11.07.2015 Views

IP_ Tagore Issue - Final.indd

IP_ Tagore Issue - Final.indd

IP_ Tagore Issue - Final.indd

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TajukDalam Edisi Khusus ini kami memberikan penghormatan kepada salahseorang putra terbesar India – Rabindranath <strong>Tagore</strong>. Pada waktu duniasedang bersiap-siap untuk merayakan HUT ke-150 kelahiran <strong>Tagore</strong>,India Perspectives mengambil peran terdepan dengan mengumpulkansejumlah tulisan-tulisan yang akan memberikan kepada para pembacakami suatu gambaran yang unik tentang berbagai segi kehidupan daripribadi yang benar-benar cemerlang ini. Dalam kehidupannya yangpenuh pristiwa selama delapan dekade dari 1861 sampai 1941 itu,<strong>Tagore</strong> telah diakui oleh dunia internasional sebagai penulis skenario,penyair, penulis lagu, novelis, pendidik, filosof dan humanis.<strong>Tagore</strong> menulis opera drama pertamanya – Valmiki Pratibha – ketikadia baru berusia dua puluh tahun. Dia terus berkarya dan telahmenulis lebih dari 2000 lagu dan menciptakan Rabindra-sangeetsebagai sebuah genre penting musik Bengali yang diberi namamenurut nama sang pujangga. Dia menerjemahkan sendiri kumpulanpuisi-puisinya, Gitanjali, dari bahasa Bengali kedalam bahasa Inggrisdan menjadi orang Asia pertama yang memenangkan Hadiah Nobelpada tahun 1913. Cerpen-cerpen dan novel-novelnya mendapattempat terhormat dalam kesusasteraan Bengali. Dan barangkalidia adalah satu-satunya penyair yang telah mengarang lagu-lagukebangsaan untuk dua negara: Amar Shonar Bangla untuk Bangladeshdan Jana Gana Mana untuk India. Pada usia 60, dia mengalihkanperhatiannya kepada seni lukis dan telah menghasilkan karya-karyacemerlang pada masa senjanya.Sebagai seorang pendidik, dia menekankan pentingnya gagasannyatentang pendidikan yang sempurna dan holistik dan mendirikanVisva-Bharati di Santiniketan sebagai sebuah institusi dimana“ilusi berupa rintangan-rintangan geografis lenyap dari sekurangkurangnyasatu tempat di India.” Sang ‘pujangga dunia’ ini seringmelakukan lawatan-lawatan, memperoleh banyak teman danpengagum selama perlawatannya ke tigapuluh negara di lima benua.Seperti yang dikatakan Tan Chung dalam tulisannya, “Rakyat Cinaselalu menyenangi tulisan-tulisan dan lagu-lagu <strong>Tagore</strong> karenamereka memancarkan rasa cinta, harapan dan kemanusiaan. Suatu‘<strong>Tagore</strong> Fever’ (Demam <strong>Tagore</strong>) diciptakan di Cina pada tahun1920-an, khususnya untuk menyambut kedatangannya pada tahun1924. Kita kini dapat menyaksikan lagi munculnya ‘<strong>Tagore</strong> Fever’ diCina dalam rangka peringatan secara universal HUT kelahiran <strong>Tagore</strong>yang ke 150…”Sebagai seorang filosof, <strong>Tagore</strong> berusaha untuk menyeimbangkankecintaannya terhadap perjuangan kemerdekaan India dengankepercayaannya kepada humanisme yang universal dankekhawatirannya akan ekses-ekses nasionalisme. Dia sengajamelepaskan gelar kebangsawanan “Knighthood”yang dianugerahkanInggris kepadanya sebagai protes terhadap pembantaian yangdilancarkan tentara Inggris di Jallianwala Bagh di Amritsar padatahun 1919. Dan dia punya nyali, seperti dikemukakan olehProf. Amartya Sen dalam tulisannya, untuk mengeritik kampanyeSwadeshi yang dilancarkan Mahatma Gandhi dan penggunaan alatpemintal benang atau Charkha seperti yang dianjurkan oleh sangMahatma.Dengan selalu bersikap positif dan berorientasi kepada tindakan(action), <strong>Tagore</strong> telah banyak merangsang kita untuk berpikir danbertindak.“Saya telah menjadi seorang yang optimis menurut versi sayasendiri. Jika saya tidak berhasil mencapainya dengan melewati satupintu, saya akan mencobanya dengan melewati pintu yang lain. – atausaya harus membuat sebuah pintu baru. Sesuatu yang luar biasaakan saya capai betapapun gelapnya masa sekarang ini,” katanya.Pikiran seperti inilah yang selalu membuat saya tersenyum: “Sayatidur dan bermimpi bahwa hidup itu menyenangkan. Saya terbangundan melihat bahwa hidup itu adalah pelayanan. Saya bertindak danmengamati, pelayanan itu menyenangkan.”Kami sangat berterima kasih kepada Visva-Bharti University, khususnyakepada Prof. Udaya Narayana Singh, karena telah membantu sayasebagai co-editor edisi khusus ini. Disamping menyumbang tulisantulisanyang mengungkapkan sisi-sisi cemerlang dari kepribadian<strong>Tagore</strong>, Visva-Bharti juga telah menyumbangkan foto-foto langka yangtelah disimpan dan dirawat dengan susah payah untuk memberikangambaran visual yang indah. Bahwa diantara foto-foto tersebut adabeberapa foto yang baru pertama kali disiarkan menjadikan edisi inisebagai sebuah edisi kolektor yang sesungguhnya.Sebagaimana biasanya, kami selalu mengharapkan tanggapantanggapandan masukan-masukan dari para pembaca kami.Navdeep Suri

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!