanannya seringterlihat jauh dari falsafah kita(Barat) yang tidak tersentuholeh rasa kasih sayang sepertikasih sayang seorang ibukepada anak-anaknya, ataukeyakinan seperti seorang St.Francis. Tetapi pada diri <strong>Tagore</strong>anda bisa merasakan perasaankemanusiaan dalam diri seoranganak manusia. Dalam dirinyasemangat Upanishad mencapaiambang yang sama. Adalahwajar bahwa dari kepercayaanyang hidup kepada keindahanbumi, matahari dan bintang-Ibu dan anak (Mother and child) – sebuah lukisan karya <strong>Tagore</strong>Ketika Zarathushtra (disalah satu buku tertuadi Timur) bertanyakepada Ahura siapa namanya,dia memberi dua jawaban,keduanya cukup cemerlang –the Seer or ‘Discerner’ (Peramal)dan ‘Healer’ (Penyembuh).Keduanya, seperti kata orang,tepat untuk menggambarkantanggung jawab yangdipikul Rabindranath<strong>Tagore</strong> pada fase terakhirkarirnya, ketika kesulitankesulitandi zamannya telahmembuatnya semakin sadarakan kebutuhan-kebutuhanrakyat di India dan di seluruhdunia. Temperamennya,kecintaannya akan Alam,dan kehidupan meditasiyang disenanginya mungkintelah mendorongnya untukberistirahat dari perjuanganuntuk menegakkan tatananbaru. Sebuah kekuatan yangsangat tajam mendorongnyauntuk memperhatikan penyakitbintang,dan kepada perairandibawahnya, hendaknya munculkeyakinan yang hidup sepertiyang diuraikan Rabindranath<strong>Tagore</strong> dalam Sadhana. Baginyaujian kebenaran adalah bahwa,hidup dengan kebenaran, dandianugerahi oleh Alam untukmenikmati hidup sepenuhnya,dia telah menemukan obatuntuk menyembuhkan penyakitpenyakitpada masanya sendiri.Dia mampu berbicara denganbegitu alaminya kepada kitadi negeri ini, karena diamenjadi pendatang terdahuluke negeri kita. Ketika masihmuda dia berkelana sepertiBudha dengan menempuhperjalanan yang jauh dan beratke dunia luar kita, dimanadia melihat sendiri corakperadaban Barat kita, dan apakebaikan dan keburukannya;dan dia merasakan kekuatankekuatanmasa kini yang jugaberdampak terhadap negerinyadan seolah-olah mengancamkeyakinan dimana lagu-lagunyadinyanyikan dan buku-bukunyatersebar ke dunia.Jadi, dia bukan saja seorangperamal, tetapi pembawa pesantentang akan datangnya Zamanbaru yang kita harapkan sangatberarti bagi kedua kawasan danperadaban kita yang asing satusama lain dan terganggu.◆(Ernest Rhys (1859-1946) adalah seorangpenulis Inggris, yang dikenal luas sebagairedaktur pendiri Everyman’s Library. Diamenulis esei, cerita, puisi dan drama).INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 50 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 51


Penyair PengelanaAMRIT SENJauhnya perjalanan yang ditempuh <strong>Tagore</strong> mencengangkankita dilihat dari kesulitan-kesulitan yang harus dihadapinya.Dia selalu ingin mengenal dan membiasakan dirinya dengankebudayaan-kebudayaan lain, dan mengintegrasikanaspek-aspek paling bagus dalam dirinya dan institusinya.Diantara banyak aspekdari kepribadianRabindranath yangmultifaset adalah keinginannyauntuk melawat. “Saya adalahseorang pelancong yang sukamenempuh jalan tanpa ujung”,tulisnya. Dia telah melakukanperlawatan yang sangat jauhke berbagai negara di Eropa,<strong>Tagore</strong> dengan Helen KellerAmerika dan Asia dalambeberapa tahap dalam hidupnyadan meninggalkan catatancatatanpanjang perjalanannyadalam bentuk surat-surat,diaries dan tulisan-tulisan. Bagi<strong>Tagore</strong>, melawat tidak sajatelah memperluas wawasannya,tetapi juga ikut mempertajamfalsafah internasionalismenyadan pengembangan institusinyaVisva-Bharati.Pengalaman-pengalaman dini<strong>Tagore</strong> dalam melakukanperlawatan adalahperjalanannya ke pegununganHimalaya pada tahun 1873dengan ayahnya Debendranath<strong>Tagore</strong>. Disamping memupukrasa kedekatan dengan alam,perjalanan ini juga telahmenumbuhkan perasaan inginbebas dan ingin melakukaneksplorasi yang seringdilakukannya selama hidupnya.Dengan ditemani olehsaudaranya Satyendranath,Rabindranath yang masih mudaberangkat ke Eropa pada tahun1878 untuk belajar hukum. Diatiba di London via Alexandriadan Paris dan berkunjung ke<strong>Tagore</strong> di Argentina (kanan) dan Persia(bawah).Brighton dan Torquay. Diamendaftarkan diri di FakultasSeni dan Hukum, di UniversityCollege London, tetapikunjungannya diperpendekdan dia kembali ke India padatahun 1880. Salah satu aspekmenarik dari perjalanannyaini adalah pengakuan <strong>Tagore</strong>terhadap kebebasan perempuandalam masyarakat Eropa, sudahdibicarakan dalam tulisanlain dalam edisi ini. PemudaRabindranath juga mengunjungiParlemen Inggris dimana diamenyaksikan sendiri kehidupanpolitik masyarakat Inggris.<strong>Tagore</strong> melakukan perjalananuntuk kedua kalinya ke Eropapada tahun 1890 dengansaudaranya Satyendranathdan dengan temannya LokenPalit dalam kunjungan keLondon, Paris dan Aden. Padakedua kunjungan ini, <strong>Tagore</strong>mempelajari musik barat dantertarik kepada seni Eropa, danuntuk itu dia berkunjung keNational Gallery dan pameranPerancis.Kunjungan <strong>Tagore</strong> ketiga keEropa dilakukannya padatahun 1912 dan kunjunganINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 52 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 53


ini merupakan sebuahlandmark atau pristiwa besardalam karirnya. Dalam upayapenyembuhannya di Inggris,Rabindranath yang sedangsakit dapat bertemu dengantokoh-tokoh sastra Inggristernama, antaranya, WilliamRothenstein, W.B. Yeats,Ezra Pound, C.F. Andrews,Ernest Rhys dan BertrandRussell (1872-1970). Gitanjaliyang telah diterjemahkannyakedalam bahasa Inggrismendapat sambutan hangatketika <strong>Tagore</strong> berangkatmenuju AS. Dia berkunjung keIllinois, Chicago, Boston danNew York dan memberikanbeberapa kuliah di Harvard.Ketika dia kembali ke Inggris,dramanya berjudul The PostOffice dipentaskan oleh AbbeyTheatre Company. Popularitas<strong>Tagore</strong> yang semakin membesarsebagai seorang penyair dapatdiukur dari surat Rothensteinkepadanya, “Ketika anda datangsebelumnya, anda adalahseorang asing, dimana kamimenawarkan persahabatansebagai diri-diri yang kurangterhormat; kini anda datangsebagai pujangga yang diakuisecara luas, dengan temantemanyang dikenal dan tidakdikenal dalam ratusan rumah”.<strong>Tagore</strong> berangkat menuju Indiapada bulan September, 1913.Pemberian Hadiah Nobelkepadanya telah meningkatkanreputasi <strong>Tagore</strong> dan diapundiundang di hampir seluruhdunia. Gagasannya tentanginternationalisme juga memacukeinginannya untuk bepergiandan berinteraksi denganbanyak kebudayaan. Padatahun 1916 dia mengunjungiRangoon dan Jepang, singgahdi Kobe, Osaka, Tokyo danYokohama. <strong>Tagore</strong> ingin sekalimenemukan di Jepang suatu“manifestasi kehidupan moderndalam semangat tradisionalmasa silam”, dan dia tergugahdengan kehidupan rakyatnyayang estetis. Akan tetapi <strong>Tagore</strong>kecewa dengan munculnyanasionalisme dan imperialismedi negara tersebut.Pada bulan September 1916<strong>Tagore</strong> diundang ke AS untukmenyampaikan serangkaiankuliah-kuliah. Dia berkunjungke Seattle, Chicago danPhiladelphia dimana diamenyampaikan kritikannyaterhadap kultus nasionalisme.Meskipun dia mendapatsambutan hangat, pandanganpandangannyamembangkitkanbanyak permusuhan.<strong>Tagore</strong> kembali ke Eropa padatahun 1920. Di Inggris, diakecewa menemukan bahwasikap beraninya menentangnasionalisme dan perangtelah mendinginkan semangatteman-temannya. Dia pergi kePerancis dan terkesan dengankunjungannya ke medanpertempuran dekat Rheims. DiStrasbourg, dia menyampaikankuliah berjudul “The Messageof the Forest” atau Pesandari Hutan. Kunjungankunjungannyaberikutnya keAS untuk mengumpulkan danabagi Visva-Bharati terbuktikurang sukses. Dia tidak sajagagal dalam mencari dana,tetapi juga harus menghadapiaudien yang jelas memusuhinyakarena kritikannya terhadapmaterialisme dan nasionalisme.Pada tahun 1921, <strong>Tagore</strong>berkunjung ke Paris untukmenemui Romain Rolland,dan pertemuan ini telahmemperteguh sikap <strong>Tagore</strong>tentang internationalisme karena<strong>Tagore</strong> dengan para pembesar dalam suatu kunjungan ke Jepang, 1929 <strong>Tagore</strong> sedang memberikan pidato pada waktu kunjungan ke Singapura, 1927INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 54 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 55


keduanya bersikap sama.<strong>Tagore</strong> juga berkunjung keBelanda dan Belgia, Denmarkdan Swedia dan menyampaikansebuah pidato di SwedishAcademy. Dia juga berkunjungke Jerman untuk melihatuniversitas-universitas disanadan melanjutkan perjalanan keWina dan Praha. Puisi <strong>Tagore</strong>kini mulai diterjemahkandan dibicarakan di seluruhEropa dan dapat mudahditerima oleh penduduk yangterus diguncang perang. Diamendapat sambutan meriahdimana-mana begitu diaberbicara mengenai perdamaiandan persatuan dunia.persiapan Rabindranath dalampenulisan naskah Purabi . Mulaidari sinilah untuk seterusnyakarir <strong>Tagore</strong> sebagai penyairmenemukan ekspresinya. Padatahun 1926, <strong>Tagore</strong> berkunjungke Italia atas undanganMussolini (1883-1945). Diamemperoleh sambutan meriah,tetapi begitu dia menyadaribahwa Italia cenderung fasisdia serta merta mengecampemerintah Italia. <strong>Tagore</strong>meneruskan perjalanan ke Oslo,Beograd, Bucharest, Athena danCairo. Di Jerman dia berjumpadengan Albert Einstein(1879-1955). Terjemahan puisipuisinyatelah membuatnyaditerima dan dihargai kemanasaja dia pergi.Sebuah foto dari kunjungan <strong>Tagore</strong> ke AS, 1916Pada tahun 1927, <strong>Tagore</strong>melakukan kunjungan ke AsiaTenggara, yakni ke Malaya,Jawa, Bali, Siam dan Burma.Motif utama kunjungannyake kawasan ini adalah untukmempelajari sisa-sisa peradabanIndia dan untuk mempererathubungan kebudayaan dengandaerah tersebut. Dari kunjungan<strong>Tagore</strong> ini dapat diketahuibetapa besarnya ketertarikannyakepada seni musik dan tarikawasan ini.Pada tahun 1930, <strong>Tagore</strong> untukterakhir kalinya berkunjung lagike Eropa. Dalam kunjunganini dia memamerkan lukisanlukisannyadi beberapa kota,termasuk Paris, dan mendapatsambutan hangat. Diaberkunjung ke University ofOxford untuk menyampaikankuliah-kuliah Hibbert, yangkemudian diterbitkan sebagaibuku dengan judul TheReligion of Man. Dia lalumeneruskan perjalanan lewatMunich dan tiba di Rusia. Diamendapat sambutan hangat daripemerintah dan cendekiawancendekiawanRusia. <strong>Tagore</strong>sangat terkesan denganpembangunan pedesaan dangerakan koperasi disini yangkemudian coba ditirunya diSantiniketan.<strong>Tagore</strong> dengan para mahasiswa di Russia, 1930Pada tahun 1932 <strong>Tagore</strong> untukterakhir kalinya melakukankunjungan ke luar negeri,yakni ke Persia atas undanganRaja Iran. Dia berkunjungke Baghdad, Shiraz, Tehran,Bushehr dan menghargailangkah-langkah modern untukmemperbaiki keadaan dibawahpimpinan Reza Shah Pehlavi(1919-1980). Sekali lagi <strong>Tagore</strong>mengingatkan audiennyatentang hubungan kebudayaanyang telah terjalin antara keduabangsa. Dia mengunjungiPada tahun 1924, <strong>Tagore</strong>pergi Cina dan mengunjungiShanghai, Beijing, Nankingdan Chufu. <strong>Tagore</strong> berinteraksidengan sejumlah penyairdan pendidik dimana diamengulangi lagi pikirannyamengenai suatu solidaritas Asia.Dia berkunjung ke makamConfucious dan berpidato didepan pemuda Cina dalambeberapa kesempatan dimanadia mengingatkan mereka akantradisi pertukaran kebudayaanantara Cina dan India.Kunjungan <strong>Tagore</strong> ke AmerikaSelatan membawanya keBuenos Aires, Chapadmalaldan San Isidro. Rabindranathyang sedang sakit mengalamikesembuhan di kediamanVictoria Ocampo (1890-1979).Pelayarannya ke AmerikaSelatan penting artinya bagiINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 56 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 57


Sebuah karya lukis oleh <strong>Tagore</strong> diatas kapal S.S. Tosa Maru, 1929<strong>Tagore</strong> pada waktu kedatangannya di Berlin, 1926makam penyair terkenal Saadidan melakukan pertemuandengan Raja, dimana merekamenekankan pentingnyakeharmonisan komunalsebagai prasyarat utama untukmencapai kemajuan. PemudaRabindranath mengagumisemangat kebebasan sukuBedouin dalam sebuah puisiterdahulu. Setelah melakukankunjungan selama hampirseumur hidupnya, Rabindranathakhirnya menemukan subyekyang menjadi fantasinya.Kunjungan-kunjungan <strong>Tagore</strong>di India sendiri terlalu banyakuntuk dikatalogkan. Dia telahmelakukan kunjungan kesemua daerah di India dengantujuan beragam. Kunjunganterakhirnya ke Kolkata dariSantiniketan pada tahun1941 dilakukan setelah diamenyampaikan pidato berjudulCrisis in Civilization dimana<strong>Tagore</strong> melihat bahwa awanpeperangan dan kehancurantelah menjadi semakin gelapdi seluruh dunia. Dia hanyaberharap akan datangnyaseorang penyelamat yang dapatmenyelamatkan umat manusia.Jauh dan kerapnya perjalananyang dilakukan <strong>Tagore</strong>mempesona kita, jika dilihatdari kesulitan-kesulitan danrintangan-rintangan yangharus dihadapinya. Dia selalutertarik untuk mempelajarikebudayaan-kebudayaan lain,dan mengintegrasikan aspekaspekterbaik dalam dirinyadan lembaganya. PemudaRabindranath melancongdisamping untuk berliburjuga untuk pendidikan.Begitu dia diakui sebagaipujangga dunia, dia berkelanauntuk menyampaikan suarakemanusiaan kepada suatumasyarakat yang barubangkit dari perang, danmenyampaikan peringatanterhadap bahaya-bahayanasionalisme, fasisme danimperalisme. Dia tidak pernahberobah sikap meskipun diaharus menghadapi permusuhanpermusuhan.Sementara<strong>Tagore</strong> mengabdikan diri demipertumbuhan Visva-Bharati,kunjungan-kunjungan yangdilakukannya dimaksudkanuntuk memperkaya lembaganyadengan menciptakan sebuahruang dimana berbagaikebudayaan dapat hidupberdampingan dengan rukundibawah satu atap. Kemanasaja dia pergi, dia berinteraksidengan kaum intelektual dantokoh-tokoh kreatif denganmemperdebatkan masalahmasalahfilosofi, politik danestetika.Dalam sebuah tulisan kepadaputrinya, <strong>Tagore</strong> berkomentar,“Saya merasa gelisah terus...Dunia telah menyambut sayadan saya pun akan menyambutdunia ... Saya telah menempuhjalan seorang pengelana”.Sembari berpergian denganmenempuh jalan-jalan yangbelum dikenal dan memimpikansebuah dunia tanpa batas, diamencari sebuah tempat dimanadia merasa ‘at home’ di duniaini.◆Penulis adalah dosen bahasa Inggrisdi Visva-Bharati, dan seorang spesialismengenai Sastra Amerika.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 58 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 59


“Setiap orang mempuyai sesuatuyang khusus yang disebut ‘agamasaya’ … yaitu agamanya? Agamayang tersembunyi di dalam hatinyadan terus membinanya.”– Rabindranath <strong>Tagore</strong> (Of Myself,Tr of <strong>Tagore</strong>’s Atmaparichaya olehDevadatta Joardan & Joe Winter,Visva-Bharati, 23)Rabindranath <strong>Tagore</strong>dilahirkan dalam rumahkeluarga <strong>Tagore</strong> diJorasanko, pusat renaisanBengala pada abad ke-19.Ketika dia lahir, gerakankebangkitan kembaliHindu telah berjalan. RajaRammohan Roy mendirikanBrahmo Samaj, Pandit IswarChandra Vidyasagar memulaireformasi sosialnya dari dalamHinduisme dan Sri RamkrishnaParamhansa (1836-1886) giatmempropagandakan salingpengertian antar-agama.Maharshi Debendranath <strong>Tagore</strong>,ayah Rabindranath <strong>Tagore</strong>adalah seorang pengikut kerasRaja Rammohan Roy, peloporIndia modern. Debendranathmenolak idolatori ataupenyembahan terhadap patung,Agama <strong>Tagore</strong>SABUJKOLI SENMisi Rabindranath adalah – mendewatakan manusia dan memanusiakanDewata. Perjalanan <strong>Tagore</strong> menuju “Religion of Man” atau AgamaManusia bermula dari seloka-seloka Upanisad pada masa kecilnya. Inidiperkaya dengan filosofi Gita, ajaran-ajaran Buddha, Mahavira dan jugatradisi disamping tradisi Baul dan Sufi yang asli India.menerima penyatuannyakedalam Brahmo Dharma,memberinya sebuah bentuk,dan menjadi pemimpin sebuahkeyakinan yang telah direorientasiyang didirikan diatasmonoteisme sejati kitab-kitabUpanisads. Setiap pagi putraputranyaharus membaca,dengan ucapan dan aksenyang benar ayat-ayat dalamkitab Weda dan Upanisad.Pembacaan ayat-ayat ini setiappagi dan doa-doa sederhanayang diperkenalkan olehMaharshi besar pengaruhnyaterhadap pemuda Rabindranathdan pembentukan mentalnya.Sebagai anggota keluarga<strong>Tagore</strong> pada tahun 1884 dalamusia dua puluh tiga tahun,<strong>Tagore</strong> harus memikul tugassebagai Sekretaris Adi BrahmoSamaj. Pada masa ini BrahmoSamaj menjadi target kritikankritikanpedas dari kalanganHindu. Sebagai sebuah reaksiterhadap Brahmo Dharma,sekelompok lelaki Hinduberpendidikan dibentuk. Merekamenyebut diri mereka sebagaipositivists atau atheists. AkshayKumar Dutta (1820-1886) adalahsalah seorang dari mereka.Seorang revivalis Hindu Pt.Sasadhar Tarkachuramani (1851-1928) menciptakan sebuahagama baru bernama AgamaHindu Saintifik (Scientific HinduReligion). Dua harian yangmenjadi organnya, Navajivandan Prachar secara sistematismenerbitkan tulisan-tulisanmenentang Agama Brahmo.Bankim Chandra Chattapadhyaynovelis Bengali terkenal seringmenulis artikel-artikel dikedua koran ini, mendukungHinduisme. Sekretaris BrahmoSamaj, Rabindranath yang masihmuda, menerima tantangankaum Hindu dan dan menjawabartikel-artikel Bankim Chandra.Bankim Chandra menjawabkembali dan perang kata antarakedua sastrawan terkenal iniberlanjut terus untuk beberapalama. Pada akhirnya keduamereka saling memaafkan danterciptalah persahabatan antarakeduanya. Menarik kiranyauntuk disebutkan disini bahwatanggal 26 Feb. 1891 ditetapkanuntuk penyelenggaraan sensusdi India. Beberapa sekteBrahmo menganggap dirimereka berbeda dari golonganHindu. Tetapi sekte AdiBrahmo Samaj dari BrahmoDharma yang dianut <strong>Tagore</strong>menganggap diri merekasebagai cabang istimewa dariHinduisme. Dalam sepucuksurat kepada C. J. O’Donnell(1850-1934), yang menjadipenanggung jawab sensus,<strong>Tagore</strong> memohon kepadanyauntuk menyebut Adi BrahmoSamaj sebagai ‘Theistic Hindu’.Dia menerbitkan sebuahedaran di Tattvabodhini yangmemohon kepada keluargakeluargaAdi Bramho untukmengklasifikasikan diri merekasebagai “Hindu – Brahmo”(Rabi Jivani, Prasanta KumarPal, Ananda Publisher, Kolkata,Vol.III,165).Sebagai seorang Brahmo,Rabindranath menentangpraktek idolatori (penyembahankepada patung) dalamHinduisme. Dia menolak ‘TeoriInkarnasi’ atau avatarvadadalam Hinduisme. Laranganlaranganatau praktek-praktekyang dianggap tabu dalamagama Hindu menjijikkan bagisang penyair. Dalam DharmerAdhikar (Vide Sanchaya,Rabindra Rachanavali, Vol. XII),dia mengatakan:“Ada dua sisi kekuatan manusia.Sisi yang pertama adalah ‘can’ atauRaja Rammohan Roy‘bisa’ dan sisi yang lain adalah‘should’ atau ‘seharusnya’. Manusiabisa melakukan tindakan-tindakantertentu, ini adalah sisi mudah darikekuatannya. Tetapi dia seharusnyamelakukan tindakan-tindakantertentu, ini merupakan latihanpaling berat dari kekuatannya.Agama berdiri diatas landasan‘should’ dan oleh sebab itu selalumenarik ‘can’ kepadanya. Apabila‘can’ terasimilasi seluruhnya oleh‘should’, kita telah mencapai tujuanyang paling kita inginkan dalamhidup, kita telah sampai kepadaKebenaran. Tetapi orang-orangyang tidak berdaya, yang tidak bisabertindak sesuai dengan tuntutanagama, mencoba menariknyakebawah kepada level atau tingkatmereka sendiri. Dengan demikianmuncullah tabu-tabu dan laranganlaranganitu.”Rabindranath tidak melewatkansetiap peluang untukmelancarkan protes kerasterhadap Hinduisme ortodoksbaik melalui karya-karyasastranya maupun melaluisurat-suratnya kepada HemantaBala Devi (1894-1976) atauKadambini Devi (1878-1943).Tetapi pikiran Rabindranathcukup terbuka dan tidak terikatkepada pendapat-pendapatsesuatu agama konvensionalapapun juga. Kita bisa membacafikiran keagamaannya daripernyataan berikut “Sayadiminta untuk memberi tahukankepada kalian tentang pendapatsaya mengenai agama. Salahsatu alasan mengapa saya selalumerasa enggan untuk berbicaramengenai hal ini adalah bahwasaya menganut agama saya inibukanlah melalui penerimaansecara pasif sebuah kepercayaantertentu karena kebetulan sayadilahirkan dalam lingkunganagama tersebut. Saya lahirdalam sebuah keluarga yangmemelopori kebangkitankembali di negeri kita inisebuah agama besar, yangdidasarkan kepada ucapanucapanpendeta-pendeta besarIndia di dalam kitab-kitabUpanisads. Tetapi karenatemperamen idiosinkretiksaya, tak mungkin bagi sayauntuk menerima sesuatu ajaranagama hanya karena orangorangdisekitar saya percayabahwa agama itu betul... Jadipikiran saya dimatangkandalam suasana kebebasan,bebas dari dominasi sesuatukepercayaan yang otoritasnyaberasal dari beberapa kitabsuci atau dari ajaran-ajaran parapenyembahnya (Lectures AndAddresses, R.N. <strong>Tagore</strong>, Macmillan& Co. Ltd., London, 11).Sepanjang hidupnyaRabindranath <strong>Tagore</strong> tidakINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 60 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 61


