<strong>Tagore</strong> dengan Gandhi dan Kasturba di Shyamali, Santiniketan, 1940 (kiri) dandengan Romain Rolland (atas).penalaran daripada penyampaianpandangan-pandangantradisionalis, minat yang lebihbesar terhadap bagian-bagiandunia lainnya, dan lebihmenghargai iptek dan objektivitassecara umum.Rabindranath tahu bahwadia tidak dapat memberikankepemimpinan politik sepertiyang diberikan Gandhi, dia tulusmemuji apa yang dilakukanGandhi untuk bangsanya(sebenarnya <strong>Tagore</strong> lahyang mempopulerkan istilah“Mahatma” – jiwa besar – untukGandhi). Namun mereka samasamasangat kritis terhadap satusama lain mengenai banyak halyang saling mereka perjuangkan.Bahwa Mahatma Gandhi telahmenerima lebih banyak perhatiandi luar India dan juga di Indiasendiri dibanding <strong>Tagore</strong> sangatpenting kiranya untuk memahami“sisi <strong>Tagore</strong>” dalam perdebatanantara Gandhi dan <strong>Tagore</strong>.Dalam buku hariannya yangditulisnya di penjara, Nehrumenulis: “Barangkali ada baiknyajuga bahwa [<strong>Tagore</strong>] meninggalsekarang sehingga tidak melihatbanyak kengerian yang mungkinakan dialami dunia dan India.Dia telah melihat semuanyadan itu sudah cukup baginya.”Menjelang akhir hayatnya, <strong>Tagore</strong>memang merasa sangat kecewadengan keadaan di India, apalagimasalah-masalah dan bebanyang biasa dihadapinya sepertikelaparan dan kemiskinan, yangdiperparah oleh kerusuhankerusuhan“komunal” antaraHindu dan Muslim akibathasutan-hasutan politik secaraterorganisir. Konflik-konfliktersebut memicu pembunuhanpembunuhanpada tahun 1947sehubungan dengan partition(pemekaran anak benua Indiamenjadi dua negara merdeka:India dan Pakistan), enam tahunsetelah <strong>Tagore</strong> meninggal.Pada bulan Desember 1939,dia menulis kepada temannyaLeonard Elmhirst (1893-1974),seorang filantropis danpembaharu sosial Inggris yangpernah bekerja bersamanyadalam pembangunan pedesaandi India (dan yang mendirikanDartington Hall Trust di Inggrisdan sebuah sekolah progresif diDartington yang secara eksplisitmenggugah cita-cita pendidikanRabindranath):“Kita tidak memerlukan seorangdefeatist atau pengalah untukmengkhawatirkan masa depanberjuta-juta rakyat yang, dengankebudayaan mereka yangdibawa sejak lahir dan tradisitradisidamai mereka, padawaktu yang bersamaan merekadihadapkan kepada kelaparan,penyakit, eksploitasi oleh asingatau bangsa sendiri, disampingmasalah komunalisme yangberkepanjangan.”Bagaimana kiranya pandangan<strong>Tagore</strong> mengenai India sekarangini? Apakah dia melihatada kemajuan atau hanyamembuang-buang peluang, ataubahkan pengkhianatan terhadapimpian dan keyakinannya? Danmengenai subyek yang lebihluas lagi, bagaimana dia akanbereaksi terhadap penyebaranseparatisme kebudayaan dalamdunia kontemporer?(Dikutip dan diterjemahkan dari <strong>Tagore</strong> andHis India).◆Penulis adalah seorang Profesor diLamont University di Harvard. Dia adalahpemenang hadiah Nobel di bidang Ekonomipada tahun 1998 dan Master of TrinityCollege, Cambridge 1998-2004.INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 68 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 69
Tersentuh oleh <strong>Tagore</strong>MARTIN KÄMPCHENPenulis-pernulis kreatif seperti <strong>Tagore</strong> tidak hanya menghasilkan karya-karya seni, tetapijuga menciptakan sebuah seni hidup yang baru yang menerjemahkan, sedekat mungkin,esensi dari kreativitas mereka kedalam sebuah konteks sosial.Ada dua adegan padahari-hari pertama saya tibadi India yangmeninggalkan kesan mendalampada diri saya. Adegan pertamaketika saya sedang berkunjungke sebuah desa di Distrik24-Parganas Bengala Selatan.Seorang petani muda yangkami temui di sawahnyayang sedang ditumbuhi padimuda, menerima kami dengansambutan hangat. Dia denganspontan menyanyikan sebuahlagu <strong>Tagore</strong> sambil berdiri disawahnya. Suaranya meskipunkedengarannya tidak terlatihtetapi lembut dan penuh emosi,beda sekali dengan tangannyayang kasar dan kaki telanjangnyayang memar.Adegan kedua terjadi diRamakrishna Mission Ashramdi Narendrapur, sebelah selatanKolkata. Pada suatu sore sayamasuk kamar hostel yangditempati dua mahasiswa yangtelah menjadi teman saya. Sayamendapati mereka sedangmendeklamasikan sebuahpuisi karangan <strong>Tagore</strong>. Merekaduduk saling