30.11.2014 Views

Prosiding LKTI

Prosiding LKTI

Prosiding LKTI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dari Pesantren untuk Indonesia:<br />

Pengalaman Pesantren dalam Pribumisasi<br />

Nilai-Nilai Multikultural<br />

untuk Membangun Keharmonisan di Tengah Perbedaan<br />

Oleh: Taufiqurrahman<br />

Madrasah Aliyah Tahfidh Annuqayah, Sumenep, Jawa Timur<br />

Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.000 pulau<br />

lebih yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing pulau dihuni<br />

oleh kelompok masyarakat yang memiliki keunikan dan karakteristik yang berbedabeda,<br />

mulai dari masalah budaya, bahasa, suku, bangsa, dan agama. Bahkan, Clifford<br />

Geertz menyebut Indonesia sedemikian kompleksnya sehingga rumit untuk menentukan<br />

anatominya secara persis.<br />

Keragaman suku bangsa, seni, budaya, agama, dan bahasa telah membentuk<br />

Indonesia menjadi negara dengan struktur sosial yang multikultural. Hal ini telah disadari<br />

oleh para pendiri bangsa ini, bahwa keragaman bagi bangsa Indonesia adalah sebuah<br />

keniscayaan yang tidak dapat dipisahkan. Karenanya, untuk tetap menjaga kerukunan<br />

nasional, mereka menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai sebuah semboyan persatuan.<br />

Perbedaan tidak lagi dipahami sebagai alasan bagi adanya permusuhan, namun dijadikan<br />

modal untuk membangun bangsa dengan spirit persatuan.<br />

Menurut Koentjaraningrat (1985), kebanggaan bangsa Indonesia pada masa<br />

lalu adalah bahwa rakyat Indonesia yang meduduki kepulauan nusantara ini memiliki<br />

sifat plural dengan beraneka warna bahasa dan kebudayaan. Namun pada saat ini,<br />

keanekaragaman itu tidak lagi menjadi sebuah kebanggaan, tetapi justru menjadi pemicu<br />

konflik dan permusuhan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika hanya menjadi bahan ajaran<br />

bagi anak sekolah, tak pernah dipraktikkan dalam dunia nyata. Media massa tak hentihentinya<br />

memberitakan konflik dan perselisihan, yang ujung-ujungnya akan tetap sama,<br />

karena ada motif perbedaan. Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri, jumlah<br />

konflik sosial pada tahun 2010 sebanyak 93 kasus, kemudian menurun pada 2011 menjadi<br />

77 kasus, namun data sampai pertengahan Agustus tahun 2012 meningkat lagi menjadi<br />

89 kasus.<br />

Hal tersebut sudah menjadi bukti, bahwa semboyan persatuan Bhinneka Tunggal<br />

Ika masih belum bisa kita wujudkan secara nyata. Inilah tantangan besar masa depan<br />

bangsa. Bagaimana caranya bangsa Indonesia yang plural bisa menjaga persatuan dan<br />

kerukanan nasional. Untuk menjawab persoalan tersebut, konsep multikulturalisme bisa<br />

kita jadikan pijakan awal.<br />

Memahami Multikulturalisme<br />

Sebagai sebuah terminologi baru, multikulturalisme masih belum dipahami<br />

banyak orang. Padahal, multikulturalisme saat ini menjadi kebutuhan mendesak<br />

untuk menjawab tantangan masa depan, mengingat realitas bangsa yang heterogen<br />

dan multikultural. Karenanya, saat ini kita harus paham betul apa dan bagaimana itu<br />

multikulturalisme.<br />

21<br />

Selusin Naskah Lomba Sosial Budaya 2013

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!