pernah terikat kepada satukepercayaan, tetapi pikiranpikirannyaterus berubahdan berkembang semakinjauh. Sejak dia berusia limapuluh tahun kita melihatsuatu perubahan dalampikirannya mengenai agama.Dia tidak lagi menentangHinduisme. Dia berniat untukmemasukkan azas-azas terbaikdari Hinduisme kedalamBrahmoisme. Pada waktuitu ada perdebatan di India:Apakah orang-orang BrahmoHindu? Para pemimpin Brahmoterpecah dalam masalah ini.Menurut beberapa pemimpinmereka, Brahmo terpisah dariagama Hindu seperti agamaKristen dan Islam. Tetapiseperti yang telah kita sebutkansebelumnya, menurut <strong>Tagore</strong>,orang-orang Brahmo adalahpara penganut Hindu danuntuk mendukung pendapatini, dia membacakan sebuahpaper dalam SadharanBrahmo Samaj Mandirdibawah judul Atmaparichaya.Diakatakannya: “Brahmoismemenerima inspirasi spritualnyadari agama Hindu, dia berdiridiatas kebudayaan Hindusebagai basisnya. Brahmoismempunyai pandangan yanguniversal, tetapi dia selamanyaadalah agama Hindu. Kamiberpikir dan berasimilasidengan bantuan pikiran orangHindu. Dewasa ini Hinduismeharus membuka kebenaranhatinya sendiri. AgamaHindu harus mengajarkanajaran universalisme kepadaseantero jagad. Sekarangini melalui penyelamatanBrahmoisme, Hinduisme telahmemenuhi misinya sendiri(dari Atmaparichaya, di<strong>Tagore</strong> di Nara, Japan, 1916Tattvabodhini Patrika, 1919).Pikiran-pikiran unik <strong>Tagore</strong>tentang agama mulai mengambilbentuk sejak masa ini. Apayang dipercayainya bukanlahPemuda <strong>Tagore</strong> dengan ayahnya Maharshi Debendranath – sebuah lukisan karyaGaganendranath <strong>Tagore</strong>agama Hindu dan bukan pulaagama Brahmo, tetapi sebuahsintesa antara keduanya. Diatidak menolak sama sekaliagama lama yang ortodoks,tetapi pada waktu yang samajuga tidak menerima agamaBrahmo dengan antusiasmeyang sama seperti sebelumnya.Brahmoisme tidak bisa lagimemuaskannya. Dia melihatbahwa Brahmoisme juga telahmenjadi konvensional dan kakuseperti Hinduisme. Brahmoismeyang dianut RammohanRoy, dengan maksud untukmenyatukan rakyat gagalmencapai maksudnya.Orang-orang Brahmo jugaberpendapat bahwa orangorangnon-Brahmo khususnyapara penganut agama Hindumenentang mereka. Sejak itukita melihat <strong>Tagore</strong> tidak terikatkepada sesuatu agama dansekte. Novelnya yang berjudul‘Gora’ yang diterbitkan padatahun 1910 menggambarkankondisi masyarakatnya. Adaseorang penganut Brahmoyang teguh Haranbabu,seorang Hindu yang ritualistikHarimohini dan karakterkarakterseperti Pareshbabu danAnandamayee yang percayakepada “religion of man” atauagama manusia. Karakter sentralnovel ‘Gora’ pada awalnyaadalah penganut Hindu yangteguh. Dia taat melaksanakanritual-ritual Hindu. Tetapiketika dia mengetahui bahwadia aslinya adalah kelahiranIrlandia dan beragama Kristen,keyakinannya sebelumnyamenjadi goyah. Ketika diamelihat Anandamayee,yang sebagai seorangperempuan Brahmin Hindumeletakkan bayi Gora yangyatim ke pangkuannya – takterbayangkan pada waktuitu, Gora menyatakan bahwadirinya sudah bebas. Dia tidakpunya agama, tidak punyakasta, tidak punya keyakinan,INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 62 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 63


tidak punya ikatan dengandoktrin apapun juga. Dia mulaisadar akan identitas barunya.Dia adalah seorang manusia,bukan Hindu dan bukanpula Kristen. Dia sadar akanke universalitasan-nya. Dari‘Gora’ kita menemukan benihdari ‘The religion of man’ dalamdiri <strong>Tagore</strong>. Professor AsinDasgupta tepat mengatakantidak perlu diragukan bahwaRabindranath berbicara melaluimulut Pareshbabu dan karyaAnandamayee (Vide RabiThakurs Party, Asin Dasgupta,Visva-Bharati Quarterly, NewSeries, Vol. IV, Nos. I & II).Tahun 1910 & 1911 sangatpenting artinya untukmemahami pandanganpandangan<strong>Tagore</strong> mengenaiagama. Pada tahun 1910“Christotsava” (Hari Natal)pertama kali diselenggarakan diruang berdoa Santiniketan. Ataspermintaan <strong>Tagore</strong>, HemlataDevi, isteri keponakan <strong>Tagore</strong>bernama Dwipendranath<strong>Tagore</strong> menerjemahkan sebuahbuku tentang Sufisme, edisipertama terjemahan bukuditerbitkan dalam TattvabodhiniPatrika pada tahun 1911.Dalam Tattvabodhini padatahun yang sama <strong>Tagore</strong>menerbitkan “BouddhadharmeBhaktivada” (Kebaktian dalamAgama Budha). Rabindranath<strong>Tagore</strong> sangat tertarik kepadaterjemahan karya seorangpenyair besar Sufi, Kabir(1440-1518). Dialah yangmengilhami Pandit KsitimohanSen Sastri (1880-1960) untukmenerjemahkan karya KabirDoha. Ini membuktikan bahwaRabindranath ingin mengambilsemua aspek terbaik darisemua agama dan membentukpandangannya sendiri persisseperti pembentukan madu disebuah bunga.Perjalanan <strong>Tagore</strong> menuju“Religion of Man” bermuladengan seloka-seloka(slokas) dalam Upanisadketika dia masih kecil. Inidiperkaya dengan falsafahGita (meskipun dia tidak sukadengan konteks Gita tentangmedan perang dan dia jugamenolak argumen-argumenyang setuju dengan perang),<strong>Tagore</strong> di Kuil Santiniketanberbagai mazhab Vedanta danfalsafah para pendeta Hindu dizaman pertengahan. Vedantadiwarisinya secara alamiahtetapi sama seperti ayahnyaDebendranath, Rabindranathtidak menerima seluruhinterpretasi Advaitik. “Brahmasatya jagat mithya” tidakpernah dapat diterimanya.Sama seperti Debendranath diajuga mempunyai rasa hormatkepada dunia. Dia mengatakanmencari keselamatan denganmeninggalkan dunia bukanlahcaranya. Dia ingin merasakannikmatnya kebebasan ditengahtengahberbagai macam ikatan.Dia tertarik kepada Vaisnavisme,khususnya Visistadvaita dariRamanuja (1017-1137).<strong>Tagore</strong> juga terpengaruholeh tradisi Baul. Baul adalahsebuah keyakinan non-ortodokyang berkembang di Bengala.Falsafah Baul sangat miripdengan falsafah Sufi. Gayahidup sederhana para penyanyiatau penembang Baul yangsuka berkelana dengan menaridan menyanyi yang selalumemperlihatkan suasana rianggembira menyentuh hati <strong>Tagore</strong>.Orang-orang Baul percayabahwa Tuhan ada di setiap hatimanusia dan kehadiranNyabisa dirasakan hanya cinta danpengabdian yang tulus. Tidakada perbedaan antara kastadan jenis kelamin. Di Silaidaha(kediaman keluarga <strong>Tagore</strong>),<strong>Tagore</strong> mengenal pemukapemukaBaul, Gagan Harkara,Fakir Fikirchand (1833-1896)dan Suna-ullah. Di Santiniketandia berkenalan dengan NabaniDas Baul. <strong>Tagore</strong> juga mengenallagu-lagu Lalan Fakir meskipuntidak ada bukti bahwa merekapernah bertemu. Lagu-laguBaul begitu besar pengaruhnyaterhadap Rabindranath sehingganovelnya Gora dimulai dengansebuah lagu Baul. Dalambukunya ‘The Religion of Man’(Hibbert Lecture, Oxford, 1930)dia mengutip sejumlah lagu-laguBaul dan dia mengarang banyaklagu dengan irama Baul, seperti:O my mind,You did not wake up when theman of your heartCame to your door.You woke up in the darkAt the sound of his departingfootstepsMy lonely night passes on a maton the floor.His flute sounds in darkness,Alas, I can not see Him.<strong>Tagore</strong> bersama rakyat di Silaidaha (perkebunan keluarganya)(Oh pikiranku,Engkau tidak bangun ketikaorang yang ada di hatimuDatang mengetuk pintumuEngkau bangun dalam gelapMendengar langkah-langkahnyameninggalkanmuMalamku yang suci berlaludiatas sebuah tikar diataslantai,Serulingnya berbunyi dalamkegelapan,Astaga, aku tidak dapat melihatNya)[Terjemahan dikutip dari “The Spiritualityof Rabindranath <strong>Tagore</strong>”, oleh SitanshuSekhar Chakravarty, dalam The Spiritualityof Modern Hinduism, 274]Disini hubungan antarapenyanyi dan Tuhan – “orangyang ada dalam hatimu” –sangat dekat. Kadang-kadang<strong>Tagore</strong> menyebut “orang yangada dalam hatimu” sebagai“Sahabat Abadi”, kadangkadangdia memanggilnya‘kekasih’. ‘Kekasih’ ini bagi<strong>Tagore</strong> adalah Jivan Devata,‘Tuhan Kehidupan’, azas yangmenuntun hidupnya. JivanDevata ini kadang-kadangmuncul didepannya sebagaipria, kadang-kadang sebagaiwanita. Sama seperti orangorangBaul, dia juga sedangmencari “orang yang ada dalamhati”.◆Penulis adalah dosen Filosofi dan Agama diVisva-Bharati, Santiniketan.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 64 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 65


Gandhi dan <strong>Tagore</strong>AMARTYA SENRabindranath tahu bahwa dia tidak akan dapat memberikankepemimpinan politik kepada India seperti yang diberikan Gandhi, dandia dengan tulus memuji apa yang dilakukan Gandhi untuk bangsanya.Namun mereka tetap saling mengritik terhadap banyak hal yang merekasaling pertahankan.<strong>Tagore</strong> dan Gandhi – sebuah karya lukis oleh Jamini RoyKarena Rabindranath <strong>Tagore</strong>dan Mohandas Gandhiadalah dua orang pemikirIndia terkemuka dalam abadke duapuluh, banyak parakomentator yang telah mencobauntuk memperbandingkangagasan-gagasan mereka.Ketika mendengar kematianRabindranath, Jawaharlal Nehru,yang sedang meringkuk di dalampenjara Inggris di India, menulisdi buku hariannya di penjarapada tanggal 7 Agustus 1941:“Gandhi dan <strong>Tagore</strong>. Dua tipe yangsama sekali berbeda, tapi keduanyaadalah tipikal India, keduanyamasuk dalam daftar panjangorang-orang besar India ... Inibukanlah karena sesuatu sifat yangbaik pada diri mereka tetapi karenatout ensemble atau gambarankeseluruhan, sehingga sayamerasa bahwa diantara pemimpinpemimpinbesar dunia sekarang iniGandhi dan <strong>Tagore</strong> adalah supremesebagai manusia. Saya sungguhberuntung telah mengenal merekadari dekat.”Romain Rolland (1866-1944)terpesona dengan sifat-sifatmereka yang kontras, dan ketikadia merampungkan bukunyatentang Gandhi, dia menuliskepada seorang akademikusIndia, pada bulan Maret 1923:“Saya telah merampungkanbuku saya Gandhi, dimana sayamenyampaikan penghargaankepada kedua tokoh besar andayang berjiwa seperti sungai,yang terus mengalirkan airdengan semangat kedewataan,<strong>Tagore</strong> dan Gandhi.” Padabulan berikutnya, dia merekamdalam buku hariannya sebuahketerangan tentang beberapaperbedaan antara Gandhidan <strong>Tagore</strong> yang ditulisoleh Reverend C.F. Andrews(1871-1940), seorang pendetaInggris dan aktivis masyarakatyang menjadi sahabat dekatkeduanya (peranan pentingnyadalam kehidupan Gandhi diAfrika Selatan digambarkandengan jelas dalam filmRichard Attenborough berjudulGandhi [1982]). Andrewsmenggambarkan kepada Rollandsebuah diskusi antara <strong>Tagore</strong> danGandhi, dimana dia juga hadir,mengenai subyek-subyek yangtelah memisahkan antara merekaberdua:“Subyek atau soal pertama yangmereka diskusikan adalah idols ataupatung-patung; Gandhi membelapenyembahan kepada patung,dengan alasan karena rakyat tidakmampu menyerap pikiran-pikiranyang abstrak. <strong>Tagore</strong> tidak kuasamelihat rakyat diperlakukan sepertianak-anak. Gandhi membericontoh tentang prestasi-prestasibesar yang dicapai Eropadengan menggunakan benderasebagai sebuah patung; <strong>Tagore</strong>dengan mudah menentangnya,tetapi Gandhi mempertahankanalasannya, dia membandingkanbendera-bendera Eropa dengangambar-gambar rajawali danlain-lain yang kontras denganbenderanya sendiri yang dihiasigambar alat pemintal benang.Poin kedua yang dibicirakanadalah nasionalisme, yang dibelaGandhi. Dikatakannya seseorangharus melalui nasionalisme untukmencapai internationalisme,sama halnya seseorang harusmelalui perang untuk mencapaiperdamaian.”<strong>Tagore</strong> sangat mengagumiGandhi tetapi dia memilikibanyak perbedaan pendapatdengannya mengenai berbagaisubyek, termasuk nationalisme,patriotisme, pentingnyapertukaran kebudayaan, perananrationalitas dan sains, dan bentukpembangunan ekonomi dansosial. Perbedaan-perbedaan ini,saya sependapat, mempunyaipola yang jelas dan konsisten,dimana <strong>Tagore</strong> bersikerasmenuntut lebih banyakINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 66 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 67


<strong>Tagore</strong> dengan Gandhi dan Kasturba di Shyamali, Santiniketan, 1940 (kiri) dandengan Romain Rolland (atas).penalaran daripada penyampaianpandangan-pandangantradisionalis, minat yang lebihbesar terhadap bagian-bagiandunia lainnya, dan lebihmenghargai iptek dan objektivitassecara umum.Rabindranath tahu bahwadia tidak dapat memberikankepemimpinan politik sepertiyang diberikan Gandhi, dia tulusmemuji apa yang dilakukanGandhi untuk bangsanya(sebenarnya <strong>Tagore</strong> lahyang mempopulerkan istilah“Mahatma” – jiwa besar – untukGandhi). Namun mereka samasamasangat kritis terhadap satusama lain mengenai banyak halyang saling mereka perjuangkan.Bahwa Mahatma Gandhi telahmenerima lebih banyak perhatiandi luar India dan juga di Indiasendiri dibanding <strong>Tagore</strong> sangatpenting kiranya untuk memahami“sisi <strong>Tagore</strong>” dalam perdebatanantara Gandhi dan <strong>Tagore</strong>.Dalam buku hariannya yangditulisnya di penjara, Nehrumenulis: “Barangkali ada baiknyajuga bahwa [<strong>Tagore</strong>] meninggalsekarang sehingga tidak melihatbanyak kengerian yang mungkinakan dialami dunia dan India.Dia telah melihat semuanyadan itu sudah cukup baginya.”Menjelang akhir hayatnya, <strong>Tagore</strong>memang merasa sangat kecewadengan keadaan di India, apalagimasalah-masalah dan bebanyang biasa dihadapinya sepertikelaparan dan kemiskinan, yangdiperparah oleh kerusuhankerusuhan“komunal” antaraHindu dan Muslim akibathasutan-hasutan politik secaraterorganisir. Konflik-konfliktersebut memicu pembunuhanpembunuhanpada tahun 1947sehubungan dengan partition(pemekaran anak benua Indiamenjadi dua negara merdeka:India dan Pakistan), enam tahunsetelah <strong>Tagore</strong> meninggal.Pada bulan Desember 1939,dia menulis kepada temannyaLeonard Elmhirst (1893-1974),seorang filantropis danpembaharu sosial Inggris yangpernah bekerja bersamanyadalam pembangunan pedesaandi India (dan yang mendirikanDartington Hall Trust di Inggrisdan sebuah sekolah progresif diDartington yang secara eksplisitmenggugah cita-cita pendidikanRabindranath):“Kita tidak memerlukan seorangdefeatist atau pengalah untukmengkhawatirkan masa depanberjuta-juta rakyat yang, dengankebudayaan mereka yangdibawa sejak lahir dan tradisitradisidamai mereka, padawaktu yang bersamaan merekadihadapkan kepada kelaparan,penyakit, eksploitasi oleh asingatau bangsa sendiri, disampingmasalah komunalisme yangberkepanjangan.”Bagaimana kiranya pandangan<strong>Tagore</strong> mengenai India sekarangini? Apakah dia melihatada kemajuan atau hanyamembuang-buang peluang, ataubahkan pengkhianatan terhadapimpian dan keyakinannya? Danmengenai subyek yang lebihluas lagi, bagaimana dia akanbereaksi terhadap penyebaranseparatisme kebudayaan dalamdunia kontemporer?(Dikutip dan diterjemahkan dari <strong>Tagore</strong> andHis India).◆Penulis adalah seorang Profesor diLamont University di Harvard. Dia adalahpemenang hadiah Nobel di bidang Ekonomipada tahun 1998 dan Master of TrinityCollege, Cambridge 1998-2004.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 68 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 69


Tersentuh oleh <strong>Tagore</strong>MARTIN KÄMPCHENPenulis-pernulis kreatif seperti <strong>Tagore</strong> tidak hanya menghasilkan karya-karya seni, tetapijuga menciptakan sebuah seni hidup yang baru yang menerjemahkan, sedekat mungkin,esensi dari kreativitas mereka kedalam sebuah konteks sosial.Ada dua adegan padahari-hari pertama saya tibadi India yangmeninggalkan kesan mendalampada diri saya. Adegan pertamaketika saya sedang berkunjungke sebuah desa di Distrik24-Parganas Bengala Selatan.Seorang petani muda yangkami temui di sawahnyayang sedang ditumbuhi padimuda, menerima kami dengansambutan hangat. Dia denganspontan menyanyikan sebuahlagu <strong>Tagore</strong> sambil berdiri disawahnya. Suaranya meskipunkedengarannya tidak terlatihtetapi lembut dan penuh emosi,beda sekali dengan tangannyayang kasar dan kaki telanjangnyayang memar.Adegan kedua terjadi diRamakrishna Mission Ashramdi Narendrapur, sebelah selatanKolkata. Pada suatu sore sayamasuk kamar hostel yangditempati dua mahasiswa yangtelah menjadi teman saya. Sayamendapati mereka sedangmendeklamasikan sebuahpuisi karangan <strong>Tagore</strong>. Merekaduduk saling berdampingandan dalam satu suara merekamenyanyikan lagu-lagu ciptaan<strong>Tagore</strong> dengan suara lantangdan dengan melodi yang sangatterkenal di Bengala dalammendeklamasikan sebuah puisi.Mata mereka basah dengan airmata dan mereka membawakanpuisi tersebut dengan penuhemosi.Saya menyadari bahwa bagipetani yang tidak pernahbersekolah ini dan juga bagikedua orang mahasiswayang menyanyikan lagu-lagu<strong>Tagore</strong> dan mendeklamasikanpuisi-puisinya, hal itu merekalakukan bukan sekedar pengisiwaktu atau untuk menghiburhati yang lara, tetapi lebih dariitu atau bahkan lebih dari suatubentuk usaha pendidikan. Bagimereka Pujangga Rabindranath<strong>Tagore</strong> telah menjadi seorangGreat Consoler atau PenghiburBesar. Rasa takut yang merasukkedalam diri kita ketika kitamenatap ruang kosong dilangit di malam hari, ketika kitamembayangkan betapa lamanyawaktu yang sudah dilalui danwaktu yang masih terbentangdi hadapan kita, hanya bisaditaklukkan oleh kata-kata dariseorang Pujangga besar sepertiRabindranath <strong>Tagore</strong>.Penulis-penulis kreatif seperti<strong>Tagore</strong> bukan sekedarmenciptakan karya-karyaseni, tetapi juga menciptakansebuah seni hidup yang baruguna menerjemahkan dayakreatifnya kedalam kontekssosial. Keinginan Rabindranath<strong>Tagore</strong> untuk pindah darikota besar seperti Kolkatauntuk mendirikan sebuahbrahmacharya ashram, sebuahlembaga pendidikan yangdikelola sesuai visinya untukmemupuk dan mengembangkanpotensi anak, pelayanan yangdiberikannya kepada pendudukdesa, dan hidupnya yang sangatsederhana seperti seorangpertapa telah bersinergi menjadisebuah seni hidup yang baru.Seni ini merupakan interpretasidari tradisi kehidupan yanglama, tetapi lebih bersifatindividualistik dan personal.Jadi, setelah membaca karyakaryaRabindranath <strong>Tagore</strong>,saya merasa sedang bergerakdalam sebuah tradisi, sebagaisebuah unsur dari sebuahKomunitas Yang Lebih Luas.Walaupun kedengarannyaabstrak, <strong>Tagore</strong> memancarkankehangatan sebagai seorangpenyair dan pencerita yangdalam komunitas yang lebihluas seperti itu pasti akanmenjadi spesifik dan personal.Sebuah cerita atau sebuahpuisi tidak bisa hanya menjadialat untuk mengungkapkanide-ide atau sebuah falsafah.Mereka harus berupayauntuk mewujudkan sebuahKesatuan yang menyeluruh danmenjelaskannya secara rinci.Persis seperti matahari yangdicerminkan dalam setetes airhujan. Para penulis yang mampuyang menghidupkan pengertiantentang Kesatuan ini dalamcerita-cerita dan puisi-puisimereka, mereka dapat kita sebutsebagai Great Consolers atauPenghibur-Penghibur Besar.Seorang penulis seperti itumampu menciptakan kembaliKesatuan tersebut dalam konteksbahasanya, waktunya untukbercerita dan geografisnya yangspesifik dan dalam kontekssistim sosial dan kulturalnya.Oleh karenanya, para pembacaberbahasa Bengali yang lahirdalam konteks yang samadengan Rabindranath beruntungdapat merasakan KesatuanYang Luas dalam konsep danpengertian yang mereka kenal.Keberuntungan seperti inimemang langka dan mungkinjuga unik dalam dunia modern.Dimanakah di Amerika atauEropa kita menemukan seorangpenulis lain yang telah menguaklangit dan menciptakan suatuKesatuan Yang Luas dalamkonteks kulturalnya? Apakahada penulis-penulis eksistensialisPrancis yang telah melalukan halyang sama? Atau mungkin parapenulis skenario dari Theatreof the Absurd? Atau Marquezatau Ezra Pound atau VirginiaWoolf atau James Joyce? Sayakira tidak. Jika saya perhatikanpenulis-penulis Eropa sejaksaya berada di bangku sekolah,saya kira penulis yang sekelas<strong>Tagore</strong> mungkin adalah FranzKafka, yang dalam lingkupkebudayaannya sebagai YahudiPraha telah menciptakan sebuahjagad raya dan berhasil menariksemua pembacanya kedalamnya.Namun cerita-cerita dannovel-novelnya tidak memilikikapasitas untuk menghibur.Belum lama ini saya bertemudengan seorang mahasiswaMuslim Bihari di Darjeeling,seorang pemuda cerdas danberdedikasi tinggi. Dia masuksekolah Jesuit di Darjeelingdan duduk di Tingkat Dua dankini sedang menyelesaikankuliahnya di sekolah yang sama.Sebagai mahasiswa yang cerdasdia terpilih sebagai MahasiswaPerfek, ketika masih kuliah diperguruan tinggi yang sama. DiaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 70 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 71


