07.06.2014 Views

LAPORAN AKHIR - RarePlanet

LAPORAN AKHIR - RarePlanet

LAPORAN AKHIR - RarePlanet

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

tersebut mula-mula sihancurkan dan diayak sampai halus. Hasil ayakan menyerupai<br />

tepung tersebut dikukus seperti nasi tumpeng. Setelah masak disebut kasoami, makanan<br />

pokok setara dengan fungsi nasi yang menjadi pasangan lauk lainnya.<br />

Gurita biasanya dijual ke pasar Wangi-Wangi dalam bentuk gurita kering atau<br />

segar. Perairan pesisir pulau Kapota memang memiliki populasi gurita melimpah. Kondisi<br />

dasar laut berupa hamparan pasir, padang lamun membentuk dataran luas sekitar 800 –<br />

1000 meter dari bibir pantai dengan terumbu karang tepi yang membatasi dengan<br />

perairan laut dalam merupakan lapangan luas favorit tempat asupan hewan gurita. Pada<br />

kondisi laut surut seluruh padang lamun dan pasir dasar akan mengering sampai karang<br />

tepi, dan pada kondisi pasang akan terisi air sampai ke pantai. Alur pasang surut-surut<br />

membawa nutrien melimpah pada area pasir dan lamun secara kontinyu menyebabkan<br />

gurita menjadikan pesisir Kapota sebagai habitat hidupnya.<br />

Diduga karena masyarakat Kapota secara monoton memperkenalkan gurita<br />

sebagai dagangan di pasar tradisional Wangi-Wangi dengan nama berbeda dari desa-desa<br />

lainnya maka orang Kapota dipanggil dengan julukan koropunda. Berbagai hal yang<br />

menciptakan kelekatan gurita dengan masyarakat Kapota juga dapat dilihat dari masak<br />

tumis gurita segar berbumbu daun kedondong hutan yang menjadi sajian kerap kali orang<br />

berkunjung ke Kapota. Memang dalam tradisi penduduk pulau Wangi-Wangi (termasuk<br />

Kapota) rentetan kalimat pertama untuk menyambut keluarga atau orang yang bertamu<br />

ke rumah adalah mengajaknya naik ke dalam rumah untuk makan. Perlu diperhatikan<br />

bahwa ajakan masuk dalam rumah umumnya di Wakatobi menggunakan kata naik bukan<br />

kata masuk karena pada awalnya rumah-rumah penduduk terdiri dari rumah panggung.<br />

Dengan demikian masuk ke dalam rumah harus dengan cara naik tangga. Demikian juga<br />

di Kapota. Tradisi menyajikan teh atau kopi dan kue-kuean tidak di kenal dalam<br />

masyarakat tradisional Wakatobi, yang ada adalah ajakan untuk makan di rumah.<br />

Gurita ditangkap pada siang hari dan pada malam hari. Penangkapan gurita pada<br />

siang hari pada wilayah pesisir umumnya dilakukan para perempuan (ibu rumah tangga)<br />

menggunakan alat pengait yang dalam bahasa lokal disebut kai-kai. Alat tangkap<br />

tradisional kai-kai terbuat dari kawat besi berukuran panjang 30 – 75 cm,, melengkung<br />

dan runcing pada bagian ujung, memiliki gagang kayu, berfungsi untuk menusuk dan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!