09.11.2014 Views

Akses perempuan Terhadap keadilan - psflibrary.org

Akses perempuan Terhadap keadilan - psflibrary.org

Akses perempuan Terhadap keadilan - psflibrary.org

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bagian 3. Best Practice:<br />

Peluang Perempuan Desa Mengakses Keadilan<br />

perusahaan saat itu berjanji akan memanggil A kembali apabila ada pekerjaan, dan memberikan A uang<br />

sebesar Rp. 300 ribu. A menganggap uang itu adalah uang kompensasi selama ia tidak bekerja, namun ia<br />

tak kunjung dipanggil lagi bekerja. Sampai suatu saat, PEKKA memfasilitasi kegiatan kunjungan anggota<br />

MSF ke desa. Saat itu staf Disnaker Kabupaten Cianjur turut hadir untuk memberikan informasi tentang<br />

hak-hak pekerja. A mengungkapkan masalahnya dan staf Disnaker berjanji membantu. Setelah pertemuan<br />

itu, A merasa tidak ada perkembangan dari masalahnya. Sementara itu, staf Disnaker sudah menghubungi<br />

perusahaan tempat A bekerja, namun mereka berdalih bahwa A sudah bekerja di tempat lain saat mereka<br />

mau memanggil A bekerja. Pada kegiatan kunjungan MSF ke desa yang berikutnya, pihak Disnaker bertanya<br />

kepada A tentang perkembangan kasusnya dan A menjelaskan bahwa ia tidak bekerja di tempat lain dan masih<br />

juga belum dipanggil bekerja oleh perusahaannya. Meresponi hal ini, pihak Disnaker kembali menghubungi<br />

perusahaan. Perusahaan mengaku bahwa hal tersebut sebenarnya hanya kesalahpahaman saja yang dapat<br />

diselesaikan dengan jalan kekeluargaan, tanpa perlu melibatkan pihak Disnaker. Tak lama kemudian A pun<br />

dipanggil kembali untuk bekerja. Namun perusahaan memperlakukan A seperti buruh baru, sehingga walau<br />

upah hariannya mengikuti peraturan baru, yaitu Rp. 18.000/hari, bonus hari raya yang seharusnya sebesar Rp<br />

150, ribu hanya diterima Rp 50 ribu saja.<br />

Adanya jaringan antara <strong>perempuan</strong> desa dengan aparat hukum negara telah turut meningkatkan aksesibilitas<br />

penyintas ke sistem hukum negara. Jaringan ini membuka akses penyintas kepada informasi hukum dan<br />

pelayanan sistem hukum negara di tingkat kabupaten/propinsi. Dalam studi ini, jaringan yang dimaksud<br />

adalah keberadaan MSF yang bekerjasama dengan kelompok PEKKA di desa. Salah satu kegiatan MSF, yaitu<br />

kunjungan ke desa, yang diselenggarakan secara berkala dengan koordinasi PEKKA, telah mendekatkan<br />

aparat hukum kepada keadaan kongkrit <strong>perempuan</strong> desa beserta segala permasalahan hukumnya, sehingga<br />

kesadaran mereka akan isu-isu hukum <strong>perempuan</strong> desa meningkat. Ini menjadi pembelajaran tersendiri<br />

bagi mereka. Sementara di pihak lain, <strong>perempuan</strong> desa dapat dengan leluasa mengakses bantuan aparat<br />

penegak hukum, seperti mendapatkan informasi dan konsultasi hukum hingga penanganan kasus.<br />

Beberapa kasus memperlihatkan bahwa jaringan ini turut meningkatkan aksesibilitas sistem hukum negara,<br />

karena, pertama, secara langsung telah merobohkan tembok-tembok birokrasi yang seringkali membatasi<br />

<strong>perempuan</strong>-<strong>perempuan</strong> desa mengakses bantuan sistem hukum negara, seperti rasa takut dan tidak percaya.<br />

Kedua, mengatasi masalah jarak tempuh yang seringkali membatasi <strong>perempuan</strong> desa mengakses sistem<br />

hukum negara, karena lokasi kegiatan ada di desa.<br />

Hubungan yang terbina antara Fasilitator Hukum dan kelompok PEKKA dengan para anggota MSF juga<br />

telah meningkatkan kepercayaan diri para <strong>perempuan</strong> desa untuk dapat lebih leluasa mengakses sistem<br />

hukum negara saat menghadapi atau memfasilitasi kasus hukum. Kader Hukum tidak lagi sungkan untuk<br />

datang ke Pengadilan Agama dan bertemu dengan Hakim yang terlibat sebagai anggota MSF untuk mencari<br />

informasi atas kasus-kasus yang dihadapinya di desa.<br />

3. Kerjasama Aktor Desa Mempengaruhi <strong>Akses</strong>ibilitas Sistem Hukum Negara<br />

Beberapa penyintas dapat mengakses sistem hukum negara saat aparat atau tokoh desa merujuk kasus<br />

mereka ke sistem hukum negara. Studi ini bahkan menjelaskan bahwa peluang penyintas untuk mengakses<br />

<strong>keadilan</strong> akan mencapai titik yang maksimal pada saat sistem hukum non negara di desa dapat bekerjasama<br />

dan mendukung sistem hukum negara, yaitu tidak saja merujuk kasus, tapi juga berjejaring memberikan<br />

perlindungan bagi penyintas. Namun demikian, umumnya peran sebagai Aktor Desa dan keberadaan<br />

jejaring di desa hanya muncul pada saat-saat kritis, sehingga bersifat ad hoc.<br />

Jejaring di desa membuka akses<br />

Studi Kasus 10: Kasus kekerasan eks TKW di Cianjur<br />

A (16 tahun), saat bekerja ke Arab Saudi sebagai TKW mengalami kekerasan yang dilakukan oleh anak<br />

majikannya. Kepalanya dipukul hingga ia jatuh pingsan. Akibatnya ia dirawat di RS selama 2 bulan dan<br />

Studi Kasus Atas Perempuan Desa Pencari Keadilan di Cianjur, Brebes dan Lombok<br />

55

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!