Akses perempuan Terhadap keadilan - psflibrary.org
Akses perempuan Terhadap keadilan - psflibrary.org
Akses perempuan Terhadap keadilan - psflibrary.org
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Bagian 1. Pendahuluan<br />
LOMBOK BARAT DAN LOMBOK TENGAH – NTB<br />
Lokasi Penyintas<br />
(Perempuan<br />
Pencari<br />
Keadilan)<br />
Kecamatan<br />
Lingsar,<br />
Kabupaten<br />
Lombok Barat<br />
(Wilayah WLE)<br />
Istri<br />
Usia: 25 tahun<br />
(Bukan anggota<br />
PEKKA)<br />
Pelaku/<br />
Lawan<br />
Suami<br />
Usia:<br />
Pekerjaan:<br />
TKI di Malaysia<br />
Jenis Kasus, Kronologi Kasus & Hasil Penyelesaian Kasus<br />
Perceraian<br />
Penyintas ditinggal suami bekerja ke Malaysia sejak 2003. Di tahun pertama suami masih mengirim uang,<br />
tetapi di tahun kedua tidak terdengar kabarnya. Pada tahun kedua itu, tahun 2005, penyintas tertangkap<br />
warga berselingkuh dengan laki-laki lain. Masyarakat menuntut agar mereka dikawinkan. Seminggu<br />
setelah itu, suami kembali dari Malaysia dan dengan marahnya menuntut penyintas. Dua orang kepala<br />
dusun menengahi masalah tersebut, hingga akhirnya suami menuntut talak tebus, yaitu penyintas harus<br />
membayar suami agar mendapat talak cerai, sebesar Rp. 1,5 juta. Akhirnya suami menjatuhkan talak cerai<br />
terhadap penyintas dihadapan penghulu, kepala Dusun dan orangtua penyintas. Tahun 2006 penyintas<br />
dicerai oleh suami keduanya.<br />
Hasil<br />
Suami menjatuhkan talak cerai kepada penyintas dengan menuntut uang sebesar Rp. 1.5 juta.<br />
Pihak Terlibat*<br />
Membantu Mendampingi<br />
Kepala Dusun,<br />
Penghulu<br />
Kader Hukum<br />
Kecamatan<br />
Jonggat,<br />
Kabupaten<br />
Lombok Tengah<br />
(Wilayah WLE)<br />
Mantan TKW<br />
dari Arab Saudi<br />
Usia: 45 tahun<br />
(Anggota<br />
PEKKA)<br />
Kakak Laki-laki<br />
Usia:<br />
Pekerjaan:<br />
Buruh tani<br />
Pembagian warisan<br />
Karena penyintas bekerja di Arab Saudi (tahun 1982-2000), ia menitipkan akte tanah warisan bagiannya<br />
kepada pelaku dan setiap tahun menitipkan uang pembayaran pajak tanahnya kepada pelaku. Setelah<br />
kembali ke kampung, ternyata sertifikat tanah tersebut sudah atas nama pelaku. Menurut pelaku semua<br />
tanah itu adalah bagiannya sebagai anak laki-laki, karena penyintas sudah mendapat warisan rumah<br />
yang ditempatinya sekarang. Sementara itu, pembagian tanah yang diucapkan orangtua mereka sebelum<br />
meninggal tidak memiliki bukti tertulis. Penyintas mencari kejelasan tentang haknya ke Kepala Desa,<br />
Pembantu Penghulu, dan pertemuan MSF, tetapi tidak mendapatkannya. Kepala Desa mencoba mengatasi<br />
kasus tapi tidak berhasil. Saat laporan ini ditulis, Kepala Desa berencana untuk membawa kasus ke PA.<br />
Hasil<br />
Hingga kini kasus belum dapat diselesaikan, tanah masih atas nama kakak penyintas.<br />
Kepala Desa,<br />
MSF, Pembantu<br />
Penghulu<br />
Kecamatan<br />
Jonggat,<br />
Kabupaten<br />
Lombok Tengah<br />
(Wilayah WLE)<br />
Mantan TKW<br />
dari Malaysia<br />
Usia: 29 tahun<br />
(Bukan anggota<br />
PEKKA)<br />
Majikan di<br />
Malaysia<br />
Trafficking dan perkosaan<br />
Penyintas diperkosa oleh majikannya di Malaysia hingga hamil (tahun 2004). Saat melapor ke majikan<br />
<strong>perempuan</strong>, ia justru disuruh pulang ke Indonesia tanpa diberi gaji. Penyintas melarikan diri ke hutan,<br />
kemudian ditolong oleh sesama TKI dan diantar melapor ke kantor Polisi Johor. Penyintas ditampung<br />
selama 2,5 bulan di Kantor Konsulat Indonesia Johor. Pelaku sempat ditahan Polisi selama 15 hari namun<br />
tidak mau memberi ganti rugi sebesar 5000 ringgit sesuai permintaan penyintas. Tidak mau menunggu<br />
kasusnya diproses di Malaysia, penyintas akhirnya dipulangkan oleh IOM. PPK Mataram turut memberi<br />
pendampingan selama setahun. Di desa penyintas tidak diterima oleh keluarga dan masyarakat. Baru<br />
setelah suami penyintas menyatakan mau menikahkan ulang penyintas, melalui upacara dihadapan<br />
masyarakat, ia dapat diterima kembali. Tak lama setelah itu, suami penyintas meninggal, sehingga<br />
penyintas kembali pergi bekerja ke luar negeri sebagai TKW.<br />
Hasil<br />
Sampai laporan ini dibuat, tidak ada keterangan apapun dari Konsulat Indonesia di Johor tentang panggilan<br />
untuk bersidang di Malaysia.<br />
Teman TKI, Polisi<br />
Johor, Konjen RI<br />
di Johor, IOM, PPK<br />
Mataram<br />
* Pihak yang membantu adalah berbagai pihak yang membantu terungkapnya kasus sampai dengan pelaporan ke sistem hukum negara. Sementara pihak yang mendampingi adalah berbagai pihak yang<br />
mendampingi penyintas dalam proses penyelesaian kasusnya baik melalui sistem hukum negara maupun non negara.<br />
Studi Kasus Atas Perempuan Desa Pencari Keadilan di Cianjur, Brebes dan Lombok<br />
19