mengajar mahasiswa-mahasiswayang lebih yunior dan diizinkanmakan bersama dosen-dosennya,sebuah penghormatan besar danlangka. Ucapannya jelas danalamiah dan tidak mengesankankecongkakan. Saya sangatterkesan olehnya. Disini kitabertemu dengan seorang anakmuda berusia sekitar duapuluh lima tahun yang telahdibentuk oleh lingkunganJesuitnya. Saya bertanya, apayang ingin dilakukannya di masadepannya, dan jawabannyatidak mengagetkan saya. “Sayaakan menjadi seorang guru,Pak! Saya ingin mengabdidi lembaga ini. Saya sangatmencintainya.” Dengan rasairi tetapi sedikit kecewa, sayamenyadari bahwa anak mudaini barangkali tidak pernahmengalami keragu-raguanmengenai hasil pendidikannyadan pembentukan karakternya;dia nampaknya tidak pernahmengalami betapa beratnyarasa ragu-ragu itu dalam diriseseorang.Rasa iri saya timbul setelahmenyadari bahwa kehidupansaya sendiri tidak pernah selurusdan sesederhana itu. Sebagaiorang yang sering mengalamiberbagai konflik dan pengaruh,saya harus berjuang terus untukmenemukan tujuan saya, sambilbertanya dan berdoa apakahtujuan yang terbaik dan palingpraktis bagi saya. Kadang-kadangsaya merasa bahagia karenakeputusan saya, yang saya ambildengan penuh keberanian telahmembawa saya lebih jauh dariimpian saya sebagai seorangmanusia dan penulis. Adakalanya juga saya sulit untukmengendalikan kekecewaanterhadap kesalahan-kesalahanyang saya lakukan. Kekecewaansaya melihat produk yang masihmuda dari sekolah misi initimbul setelah menyadari betapabanyak kesempatan yang hilangdari anak muda ini.Apakah yang ingin sayasampaikan dengan ucapanucapandiatas dalam konteksuniversalitas Rabindranath<strong>Tagore</strong>? Pujangga Bengala initidaklah menulis puisi-puisinyadan lagu-lagunya tanpamengalami keterasingan dankecemasan, tanpa rasa takutdan gemetar yang pernahdirasakannya dalam menghadapimisteri-misteri kehidupan.Meskipun dia hidup bersamarakyat dengan bahasa dankebudayaan yang sama, diatidak membatasi diri kepadamereka saja, seperti anak mudadi Darjeeling yang terkungkungdalam suatu mindset tunggal.Rabindranath <strong>Tagore</strong> seringmengalami pasang naik danpasang surut, mengalamiananda (kegembiraan) dandukha (duka, kesedihan) danbahkan karya-karya sastranyasarat dengan ini semua. Disinisaya melihat keuniversalannya.Membaca karya-karyaRabindranath <strong>Tagore</strong> di Jermanmenyadarkan kita akan suatudimensi lain dari karya-karyaPujangga ini. Disini, kitamenghadapi masalah bahasasebagai suatu halangan. Bahasaadalah sebuah perintangmaupun juga sebuah jembatan,jembatan sempit. Bengalibukanlah sebuah bahasadunia - tetapi Rabindranathadalah seorang PujanggaDunia. Di luar Bengala, bahasaRabindranath tidak lagi sekedaralat untuk menyampaikankonten kebudayaan danmampu mewujudkan suaturuang lingkup kultural yanglebih jauh jangkauannya daribahasa. Karya-karya Goethe,pujangga klasik dan pemikirJerman paling universal, telahditerjemahkan kedalam bahasabahasaEropa lainnya dengansangat bagus sekali dan mampumempengaruhi orang-orang yangmembacanya.Shakespeare dan Dante, VictorHugo dan Ezra Pound telahmenjadi mercu suar di masingmasingnegeri mereka yangcahayanya memancar sampai diluar batas kebudayaan merekadan masuk ke semua sudutnegeri-negeri barat. Pengaruhmereka tergantung kepadapenerjemahannya secara baguskedalam bahasa-bahasa Eropalainnya. Ada sebuah “culture oftranslation” atau kebudayaanpenerjemahan di Eropa danAmerika; kita bisa memintasupaya penulis-penulis pentingnasional harus mendapatperhatian internasional melaluiterjemahan-terjemahan. Adasuatu ‘perasaan kekeluargaan’atau ‘family feeling’ yangmenyelinap kedalam diri kita bilaseorang Prancis mengapresiasiseorang penyair atau pujanggaSpanyol, atau seorang wargaJerman membaca sebuah karyapenyair Italia.Perasaan kekeluargaan serupaini masih belum terdapat diIndia. India masih memilikikekurangan dalam kebudayaanpenerjemahan. Walaupunbeberapa lembaga kesusasteraantelah berusaha dengan keras,karya-karya sastra dalamberbagai bahasa daerah di Indiabelum menyebar luas ke daerahdaerahlain dengan bahasa yangberbeda. Pertama, tidak ada uanguntuk menerjemahkan dari satubahasa daerah India ke bahasadaerah lainnya, dan kedua,sampai saat ini masih sedikitsekali profesional yang dimilikiIndia yang cukup terlatih untukmelakukan pekerjaan yang sulitini. Hasilnya, setiap karya sastradaerah tidak banyak diketahuiatau diminati oleh daerah-daerahlain di India.Pekerjaan penerjemahan daribahasa Bengali ke, katakanlah,bahasa Jerman adalah suatupekerjaan yang cukup berat.Rabindranath harus mampumenyeberang, tidak saja darisatu bahasa ke bahasa laindalam kelompok bahasa Indo-Jerman, tetapi pikiran-pikirandan kata-kata Pujangga ini harusbergerak dari satu kebudayaanke kebudayaan lain, dari satuagama ke agama lain, darisatu organisme emosional dansosial ke sesuatu yang samaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 72 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 73


Courtesy: National Gallery of Modern Art, New Delhisekali berbeda. Ketika sayamenerjemahkan sebuah syair<strong>Tagore</strong> kedalam bahasa Jerman,saya perlu memecah strukturkalimat bahasa Bengali, dancara berpikir yang dibentukoleh struktur kalimat tersebut,kedalam elemen-elemennya dankemudian menyusun kembalikalimat-kalimat tersebut denganmengintegrasikan merekakedalam struktur kalimat dancara berpikir orang Jerman.Tugas ini memang berat untukdilaksanakan karena kitaberhubungan dengan suatu“makhluk” yang mudah berubahdan mencair, halus dan lembut,penuh nuansa seperti puisi.Apakah pekerjaan ini tidak akanmengalami kegagalan? Apakah iaperlu dicoba?Sebelum saya, banyak oranglain yang telah mencobamelakukan penerjemahandengan pertanyaan-pertanyaanyang sama di benaknya. Janganlupa bahwa Rabindranath<strong>Tagore</strong> menjadi terkenal di duniainternasional dengan sebuahbuku kecil berisi puisi-puisi danprosanya dalam bahasa Inggris,Gitanjali, yang merupakan hasilpenerjemahannya sendiri daribahasa aslinya, bahasa Bengali.Dewasa ini, kita - termasuksaya sendiri - lebih senangmembaca Gitanjali dalambahasa Inggris sebagai sebuahkarya sentimental. Dibandingteks aslinya, jelas dia tak dapatmengekspresikan kehalusan dannilai spritual pada teks aslinya.Begitu juga, Gitanjali dalamKiri: “Study in Face” oleh <strong>Tagore</strong>bahasa Inggris telah menggugahhati nurani masyarakat Eropamengenai suatu pengalamanyang sampai kini masih belumdiketahui mereka, yaknipernyataan-pernyataan tentangsentimen-sentimen keagamaansecara langsung dan gamblang.Bagi masyarakat Eropa semakinsulit rasanya untuk bicara tentangperasaan-perasaan kegamaansecara normatif, tanpa kamuflase.Mereka merasa kurang enakdan cangung membicarakannya,seolah-olah membuka pakaiandidepan orang banyak. Halini telah menjadi sebuah trendyang semakin kuat sejak zamanGitanjali. Kata-kata “God”(Tuhan) dan “Lord” (Tuhan)tidak dapat diterjemahkanbegitu saja tanpa menjelaskanperbedaan keduanya untukmenghilangkan keragu-raguan.Dengan demikian semakinbanyak orang Eropa mempelajariagama-agama Ketimuran untukdapat mengekspresikan emosiemosispritual mereka yangsederhana. Dalam konteks ini,<strong>Tagore</strong> telah menjadi sebuahalat berdaya berat untukmeliberalisasikan sentimensentimenkeagamaan di Jerman.Karena itu, penerjemahanpenerjemahanyang dilakukandari teks bahasa Inggrisnyasudah cukup. Dan yang lebihpenting lagi, dalam konteks ini,puisi-puisi Gitanjali ini lebihbanyak dilihat sebagai alat ataukenderaan untuk menyampaikanemosi-emosi keagamaan daripada sebuah karya sastra.Tujuan serupa ini telah dipenuhioleh puisi-puisi <strong>Tagore</strong> sampaisekarang di Jerman. Kita tidakperlu kaget bila menemukanatau mendengar beberapa baitkarya <strong>Tagore</strong> dikutip dalamsebuah kuliah atau sebuahtulisan. Bersama figur-figurseperti Khalil Gibran, MahatmaGandhi, Buddha, Rabindranath<strong>Tagore</strong> telah memasok kitadengan buah-buah pikiranyang takkan terlupakan untukmembuktikan kepada parapembaca Eropa bahwa pemikirpemikirdan sastrawan-sastrawanketimuran telah membawasebuah pesan yang dapatdimengerti oleh semua orang.Namun, Rabindranath <strong>Tagore</strong>lebih dari hanya sekedar emosiemosikeagamaan murni sepertiyang tersirat dalam puisi-puisiGitanjali. Bukankah <strong>Tagore</strong>seorang tokoh sastra dunia dantidak patutkah ia dilihat dengangambaran serupa itu? Saya telahmencoba memproyeksikannyasebagai seorang tokoh sejajardengan tokoh-tokoh sastranasional di negara-negara lain.Saya melihatnya sebagai salahseorang universalis-universalisterakhir diantara mereka. Semogaterjemahan-terjemahan daribahasa Bengali ke bahasa-bahasaEropa muncul semakin lebihbanyak lagi untuk membuktikanhal ini. Dan semoga terjemahanterjemahanini dapat memberikankesejukan dan kegairahankepada para pembacanya sepertipara pembaca Bengali sendiri.◆Penulis adalah seorang penulis Jermanterkenal yang sering menerjemahkankarya-karya <strong>Tagore</strong>.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 74 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 75


<strong>Tagore</strong> dan Swadeshi SamajPerdebatan Mengenai NasionalismeBIKASH CHAKRAVARTYPengarang Lagu Kebangsaan India ini sangat gamblangdalam menyuarakan pandangan-pandangannyamengenai nasionalisme. Nationalisme dan nation-states(negara-negara bangsa) baginya seolah-olah sebuahbahaya besar, sebuah ‘monster geografis’.Kini telah diketahui secaraluas bahwa setelahketerlibatan awalnya dalamgerakan Swadeshi yang berkisarsekitar partisi atau pemekaranBengala pada tahun 1905,Rabindranath secara bertahapmenjauh dari mainstream politiknasionalis sekitar tahun 1907.Tetapi, pandangan yang salahbahwa kekecewaan terhadapsituasi politik kontemporertelah mendorong sang Pujanggauntuk mengasingkan diri keSantiniketan dari tahun 1907dan seterusnya didasarkan kepadafakta-fakta. Tidak pernahsebelumnya sang penyair menulisbegitu banyak mengenai isu-isupublik yang sedang menghangat:isu-isu mengenai patriotisme,ketidak lejitimetan nasionalisme,pemisahan soal-soal politikdari urusan kemasyarakatdan moral, dan penegakankebenaran dan atmashakti(secara harfiah berarti, ‘kekuatanyang ada dalam diri seseorang’)sebagaimana yang dilakukannyapada periode ini.Periode ini mencakupserangkaian kuliah-kuliah hangatyang diberikan sang penyair diJepang dan Amerika pada tahunpada 1916-17 tentang kultusnasionalisme, yang kemudiandihimpun dalam sebuah bukuberjudul Nationalism (1917:97),dimana dia mempertanyakansemua bentuk nasionalismeBarat, karena nationalisme dannation-states atau negara-negarabangsa baginya seolah-olahsebuah bahaya besar, sebuah‘monster geografis’. Pengaranglagu kebangsaan India ini kinilantang dalam menyuarakanpandangan-pandangannya.Dia tidak ingin negerinyaterperangkap dalam sebuahsituasi dimana ide nation-stateakan mengungguli masyarakatdan peradaban India.Dikatakannya: “Masalah riilkita di India bukanlah masalahpolitik, tetapi sosial. Kondisiini tidak saja berlaku di India,<strong>Tagore</strong> dan Priyanath Sentetapi diantara semua bangsa.Saya tidak percaya kepadakepentingan politik secaraekslusif” (Nationalism in India,1916).Gagasan ini berawal pada tahun1901 ketika <strong>Tagore</strong> menulis duabuah artikel secara berturutturut(keduanya dimuat dalamBangadarshan) mengenai idebangsa: “Nation ki” (Rabindra-Rachanabali 3:515-19), atau‘Apakah nasionalisme itu?’,mengutip sebagian besar pikiranpikiranpemikir Perancis, ErnestRenan (1823-1892), dan tulisankedua mengenai MasyarakatIndia, “Bharatbarshiya Samaj”.<strong>Tagore</strong> menyimpulkan dalamtulisan pertama bahwa bahasa,kepentingan material, persatuanagama atau batas-batas geografis– tidak satupun dari semua inimenjadi syarat utama untukmenciptakan bangsa barat. Bagi<strong>Tagore</strong>, bangsa adalah sebuahkonsep mental. Dalam tulisanberikutnya, dia membedakanantara pikiran tentang bangsa(idea of nation) di barat danpikiran tentang masyarakat(idea of society) dalam sejarahIndia. Dikatakannya: “Apayang harus kita pahami adalahbahwa society atau communitysangat tinggi kedudukannya diIndia. Di negara-negara lain,nations (bangsa-bangsa) telahmelindungi diri mereka dariberbagai revolusi untuk dapatbertahan hidup. Di negeri kita,masyarakat (society) mampubertahan dalam menghadapiberbagai kegoncangankegoncangansejak sediakala”(Tr; Rabindra-Rachanabali3:522)Tiga tahun kemudian <strong>Tagore</strong>mengembangkan pikiranpikirannyaini dengan lebihmendetail dalam sebuah paperberjudul “Swadeshi Samaj”(1904), atau ‘Masyarakat Swa-Sembada’ atau ‘Self-sufficientSociety’. Disini, kita mulaimenyadari bahwa <strong>Tagore</strong>mengetengahkan isu-isu yangsangat penting: sosial, politikdan moral. <strong>Tagore</strong> mengatakanbahwa dalam sejarah peradabanbarat, kehidupan rakyat diaturoleh kekuatan negara, sepertipada masyarakat Yunanidan Romawi kuno dan jugadalam zaman Eropa modern.Tetapi di Timur, di Cina danIndia misalnya, masyarakat(society) dan bukan negara(state) merupakan badan yangmenentukannya.Kedua, <strong>Tagore</strong> dengan tegasmenyatakan bahwa lokusINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 76 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 77


peradaban India harus dicari didesa-desanya. Di zaman Indiakuno, desa bukan merupakantempat tinggal semata. Tetapijuga menjadi pusat nilai-nilaidasar kebudayaan India.Desa hampir seratus persendapat memenuhi kebutuhankebutuhandasarnya: kesehatan,pangan, pendidikan, rekreasidan kreativitas. Jadi, desa diIndia dapat berfungsi secaraindependen, tanpa bantuan apapun dari negara. Desa semacaminilah yang sudah hilang darikita.Ketika, <strong>Tagore</strong> berdalih bahwakehebatan peradaban Indiaseperti terlihat dalam kehidupanmasyarakat desa terletakdalam ‘kemampuannya untukmenyelaraskan yang tidak sama’.Hal ini diterangkannya secaralebih rinci dalam ‘Bharatbarsheltihaser Dhara’, atau ‘JalannyaSejarah di India’ (Prabasi,1319 B.S., Baishakh: 423-451),dan dalam tulisan-tulisannyayang lain, dimana menurutnyabahwa sejarah India telahmencapai sebuah sintesa yangideal dari berbagai unsur yangberbeda pada semua tingkatpengalaman manusia (inimerupakan sebuah proses yangberkelanjutan dalam rekonsiliasikontradiksi-kontradiksi, tulisnya).Jadi, gagasannya tentangpembangunan bangsa (nationbuilding)harus dipahami darisudut pandang inklusi bukaneksklusi.Secara implisit keyakinan teguh<strong>Tagore</strong> dalam isu-isu ini adalahbahwa desa merupakan pusatkebudayaan di India dan halini telah hilang dari kita dalamperjalanan masa, sehingga perludibangkitkan dan digalakkankembali. Hanya ini saja yangdapat menuntun kita kepadakemerdekaan. Mengikutipendapat Mahatma Gandhi(1869-1948), dia mengatakanhal ini harus dilakukan melaluikomitmen penuh untukmemupuk rasa cinta danbertetangga, penahanan diridan pengorbanan, menolongdiri sendiri dan kerja keras,yakni melalui penyelenggaraanatmashakti secara utuh. Akantetapi, walaupun <strong>Tagore</strong> tidakmendukung peranan teknologimodern dalam pembangunandesa, dia tidak menerima logikadibalik pembentukan demokrasiliberal seperti terlihat dari sebuahanggaran dasar yang disusunnyasecara rinci untuk ‘SwadeshiSamaj’ dan dari permohonannyakepada rakyat untuk memilihseorang pemimpin untukorganisasi yang diusulkannya itu.Perlu dicatat bahwa “SwadeshiSamaj” (1904) yang diusulkan<strong>Tagore</strong>, dalam beberapa postulatdasarnya, mengantisipasi ideGandhi tentang ‘Swaraj’ yangdiusulkannya dalam Hind Swarajyang ditulis pada tahun 1909.Mengenai soal kemiskinan,penderitaan, penahanan diri danpengorbanan dan gagasannyatentang kehidupan desa, <strong>Tagore</strong>pada periode ini semakindekat kepada ide MahatmaGandhi tentang nation-building.Bagi kedua mereka, ‘Swaraj’dalam analisa akhirnya tidaklagi menjadi sebuah programpolitik, tetapi sebuah cara hidupalternatif. Tetapi perlu jugakita perhatikan perbedaannya.<strong>Tagore</strong> tidak percaya kepada‘enlightened anarchy’ sepertiyang dipercaya Gandhi (ThePenguin Gandhi Reader, NewDelhi, 1993:79). Itulah sebabnya<strong>Tagore</strong> tidak menolak konsepnegara dalam “Swadeshi Samaj”;dia hanya menolaknya sebagai‘the determining agency’ ataubadan penentu dalam kehidupanmasyarakat. Dengan katalain, bagi <strong>Tagore</strong>, negara danmasyarakat bukanlah salingbersaing, melainkan salingmelengkapi.Perbedaan antara pandanganpandangansang Pujanggadengan sang Mahatma melebardalam dasawarsa-dasawarsasesudah Perang Dunia Pertama.Perbedaan pendapat <strong>Tagore</strong>dari konsep ‘Swaraj’ Gandhipertama kali jelas terlihat dalamsebuah jawaban panjang sangPujangga kepada sang Mahatma.<strong>Tagore</strong> suatu ketika pernahberkata: “Pembangunan Swarajmelibatkan suatu kerangkateori yang elaborit, prosesnyasangat panjang dan berbelit.Dia memerlukan emosi danaspirasi tetapi juga memerlukanpenelitian yang empiris danpemikiran yang rasional. Dalammembangun bangsa, kitamemerlukan para ahli ekonomiuntuk mempraktekkan pikiranpikiranmereka, para insinyuruntuk menggunakan ketrampilanmereka dan para pendidik danilmuwan-ilmuwan politik untukmemainkan peranan masingmasing”(Terjemahan). Argumenini jelas statis, logikanyaberasal dari epistemologi dariEuropean Enlightenment karena<strong>Tagore</strong> tidak pernah menolakpentingnya negara, dan tidakpernah membantah warisanEuropean Enlightenment.Pada fase Gitanjali (1904 danseterusnya), <strong>Tagore</strong> tampaknyahampir tidak berkeberatanuntuk menghapus jurang antaranatural order (tatanan alamiah)dan moral order (tatananmoral) – sebuah postulat yangdipertahankan Gandhi selamahidupnya. Akan tetapi, padatahun 1920-an dan 30-an, <strong>Tagore</strong>seolah-olah telah merevisi sikapSpinozistiknya yang menerimapandangan tentang alasanpraktis (practical reason), yangmemisahkan moral order darinatural order.Bagaimana sebetulnya bentukgagasan <strong>Tagore</strong> mengenaiSwaraj? Pada dekade-dekadepasca-perang, dia semakinmelaju menuju konsepinternationalisme sebagai<strong>Tagore</strong> dengan Rashbehari Bose di Jepang, 1929basis sebuah bangsa sejati(true nation). Dia mengatakandalam sepucuk surat kepadaC.F. Andrews (1871-1940)pada bulan Mei 1921: “Sayamerasa bahwa India sejati(true India) adalah sebuahide dan bukan sebuah faktageografis semata…ide tentangIndia bertentangan dengankesadaran akan keterpisahanantara rakyat kita sendiri dariyang lain, yang mau tak maumengarah kepada konflik-konflikberkepanjangan. Oleh karena itusaya selalu berdoa: biarkan Indiamendukung kerjasama antarasemua rakyat di dunia. Semangatpenolakan mendapatkandukungannya dalam kesadaranakan keterpisahan, semangatpenerimaan dalam kesadaranakan persatuan”.Saya setuju bahwa ide <strong>Tagore</strong>mengenai Swaraj akhirnyamendekam dalam sebuahvisi tentang organisasirepresentasional demokrasiliberal yang hubungannyadengan kekuasaan negara(state power) minim dan tidakmenolak azas-azas rasionalitassaintifik dan teknologi yangdapat diterima (admissibletechnology). Tetapi organisasi iniharus dapat mengabdikan dirinyauntuk melaksanakan tugas beratmembangun desa sebagai pusatkebudayaan India. Sebagaimanatelah dikatakannya berkali-kali,kita harus memenangkan Swaraj‘bukan dari orang asing, tetapidari inersia kita sendiri, darisikap kita sendiri.’ Swaraj (‘selfgovernance’)– atau sebut sajaSwadeshi Samaj (‘Self-governedsociety’) – akan berfungsidengan inklusi dalam arti diaharus terbuka kepada dunia.Tidakkah Gandhi berbicaratentang visi yang sama (kecualimasalah negara dan masuknyateknologi) dalam sepucuk suratkepada Jawaharlal Nehru (1889-1964) pada tahun 1945? Surattersebut berkata: “Anda tidakakan mampu memahami sayajika anda berpikir bahwa bicaratentang desa-desa sekarang ini.Desa ideal saya masih eksishanya dalam imajinasi saya… Didesa impian saya ini orangnyatidak bodoh– dia penuhkesadaran … Lelaki dan wanitaakan hidup dalam kebebasan,siap untuk menghadapi seluruhdunia” (Raghaban lyer, ed., TheMoral and Political Writings ofMahatma Gandhi, New Delhi,1986: vol. I: 286).◆Penulis adalah seorang ilmuwan terkenaltentang <strong>Tagore</strong> dan telah menulis danmenyunting beberapa buku tentang sangPujangga. Dia juga mengajar sastra Inggrisdi Visva Bharati.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 78 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 79


