Penyair PengelanaAMRIT SENJauhnya perjalanan yang ditempuh <strong>Tagore</strong> mencengangkankita dilihat dari kesulitan-kesulitan yang harus dihadapinya.Dia selalu ingin mengenal dan membiasakan dirinya dengankebudayaan-kebudayaan lain, dan mengintegrasikanaspek-aspek paling bagus dalam dirinya dan institusinya.Diantara banyak aspekdari kepribadianRabindranath yangmultifaset adalah keinginannyauntuk melawat. “Saya adalahseorang pelancong yang sukamenempuh jalan tanpa ujung”,tulisnya. Dia telah melakukanperlawatan yang sangat jauhke berbagai negara di Eropa,<strong>Tagore</strong> dengan Helen KellerAmerika dan Asia dalambeberapa tahap dalam hidupnyadan meninggalkan catatancatatanpanjang perjalanannyadalam bentuk surat-surat,diaries dan tulisan-tulisan. Bagi<strong>Tagore</strong>, melawat tidak sajatelah memperluas wawasannya,tetapi juga ikut mempertajamfalsafah internasionalismenyadan pengembangan institusinyaVisva-Bharati.Pengalaman-pengalaman dini<strong>Tagore</strong> dalam melakukanperlawatan adalahperjalanannya ke pegununganHimalaya pada tahun 1873dengan ayahnya Debendranath<strong>Tagore</strong>. Disamping memupukrasa kedekatan dengan alam,perjalanan ini juga telahmenumbuhkan perasaan inginbebas dan ingin melakukaneksplorasi yang seringdilakukannya selama hidupnya.Dengan ditemani olehsaudaranya Satyendranath,Rabindranath yang masih mudaberangkat ke Eropa pada tahun1878 untuk belajar hukum. Diatiba di London via Alexandriadan Paris dan berkunjung ke<strong>Tagore</strong> di Argentina (kanan) dan Persia(bawah).Brighton dan Torquay. Diamendaftarkan diri di FakultasSeni dan Hukum, di UniversityCollege London, tetapikunjungannya diperpendekdan dia kembali ke India padatahun 1880. Salah satu aspekmenarik dari perjalanannyaini adalah pengakuan <strong>Tagore</strong>terhadap kebebasan perempuandalam masyarakat Eropa, sudahdibicarakan dalam tulisanlain dalam edisi ini. PemudaRabindranath juga mengunjungiParlemen Inggris dimana diamenyaksikan sendiri kehidupanpolitik masyarakat Inggris.<strong>Tagore</strong> melakukan perjalananuntuk kedua kalinya ke Eropapada tahun 1890 dengansaudaranya Satyendranathdan dengan temannya LokenPalit dalam kunjungan keLondon, Paris dan Aden. Padakedua kunjungan ini, <strong>Tagore</strong>mempelajari musik barat dantertarik kepada seni Eropa, danuntuk itu dia berkunjung keNational Gallery dan pameranPerancis.Kunjungan <strong>Tagore</strong> ketiga keEropa dilakukannya padatahun 1912 dan kunjunganINDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 52 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 53
ini merupakan sebuahlandmark atau pristiwa besardalam karirnya. Dalam upayapenyembuhannya di Inggris,Rabindranath yang sedangsakit dapat bertemu dengantokoh-tokoh sastra Inggristernama, antaranya, WilliamRothenstein, W.B. Yeats,Ezra Pound, C.F. Andrews,Ernest Rhys dan BertrandRussell (1872-1970). Gitanjaliyang telah diterjemahkannyakedalam bahasa Inggrismendapat sambutan hangatketika <strong>Tagore</strong> berangkatmenuju AS. Dia berkunjung keIllinois, Chicago, Boston danNew York dan memberikanbeberapa kuliah di Harvard.Ketika dia kembali ke Inggris,dramanya berjudul The PostOffice dipentaskan oleh AbbeyTheatre Company. Popularitas<strong>Tagore</strong> yang semakin membesarsebagai seorang penyair dapatdiukur dari surat Rothensteinkepadanya, “Ketika anda datangsebelumnya, anda adalahseorang asing, dimana kamimenawarkan persahabatansebagai diri-diri yang kurangterhormat; kini anda datangsebagai pujangga yang diakuisecara luas, dengan temantemanyang dikenal dan tidakdikenal dalam ratusan rumah”.<strong>Tagore</strong> berangkat menuju Indiapada bulan September, 1913.Pemberian Hadiah Nobelkepadanya telah meningkatkanreputasi <strong>Tagore</strong> dan diapundiundang di hampir seluruhdunia. Gagasannya tentanginternationalisme juga memacukeinginannya untuk bepergiandan berinteraksi denganbanyak kebudayaan. Padatahun 1916 dia mengunjungiRangoon dan Jepang, singgahdi Kobe, Osaka, Tokyo danYokohama. <strong>Tagore</strong> ingin sekalimenemukan di Jepang suatu“manifestasi kehidupan moderndalam semangat tradisionalmasa silam”, dan dia tergugahdengan kehidupan rakyatnyayang estetis. Akan tetapi <strong>Tagore</strong>kecewa dengan munculnyanasionalisme dan imperialismedi negara tersebut.Pada bulan September 1916<strong>Tagore</strong> diundang ke AS untukmenyampaikan serangkaiankuliah-kuliah. Dia berkunjungke Seattle, Chicago danPhiladelphia dimana diamenyampaikan kritikannyaterhadap kultus nasionalisme.Meskipun dia mendapatsambutan hangat, pandanganpandangannyamembangkitkanbanyak permusuhan.<strong>Tagore</strong> kembali ke Eropa padatahun 1920. Di Inggris, diakecewa menemukan bahwasikap beraninya menentangnasionalisme dan perangtelah mendinginkan semangatteman-temannya. Dia pergi kePerancis dan terkesan dengankunjungannya ke medanpertempuran dekat Rheims. DiStrasbourg, dia menyampaikankuliah berjudul “The Messageof the Forest” atau Pesandari Hutan. Kunjungankunjungannyaberikutnya keAS untuk mengumpulkan danabagi Visva-Bharati terbuktikurang sukses. Dia tidak sajagagal dalam mencari dana,tetapi juga harus menghadapiaudien yang jelas memusuhinyakarena kritikannya terhadapmaterialisme dan nasionalisme.Pada tahun 1921, <strong>Tagore</strong>berkunjung ke Paris untukmenemui Romain Rolland,dan pertemuan ini telahmemperteguh sikap <strong>Tagore</strong>tentang internationalisme karena<strong>Tagore</strong> dengan para pembesar dalam suatu kunjungan ke Jepang, 1929 <strong>Tagore</strong> sedang memberikan pidato pada waktu kunjungan ke Singapura, 1927INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 54 INDIA PERSPECTIVES VOL 24 NO. 2/2010 55