05.05.2015 Views

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA - Elsam

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA - Elsam

PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kursus HAM untuk Pengacara X, 2005<br />

Bahan bacaan<br />

Materi : Pengadilan HAM<br />

permintaan restitusi. 52 Ketentuan mengenai<br />

kompensasi, restitusi dan rehabilitasi dalam<br />

UU No. 26 Tahun 2000 dan dijabarkan<br />

dalam PP No. 3 Tahun 2002 ini seolah-olah<br />

memberikan pemulihan bagi korban tetapi<br />

secara yuridis sangat susah untuk<br />

diaplikasikan.<br />

Hambatan yuridis yang berkenaan dengan<br />

hak atas kompensasi, restitusi dan<br />

rehabilitasi bagi para korban ini terletak<br />

pada prosedur pengajuan atas kompensasi,<br />

restitusi dan rehabilitasi. Pengalaman<br />

pengadilan HAM ad hoc Tanjung Priok<br />

menunjukkan bahwa kompensasi, restitusi<br />

dan rehabilitasi bisa diberikan kepada<br />

korban tetapi karena tidak ada pengajuan<br />

tentang berapa kompensasi, restitusi dan<br />

rehabilitasi yang diminta oleh korban,<br />

dalam amar putusan hanya dijelaskan<br />

bahwa kompensasi, restitusi dan rehabilitasi<br />

untuk korban dan dilaksanakan sesuai<br />

ketentuan perundang-undang yang<br />

berlaku. 53 Keputusan ini adalah keputusan<br />

pertama kali tentang kompensasi, restitusi<br />

dan rehabilitasi kepada korban pelanggaran<br />

HAM.<br />

undang-undang ini tidak berlaku ketentuan<br />

mengenai daluarsa. Ketentuan ini<br />

menyatakan bahwa asas daluwarsa tidak<br />

berlaku bagi tindak pidana dalam yurisdiksi<br />

pengadilan HAM (non aplicability of statute of<br />

limitations). Ketentuan ini berbeda dengan<br />

ketentuan tindak pidana biasa seperti yang<br />

diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum<br />

Pidana (KUHP). Pasal 78 KUHP mengatur<br />

tentang kadaluarsa yang bisa<br />

menggugurkan tindak pidana.<br />

Tidak berlakunya asas daluarsa dalam UU<br />

No. 26 Tahun 2000 ini berarti bahwa segala<br />

tindak pidana yang masuk dalam yurisdiksi<br />

pengadilan HAM akan selalu bisa dilakukan<br />

penuntutan. Negara, dalam hal ini pihak<br />

penyelidik dan penyidik tidak dapat<br />

menyatakan bahwa suatu tindak pidana<br />

yang masuk yurisdiksi pengadilan ham<br />

gugur dan tidak dapat dituntut karena<br />

melampaui jangka waktu yang ditentukan.<br />

Sampai kapanpun, sepanjang dapat<br />

diperoleh bukti-bukti kuat, penuntutan<br />

terhadap terjadinya pelanggaran HAM yang<br />

berat dapat dilakukan.<br />

Ketentuan mengenai tidak berlakunya asas<br />

daluwarsa<br />

Pasal 46 UU No. 26 Tahun 2000<br />

menyatakan bahwa pelanggaran HAM<br />

yang berat sebagaimana diatur dalam<br />

52 KUHAP tidak mengatur tentang<br />

adanya kompensasi dan rehabilitasi bagi korban.<br />

Rehabilitasi dalam KUHAP ditujukan kepada<br />

seorang tersangka atau terdakwa yang<br />

dibebaskan. Sedangkan ketentuan KUHAP yang<br />

bisa digunakan adalah ketentuan mengenai<br />

restitusi karena korban juga berhak<br />

mendapatkan restitusi.<br />

53 Lihat putusan pengadilan HAM ad hoc<br />

atas nama Mayjend (Purn) R.A. Butar-butar<br />

yang divonis 10 tahun penjara dan ada putusan<br />

mengenai kompensasi, restitusi dan rehabilitasi<br />

kepada korban. Putusan dibacakan pada tanggal<br />

26 Maret 2004.<br />

Lembaga Studi dan Advokasi masyarakat, (ELSAM) 29

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!