Peranan Rabindranath DalamEmansipasi WanitaKATHLEEN M. O’CONNELLPeranan Rabindranath dalam liberalisasi wanita Bengali sangat pentingartinya. Awalnya, dia mengekspos nasib kaum perempuan dan membelapemberian otonomi kepada mereka melalui surat-surat, cerpen-cerpen, dantulisan-tulisannya. Melalui novel-novelnya, dia mampu membangun modelmodelbaru dan vital bagi peranan perempuan untuk menciptakan sebuahgenerasi baru perempuan Bengali. Dalam perkembangan berikutnya, melaluiaksinya menerima perempuan untuk menempuh pendidikan di sekolahnya diSantiniketan, dia menjadi seorang pelopor yang inovatif dalam coeducationatau pendidikan bersama.Keluarga <strong>Tagore</strong> diJorasanko memainkanperanan penting dalamhampir semua perubahansosial-kultural yang terjadi padaabad ke-19 di Bengala, tidakterkecuali emansipasi wanita.Dwarkanath <strong>Tagore</strong> (1794-1846), kakek Rabindranath,memelopori pendidikan wanitadan reformasi sosial mengenaiwanita sejak 1842, setelahkembali dari kunjungan keEropa. Ayah Rabindranath,Devendranath (1817-1905),meskipun dia konservatif,didukung oleh sekolah Bethuneuntuk pendidikan wanita,dan mengizinkan anak-anakperempuan dan anggota-anggotaperempuan lain dari keluarganyamengikuti berbagai bentukpendidikan dan kegiatankegiatansosial. Peranan yangpaling cemerlang dimainkanTulisan ini memamerkan lukisan-lukisan<strong>Tagore</strong>.oleh saudara Rabindranath,Satyendranath (1842-1923),dalam meliberalkan wanita. IsteriSatyendranath, Gnanadanandini(1851-1941) menjadi seorangrole model tentang bagaimanaseharusnya perilaku seorangwanita modern. Gnanadanandinitidak saja merancang ulang corakpakaian wanita Bengali agar lebihcocok untuk bepergian keluarrumah, dia juga menyumbangkantulisan-tulisan tentang reformasipendidikan dan sosial perempuandi beberapa majalah danberkunjung ke Inggris dengantiga orang anaknya tanpa disertaioleh suaminya. Jadi, Rabindranathtumbuh dan berkembang dalamsebuah rumah tangga dimananorma-norma mengenai wanitaterus berubah dengan cepat.Kunjungan pertama Rabindranathke Inggris dilakukan padatahun 1878, pada usia 17, danbeberapa komentar awalnyaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 81


tentang perlunya kebebasan bagiwanita Bengali disampaikannyadalam serangkaian surat-suratyang ditulisnya kepadakeluarganya. Setelah menghadirisebuah pesta dimana lelaki danwanita Inggris bebas bergaul,<strong>Tagore</strong> menulis sepucuk suratyang memperbandingkankebebasan lelaki dan wanita diInggris dengan pengisolasianwanita-wanita Bengali, yangtertutup dengan purdah danterpisah dari dunia luar. TulisRabindranath:Adalah wajar jika lelaki dan wanitasama-sama ingin mencari hiburan.Wanita adalah bagian dari rasmanusia dan Tuhan menciptakanmereka sebagai bagian darimasyarakat. Menganggap mencarihiburan melalui pergaulan antarasesama manusia adalah sebuahdosa besar, tidak sosiabel dansebagi sebuah masalah sensasionalbukan saja abnormal, tidakbermasyarakat, dan karenanyadapat dianggap tidak beradab.Kaum lelaki dapat menikmatisegala macam hiburan di dunialuar, sementara wanita sangatterkungkung dan terikat di rumahrumahmereka (Rabindranath<strong>Tagore</strong>, Letters from a Sojourner inEurope, ed. Supriya Roy, Visva-Bharati, 2008: 88).Menjawab kritikan terhadapsuratnya ini, yang dimuatdalam Bharati, yang padawaktu itu diedit oleh kakaknyaDwijendranath (1840-1926), diamenulis:Redakturnya mengatakan bahwamenyuruh wanita memakai purdahbukanlah mencerminkan sifat priayang mementingkan dirinya sendiri,tetapi merupakan tuntutan alamiahdari tugas-tugas wanita dalammengurus rumah tangga mereka.Ini merupakan dalih lama yangdikemukakan oleh orang-orangyang menentang kebebasan wanita(women lib); tetapi saya rasatidak perlu dikemukakan bahwamenganggap kebiasaan memakaipurdah lumrah di dalam rumahmereka sendiri sepanjang hidupmereka, dan memutus semuakontak dengan dunia luar adalahsangat tidak normal. (ibid, h.100).Sekembalinya ke India, <strong>Tagore</strong>diserahi tanggung jawab untukmengurus tanah milik keluargadi Bengala Timur. Disana, untukpertama kalinya, Rabindranathmenyaksikan langsung keadaanmasyarakat pedesaan danpenderitaan-penderitaanmereka pada umumnya danwanita pedesaan khususnya.Pada periode inilah dia banyakmenulis cerita pendek untukmenggambarkan nasib anak-anakyatim dan para janda sepertiRatan dalam ‘Postmaster’ danKusum dalam ‘Ghater Katha’atau keburukan-keburukan sistimdowry dan anak-anak yangtelah menjadi isteri sebagaimanatergambar dalam perlakuanjelek terhadap Nirupama dalam‘Dena Paona’ (‘Untung danRugi’), serta tindakan-tindakanrepresif terhadap wanita yangbersekolah yang digambarkanmelalui karakter Uma dalamKhata (‘Buku Latihan’). Cerpenpaling radikal dari Rabindranath‘Strirpatra’ (‘Surat SeorangIsteri) terbit belakangan. Disinidigambarkan perubahankarakter wanita utamanyaMrinal – seorang wanita berkastatinggi, dari seorang isteri yangsubmisif (suka menyerah)menjadi seorang individual yangotonomis. Mrinal memilih hidupterpisah dari keluarga besarsuaminya karena dia pernahmenyaksikan tekanan-tekananyang diperlakukan terhadapseorang anggota keluargaperempuan dalam keluargaitu. Harus dicatat bahwaRabindranath juga mendorongpara penulis perempuan, dankarena dorongan ini, tulisantulisanfeminis Sarat KumariChaudhurani (1861-1920) dimuatdalam jurnal-jurnal sepertiSadhana dan Bharati.Ketika Rabindranath memulaisekolah-sekolahnya diSantinketan pada tahun 1901,dia sebetulnya menginginkanuntuk menerima muridmuridperempuan juga,tetapi keinginannya terbuktitidak praktis sampai tahun1909, ketika citra tradisionalBrahmacharyashram terpukullagi karena menerima seorangperempuan sebagai muridnya.1Enam orang wanita pertama– yang telah punya ikatandengan ashram – diakomodasidi salah satu asrama mereka,dimana mereka diasuh olehibu Ajit Chakravarti dan isteriMohit Chandra Sen, Susheela.Eksperimen ini dianggap begituradikal karena keenam orangmurid perempuan ini tidakbelajar di kelas-kelas terpisah,tetapi dalam kelas yang sama,olah raga yang sama dan mandir(kuil) yang sama dengan muridlaki-laki. Dorongan selanjutnya1 P.K. Mukhopadhyay dan HimangshuMukherjee keduanya menyatakan pembukaansekolah perempuan pada tahun 1908, namunAmita Sen, yang tinggal di ashram dalamperiode tersebut, menyatakan tahun 1909.untuk program kaum wanitadatang ketika Rathindranathdinikahkan dengan Pratima Devi(1863-1969) pada tahun 1910,dan Pratima mulai memainkanperanan penting dalam kegiatankegiatanasrama, khususnyadalam drama dan seni.Rabindranath terus melakukaneksplorasi dengan psycheperempuan dalam tulisantulisannya.Penerbitan novelnyaGora penting artinya dilihatdari peranan karakter-karakterwanitanya dan bagaimanamereka berinteraksi denganmasyarakat sekeliling. Karakterkarakterseperti Lolita, Sucharitadan Anandamoyi ditonjolkandalam proses pembentukanidentitas-identitas baru danotonomi personal dengan caracarabaru yang mereka ciptakanuntuk berinteraksi dengankaum lelaki dan masyarakat.Pengembangan karakter-karakterpenting seperti ini memberisinyal tentang pentingnya suatuidentitas baru yang diupayakanRabindrana th untuk para muridperempuannya di Santiniket an.Karakter-karakter dalam novelini berusaha merubah peranperanstereotip karena faktorjenis kelamin, kasta dan rasmenjadi orang-orang yang mauberpartisipasi dalam suatu visisosial yang lebih luas, menjadirole model bagi generasi baruwanita Bengali.Dalam tulisan-tulisannyamengenai pendidikan,Rabindranath juga mulai denganisu pendidikan bagi kaum wanita.Tulisannya berjudul Strishiksha(‘Pendidikan Wanita’), yang padaawalnya dimuat dalam jurnalSabuj Patra dan kemudianditerjemahkan kedalam bahasaInggris dengan judul ‘TheEducation of Women’ padabulan Agustus 1915, menyatakandengan tegas bahwa pendidikanitu harus ada mutunya.Apapun yang harus kita ketahuiadalah pengetahuan. Pengetahuanharus sama-sama dimiliki olehINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 82 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 83


lelaki dan perempuan – bukanuntuk kepentingan kegunaanpraktikalnya, tetapi untuk diketahui…keinginan untuk tahu adalahhukum sifat manusia (the law ofhuman nature). (Shiksha, 1351, B.S.ed, vol I, 181).Tetapi, ini bukan berarti bahwatidak ada pembedaan dalampendidikan.Pengetahuan mempunyai dua sisiyang berbeda: satu, pengetahuanmurni, (pure knowledge), yanglain, pengetahuan yang adanilai kegunaannya (utilitarianknowledge). Di bidangpengetahuan murni, tidak adapembedaan antara pria dan wanita;pembedaan baru ada di bidangkegunaan praktis (practical utility).Wanita harus mencari pengetahuanmurni untuk menjadi makhluk yangmatang, dan utilitarian knowledgeuntuk menjadi wanita sejati (ibid,p.183).Karena Santiniketan terusmengembangkan diri dengantujuan untuk menerimamurid-murid perempuanmensejahterakan pendudukpedesaan, diperlukan inovasiinovasidi bidang kurikulum.Hal ini diselenggarakan melaluikegiatan-kegiatan ekstra-kurikulerseperti pementasan dramaLakshmir Puja pada tahun 1910yang dipersembahkan olehmurid-murid perempuan. <strong>Tagore</strong>mendatangkan guru-guru tari dariBenares untuk melatih gadisgadisini dan ketika guru-gurutari tersebut telah kembali keBenares, dia sendirilah yangmengajar mereka.Dengan pendirian perguruanVisva-Bharati, sebuah asramayang dikenal dengan nama‘Nari-Bhavan’ mulai menerimamurid-murid perempuan dariIndia dan luar negeri. Muridmuridperempuan ikut dalamsemua jurusan akademis denganmata-mata kuliah yang samadengan siswa-siswa lelaki.Sebagai tambahan, siswasiswaperempuan juga diberipelajaran-pelajaran memasak danpekerjaan di dapur dari seorangperawat Amerika, GretchenGreen, yang diperbantukankepada Sriniketan. Disampingkegiatan-kegiatan sosial dankebudayaan secara umum,siswa-siswa wanita membentukklab-klab dan organisasimereka sendiri. Rabindranathmendukung pendidikan holistik,dan mendorong anak-anakperempuan yang menjadisiswanya juga ikut dalampendidikan jasmani. Mereka aktifdalam permainan-permainan(games), olahraga, wisata danekskursi, dan bahkan dalamcabang-cabang olah raga beladiri seperti lathi play (silatdengan tongkat) dan ju-jitsu.Di Sriniketan, Dhirananda Roy(1902-1971), seorang mantanmurid, membentuk sebuahorganisasi kepramukaan dengannama Brati-Balakas/Brati-Balikas(secara harfiah berarti anakanaklelaki dan perempuanyang telah mengucapkansumpah). Para anggotanya ikutmembantu dalam pengembanganketrampilan anak-anak desadalam berbagai kegiatan danmenghilangkan caste prejudices(rasa sombong atau rendah dirikarena kasta) melalui partisipasikelompok.Jadi kita dapat menyimpulkanbahwa peranan Rabindranathdalam emansipasi kaum wanitaBengala sangat penting. Padaawalnya dia mengekspos nasibkaum wanita dan mendukungotonomi mereka melaluisurat-surat, cerpen-cerpendan tulisan-tulisannya. Melaluinovel-novelnya, dia mampumembentuk female role modelsyang baru dan penting artinyauntuk menciptakan sebuahgenerasi baru kaum perempuanBengala. Dalam perkembanganselanjutnya, karena langkahnyauntuk menerima murid-muridperempuan untuk belajar disekolahnya di Santiniketan, diamenjadi seorang pelopor yanginovatif dalam ko-edukasi ataupendidikan bersama (lelakidan perempuan). Belum puasdengan meniru model-modelpendidikan yang sudah ada,<strong>Tagore</strong> berinisiatif untukmenciptakan sebuah modelbelajar alternatif yang didasarkankepada pendidikan kepribadianseutuhnya untuk lelaki danperempuan. Memang sulit untukmeng-overestimate perubahansosial yang telah terjadi melaluitulisan-tulisan Rabindranathdan dorongannya kepada kaumperempuan untuk berpartisipasidalam kegiatan-kegiatanakademis, olahraga, seni tari danpengekspresian diri secara kreatif.◆Penulis aalah dosen pada jurusan AsiaSelatan di New College, University ofToronto, Canada. Penelitian-penelitiannyaantaranya adalah tentang Rabindranath<strong>Tagore</strong>, Satyajit Ray; dan sejarahkesusasteraan dan kebudayaan Bengala.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 84 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 85


<strong>Tagore</strong> danPembangunan DesaUMA DASGUPTA“Jika kita bisa membebaskan walaupun hanya satudesa dari belenggu ketidakberdayaan dan kebodohan,maka akan terciptalah sebuah kondisi yang ideal bagiseluruh India… Biarkan beberapa desa dibangundengan cara seperti ini, dan aku akan berkata merekaadalah Indiaku.”– <strong>Tagore</strong>Tidak banyak yang membayangkan bahwa penyair Rabindranath<strong>Tagore</strong> giat bekerja untuk membangun desa-desa di sekitarsekolahnya dan Universitas Visva-Bharati di Santiniketan dipedesaan Bengala selatan. Dia mendirikan sekolah Santiniketanpada tahun 1901 dan universitas Visva-Bharati pada tahun 1921.Disamping Visva-Bharati sebuah institut pembangunan desa didirikanpada tahun 1922 dengan nama Sriniketan. Upaya untuk membangun<strong>Tagore</strong> dengan Leonard Elmhirstdesa ini merupakan upayaperintis untuk membangun desayang selama ini terabaikan.Keinginan ini timbul dalamdiri <strong>Tagore</strong> ketika dia pertamakali pergi untuk tinggal diperkebunan keluarganya diBengala Timur sebagai managerperkebunan pada tahun 1890-an.Ini adalah pertama kalinya diamelibatkan diri di pedesaan.Pada waktu ia berusia tigapuluh tahun, dan telah menjadiseorang penyair ternama, dansampai waktu itu tetap tinggaldi Calcutta. Sebagai managerperkebunan dia tinggal diSilaidah, distrik Nadia, di tepisungai besar Padma, danpekerjaannya sebagai zamindaratau tuan tanah ada tercatatdalam Lembaran Desa padawaktu itu. Pengalamannya diPertanian tua Sriniketanpedesaan ini sangat pentingartinya dalam perubahan dirinyamenjadi seorang humanist danseorang yang cepat bertindak.Dia menulis:Selama tinggal di desa, saya selaluberusaha untuk mengetahui sampaike hal yang sekecil-kecilnya.Kebutuhan-kebutuhan pekerjaansaya telah memaksa saya untukmenempuh jarak-jarak yang jauhdari desa ke desa, dari Silaidah kePatisar, melalui sungai-sungai, besardan kecil, dan melalui payau-payaudan dengan cara seperti ini sayabisa menyaksikan semua sisikehidupan desa. Saya ingin sekalimemahami pekerjaan sehari-hariorang-orang desa dan berbagairona kehidupan mereka … Secaraberangsur-angsur kepedihan dankemiskinan yang diderita olehpenduduk desa menjadi jelas bagisaya, dan saya mulai tidak sabaruntuk dapat melakukan sesuatudemi membantu mereka. Adalahsuatu hal yang memalukan bahwasaya menghabiskan hari-hari sayasebagai tuan tanah, hanya pedulidengan urusan mencari duit danmenghitung laba rugi (<strong>Tagore</strong>, ‘TheHistory and Ideals of Sriniketan’,The Modern Review, Calcutta,November 1941:.433).Sebagai seorang yang pragmatisdia tahu bahwa tidak banyakyang dapat dilakukannya dengansumber keuangannya yangsangat tipis sebagai seorangindividual melihat besarnyakebutuhan-kebutuhan. Tetapidia bertekad untuk sekurangkurangnyamemulai sesuatu. Diamempunyai dua tujuan: mendidikorang desa agar bisa mandiridan mengembalikan kehidupandesa ‘secara utuh’, dengan ‘musikdan buku-buku bacaan dariepos-epos dari zaman silam’.Dia menyatakan akan merasaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 86 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 87


puas jika hal itu dapat dilakukansecara realistis hanya di ‘satu ataudesa’. Dia menulis:Jika kita bisa membebaskanwalaupun satu desa dari belengguketidak berdayaan dan kebodohan,suatu keadaan yang ideal bagiseluruh India akan tercipta …Biarkan beberapa desa dibangundengan cara ini, dan aku akanmengatakan mereka adalahIndiaku. Begitulah caranya untukmenemukan India sejati. – (<strong>Tagore</strong>,‘City and Village’, di TowardsUniversal Man, Reprint, Bombay:Asia Publishing House, 1967,p.322).Kehidupan masyarakatdi pedesaan India terlihatmengalami perubahan untukpertama kali dengan munculnyakelas-kelas profesionaldiantara kaum elit India yangberpendidikan Inggris. Kotamulai menarik orang-orangIndia dari desa-desa. Merekamenyerahkan begitu saja urusandesa kepada pemerintah (Inggris)sehingga kaum profesional inimelepaskan tanggung jawabtradisional mereka kepadamasyarakat. Hasilnya terciptalahjurang yang lebar antara kotadan desa. <strong>Tagore</strong> berusahamenjembatani jurang ini melaluieksperimennya di Sriniketandengan menggabungkan sainsdengan tradisi. Dia tahu bahwasebuah peradaban yang terdirihanya dari satu desa tidak bisabertahan. ‘Rustic’ adalah sinonimuntuk ‘mind’s narrowness’(kepicikan pikiran), tulisnya.Dalam zaman modern kotatelah menjadi gudang ilmuilmubaru. Dengan demikianpenting sekali bagi desa untukbekerjasama dengan kota untukmengakses ilmu-ilmu barutersebut.Salah satu keahlian penting ituadalah di bidang pertanian.Studinya mengenai ‘negaranegarapertanian lainnya’memperlihatkan kepadanyabahwa lahan di negara-negaratersebut dapat diolah sedemikianrupa untuk menghasilkandua atau tiga kali denganbantuan sains. Di Sriniketan,seperti halnya di perkebunankeluarganya sebelumnya, diaberusaha untuk memperkenalkanteknik-teknik terakhir di Baratuntuk meningkatkan produksipertanian. Pada tahun 1906 diamengirim putranya Rathindranathdan menantunya NagendranathGanguli (1889-1954) danseorang putra temannya,Santosh Chandra Majumdar(1886-1926), ke University ofIllinois di Urbana, USA, untukmempelajari bidang pertaniandan peternakan susu agarmereka dapat membawa pulangke India cara-cara pertanianmodern. Mereka kembali dengangelar-gelar kesarjanaan padatahun 1909-10 dan mengabdikandiri untuk ikut menggalakkanprogram Sriniketan untukmembangunan desa. <strong>Tagore</strong>menulis:Jika kita dapat memiliki sainsyang dapat memberikan kekuatankepada zaman ini, kita bisamenang, kita bisa hidup.Program Sriniketan adalahuntuk mengorganisir desa-desaagar mereka dapat memenuhikebutuhan mereka sendirimelalui koperasi. <strong>Tagore</strong> percayabahwa rakyat desa, apabila telahdilatih mandiri, dapat mendirikandan memelihara sekolah-sekolah,lumbung-lumbung pangan,bank-bank dan toko-tokokoperasi mereka sendiri. Diaberharap agar ikatan koperasitersebut akan mendatangkanpersatuan kepada rakyat danmembebaskan mereka dariketergantungan kepada kota danpemerintah. Dia menyatakanbahwa orang-orang India harusbersatu demi pembangunanbangsa. Ini adalah salah satupilar yang membuat dia bersilangpendapat dengan GerakanNasional dalam hal swadeshidan swaraj. Dia memilih‘constructive swadeshi’ sebagaijalan yang lebih urgent dariswaraj.Perubahan seperti itulahyang diharapkannya dapatditerapkan di sebuah desadi India. Dengan perubahan,yang dimaksudnya adalah,pertama, perubahan sikap.Dalam membangun masyarakat,orang-orang India yang tinggaldi kota harus memberikanrasa hormatnya kepada desadengan menyumbangkankeahlian mereka. Pemikiran inidirefleksikan dalam pendidikangaya baru dan alternatif dalambentuk Visva-Bharati Universitydengan menggabungkanpengetahuan yang diperdapatdi ruang kelas dengan kegiatankegiatandan pengalaman praktisyang diperoleh dari luar kelas.<strong>Tagore</strong> berharap agar ini setidaktidaknyadapat menjadi sebuahidealisme bagi India secarakeseluruhan.Jika kita mengambil berdikarisebagai dasar pemikiranprogram pembangunan desa<strong>Tagore</strong>, gampang sekali untukmembedakan upaya yangdilakukan di Sriniketan daripemikiran kaum nasionalisdan ekonomis pada zamannya.<strong>Tagore</strong> memilih untuk bekerjalangsung dengan para petaniwalaupun skalanya terbatasdengan hanya satu atau duadesa saja. Dia mengecamKongres Nasional Indiakarena tidak punya program‘konstruktif’ walaupun hanyadengan kepedulian terhadapmasalah petani. <strong>Tagore</strong> berdalihbahwa Kongres Nasionalhanya berkoar-koar di bidangpolitik dan menuntut pekerjaanbagi orang-orang India dipemerintahan. Pada 1910 diamenulis surat untuk menyatakankekecewaannya terhadap kaumSebuah kelas di udara terbuka di Sriniketannasionalis kepada anaknyaRathindranath yang pada waktusedang dipersiapkan untukbekerja didesa:Suatu rasa kekecewaan yangmendalam kini menghantuikehidupan pedesaan di seluruhnegeri kita. Slogan-slogan besarseperti home rule, otonomi danlain sebagainya bagi saya hanyaterlihat sebagai pernyataanpernyataanedan dan saya merasamalu walaupun hanya untukmengatakannya.– (<strong>Tagore</strong> to Rathindranath, 7 April1910, Bengali Letters, File: <strong>Tagore</strong>Rathindranath, Rabindra BhavanaArchives, Visva-Bharati University.Trs. Uma Das Gupta).Pada tahun 1910, ketika diamenulis surat itu, dia mencapaikesimpulan bahwa bekerjauntuk sebuah program ‘nasional’tidak akan ada manfaatnyaselama kaum elit India masihterbagi, selama masih adakonflik vested interests diantaramereka. Obatnya adalahmencari relawan-relawan mudaterdidik yang dengan sukarelamau mengabdikan diri denganhidup dan bekerja didesa tanpapublisitas dan pengumumanpengumumanlantang. Pekerjaanmereka adalah mengajakpenduduk desa untuk bergotongroyong membangun jalan-jalan,sekolah-sekolah, waduk-waduk,sanitasi, meningkatkan produksipertanian, dan juga menciptakanfolk music yang baru,kesemuanya ini ditujukan untukmenciptakan sebuah ‘tujuanbaru’ bagi kehidupan desa.<strong>Tagore</strong> mendaftarkan putra danmenantunya sebagai relawanrelawanmasa depan.Pada tahun 1912 dia membelidua puluh bigha tanah dengansebuah rumah yang berdiri diatastanah tersebut hanya dua mildari di sebelah barat Santiniketandi desa bernama Surul. Tempatini diberi nama Sriniketan danpenggarapannya dilaksanakanoleh Institute of RuralReconstruction atau LembagaPembangunan Desa dari tahun1922. Dalam masa dua puluhtahun berikutnya, penggarapanyang dilakukan lembaga inidiperluas menjadi dua puluhdua desa, yang dimulai darihanya ‘satu atau dua’ yang telahdisebutkan diatas.◆Penulis adalah seorang spesialis <strong>Tagore</strong> andLibrary & Information Sciences dan editorbanyak buku dan tulisan tentang <strong>Tagore</strong>.Dia juga pernah bekerja sebagai SpecialOfficer di Rabindra Bhavana, Visva-Bharati.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 88 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 89


