19.11.2014 Views

Positioning paper KPPU dalam Kebijakan Rotan

Positioning paper KPPU dalam Kebijakan Rotan

Positioning paper KPPU dalam Kebijakan Rotan

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(pasal 3 dan pasal 5). Terkait dengan kebijakan tersebut, terdapat hal yang perlu<br />

dicermati dari sisi persaingan usaha, yaitu apakah bukti pasok tersebut digunakan<br />

produsen meubel rotan sebagai alat untuk meng-abuse petani/eksportir rotan.<br />

Bukti pasok dikeluarkan oleh produsen meubel sebagai bukti bahwa<br />

eksporti/petani telah memenuhi kebutuhan <strong>dalam</strong> negeri sebelum dia dapat<br />

melakukan ekspor. Bukti pasok yang dikeluarkan oleh sesama pelaku usaha<br />

(perusahaan meubel rotan) secara teori dapat memberikan daya tawar yang lebih kuat<br />

bagi perusahaan meubel rotan, sehingga perusahaan meubel rotan dapat<br />

menggunakan daya tawarnya tersebut untuk mendikte eksportir/petani. Sebagai<br />

contoh dari perilaku tersebut misalnya untuk menentukan harga rotan yang lebih<br />

murah, menunda pembayaran dll.<br />

Pada kenyataannya berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, sejauh<br />

ini industri meubel rotan tidak pernah melakukan hal tersebut. Hal ini juga dipengaruhi<br />

fakta bahwa Pemerintah tidak menyerahkan 100% permasalahan bukti pasok ini<br />

kepada swasta dimana Pemerintah membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi <strong>Kebijakan</strong><br />

Ekspor <strong>Rotan</strong> (TME) yang bertugas mengawasi pelaksanaan dan pelanggaran yang<br />

terjadi di lapangan.<br />

Meskipun sejauh ini, abuse industri meubel rotan terhadap supplier/petani<br />

rotan melalui sarana bukti pasok ini tidak terjadi, namun demikian sangat penting bagi<br />

Pemerintah untuk mengambil kembali kewenangannya <strong>dalam</strong> menerbitkan bukti<br />

pasok. Pemberian kewenangan yang seharusnya dipegang oleh Pemerintah kepada<br />

swasta sebagaimana <strong>dalam</strong> permasalahan bukti pasok ini sangat mudah untuk<br />

bersinggungan dan melanggar prinsip persaingan usaha yang sehat. Kewenangan<br />

tersebut akan memberikan bargaining position yang lebih tinggi bagi pelaku usaha<br />

tertentu dibanding pelaku usaha lain, yang akan sangat mudah digunakan untuk<br />

meng-abuse pelaku usaha yang lebih lemah. Selain itu, penerbitan bukti pasok oleh<br />

pelaku usaha akan mempersulit Pemerintah <strong>dalam</strong> melakukan koordinasi terkait<br />

dengan jumlah pasokan yang telah dilakukan oleh petani rotan.<br />

42

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!