berdampingandan dalam satu suara merekamenyanyikan lagu-lagu ciptaan<strong>Tagore</strong> dengan suara lantangdan dengan melodi yang sangatterkenal di Bengala dalammendeklamasikan sebuah puisi.Mata mereka basah dengan airmata dan mereka membawakanpuisi tersebut dengan penuhemosi.Saya menyadari bahwa bagipetani yang tidak pernahbersekolah ini dan juga bagikedua orang mahasiswayang menyanyikan lagu-lagu<strong>Tagore</strong> dan mendeklamasikanpuisi-puisinya, hal itu merekalakukan bukan sekedar pengisiwaktu atau untuk menghiburhati yang lara, tetapi lebih dariitu atau bahkan lebih dari suatubentuk usaha pendidikan. Bagimereka Pujangga Rabindranath<strong>Tagore</strong> telah menjadi seorangGreat Consoler atau PenghiburBesar. Rasa takut yang merasukkedalam diri kita ketika kitamenatap ruang kosong dilangit di malam hari, ketika kitamembayangkan betapa lamanyawaktu yang sudah dilalui danwaktu yang masih terbentangdi hadapan kita, hanya bisaditaklukkan oleh kata-kata dariseorang Pujangga besar sepertiRabindranath <strong>Tagore</strong>.Penulis-penulis kreatif seperti<strong>Tagore</strong> bukan sekedarmenciptakan karya-karyaseni, tetapi juga menciptakansebuah seni hidup yang baruguna menerjemahkan dayakreatifnya kedalam kontekssosial. Keinginan Rabindranath<strong>Tagore</strong> untuk pindah darikota besar seperti Kolkatauntuk mendirikan sebuahbrahmacharya ashram, sebuahlembaga pendidikan yangdikelola sesuai visinya untukmemupuk dan mengembangkanpotensi anak, pelayanan yangdiberikannya kepada pendudukdesa, dan hidupnya yang sangatsederhana seperti seorangpertapa telah bersinergi menjadisebuah seni hidup yang baru.Seni ini merupakan interpretasidari tradisi kehidupan yanglama, tetapi lebih bersifatindividualistik dan personal.Jadi, setelah membaca karyakaryaRabindranath <strong>Tagore</strong>,saya merasa sedang bergerakdalam sebuah tradisi, sebagaisebuah unsur dari sebuahKomunitas Yang Lebih Luas.Walaupun kedengarannyaabstrak, <strong>Tagore</strong> memancarkankehangatan sebagai seorangpenyair dan pencerita yangdalam komunitas yang lebihluas seperti itu pasti akanmenjadi spesifik dan personal.Sebuah cerita atau sebuahpuisi tidak bisa hanya menjadialat untuk mengungkapkanide-ide atau sebuah falsafah.Mereka harus berupayauntuk mewujudkan sebuahKesatuan yang menyeluruh danmenjelaskannya secara rinci.Persis seperti matahari yangdicerminkan dalam setetes airhujan. Para penulis yang mampuyang menghidupkan pengertiantentang Kesatuan ini dalamcerita-cerita dan puisi-puisimereka, mereka dapat kita sebutsebagai Great Consolers atauPenghibur-Penghibur Besar.Seorang penulis seperti itumampu menciptakan kembaliKesatuan tersebut dalam konteksbahasanya, waktunya untukbercerita dan geografisnya yangspesifik dan dalam kontekssistim sosial dan kulturalnya.Oleh karenanya, para pembacaberbahasa Bengali yang lahirdalam konteks yang samadengan Rabindranath beruntungdapat merasakan KesatuanYang Luas dalam konsep danpengertian yang mereka kenal.Keberuntungan seperti inimemang langka dan mungkinjuga unik dalam dunia modern.Dimanakah di Amerika atauEropa kita menemukan seorangpenulis lain yang telah menguaklangit dan menciptakan suatuKesatuan Yang Luas dalamkonteks kulturalnya? Apakahada penulis-penulis eksistensialisPrancis yang telah melalukan halyang sama? Atau mungkin parapenulis skenario dari Theatreof the Absurd? Atau Marquezatau Ezra Pound atau VirginiaWoolf atau James Joyce? Sayakira tidak. Jika saya perhatikanpenulis-penulis Eropa sejaksaya berada di bangku sekolah,saya kira penulis yang sekelas<strong>Tagore</strong> mungkin adalah FranzKafka, yang dalam lingkupkebudayaannya sebagai YahudiPraha telah menciptakan sebuahjagad raya dan berhasil menariksemua pembacanya kedalamnya.Namun cerita-cerita dannovel-novelnya tidak memilikikapasitas untuk menghibur.Belum lama ini saya bertemudengan seorang mahasiswaMuslim Bihari di Darjeeling,seorang pemuda cerdas danberdedikasi tinggi. Dia masuksekolah Jesuit di Darjeelingdan duduk di Tingkat Dua dankini sedang menyelesaikankuliahnya di sekolah yang sama.Sebagai mahasiswa yang cerdasdia terpilih sebagai MahasiswaPerfek, ketika masih kuliah diperguruan tinggi yang sama. DiaINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 70 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 71