TAGORE DAN ZAMANNYA:IDE TENTANG ASIASUGATA BOSEIde tentang Asia dan semangat universalisme Asia adalah produkdari zona-zona pemikiran kosmopolitan yang diciptakan olehperjalanan-perjalanan melalui Samudera Hindia. PengalamanRabindranath <strong>Tagore</strong> yang berhadapan langsung dengan kekuasaandan perkembangan kesenian di Jepang, Burma dan Cina mendorongnyauntuk meminta kepada seniman-seniman India agar melihat ke timurdemi mencari sesuatu yang baru.Sebuah transformasi yangbersejarah telah terjadi diawal awal abad ke duapuluh satu karena Asia telahmenemukan kembali posisiglobalnya yang hilang dipenghujung abad kedelapanbelas. Namun ide tentang Asiadan semangat universalismeAsia masih tetap hidup dandiartikulasikan pada periodedominasi penjajahan Eropa.Salah seorang eksponenpaling kreatif dari suaturasa-keAsiaan atau Asia-senseadalah Rabindranath <strong>Tagore</strong>(1861-1941) yang meraih HadiahNobel untuk Kesusasteraanpada tahun 1913. <strong>Tagore</strong>berkunjung ke Jepang, China,Asia Tenggara, Iran dan Iraqpada awal abad kedua puluhuntuk memperkuat hubunganantara sesama negara-negaraAsia.Dalam buku saya A HundredHorizons: The Indian Ocean inthe Age of Global Empire (2006;Cambridge) saya mengklaimbahwa ‘<strong>Tagore</strong> adalahseorang penganjur aspirasiuniversalis yang lantang, tetapiuniversalisme yang lain dariyang lain’. Klaim yang spesifikini merupakan bagian dariargumen bahwa sejarah moderndapat diinterpretasikan – tidakseluruhnya, tetapi secara sangatsubstansial – sebagai sebuahinteraksi antara universalismeganda dan saling bersaing. Yangterjajah tidak begitu saja akanmembangun tembok-tembokpertahanan disekitar pikiranmereka tentang perbedaankebudayaan. Mereka inginmenjadi pemain-pemaindalam zona-zona pemikirankosmopolitan dan inginmemberikan kontribusi untukmembentuk sebuah masa depanglobal.Lingkungan kebudayaanSwadeshi di India pada awalabad kedua puluh (‘Swadeshi’adalah gerakan politik untukmencapai swa-sembadaatau ‘Self-sufficiency’), tidakseluruhnya inward-looking;para pendukungnya inginmengadopsi inovasi-inovasidi berbagai belahan duniadan merasa nyaman beradadalam lingkaran-lingkarankonsentris yang semakinmelebar dari patriotismeBengala, nasionalisme India,universalisme Asia. Karenaingin merekonsiliasikan suatusense of nationality dengancommon humanity, merekatidak mau membiarkan batasbataskolonial mempersempitimajinasi-imajinasi mereka.Semangat universalisme Asiadibawa ke India oleh dua orangpemikir pada pergantian abad– Okakura Kakuzo (1862-1913)dan Sister Nivedita (1867-1911).Okakura mendapat pengaruhbesar pada tahun-tahun<strong>Tagore</strong> melawat ke Jepang (atas), Persia(kanan atas) dan Cina (kanan) pada awalabad ke dua puluh.awal pembentukannya daricendekiawan Harvard tentangkesenian Jepang, ErnestFrancisco Fenollosa (1853-1908) – Profesor Filosofi danEkonomi Politik di TokyoImperial University. Koleksilukisan-lukisan Jepang dan Cinatelah dikatalogkannya untukBoston Museum of Fine Arts.Ide Okakura yang memadukannasionalisme Jepang denganuniversalisme Asia menariksebagai sebuah model potensialbagi kaum intelektual danseniman-seniman India dari eraSwadeshi. Okakura pertamadatang ke India pada tahun1902 sehari sebelum penerbitanbukunya The Ideals of the East,yang kata pengantarnya ditulisoleh Sister Nivedita, kelahiranIrlandia, murid pendeta HinduSwami Vivekananda (1863-1902). Begitu Sister Niveditamemperkenalkan Okakurakepada keluarga <strong>Tagore</strong>,sebuah jembatan kebudayaanyang kokoh, terbentang antaraAsia Timur dan Asia Selatan,dan seniman-seniman JepangTaikan Yokoyama (1868-1958)dan Shunso Hishida (1874-1911) segera mengikuti jejakOkakura ke Calcutta. Denganmengamati Taikan yangsedang bekerja, Abanindranath<strong>Tagore</strong> (1871-1951) – pelukiskondang dari aliran Bengala– mempelajari wash techniqueJepang. Lukisan terkenalnyayang dikerjakan dengan teknikini bernama Bharatmata(Mother India, 1905) adalahsebuah contoh terkemuka.Inilah sebuah lukisannyayang lain, seorang pendetamenelusuri pegunungan denganmenunggang seekor kuda putihyang dikerjakan dengan teknikyang sama:Gaya lukis Jepang yang disebutbrush-and-ink (kuas dantinta) lebih banyak dikuasaioleh saudara Abanindranathdan keponakan Rabindranath- Gaganendranath <strong>Tagore</strong>(1867-1938). Lukisan karyabesar Nandalal Bose (1883-1966) berjudul Sati (1907),sebuah lukisan dengan temaasli India tentang pengorbanandiri seorang wanita, dikerjakandengan warna-warna dankontur sesuai dengan tekniklukisan Jepang.Pengalaman Rabindranath<strong>Tagore</strong> yang berhadapanINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 90 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 91


Bharatmata (Mother India), 1905 olehAbanindranath <strong>Tagore</strong>.langsung dengan kekuasaandan perkembangan keseniandi Jepang dalam kunjunganke negara tersebut pada tahun1916 mendorongnya untukmeminta kepada senimansenimanIndian agar melihatke timur demi mencari sesuatuyang baru dan meninggalkanidealisme Swadeshi. Diamenyeberangi Samudra Pasifikmenuju Amerika Serikat danmenyampaikan kuliah-kuliahyang mengeritik nasionalisme.Rombongan sang penyairdalam tour ke AS ini terdiri darikaum intelektual dan seniman.Mukul Dey (1895-1989) adalahseniman yang mengikutikunjungan Rabindranath keJepang pada tahun 1916; dankini giliran linguist Suniti KumarChattopadhyay (1890-1977)dan pelukis Surendranath Kar(1892-1970) untuk menemaninyake Asia Tenggara pada tahun1927.Dalam kunjungan tahun 1924ke Burma, Cina dan Jepang,dua orang yang menemani<strong>Tagore</strong> dari Santiniketanadalah Nandalal Bose,pelukis, dan KshitimohanSen (1880-1960), ahli bahasaSanskerta dan perbandinganagama. Dalam kunjungan ini<strong>Tagore</strong> menganjurkan interaksiyang lebih dekat lagi antarakebudayaan-kebudayaan Asia.Tersengat oleh diluluskannyaUndang-Undang Imigrasi Tahun1924 (kadang-kadang disebutsebagai Orientals ExclusionAct atau Undang-UndangPengekslusian Orang-OrangTimur) di Amerika Serikat,beberapa pengagum <strong>Tagore</strong>bahkan mendirikan sebuahAsosiasi Asia di Shanghai untukmemperkokoh solidaritasantara sesama orang Asia.Di Jepang Nandalal Bosemendapat kehormatan dijamuoleh teman <strong>Tagore</strong>, seorangseniman yang pernah datang keIndia bernama Taikan, dan diadiperkenalkan kepada karyakaryabesar dalam seni lukisJepang.Perkembangan-perkembangandi Asia Timur pada 1930-anmendatangkan kekecewaandengan ide universalismeAsia. Penyerbuan yangdilakukan Jepang terhadapCina pada tahun 1937Sati, 1907 oleh Nandalal Bose. (Courtesy: National Gallery of Modern Art, New Delhi)memperlihatkan bahwa Asiarawan terhadap perang karenafaktor nasionalisme sepertiyang terjadi di Eropa. Dalamedisi Oktober 1937, ModernReview memuat sebuah tulisanpanjang oleh Subhas ChandraBose berjudul ‘PerananJepang di Timur Jauh’. Dalambeberapa hal, tulisan tersebutmemberikan analisis yangsangat seimbang dan realististentang hubungan kekuatan diAsia Timur. Tetapi menjelangakhir tulisannya itu, Bose tidakragu menyatakan dimana letaksimpatinya. Jepang, akunya,telah “melakukan hal-hal besaruntuk dirinya dan untuk Asia”.Dia mengingatkan bagaimanaJepang telah menjadi mercusuarinspirasi untuk seluruh Asiapada awal abad kedua puluh.Dia mendukung sikap Jepangmelawan kekuatan imperialisBarat. Tetapi, dia bertanya,apakah tujuan Jepang tidak bisadicapai tanpa “imperialisme,tanpa mengoyak-ngoyakRepublik Cina, tanpamenghinakan sebuah ras lainyang punya rasa kebanggaan,kebudayaan tinggi sejak zamansilam? “Tidak,” jawabnya,“dengan segala kekagumankita kepada Jepang, dimanakekaguman serupa itu pantasdiberikan, seluruh jiwa kitatercurah kepada Cina dalammasa-masa penuh cobaan ini.”Dia lalu menarik beberapapelajaran etika untuk Indiadari konflik di Asia Timur itu.“Berdiri di pinggir sebuahera baru,” tulisnya, “semogaIndia dapat memenuhi sendiriaspirasi nasionalnya dalamsemua bidang – tetapi bukandengan mengorbankanbangsa-bangsa lain dan bukanmelalui pertumpahan darah danimperialisme.”Pada akhirnya kesenianJepang dapat memfasilitasibertahan hidupnya semangatuniversalisme Asia dari eraimperialisme nasionalistikJepang. Setelah Indiamemperoleh kemerdekaanpada tahun 1947, NandalalBose mulai secara diam-diamINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 92 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 93


mengangkat tema kehidupanpedesaan India dalam lukisanlukisannyadengan gaya sumieJepang.Ide tentang Asia dan semangatuniversalisme Asia adalahproduk zona-zona pemikirankosmopolitan yang diciptakanmelalui pelayaran menyeberangiSamudera Hindia. Ini tidakberarti bahwa benua dansamudera mempunyaihubungan yang bermusuhan,tetapi saling memberikankontur-kontur yang berbedadalam arena-arena inter-regionalyang digairahkan denganaliran ide-ide dan kebudayaan.Benoy Kumar Sarkar, dalamtulisannya di ModernReview pada tahun 1910-an,menekankan pentingnya baikjalur laut maupun jalan daratdalam menciptakan apa yangdisebutnya sebuah ‘Asia-sense’.Pada tahun 1920-an, parakontributor untuk majalah yangsama pada umumnya lebihterpikat kepada jalur laut yangtelah menyebarkan pengaruhpengaruhkebudayaan India keAsia Tenggara. Saya berusahauntuk membedakan antara duauniversalisme yang membentukpandangan-pandangan awalabad kedua puluh tentangsubyek ini.◆Penulis adalah Gardiner Professor ofHistory at Harvard University, USA. Cucudari Sarat Chandra Bose ini telah menulisbeberapa buku mengenai sejarah modernAsia Selatan di bidang ekonomi, sosial danpolitik.<strong>Tagore</strong> dengan para mahasiswa diKaruizawa, JepangINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 94 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 95


<strong>Tagore</strong>:Jembatan Emasantara Peradaban BesarIndia dan CinaTAN CHUNG<strong>Tagore</strong> berperan sebagai jembatan emas antara duaperadaban tua. Dia menerima dunia tanpa batas dimanasemua batasan-batasan, termasuk yang bersifat politis dangeografis, harus dihapus untuk menciptakan suatu umatmanusia yang bersatu. Dia menunjukkan bagaimanadengan mengikuti langkah-langkah Budhisme, batasanbatasantersebut dapat menjadi jalan menuju pershabatanyang langgeng dan sikap saling menghormati.“Batasan-batasan geografistelah kehilangan signifikansinyadalam dunia modern. Rakyatdunia telah semakin dekat satusama lain. Kita harus menyadariini dan memahami bahwakedekatan ini harus dibinadiatas cinta … Timur dan Baratharus bergandengan tangandalam mencari kebenaran.”Pengamatan diatas disampaikanoleh Rabindranath <strong>Tagore</strong>,yang ranah intelektualnyamencakup peradaban Sanskerta,kebudayaan Inggris, danfolklore Bengali disampingtradisi Islam dan kesusasteraanPersia. Juga ada dimensi Cinadalam pandangan universalnyasebagaimana yang dikatakannyaKiri: <strong>Tagore</strong> dengan Tan Yun Shan dankeluargadi Beijing pada tahun 1924:“Saya telah membaca terjemahanbeberapa buku anda tentangpuisi dan saya terpesona denganmutu kesusasteraan anda… Sayabelum pernah melihat hal yangsama dalam kesusasteraan lainyang saya ketahui.”Terinspirasi oleh kata-katadalam Weda “yatra visvambhavati ekanidam” (dimanaseluruh dunia bertemu di satutempat), <strong>Tagore</strong> menamakaninstitusi yang dibangunnya diSantiniketan tahun 1921 “Visva-Bharati”. Dalam sepucuk suratyang ditulisnya kepada penulisCina, Xu Dishan (Su Ti-shan),yang berkunjung ke Santiniketanbulan Desember 1920, <strong>Tagore</strong>sependapat dengan idealismenyaitu dan menambahkan: SemogaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 96 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 97


ilusi batasan-batasan geografissirna dari sekurang-kurangnyasatu tempat di India – semogaSantiniketan bisa menjadi tempattersebut.”Kicauan burung Cina terdengardari ashram <strong>Tagore</strong> “world-inone-nest”atau “dunia dalamsatu sangkar” pada tahun1921 ketika Professor SylvainLevi tiba dari Paris dan mulaimengajarkan bahasa Cinakepada Prabodh ChandraBagchi yang kemudian menjadiSinologis pertama India modern.Pada waktu itulah <strong>Tagore</strong>menulis di Sikshar Milan atauUnion of Cultures: “Ketika Budhamenyadari bahwa umat manusiaadalah sebuah sintesa besarpersatuan, pesannya diterimadi Cina sebagai seteguk air daripancuran keabadian.”<strong>Tagore</strong> menapaki kembalilangkah-langkah para pengikutBudha ke Cina pada tahun1924 dan menyatakan disana:“Semoga apa yang tampaknyamerintangi menjadi jalan danmari kita bersatu, bukan karenaperbedaan-perbedaan kita, tetapimelalui perbedaan-perbedaantersebut… Biarkan semua rasmanusia mempertahankanpersonalitas masing-masing, danbersatu, bukan dalam sebuahuniformitas yang sudah mati,tetapi dalam sebuah persatuanyang terus hidup.”<strong>Tagore</strong> merindukan terbentuknyasebuah departemen jurusanstudi-studi Cina di Santiniketan,dan dalam kunjungannya keCina (1924) dia dijanjikan untukdibantu tetapi janji tersebut tidakpernah terlaksana. Pada tahun1928, seorang ilmuwan mudaCina, Tan Yun-shan (ayahku),tiba di Visva-Bharati untukmemulai kursus bahasa Cinadan melakukan pembicaraanpanjang dengan KshitimohanSen, salah seorang tokohSantiniketan yang ikut dalamkunjungan <strong>Tagore</strong> ke Cina. TanYun-shan mulai bolak-balikantara Cina dan Santiniketanpada tahun-tahun sesudahnya,membentuk Sino-Indian CulturalSociety di Nanjing pada tahun1933, mencari dukungandari pemimpin-pemimpinberpengaruh Cina, sepertiDai Jitao (Tai Chi-t’ao), danakhirnya membantu <strong>Tagore</strong>membangun Cheena-Bhavanapada tahun 1937. Cheena-Bhavana yang berhasil menarikkaum akademisi Cina untukberinteraksi dengan ilmuwanilmuwanIndia menjadi foreignbird-nest atau sangkar burungasing pertama di Visva-Bharati,dan sampai kini masih tetapmenjadi simbol persahabatandan saling pengertian antaraIndia dan Cina.<strong>Tagore</strong> merubah nama pernyairCina, Xu Zhimo (Tsemou-Hsu),orang yang memprakarsaikunjungan <strong>Tagore</strong> ke Cina dansekaligus menjadi host, manager,guide dan penerjemahnyaselama di Cina, menjadi“Susima” dalam bahasa Bengali.Sebaliknya Xu Zhimo denganintimnya memanggil <strong>Tagore</strong>“Rubidadda”. Kedua orangsahabat ini berpisah bukan dipantai Cina yang ditinggalkan<strong>Tagore</strong>, tetapi baru setelah<strong>Tagore</strong> berlayar kembalipulang dari kunjungannyake Jepang. Ketika “Susima”bertanya kepada “Rubidadda”pada waktu berpisah apakahada yang ketinggalan, <strong>Tagore</strong>menjawab dengan sedih: “Ya,hatiku.” Akhirnya, <strong>Tagore</strong>kembali ke Cina pada tahun1929 secara incognito sebagaitamu pribadi “Susima” danistrinya di Shanghai selamadua hari setiap kali di pergi keJepang dan AS pada pertengahanMaret serta dalam perjalanannyakembali ke India padapertengahan Juni.<strong>Tagore</strong> juga merayakan hariulang tahunnya di Beijingpada tahun 1924, dan sebagaihadiahnya, ilmuwan politik danpemikir Cina, Liang Qichao(Liang Chi Chao), memberinyanama Cina “Chu Chen-Tan/ZhuZhendan” yang berarti “thunderof Oriental dawn” denganmensintesakan “Tianzhu/Indiayang Surgawi” (pujian yangdiberikan Cina terhadap India)dan “Cinastan” (pujian yangdiberikan terhadap Cina). Lianglah yang menulis “Introduction”untuk buku <strong>Tagore</strong> berjudulTalks in China. Memoriini begitu kuatnya terpatridalam diri <strong>Tagore</strong> sehinggamenuliskannya dalam puisinyaberjudul “Once I went to theland of China” pada hari ulangtahunnya yang terakhir.“A Chinese name I took, dressedin ChineseClothes.This I knew in my mindWherever I find my friend there Iam bornAnew.”(Sebuah nama Cina ku ambil,berpakaian denganpakain CinaIni ke ketahui dalam pikirankuDimana saja aku temukantemanku disana aku terlahirLagi.)Ketika <strong>Tagore</strong> meminta untukdiberi nama Cina di daratanCina, dia berkata kepada Liang:“Saya tidak tahu apa sebabnya,begitu saya tiba di Cina, sayamerasa seolah-olah saya telahkembali ke tempat asal saya.Barangkali saya adalah seorangbiksu India dalam kehidupansaya sebelumnya, tinggal disebuah pegunungan di sebuahgua menikmati kebebasan.”<strong>Tagore</strong> meresmikan pembukaanCheena-Bhavana pada TahunBaru Bengali (14 April) padatahun 1937, dengan kata-kata:“Ini benar-benar merupakansebuah hari besar bagi saya,Cheena-Bhavana di Santiniketansebuah hari yang sudahlama saya tunggu, dimanasaya bisa, atas nama rakyatkita, melaksanakan sebuahjanji lama kita, janji untukmempertahankan hubunganpersaudaraan dan kebudayaanantara rakyat kita dan rakyatCina…”Selama bertahun-tahun <strong>Tagore</strong>dipilih oleh publik Cina sebagaisalah seorang dari 60 “orangasing paling berpengaruh” dalampembentukan kehidupan Cinamodern, disamping Marx, Engels,Nehru, dan lain-lain. MasyarakatCina ikut bangga dengan <strong>Tagore</strong>sebagai orang Asia pertamaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 98 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 99


