Download PDF (2.6 MB) - DhammaCitta
Download PDF (2.6 MB) - DhammaCitta
Download PDF (2.6 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
sikap tidak hormat seperti ini).<br />
kontak DHARMA<br />
Salahkah umat Buddha Tionghoa masih menjalankan tradisi Cina Jawabnya:<br />
Tergantung makna filosofi yang dipunyai/diyakini pelaksana itu atas segala<br />
bentuk upacara/ritual. Perhatikan kalau kita namaskara didepan rupang Buddha<br />
Gautama yang terbuat dari batu, gips, keramik, fiber, logam dsb, di meja altar<br />
kita letakkan air putih (apakah rupang Buddha haus), api lilin (emangnya<br />
rupang Buddha butuh cahaya lilin karena PLN sedang giliran, ingat budaya<br />
lilin merah dari Tiongkok dan lilin putih dari Eropa), setumpuk atau seikat<br />
bunga dalam piring atau vas, dan dupa atau ratus cendana yang wangi (emang<br />
rupang Buddha mau SPA). Ingat kisah Sigalo (pada Sigalovada Sutta). Yang<br />
penting kita jangan menghakimi, merasa lebih tahu, apalagi merasa paling tahu.<br />
Tahu teori belum tentu mempraktikkan. Yang mempraktikkan belum tentu tahu<br />
teori.<br />
Bagaimana sebaiknya yang kita lakukan Ada dua hal yang dapat kita lakukan<br />
yaitu secara teoritis dan secara praktik. Secara teoritis: kita sharing-kan pengertian<br />
Buddha Dhamma (ajaran Buddha) pada kesempatan-kesempatan yang tepat.<br />
Sedang makan, sedang emosi kita sharing Buddha Dhamma Wah gawat tuh!<br />
Secara praktik kita tunjukkan bahwa melalui pemahaman Buddha Dhamma kita<br />
mampu menjadi manusia yang lebih baik dan konsisten tanpa menggunakan<br />
ritual/upacara yang ”rumit”. Jangan menjadi orang yang ”jarkoni”, bisa berujar<br />
tidak bisa nglakoni/menjalankan.<br />
Ilustrasi 1: Kalau kita memberi pengertian bahwa membakar kertas sembayang<br />
= membakar uang; uang untuk membeli peralatan sembayang yang berlebihan<br />
lebih baik kita sumbangkan kepada fakir miskin. Logis Tul bet = CENGLIE.<br />
So kita harus tunjukkan bahwa kita memang berdana lebih sering tanpa pamrih<br />
dan tanpa diskriminasi daripada mereka yang ”membakar uang”. Jangan kita<br />
yang ceramah, kita berdana hanya saat Kathina, hanya kepada vihara kita, hanya<br />
kepada umat kita, hanya kepada Sangha kita, hanya kepada teman kita, ingat<br />
sabbe satta = semua mahluk. Bahkan yang parah lagi kadang lebih berani sikut<br />
sana sikut sini, ambil sana ambil sini punya orang lain (padahal hafal dan tiap<br />
hari Membaca dengan suara keras lagi: Adinnadana veramani sikkhapadang<br />
samadiyami ).<br />
Saran: Untuk tradisi (Cina, Jawa atau yang lain) ambil yang cocok dan<br />
bermanfaat.<br />
Demikian jawaban dari pengasuh semoga bermanfaat. Ambil yang baik dan<br />
cocok, tinggalkan yang jelek. Sadhu.<br />
SELAMAT ATAS TERPILIHNYA<br />
RATNA KIRANA WIDYANINGSIH<br />
SEBAGAI KETUA UMUM KAMADHIS UGM<br />
PERIODE 2008-2009<br />
32<br />
eka-citta no. XXVIII/April/2008