Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
28<br />
permainan tradisional, itupun juga mungkin karena mereka sangat sayang dengan uang<br />
mereka dan memilih uangnya untuk ditabung dibanding untuk membeli permainan<br />
modern, atau juga mereka sudah sangat nyaman dengan kondisi mereka dengan bermain<br />
permainan tradisional. Lalu, apakah permainan tradisional masih bisa tetap eksis dan<br />
tetap bisa dimainkan oleh seluruh anak-anak atau masyarakat Indonesia tanpa melihat<br />
suku, agama, status sosial atau hal-hal yang lain yang menyangkut perbedaan? Penulis<br />
menganilisis bahwa sebenarnya faktor yang membuat adanya ketidakharmonisan antar<br />
masyarakat adalah yaitu ‘faktor gengsi’. Banyak orang-orang berstatus sosial tinggi yang<br />
tidak mau berurusan dengan masyarakat berstatus sosial rendah. Banyak anak-anak<br />
perkotaan tidak mau bermain bersama anak-anak dari pedesaan. Banyak orang-orang<br />
yang memiliki perbedaan suku dan kebudayaan tidak ingin saling bekerja sama dan<br />
menjaga kekompakan. Faktor gengsi inilah yang mereka alami, atau faktor ketidaksukaan<br />
mereka terhadap hal-hal yang berbau perbedaan atau bisa juga faktor traumatik yang<br />
mereka rasakan terhadap suatu suku misalnya. Padahal sebenarnya dengan adanya<br />
perbedaan ini, kita bisa saling belajar dari kelebihan dan kekurangan dari suku lain.<br />
Contohnya melalui permainan tradisional ini. Anak-anak tidak dituntut harus berasal dari<br />
suku atau dari daerah mana. Anak-anak juga bisa memainkan permainan ini tanpa harus<br />
melihat mereka dari status sosial mereka. Dengan adanya permainan tradisional, anakanak<br />
dengan perbedaan budaya bisa saling kompak den menghargai antar satu sama<br />
lain. Mereka juga bisa melatih krativitas mereka dengan permainan-permainan ini.<br />
Nah, permainan tradisional itu contohnya apa saja, sih? Menurut para pembaca,<br />
apakah permainan tradision ini menarik?<br />
1. Congklak<br />
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam<br />
nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang<br />
digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga bijibijian<br />
dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Permainan congklak dilakukan oleh<br />
dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan<br />
congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak.<br />
Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat<br />
dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan<br />
congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling<br />
berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain<br />
dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain. Pada awal<br />
permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang<br />
berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil<br />
dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis<br />
di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan<br />
melanjutkan mengisi, bila habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan<br />
dengan memilih lobang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia<br />
berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti<br />
di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.<br />
Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat dimabil (seluruh<br />
biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji<br />
terbanyak.<br />
2. Engklek<br />
Sunda manda atau juga disebut éngklék, téklék, ingkling, sundamanda/ sundahmandah,<br />
jlong jling, lempeng, atau dampu adalah permainan anak tradisional yang<br />
populer di Indonesia, khususnya di masyarakat pedesaan. Permainan ini dapat<br />
ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan<br />
Harmoni di Mata Kaum Muda