yang meraih Hadiah Nobel yangsebelumnya dimonopoli olehEropa Barat. Mereka banggabahwa disamping mendukungmodernisasi Barat, <strong>Tagore</strong>juga giat mengembangkantradisi-tradisi ketimuran danmenolak dengan tegas sikapJepang yang meniru Barat.Masyarakat Cina selalu menyukaitulisan-tulisan dan lagu-lagu<strong>Tagore</strong> karena sarat denganpesan-pesan cinta, harapan,harmoni dan kemanusiaan.“<strong>Tagore</strong> fever” atau Demam<strong>Tagore</strong> diciptakan di Cina padatahun 1920-an, khususnya untukmenyambut kunjungannya padatahun 1924. Dan pada hari ulangtahunnya yang ke-150 kitamelihat kemunculan kembali“Demam <strong>Tagore</strong>” di Cina.Komentar <strong>Tagore</strong> dalam SiksharMilan yang mempersamakanperadaban modern Baratdengan “sebuah lokomotif… yang sedang menarikgerbong-gerbongnya, sementaramasinisnya ketinggalandibelakang dan meremas-remastangannya dengan penuhkekecewaan” sangat relevandengan masa kini setelahdelapan dasawarsa. Atas nama“pembangunan”, negara-negaradi seluruh dunia saling berebutuntuk mengolah isi perut BumiPertiwi menjadi apa yang disebut“kekayaan”, dan dilain pihakmenciptakan umat manusiayang hidup dalam kondisi danlingkungan yang tidak ramah.Kita melihat orang-orang sepertiBudha – sebuah karya patung oleh Ramkinkar Baej di Santiniketan<strong>Tagore</strong> berlari dibelakangkereta api gila ini sembarimeremas-remas tangan merekakarena kekecewaan. Kita harusmenghentikan kereta api gila inidan mengembalikan masinisnyake tempat duduknya. Caraterbaik untuk memperingatiHUT ke-150 <strong>Tagore</strong> adalahuntuk menyerukan kepadakebudayaan-kebudayaan besarseperti India dan Cina untukmemimpin dunia agar bisakeluar dari jalan buntu ini.◆Penulis mengajar di University of Delhidan Jawaharlal Nehru University. Dia jugaseorang Professor-Consultant pada IndiraGandhi National Centre for the Arts inNew Delhi. Dia adalah penerima ‘Padma-Bhushan’ award karena sumbangannyakepada hubungan Cina-India.Kunjungan <strong>Tagore</strong> dan Dampaknyaterhadap Dunia Sastra CinaYIN XINAN“Jika semua daratan dijadikan kertas dan semua laut dijadikan tinta, dansemua hutan dijadikan pena untuk menulis masih belum cukup untukmelukiskan kebesaran Nya”Rabindranath <strong>Tagore</strong>,yang ‘memasukkanesensi spritualitas Timurkedalam puisi-puisinya’digambarkan sebagai guruterbesar di zaman India modern.Gurudev, begitu orang Indiamenyebutnya sebagai tandarasa hormat mereka kepadanya,sangat dalam pengetahuandan apresiasinya terhadapkebudayaan Cina. Di lainpihak, dia begitu mencintaikebudayaan Cina sehinggadia selalu mengambil manfaatdari pengetahuan luasnyatentang puisi-puisi Tang danTao Te Ching (Dao De Jing),yang dikompilasi oleh Lao Tze(Lao Zi, abad ke-6 SM), salahseorang pendeta terkenal dizaman Cina purba, dan banyakmengutip dari kuliah-kuliah danpidato-pidato mereka. <strong>Tagore</strong>sering memperlihatkan rasahormatnya kepada sejarah dantradisi kebudayaan Cina, dansangat simpati kepada negeriini yang sedang dijajah olehkaum kolonialis pada waktuitu. Di pihak lain, dia memberi– Kabirpengaruh besar kepadakesusasteraan kontemporerCina melalui tulisan-tulisannyayang sangat kuat. Baikkarya-karya sastra maupunkegiatan-kegiatan sosialnya kuatdampaknya atas sastra Cina dankegiatan-kegiatan sosial padamasa itu. <strong>Tagore</strong> dilihat padawaktu itu sebagai jembatanpersahabatan antara keduanegara.Ketika <strong>Tagore</strong> memenangkanHadiah Nobel pada tahun1913, sebagai Nobel Laureatepertama di bidang Sastra dariAsia, reputasinya cepat meluasmelintasi Himalaya dalamwaktu yang sangat dekat.Karena hubungan kebudayaanyang panjang antara keduanegara, para sastrawan Cinasangat senang menyaksikanprestasi-prestasi besar yangdicapainya. Dengan semakinbanyaknya tulisan-tulisannyamuncul di Cina, <strong>Tagore</strong> menjadisangat populer sebagai seorangikon sastra bahkan diantarapembaca-pembaca awam Cina.Jadi suasana kondusif yangada di Cina pada awal tahun1920-an meratakan jalan bagikunjungan <strong>Tagore</strong> ke negaratersebut.Pada tahun 1923, selebritiselebritikebudayaan Hu Shi(1891-1962) dan Xu Zhimo(1897-1931), secara bersamatelah membentuk sebuahkomunitas yang disebut “XinYue She” atau “CrescentSociety” atau “Masyarakat BulanSabit”, yang namanya diambildari karya terkenal <strong>Tagore</strong>,The Crescent Moon. Sebagianbesar anggota komunitas “XinYue” pernah berkunjung keEropa dan Amerika untukbelajar, dan sebagai hasilnya,punya kerinduan kepadademokrasi dan kebebasanyang mirip sekali denganpandangan-pandangan <strong>Tagore</strong>mengenai subyek-subyek ini.Meskipun <strong>Tagore</strong> telahmengunjungi beberapa negaraAsia dan Eropa, dan AmerikaSerikat, dia tidak pernah keCina dan ingin sekali dapatINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 100 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 101


mengunjungi negeri itu.Pada tahun 1923, dua tokohkebudayaan Cina pada waktuitu, Liang Qichao (1873-1929)dan Hu Shi, mengundang<strong>Tagore</strong> untuk memberikansebuah pidato di UniversitasPeking.Pada tanggal 21 Maret 1924,<strong>Tagore</strong> memulai perjalanannyadari Kolkata (waktu itu,Calcutta) lewat laut. Padatanggal 24 April, <strong>Tagore</strong>dan rombongannya tiba diShanghai dengan mendapatsambutan hangat dari Instituteof Literary Research dan<strong>Tagore</strong> sedang berlayar menuju Cina, 1924organisasi-organisasi dantokoh-tokoh lain. Tokoh-tokohyang menyambutnya antara lainpenulis-penulis terkenal sepertiZheng Zhenduo (1898-1958)dan Xu Zhimo. <strong>Tagore</strong> beradadi Cina selama hampir 50 haridan mengunjungi beberapatempat penting sepertiBeijing, Shanghai, Hangzhou,Nanjing, Jinan, Taiyuan danWuhan. Disamping menikmatikeindahan alam Cina, <strong>Tagore</strong>juga memberikan beberapapidato penting dan bertukarpikiran mengenai sastra dibanyak kota. Persahabatanantara sang penyair dan rekanrekanCinanya, dan juga parapengikut dan penggemarnya,menjadi semakin kuat dalambeberapa hari saja, danbesar pengaruhnya terhadaphubungan kebudayaan antarakedua negara pada awalabad kedua puluh. Dengandemikian terbangunlah sebuahtonggak sejarah baru di bidangkebudayaan antara keduanegara.Pidato-pidato yang disampaikan<strong>Tagore</strong> di berbagai kota di Cinadikompilasi dan diterbitkandalam bentuk sebuah bukuberjudul Talks in China (1924).Pidato-pidatonya penuhdengan kata-kata bijak, rasacinta dan antusiasme. Salahsatu faktor pendorong dalampidato-pidatonya adalah saran<strong>Tagore</strong> untuk memperingatipersahabatan tradisional antarakedua negara dan untukmembangun dan memperkuatikatan kebudayaan yangbaik yang sudah ada di masalampau.<strong>Tagore</strong> dengan teman-teman diatas sebuah perahuDalam pidato-pidatonya,<strong>Tagore</strong> juga mendesakrakyat kedua negara untukmengemban tugas membangunperadaban ketimuran dan untukmenghilangkan pengaruhpengaruhmaterialistik daridunia Barat. Dia percayabahwa seandainya Cina danIndia dapat saling bekerjasama,peradaban ketimuran dapatlebih dikembangkan lagi, yangakan bermanfaat untuk seluruhdunia.Banyak sejarawan yang percayabahwa <strong>Tagore</strong> berhasil dalammencapai tujuan kunjungannya,yakni untuk meyakinkanbahwa rakyat Cina dan Indiadapat memperbaharui danmemperkuat persahabatantradisional mereka. Dia sangatoptimis dengan kerjasamaantara kedua negara.Sebagian besar para intelektualCina menyambut baikkunjungan <strong>Tagore</strong> ke Cina danmengapresiasi pidato-pidatonyaselama di China. Tokoh-tokohkebudayaan, Liang Qichao,Liang Suming (1893-1988), GuHongming (1857-1928) dan HuShi, antara lain, mengapresiasikunjungan <strong>Tagore</strong> dan pidatopidatonyakarena banyakpersamaan pendapat antaramereka. Akan tetapi sebagianyang lain, menyambut baikide-ide <strong>Tagore</strong> hanya dariperspektif kebudayaan. Pidato-pidato <strong>Tagore</strong> disambut denganberbagai reaksi di beberapatempat di Cina pada waktuitu. Beberapa cendekiawan,seperti Chen Duxiu (1879-1942),Qu Qiubai (1899-1935), YanBing (1896-1981), Yun Daiying(1895-1931) dan Shen Zemin,yang sangat terpengaruholeh Marxisme sangat kritisterhadapnya yang kemudianterbukti hanya sebagai salahpengertian. Akan tetapi, gayapuisinya tidak diragukan lagitelah menjadi sangat populerdan mendatangkan pengaruhbesar terhadap pemuda Cinapada waktu itu. Tidak heran,dia sering disebut sebagai“Guiding Light of the East” olehbanyak pemuda Cina.Tahun 1924 kini sudah menjadisejarah. Kedua negara, Cinadan India, telah menyaksikanterbitnya fajar abad baru. Benihyang ditanam <strong>Tagore</strong> di Cinakini telah tumbuh menjadisebuah pohon besar. Padawaktu kita memperingati satusetengah abad kelahirannya,mari kita berharap agarpersahabatan antara rakyatdengan peradaban besar purbaini terus tumbuh semakin kuat.◆Penulis adalah seorang Professor padaFakultas Kesusasteraan dan Media, SichuanUniversity, Chengdu, China.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 102 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 103


Manusia di Tengah Jagad RayaIde-ide <strong>Tagore</strong> Mengenai PendidikanUDAYA NARAYANA SINGHEmpat kata – aspirasi, kekuatan, kebebasan dan ikatan moral,memberikan gambaran bagaimana <strong>Tagore</strong> ingin menempatkanmanusia di tengah-tengah jagad rayanya ketika dia membentangkangagasan-gagasannya mengenai pendidikan.Sebuah karya lukis oleh Rabindranath <strong>Tagore</strong>Ketika berbicara mengenai masa kecilnya dan pendidikan, Rabindranath<strong>Tagore</strong> (1929) pernah menulis: “Saya dibesarkan dalam suasana penuhaspirasi, aspirasi untuk pengembangan semangat manusia. Kami dirumah mencari kebebasan kekuatan dalam bahasa, kebebasan berimajinasidalam kesusasteraan, kebebasan jiwa dalam menjalankan kewajibankewajibanagama dan kebebasan berpikir dalam lingkungan sosial kami. Halini telah meyakinkan saya akan kekuatan pendidikan, sebuah kekuatan yanghidup dan satu-satunya kekuatan yang dapat memberikan kebebasan yangreal kepada kita, kebebasan dalam keterikatan moral dalam dunia manusia...”INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 104 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 105


(dari ‘Ideals of Education’,Visva-Bharati Quarterly, April-July 73-74). Keempat katatercetak tebal itu -- aspirasi,kekuatan, kebebasan, danikatan moral, memberikangambaran bagaimana <strong>Tagore</strong>ingin menempatkan manusiadi tengah-tengah jagad rayanyaketika dia membentangkangagasan-gagasannya mengenaipendidikan.Pada awal abad ke-20, ketikapendidikan barat telah merasukkedalam kehidupan kitadi India, tidak seorangpuntampaknya yang memikirkantentang Complete Educationatau Pendidikan Seutuhnyayang akan memberikankesempatan belajar dimanaada suatu keterikatan antaramanusia dan alam, antarapengajar dan yang diajar, antaraseni liberal dan seni panggungdan seni rupa, dan dimanaManusia berada di pusat jagadraya. Bahwa pengetahuan danketrampilan saja tidak akanmembawa kita kemana-manasebagai manusia, dan bahwakita memerlukan sesuatu yanglebih besar dari ini semuadiungkapkan dengan indahnyaoleh Einstein: “Pengetahuandan ketrampilan saja tidakdapat membawa umat manusiakepada suatu kehidupan yangbahagia dan mulia. Umatmanusia mempunyai segalaalasan untuk menempatkanpara proklamator standar moraltinggi diatas para penemukebenaran yang objektif.Jasa-jasa yang banyak kepadamanusia dari pribadi-pribadiseperti Budha, Musa,dan Yesusbagi saya lebih tinggi nilainyadaripada semua prestasi yangdicapai oleh fikiran-fikiranyang selalu ingin tahu dankonstruktif.”Kedalam daftar ‘Great Minds’atau Orang-Orang Besarini Einstein (1879-1955)menambahkan nama <strong>Tagore</strong>– bukan karena puisi-puisi,drama, novel, lagu-lagudan lukisan-lukisannya saja,tetapi juga karena filosofidan gagasan-gagasannyamengenai nation-building ataupembangunan bangsa – danpendapat-pendapatnya tentang‘Apa yang membuat manusiasempurna?’, dan ‘BagaimanaKesenangan yang Kreatif’seperti dalam Musik atauPenulisan dapat bergandengandengan Ilmu-Ilmu Terapan?’<strong>Tagore</strong> dengan para murid sekolah SantiniketanKetika mengomentari ide-ide<strong>Tagore</strong> tentang pendidikan,O’Connell, K.M. (2003;‘Rabindranath <strong>Tagore</strong> onEducation’) berkata: “Daripadamempelajari kebudayaankebudayaannasionalnegara-negara yang menangperang dan menanamkanpengaruh kebudayaannya,dia menyarankan suatu sistempengajaran yang menganalisissejarah dan kebudayaantentang kemajuan-kemajuanyang dicapai dalam menembusrintangan-rintangan sosialdan agama. Pendekatansemacam ini memberi tekanankepada inovasi-inovasiyang telah dilakukan dalammengintegrasikan individualindividualyang berbedalatar belakangnya kedalamsebuah kerangka yang lebihluas, dan dalam merumuskankebijakan-kebijakan ekonomiyang menekankan keadilansosial dan mempersempit jurangantara yang kaya dan yangmiskin.”Dalam melihat kembalieksperimen yang dilakukannyadi Santiniketan ketika diaberusia 80 tahun, <strong>Tagore</strong>bercerita tentang bagaimanadia mencari sebuah tempatuntuk ‘science’ di dalamprogram yang dijalankannyadisini (di ‘Atmacarita’): ‘Sayapernah bersumpah untukmenjadikan pendidikan sebagaibidang yang kreatif, bagiandari Supreme Creator. Sayaingin menempatkan IlmuPengetahuan diatas pedestalKesenangan (Joy) dan untukini saya harus mengusahakankerjasama antara tanah, airdan langit dari tempat ini. Sayamencoba untuk merangsangsiswa-siswa akan keindahanalam saya dengan menyanyikanlagu-lagu untuk menyambutSuasana alam terbuka sekolah Santiniketankedatangan setiap musim …Disini, sejak dari awal kamimenciptakan sebuah ruanganuntuk menguak misteri asalusul alam raya. Saya inginmenciptakan sebuah ruanguntuk kaum intelektual dalamskema pemikiran saya, daninilah sebabnya mengapaScience mempunyai tempatyang terhormat dalam tempatpraktek kerja kami. Kitab Vedasberkata– ‘yasmadrite na siddhatiyajno, vipashcitashcana sadhiinam yogaminvati’ – ‘Diayang tanpanya bahkan orangyang paling berpengetahuansekalipun tidak akan dapatmemetik hasil yajnas – Sesuatuyang bisa dicapai hanya denganintelek dan bukan denganmantra-mantra atau ritual-ritual!’Itulah sebabnya mengapasaya berusaha untuk memakaikesenangan (Joy) dan intelekdalam pembangunan tempat inisecara kreatif.’Perhatikan bahwa bertentangandengan kepercayaan kita, disinidia tidak menyebut-nyebuttentang soal ‘divinity’ atauketuhanan atau ‘supernatural’,dan ini menarik. <strong>Tagore</strong> disiniberbicara mengenai bagaimanamenciptakan suatu keterikatanantara kekuatan ‘intelek’: yakniscience, dan kekuatan ‘joy’yaitu seni. Dia berdalih bahwakeduanya perlu ‘ditempatkan’dalam ruang dimana keduanyaharus dapat dibina dandikembangkan, dan harusmembantu menanggulangiisu-isu yang ada kaitannyadengan kepentingan manusiadan alam sekitarnya. Itulahsebabnya harus ada kerjasamaantara tanah, air dan langit yangterdapat di ruang sekitarnya,dan dikaitkan denganpergantian musim.Bahwa pendidikan tidak berartibelajar ‘menghafal’, mengingatINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 106 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 107


dan mereproduksi jelas dapatdibaca dari paragraf awalbukunya berjudul Visva-Bharati:‘Pendidikan yang mendorongpengulangan bukanlahpendidikan pemikiran, karenahal ini bisa dilakukan secaramekanikal sekalipun!’ Memangbenar bahwa reproduksisecara mekanikal tidak bisamenjadi tujuan pendidikankarena pendidikan yang idealmengharuskan kita untukmenemukan kebenaran, danmengekspresikannya menurutkemampuan seseorang. Diaberbicara mengenai constraint(kendala) disini karena suatubangsa tertentu mungkinpunya berbagai kendaladalam mengekspresikansuatu kebenaran sainstifikatau pengamatan sainstifik.<strong>Tagore</strong> yakin bahwa Indiaselalu berada di garis depandalam memecahkan teka-tekiilmu pengetahuan yang rumit,dan memikirkan solusi-solusiterhadap krisis dunia.Tetapi <strong>Tagore</strong> juga mengeluhbahwa ketika India berhasilmemecahkan masalahmasalahilmu pengetahuanyang sulit, kini pikirannyaSebuah prosesi seremonial di Santiniketan. Indira Gandhi terlihat (keempat dari kanan)sebagai seorang siswi Visva-Bharati pada tahun 1934-35.Courtesy: Indira Gandhi Memorial Trust, New DelhiPara mahasiswa dari Patha-Bhavana dengan seorang cendekiawanyang sedang berkunjung ke sanatelah terbagi dari segi kasta,golongan, bahasa danagama. Dia memperingatkanbahwa pengrusakan organintelektual atau memutuskanorgan-organ perasa seseorangdapat membuat seseorangtidak berguna atau tidakbisa bergerak. Kita semuamengetahui bahwa tangan kitabisa bekerja seperti menerimaatau memegang sesuatu ataumemberikan sesuatu jikakesepuluh jari kita bersatu.Tidak heran jika dia sukamengundang cendekiawancendekiawanterbaik di Eropadan Asia ke universitasnya.Dengan cara berinteraksi sepertiini, pikirnya, secara otomatisakan melahirkan ide-ide danpengetahuan baru.Dengan demikian, katanya,kita perlu mengembangkansebuah sistem untuk menarikpelajaran dari sejarahperadaban-peradaban tentangtradisi-tradisi pendidikan‘Vaidika’ (‘Weda’), ‘Pauranika’,‘Bauddha’ (‘Budha’), ‘Jaina’,‘Muslim’ (‘Islam’), danmengembangkan sistim kitasendiri untuk mempersiapkangenerasi-generasi baru danmembantu munculnya paralelaki dan wanita yang memilikisifat-sifat kepemimpinan yangsesuai dengan masyarakatkita. Dia berkata, jika andatidak mengetahui diri andasendiri secara rinci, andatidak akan dapat membangunsebuah negara ‘India’ denganmeniru begitu saja negaranegaralain. Anda baru bisamembangun India denganbelajar menyatukan berbagaitradisi, kalau tidak demikian,paling banter kita hanya bisamembangun sebuah sistemkelas dua yang bergantungkepada ‘alih’ pengetahuan danteknologi.<strong>Tagore</strong> berdalih bahwadi Barat, masing-masingnegara dan kebudayaannyaserta masyarakatnya telahmenemukan tujuan-tujuannyasendiri-sendiri dan berdasarkantujuan-tujuan ini merekatelah memutuskan sistimpendidikan macam apa yangmereka perlukan. Tetapi dinegara kita, bukannya lifeatau ‘kehidupan’ (jiivana),tetapi livelihood atau ‘matapencaharian’ atau ‘jiivika’ yangmendapatkan tempat utamadalam perencanaan pendidikan.Jika livelihood atau pekerjaanada hubungannya denganapa yang kurang kita milikidan apa yang kita perlukan(‘abhaava’ and ‘prayojana’) ,tujuan hidup lebih tinggi lagi,yakni berusaha untuk mencapaisuatu kesempurnaan – semacamsemantik yang lebih tinggi dariaspek-aspek employability(dapat dipekerjakan) yang dapatdicapai jika kita menempuhjalur pendidikan yang tepat.Disini kita harus membedakanantara tujuan yang ‘lebihtinggi’ yakni kebebasan,kemerdekaan, kesopanan – dantujuan yang ‘lebih rendah’ atau‘insidentil’, yakni ketrampilandan kemampuan teknis (Visva-Bharati, 1919). Oleh karenanya,dalam pandangan <strong>Tagore</strong>yang menjadi concern ataukepedulian utamanya adalahmanusia dan emansipasi umatmanusia.◆Penulis menduduki <strong>Tagore</strong> Studies Chairdan Direktur Rabindra Bhavana diVisva-Bharati. Dia juga seorang penyairterkemuka dan penulis skenario, danDirektur Central Institute of IndianLanguages di Mysore.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 108 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 109


<strong>Tagore</strong> danPendidikan TeknikB.N. PATNAIKTidak ada tempat untuk berkompetisi dalam pendidikan. Pendidikan harusmengarah kepada pemahaman tentang keserasian yang hakiki dibalikalam raya; dengan demikian tidak akan muncul sebuah perspektif yangmelihat segala sesuatu berkonflik – misalnya, manusia berkonflik denganalam, atau berkonflik dengan spesis lainnya.<strong>Tagore</strong> tidak melihatpendidikan sebagai alatuntuk menunjang karir danmata pencaharian yang empuksemata; dia melihatnya sebagaialat untuk menyingkap potensisepenuhnya – intelektual,emosional, spiritual, dan fisik –dari seorang individu. Dengandemikian, tidak ada tempatuntuk berkompetisi di bidangpendidikan. Tidak ada tempatuntuk berkompetisi dalampendidikan. Pendidikan harusmengarah kepada pemahamantentang keserasian yang hakikidibalik alam raya; dengandemikian tidak akan munculsebuah perspektif yang melihatsegala sesuatu berkonflik –misalnya, manusia berkonflikdengan alam, atau berkonflikdengan spesis lainnya. Penyairdan pemikir besar ini sangatsadar akan potensi destruktifilmu pengetahuan, tidak terikatkepada suatu perspektif yangintegratif. Pendidikan tidak sajaharus mempertajam sensibilitasestetitika seseorang, danmembuatnya sensitif terhadapkeindahan yang terlihat dantersembunyi, tetapi jugaharus dapat membantunyamengembangkan dalamdirinya a strong sense ofrelatedness to others ataurasa keterhubungan yangkuat dengan orang lain, danempati terhadap orang-orangmiskin, kurang beruntung, danyang tak bersuara. Pendidikanjangan sampai mengarahkepada perenggengan antarayang belajar dan tradisipengembangan pengetahuandan sistim nilai yang jugadianutnya. Pada waktuyang sama pendidikan jugaharus dapat memperalatinyadengan critical intelligenceatau kecerdasan yang kritisuntuk mengevaluasi tradisitersebut. <strong>Tagore</strong> percayabahwa pembelajaran dapatdilaksanakan dibawahkondisi joy atau kegembiraan;karenanya ruang kelas jangansampai seperti sebuah sel dipenjara, dan sebuah bahasaasing jangan sampai menjadimedium pendidikan. Diapercaya bahwa sebuah sistimpendidikan yang bagus harusmenguntungkan semualapisan masyarakat; petanidan pengrajin tembikar harusdapat menarik manfaat darinya(misalnya dalam bentukteknologi yang bermanfaat),sama seperti orang-orang yangingin menjadi birokrat dandokter. Mengenai eksplorasipengetahuan, pendidikan tidakboleh meremehkan nilai-nilaisetempat dan yang asli.Mungkin ada yang berpendapatbahwa hal ini terlalu idealistikdan susah untuk diterjemahkankedalam realita. Mungkin adayang berpendapat bahwatidak mungkin untuk menolakkompetisi atau persaingan ataukonflik dalam dunia pendidikankarena ini besar peranannyauntuk perkembanganpengetahuan. Hal ini tentu sajaterlihat lebih nyata di bidangscience, misalnya, dibandingyang lain. Tetapi argumentasiini hilang daya beratnya dalamkonteks personal dari seorangpraktisi individual science.Bagaimanapun juga kurangdapat dibenarkan untuk tidakmencoba melaksanakancita-citanya itu. Dilihat dariberbagai perspektif, pemikiran<strong>Tagore</strong> dapat dianggap sebagaisebuah benchmark untukpendidikan, dan pada waktuyang sama, semacam alat untukmengevaluasi pendidikan.Bagaimana pandangan <strong>Tagore</strong>tentang pendidikan teknik padatingkat yang lebih tinggi, demikepentingan India? Pikiranpikirannyatentang pendidikanperlu diterjemahkan kedalamtujuan-tujuan yang langsung adahubungannya dengan negeriini. Pertama, pendidikan teknikharus dapat meningkatkankesadaran mahasiswanyaakan konteks sosial, ekonomi,sejarah, dan yang lebih luaslagi, konteks kultural dimanapengembangan teknologiberlangsung. Kedua, seorangmahasiswa sains dan teknologiharus sadar bahwa ada cara-caralain untuk memahami duniadaripada cara-cara sainstifik;misalnya, imajinasi, seperti yangtermanifestasi dalam karya-karyalukis, dan cara pemahamanseperti ini tidak lebih rendahnilainya dari sains. Ketiga, diajuga harus tahu bahwa adaranah-ranah pengetahuan,seperti etika, yang berada diluar scope sains, tetapi tidakbisa diabaikan. Nilai-nilai etikasangat penting artinya tidaksaja untuk kehidupan yangbaik, tetapi untuk kelangsunganhidup juga. Keempat, seorangmahasiswa teknologi harusdapat dibina untuk meyakinibahwa teknologi yang palingbagus adalah teknologi yangdapat mengurangi beban parapetani dan buruh.Foto-foto dalam tulisan ini memperlihatkan para siswa sedang diajari beberapa ketrampilan pada tahun-tahun pertama di SriniketanINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 110 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 111


INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 112 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 113Suatu keberatan yangkonservatif terhadap pendidikanteknis seperti diuraikandiatas adalah pendidikanserupa ini akan mengurangikuantum pengetahuan teknikyang akan diresap oleh paramahasiswa, sehingga akanmengurangi mutu pendidikanteknik mereka. Pandanganini didasarkan kepada premisyang salah bahwa pendidikanteknik hanya dapat memberikanpelayanan yang baik kepadamasyarakat kalau tenagamanusianya cukup kompeten.Pendapat konservatif lainnyaadalah tidak perlu ada subyeksubyekseperti humanitiesdan human sciences dalamkurikulum karena kita bisamemperoleh pengetahuanyang cukup tentang masyarakatdan kebudayaan darikehidupan kita sehari-hari.Tetapi kenyataannya ialahseseorang tidak memperolehpengetahuan seperti itulangsung dari pengalaman;kita butuh pengetahuanyang telah terkonstruksiuntuk menginterpretasikanpengalaman-pengalamandan menjadikannya suatupelajaran yang berharga.Dan ada lagi yang berdalihbahwa kita tidak memperolehpengetahuan dari ruang kelasdi universitas saja. Walaupunpendapat ini ada benarnya,harus diakui bahwa universitas(dan lembaga-lembaga sepertiuniversitas), baik yang umumatau teknik, adalah tempat


terbaik untuk mengkaji secarakritis pengetahuan, kepercayaandan nilai-nilai baik yangbersifat tradisional maupunmodern, dan mengembangkansebuah perspektif yang tepatmengenainya.Akan tetapi, sebagian paraperancang pendidikan teknikcenderung mendukungpendidikan teknik yang berbasisluas (broad based). Tetapi padawaktu yang sama terdapat sikapnegatif terhadap pengetahuankesenian dan kemanusiaan(arts and human sciences).Jadi “broad-based” lebihbanyak diartikan memasukkankedalam kurikulum mata-matapelajaran seperti bahasaInggris dan ketrampilankomunikasi, ilmu ekonomiindustri, perilaku organisasi, danbusiness management. Semuaini dimaksudkan agar paramahasiswa dapat berinteraksidengan pasar secara efektif.Kurikulum seperti ini broadbased hanya dalam namanyasaja; sebenarnya dia tidak sesuaidengan tujuan broad basededucation – pendidikan serupaini hanya diorientasikan kepadakarir dan kesuksesan, bukanpengembangan kepribadianseutuhnya atau well-rounded .Sebetulnya, tujuan pendidikanyang broad-based adalahuntuk menanamkan kedalamdiri seorang siswa agar pedulisecara sehat kepada yang lain,punya rasa hormat kepadanya,kepada kepercayaan danpendapat-pendapatnya,walaupun bertentangan denganpendapat dan kepercayaannyasendiri.Untuk mengimplementasikanide-ide <strong>Tagore</strong>, perlu diciptakanstruktur-struktur yang tepat baikpada tingkat formal maupunnon-formal. Dalam sistimpendidikan tinggi sekarang ini,pendidikan yang broad-basedpaling bagus diterapkan padatingkat undergraduate. Sekitarsepuluh sampai dua belaspersen dari pelajaran-pelajaranyang harus diselesaikanseorang undergraduate haruslahdalam bentuk humanitiesdan social sciences, dan iniharus mencakup seluruhprogram undergraduate, tidakterkonsentrasi pada dua atautiga semester pertama saja.Pelajaran-pelajaran tentangkesusasteraan, linguistik,komunikasi (teoritas maupunpraktis), sejarah, filosofi, senidan psikologi, sosiologi, ilmuekonomi, dan lain-lain dalamlingkup human sciences, dansistim pembelajaran tradisionalIndia harus tersedia untukpara siswa dalam menentukanpilihannya. Dia harus dicegahuntuk memilih courses ataumata-mata pelajaran dalam duaatau tiga disiplin saja.Pada tingkat pengembanganteknologi, pengaplikasianide-ide <strong>Tagore</strong> berartipengembangan, dalam konteksIndia, teknologi-teknologi yangberorientasi kepada rakyat(people-oriented) untuk dapatmemanfaatkan secara maksimalsumber-sumber air, tenaga alamuntuk memenuhi kebutuhanakan listrik, pembangunanjalan, komunikasi, pembuangansampah, termasuk limbahelektronik, dan jugamengembangkan metodametodadan teknik-teknikinovatif belajar-mengajar,termasuk pelajaran bahasa dansebagainya.Tetapi kurikulum saja tidakcukup untuk mencapai tujuanpendidikan berbasis luas(broad based education).Bentuk-bentuk pendidikannon-formal perlu diciptakansehingga diskusi-diskusi yangbebas dan bertanggung jawabbisa terlaksana menyangkutmasalah-masalah pokok tentangberbagai isu kemasyarakatan,tidak terkecuali penciptaandan penyebaran pengetahuanteknologi.Kesulitan utama untukmengimplementasikanpendidikan teknik model <strong>Tagore</strong>ini adalah mindset yang sudahterbentuk pada masyarakatoleh keberhasilan-keberhasilanteknologi dan marketability-nyayang terus meningkat. Mindsetseperti ini cenderung untukmelihat cabang-cabang ilmupengetahuan lainnya sebagaikesenangan intelektual saja.Ini perlu dikoreksi dan parapendidikan di bidang teknologiharus dapat memainkanperanannya disini. Kita berharapsemoga pendidikan teknikberbasis luas sebagaimanayang didambakan <strong>Tagore</strong> dapatditerima masyarakat.◆Penulis adalah dosen bahasa Inggris danLinguistik di Indian Institute of Technology,Kanpur, dan peneliti pada Central Instituteof Indian Languages, Mysore.Koleksi Gavande di Rabindra-BhavanaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 114 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 115


Musik Yang Setara:Pengaruh <strong>Tagore</strong> atas para Pelukis lainINA PURIMengutip kata-kata sang Pujangga, ‘Apakah ritme itu? Diaadalah gerakan yang ditimbulkan dan diatur oleh restriksiyang harmonis. Dia adalah suatu kekuatan yang kreatif ditangan sang seniman. Selama kata-kata tetap berada dalambentuk prosa yang tak berirama, kata-kata tersebut tidakmemberikan sesuatu perasaan yang langgeng tentang realita.Potret diri oleh <strong>Tagore</strong>Walaupun dari segizaman, letak geografisdan sejarah pribadi,pelukis Manjit Bawa (1941-2008) berjarak sangat jauhdari Rabindranath <strong>Tagore</strong>,tetapi cukup mengagetkandia sering berbicara mengenaisang Penyair, tentang dekatnyahubungan spritual antaramereka. Dia juga menganggap<strong>Tagore</strong> sebagai salah seorangyang paling berpengaruh dizaman modern. Kami sedangbekerja di Dalhousie untukmemoir Manjit dan ketika diasedang melukis, Manjit berceritatentang perkenalan pertamanyadengan <strong>Tagore</strong> dan seninya.Bagi seorang seniman adalahlumrah jika anak muda ini ingintahu banyak tentang <strong>Tagore</strong>,sang penyair, musisi, penulisskenario, sastrawan dan filosofbesar ini dan tentang seninya.Manjit masih remaja padawaktu itu, yang tumbuh dalamsebuah era yang penuh denganoptimisme, ketika dia melihatsecara kebetulan lukisanlukisan<strong>Tagore</strong>, di ruang kelasgurunya, Abani Sen (1905-1972).Lukisan-lukisan pemandanganyang surreal dan potret-potretwanita yang sangat sensitifmeninggalkan kesan yanglanggeng di dalam fikirannya.Dia sangat terkesan denganwajah-wajah murung parawanita dalam lukisan, khususnyamata mereka yang memancarkanpenderitaan dan kepedihan hatimereka. Begitu dia membacapuisi-puisi dan drama-drama<strong>Tagore</strong>, dan mendengarkanlagu-lagunya, rasa hormatnyakepada sang Pujangga semakindalam. Kehidupan Manjit Bawaberlangsung seperti biasanyadi Delhi: sekolah, mengikutipelajaran kesenian, mengerjakanPR, namun dalam kehidupannyayang serba rahasia, dia dapatmendengar lagu si pengelanayang menyuruhnya untuk laridari kehidupan duniawinyadan mengikuti jalan yang telahdipilih oleh hatinya. ‘Eklaa cholorey... jodee tor daak shuney keyunaa aashey’ (‘Majulah terusINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 116 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 117


sendirian … walaupun tidakada orang yang datang untukmendengarkan panggilanmu!)menjadi nyanyian suci Manjit,kata-katanya selalu bergemadalam pikirannya ketika diasedang dihadapkan kepadakesulitan dan tekanan.Sebagai anak yang rajin belajar,yang tumbuh pada dasawarsapasca-Swaraj (dengan traumapartisi atau pemekaran anakbenua India menjadi dua negaramerdeka: India dan Pakistan),masa kecil Manjit penuh denganberbagai pengalaman yangmembentuk karakternya sebagaiorang dewasa. Keluarganyaadalah keluarga besar tetapiikatan kekeluargaan merekacukup erat walaupun keadaankeuangan mereka agakmemprihatinkan. Berkat jasakakak lelakinya dia memutuskanuntuk mengambil jurusanseni dan memberi tugas-tugasmenarik termasuk berkunjungke tempat-tempat yang ada nilaisejarah dan arkeologisnya. Manjitsering mendatangi daerahdaerahterpencil dengan naiksepeda; dia juga sering membacatulisan-tulisan <strong>Tagore</strong> padawaktu istirahat. Ladang-ladangmostar yang berwarna kekuningkuningandan warna orange‘polash’ yang sedang berbungabegitu mengesankannya sepertitergambar pada kanvasnya,tetapi walaupun demikianyang lebih mengesankanbaginya adalah beat dan ritmependuduk pedalaman yangditemuinya dalam perjalanan.Lama setelah dia meninggal,saya menemukan teman yangpernah menemaninya dalamperjalanannya di daerahpedalaman, yaitu sebuahbuku yang sudah sobek danlusuh, karya Rabindranath<strong>Tagore</strong> berjudul ‘What is Art?’– Apakah Seni itu? - (KessingerPublications, edisi 2005 ). Ketikamembolak-balik halamanhalamannya,saya pikir bukuini pasti merupakan sebuahbacaan yang sangat digemarinya.Sambil memegang buku itudi tangan, saya mendengarsuara Manjit lagi karena diasemakin paralel dengan keduakehidupan dan perjalanankehidupan mereka. Sementaranun jauh disana di Birbhum, dizaman yang berbeda, <strong>Tagore</strong>ikut memberikan penghormatankepada seniman pengelana‘baul’ melalui karyanya, begituLukisan-lukisan karya <strong>Tagore</strong> (atas & kanan)juga dengan Manjit yang merasahormat kepada para ulamadan penyair-penyair Sufi. Bagikedua mereka adalah aspekmetafisik dari keyakinan merekayang menjadi hal utama, bukankonotasi agama. Yang menarik,Sikhisme adalah agama keluargaManjit, sementara Brahmoismeadalah agama <strong>Tagore</strong> dankeduanya menolak ritualismedan ekses-ekses keagamaan.Dari segi ikonografi pun,meskipun Manjit adalah seorangseniman terlatih yang selamabertahun-tahun mempelajariteknik di Delhi dan London,ada suatu keterhubungan dalamtrajektori-trajektorinya yang sulituntuk diabaikan begitu saja.Sama seperti <strong>Tagore</strong>, Manjitsebagai pelukis berkiprahdengan karya-karya abstrakdan stailistik yang sedikitINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 118 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 119


sekali unsur-unsur Baratnya,dan lebih banyak memilihunsur-unsur India, baik darisegi warna, pencitraan, danproses pemikiran. Keduanyasama-sama cenderung kepadamitologi, ethos, musik, danpemikiran spritual India,dan dalam lukisan-lukisanmereka kita temukan beberapakomposisi yang sama darisegi spritualitasnya. Padasebagian orang kehidupanmereka diperkaya denganmenginternalkan kepedihandan disini kita menyaksikan lagisebuah ranah yang lain dimanakeduanya berjalan seirama.Dalam kehidupan keduanyaterdapat momen-momen yangpenuh dengan kepedihan dangejolak-gejolak emosional, tetapikeduanya mampu menghadapisisi-sisi gelap mereka secarakreatif, mereka jarang mengeluh,sebaliknya mereka selalumenatap kedepan dengansebuah pernyataan sikap yangpositif dalam mengharungihidup, betapapun beratnyahidup yang harus merekajalani, apakah karena kematianorang yang paling dikasihi atauberpisah dari yang dikasihi.Tenang dan tabah telah menjaditrademark mereka dalammengharungi hidup, lebih-lebihlagi dalam menghadapi trageditragediyang menghadangmereka lebih dari satu kali.Karya-karya Manjit Bawa (bawah & kanan)Dengan sengaja memilih hidupdi tempat-tempat terpencil,Santiniketan dalam hal <strong>Tagore</strong>dan Dalhousie seperti yangdicontohkan Manjit, karya-karyaseni lukis mereka mencerminkaninner mindscapes yang jarangmenggunakan pencitraandari dunia sekitar, betapapunindahnya dunia luar itu.Meskipun teknik-teknik merekadalam banyak hal berbeda,secara stailistik dan teknik,seperti halnya dengan pola-polawarna mereka, keduanya terikatoleh suatu hubungan spritual,walaupun yang satu asimetrisdan yang lain simetris.Tentang seni yang digeluti ManjitBawa, J Swaminathan (1928-1994) menulis, “Karya-karyaManjit sepertinya menggemakanfresko-fresko tantrik dariBudhisme disekitar Himalaya.Hanya bayangan waktu yangdapat mengintervensinya: disinikita seolah-olah dihantarkanke sebuah lanskap yangasri dan hijau, dimana yangsublim dan yang penuhbahaya, yang liris dan yangmenggelikan membentuksebuah tablo yang aneh...Apa yang dalam karya Picassoberbentuk representasionalmenjadi enigmatik, apa yangdemonstratif dalam karya Souzamenjadi epileptik dan apa yangkaku atau keras dalam karyaTyeb menjadi encer dan bersinardalam karya Manjit.”Seperti yang dikatakan olehsang Penyair, ‘Apakah ritmeitu? Dia adalah gerakan yangditimbulkan dan diatur olehrestriksi yang harmonis. Diaadalah suatu kekuatan yangkreatif di tangan sang seniman.Selama kata-kata tetap beradadalam bentuk prosa yang takberirama, kata-kata tersebuttidak memberikan sesuatuperasaan yang langgeng tentangrealita. Pada saat mereka diambildan dimasukkan kedalam ritmemereka bergetar dan bersinar.Sama dengan mawar. Padadaun bunganya anda bisamenemukan semua unsur yangmenjadikannya mawar, tetapimawar yang berupa maya (atauilusi), sebuah citra, sudah sirna.Bunga mawar bagi saya terlihatdiam, tidak bergerak, tetapikarena acuan komposisinya diamempunyai sebuah gerakanyang liris dalam kediamannyaitu, yang sama dengan kualitasdinamis sebuah gambar yangmempunyai keserasian yangperfek. Dia menghasilkansebuah musik dalam alam sadarkita dengan memberikannya aswing of motion yang sinkrondengan gerakannya sendiri.’(Dari Rabindranath <strong>Tagore</strong>, What is Art?).◆Penulis adalah seorang pengamat seniterkenal dan kurator berbagai pamerannasional dan internasional.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 120 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 121


<strong>Tagore</strong>:Dari Perspektif Abad ke-21tidak disadarinya –“Zeitgeist”nya,ciri khas suatu zaman yangterpancar pada pemikiranpemikiran,ide-ide, kreasi-kreasi,dll dari zaman tersebut, yangpengaruhnya masih terasadalam kehidupan kita sekarangini.Rabindranath <strong>Tagore</strong> hampirseperti sebuah suara di padangpasir, terlepas dari perjalananperjalanandan pertemuanpertemuannyadengan banyaktokoh di Barat dan diseluruhdunia, dimana dia sering dilihatdengan salah, sebagai wakildari Timur; sama seperti diIndia, dimana dia menyerukanperlunya perubahan dan evolusidalam konteks kebudayaan,agama, dan politik.Setelah namanya melejit sepertimeteor karena Hadiah Nobelyang diraihnya pada tahun1913, dia hampir saja terbenamdan terlupakan. Nasib yangsama juga dialami JohannSebastian Bach (1685-1750),cukup untuk menyebut satunama saja diantara begitubanyak nama, sehingga perludiangkat lagi. Ini tampaknyasulit untuk dipahami tetapipada waktu yang sama – jugasangat mungkin terjadi, karenahal inilah yang sering terjadipada tokoh-tokoh yang sangatoriginal dan inovatif yang ide-Punascha: Rumah <strong>Tagore</strong> di Santiniketanidenya begitu fundamentalnyasehingga mentalitas-mentalitaspada suatu era tertentu tidakbisa menerima ide-ide merekaitu tanpa mempertanyakansecara mendalam nilai-nilaimereka sendiri. Sebagai seorangpembaharu dia memberikansuatu pukulan keras terhadapapa yang sudah kita punyaidan mendesakkan perubahanperubahanyang sulit diterimapada waktu itu.Apakah gejolak-gejolak padazaman <strong>Tagore</strong> ini yang membuatpandangan-pandangan kita(India) mulai bergerak? Dandimanakah letak konkurensinyadengan kontribusi <strong>Tagore</strong>, yangILKE ANGELA MARÉCHALSebagai tokoh yang hidup pada zamannya, pendukungUnity dan Universality, menggarisbawahi bagian dariUnconscious dan juga Subconscious, <strong>Tagore</strong> tidakperlu mengikuti fase-fase pembentukan sains yang barudengan maksud untuk menegakkan kebenaran, yangmenurutnya telah diberikan oleh norma-norma dasartradisinya sendiri sejak awal.Begitu kita memasukitahun dua ribu, kita telahmemasuki sebuah abadbaru. Tetapi pada dasarnya,ketika kita memasuki mileniumbaru yang, dalam banyak hal,memaksakan kepada kitaperubahan-perubahan radikaldalam cara hidup kita; lebihlebihlagi: sebuah revolusi, tanpakita sadari, tentang bagaimanamempersepsikan dunia,merasakan hidup dan bagaimanamembentuk masa depan kita.Dan hal ini mendorong kitauntuk jalan terus, tanpa perlumemperhatikannya, untukmerobah mentalitas kita, kalaubukan kesadaran kita. Jika kitakaji kembali, Rabindranath<strong>Tagore</strong>, dilihat dari kekuatanpuisi, sastera dan kreativitasnya,terbukti dia mempunyai akaryang dalam pada – walaupunINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 122 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 123


validitasnya semakin tampakke permukaan? Disini kitatidak bisa exhaustive maupundefinitive tetapi perlu diberikanpandangan sekilas tentangkemungkinan jawabannyaterhadap pertanyaan-pertanyaanini, yang kita coba berikandengan semangat joy of discoveryatau perasaan senang karenatelah menemukan sesuatu.Jika perang tahun 1914-1918disebut “Perang Dunia Pertama”,ini karena sebelumnyabelum pernah terjadi sebuahpeperangan yang sebesar itudimensinya. Keretakan-keretakandan perubahan-perubahan yangditimbulkannya pada tingkatsosiologis dan antropologissangat hebat dan belumpernah ada bandingannya.Pada sisi negatifnya, ini jelasmerupakan salah satu pendahulu(forerunner) dari apa yang<strong>Tagore</strong> dengan Sigmund Freudterjadi sekarang ini, seratustahun kemudian, yang kitasebut globalisasi, bentuk laindari ‘onslaught’. Seperti sebuahgunung berapi dia juga telahmembawa kita kepada gejolakgejolakdan keretakan-keretakan.Pada waktu yang sama, hampirsemua bidang sains mengalamigangguan-gangguan yang sulitdiatasi, soft science maupunhard science, dan yang kenadampak terbesarnya adalahbidang falsafah. Beberapa namaaktor yang telah membawaperubahan-perubahan besarsebelumnya adalah: Darwin(1809-1882), Einstein (1879-1955), Marx (1818-1883), Freud(1856-1939), dan revolusi yangmereka timbulkan di bidangmereka masing-masing telahmerubah segala sesuatunya satuabad yang lalu. Lalu, dentumanbesar datang dari masuknyaQuantum Physics. Pada waktuitu orang mulai mempertanyakanapa yang dipercaya untukdiketahui. Kita bahkan dapatmelihatnya sebagai penghapusterhadap logika keseharian kita,logika Aristoteles, yakni “logikaIdentitas” atau “the logic ofIdentity”! Pada saat itu kita sudahpaham bahwa apabila matahariterbit di timur dan terbenam dibarat, tidak berarti bahwa diaberedar mengelilingi kita. Sejaksaat itu, segala sesuatunya,bahkan semua benda tidak lagidipercaya sebagaimana bendabendaitu terlihat di depan kitatetapi kita percaya bahwa bendabendamempunyai “identitas”,‘partikel’ serta ‘gelombang’ganda (double). Yang ‘tunggal’(singular) hilang, dan yang‘jamak’ (plural) menjadi tuan.Disini kita bisa melihat sebuahrevolusi dalam pengetahuankemanusiaan (humanknowledge) kita. Persepsi kitatentang realita membuat suatulompatan besar (quantumjump). Dia mengharuskan kitauntuk memikirkan kembalicara berpikir dan bertindakkita, dengan kata lain, untukmeninjau kembali ‘Etika’ kita,untuk akhirnya menciptakansebuah Ilmu Etika yang bisaberlaku buat kita semua.Disinilah Rabindranath <strong>Tagore</strong>memainkan peranannya.Peranannya adalah sebagaiseorang forerunner atau perintis,peranan yang jarang sekalidiakui orang. Diantara tokohtokohbesar pada zamannya,dia tentu saja pernah bertukarpikiran dengan Einstein, jadikita dapat melihat <strong>Tagore</strong> sepertiDante (1265-1321), yang tahubetul tentang kemajuan sainspada zamannya. Akan tetapi,Einstein sepanjang hidupnyaberjuang menentang QuantumPhysics karena dia tidak bisamenerima dengan terpaksaimplikasi-implikasi filosofis daripenemuan-penemuan fisika ini.Sebaliknya, <strong>Tagore</strong> tampaknyatidak menyebut sesuatutentang keterkejutannya dalammenghadapi falsafah FisikaKuantum (Quantum Physics).Akan tetapi, jika kita kembalike daftar kecil diatas, danmembayangkan bahwa daftaritu disusun oleh “grand homme”atau kakek kita, tidak bakal adamasalah untuk mengakuinyadalam setiap konsep barupostulat (yaitu visi organik).Sebagai orang yang hidup padamasanya, yang menganjurkanPersatuan dan Universalitas,menggaris bawahi pentingnyabagian Unconscious danSubconscious, <strong>Tagore</strong> tidakperlu mengikuti fase-fase dankeanehan-keanehan dalampembentukan sains yangbaru dengan maksud untukmengemukakan kebenaran yangbesar yang telah memupuknilai-nilai dasar dari tradisinyasendiri:“Ada masalah di depan kita sendiri,yang menyangkut satu negeri;Bumi, dimana berbagai ras, sepertipara individu, ingin berkembangdengan bebas dan pada waktuyang sama memperlihatkansolidaritasnya kepada federasinya.Apa yang menjadi persoalanadalah bagaimana menciptakanpersatuan secara lebih kuat, denganpandangan-pandangan yang lebihluas dan perasaan-perasaan yanglebih mendalam. . . . Sains tentangmeteorologi mengetahui mana yangbenar ketika dia membenarkanbahwa atmosfir bumi adalahsatu dan serupa, meskipun diamempengaruhi berbagai pihak dialam semesta dengan cara yangberbeda. Begitu juga, kita harustahu bahwa jiwa manusia ituadalah Satu, yang menjadi hidupmelalui perbedaan-perbedaanyang diperlukan demi kesuburanpersatuan yang fundamental.Kebenaran ini, begitu kitamemahaminya secara objektif, akanmembantu kita untuk menghormatisemua perbedaan yang riil antaramanusia, sementara kita tetapmenyadari personalitas kita sendiridan kenyataan bahwa kesempuraanpersatuan tidak terkandung dalamkebiasaan tetapi dalam keserasian”.– (cetak miring oleh penulis).(<strong>Tagore</strong> Educateur: Appel en faveurd’une Université Internationale, mai1921, p143/4; éditions Delachaux& Niestle S.A., Neuchâtel et Paris,1922).Bakal ada begitu banyak subyek,pertarungan dan kata-kata kunciyang terkait dengan <strong>Tagore</strong>INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 124 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 125


dalam upaya mencari kesetaraan,evolusi, dan resonansi dengan“Zeitgeist” – seolah-olahwaktunya akhirnya datang jugadimana mentalitas kita telahmemperoleh perluasan yang kitaperlukan untuk menanggulangidengan serius permasalahanpermasalahandan kemungkinankemungkinandimana <strong>Tagore</strong>,ide-ide dan tindakannya telahmemaksa kita untuk melihat artipentingnya serta solusi-solusinyayang tak dapat dielakkan.Semoga beberapa pendapatyang bisa dijadikan contoh inidapat membuka pintu sedikityang akan dibuka oleh yanglain dengan agak lebar. Dalambukunya Towards UniversalMan (Gallimard, Paris, 1964 ;Visva Bharati, Santiniketan,1961) berkali-kali kita temukanelaborasi dari “Unity in diversity,the One in the number” dimana<strong>Tagore</strong> berpendapat ini adalahgambaran dari India, tentangapa yang dapat ditawarkannyakepada dunia. Sekarang iniEropa berusaha mendekatkepadanya dan mungkin besokseluruh dunia akan melakukanhal yang sama. Tuan kita, dalamsituasi terburuk, kemungkinanadalah “climate change”, jikakearifan kita tidak mampumengatasi egoisme manusialebih dulu.Mari kita dengarkan lagi <strong>Tagore</strong>:“… Kita harus tahu: setiap bangsaadalah bagian dari umat manusiadan setiap orang harus menjawabpertanyaan ini: apa yang mestianda tawarkan kepada manusia,cara-cara baru apa yang telahanda temukan untuk menuju kekebahagiaan? Begitu sebuah bangsakehilangan kekuatan vitalnya untukmencapai penemuan ini – diamenjadi sebuah bobot mati –sebuah anggota yang lumpuh daritubuh Manusia Universal. Hanyasekedar eksis saja bukanlah sebuahkeagungan.“Adalah sebuah hukum kehidupanuntuk menghancurkan yangtelah mati …imobilitas tidakdiperbolehkan … Ini memaksasaya untuk mengatakan bahwakebenaran utama dalam zamankita adalah arus-arus baru dalamkehidupan ini yang mendorong kitauntuk bertindak. …Tetapi di dalamlubuk hati kita ada kecenderunganuntuk memperindah sifatkemanusiaan dengan individualitaskita sendiri sebagai sebuah hiasan.“Ketika manusia berhenti bertindakatas kemauannya sendiri dandikomandoi oleh kebiasaannyasaja, dia menjadi semacam parasit,karena dia telah kehilanganpegangan untuk melaksanakantugas yang diserahkan kepadanya,ini sama saja dengan mengatakan‘membuat apa yang tampaknyatidak mungkin menjadi mungkin’dan mengikuti jalan kemajuan,nasib manusia yang sebenarnya.“Orang-orang yang tidak bisamencapai kemerdekaan didalam dirinya sendiri pasti akankehilangannya juga di dunialuar. Mereka tidak menyadarifungsi manusia sebenarnya,yaitu untuk merubah yang tidakmungkin mejadi mungkin melaluikapasitasnya sendiri untukmelakukan hal-hal yang ajaib danuntuk tidak membatasi diri terhadapapa yang dulunya sudah ada, tetapiuntuk membuat kemajuan untukmencapai apa yang harus dicapai.”Beberapa contoh ini hanyasekedar umpan untukmengatakan: Mari kita mulaibergerak dan mencari apa yangdalam visinya <strong>Tagore</strong> harusdikatakannya kepada kitasekarang. Bukunya “Sâdhanâ”(1913) harus disimpan sebagaibuku panduan kita, sepertipikiran dibawah ini yang harusdipakai sebagai batu loncatan:Sang Individual (berikutindividuation yang sangatdigemari Carl Gustav Jung, 1875-1961), Spontaneity, Creativity,Independence, Cooperation, Powerof Invention, Faculty of the Spirit ofUniversality, Evolution (juga dalamagama), – semua konsep tersebutpada era kita yang “Yes we can”telah disoroti sebelumnya oleh<strong>Tagore</strong>.Stephane Hessel (1917-), yangikut merumuskan PernyataanSejagat Hak-Hak Manusia(Universal Declaration ofHuman Rights) pada tahun 1948,ingin melihat “Declaration ofIndependence” of Nations atauPernyataan KetergantunganBangsa-Bangsa dilengkapidengan sebuah Deklarasi SalingKetergantungan (Declarationof Interdependence). <strong>Tagore</strong>,pada zamannya, telah menjadipembelanya. Kini giliran kitapula untuk merealisasikannya.Di tengah jalan yang sedang kitatempuh ini, kita beruntung adateman-teman yang ikut bersamakita dan dibantu oleh cahayayang telah dinyalakan oleh paraperintis.◆Penulis adalah seorang penyair, penulis,penerjemah dan interpreter. Penuliswanita ini memimpin sebuah perusahaanpenerbitan bernama Anima Viva Lingua.‘Syukur saya dilahirkan di negeri ini’:Sketsa Riwayat Hidup <strong>Tagore</strong>PURBA BANERJEERabindranath <strong>Tagore</strong> hidup selama delapan dasawarsa lebih.<strong>Tagore</strong> memulai karirnya sebagai penyair dan kemudianternyata menjadi sastrawan, pendidik, pelukis dan pembaharusosial dan filosof yang tangguh pada zamannya.Rabindranath <strong>Tagore</strong> pernah menyatakan, “Saya adalah seorangindividual yang pemalu yang tidak pernah menikmati masa-masakecilku. Namun demikian nasib saya membawa setiap peluang untukmenyeret saya ke sebuah publisitas yang cukup luas. Saya sering berharapagar saya termasuk kedalam zaman tanpa publisitas dimana para senimandapat menikmati karya-karya mereka dan lupa untuk menpublitaskannama-nama mereka.”Kehidupan Rabindranath <strong>Tagore</strong> memang menarik untuk disimak karenapenuh dengan variasi dan kreativitas. Dia bukan saja seorang penyair, penulisnovel, penulis skenario, penulis lagu dan pelukis, <strong>Tagore</strong> sendiri adalahseorang anak yang putus sekolah, lalu menjadi seorang pendidik terkenalpada zamannya. Sebagai bagian dari eksperimen-eksperimen pendidikananti-kolonialnya, Rabindranath mendirikan dua sekolah yang unik, PathaBhavana dan Siksha Satra dan juga sebuah universitas internasional,Visva-Bharati di Santiniketan. Tulisan ini memberikan kronologi pendekmengenai kehidupan <strong>Tagore</strong>.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 126 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 127


Sarada Devi1861: Rabindranath <strong>Tagore</strong> anakkeempat belas dari orang tuanyaMaharshi Debendranath <strong>Tagore</strong> danSarada Devi lahir di Jorasanko,Calcutta pada tanggal 7 Mei.1863: Ayah <strong>Tagore</strong> membelitujuh ekar (acres) tanah tandusdari para zamindar (tuan tanah)Raipur, Birbhum, Bengala Baratyang kemudian dikenal dengannama Santiniketan.1873: Pergi ke Himalaya Baratbersama ayahnya. Dalamperjalanan ke PerbukitanDalhousie, Rabindranath tinggaldi Santiniketan untuk pertamakali dengan Maharshi. Disinidia menulis drama pertamanyaPrithvirajer Parajay (KekalahanPrithviraj). Sayang tak satu copyatau salinan dari karyanya iniyang masih ada sampai sekarang.1874: Penerbitan pertamapuisinya berjudul Abhilasha dimajalah Tattwabodhini Patrika.1875: Ibunya meninggal dunia.Membacakan sendiri syairpatriotisnya ‘Hindumelar Upohar’(Pemberian dari Hindumela) diMaharshi Debendranath <strong>Tagore</strong>pasar malam Hindu Mela, yangdianggap sebagai penampilanpertamanya dimuka umum.1878: Tinggal bersamakakanya Satyendranath <strong>Tagore</strong>di Ahmedabad sebelumkeberangkatannya untuk belajardi University College of Londonsebagai mahasiswa Hukum.1879: Kunjungan pertama keLondon.1880: Kembali ke India tanpamenyelesaikan studi resminya.Buku pertamanya Sandhya Sangit(Lagu-Lagu Sore) diterbitkan.1881: Menulis drama musikalnyayang pertama Valmiki Pratibha.1883: Menikah dengan MrinaliniDevi.1884: Ipar perempuannyaKadambari Devi bunuh diri.1886: Bayi pertamanyaMadhurilata lahir.1888: Putra tertua Rathindranathlahir.1890: Diberi tugas untukmengurus <strong>Tagore</strong> Estate diSilaidah (kini di Bangladesh).1891: Putri kedua Renuka lahir.1892: Menyarankan pendidikandalam bahasa ibu, bukan bahasaInggris. Dia mengeritik sistimpendidikan Inggris di India dalamtulisannya berjudul SikhsharHerfer (Vagaries of Education).1894: Putri paling bungsu Miralahir. Terpilih sebagai WakilPresiden Academy of BengaliLetters (Akademi Sastra Bengali)dan menjadi editor Sadhana,jurnal keluarga yang baru darikeluarga <strong>Tagore</strong>.1895: Dia membuka tokoSwadeshi di Calcutta untukmempromosikan barang-barangasli India dan bisnis antara parapemuda Bengali, dan sebuahfabrik yute di Kushtia, ibu kotakabupaten yang dekat denganestate mereka di Bengala Timur.1896: Putra paling bungsunyaSamindranath lahir.<strong>Tagore</strong> dengan Mrinalini Devi<strong>Tagore</strong> dengan putrinya Madhurilata danputranya Rathindranath1898: RUU yang disebutSedition Bill diluluskan; BalGangadhar Tilak ditangkap;<strong>Tagore</strong> membacakan papernyaKantharodh (Yang Tercekik) disebuah rapat umum di Calcutta.1899: Pindah ke Santiniketandengan isteri dan anak-anaknya.Perahu Padma di Silaidah (kini di Bangladesh)1901: Menerbitkan kembalijurnal bulanan Bankim ChandraChattopadhyay, Bangadarshan.Mendirikan sebuah sekolahuntuk anak-anak yang disebutbrahmacharyashrama sesuaidengan model sekolah kehutanandi zaman India purba diSantiniketan dengan persetujuanayahnya. Menulis puisi-puisiNaivedya.1902: Mrinalini Devi, isterinya,meninggal dunia.1903: Putri keduanya, Renuka,meninggal dunia.1903-1904: Dia mulai tertarikkepada masalah-masalah politikdi India dan menulis seminalesei berjudul ‘Swadeshi Samaj’(Negara dan Masyarakat Kita)1905: Ayahnya, Debendranath<strong>Tagore</strong>, meninggal dunia padausia 88 tahun. Melancarkangerakan Swadeshi Andolan(Gerakan Kemerdekaan)yang memprotes usul LordCurzon untuk memekarkanINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 128 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 129


Mira: Putri bungsu <strong>Tagore</strong>Bengala (Menjadi BengalaBarat dan Bengala Timur).<strong>Tagore</strong> menyarankan policy ofconstructive non-cooperationatau politik non-koperasi yangkonstruktif terhadap British Rajatau Pemerintah Kolonial Inggris.1907: Putra paling bungsuSamindranath, meninggaldunia. <strong>Tagore</strong>, kecewa dengan<strong>Tagore</strong> di rumahnya Punaschaeksploitasi politik terhadapkonflik Hindu-Muslim, menarikdiri dari swadeshi andolan ataugerakan kemerdekaan.1908: Memimpin sidang KongresProvinsi Bengala di Pabna, BengalaTimur dan menyampaikanpidatonya dalam bahasa Bengali,bertentangan dengan tradisipenyampaian pidato-pidatodalam bahasa Inggris padasidang-sidang partai Kongres.1910: Gitanjali dalam bahasaBengali diterbitkan.1912: Bertemu dengan pelukisInggris William Rothensteindi Inggris. Rothenstein berjasadalam penerbitan Gitanjali dalambahasa Inggris, dengan katapengantar oleh W.B. Yeats,oleh India Society of London.Berkunjung ke AS untuk pertamakali.1913: Gitanjali, CrescentMoon, The Gardener danChitra diterbitkan olehMacmillan, London. <strong>Tagore</strong>dianugerahi Hadiah Nobel untukKesusasteraan sebagai orang Asiapertama yang menerima hadiahtersebut.1915: Menerima gelarkebangsawanan InggrisKnighthood. Dia bertemu denganGandhi untuk pertama kali diSantiniketan. Tinggal di desaSurul dekat Santiniketan, danmenulis novelnya Ghare Baire(Home and the World).Medali NobelPutra bungsu Samindranath1916: Berkunjung ke AS via Cinadan Jepang untuk memberikankuliah-kuliah mengenaiNasionalisme.1918: Perletakan batu pertamapembangunan Visva-Bharati,sebuah universitas internasional.1919: Membuang gelarkebangsawanan Knighthood-nyasebagai protes terhadap pristiwaPembantaian di Jalianwalla Bagh,dimana sekelompok orang yangtidak bersenjata ditembaki secarabrutal oleh seorang BrigadirJenderal Inggris, Reginald Dyer,menewaskan hampir 1000 orangdan melukai lebih dari 1500orang korban.1920: Berangkat ke Inggrisuntuk memberikan kuliah-kuliahdalam rangka mengumpulkandana untuk Visva-Bharati. Dalamkunjungan ini dia juga bepergianke Perancis, Holland danAmerika.1921: Berkunjung ke Inggris,Perancis, Switzerland, Jerman,Swedia, Austria dan Czechoslovakia.1922: Pada tanggal 6 Februari,Institute of Rural Reconstructiondidirikan di Sriniketan denganpartisipasi Rathindranath <strong>Tagore</strong>,Leonard Elmhirst dan WilliamPearson.1924: Berkunjung ke Cina danJepang. Segera setelah kembalidari kunjungan tersebut, diaberlayar ke Amerika Selatan,khususnya Peru. Tetapi dia jatuhsakit dan cuma tinggal di BuenosAires sebagai tamu VictoriaOcampo dimana dia melibatkandiri dalam the art of doodling atauseni corat-coret yang akhirnyamelahirkan lukisan-lukisannya.1924-1925: Mulai melakukandebat politik dengan Gandhijimengenai kampanye Charkhayang mengundang kritikan-kritikanGandhi – sebuah karya patung olehRamkinkar Baej di Santiniketan.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 130 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 131


pedas dari tokoh-tokoh sepertiPrafulla Chandra Ray dan lain-lainkarena dia tidak ikut berpartisipasidi dalamnya. Dia menjawabnyadengan tulisan berjudul ‘SwarajSadhan’ (Mencapai Swaraj)dimana dia berdalih bahwapraktek Charkha sebagai alatuntuk mencapai Swaraj atauPemerintahan sendiri sia-sia.1925: Mahatma Gandhiberkunjung ke Santiniketan.<strong>Tagore</strong> menolak permintaanGandhi untuk ikut dalamkampanye politiknya.1926: Berkunjung ke Italia sebagaitamu Mussolini, meskipunpilihannya disesatkan oleh yanglain. Mussolini mengatakankepadanya, “Saya adalah orangItalia yang mengagumi karyakaryaanda, yang telah membacasemua buku-buku anda yang telahditerjemahkan kedalam bahasaItalia”. <strong>Tagore</strong> juga pergi ke Swiss(dimana dia bertemu denganRomain Rolland), Austria, Inggris,Norwegia, Swedia, Denmark, Jerman(dimana dia bertemu denganAlbert Einstein), Cekoslowakia,Bulgaria, Yunani dan Mesir.1927: Mementaskan drama NatirPuja di Calcutta dimana dia ikutmain sebagai seorang pendetaBudha. Berkunjung ke Asia Tenggara,termasuk Myanmar, Singapura,Jawa, Bali, Malaya, dan Siam.1928: Mulai melukis.1930: Melakukan lawatan kesebelaske luar negeri. MenyampaikanHibbert Lectures di Oxford(diterbitkan sebagai bukuReligion of Man atau AgamaManusia). Menggelar pameranlukisan solo di Perancis, diikuti<strong>Tagore</strong> pada HUT kelahirannya terakhir. Kshitimohan Sen sedang membacakan esei <strong>Tagore</strong>:Crisis in CivilizationINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 132oleh pameran-pameran di Inggris,Jerman, Switzerland, dan AS.1931: Letters from Russia atauSurat-Surat dari Rusia diterbitkan.1932: Dia melancarkan rapatprotes terhadap insidenpenembakan di Kamp TahananHijli dan mengutuk “pembunuhanterkonsentrasi yang dilakukandalam kegelapan terhadaptahanan-tahanan yang tidakbersenjata, yang sedang disekapsecara barbarik”. <strong>Tagore</strong>melakukan lawatan terakhirkalinya ke luar negeri dengankunjungan ke Persia dan Iraq.1937: Hall of Chinese Studies atauCheena Bhavana (Pusat StudiCina) diresmikan di Santiniketan.<strong>Tagore</strong> sakit keras.1938: Pameran lukisannyadiselenggarakan di London.1940: Oxford Universitymemberikan gelar Doktor kepada<strong>Tagore</strong> melalui suatu wisuda khususdi Santiniketan. <strong>Tagore</strong> menulissurat ke Mahatma Gandhimemohonnya untuk mengambilalih pengurusan Visva Bharati.1941: Kuliah terakhirnya, Crisisin Civilisation (Krisis dalamPeradaban) yang ditulisnyasemasa Perang Dunia Kedua,dibacakan pada HUT-nyayang ke-80 di Santiniketan.Dia dibawa ke Calcutta karenasakit keras pada tanggal 25Juli dari Santiniketan. <strong>Tagore</strong>menghembuskan nafas terakhirpada tanggal 7 Agustus pada usiadelapan puluh tahun.◆Penulis pernah membantu dalam pendirianMaharshi Debendranath <strong>Tagore</strong> MemorialMuseum di Santiniketan dan dewasa iniaktif dalam penelitian di Rabindra Bhawan.‘The Night has ended’: Puisi berilustrasi dengan terjemahannya, Baghdad, 1932

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!